AKHLAK MULIA
DI MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Anshari
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
DI MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Penulis:
Anshari
Desain Cover:
Abdullah
Ukuran Buku:
16 x 25 cm
Kolasi:
272 halaman
Cetakan Pertama:
Agustus 2012
Penerbit:
PUSTIKOM
Alamat Penerbit:
Jl. Ir. Juanda, Ciputat
Kompleks UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta 15419
Telp: 021 7493315
@ Ciputat, 2012
ISBN 978-979-18830-5-4
PENGANTAR PENULIS
i
Muhaemin, SAg., dan Guru BK Indriyani, SPd., di MIP UIN Jakarta
atas segala bantuan dan kerja samanya dalam penelitian ini.
Terimakasih yang teristimewa penulis persembahkan kepada
Ayahanda tercinta Muhdar atas segala doa dan keridhoannya, serta
Isteriku tersayang Noorhasanah atas segala ketabahan, kerelaan, dan
dukungannya dalam mendampingiku dalam menyelesaikan studi dan
pengkajian ini, juga kepada belahan hatiku yang cantik dan lincah
Jasmine Naida Nareswari yang setia menghiburku dengan celoteh
dan kemanjaannya.
Terimakasih juga penulis ucapkan kepada seluruh teman-
teman mahasiswa beasiswa PAIS 2010: Ahmad Sanusi A, MA.Pd.,
M. Sarwo Edi, MA.Pd., Wardaningsih, SAg., Saiful Umam, SAg., M.
Firmansyah, MA.Pd., Hamdan, SAg., Muchafid Anshori, MA.Pd.,
AdeTitin Gumanti, SAg., Mulyati, SPdI., Abdul Fatah, MA.Pd.,
Mudawamah, SPdI., Haliri, SAg., Jaroh, SPdI., Toto, SPdI., Drs.
Nasrudin, Juhadi, SAg., Siti Fatimah, SAg., Zainal Muttaqien, SAg.,
Hairani, MAPd., Rositah, SPdI., Untung Surya, MAPd.,
Burhanuddin, SPdI., Sri Widyastuti, SPdI., Arief Tirtana, SsosI.,
Harun, SAg., Hamzah, SPdI., Mukhlis, MA.Pd., Iim Fauziyah, SAg.,
Nasrullah, MA.Pd., Munamah, SAg., Moh. Idrus, SPdI., Imam
Sopingi, MA.Pd., Sunari, SPd., M. Maftukh, SPdI., Yunus SPdI.,
Caswita, SPdI., dan Iksan Syah Gunawan, MA.Pd., atas segala
dukungannya baik berupa sesuatu yang riil maupun yang non-riil,
juga kepada temanku M. Habibi, MA dan Fadlan, SSA yang telah
membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan studi di SPs UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ucapan terimakasih juga penulis haturkan kepada
Kementerian Agama Republik Indonesia, khususnya kepada bagian
Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam (Dirjen PAIS) yang
telah memberikan beasiswa kepada penulis untuk mengikuti studi di
SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Akhirnya, penulis hanya bisa mendoakan semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian pengkajian ini, semoga Allah
SWT melimpahkan rahmat, keberkahan, kenikmatan, dan keridhoan-
Nya kepada mereka, amin. Sebagai kata penutup, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk melengkapi kajian ini.
ii
PEDOMAN TRANSLITERASI
ض d}
ب b ط t}
ت T ظ z}
ث Th ع ‘
ج J غ gh
ح h} ف F
خ Kh ق q
د D ك k
ذ Dh ل l
ر R م m
ز Z ن n
س S و w
ش Sh ه h
ص s} ي y
iii
iv
DAFTAR ISI
Pengantar Penulis i
Pedoman Transliterasi Arab-Latin iii
Daftar Isi v
Daftar Tabel vii
Daftar Singkatan xi
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Permasalahan 9
C. Signifikansi Penelitian 11
D. Tinjauan Kepustakaan 12
E. Metodologi Penelitian 19
F. Sistematika Penulisan 22
v
C. Pengembangan Muatan Kurikulum Berorientasi
Akhlak Mulia 125
BAB 6 PENUTUP
A. Kesimpulan 241
B. Saran 242
C. Rekomendasi 243
vi
DAFTAR SKEMA DAN TABEL
Skema 1
Konsep Pendidikan Akhlak 48
Skema 2
Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak 50
Skema 3
Tujuan Pendidikan Akhlak di MP UIN Jakarta 89
Tabel 1
Konsep Pendidikan Akhlak Rasional 44
Tabel 2
Konsep Pendidikan Akhlak Eklektik 47
Tabel 3
Tujuan Khusus Pendidikan Akhlak di MP UIN Jakarta 85
Tabel 4
Tujuan Umum Pendidikan Akhlak di MP UIN Jakarta 88
Tabel 5
Struktur Kurikulum MAP UIN Jakarta 110-113
Tabel 6
Pengelompokkan Mata Pelajaran di MP UIN Jakarta 115
Tabel 7
Struktur Kurikulum MI Pembangunan UIN Jakarta 119
Tabel 8
Struktur Kurikulum MTs Pembangunan UIN Jakarta 121
vii
Tabel 9
Alokasi Waktu Pembelajaran Madrasah Aliyah Pembangunan UIN
Jakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 122-124
Tabel 10
Nilai-Nilai Core Values dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
untuk Tingkat SMA/MA 136-149
Tabel 11
Program Core Values Madrasah Pembangunan UIN Jakarta
Tahun Pelajaran 2011/2012 154-157
Tabel 12
Program Habitual Curriculum di MP UIN Jakarta 171-173
Tabel 13
Program dan Kegiatan Berorientasi Akhlak Mulia
di MP UIN Jakarta 227-229
Tabel 14
Tingkat Keberhasilan Pendidikan Akhlak
di MP UIN Jakarta 239
viii
DAFTAR SINGKATAN
ALM = Almarhum
ASEAN = Association of Southeast Asian Nations
ATK = Alat Tulis Kantor
BBQ = Bina Baca al-Quran
BK = Bimbingan Konseling
CDP = Child Development Project
CV = Core Values
DKI = Daerah Khusus Ibukota
DKK = Dan Kawan-Kawan
DLL = Dan Lain-Lain
Ed = Editor
FITK = Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
HC = Habitual Curriculum
Humas = Hubungan Masyarakat
HUT = Hari Ulang Tahun
IAIN = Institut Agama Islam Negeri
ICT = Information and Communication Technology
IPS = Ilmu Pengetahuan Sosial
IPTEK = Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
IT = Information Technology
Jabodetabek = Jakarta Bogor Depok Tangerang dan Bekasi
JENESYS = Japan-East Asia Network of Exchange for
Students and Youths Programme
JSC = Journalist Student Community
KBM = Kegiatan Belajar Mengajar
KC = Knowledge Community
KD = Kompetensi dasar
Kemdikbud = Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kemdiknas = Kementerian Pendidikan Nasional
Kemenag = Kementerian Agama
KIR = Kelompok Ilmiah Remaja
KKR = Kader Kesehatan Remaja
KTSP = Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kultum = Kuliah Tujuh Menit
MA = Madrasah Aliyah
MADING = Majalah Dinding
MAP = Madrasah Aliyah Pembangunan
ix
MCK = Mandi Cuci dan Kakus
Menpora = Menteri Pemuda dan Olahraga
MI = Madrasah Ibtidaiyah
MIP = Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan
MIPA = Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
MOS = Masa Orientasi Siswa
MP = Madrasah Pembangunan
MSN = Madrasah Standar Nasional
MTs = Madrasah Tsanawiyah
MTsP = Madrasah Tsanawiyah Pembangunan
MULOK = Muatan Lokal
Narkoba = Narkotika dan Obat-obatan Terlarang
NTU = Nanyang Technological University
NU = Nahdlatul Ulama
NUS = National University of Singapore
OHP = Over Head Projector
PA = Pencinta Alam
PAI = Pendidikan Agama Islam
PAUD = Pendidikan Anak Usia Dini
PASKIBRA = Pasukan Pengibar Bendera
PEMDA = Pemerintah Daerah
Pildacil = Pemilihan Da’i Cilik
PKn = Pendidikan Kewarganegaraan
PMR = Palang Merah Remaja
Porsema = Pekan Olahraga dan Seni Madrasah
PR = Pekerjaan rumah
QS = Qur’an Surat
RI = Republik Indonesia
RA = Raudhatul Athfal
RH = Reading Habit
RMBI = Rencana Madrasah Berstandar Internasional
RPP = Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
SC = Science Club
SC = Student Company
SD = Sekolah Dasar
SK = Standar Kompetensi
SKI = Sejarah Kebudayaan Islam
SMA = Sekolah Menengah Atas
SMART = Specific Measurable Achievable Realistic
x
Timely
SMP = Sekolah Menengah Pertama
SSS (3S) = Senyum, Salam, dan Sapa
SWT = Subh}a>nahu wa Ta’a>la
TAS = Tabungan Amal Saleh
TIK = Teknologi Informasi dan Komunikasi
TK = Taman Kanak-Kanak
TTRA = Target and Target-Related Assessment
UIN = Universitas Islam Negeri
Warcil = Wartawan Cilik
xi
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya keprihatinan
terhadap kemerosotan akhlak yang terjadi pada bangsa Indonesia. Hal
tersebut salah satu penyebab utamanya adalah karena gagalnya dunia
pendidikan dalam mendidik akhlak anak bangsanya. Kegagalan ini
disinyalir disebabkan karena beberapa faktor, di antaranya yang
paling utama adalah faktor minimnya jam pengajaran dan kurang
maksimalnya pendidikan akhlak di sekolah.
Edward Gibbon menceritakan bagaimana kemerosotan moral
ini telah menjadi penyebab utama hancurnya bangsa-bangsa
terdahulu di dunia, 1 dan hal ini sedang terjadi pada bangsa Indonesia.
Memang tak bisa kita pungkiri bahwa kemerosotan akhlak di semua
lini kehidupan masyarakat telah terjadi pada bangsa ini. Ditandai
dengan berderetnya kasus korupsi, mafia hukum, mafia pajak, mafia
proyek, mafia perbankan, narkoba, asusila, pencabulan, kasus foto
dan video porno yang bahkan ada yang diproduksi oleh dunia
pendidikan Indonesia sendiri, serta banyak lagi kasus-kasus lainnya.
Louis Kraar pada tahun 1988 sudah memprediksikan bahwa
Indonesia kalau tetap seperti ini keadaannya, maka negara ini akan
menjadi negara yang tertinggal dibanding dengan negara-negara
tetangganya yang nantinya akan berhasil menjadi negara-negara
maju, bahkan menurutnya bisa jadi Indonesia hanya akan menjadi
halaman belakang (back yard) dari bagian Asia Timur.2
Keadaan ini dapat dijadikan sebagai bukti bahwa pelaksanaan
pendidikan yang selama ini dilaksanakan ternyata telah gagal,
terutama dalam bidang pendidikan akhlak atau moral. Secara jujur
bisa diakui bahwa bangsa ini telah cukup berhasil dalam mendidik
anak bangsanya menjadi orang-orang yang cerdas atau sedikit lebih
1
Edward Gibbon (1737–1794 M) adalah sejarawan Inggris dalam bukunya
The History of the Decline and Fall of the Roman Empire (Philadelphia: B. F.
French, 1830) menceritakan tentang kerusakan moral yang terjadi pada bangsa
Romawi sehingga membawa kerajaan Romawi tersebut kepada kehancurannya.
2
Louis Kraar adalah seorang pengamat negara-negara industri baru di Asia
Timur. Lihat dalam Nurcholish Majid, Indonesia Kita (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2004), 112.
1
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN
cerdas.3 Tetapi hal itu ternyata belum cukup, karena pada sisi yang
lain bangsa ini telah gagal mendidik anak bangsanya untuk menjadi
manusia yang berakhlak dan bermoral. Negara ini menganggap
bahwa kemajuan pendidikan hanya dari segi kecerdasan otak saja.
Sedangkan pendidikan moral dan akhlak yang menyangkut kepada
pendidikan agama sangat kurang dan hampir tidak terpikirkan oleh
pemerintah. Inilah yang selama ini membuat akhlak dan moral
bangsa hancur.
Anton Widyanto dalam penelitiannya di wilayah Bireuen dan
Banda Aceh, telah membuktikan bahwa salah satu kondisi yang
menyebabkan kemerosotan moral dewasa ini yang terjadi di sekolah
adalah terkait dengan akhlak siswa. Keluhan-keluhan tentang sikap
dan perilaku siswa terhadap guru, ketaatan terhadap peraturan
sekolah, maupun sikap dan perilaku antar sesama siswa sendiri,
walaupun hal ini bukanlah hal yang baru. Intinya, kebanyakan (tentu
tidak semua) para siswa dan bahkan mahasiswa di tingkat perguruan
tinggi dewasa ini telah mengalami kemerosotan akhlak yang semakin
memprihatinkan.4
Dalam penelitian yang lain Jajat Burhanuddin (dkk) juga
menunjukkan bahwa kemerosotan moral yang banyak terjadi di
kalangan perempuan-perempuan Indonesia sekarang ini salah satu
sebabnya adalah karena kurangnya pendidikan agama terhadap
mereka. 5
Untuk itu Komaruddin Hidayat menghimbau agar pendidikan
bangsa ini harus dibangunkan dan kesadarannya pun harus
dihidupkan kembali. Jangan sampai nama Indonesia semakin buruk
di mata dunia Internasional sebagai bangsa yang korup, moralitasnya
3
Berdasarkan hasil survai tahun 2003 yang dilakukan oleh Programme for
International Student Assessment (PISA)di 41 negara mengenai kualitas hasil
belajar IPA, Matematika, dan kemampuan membaca, Indonesia masih jauh di
bawah kemampuan anak-anak Korea Selatan. Begitu juga mengenai tingkat nilai
standar kelulusan secara nasional dibandingkan dengan nilai standar kelulusan yang
dipatok oleh negara-negara tetangga kita, maka standar nilai hasil belajar
pendidikan kita masih rendah. Lihat dalam Mohammad Ali, Pendidikan untuk
Pembangunan Nasional (Jakarta: Grasindo, 2009), 252-253.
4
Anton Widyanto adalah dosen di IAIN Ar-Raniri Darussalam Banda
Aceh. Lihat dalam “Pendidikan Akhlak Gagal”, Learning Forum, http://learning-
forum.blogspot.com/2011/05/pendidikan-akhlak-gagal.html (diakses 17/09/2011).
5
Jajat Burhanuddin (Ed.), Ulama Perempuan Indonesia (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2002), 127.
2
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN
6
Komaruddin Hidayat dan Putut Widjanarko (Ed.), Reinventing Indonesia:
Menemukan Kembali Masa Depan Bangsa (Jakarta: Mizan, 2008), 192.
Komaruddin Hidayat adalah Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7
Lihat dalam Weinata Sairin, Identitas dan Ciri Khas Pendidikan Kristen
di Indonesia antara Konseptual dan Operasional (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2006), 127.
8
Mohammad Ali (Direktur Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama
RI dan Pembina ISPI), “Pengembangan Pendidikan Agama Islam di Sekolah”,
Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) (September 2010),
http://www.ispi.or.id/tag/pendidikan-agama-islam/ (diakses 18/09/2011).
3
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN
9
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP – UPI, Ilmu dan Aplikasi
Pendidikan Bagian III: Pendidikan Disiplin Ilmu (Jakarta: IMTIMA, 2007), 12.
10
Ruslan Burhani, “Kemdiknas Kembangkan Kurikulum Berbasis Akhlak
Mulia”, Antara News. Com, minggu, 05 Desember 2010,
http://www.antaranews.com/news/236491/kemdiknas-kembangkan-kurikulum-
berbasis-akhlak-mulia (diakses 17/09/2011).
4
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN
akhlak inilah yang menjadi tujuan dasar dari pendidikan Islam. 11 Hal
senada juga diungkapkan oleh Abbas Mahjub yang menyatakan
bahwa pembentukan dan pembinaan akhlak merupakan tujuan
terpenting dari pendidikan Islam. 12 Bahkan menurut al-Abrashi
kesempurnaan akhlak itu lebih diutamakan daripada penguasaan
ilmu.13 Dengan demikian berdasarkan kedua pendapat tersebut maka
lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam pelaksanaannya
seharusnya lebih mengutamakan orientasinya kepada pembentukan
individu-individu yang berakhlak mulia diatas orientasi-orientasi
lainnya seperti keterampilan, pengetahuan, penguasaan teknologi,
atau orientasi pendidikan lainnya.
Jika akhlak dipersepsikan sebagai moral, Gary J. Quinn
menyimpulkan bahwa sekolah-sekolah di Amerika telah
mementingkan untuk mengakuisisi keterampilan-keterampilan dasar
dan pengajaran secara umum daripada pengajaran tentang moral.
Quinn mengungkapkan bahwa banyak orang tua yang menganggap
bahwa sekolahan adalah sebagai baby-sitter bagi anak-anak mereka,
ada juga yang pergi ke sekolah karena ingin belajar olahraga, atau
belajar keterampilan sosial, atau belajar kebenaran politik. Quinn
juga melihat bahwa di beberapa sekolah telah menjadi tempat untuk
belajar demi dirinya sendiri, bahkan sekolah-sekolah telah menjadi
jalur untuk memperoleh pekerjaan. Namun menurutnya seharusnya
sekolah-sekolah tersebut tujuan yang pertama dan yang paling
utamanya adalah untuk pendidikan moral.14 Berkenaan dengan ini
Larry P. Nucci dan Darcia Narvaez (Ed.) dalam pengantar bukunya
juga menyatakan bahwa lembaga pendidikan atau sekolah seharusnya
memberikan kontribusi untuk perkembangan moral dan pembentukan
karakter siswa, karena menurutnya hal ini merupakan suatu
kesepakatan yang sudah tersebar luas.15 Gawande juga
11
M. At}iyah al-Abrashi, al-Tarbiyah al-Isla>miyyah wa Fala>sifatuha
(Mesir: Isa Babi al-Halabi, 1969), 9 dan 22. M. At}iyah al-Abrashi adalah guru
besar Pendidikan Islam di Fakultas Da>r al-‘Ulum Universitas Kairo Mesir.
12
Abbas Mahjub, Us}u>l al-Fikr al-Tarbawi fi al-Islam (Damaskus: Da>r Ibn
Kathi>r, 1987), 157.
13
M. At}iyah al-Abrashi, al-Tarbiyah al-Isla>miyyah wa Fala>sifatuha, 127-
128.
14
Gary J Quinn, Moral Education in America: Its Future in an Age of
Personal Autonomy and`Multiculturalism (Lincoln: iUniverse, 2004), 1-2.
15
Larry P. Nucci dan Darcia Narvaez (Ed.), Handbook of Moral and
Character Education (New York: Routledge, 2008), ix.
5
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN
16
E.N. Gawande, Value Oriented Education: Vision for Better Living
(New Delhi: Sarup & Sons, 2002), ii.
17
James Davison Hunter, Death of Character: Moral Education in an Age
Without Good or Evil (New York: Basic Books, 2000), 118.
18
Hal ini berdasarkan pada statement dari Djemari Mardapi (Tim Peneliti
Program Pascasarjana UNY, “Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian
Ranah Afektif”, Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Umum 2003 –
2004, 2003, 3) yang menyatakan bahwa ranah afektif (sikap) menentukan
keberhasilan belajar seseorang. Karena menurutnya orang yang tidak memiliki
minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan studi secara
optimal. Menurut Penulis, aspek minat ini tidak hanya pada mata pelajaran saja,
tetapi juga bisa dikaitkan dengan seluruh kegiatan sekolah yang diadakan untuk
siswa. Semua kegiatan sekolah tersebut tidak akan optimal hasilnya jika siswa tidak
meminatinya.
6
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN
19
Gabriel Moran, Speaking of Teaching: Lessons from History (Lanham:
Lexington Books, 2008), 171.
20
Darlene Leiding, Reform can Make a Difference: A Guide to School
Reform (Lanham: R&L Education, 2009), 95-96.
7
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN
21
Graham Haydon, “Moral Education”, dalam Randall Curren (Ed.), A
Companion to the Philosophy of Education (Malden: Blackwell Publishing, 2003),
321.
22
Lihat dalam “Schoolnet Kota Jakarta Selatan”, Daftar Sekolah Penerima
Bantuan Program Schoolnet Pustekkom Kemdiknas 2011,
http://jardiknas.kemdiknas.go.id/schoolnet/sekolahlist.php?a=6&b=55 (diakses
16/07/2012).
8
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian mengenai latar belakang permasalahan
penelitian yang telah peneliti ungkapkan, maka dapat diidentifikasi
berbagai masalah yang akan muncul dalam penelitian ini, antara lain:
Pertama, tentang kemerosotan akhlak bangsa Indonesia yang hal ini
memunculkan beberapa persoalan, antara lain:
(1) Sejauhmana kerusakan moral yang terjadi dan dialami oleh
bangsa Indonesia saat ini?
(2) Apa yang menyebabkan terjadinya kemerosotan moral bangsa
Indonesia?
(3) Apa yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi
kemerosotan moral bangsa tersebut?
Kedua, tentang gagalnya pendidikan Indonesia dalam mendidik
akhlak anak bangsanya, yang hal ini menimbulkan beberapa
pertanyaan, antara lain:
(1) Benarkah dunia pendidikan Indonesia telah gagal mendidik
akhlak anak bangsanya?
(2) Apa yang menyebabkan pendidikan Indonesia gagal dalam
mendidik akhlak anak bangsanya?
(3) Kebijakan pendidikan seperti apa yang harus dikeluarkan oleh
pemerintah untuk mengatasi kegagalan dunia pendidikan
Indonesia dalam mendidik akhlak anak bangsanya?
(4) Apa yang harus dilakukan oleh dunia pendidikan Indonesia untuk
dapat mengatasi kemerosotan akhlak anak bangsanya?
9
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN
2. Batasan Masalah
Berdasarkan uraian latar balakang dan identifikasi masalah
yang telah disebutkan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas
dalam kajian ini adalah mengenai langkah-langkah (strategi) apa
yang dapat dilakukan sekolah untuk dapat mengoptimalkan
pendidikan akhlak mulia bagi para siswa.
Adapun tentang istilah pendidikan yang tercantum dalam
tema kajian ini, maka jika merujuk kepada Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 13
menyebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal,
informal, dan nonformal. 23 Dalam kajian ini peneliti membatasi
bahasan tentang pendidikan hanya mengenai pendidikan yang
diselenggarakan melalui jalur formal saja. Adapun wujud
kelembagaan pendidikan formal bisa berupa sekolah dasar
(SD)/madrasah ibtidaiyah (MI)/bentuk lainnya pada jenjang
pendidikan dasar, sekolah menengah pertama (SMP)/madrasah
tsanawiyah (MTs)/bentuk lainnya yang juga masih pada jenjang
pendidikan dasar, sekolah menengah atas (SMA)/madrasah aliyah
(MA)/bentuk lainnya pada jenjang pendidikan menengah, dan
bentuk-bentuk lembaga pendidikan formal lainnya pada jenjang
pendidikan tinggi. 24 Namun dalam kajian ini peneliti membatasinya
hanya pada bentuk lembaga pendidikan formal yang berada pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah saja.
23
Lihat dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen (Jakarta: Visimedia, 2007), 9.
24
Lihat dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen, 9-10.
10
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, identifikasi
masalah, batasan masalah, serta lokasi penelitian yang telah penulis
tetapkan, maka permasalahan dalam kajian ini dapat dirumuskan ke
dalam sebuah pertanyaan utama berikut ini:
“Apa yang dilakukan oleh Madrasah Pembangunan UIN Jakarta
untuk dapat mengoptimalkan pendidikan akhlak di sekolah?”
Adapun pertanyaan minor dalam penelitian ini adalah:
(1) Bagaimana rumusan pendidikan akhlak mulia di Madrasah
Pembangunan UIN Jakarta?
(2) Bagaimana Madrasah Pembangunan UIN Jakarta
mengembangkan kurikulumnya untuk mencapai tujuan tersebut?
(3) Adakah program-program khusus yang dilaksanakan untuk
menunjang tercapainya tujuan itu, bagaimana pelaksanaan dan
kontribusinya terhadap pendidikan akhlak?
(4) Adakah kegiatan-kegiatan ekstra yang dapat menunjang
berhasilnya pendidikan akhlak siswa, lalu bagaimana pelaksanaan
dan kontribusi kegiatan ekstra tersebut terhadap pendidikan
akhlak?
C. Signifikansi Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap strategi yang
dapat dilakukan untuk dapat mengoptimalkan pelaksanaan
pendidikan akhlak di sekolah sehingga penyelenggaraan pendidikan
dan pengajaran akhlak kepada siswa menjadi optimal.
Hasil penelitian ini penulis harapkan nantinya dapat berguna
bagi para guru sebagai bahan acuan dan informasi dalam
mengembangkan sistem pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran
akhlak di sekolah. Bagi para kepala sekolah hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan
11
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN
D. Tinjauan Kepustakaan
Penelitian mengenai pendidikan yang berorientasi kepada
akhlak memang bukanlah hal yang baru untuk diteliti, banyak sudah
peneliti yang melakukan kajian-kajian terhadap permasalahan ini. Di
bawah ini penulis akan menguraikan satu-persatu penelitian-
penelitian tersebut.
E.N.Gawande dalam kajiannya yang berjudul Value Oriented
Education: Vision for Better Living25 mengungkapkan tentang sejarah
pendidikan India sejak masa sebelum masehi sampai masa menjelang
kemerdekaannya, Gawande menyimpulkan bahwa pada masa
tersebut pendidikan India sudah diorientasikan untuk mencapai
tujuan-tujuan moral dan nilai-nilai lainnya. Gawande dalam
kajiannya ini juga mengungkap tentang berbagai macam lembaga
yang muncul setelah kemerdekaan India yang membahas mengenai
pendidikan moral keagamaan, spiritual, dan nilai-nilai lainnya. Selain
itu Gawande juga menguraikan tentang konsep dari nilai
kemanusiaan itu sendiri, baik yang didasarkan pada konteks India
maupun yang didasarkan pada konteks secara global. Gawande dalam
kajiannya ini mengaitkan pendidikan nilai dengan berbagai jenis
pendidikan lainnya, yaitu dengan pendidikan kependudukan,
pendidikan lingkungan, dan dengan pendidikan yoga. Dalam bahasan
pokoknya Gawande membahas tentang implementasi pendidikan
nilai ini dalam penyusunan kurikulum sekolah, pengaruhnya terhadap
aturan-aturan untuk para pendidik, dan implikasinya dalam kegiatan-
kegiatan kokurikuler sekolah. Adapun persamaan kajian ini dengan
yang penulis teliti adalah pada implementasi dan implikasi dari nilai-
nilai tersebut dalam kurikulum, dalam aturan-aturan untuk para guru,
dan dalam kegiatan-kegiatan kokurikuler. Persamaan lainnya adalah
25
E.N. Gawande, Value Oriented Education: Vision for Better Living
(New Delhi: Sarup & Sons, 2002). E.N.Gawande adalah Filsuf Pendidikan dari
India.
12
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN
26
Lihat dalam Larry P. Nucci dan Darcia Narvaez (Ed.), Handbook of
Moral and Character Education (New York: Routledge, 2008), 30-52.
13
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN
27
Gary J Quinn, Moral Education in America: Its Future in an Age of
Personal Autonomy and`Multiculturalism (Lincoln: iUniverse, 2004).
28
Sharron L. McElmeel, Character Education: A Book Guide for
Teachers, Librarians, and Parents (Greenwood Village: Libraries Unlimited,
2002).
29
Doni Koesoema A., Pendidikan Karakter (Jakarta: Grasindo, 2007).
14
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN
30
H. M. Suparta, “Perubahan Orientasi Pondok Pesantren”, Disertasi
(Jakarta: SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009).
15
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN
31
Jusuf Amir Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam (Jakarta: Gema Insani
Press, 1995).
32
A. Malik Fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam (Jakarta: Fajar Dunia,
1999).
16
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN
17
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN
34
Ahmad Syafi’ie Noor, Orientasi Pengembangan Pendidikan Pesantren
Tradisional (Jakarta: Prenada, 2009).
18
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini tergolong ke dalam penelitian yang bersifat
kualitatif, karena hanya memusatkan pada kegiatan ontologis, yaitu
pengumpulan data berupa kata kata, kalimat, atau gambar yang
memiliki makna yang lebih nyata daripada sekedar angka atau
frekuensi, sehingga analisanya pun tidak menggunakan angka, tetapi
dengan interpretasi terhadap data yang berupa kata-kata, kalimat,
ataupun dokumentasi lainnya. Selain itu, penelitian ini juga karena
menekankan pada analisis induktif. 35
2. Sumber Penelitian
Sumber primer penelitian ini adalah data-data serta informasi
hasil dari observasi dan wawancara, serta dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan akhlak yang peneliti
temukan di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta.
Sedangkan sumber sekundernya ada 3 jenis, yaitu: pertama,
literatur-literatur yang membahas tentang filsafat, terutama filsafat
pendidikan, akhlak, etika, moral, dan karakter. Kedua, literatur-
literatur yang membahas tentang kurikulum pendidikan. Ketiga,
literatur-literatur yang mengkaji tentang psikologi pendidikan yang
berkaitan dengan perilaku.
3. Obyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Pembangunan UIN
Jakarta (MP UIN Jakarta), yang mempunyai tiga jenjang pendidikan
yang berada di bawah pengelolaannya, yaitu jenjang pendidikan
tingkat dasar adalah Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
(MIP UIN Jakarta), jenjang pendidikan tingkat menengah pertama
adalah Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta (MTsP UIN
Jakarta), dan jenjang pendidikan menengah atas adalah Madrasah
Aliyah Pembangunan UIN Jakarta (MAP UIN Jakarta).
Lokasi ini ditetapkan karena 3 alasan. Pertama, salah satu
pilar keunggulan dari madrasah ini adalah unggul dalam bidang
Akhlakul Karimah (Islamic Values and Attitudes), untuk itu pastilah
madrasah ini akan berupaya mewujudkannya melalui sistem
pendidikan dan pengajaran akhlaknya. Kedua, lembaga-lembaga
35
Lihat dalam J. R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Grasindo,
tt), 44.
19
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN
20
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN
6. Teknik penulisan
Adapun metode penulisan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode deskriptif analisis dan metode komparatif teoritis
praktis. Metode deskriptif analisis digunakan untuk menunjukkan
gambaran apa adanya tentang pelaksanaan pendidikan yang
berorientasi akhlak di MP UIN Jakarta. Kemudian hasil deskriptif
analisis tersebut dikomparatifkan dengan teori-teori yang sudah ada,
36
Lihat dalam Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan
Multidisipliner: Normatif Perenialis, Sejarah, Filsafat, Psikologi, Sosiologi,
Manajemen, Teknologi, Informasi, Kebudayaan, Politik, Hukum (Jakarta: Rajawali
Press, 2009).
37
Lihat dalam JR. Raco, Metode Penelitian Kualitatif, 44-46; dan dalam
Christine Daymon dan Immy Holloway, Metode Riset Kualitatif (Bandung: Mizan
Publika, tt), 180-199.
21
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN
F. Sistematika penulisan
Penulisan ini akan menggunakan sistematika sebagai berikut:
Bab satu yaitu bab pendahuluan, berisi tentang latar belakang
masalah; permasalahan yang di dalamnya memuat tentang
pembatasan masalah, dan perumusan masalah; tujuan penelitian;
kegunaan penelitian; literatur/ tinjauan pustaka; metodologi
penelitian yang di dalamnya memuat tentang sifat penelitian, sumber
data primer, sumber data sekunder, cara membaca/ pendekatan, cara
menganalisa, dan cara merepresentasi hasil analisa; serta sistematika
penulisan.
Sebagai pengantar dan juga sebagai landasan teori dalam
penelitian ini maka pada bab dua membahas tentang pendidikan
akhlak secara umum dengan berbagai permasalahan yang muncul di
dalamnya. Bahasannya meliputi: pertama, bahasan mengenai definisi
dari istilah akhlak, etika, moral, adab, dan karakter. Kedua adalah
bahasan mengenai konsep pendidikan akhlak. Adapun yang ketiga
adalah bahasan tentang distingsi pentingnya pendidikan akhlak dalam
dunia pendidikan.
Bab tiga mengulas hasil penelitian tentang kelembagaan dari
MP UIN Jakarta sebagai sebuah lembaga pendidikan yang
berorientasi kepada akhlak yang mulia. Untuk memotret dan
menganalisis kelembagaan MP UIN Jakarta tersebut maka
pembahasannya dibagi ke dalam 5 bahasan, yaitu bahasan tentang
profil kelembagaannya yang mengulas mengenai sejarah berdiri dan
perkembangannya sampai saat sekarang ini, kemudian tentang
proyeksi visi keunggulan akhlak, berikutnya mengenai proyeksi misi
keunggulan akhlak, dilanjutkan dengan bahasan tentang proyeksi
tujuan dan sasaran dari keunggulan akhlak, dan terakhir membahas
tentang program serta kegiatan kelembagaannya yang berorientasi
kepada akhlak mulia.
Bab empat mengungkap tentang hasil penelitian mengenai
kurikulum MP UIN Jakarta yang berorientasikan kepada akhlak yang
mulia. Untuk mengulas hasil penelitian mengenai kurikulum MP UIN
Jakarta ini maka hasil analisisnya dibagi kepada 3 bahasan, yaitu
mengenai seluk beluk kurikulum MP UIN Jakarta, pengembangan
22
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN
23
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN
24
BAB 2
PENDIDIKAN AKHLAK
25
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK
7
Murtad}a Mut{ah{h}ari, Quantum Akhlak, penterjemah: M. Babul Ulum
(Yogyakarta: Arti Bumi Intaran, 2008), 41 dan 120 - 126. Murtad}a Mut{ah{h}ari
(1919-1979M) adalah ulama dan intelek dari Iran.
8
Abuddin Nata dan Fauzan, Pendidikan dalam Perspektif Hadits (Jakarta:
UIN Jakarta Press, Cet. I, 2005), 274. Abuddin Nata adalah guru besar pendidikan
Islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9
Lihat dalam K. Bertens, Etika (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993),
4.
10
Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, 399.
11
Lihat dalam Anthony C. Thiselton, A Concise Encyclopedia of the
Philosophy of Religion (Grand Rapids: Baker Academic, 2002), 80.
12
Immanuel Kant, The Metaphysical Elements of Ethics, penterjemah:
Thomas Kingsmill Abbott (Maryland: Manor, 2008), 17.
26
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK
13
Ahmad Amin, Ethika (Ilmu Akhlak), penterjemah: Farid Ma’ruf (Jakarta:
Bulan Bintang, 1975), 21.
14
Lihat dalam K. Bertens, Etika, 4.
15
Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, 971.
16
W. Barnett Pearce dan Stephen W. Littlejohn, Moral Conflict: When
Social Worlds Collide (California: Sage Publications Inc, 1997), 58.
17
Lihat dalam Mark Timmons, Moral Theory: An Introduction (Oxford:
Rowman & Littlefield Publishers Inc, 2002), 1.
18
Lihat dalam al-Ghazali, Adab dalam Agama, penterjemah: AM.
Basalamah (Jakarta: Gema Insani Press, 1992), 17-68. Diterjemahkan dari buku
aslinya Ada>b fi> al-Di>n (tanpa kota: Da>r Ashshuru>q, 1983).
27
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK
19
Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, 639.
20
Samuel Smiles, Character (Middlesex: The Echo Library, 2006), 5.
21
Joel J. Kupperman, Character (New York: Oxford University Press,
1991), 4.
22
Lihat dalam Hamzah Ya’qub, Etika Islam: Pembinaan Akhlaqul
Karimah (Bandung: Diponegoro, 1988), 13.
23
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1997),
85 – 94.
24
Wahyuddin dkk, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Grasindo, tt), 52.
Wahyuddin adalah pengajar Agama Islam di Institut Teknologi Sepuluh November
Surabaya.
28
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK
25
Lihat dalam Alquran surat al-Baqarah:83, al-An’a>m: 151, an-Nisa>: 36,
Maryam:14 dan 32, dan Luqman:15.
26
Lihat dalam Alquran surat al-Isra>: 23-24, al-‘Ankabu>t: 8, Luqman: 15,
dan al-Ahqa>f: 17.
29
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK
27
Lihat dalam Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Jakarta :
Grafindo, 1996), 11.
28
Lihat dalam A. W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia
Terlengkap (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), 967.
30
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK
29
Al-Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, terj: Haidar Bagir
(Bandung: Mizan, 1984), 17.
30
Abdul Fattah Jalal. Min al-Usu>li al-Tarbawiyah fi> al-Islam (Mesir: Da>r
al-Kutub al-Misriyah, 1977), 17 dan 32. Abdul Fattah Jalal adalah ahli pendidikan
dari Universitas al-Azhar Kairo Mesir.
31
Rasyid Ridho. Tafsir al-Manar (tanpa kota: Dar al-Manar, 1373 H), 42.
Muhammad Rasyid Ridho (1865 – 1935 M) adalah intelektual dan reformis muslim
dari Suriah
31
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK
32
Lihat dalam A. W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia
Terlengkap, 13.
33
Al-Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, 19 dan 60.
34
Lihat dalam A. W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia
Terlengkap, 470.
35
Ibnu Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Ansari al-Qurtubi, Tafsir al-
Qurtubi (Kairo: Durusy, tt), 15.
36
Louis Ma’luf, al-Munjid ((Beirut: al-Maktabah al-Sharaqiyah, 1986), 6.
37
Fathur Razi, Tafsir Fathur Razi (Teheran: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, tt),
12.
38
Zuhairini. Metodik Pendidikan Islam (Malang: IAIN Tarbiyah Sunan
Ampel Press, 1950), 17.
32
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK
39
Abdul Fattah Jalal. Min al-Usu>li al-Tarbawiyah fi> al-Islam, 28–29.
40
Al-Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, 17.
41
M. At}iyah al-Abrashi, Al-Tarbiyah al-Isla>miyyah, penterjemah: Bustami
A.Goni dan Djohar Bakry (Jakarta, Bulan Bintang. 1968), 32.
33
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK
42
M. Amin Abdullah, The Idea of Universality of Ethical Norms in
Ghazali and Kant (Ankara: Turkiye Diyanet Vakfi,1992), 98-191.
43
Ahmad Mahmud Shubhi, Filsafat Etika, penterjemah:Yunan AA
(Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2001), 119-312. Diterjemahkan dari buku
aslinya Al-Falsafah al-Akhla>qiyyah fi> al-Fikr al-Isla>mi>: Al-‘Aqliyyu>n wa al-
Zauqiyyu>n aw al-Nadzar wa al-‘Amal (Beirut: Da>r al-Nahd}ah al-‘Arabiyyah,
1992).
44
Ahmad Amin, Ethika (Ilmu Akhlak), penterjemah: Farid Ma’ruf (Jakarta:
Bulan Bintang, 1975), 75-77.
34
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK
biasa. Ini juga berkaitan dengan sifat alami manusia yang suka
meniru. Dengan melalui bacaan ini dapat memberikan motivasi dan
keteladanan yang baik kepada diri anak.
Menurut Larry P. Nucci,45 pendidikan akhlak memerlukan
beraneka ragam pendekatan untuk mempersiapkan siswa dalam
menangani kompleksitas kontroversi, moral, dan heterogenitas.
Menurutnya perkembangan akhlak tidak bergerak menuju titik akhir
di mana prinsip akhlak menang atas prinsip pertimbangan non-
akhlak, juga bukan dari hasil pendidikan akhlak dalam pembentukan
kebajikan yang dikontektualisasikan. Sebaliknya, menurut Nucci
yang bisa dicapai adalah untuk mengembangkan orang-orang muda
yang mampu menangani kompleksitas akhlak, ambiguitas, dan
kontradiksi dengan cara yang akan membantu mereka untuk
menjalani kehidupan akhlak dan untuk membangun sebuah
masyarakat akhlak yang lebih baik. Untuk itu Nucci menyarankan
untuk mengembangkan pendekatan untuk tahapan perkembangan
yang berbasis pendidikan akhlak dan sosial (approach to
developmentally based moral and social education).
Darcia Narvaez46 mengungkapkan bahwa kognitif dan ilmu
saraf telah membuat langkah besar dalam mengungkap sifat manusia
berdasarkan penelitian psychobiology dalam beberapa tahun terakhir.
Teori-teori yang ditemukan tersebut menurut Narvaez dapat
dimanfaatkan dan diimplikasikan untuk membangun dan
menumbuhkan kepribadian akhlak manusia, untuk itu Narvaez
mengajukan 2 pendekatan yang bisa diterapkan dalam pendidikan
akhlak, yaitu pendekatan Model Pendidikan Etika Integratif
(Integrative Ethical Education Model Approach) yang dimaksudkan
untuk pendidik dari semua tingkatan, dan pendekatan Teori
Tritunggal Etika (Triune Ethics Theory) yaitu sebuah teori
perkembangan akhlak yang lebih komprehensif yang memiliki
implikasi untuk pendidikan akhlak.
45
Larry P. Nucci, “Social Cognitive Domain Theory and Moral
Education”, dalam Larry P. Nucci dan Darcia Narvaez (Ed.), Handbook of Moral
and Character Education, 304.
46
Darcia Narvaez, “Human Flourishing and Moral Development:
Cognitive and Neurobiological Perspectives of Virtue Development”, dalam Larry
P. Nucci dan Darcia Narvaez (Ed.), Handbook of Moral and Character Education,
310.
35
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK
47
James Arthur, “Traditional Approaches to Character Education in Britain
and America”, dalam Larry P. Nucci dan Darcia Narvaez (Ed.), Handbook of
Moral and Character Education, 80 dan 96.
48
Thomas Rusnak (Ed.), An Integrated Approach to Character Education
(London: Corwin Press, 1998), 3-4.
49
Thomas Lickona, Educating for Character How Our Schools Can Teach
Respect and Responsibility (New York: Bantam, 1991); dan Thomas Lickona,
36
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK
akhlak dari warisan terdahulu, warisan ini tidak statis, tetapi dapat
berubah untuk itu bisa diubah dan ditambahkan. Siswa dapat belajar
untuk mengetahui yang baik melalui pengambilan keputusan yang
rasional. Penalaran akhlak, pengambilan keputusan, dan kemampuan
untuk memperoleh pengetahuan diri melalui peninjauan dan
pengevaluasian terhadap semua perilaku merupakan hal-hal yang
esensial dalam dimensi pembangunan akhlak. Kedua, domain afektif
yang mencakup perasaan simpati, kepedulian, dan cinta untuk orang
lain dianggap sebagai jembatan penting untuk tindakan akhlak.
Ketiga, tindakan tergantung pada kemauan, kompetensi, dan
kebiasaan seseorang. Ketiga unsur tindakan ini tidak selalu bekerja
sama, model pendekatan pendidikan akhlak ini juga terjadi dalam dan
melalui komunitas manusia, untuk itu pendekatan ini memerlukan
partisipasi siswa dalam urusan masyarakat.
Untuk mengembangkan model pendekatannya tersebut
Lickona mengemukakan 11 prinsip, yaitu sekolah harus berkomitmen
untuk nilai-nilai etika inti; akhlak harus didefinisikan secara
komprehensif meliputi aspek berpikir, merasa, dan perilaku; sekolah
harus proaktif dan sistematis dalam mengajar pendidikan akhlak dan
tidak hanya menunggu kesempatan; sekolah harus mengembangkan
atmosfer peduli dan menjadi mikrokosmos dari komunitas yang
peduli; kesempatan untuk mempraktekkan tindakan akhlak harus
bervariasi dan tersedia untuk semua; studi akademis tentang akhlak
harus terpusat; sekolah perlu mengembangkan cara untuk
meningkatkan motivasi intrinsik siswa yang harus berkomitmen
dengan nilai-nilai inti; sekolah perlu bekerja sama dan berbagi
norma-norma pendidikan akhlak; guru dan siswa harus berbagi dalam
kepemimpinan akhlak di sekolah; orang tua dan masyarakat harus
menjadi mitra dalam pendidikan akhlak di sekolah; mengevaluasi
efektivitas pendidikan akhlak pada 2 elemen sekolah, yaitu pada staf
dan siswa.
Victor A. Battistich50 menguraikan bahwa Child Development
Project (CDP) adalah suatu pendekatan pendidikan yang dirintis oleh
Dyke Brown sejak tahun 1978 di Amerika yang konsep intinya
37
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK
51
Carolyn Hildebrandt dan Betty Zan, “Constructivist Approaches to
Moral Education in Early Childhood”, dalam Larry P. Nucci dan Darcia Narvaez
(Ed.), Handbook of Moral and Character Education, 352-369.
38
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK
52
Matthew Davidson (dkk), “Smart & Good Schools: A New Paradigm for
High School Character Education”, dalam Larry P. Nucci dan Darcia Narvaez
(Ed.), Handbook of Moral and Character Education, 370-390.
39
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK
53
Anne Colby, “Fostering the Moral and Civic Development of College
Students”, dalam Larry P. Nucci dan Darcia Narvaez (Ed.), Handbook of Moral
and Character Education, 391-413.
40
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK
54
Rachael Kessler dan Catherine Fink, “Education for Integrity:
Connection, Compassion and Character”, dalam Larry P. Nucci dan Darcia
Narvaez (Ed.), Handbook of Moral and Character Education, 432-456.
41
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK
55
James Arthur, “Traditional Approaches to Character Education in Britain
and America”, dalam Larry P. Nucci dan Darcia Narvaez (Ed.), Handbook of
Moral and Character Education, 80.
56
Bill Puka, “Inclusive Moral Education: A Critique and Integration of
Competing Approaches”, dalam M. Leicester dkk (Ed.), Moral Education and
Pluralism (London: Falmer Press, 2000),131.
42
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK
57
Lihat dalam James Arthur, “Traditional Approaches to Character
Education in Britain and America”, dalam Larry P. Nucci dan Darcia Narvaez
(Ed.), Handbook of Moral and Character Education, 91.
58
Jarot Wijanarko, Mendidik Anak untuk Meningkatkan Kecerdasan
Emosional dan Spiritual (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), 40.
43
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK
Tabel 1
Konsep Pendidikan Akhlak Rasional
Akhlak Mulia
Karakter Moral Karakter Kinerja
44
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK
59
Al-Ghazali, Metode Menaklukkan Jiwa: Perspektif Sufistik, penterjemah:
Rahmani Astuti (Bandung: Karisma, 2003), 99-113.
60
Al-Ghazali, Metode Menaklukkan Jiwa: Perspektif Sufistik, 107-113;
dan dalam M. Abul Quasem, Etika al-Ghazali: Etika Majemuk di dalam Islam
(Bandung: Pustaka, 1988), 99.
61
Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, penterjemah: Helmi
Hidayat (Bandung: Mizan, 1994), 60-64. Diterjemahkan dari buku aslinya Tahdzi>b
al-Akhla>q (Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1985).
62
‘Abdulla>h Na>s}ih} ‘Ulwa>n, Tarbiyah al-Aula>d fi> al-Isla>m, Juz 1 dan Juz 2,
47-789.
45
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK
63
Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, 76-80.
64
‘Abdulla>h Na>s}ih} ‘Ulwa>n, Tarbiyah al-Aula>d fi> al-Isla>m, Juz 1 dan Juz 2,
47-789.
65
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung:
Al-Ma’arif, 1989), 76-81.
66
Khatib Ahmad Santhut, Menumbuhkan Sikap Sosial, Moral, dan
Spiritual Anak dalam Keluarga Muslim, terj. Ibnu Burdah (Yogyakarta: Mitra
Pustaka, 1998), 85-95.
46
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK
Tabel 2
Konsep Pendidikan Akhlak Eklektik
Akhlak Mulia
Metode: Metode:
1. Nasehat 1. Pergaulan
2. Pembentukan pengertian 2. Pujian
3. Cerita sejarah 3. Penghargaan
4. Pemberian motivasi 4. Latihan
5. Pemberian ancaman 5. Pembiasaan
6. Keteladanan
7. Pemberian perhatian
8. Pembentukan minat
9. Pembentukan sikap
10. Pembentukan keruhanian
11. Bimbingan/ tuntunan
47
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK
Skema 1
Konsep Pendidikan Akhlak
Akhlak Mulia
B B T B B T B B T B B T
er er er er er er er er er er er er
p p p p p p p p p p p p
us us a us us a us us a us us a
at at d at at d at at d at at d
p p u p p u p p u p p u
a a a a a a a a
d d d d d d d d
a a a a a a a a
G Si G Si G Si G Si
ur s ur s ur s ur s
u w u w u w u w
a a a a
M M M M M M M M M M M M
et et et et et et et et et et et et
o o o o o o o o o o o o
d d d d d d d d d d d d
e e e e e e e e e e e e
48
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK
67
Ahmad Amin, Kita>b al-Akhla>q (Kairo: Da>r al-Kutub al-Mis}riyyah,
1929), 2. Ahmad Amin adalah pakar di bidang adab dari Mesir.
68
M. A. Darraz, Dustu>r al-Akhla>q fi> al-Qur’an (Beirut: Muassasah al-
Risa>lah, 1973), 14.
69
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, 147 – 152.
70
Lihat dalam Mohd. Nasir Omar, Akhlak dan Kaunseling Islam (Kuala
Lumpur: Utusan Publications & Distributors Sdn Bhd, 2005), 99 -102. Mohammad
Nasir Omar adalah guru besar Filsafat dan Akhlak di Universitas Kebangsaan
Malaysia.
49
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK
Skema 2
Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak
Pendidikan Akhlak
71
Lihat dalam Zainuddin Saifullah Nainggolan, Pandangan Cendekiawan
Muslim Tentang Moral Pancasila, Moral Barat, dan Moral Islam (Jakarta: Kalam
Mulia, 1997), 118–119.
50
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK
51
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK
seorang cendekiawan muslim dari Mesir yang diakui sebagai mubalig ternama dan
motivator berpengaruh kaliber dunia.
77
Ahmad Amin, Kita>b al-Akhla>q, 1.
78
M. At}iyah al-Abrashi, Dasar-Dasar Pendidikan Islam, penterj: Bustami
Abdul Ghani (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), 103.
79
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, 16.
80
Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf (Surabaya: Bina Ilmu,
1995), 67. Mustafa Zahri adalah ulama dan sufi dari Makassar.
81
H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, 26–27. H. A. Mustofa adalah mantan
Imam Besar Mesjid Istiqlal.
52
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK
82
Lihat dalam H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, 31–40.
83
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, 14–15.
84
Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, 60-64.
53
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK
85
Lihat dalam Haji Khalifah, Kashf al-Zunu>n, Juz 1, 51. Hadith ini tidak
terdapat baik dalam S{ah}i>h} al-Bukhariy, Muslim, As}h}a>bus Sunan ataupun yang
lainnya, juga tidak disebutkan sanad dan derajat keabsahannya.
86
Lihat dalam Chappy Hakim, Cat Rambut Orang Yahudi (Jakarta: Buku
Kompas, 2009), 172.
87
Lihat dalam ‘Abdulla>h Na>s}ih} ‘Ulwa>n, Tarbiyah al-Aula>d fi> al-Isla>m, Juz
1 dan Juz 2 (Beirut: Da>r al-Sala>m, 1981 dan 1996), 29-45; dan dalam Steve Olson,
Mapping Human History: Gen, Ras, dan Asal Usul Manusia, penterjemah: Agung
Prihantoro (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006), 91–92.
88
Menurut hemat penulis karakteristik pendidikan akhlak dibanding
pendidikan yang lain adalah terletak pada prosesnya terhadap diri siswa, misalnya
aspek kejujuran. Aspek kejujuran sejak dari awal diajarkan sampai siswa dewasa
akan tetap terus berproses sehingga kejujuran tersebut menjadi salah satu atau tidak
dari karakter kepribadian siswa tersebut. Sedangkan pendidikan atau pengajaran
yang sifatnya koqnitif setelah diajarkan atau setelah siswa menemukan
pengetahuan tersebut maka sejak saat itu pengetahuan tersebut akan terus tertanam
dalam otaknya sampai dia dewasa. Adapun pengajaran yang sifatnya psikomotorik
setelah diajarkan dan siswa bisa melakukannya maka sejak saat itu pula
keterampilan tersebut akan terus melekat pada diri siswa sampai dia dewasa.
54
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK
55
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK
90
Biasanya anak-anak selalu meniru aktifitas apapun yang dilihat dan
didengarnya, terutama aktifitas yang dilakukan oleh kedua orang tuanya tanpa dia
tahu atau mengerti tentang aktifitas tersebut. Lihat dalam Seto Mulyadi, Seri
Cerdas Emosi: Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya (Jakarta: Erlangga,
2004), 29; Singgih D. Gunarsa, Bunga Rampai Psikologi Perkembangan: dari
Anak sampai Usia Lanjut (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 126.
56
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK
91
M. At}iyah al-Abrashi, al-Tarbiyah al-Isla>miyyah wa Fala>sifatuha
(Mesir: Isa Babi al-Halabi, 1969), 9-128.
92
Abbas Mahjub, Us}u>l al-Fikr al-Tarbawi fi al-Islam (Damaskus: Da>r Ibn
Kathi>r, 1987), 157.
93
Gary J Quinn, Moral Education in America: Its Future in an Age of
Personal Autonomy and`Multiculturalism (Lincoln: iUniverse, 2004), 1-2.
57
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK
94
Daniel K. Lapsley, “Moral Self-Identity as the Aim of Education”,
dalam Larry P. Nucci dan Darcia Narvaez (Ed.), Handbook of Moral and
Character Education (New York: Routledge, 2008), 30.
95
Gabriel Moran, Speaking of Teaching: Lessons from History (Lanham:
Lexington Books, 2008), 171.
96
Darlene Leiding, Reform can Make a Difference: A Guide to School
Reform (Lanham: R&L Education, 2009), 95-96.
97
Graham Haydon, “Moral Education”, dalam Randall Curren (Ed.), A
Companion to the Philosophy of Education (Malden: Blackwell Publishing, 2003),
321.
58
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK
59
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK
60
BAB 3
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN
JAKARTA BERORIENTASI AKHLAK MULIA
A. Profil Kelembagaan1
MP UIN Jakarta didirikan berdasarkan adanya keinginan dari
tokoh-tokoh di Departemen Agama dan IAIN Syarif Hidayatullah
Jakarta akan adanya pendidikan Islam yang representatif. Pada awal
tahun 1972, Panitia Pembangunan Gedung Madrasah Komprehensif
dibentuk oleh Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. H.M.
Toha Yahya Omar (alm). Bulan Juni 1972, bertepatan dengan
Lustrum III IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dimulai pembangunan
gedung madrasah yang ditandai dengan peletakan batu pertama oleh
Menteri Agama RI pada masa itu, yaitu Prof. H.A. Mukti Ali dan
Rektor IAIN Syarif Hidayatullah. Tanggal 17 November 1973,
gedung madrasah diserahterimakan dari Pimpinan Bagian Proyek
Pembinaan Bantuan Untuk Madrasah Swasta Pemda DKI Jakarta
kepada IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tahun 1974, pertama kali MP UIN Jakarta membuka tingkat
ibtidaiyah. Jumlah muridnya baru 58 orang, terdiri dari Kelas I: 43
orang, Kelas II: 8 orang, dan Kelas III: 7 orang. Permulaan kegiatan
belajar mengajar dimulai pada tanggal 7 Januari 1974. Tanggal inilah
yang kemudian ditetapkan sebagai "Hari Kelahiran" Madrasah
Pembangunan.
Pada awal tahun 1977, MP UIN Jakarta membuka tingkat
tsanawiyah. Siswa angkatan pertama berjumlah 19 orang. Bulan Juli
1991, dibuka kelas jauh tingkat ibtidaiyah di Pamulang, bekerja sama
dengan Yayasan Al Hidayah sebagai penyedia lahan.
1
Lihat dalam situs resmi MP UIN Jakarta, http://www.mpuin-jkt.sch.id/
(diakses 25/11/2011); dalam Penyusun, “Kurikulum MI Pembangunan UIN
Jakarta: Tahun Pelajaran 2011 / 2012 (Jakarta: MP UIN JKT, 2011), 16–18; dan
dalam A Video Profile MP UIN Syarif Hidayatullah JKT (3 Version) Indonesia,
Arabic, English: General Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah.
61
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
62
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
2
Wawancara dengan staf keamanan MP UIN Jakarta tanggal 02/05/2012.
3
Observasi dan wawancara dengan Yusuf al-Tuntas staf Pengajar Sekolah
Kharisma Bangsa tanggal 09/06/2012.
63
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
4
Wawancara dengan Waka MTsP UIN JKT Bidang Kurikulum Syukri AG
tanggal 16/04/2012.
5
Lihat dalam Penyusun, “Kurikulum MI Pembangunan UIN Jakarta Tahun
Pelajaran 2011/ 2012” (Jakarta: Madrasah Pembangunan UIN Jakarta, 2011), 39;
Tim Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan UIN Jakarta Tahun pelajaran 2011/
2012” (Jakarta: Madrasah Pembanguan UIN Jakarta, 2011), 18; dan dalam Tim
Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun pelajaran 2011/ 2012” (Jakarta:
MP UIN Jakarta, 2011), 6.
6
Lihat dalam Adrian Vickers dan Lyn Fisher, “Asian Values in Indonesia?
National and Regional Identities”, Journal of Social Issues in Southeast Asia, Vol.
14, No. 2, ASIAN WAYS: ASIAN VALUES REVISITED (1999), 382-401,
http://www.jstor.org/stable/41057002 (diakses 30/04/2012).
64
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
7
Barry B. Gallagher, The Secrets of Life Power (Mequon: Nightengale
Press, 2008), 173.
8
Ralph Brody, Effectively Managing Human Service Organizations
(California: Sage Publications Inc, 2005), 26.
9
Neil Harding Snyder (dkk), Vision, Values, and Courage: Leadership for
Quality Management (New York: The Free Press, 1994), 74.
10
Hiryanto, “Mutu Administrasi Lembaga PKBM (Tata Kelola)”,
Makalah,
https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:AGfNy4tJqG0J:staff.uny.ac.id/sites/
default/files/tmp/Makalah%2520PPM.%2520Tata%2520kelola%2520PKBM_1.pd
f+Imagible,+Desirable,+Feasible,+Focused,+flexible,+Communicable&hl=id&gl=i
d&pid=bl&srcid=ADGEESjRN1saCqyXHf9iUrmugfDxShTtl2hXb5kVlQJWYPaS
AufEmylR1VgxEWTDpXZysEfOJj2V9ZLKkp8oHx2wGrgX_XCFoL7seiX9Vl5I
1PfyBvHZ78r1pQXGTcHbBkimt2Uxx8er&sig=AHIEtbRCX0SpimChjunFeFbgX
T6xRF4EQA (diakses 17/01/2012). Hiryanto adalah dosen di Universitas Negeri
Yogyakarta (UNY).
65
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
11
Isjoni, Membangun Visi Bersama: Aspek-Aspek Penting dalam
Reformasi Pendidikan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006), 51.
12
Lihat dalam situs resmi MP UIN Jakarta, http://www.mpuin-jkt.sch.id/
(diakses 25/11/2011); dan dalam A Video Profile MP UIN Syarif Hidayatullah JKT
(3 Version) Indonesia, Arabic, English: General Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah.
66
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
13
Mohammad Abdul Mukhyi, “Visi, Misi, Goal, Objektive, Falsafah
Perusahaan”,
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:nDTtJ7i0tj4J:staffsite.gun
adarma.ac.id/mukhyi/index.php?stateid%3Ddownload%26id%3D18076%26part%
3Dfiles+Imagible,+Desirable,+Feasible&hl=id&gl=id (diakses 18/ 01/ 2012).
67
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
14
Barry B. Gallagher, The Secrets of Life Power, 174–175.
15
John Lawler dan Andy Bilson, Social Work Management and
Leadership: Managing Complexity with Creativity (Abingdon: Routledge, 2010),
85.
68
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
16
Hiryanto, “Mutu Administrasi Lembaga PKBM (Tata Kelola)”.
17
Lihat dalam Ehap H. Sabri (dkk), Purchase Order Management Best
Practices: Process, Technology, and Change Management (Lauderdale: J. Ross
Publishing, 2007), 180; Darrell L. Casey, The Role of Change Leadership in a
Operations Excellence Transformation Model (tanpa kota: Lulu, 2008), 112;
69
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
70
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
22
Thomas P. Holland dan Roger A. Ritvo, Nonprofit Organizations:
Principles and Practices (New York: Columbia University Press, 2008), 128.
23
George D. Kuh (dkk), Student Success in College: Creating Conditions
that Matter (San Fransisco: John Wiley and Sons Inc, 2010), 25.
24
Deborah A. Stewart, Effective Teaching: A Guide for Community
College Instructors (Washington, DC: Community College Press, 2004), 4.
71
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
25
Grant P. Wiggins dan Jay McTighe, Schooling by Design: Mission,
Action, and Achievement (Alexandria: ASCD, 2007), 11.
26
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun
Pelajaran 2011/ 2012”, 6; Tim Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan UIN
Jakarta Tahun pelajaran 2011/ 2012”, 18; dan dalam Penyusun, “Kurikulum MI
Pembangunan UIN Jakarta Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 39-40.
72
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
27
Lihat dalam Emil Angelica, The Fieldstone Alliance Nonprofit Field
Guide to Crafting Effective Mission and Vision Statements (Saint Paul: Fieldstone
Alliance, 2001), 15-16.
28
Ynhui Park, “Rationality and Human Dignity – Confucius, Kant and
Scheffler on the Ultimate Aim of Education”, dalam Harvey Siegel (Ed.), Reason
and Education: Essays in Honor of Israel Scheffler (Dordrecht: Kluwer Academic
Publisher, 1997), 7.
29
V. K. Rao, Principles of Curriculum (New Delhi: APH Publishing Corp,
2008), 2.
73
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
30
Dennis Littky dan Samantha Grabelle, The Big Picture: Education is
Everyone's Business (Alexandria: ASCD, 2004), 1.
31
Kathryn R. Wentzel, “School Adjustment”, dalam Irving B. Weiner dkk
(Ed.), Handbook of Psychology: Volume 7 Educational Psychology (New Jersey:
John Wiley and Sons Inc, 2003), 237.
74
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
32
Raphael J. Njoroge, Education for Renaissance in Africa (Victoria:
Trafford, 2004), 92.
33
Yerroju Bhaskaracharyul, Education and Society (New Delhi: Discovery
Publishing House, 2006), 3.
34
Michael Martin, Concepts of Science Education: A Philosophical
Analysis (Lanham: University Press of America, 1985), 158.
35
Daniel K. Lapsley, “Moral Self-Identity as the Aim of Education”,
dalam Larry P. Nucci dan Darcia Narvaéz, Handbook of Moral and Character
Education, 30.
36
Asahel D. Woodruff dan Philip G. Kapfer, “Behavioral Objectives and
Humanism in Education: A Question of Specificity”, dalam anonim, Performance
Objectives in Education (New Jersey: Educational Technology Publication, 1973),
109.
75
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
37
Lihat dalam “Toward Excellent Islamic School of MP UIN Jakarta 2030:
Rencana Induk Pengembangan MP UIN Jakarta 2011-2030” (Jakarta: MP UIN
Jakarta, 2011), 11-14.
76
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
77
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
78
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
79
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
a. Tujuan khusus
Tujuan khusus ini maksudnya adalah tujuan yang hanya
diberlakukan untuk masing-masing jenjang pendidikan, masing-
masing tingkatan kelas, dan masing-masing individu siswa saja.
Di masing-masing jenjang pendidikan, tujuan pendidikan
akhlak tidaklah sama, masing-masing jenjang pendidikan mempunyai
karakteristiknya masing-masing. Ynhui Park menyatakan bahwa
seluruh kegiatan pendidikan direncanakan untuk tujuan tertentu
dalam konteks tertentu, dan dilakukan dengan tujuan yang spesifik
dan khusus atau tujuan yang ditentukan. Park juga menambahkan
80
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
38
Ynhui Park, “Rationality and Human Dignity – Confucius, Kant and
Scheffler on the Ultimate Aim of Education”, dalam Harvey Siegel (Ed.), Reason
and Education: Essays in Honor of Israel Scheffler, 7.
39
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan UIN
Jakarta Tahun pelajaran 2011/ 2012”, 18-19.
81
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
40
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun
Pelajaran 2011/ 2012”, 7.
41
Lihat dalam Tim Penyusun, “Buku Penghubung” (Jakarta: Madrasah
Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), 3.
82
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
42
Lihat dalam “Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan
Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah”, dalam “Peraturan Menteri”,
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI,
http://pendis.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id2=permen (diakses
28/03/2012); Tim Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun Pelajaran 2011/
2012”; Tim Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan UIN Jakarta Tahun
pelajaran 2011/ 2012”; dan dalam Penyusun, “Kurikulum MI Pembangunan UIN
Jakarta Tahun Pelajaran 2011/ 2012”.
43
Lihat dalam Darrell Anderson, Educational Objectives and the Teaching
of Educational Psychology (London: E. Stones, 1972), 5-6.
83
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
84
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Tabel 3
Tujuan Khusus Pendidikan Akhlak di MP UIN Jakarta
Akhlak Mulia
No Jenjang Pendidikan Karakter Moral Karakter Kinerja
85
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
b. Tujuan umum
Tujuan umum ini maksudnya adalah tujuan yang ingin dicapai
secara bersama-sama oleh seluruh lembaga pendidikan yang ada
tanpa membedakan tingkatan kelas dan jenjang pendidikan. Semua
lembaga pendidikan atau sekolah dari tingkat MI/ SD, MTs/ SMP,
sampai tingkat MA/ SMA semuanya mempunyai tujuan yang sama
tanpa membedakan tingkatan kelas dan jenjang pendidikan di antara
mereka.
Pengklasifikasian tujuan umum pendidikan menurut Huey B.
44
Long caranya yang paling mudah adalah dengan merancangnya
untuk memenuhi tujuan kelembagaan atau untuk memenuhi tujuan
nasional. Lyman Bryson seperti yang dikutip oleh Long
mengungkapkan bahwa jenis-jenis tujuan pendidikan itu meliputi 5
hal. Pertama, perbaikan (remedial) yaitu studi formal yang dilakukan
untuk memberikan apa saja yang diperlukan untuk membawa
individu sampai kepada standar minimum yang diinginkan
pendidikan, yang diyakini diperlukan untuk kehidupan individu.
Kedua, pekerjaan (occupational), pelatihan kerja mungkin untuk
beberapa tujuan seperti untuk kemajuan dalam pekerjaan, untuk
kemajuan pada pekerjaan yang lain, untuk rehabilitasi industri korban
machineless kerja, dan untuk bimbingan dalam memilih atau
menyesuaikan diri dengan sebuah pekerjaan. Ketiga, relasional
(relational), pendidikan relasional meliputi dukungan dari orang tua;
studi tentang emosi, sikap, dan kebiasaan psikologis yang dirancang
untuk membantu memahami diri sendiri dan hubungannya dengan
orang lain. Keempat, liberal (liberal), pendidikan liberal adalah
istilah terbaik yang tersedia untuk menggambarkan kegiatan
pendidikan yang dilakukan terutama demi kepentingan mereka
sendiri dan untuk kesenangan yang ada di dalamnya. Kelima, politik
(politic), pendidikan politik mencakup semua studi, praktik, dan
pengalaman yang seseorang secara sengaja melakukan untuk
membuat diri mereka lebih baik sebagai seorang warga negara. Ini
termasuk tidak hanya studi tentang politik sebagai subjek, tetapi juga
semua bentuk pelatihan bagi aksi dalam berpolitik.
Di MP UIN Jakarta, seluruh jenjang pendidikan yang
dikelolanya yaitu MIP UIN Jakarta, MTsP UIN Jakarta, dan MAP
UIN Jakarta ketiganya mempunyai suatu tujuan yang sama mengenai
44
Huey B. Long, New Perspectives on the Education of Adults in the
United States (North Ryde: Croom Helm Ltd, 1987), 32-33.
86
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
45
Patricia D. Quijada Cerecer (dkk), “Critical Multiculturalism:
Transformative Educational Principles and Practices”, dalam Thandeka K.
Chapman dan Nikola Hobbel (Ed.), Social Justice Pedagogy Across the
Curriculum: The Practice of Freedom (New York: Routledge, 2010), 145.
87
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Tabel 4
Tujuan Umum Pendidikan Akhlak di MP UIN Jakarta
Akhlak Mulia
No Program Karakter Moral Karakter Kinerja
Menjadi pendengar yang baik Percaya diri (confidence),
(good listener), berprasangka bertanggung jawab
baik (good prejudice), jujur (responsible), terampil
(honest), ketulusan (honesty), (skillful), kerja sama
cinta damai (harmoniously), (cooperation), hidup sehat,
hidup bersih, kasih sayang disiplin (discipline), cerdas
(love and affection), (smart), kreatif (creative),
menghargai (appreciate), pembicara yang baik (good
1 Core Values toleransi (tolerance), salam, speaker).
salim, senyum, sapa,
kesetaraan (equal),
nasionalisme (nationalism),
peduli (care), empati
(empathy), patuh dan taat
(dolice and obedient),
amanah (trusteeship),
keadilan (justice), dan saling
percaya (believe).
88
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Skema 3
89
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
46
Lihat dalam “Toward Excellent Islamic School of MP UIN Jakarta 2030:
Rencana Induk Pengembangan MP UIN Jakarta 2011-2030”, vi.
47
Lihat dalam “Toward Excellent Islamic School of MP UIN Jakarta 2030:
Rencana Induk Pengembangan MP UIN Jakarta 2011-2030”, 19-21.
90
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
91
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
92
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
48
Lihat dalam “Toward Excellent Islamic School of MP UIN Jakarta 2030:
Rencana Induk Pengembangan MP UIN Jakarta 2011-2030”, vii.
49
Lihat dalam “Toward Excellent Islamic School of MP UIN Jakarta 2030:
Rencana Induk Pengembangan MP UIN Jakarta 2011-2030”, vi-vii.
93
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
50
Lihat dalam “Toward Excellent Islamic School of MP UIN Jakarta 2030:
Rencana Induk Pengembangan MP UIN Jakarta 2011-2030”, vi-vii.
51
Lihat dalam “Toward Excellent Islamic School of MP UIN Jakarta 2030:
Rencana Induk Pengembangan MP UIN Jakarta 2011-2030”, vi-vii.
94
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
52
Lihat dalam “QS World University Rankings 2011/12 “, QS Top
Universities, http://www.topuniversities.com/university-rankings/world-university-
rankings/2011?page=4 (diakses 20/04/2012).
95
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
96
BAB 4
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN
JAKARTA BERORIENTASI AKHLAK MULIA
1
Lihat dalam Colin J. Marsh, Key Concepts for Understanding Curriculum
(Oxon: Routledge, 2009), 3.
2
Lihat dalam R.N.Pani, Integral Education:Thought & Practical (New
Delhi: APH Publishing Corp, 2007), 431.
3
Lihat dalam R.N.Pani, Integral Education:Thought & Practical, 431; V.
K. Rao, Principles of Curriculum, 1; Sally N. Clark dan Donald C. Clark,
Restructuring the Middle Level School: Implications for School Leaders, 85; dan
dalam Murray Print, Curriculum Development and Design (Crows Nest: Allen &
Unwin, 1993), 5-9.
4
Murray Print, Curriculum Development and Design, 5-9.
97
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
5
Lihat dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen (Jakarta: Visimedia, 2007), 113.
6
Dalam kurikulum MP UIN JAKARTA tidak hanya memuat tentang
silabusnya saja, tetapi juga memuat semua program dan kegiatan yang akan
dilaksanakan kepada siswa, baik itu kegiatan yang bersifat intra kurikuler,
kokurikuler, maupun kegiatan yang bersifat ekstra kurikuler.
7
A.V.Kelly seorang pakar pendidikan Inggris yang menyimpulkan bahwa
dalam pembahasan kurikulum ada 3 ideologi besar yang berbeda, yaitu kurikulum
yang dianggap sebagai konten dan pendidikan sebagai transmisinya, kurikulum
yang dianggap sebagai produk dan pendidikan sebagai instrumentalnya, dan
kurikulum yang dianggap sebagai proses dan pendidikan sebagai
pengembangannya. Lihat dalam A.V.Kelly, The Curriculum: Theory and Practice
(London: SAGE Publication Ltd, 2004), 46.
98
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
8
Secara umum penulisan kurikulum selama tahun 2000 menurut Allan A.
Glatthorn dapat diklasifikasikan kepada 4 kelompok aliran, yaitu kurikulum yang
pesimis yang menganggap bahwa selama ini kurikulum tidak mengalami
perubahan, kurikulum yang reaksionis yang ingin kembali kepada kurikulum
klasik, kurikulum yang revolusionis yang giat merekonseptualisasi kurikulum
untuk mendorong para praktisi dalam melakukan perubahan radikal mengenai
organisasi dan strukturnya, dan kurikulum yang reformis yang melakukan langkah-
langkah kecil dalam mengembangkan kurikulum yang terukur secara lebih baik
daripada kurikulum yang ditawarkan sekarang untuk merealisasikan masa depan.
Lihat dalam Allan A. Glatthorn, “A Curriculum for the Twenty-First Century”, The
Clearing House, Vol. 62, No. 1, Education in the Year 2000, 7-10,
http://www.jstor.org/stable/30188363 (diakses 01/05/2012).
9
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun
pelajaran 2011/ 2012”, 5.
99
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
10
Sally N. Clark dan Donald C. Clark, Restructuring the Middle Level
School: Implications for School Leaders, 85-87.
11
Malcolm Skilbeck, School-Based Curriculum Development (London:
Harper & Row Ltd, 1984), 21.
12
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan UIN
Jakarta Tahun pelajaran 2011/ 2012”, 1.
13
V.K.Rao, Principles of Curriculum, 2.
14
Adapun prinsip-prinsip psikologis perkembangan anak yang harus
diperhatikan untuk mengembangkan kurikulum menurut Rao ada 7, yaitu: (1)
100
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Anak-anak pada usia kronologis yang sama memiliki perbedaan dalam kecepatan
dan pola pertumbuhannya. (2) Anak-anak pada usia kronologis yang sama dalam
pertumbuhan dan perkembangan mereka telah dipengaruhi oleh faktor lingkungan
yang berbeda. (3) Dalam antar kelompok umur terdapat berbagai perbedaan yang
lebar dan dalam tentang kemampuan, minat, dan kebutuhan mereka. (4)
Penempatan anak dalam kelompok antar-umur tidak pernah dapat ditentukan secara
tidak sengaja (kecelakaan usia kronologis) melainkan harus ada tindakan yang
disengaja. (5) Proses perencanaan unit-unit pengalaman harus memberikan
kesempatan kepada setiap anak melalui kehidupan kelompok agar setiap anak dapat
menemukan tempatnya, dapat mengukur kekuatan dan kebutuhannya, dapat
tumbuh untuk mencapai potensinya, dan dapat memberikan kontribusi kepada
kehidupan kelompok saat melakukannya. (6) Dalam kelompok anak-anak normal
pada usia kronologis yang sama, kurikulum harus dikembangkan yang untuk
memenuhi kebutuhan, kemampuan, minat, dan motivasi mereka yang berbeda pada
tingkat kematangan yang berbeda dalam kelompok. (7) Anak-anak usia kronologis
yang sama, ditempatkan dalam kelompok kelas yang didesain menjadi kelas yang
berdasarkan pada pembelajaran keterampilan, informasi, pemahaman, dan
perumusan konsep dengan pencapaian kuantitas dan kualitas yang berbeda. Lihat
dalam VK. Rao, Principles of Curriculum, 23-28.
101
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
102
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
15
Lihat dalam A.V.Kelly, The Curriculum: Theory and Practice, 115;
R.N.Pani, Integral Education:Thought & Practical, 437-439; dan E.N.Gawande,
Value Oriented Education, 38-39.
103
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
104
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
16
Lihat dalam Penyusun, “Kurikulum MI Pembangunan UIN Jakarta
Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 11-12.
17
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan UIN
Jakarta Tahun pelajaran 2011/ 2012”, 6-8; dan dalam Penyusun, “Kurikulum MI
Pembangunan UIN Jakarta Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 12-14.
18
Gawande dalam salah satu sarannya mengenai hal-hal yang harus
diperhatikan dalam kurikulum pendidikan berorientasi nilai (akhlak)
mengungkapkan bahwa perkembangan yang ideal dari kepribadian siswa harus
dimungkinkan untuk dimuat dalam kurikulum. Lihat dalam E.N.Gawande, Value
Oriented Education, 42.
105
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
19
Lihat dalam Arend E Carl, Teacher Empowerment through Curriculum
Development: Theory into Practice (Cape Town: Juta and Company Ltd, 2009),
37-38.
20
Model integrasi kurikulum yang otentik pada awalnya adalah suatu cara
berpikir tentang sekolah yang mengarahkan berbagai gambaran untuk apa sekolah
didirikan, sumber-sumber kurikulumnya, dan tentang penggunaan pengetahuan.
Integrasi kurikulum ini bersandar pada premis bahwa sumber kurikulum haruslah
masalah, isu, dan masalah yang diusulkan oleh kehidupan individu yang terlibat
dalam proses belajar (siswa). Secara teoritis, integrasi kurikulum adalah untuk
melampaui mata pelajaran yang terpisah dan mengintegrasikan pengetahuan tanpa
memperhatikan mata pelajaran atau garis keilmuan. Integrasi kurikulum berkisar di
seputar proyek dan kegiatan, bukan pada mata pelajarannya, sedangkan
pengetahuan hanyalah untuk melayani sebagai sumber dari mana tema diambil dan
kemudian dikaitkan dengan isu dan kepentingan. Namun pada prakteknya, integrasi
kurikulum menjadi organisasi tema sebagai pusat belajar yang masih
mempertahankan pendekatan mata pelajaran yang terpisah. Padahal model integrasi
kurikulum yang sebenarnya menyerukan pada tema yang berpusat pada isu-isu
kehidupan nyata seperti konflik, budaya, identitas, karier, atau lingkungan. Lihat
dalam Christine J. Villani, A Synthesized Curriculum for the 21st Century
(Lanham: University Press of America Inc., 1998), 17-18.
106
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
21
Betty Jean Eklund Shoemaker mengidentifikasikan ada 7 pendekatan
yang digunakan dalam model kurikulum terpadu (integrated curriculum), yaitu: (1)
Pendekatan infus yang mengintegrasikan topik tertentu di seluruh kurikulum. (2)
Pendekatan topik dalam disiplin keilmuan yang mengintegrasikan beberapa bagian
dari disiplin yang sama dalam pengaturan instruksional. Pendekatan interdisipliner
mempertahankan batas-batas mata pelajaran tradisional sementara menyelaraskan
isi dan konsep dari satu disiplin dengan yang lain. (3) Pendekatan tematik
subordinat pokok bahasan menjadi tema, sehingga batas-batas antara disiplin ilmu
menjadi kabur. Topik dapat difokuskan secara sempit atau secara luas. (4)
Pendekatan holistik melalui 2 perspektif: menangani kebutuhan anak secara
keseluruhan (integrasi kognitif, fisik, dimensi afektif, moral, dan spiritual) dan
menawarkan kurikulum yang menyediakan konteks di mana pengetahuan baru
masuk akal. (5) Pendekatan fungsi pikiran/otak yang menggunakan strategi
pengajaran dan organisasi ruang kelas yang melibatkan para siswa untuk
menggunakan 4 fungsi pikiran/otak yang diidentifikasi oleh Barbara Clark. (6)
Pendekatan kerja otak integratif yang menggunakan strategi pengolahan informasi
seperti pencapaian konsep, berpikir induktif, penyelenggaraan tatap muka,
pemetaan konsep, dan wawancara klinis. (7) Gabungan pendekatan yang
menggabungkan beberapa aspek dari pendekatan tersebut di atas. Lihat dalam
Betty Jean Eklund Shoemaker, “Education 2000 Integrated Curriculum”, The Phi
Delta Kappan, Vol. 72, No. 10 (1991), 793-797,
http://www.jstor.org/stable/20404539 (diakses 02/05/2012).
22
Lihat dalam “Toward Excellent Islamic School of MP UIN Jakarta 2030:
Rencana Induk Pengembangan MP UIN Jakarta”, 19.
107
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
23
Arthur N. Applebee, Curriculum as Conversation: Transforming
Traditions of Teaching and Learning (Chicago: The University of Chicago Press,
1996), 67-69.
24
Lihat dalam Jaana Seikkula-Leino, “Advancing Entrepreneurship
Education in Finnish Basic Education: The Prospect for Developing Local
Curricula”, dalam Alain Fayolle dan Paula Kyro (Ed.), The Dynamics between
Entrepreneurship, Environment and Education (Glos: Edward Elgar Publishing
Ltd, 2008), 174.
108
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
25
William J. Carey, New Developments in Combustion Research (New
York: Nova Science Publishers Inc, 2001), 144.
26
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun
Pelajaran 2011/ 2012”, 27-29; dan wawancara dengan Kepala MAP UIN
JAKARTA Darul Janin tanggal 01/12/2011.
27
Lihat dalam Sally N. Clark dan Donald C. Clark, Restructuring the
Middle Level School: Implications for School Leaders (New York: State University
of New York Press, 1994), 84.
109
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Tabel 5
Struktur Kurikulum MAP UIN Jakarta30
Kelas X
Komponen Alokasi Waktu
Semester 1 Semester 2
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama Islam 3 3
2. Bahasa Arab 3 3
3. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2
4. Bahasa Indonesia 4 4
5. Bahasa Inggris 4 4
6. Matematika 4 4
7. Fisika 2 2
8. Biologi 2 2
9. Kimia 2 2
10. Sejarah 2 2
11. Geografi 2 2
12. Ekonomi 2 2
13. Sosiologi 2 2
14. Seni Budaya 1*) 1*)
15. Pendidikan Jasmani, Olahraga 2 2
dan Kesehatan
16. Teknologi Informasi dan 2 2
28
Rosalind Charlesworth dan Karen K. Lind, Math & Science for Young
Children (Belmont: Wadsworth Cengage Learning, 2010), 31.
29
Lihat dalam Sally N. Clark dan Donald C. Clark, Restructuring the
Middle Level School: Implications for School Leaders, 84.
30
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun
Pelajaran 2011/ 2012”, 27-29.
110
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Komunikasi
17. Bahasa Jepang 2 2
B. Pengembangan Diri
1. Bimbingan dan Konseling 1 1
2. Muatan Lokal 1*) 1*)
Tahfiz
Jumlah 42 42
Kelas XI – IPA
Komponen Alokasi Waktu
Semester 1 Semester 2
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama Islam 3 3
2. Bahasa Arab 3 3
3. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2
4. Bahasa Indonesia 4 4
5. Bahasa Inggris 4 4
6. Matematika 5 5
7. Fisika 4 4
8. Biologi 4 4
9. Kimia 4 4
10. Seni Budaya 1*) 1*)
11. Pendidikan Jasmani, Olahraga 2 2
dan Kesehatan
12. Teknologi Informasi dan 2 2
Komunikasi
13. Bahasa Jepang 2 2
B. Pengembangan Diri
1. Bimbingan dan Konseling 1 1
2. Muatan Lokal 1*) 1*)
Tahfiz
Jumlah 42 42
Kelas XI – IPS
Komponen Alokasi Waktu
Semester 1 Semester 2
111
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama Islam 3 3
2. Bahasa Arab 3 3
3. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2
4. Bahasa Indonesia 4 4
5. Bahasa Inggris 4 4
6. Matematika 5 5
7. Ekonomi 4 4
8. Sejarah 2 2
9. Sosiologi 3 3
10. Geografi 3 3
11. Seni Budaya 1*) 1*)
12. Pendidikan Jasmani, Olahraga 2 2
dan Kesehatan
13. Teknologi Informasi dan 2 2
Komunikasi
14. Bahasa Jepang 2 2
B. Pengembangan Diri
1. Bimbingan dan Konseling 1 1
2. Muatan Lokal 1*) 1*)
Tahfiz
Jumlah 42 42
Kelas XII – IPA
Komponen Alokasi Waktu
Semester 1 Semester 2
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama Islam 3 3
2. Bahasa Arab 3 3
3. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2
4. Bahasa Indonesia 4 4
5. Bahasa Inggris 4 4
6. Matematika 6 6
7. Fisika 5 5
8. Biologi 4 4
9. Kimia 4 4
10. Seni Budaya 1*) 1*)
11. Teknologi Informasi dan 2 2
Komunikasi
12. Bahasa Jepang 2 2
B. Pengembangan Diri
112
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
31
Paul Morris dan Bob Adamson 2 pakar pendidikan berkebangsaan
Inggris menyebutkan ada tiga elemen kunci dari kurikulum, yaitu: (1) apa yang
harus guru ajarkan dan apa yang harus murid pelajari; (2) mengapa hal itu diajarkan
dan dipelajari; dan (3) bagaimana mengorganisirnya. Lihat dalam Paul Morris dan
113
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
114
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Tabel 6
Pengelompokkan Mata Pelajaran di MP UIN Jakarta
115
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
116
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
36
Wawancara dengan Waka MTsP UIN JAKARTA Bagian Kurikulum
Syukri AG tanggal 06/01/2012.
37
Lihat dalam Lynnette R. Porter, Developing an Online Curriculum:
Technologies and Techniques (London: Idea Group Inc, 2004), 258; dan dalam
Andy Hargreaves, Changing Teachers, Changing Times: Teachers' Work and
Culture in the Postmodern Age (London: Continuum International Publishing
Group, 1994), 258.
117
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
38
Andy Hargreaves, Changing Teachers, Changing Times: Teachers'
Work and Culture in the Postmodern Age, 105.
39
Lihat dalam Penyusun, “Kurikulum MI Pembangunan UIN Jakarta
Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 46; Tim Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan
UIN Jakarta Tahun pelajaran 2011/ 2012”, 21; wawancara dengan Afif AL pada
tanggal 08/12/2011 dan dengan Syukri AG pada tanggal 21/01/2012.
118
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Tabel 7
Struktur Kurikulum
MI Pembangunan UIN Jakarta40
DIKNAS
DIKNAS
DIKNAS
DIKNAS
DIKNAS
O KOMPONEN
MIP
MIP
MIP
MIP
MIP
MIP
Mata
A Pelajaran
Pendidikan
1 Agama Islam
a. Al-Quran
dan Hadist 5 5 4 3 2 2
b. Aqidah 3 3 3
Akhlak 1 1 1 1 1 1
c. Fiqih 3 3 3 3 3 3
d. SKI 0 0 1 1 1 1
2 PKn 2 2 1 2 1 2 2 2 2
Bahasa
3 Indonesia 5 5 6 5 6 5 6 5 6
4 Bahasa Arab 2 2 3 0 2 0 2 0 3
5 Matematika 6 6 6 5 6 5 6 5 6
Ilmu
6 Pengetahuan 2 2 4 4 6 4 6 4 6
Alam
Ilmu
7 Pengetahuan 2 2 2 3 2 3 3 3 3
Sosial
8 Senbudtram 2 2 2 4 2 4 2 4 2
9 Penjaskes 2 2 2 4 2 4 2 4 2
Muatan
B Lokal:
a. Bahasa
Inggris
2 2 2 0 2 0 2 0 3
b. Komputer 2 2 2 0 2 0 2 0 0
c. Aritmatika 0 0 1 0 0 0 0 0
Pengembanga
C n Diri 2 2 2
Jumlah 26 36 27 36 28 40 32 40 32 40 32 40
40
Lihat dalam Penyusun, “Kurikulum MI Pembangunan UIN Jakarta
Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 46.
119
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
41
Wawancara dengan Waka MIP UIN JAKARTA Bagian Kurikulum
Agus Wahyudi tanggal 26/01/2012.
120
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Tabel 8
Struktur Kurikulum
MTs Pembangunan UIN Jakarta42
42
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan UIN
Jakarta Tahun pelajaran 2011/ 2012”, 21.
121
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Tabel 9
Alokasi Waktu Pembelajaran
Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta
Tahun Pelajaran 2011/201244
43
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun
Pelajaran 2011/ 2012”, 27-30; dan wawancara dengan Kepala MAP UIN
JAKARTA Darul Janin pada tanggal 01/12/2012.
44
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun
Pelajaran 2011/ 2012”, 30.
122
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
123
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
45
Patricia C. Gándara, The Dimensions of Time and the Challenge of
School Reform (New York: State University of New York Press, 2000), 142.
46
Wawancara dengan Wahyudi Wakil Kepala MIP UIN JAKARTA
Bidang Kurikulum pada tanggal 26/01/2012.
124
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
1. Kurikulum Adopsi
Pengembangan kurikulum bisa dilakukan dengan
mengadopsi, mengadaptasi, dan atau menginovasi kurikulum yang
berasal dari luar sekolah yang bersangkutan. Oleh karena itu tidak
menutup kemungkinan untuk mengadopsi, mengadaptasi, dan atau
menginovasi kurikulum internasional menjadi bagian dari kurikulum
sekolah.47
Di tingkat global, pengembangan kurikulum melalui teknik
mengadopsi dan mengadaptasi kurikulum luar ini sudah dilakukan
sejak tahun 1966, yaitu oleh Nuffield Foundation yang bekerja sama
dengan Departemen Pengembangan Luar Negeri pemerintah Inggris
dengan mendirikan Dewan Pembaruan Kurikulum dan
Pengembangan Pendidikan Luar Negeri (Credo). Program ini
dirancang untuk mempertimbangkan pengembangan kurikulum di
Inggris dan di tempat lain, untuk membantu mengadaptasi dan
memodifikasi kurikulum agar sesuai dengan kondisi lokal di luar
negeri, untuk mengirim tim dalam rangka membantu pekerjaan
tersebut, untuk membawa mereka yang terlibat dalam proyek-proyek
di tempat lain ke Inggris untuk bekerja dengan tim Inggris, dan secara
umum adalah untuk mengkoordinasikan semua kegiatan yang telah
dihasilkan. 48
Di MP UIN Jakarta teknik pengembangan kurikulum dengan
mengadopsi kurikulum luar kemudian mengadaptasi atau
47
Lihat dalam Penyusun, “Kurikulum MI Pembangunan UIN Jakarta
Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 40.
48
Lihat dalam Mary Waring, Social Pressures and Curriculum Innovation:
A Study of the Nuffield Science Teaching Project (London: Methuen & Co Ltd,
1979), 208-209.
125
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
49
Perilaku adaptasi dan inovasi ini merupakan 2 gaya utama dari sikap
kreatif. Berarti para perumus dan pengembang kurikulum MP UIN JAKARTA
adalah orang-orang yang mempunyai sikap kreatifitas yang utama. Lihat dalam
Anna Craft, Creativity Across the Primary Curriculum: Framing and Developing
Practice (London: Routledge, 2000), 23; dan dalam Michael J. Kirton, Adaption-
Innovation: In the Context of Diversity and Change (East Sussex: Routledge,
2003), 208-216.
50
Lihat dalam Cheryl Rectanus, “A Component of Curriculum Adoption”,
dalam Margaret Renee Meyer dan Cynthia W. Langrall (Ed.), A Decade of Middle
School Mathematics Curriculum Implementation: Lessons Learned from the Show-
Me Project (tanpakota: IAP Inc, 2008), 52-53.
126
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
51
Wawancara dengan Waka Bagian Kurikulum MIP UIN JAKARTA
Wahyudi tanggal 26/01/2012.
52
Cheryl Rectanus (dkk) mengungkapkan bahwa program adopsi
kurikulum dalam mata pelajaran Matematika haruslah koheren, relevan, dan diikat
oleh kurikulum negara bagian atau nasional. Juga harus dapat mengaktifkan semua
siswa, tidak hanya untuk siswa yang saat ini berhasil. Program tersebut juga untuk
dapat menunjukkan kemahiran dalam matematika. Dan dalam program itu
menekankan pada penalaran matematika, pemecahan masalah, perasaan yang kuat,
dan komunikasi. Program tersebut juga ditujukan untuk berbagai Matematika.
Selain itu program adopsi ini harus didukung oleh berbagai format instruksional
dan strategi. Lihat dalam Cheryl Rectanus, “A Component of Curriculum
Adoption”, 45.
53
Lihat dalam Cheryl Rectanus, “A Component of Curriculum Adoption”,
45.
127
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
54
Lihat dalam S. K. Mangal, Essentials of Educational Psychology (New
Delhi: PHI Pvt. Ltd., 2007), 187.
55
Kerr dan Murphy mengungkapkan bahwa anak dapat mengungkapkan
preferensinya terhadap suatu unsur ilmu (mengungkapkan minat) atau perasaannya
tentang ilmu pengetahuan (komponen kognitif dan emosional), sehingga banyak
peneliti seperti Gardner (1975 dan 2003), Osborne dkk (2003), dan Murphy dkk
(2006) yang memfokuskan untuk meneliti tentang perilaku yang menunjukkan
minat atau ketertarikan anak-anak pada suatu topik atau kegiatan pembelajaran
tentang Sains. Lihat dalam K. Kerr dan C. Murphy, “Children’s Attitudes to
Primary Science”, dalam Barry J. Fraser dkk (Ed.), Second International Handbook
of Science Education, Volume 1 (New York: Springer, 2012), 627-649.
128
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
129
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
58
Lihat dalam Penyusun, “Kurikulum MI Pembangunan UIN Jakarta
Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 45.
130
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
59
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan UIN
Jakarta Tahun pelajaran 2011/ 2012”, 20.
60
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun
Pelajaran 2011/ 2012”, 25-26.
61
Marlow Ediger mengungkapkan bahwa untuk meningkatkan kurikulum,
ada unsur-unsur tertentu yang perlu diidentifikasi, dipelajari, direncanakan, dan
diimplementasikan. Lihat dalam Marlow Ediger, Curriculum of School Subjects
(New Delhi: Discovery Publishing House, 2007), 1.
62
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun
Pelajaran 2011/ 2012”, 25.
63
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan UIN
Jakarta Tahun pelajaran 2011/ 2012”, 20.
131
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
132
BAB 5
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN
BERORIENTASI AKHLAK MULIA DI MADRASAH
PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
1
E.N.Gawande, Value Oriented Education, 39.
133
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
2
Lihat dalam Lihat dalam Tim, “Pengembangan Habitual Curriculum dan
Core Values, Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 1 dan 12.
3
Wawancara dengan Ketua Konsorsium Agama MIP UIN JAKARTA Afif
AL tanggal 08/12/2011.
134
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
pelajaran belum memiliki acuan yang tetap atau acuan yang minimal.
Hal ini mengakibatkan para guru berimprovisasi secara mandiri
sesuai dengan tingkat kemampuannya, berarti semakin besar upaya
guru berimprovisasi maka semakin besar nilai-nilai Core Values
terintegrasi dalam materi pelajaran. Selain itu program Core Values
ini juga hanya memuat, membagi atau mengelompokkan nilai-nilai
ke dalam 2 kelompok, yaitu nilai-nilai universal dan nilai-nilai
multikultural.
Berdasarkan teori akhlak yang telah penulis uraikan pada bab
2 dalam tulisan ini, maka nilai-nilai Core Values itu akan lebih rinci
jika dibagi ke dalam 2 kelompok nilai. Pertama adalah nilai-nilai
karakter moral yang meliputi nilai-nilai moral pribadi (individu)
seperti jujur dan religius, dan nilai-nilai moral multikultural seperti
toleransi dan cinta damai. Kedua adalah nilai-nilai karakter kinerja
yang meliputi nilai-nilai kinerja pribadi seperti disiplin dan kerja
keras, dan nilai-nilai kinerja multikultural seperti demokratis dan
kerja sama.
Selanjutnya dalam KBM setiap mata pelajaran akan lebih
terarah dan terencana dengan baik jika semua nilai-nilai tersebut telah
dipetakan terlebih dahulu ke dalam setiap materi pembelajaran,
sehingga hal tersebut dapat dijadikan sebagai acuan minimal bagi
para guru dalam mengintegrasikannya ke dalam materi pelajaran
yang akan diajarkan. Sebagai contoh, tabel berikut ini menunjukkan
pemetaan nilai-nilai Core Values yang terkandung pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia.
135
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
Tabel 10
Nilai-Nilai Core Values dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Tingkat SMA/MA4
X 1 Mendengarkan:
Memahami siaran
atau cerita yang
informasi dari media
elektronik (berita dan
nonberita)
sosial, menghargai,
tanggung jawab
Rasa ingin tahu dan
pendengar yang baik
disampaikan secara Mengidentifikasi unsur sastra Tanggung jawab dan Cerdas, kreatif, mandiri, Menghargai
langsung /tidak (intrinsik dan ekstrinsik) prasangka baik rasa ingin tahu, tanggung
langsung suatu cerita yang disampaikan jawab, pendengar yang
secara langsung/melalui baik, dan percaya diri
rekaman
Memperkenalkan diri dan Jujur, tanggung jawab,
Berbicara: orang lain di dalam forum 3S, cinta damai, Jujur, percaya diri,
Mengungkapkan resmi dengan intonasi yang kesetaraan, tanggung jawab, dan Jujur, saling
pikiran, perasaan, tepat menghargai, dan pembicara yang baik percaya, prasangka
dan informasi Jujur bersahabat baik, kerja sama,
melalui kegiatan Mendiskusikan masalah Jujur, peduli Jujur, kreatif, tanggung kesetaraan,
berkenalan, (yang ditemukan dari lingkungan dan sosial, jawab, pembicara dan demokratis, dan
berdiskusi, dan berbagai berita, artikel, atau cinta damai, toleransi, pendengar yang baik, menghargai
bercerita buku) kesetaraan, percaya diri, cerdas, dan
menghargai, dan prasangka baik
bersahabat
4
Sumber: Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, 2010), 9-10; dan Tim Pengembang, “Pengembangan Habitual Curriculum dan Core
Values, 12-23.
136
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
Menceritakan berbagai Jujur, cinta damai, Jujur, kreatif, tanggung Jujur dan
pengalaman dengan pilihan toleransi, dan jawab, percaya diri, cerdas, menghargai
kata dan ekspresi yang tepat bersahabat dan pembicara yang baik
Menemukan ide pokok
Membaca: berbagai teks nonsastra Disiplin, kerja keras,
Memahami dengan teknik membaca cepat kreatif, mandiri, rasa ingin
berbagai teks (250 kata/menit) tahu, gemar membaca, Menghargai
bacaan nonsastra Mengidentifikasi ide pokok tanggung jawab, percaya
dengan berbagai teks nonsastra dari berbagai diri, dan cerdas
teknik membaca sumber melalui teknik
membaca ekstensif
Menulis gagasan dengan
Menulis: menggunakan pola urutan
Mengungkapkan waktu dan tempat dalam
informasi dalam bentuk paragraf Naratif Jujur, peduli Jujur, disiplin, kerja keras,
berbagai bentuk Jujur lingkungan, peduli kreatif, mandiri, tanggung
Menulis hasil observasi dalam
paragraf (naratif, sosial, dan tanggung jawab, percaya diri,
bentuk paragraf deskriptif
deskriptif, jawab terampil, cerdas, amanah,
ekspositif) Menulis gagasan secara logis dan bersih
dan sistematis dalam bentuk
ragam paragraf ekspositif
Mengidentifikasi unsur-unsur Kerja keras, kreatif,
bentuk suatu puisi yang tanggug jawab, mandiri,
Mendengarkan: disampaikan secara langsung Menghargai rasa ingin tahu, selektif,
Memahami puisi ataupun melalui rekaman pendengar yang baik,
yang disampaikan percaya diri, dan cerdas Menghargai
secara langsung/ Mengungkapkan isi suatu Jujur, tanggung jawab, Jujur, kreatif, mandiri,
tidak langsung puisi yang disampaikan Jujur menghargai, dan tanggung jawab, percaya
secara langsung ataupun bersahabat diri, terampil, cerdas, dan
melalui rekaman pembicara yang baik
Berbicara: Mengemukakan hal-hal yang Pilihan: Jujur, kreatif, mandiri, Jujur, saling
Membahas cerita menarik atau mengesankan Jujur Jujur, tanggung jawab, tanggung jawab, pendengar percaya, prasangka
pendek melalui dari cerita pendek melalui menghargai, cinta dan pembicara yang baik, baik, kerja sama,
kegiatan diskusi kegiatan diskusi damai, toleransi, percaya diri, terampil, dan kesetaraan,
kesetaraan, dan cerdas demokratis, dan
137
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
2 Mendengarkan:
Memahami
informasi melalui
yang disampaikan melalui
tuturan langsung
Menyimpulkan isi informasi
Tanggung jawab dan
menghargai
Rasa ingin tahu, tanggung
jawab, pendengar yang Menghargai
tuturan yang didengar melalui tuturan baik, dan cerdas
tidak langsung (rekaman atau
teks yang dibacakan)
Memberikan kritik terhadap Jujur, peduli, tanggung Prasangka baik,
Berbicara: informasi dari media cetak jawab, ketulusan, keadilan,
Mengungkapkan dan atau elektronik toleransi, dan kesetaraan, dan
komentar terhadap bersahabat Jujur, kreatif, mandiri, menghargai
informasi dari Memberikan Jujur tanggung jawab, percaya Jujur, saling
berbagai persetujuan/dukungan Jujur, peduli, tanggung diri, dan cerdas percaya, kerja
sumber terhadap artikel yang terdapat jawab, ketulusan, dan sama, dan
dalam media cetak dan atau bersahabat menghargai
elektronik
138
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
139
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
secara langsung dan atau damai, kasih sayang, pembicara yang baik
melalui rekaman toleransi, empati,
keadilan, dan
bersahabat
Membahas isi puisi berkenaan Jujur, keadilan,
dengan gambaran saling percaya,
Berbicara: penginderaan, perasaan, Jujur, tanggung jawab, Jujur, kreatif, tanggung kerja sama,
Mengungkapkan pikiran, dan imajinasi melalui toleransi, kesetaraan, jawab, mandiri, pendengar kesetaraan,
pendapat terhadap diskusi Jujur keadilan, menghargai, dan pembicara yang baik, demokratis,
puisi melalui Menghubungkan isi puisi dan bersahabat percaya diri, terampil, dan semangat
diskusi dengan realitas alam, sosial cerdas kebangsaan, dan
budaya, dan masyarakat menghargai
melalui diskusi
Mengidentifikasi karakteristik Jujur, kerja keras, kreatif,
dan struktur unsur intrinsik mandiri, rasa ingin tahu, Jujur, semangat
Membaca: sastra Melayu klasik Nasionalisme, peduli, gemar membaca, tanggung kebangsaan, dan
Memahami sastra Menemukan nilai-nilai yang dan menghargai jawab, percaya diri, dan menghargai
Melayu klasik terkandung di dalam sastra cerdas
Melayu klasik
Menulis karangan Jujur, tanggung jawab,
Menulis: berdasarkan kehidupan diri ketulusan, cinta damai,
Mengungkapkan sendiri dalam cerpen (pelaku, kasih sayang, toleransi, Jujur, kerja keras, kreatif, Jujur, keadilan,
pengalaman diri peristiwa, latar). Jujur kesetaraan, mandiri, tanggung jawab, kesetaraan, dan
sendiri dan orang Menulis karangan nasionalisme, empati, percaya diri, terampil, semangat
lain ke dalam berdasarkan pengalaman keadilan, menghargai, cerdas, dan bersih kebangsaan
cerpen orang lain dalam cerpen dan bersahabat
(pelaku, peristiwa, latar)
Mendengarkan: Menemukan pokok-pokok isi
XI 1 Memahami
berbagai informasi
dari
sambutan/ khotbah yang
didengar
Religius Menghargai dan peduli Rasa ingin tahu, disiplin,
pendengar yang baik, dan
cerdas
Menghargai
sambutan/khotbah
dan wawancara Merangkum isi pembicaraan Jujur Jujur, tanggung jawab, Jujur, kreatif, mandiri, Jujur, kerja sama,
dalam wawancara menghargai, dan tanggung jawab, percaya kesetaraan, dan
bersahabat diri, cerdas, dan amanah menghargai
140
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
141
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
142
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
2 Mendengarkan:
Memahami
pendapat dan
Merangkum isi pembicaraan
dalam suatu diskusi atau
seminar
peduli sosial, toleransi,
kesetaraan, keadilan,
bersahabat, dan
mandiri, rasa ingin tahu,
tanggung jawab, pendengar
yang baik, percaya diri,
Keadilan,
kesetaraan, kerja
sama, demokratis,
informasi dari menghargai dan cerdas dan menghargai
berbagai sumber
Jujur, tanggung jawab, Jujur, kreatif, mandiri, Jujur, kerja sama,
dalam diskusi atau
Mengomentari pendapat ketulusan, kesetaraan, tanggung jawab, pendengar kesetaraan,
seminar seseorang dalam suatu diskusi Jujur toleransi, menghargai, dan pembicara yang baik, keadilan,
atau seminar dan bersahabat percaya diri, terampil, dan demokratis, dan
cerdas menghargai
Mempresentasikan hasil Jujur, disiplin, kerja keras,
penelitian secara runtut Jujur, tanggung jawab, kreatif, mandiri, tanggung
dengan menggunakan bahasa menghargai, dan jawab, percaya diri, Jujur
Berbicara: yang baik dan benar bersahabat terampil, patuh, taat,
Menyampaikan cerdas, pembicara yang
laporan hasil Jujur baik, dan amanah
penelitian dalam Jujur, peduli, tnggung Jujur, disiplin, kerja keras,
diskusi atau seminar Mengomentari tanggapan jawab, toleransi, kreatif, mandiri, tanggung Jujur, kesetaraan,
orang lain terhadap presentasi kesetaraan, jawab, percaya diri, demokratis, dan
hasil penelitian menghargai, dan terampil, patuh, taat, menghargai
bersahabat cerdas, dan pembicara
yang baik
Membaca: Jujur, disiplin, kerja keras,
Memahami ragam Mengungkapkan pokok- kreatif, mandiri, rasa ingin
wacana tulis dengan pokok isi teks dengan Jujur Jujur dan tanggung tahu, gemar membaca, Jujur
membaca cepat dan membaca cepat 300 kata per jawab tanggung jawab, percaya
membaca intensif menit diri, terampil, patuh, taat,
dan cerdas
143
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
144
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
Pilihan: Pilihan:
Mengungkapkan hal-hal jujur, peduli jujur, saling
yang menarik dan dapat lingkungan, peduli Jujur, kerja keras, mandiri, percaya, prasangka
Membaca: diteladani dari tokoh Pilihan: sosial, tanggung rasa ingin tahu, tanggung baik, keadilan,
Memahami buku relgius jawab, 3S, prasangka jawab, gemar membaca, kesetaraan,
biografi, novel dan dan jujur baik, ketulusan, cinta percaya diri, dan cerdas menghargai, kerja
hikayat Membandingkan unsur damai, kasih sayang, sama, demokratis,
intrinsik dan ekstrinsik novel toleransi, kesetaraan, dan semangat
Indonesia/ terjemahan dengan nasionalisme, empati, kebangsaan
hikayat keadilan, menghargai,
dan bersahabat
Pilihan: Pilihan:
Mendeskripsikan perilaku jujur, peduli jujur, saling
manusia melalui dialog lingkungan, peduli percaya, prasangka
Menulis: naskah drama Pilihan: sosial, tanggung Jujur, kerja keras, mandiri, baik, keadilan,
Menulis naskah relgius jawab, 3S, prasangka rasa ingin tahu, tanggung kesetaraan,
drama dan jujur baik, ketulusan, cinta jawab, percaya diri, dan menghargai, kerja
Menarasikan pengalaman damai, kasih sayang, cerdas sama, demokratis,
manusia dalam bentuk toleransi, kesetaraan, dan semangat
adegan dan latar pada naskah nasionalisme, empati, kebangsaan
drama keadilan, menghargai,
dan bersahabat
Jujur, kerja keras, kreatif, Jujur, keadilan,
XII 1 Membedakan antara fakta dan
opini dari berbagai laporan
Prasangka baik,
toleransi, dan
mandiri, rasa ngin tahu,
pendengar yang baik,
kesetaraan,
prasangka baik,
lisan menghargai percaya diri, terampil, demokratis, dan
Mendengarkan: prasangka baik, selektif, menghargai
Memahami kritis, dan cerdas
informasi dari Jujur, peduli sosial, Jujur, kreatif, mandiri, Jujur, keadilan,
berbagai laporan Mengomentari berbagai tanggung jawab, tanggung jawab, percaya kesetaraan,
laporan lisan dengan Jujur ketulusan, cinta damai, diri, terampil, cerdas, demokratis, dan
memberikan kritik dan saran kasih sayang, toleransi, selektif, kritis, serta menghargai
kesetaraan, keadilan, pendengar dan pembicara
menghargai, dan yang baik
bersahabat
145
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
146
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
2 Memahami
informasi dari
berbagai sumber
tentang informasi yang
disampaikan secara langsung
Mengajukan saran perbaikan Jujur
Jujur, peduli, tanggung
jawab, prasangka baik,
ketulusan, cinta damai,
Jujur, kritis, mandiri,
tanggung jawab, pendengar
dan pembicara yang baik,
Jujur, prasangka
baik, kerja sama,
yang disampaikan tentang informasi yang kasih sayang, percaya diri, dan cerdas dan menghargai
secara lisan disampaikan melalui menghargai, dan
bersahabat
147
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
radio/televisi
Berbicara:
Mengungkapkan Mempresentasikan program Jujur, kreatif, mandiri,
informasi melalui kegiatan/proposal Jujur, tanggung jawab, tanggung jawab, pembicara Jujur dan
presentasi Jujur menghargai, dan yang baik, percaya diri, menghargai
program/proposal Berpidato tanpa teks dengan bersahabat terampil, dan cerdas
dan pidato tanpa lafal, intonasi, nada, dan
teks sikap yang tepat
Menemukan ide pokok suatu
Membaca: teks dengan membaca cepat Jujur, disiplin, kerja keras,
Memahami ragam 300-350 kata per menit kreatif, mandiri, rasa ingin
wacana tulis Menentukan kalimat Tanggung jawab tahu, gemar membaca,
melalui kegiatan kesimpulan (ide pokok) dari tanggung jawab, percaya
membaca cepat dan berbagai pola paragraf diri, terampil, dan cerdas
membaca intensif induksi, deduksi dengan
membaca intensif
Menulis karangan Pilihan: Pilihan:
berdasarkan topik tertentu Tanggung jawab, Jujur, keadilan,
Menulis: dengan pola pengembangan peduli lingkungan, Jujur, disiplin, kerja keras, kesetaraan,
Mengungkapkan deduktif dan induktif peduli sosial, kreatif, mandiri, tanggung demokratis, saling
pikiran, pendapat, prasangka baik, jawab, percaya diri, percaya, prasangka
dan informasi Menulis esai berdasarkan ketulusan, cinta damai, terampil, patuh, taat, baik, kerja sama,
dalam penulisan topik tertentu dengan pola kasih sayang, toleransi, cerdas, dan bersih semangat
karangan berpola pengembangan pembuka, isi, kesetaraan, kebangsaan, dan
dan penutup nasionalisme, empati, menghargai
keadilan, menghargai,
dan bersahabat
Mendengarkan: Menemukan unsur-unsur Tanggung jawab, Jujur, disiplin, kerja keras, Kesetaraan dan
Memahami intrinsik teks drama yang peduli, dan kreatif, mandiri, rasa ingin menghargai
pembacaan teks didengar melalui pembacaan menghargai tahu, tanggung jawab,
drama pendengar yang baik,
percaya diri, dan cerdas
148
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
149
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
150
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
8
Wawancara dengan Kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat MP UIN
JAKARTA Misniono pada tanggal 05/12/2011.
9
Lihat dalam Tim Pengembang, “Pengembangan Habitual Curriculum dan
Core Values Tahun pelajaran 2011/ 2012”; dan dalam Penyusun, “Kurikulum MI
Pembangunan UIN Jakarta Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 44; wawancara dengan
Yayat ZM guru PAI di MAP UIN JAKARTA dan Afif AL pada tanggal
08/12/2011; wawancara dengan Syukri AG pada tnggal 26/01/2012.
10
Observasi dan wawancara dengan Kepala MIP UIN JAKARTA
Mulyadi, Ketua Konsorsium Agama MIP UIN JAKARTA Afif AL, dan dengan
Yayat ZM pada tanggal 08/12/2011.
151
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
11
Wawancara dengan Afif AL dan Yayat ZM pada tanggal 08/12/2011.
12
Lihat dalam Thomas Lickona, “Eleven Principles of Effective Character
Education”, 93-100.
13
Lihat dalam Thomas Rusnak (Ed.), An Integrated Approach to
Character Education, 3-4.
14
Pada observasi tanggal 01/12/2011-31/03/2012 Penulis mengamati
seseorang yang sedang berbicara, memberi nasehat, dan merapikan cara berpakaian
siswa MIP UIN JAKARTA layaknya seorang ayah kepada anaknya, sehingga
Penulis pun menduga orang tersebut adalah orang tua dari siswa tersebut. Namun
ternyata orang itu adalah salah seorang guru MIP UIN JAKARTA yang sedang
memberikan bimbingan kepada siswanya berkaitan dengan pelaksanaan program
CV.
152
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
15
Wawancara dengan Yayat ZM Guru PAI MAP UIN JAKARTA tanggal
08/12/2011.
16
Wawancara dengan Ahmad Sofyan Direktur MP UIN JAKARTA
tanggal 05/12/2011.
153
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
Tabel 11
Program Core Values
Madrasah Pembangunan UIN Jakarta
Tahun Pelajaran 2011/201217
BULAN JANUARI
Core Values Nilai Multikultural
Pendengar yang baik (good listener) Prasangka yang baik
(good prejudice)
Indikator Indikator
1. Bersedia mendengar orang lain berbicara. 1. Tidak curiga pada orang
2. Tidak menyela pembicaraan orang lain. lain.
3. Memfokuskan pandangan pada pembicara. 2. Tidak meremehkan orang
4. Menunjukkan keterampilan menyimak. lain.
5. Tidak berbicara ketika orang lain sedang 3. Bersikap dan berperilaku
berbicara. yang menunjukkan sikap
percaya terhadap orang
lain.
BULAN PEBRUARI
Core Values Nilai Multikultural
Jujur dan percaya diri (honest and self confidence) Ketulusan (honesty)
Indikator Indikator
1. Mengenal kelebihan dan kekurangan diri 1. Melakukan kegiatan
sendiri. dengan senang hati dan
2. Menunjukkan keyakinan pada kemampuan diri atas kesadaran sendiri.
sendiri. 2. Berbuat tanpa
3. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang mengharapkan balasan
lain. dari orang lain.
4. Berkompetisi secara sportif untuk hasil yang 3. Berbuat baik untuk
terbaik. kepentingan orang lain.
5. Tidak menyontek atau memberi contekan saat
ujian.
6. Tidak bergantung kepada orang lain.
7. Menyampaikan sesuatu apa adanya.
BULAN MARET
Core Values Nilai Multikultural
Tanggung jawab (responsible) Cinta damai (harmoniously)
Indikator Indikator
1. Menyelesaikan tugas-tugas dengan baik. 1. Menunjukkan
2. Mampu melakukan kegiatan secara mandiri kemampuan memecahkan
dan kelompok. masalah-masalah
17
Lihat dalam Tim, “Pengembangan Habitual Curriculum dan Core
Values, Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 12-23.
154
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
155
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
156
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
budaya.
BULAN OKTOBER
Core Values Nilai Multikultural
Patuh dan taat (dolice and obedient) Amanah (Trusteeship)
Indikator Indikator
1. Menerima dengan ikhlas perintah orang tua dan 1. Dapat dipercaya dalam
guru. melaksanakan tugas yang
2. Melaksanakan perintah orang tua dan guru diberikan.
dengan suka rela. 2. Menepati janji.
3. Mematuhi peraturan kebaikan dan kebenaran 3. Menjaga rahasia.
dari siapapun.
4. Menerima dan melaksanakan aturan yang ada.
5. Melaksanakan perintah Allah dan menjauhi
laranganNya.
BULAN NOVEMBER
Core Values Nilai Multikultural
Cerdas dan kreatif (smart and creative) Keadilan (justice)
Indikator Indikator
1. Menunjukkan kemampuan berfikir logis, kritis, 1. Membagi tugas dengan
dan kreatif. kemampuan masing-
2. Menunjukkan kegemaran membaca dan masing.
menulis. 2. Mengambil keputusan
3. Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dengan tidak berat
dan menyadari potensinya. sebelah.
4. Memunculkan ide-ide baru yang inspiratif dan 3. Memberikan sesuatu
akomodatif. sesuai dengan hak-
5. Mencari, membangun, dan menerapkan haknya.
informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-
sumber lain secara logis, kritis, kreatif, dan
inovatif.
BULAN DESEMBER
Core Values Nilai Multikultural
Pembicara yang baik (good speaker) Saling percaya (believe)
Indikator Indikator
1. Menunjukkan keterampilan berbicara. 1. Tidak saling mencurigai.
2. Berkomunikasi dan berinteraksi secara jelas 2. Melaksanakan tanggung
dan efektif. jawab bersama.
3. Berbicara dengan bahasa dan sikap yang
santun.
4. Mengatur ritme dan intonasi berbicara dengan
baik.
5. Menghindari pembicaraan yang kasar dan
kotor.
157
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
18
Observasi di MAP UIN JAKARTA dan wawancara dengan Yayat ZM
tanggal 01/12/2011.
19
Wawancara dengan Syukri AG tanggal 16/04/2012.
20
Wawancara dengan Afif AL tanggal 08/12/2011 dan dengan Syukri AG
tanggal 06/01/2012.
21
Observasi tanggal 07/12/2012 dan tanggal 31/01/2012.
158
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
22
Wawancara dengan Afif AL dan Yayat ZM tanggal 08/12/2011;
observasi tanggal 01/12/2011 dan tanggal 31/01/2012; dan wawancara dengan
Syukri A. Ghani tanggal 06/02/2012.
23
Lihat dalam Didin Hafidhuddin, Agar Layar Tetap Terkembang: Upaya
Menyelamatkan Umat (Jakarta: Gema Insani Press, 2006), 260.
24
Wawancara tanggal 08/12/2012.
159
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
25
Lihat dalam Tim, “Pengembangan Habitual Curriculum dan Core
Values, Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 2.
26
Khusus untuk hari Senin pelaksanaannya berselang 2 minggu sekali,
karena harus berselang dengan kegiatan Apel Senin Pagi yang juga dilaksanakan
setiap 2 minggu sekali.
27
Lihat dalam Tim, “Pengembangan Habitual Curriculum dan Core
Values, Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 3-5; dalam Tim Penyusun, “Monitor
Penilaian Habitual Curriculum (MPHC) (Jakarta: Madrasah Tsanawiyah UIN
Jakarta, 2011), 1-4; dan dalam Tim Penyusun, “Buku Penghubung” (Jakarta:
Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), 36-37.
28
Lihat dalam Tim, “Pengembangan Habitual Curriculum dan Core
Values, Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 3-5; dan observasi pada tanggal 03/02/2012.
160
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
29
Wawancara dengan Afif AL tanggal 07/12/2011.
30
Wawancara dengan Syukri AG tanggal 26/01/2012.
161
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
162
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
31
Lihat dalam Tim, “Pengembangan Habitual Curriculum dan Core
Values, Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 3-5; dalam Tim Penyusun, “Monitor
Penilaian Habitual Curriculum (MPHC), 1-4; dan dalam Tim Penyusun, “Buku
Penghubung”, 36-37.
32
Lihat dalam Tim, “Pengembangan Habitual Curriculum dan Core
Values, Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 3; dalam Tim Penyusun, “Monitor Penilaian
Habitual Curriculum (MPHC), 3-4; dan dalam Tim Penyusun, “Buku
Penghubung”, 36.
163
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
Dengan cara dan sistem seperti ini maka ketika lulus dari MP
UIN Jakarta siswa diharapkan benar-benar hapal 1 juz Alquran (juz
‘Amma) dan hapalan tersebut menjadi bagian yang melekat erat
(karakter) pada dirinya.
Begitu juga dengan materi hapalan tentang doa-doa harian.
Materi ini seluruhnya terdiri dari 35 doa harian yang harus sudah
dihapalkan secara bertahap di tingkat MIP UIN Jakarta. Teknik
pelaksanaannya secara umum sama dengan teknik yang diterapkan
untuk materi hapalan 1 juz Alquran yaitu dihapalkan secara bertahap
dan dicek ulang secara berkesinambungan pada tingkatan kelas
selanjutnya di MIP UIN Jakarta. Di kelas 1 MIP UIN Jakarta, materi
hapalan doa-doa hariannya adalah doa masuk kelas, doa sebelum
belajar, doa setelah belajar, doa kepada kedua orang tua, doa sebelum
tidur, doa bangun tidur, doa masuk kamar mandi, doa keluar kamar
mandi, doa sebelum makan, dan doa sesudah makan. Di kelas 2
materinya adalah doa masuk rumah, doa keluar rumah, doa kebaikan
dunia akhirat, doa berpakaian, dan doa setelah azan. Di kelas 3
materinya adalah doa ketika bercermin, doa naik kendaraan, doa
sesudah wudhu, doa ketika mendengar kabar gembira, serta doa
masuk dan keluar mesjid. Di kelas 4 materinya adalah doa melihat
keindahan alam, doa memohon diberi empat kebaikan, doa ketika
menghadapi kesulitan, doa menjenguk orang sakit, dan doa ketika
sakit. Di kelas 5 materinya adalah doa mohon ketenangan hati, doa
mohon diberi kesabaran, doa untuk menghindari sikap marah, doa
menghindari sikap malas, serta doa keselamatan dan keberkahan
rejeki. Di kelas 6 materinya adalah doa syukur nikmat, doa
menghindari putus asa, doa untuk memperoleh rahmat, doa kesehatan
dan akhlak mulia, dan doa khatam Alquran. Adapun di kelas 8 MTsP
UIN Jakarta materinya adalah pengulangan/pengecekan seluruh
hapalan doa-doa harian. 33
Karakterisasi dari hapalan doa-doa harian ini merupakan
tujuan akhir yang ingin dicapai oleh MP UIN Jakarta. Teknik
pelaksanaannya yang kurang lebih sama dengan teknik yang
diterapkan untuk hapalan 1 juz Alquran akan membuat hapalan doa-
doa harian tersebut tertanam kuat dalam ingatan siswa, dan dengan
kebiasaan mereka untuk menerapkannya setiap mereka selesai salat
33
Lihat dalam Tim, “Pengembangan Habitual Curriculum dan Core
Values, Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 4; dan dalam Tim Penyusun, “Monitor
Penilaian Habitual Curriculum (MPHC), 1 dan 3.
164
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
165
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
36
Lihat dalam Tim, “Pengembangan Habitual Curriculum dan Core
Values, Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 5 dan 12; dalam Tim Penyusun, “Monitor
Penilaian Habitual Curriculum (MPHC), 1; dalam Tim Penyusun, “Buku
Penghubung”, 37; observasi dan wawancara dengan Yayat ZM di MAP UIN
JAKARTA pada tanggal 01/12/2011.
37
Lihat dalam Tim, “Pengembangan Habitual Curriculum dan Core
Values, Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 6-11; dalam Tim Penyusun, “Monitor
Penilaian Habitual Curriculum (MPHC), 1; dalam Tim Penyusun, “Buku
Penghubung”, 12; dan observasi dan wawancara dengan Yayat ZM di MAP UIN
JAKARTA pada tanggal 01/12/2011.
166
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
38
Lihat dalam Tim, “Pengembangan Habitual Curriculum dan Core
Values, Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 6-11; dalam Tim Penyusun, “Monitor
Penilaian Habitual Curriculum (MPHC), iv; dan wawancara dengan Afif AL pada
tanggal 07/12/2011.
39
Observasi pada tanggal 01/12/2012 dan 31/01/2012.
167
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
40
Wawancara dengan Syukri AG tanggal 21/01/2012.
41
Wawancara dengan Muhaemin Wali Kelas 3E MIP UIN JAKARTA
tanggal 31/01/2012.
42
Observasi dan wawancara dengan Muhaemin Wali Kelas 3E MIP UIN
JAKARTA tanggal 31/01/2012.
43
Observasi tanggal 31/01/2012.
168
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
44
Berdasarkan pengamatan penulis, para siswa tertib dalam mengantre
untuk berwudu. Namun sayangnya, banyak siswa dalam berwudu terkesan asal-
asalan saja, sehingga tidak memenuhi kriteria cara berwudu yang baik dan benar,
mungkin karena tidak ada guru yang mengawasi dan memperhatikan mereka.
45
Dalam hal membiasakan siswa untuk mengisi saf-saf terdepan yang
kosong sepertinya para guru harus berupaya lebih keras lagi, karena sekitar 50%
dari siswa tingkat MTs dan MA masih harus diinstruksikan oleh gurunya. Apalagi
untuk para siswa di tingkat MI para gurunya sangat kewalahan dalam
menertibkannya. Ini mungkin karena para guru lebih mengedepankan pendekatan
yang lemah lembut kepada para siswanya.
46
Observasi tanggal 03/02/2012.
169
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
47
Observasi tanggal 01/12/2011 dan 31/01/2012; wawancara dengan
Kepala MAP UIN JAKARTA Darul Janin pada tanggal 01/12/2011; wawancara
dengan Afif AL pada tanggal 07/12/2011; dan wawancara dengan Syukri AG pada
tanggal 21/01/2012.
48
Lihat dalam Maurice Holt, Curriculum Workshop: An Introduction to
Whole Curriculum Planning (London: Routledge, 1983), 75.
170
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
Tabel 12
Program Habitual Curriculum di MP UIN Jakarta
171
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
172
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
173
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
49
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun
Pelajaran 2011/ 2012”, 30; dan dalam Tim Penyusun, “Kurikulum MTs
Pembangunan UIN Jakarta Tahun pelajaran 2011/ 2012”, 22.
50
Wawancara dengan Afif AL tanggal 30/01/2012.
174
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
51
Wawancara dengan Afif AL tanggal 30/01/2012.
52
Wawancara dengan Syukri AG tanggal 26/01/2012.
53
Wawancara dengan Yayat ZM tanggal 08/12/2011.
175
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
54
Jèmeljan Hakemulder, The Moral Laboratory: Experiments Examining
the Effects of Reading Literature on Social Perception and Moral Self-concept
(Amsterdam: John Benjamins Publishing Company, 2000), 26.
55
Jèmeljan Hakemulder, The Moral Laboratory: Experiments Examining
the Effects of Reading Literature on Social Perception and Moral Self-concept, 26.
176
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
177
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
56
Lihat dalam David Alan Dolph, “Co-Curricular Activities”, dalam
Thomas C. Hunt dkk (ed), Encyclopedia of Educational Reform and Dissent,
Volume 1 (California: SAGE Publications Inc, 2010), 172.
178
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
1. Bentuk Penugasan
Penugasan di sini maksudnya penugasan yang berkaitan
dengan program akademik atau program bidang studi. Dalam
pelaksanaannya siswa harus menyelesaikan tugas-tugas tersebut baik
57
Lihat dalam David Alan Dolph, “Co-Curricular Activities”, dalam
Thomas C. Hunt dkk (ed), Encyclopedia of Educational Reform and Dissent,
Volume 1, 173-174.
179
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
58
Lihat dalam Tim Penyusun, “Buku Penghubung”, 13.
59
Lihat dalam D. N. Bogoiavlenski dan N. A. Menchinskaia, “Psychology
of Learning”, dalam Brian Simon, Educational Psychology in the U.S.S.R (tanpa
kota: Routledge, 1963), 145.
60
Lihat dalam Tim Penyusun, “Buku Penghubung”, 13.
180
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
61
Graham Tyrer, Learning to Lead: Using Leadership Skills to Motivate
Students (New York: Continuum International Publishing Group, 2010), 171.
62
Sara Salmon, “The Peace Curriculum: Expanded Aggression
Replacement Training”, dalam Arnold P. Goldstein dkk (Ed.), New Perspectives on
Aggression Replacement Training: Practice, Research and Application (West
Sussex: John Wiley and Sons, 2004), 184.
63
Lihat dalam Tim Penyusun, “Buku Penghubung”, 13.
181
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
64
Susan A. Illingworth, “Applied and Professional Ethics”, dalam John
Strain dan Simon Robinson (Ed.), The Teaching and Practice of Professional
Ethics (Leicester: Troubador Publishing Ltd, 2005), 136.
65
Lihat dalam Tim Penyusun, “Buku Penghubung”, 13.
66
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan UIN
Jakarta, 24.
182
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
67
Robert S. Weinberg dan Daniel Gould dalam hasil analisisnya terhadap
berbagai kajian menyimpulkan bahwa persepsi kemampuan seseorang untuk
melakukan tugas dengan sukses memiliki dampak konsisten pada kinerja
aktualnya. Prestasi kinerja menurut mereka adalah sumber terkuat dari self-efficacy
(efektifitas diri), maka bisa dipastikan bahwa peningkatan efektivitas diri dapat
meningkatkan perasaan terhadap peningkatan efektivitas diri yang selanjutnya
memiliki efek positif pada kinerja berikutnya. Oleh karena itu, ada hubungan
timbal balik antara self efficacy dan kinerja. Hubungan ini ditemukan baik dalam
penelitian anekdotal dan studi empiris. Lihat dalam Robert S. Weinberg dan Daniel
Gould, Foundations of Sport and Exercise Psychology (Champaign: Human
Kinetics, 2011), 333.
68
Anne Colby dkk (Ed.), Educating Citizens: Preparing America's
Undergraduates for Lives of Moral and Civic Responsibility (San Fransisco: The
Carnegie Foundation for the Advancement of Teaching, 2003), 224-225.
183
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
184
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
185
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
71
Lihat dalam Fred Schrumpf dkk, Peer Mediation: Conflict Resolution in
Schools: Program Guide (Spring Valley: Magic Circle Publishing, 1997), 2.
72
Lihat dalam Richard Cohen, Students Resolving Conflict: Peer
Mediation in Schools (Tucson: Good Year Books, 2005), 47-50; Fred Schrumpf
dkk, Peer Mediation: Conflict Resolution in Schools: Program Guide, 4-5; Kay
186
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
2) English Club
Kegiatan English Club ini diadakan di MIP UIN Jakarta dan
di MTsP UIN Jakarta dalam rangka untuk melatih kompetensi
berbahasa Inggris siswa. Di MIP UIN Jakarta bentuk kegiatannya
antara lain adalah berupa membaca buku-buku yang berbahasa
Inggris, dan bercakap-cakap dengan bahasa Inggris antar sesama
anggota kelompoknya. Sedangkan di tingkat MTsP UIN Jakarta
kegiatan ini bersifat melanjutkan hasil-hasil yang telah dicapai dalam
kegiatan yang sama pada tingkat MIP UIN Jakarta, namun bentuk
kegiatan pelatihannya sudah ada penambahan dengan dilakukannya
pelatihan berbahasa Inggris melalui seni bermain drama.73
Kegiatan English Club jika dikaitkan dengan pembinaan sikap
(akhlak), menurut David I. Smith kontribusinya sangatlah signifikan.
Menurutnya dalam praktek yang khusus dengan menggunakan
pendekatan tertentu untuk pengajaran bahasa yang dilakukan secara
komunikatif, cenderung mengarah kepada pandangan komunikasi
dalam hal transfer informasinya, dan kurang memperhatikan kepada
sifat informasi yang ditransfer atau dimensi moral dari komunikasi.
Ketika hal ini dikombinasikan dengan usia siswa dan ditekankan
pada pertukaran informasi pribadi, maka hal itu akan mengarah pada
persepsi dan perilaku tertentu pada bagian dari guru dan siswa.
Kyungsun (Ed.), Widening the Circle of Our Concern: Public Perceptions of the
School District of Philadelphia’s Response to Intergroup Conflicts (Tucson: Diane
Publishing Co, 2011), 19; dan dalam Stacey Scheckner dkk, “School Violence in
Children and Adolescents: A Meta-Analysis of the Effectiveness of Current
Interventions”, dalam Edwin R. Gerler Jr (Ed.), Handbook of School Violence
(Binghamton: The Haworth Reference Press, 2004), 83-86.
73
Wawancara dengan Firman Hamdani Waka Bidang Kesiswaan Kelas 3-4
MIP UIN JAKARTA tanggal 07/02/2012.
187
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
3) Kegiatan Pramuka
Kegiatan pramuka ini hanya dilaksanakan di tingkat MIP UIN
Jakarta saja. 76 Seperti telah diketahui bahwa kegiatan pramuka ini
bertujuan untuk melatih dan menumbuhkan sikap kemandirian pada
diri siswa. Sikap kemandirian merupakan suatu sikap yang positif
bagi manusia, jika sikap kemandirian ini merupakan sikap yang
74
Lihat dalam David I. Smith, “Moral Agency, Spirituality, and the
Language Classroom”, dalam David I. Smith dan Terry A. Osborn (Ed.),
Spirituality, Social Justice, and Language Learning (Charlotte: IAP Inc, 2007), 39-
40.
75
John D. Trubon, Blending Cultures: A Guide for Esl Teachers and
Students (Bloomington: iUniverse, 2011), 9.
76
Lihat dalam Penyusun, “Kurikulum MI Pembangunan UIN Jakarta
Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 52.
188
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
positif maka berarti sikap mandiri ini adalah juga bagian dari prilaku
akhlak yang mulia. Dengan demikian kegiatan pramuka ini juga
sangat menunjang dalam pembinaan akhlak pada diri siswa.
Louis Harris dan asosiasinya dalam penelitiannya terhadap
gadis dan pria Pramuka Amerika Serikat menunjukkan bahwa nilai
hasil evaluasi kelompok gadis Pramuka lebih baik daripada kelompok
yang lain, mereka juga lebih aktif terlibat dalam kegiatan
ekstrakurikuler, dan mereka kurang mungkin untuk dikatakan bahwa
mereka akan memanipulasi penilaian ujian, terlibat dalam aktivitas
seksual, dan minum alkohol. Mayoritas gadis Pramuka juga
mengatakan bahwa mereka telah memiliki dampak positif pada
kemampuan mereka untuk bekerja dengan orang lain pada saat itu,
telah positif menumbuhkan rasa percaya diri mereka pada saat itu,
telah terpengaruh nilai-nilai moral mereka selama hari pembentukan
mereka, dan mereka dipengaruhi oleh nilai-nilai moral mereka saat
ini. Sedangkan pada pria Pramuka dapat mempertahankan standar
tinggi etika mereka, dapat mencapai tingkat pendidikan yang lebih
tinggi, dan menunjukkan perilaku antisosial yang kurang daripada
mereka yang tidak memiliki latar belakang Pramuka. Selain itu
penelitian Harris juga menunjukkan bahwa mayoritas para orang tua
percaya anak-anak mereka mempelajari nilai-nilai moral dan etika
dalam program, dan mayoritas pria Pramuka mengatakan bahwa
Pramuka mengajarkan mereka keterampilan yang tidak akan mereka
temui di tempat lain. 77
Berdasarkan hasil penelitian Harris tersebut berarti kontribusi
dari kegiatan Pramuka ini sangat signifikan terhadap pendidikan
akhlak. Karena hasil penelitian itu mengisyaratkan bahwa kegiatan
Pramuka dapat meningkatkan sikap rajin belajar, sikap aktif,
menumbuhkan sikap jujur, dapat memelihara diri dari perilaku yang
merusak diri sendiri, dapat mengembangkan sikap kooperatif, dapat
menumbuhkan rasa percaya diri (optimis), dapat mempertahankan
sikap etika yang seharusnya, dapat mengurangi sikap anti sosial, dan
dapat menumbuhkembangkan sikap kecintaan kepada ilmu.
77
Lihat dalam Martha Taylor Greenway, “The Emerging Status of
Outcome Measurement in the Nonprofit Human Service Sector”, dalam Patrice
Flynn dan Virginia A. Hodgkinson (Ed.), Measuring the Impact of the Nonprofit
Sector (New York: Kluwer Academic/Plenum Publishers, 2001), 220-221.
189
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
78
Lihat dalam Penyusun, “Kurikulum MI Pembangunan UIN Jakarta
Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 52; dan wawancara dengan Firman Hamdani Waka
Bagian Kesiswaan Kelas 3-4 MIP UIN JAKARTA tanggal 07/02/2012.
79
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan UIN
Jakarta Tahun pelajaran 2011/ 2012”, 25; dan Tim Penyusun, “Buku Penghubung”,
13; serta wawancara dengan Syukri AG Waka Bagian Kurikulum MTsP UIN
JAKARTA tanggal 12/03/2012.
80
Clare Delany dan Elizabeth Molloy (Ed.), Clinical Education in the
Health Professions (Chatswood: Elsevier Australia, 2009), 182.
190
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
81
William J. Hunter, Cultural Competency in Health Care Providers'
Ethical Decision-making and Moral Reasoning: Implications for Reducing Racial
and Ethnic Health Disparities for Diverse Populations (Ann Arbor: ProQuest,
2008), 49.
191
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
bermain. 82 Dari kegiatan ini dapat diperoleh suatu ilmu, dan ilmu itu
menurut Lakshmi dan Rao selanjutnya akan menuntut keinginan
untuk mengetahui, untuk mengembangkan perilaku demokratis,
untuk membantu mengembangkan sikap ilmiah, sikap kritis dalam
berpikir, dan berbagai sikap positif lainnya. 83 Tuntutan keinginan
untuk mengetahui terhadap segala sesuatu yang ada di sekitarnya
merupakan salah satu indikator dari sikap cinta akan ilmu
pengetahuan, sedangkan sikap mencintai ilmu pengetahuan
(menuntut ilmu) adalah suatu sikap yang sangat positif.
Di tingkat MTsP UIN Jakarta ada 2 kegiatan yang berkaitan
dengan MIPA, yaitu kegiatan Science Club (SC) dan kegiatan
Kelompok Ilmiah Remaja (KIR). Kegiatan SC diadakan dalam
rangka untuk mempersiapkan siswa-siswa yang akan mengikuti
lomba-lomba yang berkaitan dengan bidang MIPA yang diadakan di
luar MP UIN Jakarta. Dalam kegiatan ini siswa-siswa tersebut dilatih
untuk menjawab soal-soal pada bidang pengetahuan yang
dilombakan atau mereka dilatih untuk menyelesaikan suatu masalah
ilmiah yang berkaitan dengan lomba tersebut, jadi kegiatan SC ini
berkaitan erat dengan lomba-lomba yang akan mereka ikuti.84
Adapun kontribusinya terhadap pendidikan akhlak selain untuk terus
memupuk rasa dan sikap siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan,
juga melalui kegiatan ini dapat menumbuhkan sikap rajin (belajar)
karena dilatih untuk terus belajar, sikap optimis dan percaya diri
seiring dengan peningkatan kompetensi pengetahuannya, dan sikap
tanggung jawab karena dia menjadi duta sekolahnya dalam lomba
yang diikutinya tersebut.
Sedangkan kegiatan KIR merupakan tindak lanjut dari
kegiatan MIPA Ceria yang ada di MIP UIN Jakarta, oleh karena itu
bentuk kegiatannya pun pada dasarnya sama, hanya di tingkat MTsP
ini kegiatannya sudah harus serius, tidak seperti di tingkat MIP yang
82
Lihat dalam Penyusun, “Kurikulum MI Pembangunan UIN Jakarta
Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 52; dan wawancara dengan Firman Hamdani Waka
Bagian Kesiswaan Kelas 3-4 MIP UIN JAKARTA tanggal 07/02/2012.
83
Gadde B. Lakshmi dan DB. Rao, Attitude Towards Science (New Delhi:
Discovery Publishing House, 2003), 4.
84
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan UIN
Jakarta Tahun pelajaran 2011/ 2012”, 25; wawancara dengan Miran Waka Bagian
Kesiswaan MTsP UIN JAKARTA tanggal 06/02/2012.
192
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
85
Wawancara dengan Denden Permana Koordinator Kegiatan Sainteks
MAP UIN JAKARTA tanggal 06/02/2012.
86
Lihat dalam Tim Penyusun, “Buku Penghubung”, 23.
87
Wawancara dengan Denden Permana Koordinator Kegiatan Sainteks
MAP UIN JAKARTA tanggal 06/02/2012.
88
Wendell Wallach dan Colin Allen, Moral Machines: Teaching Robots
Right from Wrong (New York: Oxford University Press, 2009), 30.
193
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
89
wawancara dengan Denden Permana Koordinator Kegiatan Sainteks
MAP UIN JAKARTA tanggal 06/02/2012.
90
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan UIN
Jakarta Tahun pelajaran 2011/ 2012”, 25; dan dalam Penyusun, “Kurikulum MI
Pembangunan UIN Jakarta Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 52.
194
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
91
Wawancara dengan Miran Waka Bidang Kesiswaan MTsP UIN
JAKARTA tanggal 06/02/2012.
92
Lihat dalam “Kode Etik Jurnalistik”, Wikisource,
http://id.wikisource.org/wiki/Kode_Etik_Jurnalistik (diakses 22/05/2012).
195
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
196
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
197
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
96
Lihat dalam Tim Penyusun, “Buku Penghubung”, 13; dan Tim
Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan UIN Jakarta Tahun pelajaran 2011/
2012”, 25.
97
Paul Robinson dkk (Ed.), Ethics Education in the Military (Hampshire:
Ashgate Publishing Limited, 2008), 199-200.
198
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
98
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun
Pelajaran 2011/ 2012”, 33.
99
Menurut Zdzislaw Gebolyś kode etik pustakawan ini tergantung kepada
4 faktor, yaitu: jumlah perpustakaan, keanekaragaman perpustakaan, ruang lingkup
dari tugas pustakawan, dan ruang lingkup para pengguna. Lihat dalam Zdzislaw
Gebolyś, Library Codes of Ethics Worldwide: An Anthology (Berlin: Simon Verlag
fur Bibliothekswissen, 2011), 15.
199
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
100
Jerrold Levinson (Ed.), Aesthetics and Ethics: Essays at the Intersection
(Cambridge: Cambridge University Press, 1998), 217.
101
Lihat dalam Penyusun, “Kurikulum MI Pembangunan UIN Jakarta
Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 52.
102
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan UIN
Jakarta Tahun pelajaran 2011/ 2012”, 25;
200
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
103
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun
Pelajaran 2011/ 2012”, 33-34; dan dalam Tim Penyusun, “Buku Penghubung”, 13.
104
Wawancara dengan Miran Waka Bagian Kesiswaan MTsP UIN
JAKARTA dan observasi tanggal 06/02/2012.
105
Lihat dalam Berys Gaut, “The Ethical Criticism of Art”, dalam Jerrold
Levinson (Ed.), Aesthetics and Ethics: Essays at the Intersection, 182.
201
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
106
Lihat dalam Penyusun, “Kurikulum MI Pembangunan UIN Jakarta
Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 52-53.
107
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan UIN
Jakarta Tahun pelajaran 2011/ 2012”, 24-25.
108
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun
Pelajaran 2011/ 2012”, 33; dan dalam Tim Penyusun, “Buku Penghubung”, 13.
109
Secara formal fair play umumnya dipahami sebagai suatu ketetapan
norma-norma agar sesuai dengan aturan dan keadilan. Sedangkan secara informal
fair play diartikan sebagai upaya mengatur persaingan dan pengabdian serta
penghormatan terhadap keterlibatan orang lain. Lihat dalam Sigmund Loland, Fair
Play in Sport: A Moral Norm System (London dan New York: Routledge, 2002),
143.
110
Angela Lumpkin dkk, Practical Ethics in Sport Management (North
Carolina: McFarland & Company Inc, 2012), 215.
202
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
Dengan tumbuhnya rasa percaya diri maka hal itu akan menimbulkan
sikap kemandirian pada diri siswa.
111
Sigmund Loland seorang pakar di bidang filosofis olahraga dan etik dari
Norwegia menginterpretasikan sikap fair play ini sebagai sikap inti dari kegiatan
kompetisi olahraga. Lihat dalam Sigmund Loland, Fair Play in Sport: A Moral
Norm System, 1.
112
John Milton-Smith yang mengkaji tentang nilai-nilai akhlak dalam
kegiatan lomba setingkat olimpiade mengungkapkan bahwa para pemenang dari
setiap lomba mereka telah berhasil menunjukkan keberanian, dedikasi, ketekunan
dan kerendahan hati mereka. Selain prestasi olahraga, mereka juga telah
memenangkan rasa hormat dan kekaguman bangsa (individu) lain terhadap kualitas
pribadi dan karakter mereka. Menurut John Milton dan Smith ada 10 sikap yang
muncul dan berkembang dalam even olimpiade, yaitu sikap keberanian, dedikasi,
ketekunan, kerendahan hati, kewarganegaraan, melaksanakan kewajiban,
pengorbanan, empati, loyalitas, komitmen terhadap tim, moral, dan kekuatan.
Lihat dalam John Milton-Smith, “Ethics, the Olympics and the Search for Global
Values”, Journal of Business Ethics, Vol. 35, No. 2 (2002), 135,
http://www.jstor.org/stable/25074662 (diakses 30/04/2012).
203
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
204
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
205
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
pada tahun 2007 pernah menjadi juara I Membuat Kartu Tahun Baru
Hijriyah, juara I Cerdas Cermat MIPA, dan juara I Tenis Meja
(Porsema). Sedangkan di tingkat Jabodetabek MIP UIN Jakarta
pernah meraih prestasi sebagai juara II Olimpiade MIPA “Internet al-
Kautsar” tahun 2007, juara I Pildacil (Muharam) tahun 2007, juara I
MTQ tahun 2007, juara III Turnamen Indoor Soccer Pembangunan
Jaya tahun 2007, juara II futsal Menpora tahun 2007, juara I Tari
Kreasi KOSMI TMII tahun 2007, juara II Melukis KOSMI TMII
tahun 2007, juara I Baca Puisi “Universal al-Azhar” tahun 2008,
juara I Tartil al-Qur’an “Lab School” tahun 2008, juara II Kaligrafi
“Lab School” tahun 2008, juara I dan II Baca Puisi tahun 2008, dan
juara I Tari Kreasi tahun 2008. Adapun di tingkat pulau Jawa dan
Bali MIP UIN Jakarta pernah mengukir prestasi sebagai juara I dan
III dalam Open Tournament Karateka pada tahun 2008.115
Sedangkan di tingkat SMP/MTs prestasi yang diraih oleh
MTsP UIN Jakarta sudah cukup membuktikan tingkat keeksisan
kelembagaan mereka. Di level propinsi DKI Jakarta MTsP UIN
Jakarta pernah meraih prestasi akademik sebagai juara 1 Olympiade
Fisika tahun 2003, juara 2 Olympiade Fisika tahun 2003, dan sebagai
Madrasah Terbaik I Hasil Ujian Nasional secara berturut-turut dari
Tahun 2004-2007. Di bidang keterampilan, olahraga, dan seni MTsP
UIN Jakarta juga mengukir prestasinya di tingkat Jabodetabek
sebagai juara 1 Sains Ceria Tingkat SMP tahun 2007 Lab School
Kebayoran, juara 1 Musikalisasi Puisi tingkat SMP tahun 2007 al-
Azhar Pusat, juara 2 Musikalisasi Puisi tingkat SMP-SMA tahun
2007 HUT MP UIN, juara Harapan 1 Musikalisasi Puisi Umum tahun
2007 Pusat Bahasa Depdiknas, juara 3 Newscasting of Linguistic
tingkat SMP tahun 2007 MAN Insan Cendekia Serpong, dan juara 3
Photography of Linguistic tingkat SMP tahun 2007 MAN Insan
Cendekia Serpong.116
Pada tingkat SMA/MA, prestasi MAP UIN Jakarta sampai
tahun 2011 ini juga sudah merambah bukan hanya di tingkat propinsi
atau tingkat nasional, tetapi juga di tingkat regional. Di tingkat
propinsi DKI Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek) MAP UIN Jakarta
sudah meraih prestasi sebagai juara I lomba Festival Musikalisasi
115
Lihat dalam Penyusun, “Kurikulum MI Pembangunan UIN Jakarta
Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 30-32.
116
Lihat dalam MP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, http://www.mpuin-
Jakarta.sch.id/content/view/25/65/1/1/ (diakses pada tanggal 06/02/2012).
206
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
Puisi tahun 2008, finalis Astra Honda Motor best Student 2010, juara
II Cerdas Cermat Matematika (LCCM) X di UIN Jakarta tahun 2010,
dan peraih nilai Ujian Nasional (UN) tertinggi tingkat MA tahun
ajaran 2010/2011. Sedangkan di level nasional MAP UIN Jakarta
meraih prestasi sebagai semi finalis dalam Pesta Sains Nasional pada
tahun 2010 di IPB, dan sebagai juara 4 dalam lomba Indonesian
Robotik pada Olimpiade Nasional tahun 2011. Adapun di tingkat
regional, MAP UIN Jakarta sejak tahun 2008 secara berturut-turut
sampai tahun 2011 sudah melakukan pertukaran pelajar ke Jepang
melalui “Japan-East Asia Network of Exchange for Students and
Youths Programme” (JENESYS).117
Dengan demikian melalui kegiatan-kegiatan lomba ini baik
itu di tingkat lingkungan MP UIN Jakarta sendiri, atau di tingkat
kabupaten/kota, atau di tingkat propinsi DKI Jakarta, atau di tingkat
pulau Jawa, atau di tingkat nasional, atau di tingkat regional ASEAN,
atau bahkan di tingkat internasional nantinya dapat menumbuhkan
sikap-sikap positif yang tidak hanya berdimensi lokal (kedaerahan)
dan nasional saja (keindonesiaan), tetapi juga berdimensi
internasional (global) dengan tetap mengacu kepada nilai-nilai
keislaman.
117
Lihat dalam Tim Penyusun, “Buku Penghubung”, 24-25.
118
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun
Pelajaran 2011/ 2012”, 44-45; dan wawancara dengan Yayat ZM tanggal
08/12/2011; wawancara dengan Muhaemin tanggal 31/01/2012; dan wawancara
dengan Syukri AG tanggal 06/02/2012.
207
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
208
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
122
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun
Pelajaran 2011/ 2012”, 44.
209
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
1) Kegiatan Lomba
a) Lomba Olahraga
Lomba olahraga yang dilaksanakan ada 2 kategori, yaitu
lomba olahraga yang umum dan lomba olahraga kedaerahan. Lomba
olahraga yang umum adalah seperti bola basket, futsal, dan voli.
Lomba olahraga bola basket diadakan hanya untuk siswa-siswa pada
tingkat aliyah saja. Lomba futsal diadakan untuk kalangan sesama
siswa pada jenjang kelas yang sederajat dan untuk kalangan sesama
guru dan staf laki-laki antar jenjang pendidikan. Sedangkan lomba
voli adalah untuk kalangan sesama siswi pada jenjang kelas yang
sederajat dan untuk kalangan sesama guru dan staf perempuan antar
jenjang pendidikan. Sedangkan lomba olahraga kedaerahanadalah
seperti lomba lari karung, lomba bawa kelereng, lomba engrang, tarik
tambang, dll. Lomba olahraga kedaerahan ini diadakan untuk
kalangan antar siswa pada jenjang kelas yang sederajat.125
Lomba olahraga ini secara umum mempunyai 2 tingkatan,
yaitu tingkat antar sesama siswa dan tingkat antar sesame guru.
Lomba olahraga untuk tingkat antar sesama siswa diadakan pada
tingkat kelas yang sederajat, kecuali pada jenjang aliyah para
siswanya berlomba untuk semua tingkatan kelas. Sedangkan lomba
123
Wawancara dengan Firman Hamdani Waka Bagian Kesiswaan Kelas 3-
4 MIP UIN JAKARTA dan dengan Syukri A. Ghani Waka Bagian Kurikulum
MTsP UIN JAKARTA tanggal 12/03/2012.
124
Wawancara dengan Syukri AG pada tanggal 06/01/2012 dan tanggal
12/03/2012; dan dengan Firman Hamdani pada tanggal 07/02/2012 dan tanggal
12/03/2012.
125
Wawancara dengan Syukri AG pada tanggal 06/01/2012 dan tanggal
12/03/2012; dan dengan Firman Hamdani pada tanggal 07/02/2012 dan tanggal
12/03/2012.
210
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
olahraga untuk tingkat antar sesama guru, staf, dan komite sekolah
diadakan pada jenjang pendidikan yang berbeda, walaupun pada
dasarnya keikutsertaan para guru, staf, dan komite sekolah ini hanya
untuk ikut meramaikan dan menambah kemeriahan acara perayaan
itu saja.126
Waktu pelaksanaan untuk lomba olahraga yang umum seperti
bola basket, futsal, dan voli biasanya mulai dilakukan sejak seminggu
sebelum upacara perayaan HUT Kemerdekaan RI, dan final lomba
olahraganya akan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus setelah
upacara Apel Bendera Peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI
dan kegiatan pawai karnaval. Sedangkan lomba olahraga yang
sifatnya kedaerahan biasanya dilakukan tepat pada Hari
Kemerdekaan tanggal 17 Agustus yaitu sesudah upacara Apel
Bendera Perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia dan pawai
karnaval, berarti berbarengan dengan kegiatan final lomba olahraga
bola basket, futsal, dan olahraga voli. 127
Teknis pelaksanaan dalam kegiatan lomba olahraga ini, baik
olahraga yang umum maupun olahraga yang bersifat kedaerahan
semuanya dikoordinir oleh guru-guru yang sudah ditunjuk oleh pihak
sekolah dengan dibantu oleh siswa-siswa dari tingkat tsanawiyah dan
aliyah yang ditunjuk oleh guru koordinator lomba, bahkan dalam
teknis pelaksanaannya di lapangan tidak jarang guru koordinator
lomba menyerahkan penanganan pelaksanaan lomba kepada para
siswa tersebut, sedangkan guru yang menjadi koordinator lomba
hanya mengawasi dan mengarahkannya saja.128
Berdasarkan gambaran di atas dapat diidentifikasikan bahwa
kegiatan lomba olahraga ini dapat menumbuhkembangkan beberapa
sikap positif pada diri siswa. Misalnya sikap apresiatif dengan
keikutsertaannya dalam kegiatan lomba yang bersifat kedaerahan
(tradisional). Sikap kompetitif dengan adanya persaingan antar
sesama siswa untuk dapat memenangkan lomba. Sikap fair play
126
Wawancara dengan Syukri AG pada tanggal 06/01/2012 dan tanggal
12/03/2012; dan dengan Firman Hamdani pada tanggal 07/02/2012 dan tanggal
12/03/2012.
127
Wawancara dengan Syukri AG pada tanggal 06/01/2012 dan tanggal
12/03/2012; dan dengan Firman Hamdani pada tanggal 07/02/2012 dan tanggal
12/03/2012.
128
Wawancara dengan Syukri AG pada tanggal 06/01/2012 dan tanggal
12/03/2012; dan dengan Firman Hamdani pada tanggal 07/02/2012 dan tanggal
12/03/2012; dan observasi tanggal 01/12/2011-07/01/2012.
211
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
b) Lomba Seni
Lomba seni yang diselenggarakan dalam rangka Perayaan
Hari Kemerdekaan ini, semuanya diarahkan kepada lomba seni yang
bernuansa kedaerahan atau kebangsaan, misalnya adalah lomba
menyanyi lagu daerah, lomba karnaval pakaian daerah, lomba drama
perjuangan, lomba menghias kelas, dll. Lomba-lomba seni tersebut
biasanya dilaksanakan tepat pada tanggal 17 Agustus sesudah
upacara Perayaan Hari Kemerdekaan dan pawai karnaval, sama
seperti waktu untuk pelaksanaan lomba-lomba olahraga yang bersifat
umum dan kedaerahan.130
Adapun teknis pelaksanaannya secara umum sama dengan
teknis pelaksanaan lomba olahraga yaitu semuanya dikoordinir oleh
guru-guru yang telah ditunjuk oleh pihak sekolah dan dibantu oleh
para siswa dari tingkat tsanawiyah dan aliyah yang dipilih oleh guru-
guru koordinator lomba. Lomba menyanyi lagu-lagu kedaerahan
dilaksanakan sesudah acara kegiatan pawai karnaval, dan pesertanya
adalah para siswa pada masing-masing tingkatan kelas. Lomba
pakaian daerah, pakaian profesi, dan pakaian pejuang dalam
pelaksanaannya tergabung dalam kegiatan pawai karnaval, berarti
para siswa ketika melakukan pawai karnaval mereka juga sebenarnya
sedang berlomba. Lomba pakaian daerah, pakaian pejuang, dan
pakaian profesi ini diikuti oleh para siswa dari tingkat TK, MI,
sampai siswa kelas 7 MTs, dan dilombakan berdasarkan jenjang
pendidikan dan tingkatan kelas. Lomba drama perjuangan juga
tergabung dalam paket kegiatan pawai karnaval sama seperti lomba
129
Karena menurut Sigmund Loland, semua pihak yang terlibat dalam
suatu kompetisi olahraga harus secara suka rela bertindak sesuai dengan etos
bersama dari kompetisi tersebut. Lihat dalam Sigmund Loland, Fair Play in Sport:
A Moral Norm System, 42.
130
Wawancara dengan Syukri AG pada tanggal 06/01/2012 dan tanggal
12/03/2012; dan dengan Firman Hamdani pada tanggal 07/02/2012 dan tanggal
12/03/2012.
212
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
131
Wawancara dengan Syukri AG pada tanggal 06/01/2012 dan tanggal
12/03/2012; dan dengan Firman Hamdani pada tanggal 07/02/2012 dan tanggal
12/03/2012.
132
Wawancara dengan Syukri AG pada tanggal 06/01/2012 dan tanggal
12/03/2012; dan dengan Firman Hamdani pada tanggal 07/02/2012 dan tanggal
12/03/2012.
213
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
133
Wawancara dengan Syukri AG pada tanggal 06/01/2012 dan tanggal
12/03/2012; dan dengan Firman Hamdani pada tanggal 07/02/2012 dan tanggal
12/03/2012.
134
Wawancara dengan Syukri AG pada tanggal 06/01/2012 dan tanggal
12/03/2012; dan dengan Firman Hamdani pada tanggal 07/02/2012 dan tanggal
12/03/2012.
214
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
135
Wawancara dengan Syukri AG pada tanggal 06/01/2012 dan tanggal
12/03/2012; dan dengan Firman Hamdani pada tanggal 07/02/2012 dan tanggal
12/03/2012.
215
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
3) Pawai Karnaval
Kegiatan pawai karnaval di MP UIN Jakarta dilaksanakan
sesudah upacara Apel Bendera Peringatan HUT Proklamasi
Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus, yang rutenya adalah
mengitari jalan-jalan yang mengelilingi komplek UIN Jakarta. Semua
komponen personal MP UIN Jakarta diwajibkan untuk ikut serta,
baik itu dewan pimpinan, dewan guru, staf, komite, maupun seluruh
siswa MP UIN Jakarta.136
Bentuk kegiatan yang disajikan dalam pawai karnaval ini
diatur berdasarkan kelompoknya, yaitu kelompok para pimpinan
yayasan, kelompok para dewan direktur, kelompok para dewan guru
berdasarkan lembaga pendidikan, kelompok komite sekolah, dan
kelompok para siswa yang diatur berdasarkan jenjang pendidikan dan
tingkatan kelas. 137
Dalam tiap kelompok siswa yang diatur berdasarkan jenjang
pendidikan dan tingkatan kelas terdapat barisan siswa yang
mendemontrasikan dramatikal perjuangan atau kepahlawanan,
barisan para siswa yang berpakaian adat kedaerahan, barisan para
siswa yang berpakaian para pejuang atau kepahlawanan, barisan para
siswa yang berpakaian ala profesi, dan barisan para siswa yang
berpakaian sekolah. Khusus untuk kegiatan dramatikal perjuangan
para siswa telah melatih dan mempersiapkannya selama kurang lebih
1 bulan dengan dibimbing dan dikoordinir oleh guru yang ditunjuk
oleh pihak sekolah.138
Sebagai catatan adalah bahwa semua bentuk kegiatan para
siswa yang terdapat dalam pawai karnaval tersebut merupakan bagian
dari rangkaian lomba dalam rangka untuk memeriahkan perayaan
HUT Proklamasi Kemerdekaan RI. Jenis yang dilombakan ada 3,
yaitu lomba dramatikal perjuangan atau kepahlawanan yang hanya
diikuti oleh siswa-siswa pada tingkat MAP UIN Jakarta saja, lomba
136
Wawancara dengan Syukri AG pada tanggal 06/01/2012 dan tanggal
12/03/2012.
137
Wawancara dengan Syukri AG pada tanggal 06/01/2012 dan tanggal
12/03/2012.
138
Wawancara dengan Syukri AG pada tanggal 06/01/2012 dan tanggal
12/03/2012.
216
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
pakaian kedaerahan yang diikuti oleh para siswa pada tingkat MIP
UIN Jakarta, dan lomba pakaian ala profesi yang diikuti oleh para
siswa pada tingkat MTsP UIN Jakarta.139
Mengenai kontribusi kegiatan pawai karnaval ini terhadap
perkembangan akhlak siswa dapat ditelusuri pada 2 aspeknya, yaitu
pada aspek lomba, dan pada aspek proses pelaksanaan kegiatannya.
Pada aspek lomba telah diuraikan sebelumnya bahwa dalam
setiap kegiatan lomba akan dapat memunculkan sikap-sikap positif
pada diri siswa. Selain itu yang dilombakan dalam pawai karnaval ini
semua jenis lombanya berkaitan dengan seni, karena yang
dilombakan adalah lomba dramatikal perjuangan atau kepahlawanan,
lomba pakaian kedaerahan, dan lomba pakaian ala profesi.
Pada lomba dramatikal kepahlawanan sikap-sikap positif yang
dapat dikembangkan adalah sikap kreatifitas, kompetitif, inovatif,
berani, tekun, rendah hati, tanggung jawab, pengorbanan, empati,
loyalitas, komitmen tim, moral, keuletan, serta sikap suka dan
apresiatif terhadap suatu karya seni.
Sedangkan pada lomba pakaian kedaerahan sikap-sikap
positif yang dapat dikembangkan adalah sikap-sikap positif yang
berkaitan dengan lomba seperti yang telah dikemukakan di atas, dan
sikap-sikap positif yang berkaitan dengan kebudayaan seperti sikap
menghargai budaya bangsa Indonesia, sikap apresiatif terhadap
budaya bangsa sendiri, sikap memelihara dan menjaga kebudayaan
bangsa sendiri, serta sikap toleransi terhadap keanekaragaman budaya
bangsa Indonesia.
139
Wawancara dengan Syukri AG pada tanggal 06/01/2012 dan tanggal
12/03/2012; dan dengan Firman Hamdani pada tanggal 07/02/2012 dan tanggal
12/03/2012.
140
Lihat dalam Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah
Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 44; dan wawancara dengan Syukri AG dan dengan
Firman Hamdani tanggal 12/03/2012.
217
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
1) Kegiatan Lomba
Kegiatan lomba yang diadakan dalam rangka memeriahkan
perayaan HUT MP UIN Jakarta ini meliputi 3 jenis bidang lomba,
yaitu lomba bidang olahraga, lomba bidang seni, dan lomba bidang
akademik.143
a) Lomba Bidang Olahraga
Lomba-lomba di bidang olahraga waktu pelaksanaannya
disesuaikan dengan jenis lomba dan jumlah pesertanya. Jika jenis
lomba dan jumlah pesertanya memerlukan waktu yang panjang
seperti lomba futsal maka rangkaian kegiatan lomba olahraga tersebut
dilaksanakan sejak dari awal bulan Desember atau sebulan sebelum
hari H, dan lomba-lomba olahraga lainnya juga disesuaikan waktu
pelaksanaannya berdasarkan pertimbangan tersebut.144
Adapun cabang-cabang olahraga yang dilombakan biasanya
adalah cabang olahraga futsal, bola basket, tenis meja, voli, dan
sepeda santai (fun bike). Lomba futsal pada skala lokal pesertanya
adalah para siswa MI dan MTs dan dilombakan berdasarkan
tingkatan kelas. Sedangkan pada skala regional lomba futsal ini
141
Wawancara dengan Syukri AG dan dengan Firman Hamdani tanggal
12/03/2012.
142
Wawancara dengan Syukri AG dan dengan Firman Hamdani tanggal
12/03/2012.
143
Wawancara dengan Syukri AG dan dengan Firman Hamdani tanggal
12/03/2012.
144
Wawancara dengan Syukri AG dan dengan Firman Hamdani pada
tanggal 12/03/2012.
218
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
219
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
2) Kegiatan Syukuran
Kegiatan syukuran ini adalah kegiatan yang berbentuk acara
syukuran atau selamatan dalam rangka puji syukur kepada Allah
SWT atas segala capaian yang telah berhasil diraih oleh MP UIN
Jakarta. Acara syukuran ini dilaksanakan pada malam terakhir
146
Wawancara dengan Syukri AG dan dengan Firman Hamdani pada
tanggal 12/03/2012.
147
Wawancara dengan Syukri AG dan dengan Firman Hamdani pada
tanggal 12/03/2012.
148
Wawancara dengan Syukri AG dan dengan Firman Hamdani pada
tanggal 12/03/2012.
149
Wawancara dengan Syukri AG dan dengan Firman Hamdani pada
tanggal 12/03/2012.
220
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
150
Wawancara dengan Syukri AG dan dengan Firman Hamdani pada
tanggal 12/03/2012.
151
Wawancara dengan Syukri AG dan dengan Firman Hamdani pada
tanggal 12/03/2012.
152
Wawancara dengan Syukri AG dan dengan Firman Hamdani pada
tanggal 12/03/2012; dan observasi tanggal 07/01/2012.
221
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
4) Kegiatan Pameran
Dalam rangka menambah kemeriahan perayaan hari ulang
tahunnya MP UIN Jakarta juga mengadakan pameran tentang semua
capaian yang telah diraihnya. Kegiatan pameran ini berlokasi di
halaman sekolah dan dilaksanakan hanya sehari saja yaitu pada hari
perayaannya pada tanggal 7 Januari. Kelompok stan dalam pameran
diatur berdasarkan kelompok jenjang pendidikan, yaitu kelompok
stan TK, kelompok stan MI, kelompok stan MTs, dan kelompok stan
MA. Selanjutnya kelompok stan perjenjang pendidikan tersebut
dibagi lagi berdasarkan kelompok konsorsium mata pelajaran, yaitu
kelompok konsorsium agama, kelompok konsorsium MIPA,
kelompok konsorsium bahasa, kelompok konsorsium ekstra
kurikuler, dan kelompok konsorsium jurnalistik. Semua stan
konsorsium tersebut menampilkan semua hasil karya, kreasi, dan
prestasi yang diraih oleh para siswa MP UIN Jakarta dalam semua
bidang, baik itu di bidang akademik, di bidang seni, maupun di
bidang olahraga, seperti majalah dinding, kaligrafi, trofi, gambar-
gambar atau lukisan, dll. 153
Dalam kegiatan puncak perayaan HUT MP ini banyak sekali
sikap positif yang dapat dikontribusikannya terhadap perkembangan
akhlak siswa. Saat mempersiapkan lokasi arena perayaan para siswa
juga dilibatkan, sehingga hal ini dapat menumbuhkembangkan sikap
percaya diri, tanggung jawab, partisipatif, dan kerja sama tim dalam
diri siswa. Begitu juga saat mengatur setiap ruang pameran untuk
masing-masing konsorsium para siswa juga ikut dilibatkan dalam
mendesainnya, sehingga hal ini dapat memunculkan sikap kreatifitas,
inovatif, dan proporsional siswa. Kemudian pada saat pelaksanaan
perayaan para siswa juga diberi tanggung jawab untuk menjaga ruang
pameran dan melayani setiap pengunjung yang memasukinya, hal ini
mengakibatkan tumbuhnya sikap tanggung jawab, sikap ramah
tamah/sopan, sikap menolong, dan sikap percaya diri pada diri siswa.
Selanjutnya setelah acara kegiatan berakhir para siswa juga diberi
tanggung jawab untuk membereskan atau merapikan arena acara,
yang hal ini mengakibatkan sikap tanggung jawab, sikap kerja sama
tim, dan sikap tolong menolong semakin berkembang dalam diri
siswa.
153
Wawancara dengan Syukri AG dan dengan Firman Hamdani pada
tanggal 12/03/2012; dan observasi tanggal 07/01/2012.
222
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
5) Bazar
Kegiatan bazar ini dimaksudkan untuk meramaikan,
menambah, dan melengkapi kemeriahan puncak acara kegiatan
perayaan HUT MP UIN Jakarta. Untuk mengadakan bazar ini MP
UIN Jakarta bekerja sama dengan para pedagang dan para pengusaha
dengan mengundang mereka untuk bersedia ikut dalam kegiatan
bazar tersebut. Kegiatan bazar ini diadakan di halaman sekolah dan
memang halaman MP UIN Jakarta cukup luas dan tempatnya mampu
untuk menampung semua kegiatan perayaan HUT yang mereka
adakan. Jadi lokasi pameran, lokasi panggung acara perayaan, dan
lokasi bazar menyatu dalam satu lokasi yaitu halaman MP UIN
Jakarta, sehingga menjadi satu kesatuan yang menciptakan
kemeriahan dan semaraknya acara puncak perayaan HUT MP UIN
Jakarta.154
154
Wawancara dengan Syukri AG dan dengan Firman Hamdani pada
tanggal 12/03/2012; dan observasi tanggal 07/01/2012.
155
Wawancara dengan Syukri AG pada tanggal 26/01/2012.
223
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
156
Wawancara dengan Syukri AG pada tanggal 26/01/2012.
224
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
225
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
159
Sikap futuristik disebut juga dengan sikap protensif atau orientasi ke
depan adalah atribut khusus dari kondisi psikis yang disebut ketakutan. Lihat dalam
Smith Ely Jelliffe, The Technique of Psychoanalysis (Princeton: Nervous and
mental disease publishing company, 1920), 69-70.
226
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
Tabel 13
Program dan Kegiatan Berorientasi Akhlak Mulia di MP UIN Jakarta
Nilai-Nilai
Jenjang Pendidikan Pendidikan Domain yang
Program/Kegiatan MIP UIN MTsP UIN MAP UIN Jakarta Akhlak Dominan
yang Dominan
Jakarta Jakarta
KBM: KBM: KBM:
1. Kelompok mata pelajaran
Kelompok mata Kelompok mata Agama dan Akhlakul Karimah
pelajaran Agama pelajaran Agama 2. Kelompok mata pelajaran Karakter Moral Afektif
Kewarganegaraan dan
Kepribadian
1. Kelompok mata pelajaran
Jasmani, Olahraga dan
Core 1. Kelompok mata
pelajaran Umum
1. Kelompok mata
pelajaran Umum 2.
Kesehatan
Kelompok mata pelajaran Karakter kinerja Kognitif dan
2. Kelompok mata 2. Kelompok mata Estetika Psikomotor
pelajaran MIPA pelajaran MIPA 3. Kelompok mata pelajaran Ilmu
Kurikuler Pengetahuan dan Teknologi
Kelompok mata Kelompok mata Kelompok mata pelajaran Bahasa Karakter kinerja Kognitif,
pelajaran Bahasa pelajaran Bahasa dan moral Psikomotor, dan
Afektif
Karakter moral Afektif dan
Core Values dan Psikomotor
Hidden Kinerja
Karakter moral Afektif
Tabungan Amal Saleh (TAS)
Karakter moral Psikomotor dan
Habitual Curriculum religius Afektif
Habitual Karakter kinerja Afektif
Reading Habit
227
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
228
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
Arabina
229
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
160
Observasi tanggal 10, 17, dan 24 Februari 2012.
230
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
sampai kebiasaan berwudu dengan adab yang baik dan benar itu
mengkarakter dalam perilaku mereka.
Kemudian dalam kegiatan salat seperti salat Jum’at, para
siswa MIP UIN Jakarta sangat susah untuk ditertibkan. Masih banyak
siswa yang berbicara dengan teman-temannya, ada juga beberapa
siswa yang berlarian atau jalan-jalan (bermain-main) padahal
rangkaian pelaksanaan salat Jum’at sudah mulai dilaksanakan karena
khotib sudah naik ke atas mimbar dan mulai menyampaikan
khutbahnya. 161 Keadaan ini memang masih bisa dimaklumi karena
mereka masih anak-anak yang dunia mereka adalah bermain. Selain
itu, para guru MIP UIN Jakarta juga dalam mendidik para siswanya
menggunakan pendekatan kemitraan dan kekeluargaan dengan sangat
mengedepankan kelemahlembutan,162 sehingga perubahan keadaan
ini progresnya berjalan lebih lambat daripada jika menggunakan
pendekatan yang lebih tegas.
Sedangkan para siswa MTsP UIN Jakarta dalam kegiatan
salat Jum’at ini keadaannya lebih baik daripada siswa MIP UIN
Jakarta dalam hal ketertibannya. Hampir 75% dari mereka ketika
memasuki mesjid akan memilih tempat yang sesuai dengan selera
mereka tanpa mempertimbangkan untuk mengisi saf-saf yang masih
kosong di depan, sehingga para guru untuk menertibkannya harus
menginstruksikan dan mengarahkan mereka terlebih dahulu. Ini
mengindikasikan bahwa kesadaran diri siswa untuk mengisi saf-saf
yang masih kosong di depan masih sangat kurang. Namun dalam hal
ini kesalahan tidak semata-mata pada faktor siswa saja, faktor guru
pun ikut andil dalam permasalahan ini. Karena masih ada beberapa
guru yang ketika masuk ke mesjid tidak memilih tempat atau saf di
depan yang masih kosong, tetapi memilih tempat yang sesuai dengan
kehendaknya walaupun itu jauh di tengah atau di belakang. 163 Sekali
lagi ini adalah masalah faktor keteladanan dari para guru.
Selain itu sebelum rangkaian kegiatan salat Jum’at
dilaksanakan para siswa MTsP UIN Jakarta terlihat masih banyak
yang mengobrol dan bergerombol dengan teman-temannya di dalam
mesjid daripada mereka melakukan amaliyah atau ikut
mengumandangkan bacaan asma> al-h}usna. Namun ketika rangkaian
161
Observasi tanggal 10, 17, dan 24 Februari 2012.
162
Wawancara dengan Afif AL tanggal 08/12/1011 dan dengan Firman
Hamdani tanggal 07/02/2012.
163
Observasi tanggal 10, 17, dan 24 Februari 2012.
231
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
164
Observasi tanggal 10, 17, dan 24 Februari 2012.
165
Observasi tanggal 10, 17, dan 24 Februari 2012.
166
Observasi tanggal 10, 17, dan 24 Februari 2012.
167
Observasi tanggal 01/12/2011 dan wawancara dengan Yayat ZM
tanggal 14/06/2012.
232
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
233
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
tingkatan ini terjadi pada siswa yang tinggal dalam keluarga yang
kurang agamis (religius). Menurut penulis, tingkatan inilah yang
menunjukkan hasil sebenarnya dari upaya MP UIN Jakarta dalam
menanamkan kebiasaan untuk mengerjakan salat fardu 5 waktu dan
salat sunat Duh}a atau salat sunat lainnya kepada siswa. Karena
capaian pada tingkatan ini tidak ada faktor lain yang ikut membantu
MP UIN Jakarta dalam menanamkan kebiasaan-kebiasaan tersebut
kepada siswa, dengan kata lain capaian ini adalah murni hasil dari
upaya dari MP UIN Jakarta. Ini mengindikasikan bahwa sebenarnya
tingkat keberhasilan internalisasi kebiasaan salat kepada siswa di MP
UIN Jakarta berada pada level yang minimal atau cukup berhasil.
Adapun tentang hal adab dalam berdoa, baik itu berdoa
sesudah azan, doa khutbah, ataupun berdoa sesudah salat, hampir
lebih dari 75% siswa MP UIN Jakarta, baik itu siswa di tingkat MIP,
di tingkat MTsP, maupun yang di tingkat MAP UIN Jakarta tidak
berdoa sesuai dengan adab berdoa yang baik dan benar. Mereka
ketika berdoa terlihat seperti enggan untuk menadahkan tangan,
karena kedua telapak tangan mereka yang menadah hanya diletakkan
di atas kedua pahanya saja, sehingga terkesan seperti orang yang
tidak sedang berdoa. Namun perilaku siswa dalam berdoa ini juga
tidak terlepas dari keteladanan para guru. Karena sebagian guru MP
UIN Jakarta dalam berdoa sama seperti yang dilakukan oleh banyak
siswanya. 170 Dengan kata lain, kemungkinan besar sikap keengganan
siswa untuk menadahkan tangan dalam berdoa sebagai tanda
kepasrahan dan tawadu akan ke-Maha Kuasa-an Allah SWT adalah
karena mereka meniru sikap berdoa yang dipraktikkan oleh sebagian
dari guru mereka sendiri. Permasalahan ini juga diakui oleh para guru
MP UIN Jakarta sendiri, menurut mereka salah satu faktor
penyebabnya adalah karena adanya perbedaan tingkat pemahaman
keagamaan dari para guru. Pemahaman keagamaan para guru yang
berbasis agama berbeda cukup jauh dengan pemahaman para guru
yang berbasis umum. Hal ini mengakibatkan ketidakseragaman
perilaku dalam melaksanakan ritual ibadah. Oleh karena itu untuk
mengatasi permasalahan ini maka MP UIN Jakarta harus
mengupayakan untuk memberikan pengertian dan berkoordinasi
dengan para guru yang berbasis umum agar memberikan keteladanan
yang sama seperti yang dilakukan oleh para guru yang berbasis
170
Observasi tanggal 10, 17, dan 24 Februari 2012.
234
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
235
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
172
Observasi dari tanggal 1 Desember 2011-30 April 2012.
173
Wawancara pada tanggal 15, 17, dan 19 Juli 2012 dengan 5 orang tua
dan orang dekat siswa alumnus MP UIN Jakarta tahun 2012.
174
Wawancara dengan Indriyani Guru Bimbingan Konseling MIP UIN
Jakarta tanggal 12-06-2012.
175
Wawancara dengan Ana I’anah Guru Bimbingan Konseling MTsP UIN
Jakarta tanggal 11/06/2012.
236
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
176
Wawancara dengan Mardiana Guru Bimbingan Konseling MAP UIN
Jakarta tanggal 11/06/2012.
177
Wawancara dengan Mardiana Guru Bimbingan Konseling MAP UIN
Jakarta dan Ana I’anah Guru Bimbingan Konseling MTsP UIN Jakarta tanggal
11/06/2012, serta dengan Indriyani Guru Bimbingan Konseling MIP UIN Jakarta
tanggal 12-06-2012.
237
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
178
Observasi dan wawancara dengan Muhaemin sebagai Guru Piket pada
tanggal 31-01-2012.
179
Observasi dari tanggal 1 Desember 2011-30 April 2012.
180
Observasi dari tanggal 1 Desember 2011-31 Mei 2012.
181
Wawancara pada tanggal 15, 17, dan 19 Juli 2012 dengan 5 orang tua
dan orang dekat siswa alumnus MP UIN Jakarta tahun 2012.
238
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
mendidik siswa untuk terbiasa hidup rapi dan bersih tergolong cukup
berhasil.
Sedangkan pada tingkatan kedua adalah siswa yang tingkat
kerapiannya tergolong masih kurang dan tingkat kebersihannya
tergolong cukup. Berdasarkan pengamatan orang tua/wali siswa,
mereka sering mendapati kamar anaknya dalam keadaan cukup
berantakan, walaupun bisa dikatakan bahwa kamar itu masih dalam
keadaan bersih dari kotoran-kotoran atau sampah. Realitas ini
menunjukkan bahwa sebagian siswa tersebut kurang berhasil dididik
untuk terbiasa hidup rapi, walaupun mereka tetap respek dalam hal
kebersihan. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa MP UIN
Jakarta telah cukup berhasil dalam mendidik para siswanya untuk
terbiasa hidup bersih, namun kurang berhasil dalam membiasakan
para siswanya untuk hidup dalam kerapian.
Tabel 14
Tingkat Keberhasilan Pendidikan Akhlak di MP UIN Jakarta
Tingkat Keberhasilan
MIP MTsP MAP
Pendidikan Akhlak UIN UIN UIN
Jakarta Jakarta Jakarta
Adab Berwudu Kurang Kurang Kurang
Akhlak Kebiasaan Salat - - Cukup
kepada Adab Berdoa Kurang Kurang Kurang
Allah Kebiasaan Membaca
Alquran - - Kurang
Adab kepada Orang Tua Baik Baik Baik
Adab kepada Guru Baik Baik Baik
Akhlak Adab kepada Teman Baik Baik Baik
kepada Adab kepada Baik Baik Baik
Sesama Lingkungan
Makhluk Adab kepada Diri
Sendiri:
Kebersihan Diri Cukup Cukup Cukup
Kerapian Diri Kurang Kurang Kurang
239
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
240
BAB 6
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Secara garis besar ada 2 hal yang menjadi kesimpulan dalam
kajian ini, yaitu kesimpulan pada sisi teoritis dan pada sisi praktis.
Pada sisi teoritis kajian ini menunjukkan bahwa semakin banyak
program dan kegiatan yang diadakan oleh sekolah untuk siswa, maka
semakin besar pula kontribusi sekolah tersebut terhadap pendidikan
akhlak. Sedangkan pada sisi praktis, kajian ini menunjukkan bahwa
Madrasah Pembangunan UIN Jakarta melakukan 4 hal untuk dapat
mengoptimalkan pendidikan akhlak mulia bagi para siswanya.
Pertama, dengan menjadikannya sebagai proyeksi dari salah
satu visi keunggulan sekolah. Adapun akhlak mulia yang ingin
diwujudkan adalah akhlak mulia yang berdasarkan ajaran Islam
namun yang mempunyai ciri khas berkepribadian bangsa Indonesia.
Kedua, dengan melakukan pengembangan terhadap
kurikulum sekolah. Pengembangan kurikulum sekolah ini dilakukan
terhadap struktur dan muatan kurikulum agar berorientasi kepada
akhlak yang mulia. Pengembangan terhadap struktur kurikulum
sekolah bisa dilakukan dengan mengintegrasikan berbagai jenis
kurikulum yang strukturnya berbeda atau disebut dengan integrasi
struktur kurikulum, dengan memodifikasi mata pelajaran, dan dengan
memodifikasi alokasi waktu pembelajarannya. Sedangkan
pengembangan muatan kurikulum untuk mengoptimalkan pendidikan
akhlak bisa dilakukan dengan cara mengadopsi muatan kurikulum
dari luar sekolah, mengintegrasikan berbagai model kurikulum yang
secara teknis muatannya berbeda atau disebut dengan kurikulum
terpadu (terintegrasi), dan dengan memodifikasi muatan mata
pelajaran.
Ketiga, dengan mengadakan 4 program khusus yang sangat
menunjang terhadap keberhasilan pendidikan akhlak mulia, yaitu
program Core Values yang berisi tentang latihan dan pembiasaan
tentang nilai-nilai karakter dan nilai-nilai multikultural yang dapat
memberikan kontribusi terhadap perkembangan sikap kepribadian
dan sikap toleransi siswa. Kemudian program Habitual Curriculum
yang berisi tentang latihan dan pembiasaan tentang akhlak pada
aspek keimanan, akhlak pada aspek ibadah, dan akhlak pada aspek
mu’amalah. Selanjutnya program Tabungan Amal Saleh yang
241
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENUTUP
B. Saran
Berdasarkan hasil dari kajian ini maka ada 4 saran yang
penulis ajukan kepada MP UIN Jakarta untuk lebih mengoptimalkan
keberhasilan pendidikan akhlaknya.
Pertama, perlu adanya pengawasan yang terus-menerus dan
berkesinambungan serta keteladanan yang relatif sama dari seluruh
guru dalam setiap rangkaian pelaksanaan kegiatan rutinitas ritual
ibadah di MP UIN Jakarta.
Kedua, perlu adanya data yang lebih detail tentang kemajuan
perkembangan perilaku setiap siswa sejak dari awal masuk sampai
pada kelulusannya dari MP UIN Jakarta, sehingga penilaian terhadap
progres perkembangan akhlak siswa bersifat akuntabel dan
berkelanjutan dari jenjang MIP UIN Jakarta sampai kepada jenjang
MAP UIN Jakarta.
Ketiga, perlu adanya jalinan kerja sama yang lebih luas dan
lebih erat antara MP UIN Jakarta dengan pihak keluarga siswa dan
masyarakat. Baik itu masyarakat di lingkungan sekolah, masyarakat
di lingkungan siswa tinggal, maupun masyarakat yang lebih luas,
dalam rangka untuk memantau perkembangan akhlak siswa, sehingga
perilaku siswa baik ketika di sekolah ataupun ketika di luar sekolah
dapat terdata secara komprehensif.
Keempat, sudah saatnya MP UIN Jakarta membangun asrama
siswa untuk memenuhi tuntutan orang tua/wali siswa yang ingin
menyerahkan tanggung jawab pendidikan anaknya secara total
242
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENUTUP
C. Rekomendasi
Berdasarkan hasil kajian ini maka ada 1 hal yang penulis
rekomendasikan kepada lembaga pemerintah yang berwenang dalam
masalah pendidikan yaitu kepada Kementerian Agama Republik
Indonesia dan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Hal yang direkomendasikan adalah tentang pengadaan “Buku
Catatan Perkembangan Kepribadian” untuk setiap siswa. Buku ini
adalah untuk mencatat setiap perubahan aspek kepribadian siswa,
baik itu perubahan pada aspek pengetahuannya, perubahan pada
aspek keterampilannya, maupun perubahan pada aspek sikap dan
perilakunya. Pencatatan atau pendataan dilakukan sejak siswa
memasuki jenjang pendidikan terendah dan terus berlanjut secara
berkesinambungan sampai siswa tersebut mengakhiri pendidikan
pada jenjang tertinggi yang bisa dicapainya.
Manfaat adanya buku dan kebijakan ini menurut penulis
banyak sekali. Karena dengan adanya data yang secara detail dapat
menunjukkan setiap perubahan seluruh aspek kepribadian siswa, baik
itu yang sifatnya positif maupun yang negatif, maka data tersebut
dapat digunakan para pendidik sebagai bahan acuan untuk
mengarahkan kecenderungan bakat dan minat siswa, para pendidik
juga dapat menggunakannya sebagai bahan masukan untuk
melanjutkan kemajuan pada seluruh aspek yang telah dicapai oleh
siswa, selain itu para pendidik juga dapat memanfaatkannya sebagai
data yang valid untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan pada
seluruh aspek yang belum dicapai oleh siswa.
Bagi siswa pun hal ini akan dapat menimbulkan efek
psikologis yang cukup besar. Karena dengan siswa mengetahui
bahwa semua perkembangan dari perubahan aspek kepribadiannya
terdata dengan baik, maka siswa tersebut akan termotivasi untuk terus
mengembangkan dirinya ke arah yang positif. Siswa akan menyadari
bahwa data tersebut akan menjadi nilai tambah bagi dirinya di masa
depan, terutama untuk karirnya. Selain itu siswa juga akan berfikir
dua kali untuk melakukan perilaku-perilaku yang sifatnya negatif,
243
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENUTUP
244
DAFTAR PUSTAKA
‘Ulwa>n, ‘Abdulla>h Na>s}ih}. Tarbiyah al-Aula>d fi> al-Isla>m, Juz 1. Beirut: Da>r
al-Sala>m, 1981.
______________________. Tarbiyah al-Aula>d fi> al-Isla>m, Juz 2. Beirut:
Da>r al-Sala>m, 1996.
Al-Abrashi, M. At}iyah. Al-Tarbiyah al-Isla>miyyah wa Fala>sifatuha. Mesir:
Isa Babi al-Halabi, 1969.
Abuhewaij, Marwan. Principles of Modern Educational Psychology.
Monterey: Trafford Publishing, 2010.
Al-Attas, al-Naquib. Konsep Pendidikan dalam Islam, terj: Haidar Bagir.
Bandung: Mizan, 1984.
Angelica, Emil. The Fieldstone Alliance Nonprofit Field Guide to Crafting
Effective Mission and Vision Statements. Saint Paul: Fieldstone
Alliance, 2001.
Anis, Ibrahim. Al-Mu’jam al-Wasit{. Mesir: Da>r al-Ma’arif, 1972.
Ali, Mohammad. Pendidikan untuk Pembangunan Nasional. Jakarta:
Grasindo, 2009.
Amin, Ahmad. Kita>b al-Akhla>q. Kairo: Da>r al-Kutub al-Mis}riyyah, 1929.
Anderson, Darrell. Educational Objectives and the Teaching of Educational
Psychology. London: E. Stones, 1972.
Anderson, LW. Assessing Affective Characteristic in the School. Boston:
Allyn and Bacon, 1981.
Anonim. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Visimedia, 2007.
_______. Performance Objectives in Education. New Jersey: Educational
Technology Publication, 1973.
_______ Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Visimedia, 2007.
Applebee, Arthur N. Curriculum as Conversation: Transforming Traditions
of Teaching and Learning. Chicago: The University of Chicago
Press, 1996.
AR, Zahruddin dkk. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT.RajaGrafindo
Persada, 2004.
Arora, ND dan SS. Awasthy. Political Theory and Political Thought. New
Delhi: Har-Anand Publications Pvt Ltd, 2007.
245
Awbrey, Susan M dkk (Ed.). Integrative Learning and Action: a Call to
Wholeness. New York: Peter Lang Publishing Inc, 2006.
Baldwin dkk (ed). The Westminster Review, Volume 68-69. New York:
Leonard Scott & Co, 1857.
Bhaskaracharyul, Yerroju. Education and Society. New Delhi: Discovery
Publishing House, 2006.
Bräuer, Gerd (Ed.). Pedagogy of Language Learning in Higher Education:
An Introduction. Westport: Greenwood Publishing Group, 2001.
Burhanuddin, Jajat (Ed.). Ulama Perempuan Indonesia. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2002.
Carey, William J. New Developments in Combustion Research. New York:
Nova Science Publishers Inc, 2001.
Carl, Arend E. Teacher Empowerment through Curriculum Development:
Theory into Practice. Cape Town: Juta and Company Ltd, 2009.
Casey, Darrell L. The Role of Change Leadership in a Operations Excellence
Transformation Model. Tanpa kota: Lulu, 2008.
Chapman, Thandeka K dan Nikola Hobbel (Ed.). Social Justice Pedagogy
Across the Curriculum: The Practice of Freedom. New York:
Routledge, 2010.
Charlesworth, Rosalind dan Karen K. Lind. Math & Science for Young
Children. Belmont: Wadsworth Cengage Learning, 2010.
Clark, Sally N. dan Donald C. Clark, Restructuring the Middle Level School:
Implications for School Leaders. New York: State University of New
York Press, 1994.
Cohen, Richard. Students Resolving Conflict: Peer Mediation in Schools.
Tucson: Good Year Books, 2005.
Colby, Anne dkk (Ed.). Educating Citizens: Preparing America's
Undergraduates for Lives of Moral and Civic Responsibility. San
Fransisco: The Carnegie Foundation for the Advancement of
Teaching, 2003.
Craft, Anna. Creativity Across the Primary Curriculum: Framing and
Developing Practice. London: Routledge, 2000.
Crawford, Marisa dan Graham Rossiter. Reasons for Living: Education and
Young People's Search for Meaning, Identity and Spirituality: A
Handbook. Victoria: ACER Press, 2006.
Curren, Randall (Ed.). A Companion to the Philosophy of Education.
Malden: Blackwell Publishing, 2003.
Darraz, MA. Dustu>r al-Akhla>q fi> al-Qur’an. Beirut: Muassasah al-Risa>lah,
1973.
246
Daulay, Haidar Putra. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional
di Indonesia. Jakarta: Prenada Media, 2004.
Daymon, Christine dan Immy Holloway. Metode Riset Kualitatif. Bandung:
Mizan Publika, tt.
DeKorte, Jodene. Community College Online Learning Administrators. Ann
Arbor: UMI, 2009.
Delany, Clare dan Elizabeth Molloy (Ed.). Clinical Education in the Health
Professions. Chatswood: Elsevier Australia, 2009.
Dym, Barry (dkk). Managing Leadership Transition for Nonprofits: Passing
the Torch to Sustain Organizational Excellence. New Jersey: Pearson
Education Inc, 2011.
Easton, Lois Brown. Professional Learning Communities by Design: Putting
the Learning Back into PLCs. London: Corwin, 2011.
Ediger, Marlow. Curriculum of School Subjects. New Delhi: Discovery
Publishing House, 2007.
English, Lyn D (Ed.), Handbook of International Research in Mathematics
Education. New Jersey: Routledge, 2002.
Fadjar, A. Malik. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Fajar Dunia, 1999.
Fayolle, Alain dan Paula Kyro (Ed.). The Dynamics between
Entrepreneurship, Environment and Education. Glos: Edward Elgar
Publishing Ltd, 2008.
Feisal, Jusuf Amir. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Gema Insani
Press, 1995.
FIP – UPI, Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan
Bagian III: Pendidikan Disiplin Ilmu. Jakarta: IMTIMA, 2007.
Flynn, Patrice dan Virginia A. Hodgkinson (Ed.). Measuring the Impact of
the Nonprofit Sector. New York: Kluwer Academic/Plenum
Publishers, 2001.
Fraser, Barry J, dkk (Ed.). Second International Handbook of Science
Education, Volume 1. New York: Springer, 2012.
Gabriel, Richard A dan Karen S. Metz. From Sumer to Rome: The Military
Capabilities of Ancient Armies. Westport: Greenwood Press, 1991.
Gawande, E.N. Value Oriented Education: Vision for Better Living. New
Delhi: Sarup & Sons, 2002.
Al-Ghazali, Imam. Ih{ya ‘Ulum al-Di>n, Jilid III. Beirut: Da>r al-Fikr, tt.
Gebolyś, Zdzislaw. Library Codes of Ethics Worldwide: An Anthology.
Berlin: Simon Verlag fur Bibliothekswissen, 2011.
Gerler Jr, Edwin R (Ed.). Handbook of School Violence. Binghamton: The
Haworth Reference Press, 2004.
247
Gibbon, Edward. The History of the Decline and Fall of the Roman Empire.
Philadelphia: B. F. French, 1830.
Goldstein, Arnold P dkk (Ed.). New Perspectives on Aggression
Replacement Training: Practice, Research and Application. West
Sussex: John Wiley and Sons, 2004.
Grendler, Paul F. Renaissance Education between Religion and Politics.
Hampshire: Ashgate Publishing Ltd, 2006.
Gunarsa, Singgih D. Bunga Rampai Psikologi Perkembangan: dari Anak
sampai Usia Lanjut. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004.
Hakemulder, Jèmeljan. The Moral Laboratory: Experiments Examining the
Effects of Reading Literature on Social Perception and Moral Self-
concept. Amsterdam: John Benjamins Publishing Company, 2000.
Hardiman, F. Budi. Filsafat Modern: Dari Machiavelli sampai Nietzsche.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004.
Hargreaves, Andy. Changing Teachers, Changing Times: Teachers' Work
and Culture in the Postmodern Age. London: Continuum
International Publishing Group, 1994.
Hidayat, Komaruddin dan Putut Widjanarko (Ed.). Reinventing Indonesia:
Menemukan Kembali Masa Depan Bangsa. Jakarta: Mizan, 2008.
Holland, Thomas P dan Roger A. Ritvo. Nonprofit Organizations: Principles
and Practices. New York: Columbia University Press, 2008.
Holt, Maurice. Curriculum Workshop: An Introduction to Whole Curriculum
Planning. London: Routledge, 1983.
Hunt, Thomas C. dkk (ed). Encyclopedia of Educational Reform and
Dissent, Volume 1. California: SAGE Publications Inc, 2010.
Hunter, William J. Cultural Competency in Health Care Providers' Ethical
Decision-making and Moral Reasoning: Implications for Reducing
Racial and Ethnic Health Disparities for Diverse Populations. Ann
Arbor: ProQuest, 2008.
Iwasiw, Carroll L. dkk. Curriculum Development in Nursing Education.
Sudbury: Jones & Bartlett Learning, 2009.
Jalal, Abdul Fattah. Min al-Usu>li al-Tarbawiyah fi al-Islam. Mesir: Da>r al-
Kutub al-Misriyah, 1977.
Karmakar, RN. Forensic Medicine and Toxicology. Kolkata: Academic
Publisher, 2010.
Kartanegara, Mulyadhi. Mengislamkan Nalar: Sebuah Respons terhadap
Modernitas. Jakarta: Erlangga, 2007.
Khaled, Amr. Buku Pintar Akhlak. Penterjemah: Fauzi. F. B. Jakarta:
Zaman, 2010.
248
Kelly, A.V. The Curriculum: Theory and Practice. London: SAGE
Publication Ltd, 2004.
Kirton, Michael J. Adaption-Innovation: In the Context of Diversity and
Change. East Sussex: Routledge, 2003.
Kuh, George D (dkk). Student Success in College: Creating Conditions that
Matter. San Fransisco: John Wiley and Sons Inc, 2010.
Kyungsun, Kay (Ed.). Widening the Circle of Our Concern: Public
Perceptions of the School District of Philadelphia’s Response to
Intergroup Conflicts. Tucson: Diane Publishing Co, 2011.
Lakshmi, Gadde B dan DB. Rao. Attitude Towards Science. New Delhi:
Discovery Publishing House, 2003.
Lawler, John dan Andy Bilson. Social Work Management and Leadership:
Managing Complexity with Creativity. Abingdon: Routledge, 2010.
Leicester, M dkk (Ed.). Moral Education and Pluralism. London: Falmer
Press, 2000.
Leiding, Darlene. Reform can Make a Difference: A Guide to School Reform.
Lanham: R&L Education, 2009.
Levinson, Jerrold (Ed.). Aesthetics and Ethics: Essays at the Intersection.
Cambridge: Cambridge University Press, 1998.
Lickona, Thomas. “Eleven Principles of Effective Character Education”,
dalam Journal of Moral Education, 25(1), 1996.
______________. Educating for Character How Our Schools Can Teach
Respect and Responsibility. New York: Bantam, 1991.
Littky, Dennis dan Samantha Grabelle. The Big Picture: Education is
Everyone's Business. Alexandria: ASCD, 2004.
Long, Huey B. New Perspectives on the Education of Adults in the United
States. North Ryde: Croom Helm Ltd, 1987.
Loland, Sigmund. Fair Play in Sport: A Moral Norm System. London dan
New York: Routledge, 2002.
Lumpkin, Angela dkk. Practical Ethics in Sport Management. North
Carolina: McFarland & Company Inc, 2012.
Ma’luf, Louis. Al-Munjid fi> Lughah. Beirut: Da>r al-Masyriq, 1960.
Mahjub, Abbas. Us}u>l al-Fikr al-Tarbawi fi al-Islam. Damaskus: Da>r Ibn
Kathi>r, 1987.
Majid, Nurcholish. Indonesia Kita. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004.
Mangal, S. K. Essentials of Educational Psychology. New Delhi: PHI Pvt.
Ltd., 2007.
Mardapi, Djemari dkk (Ed.). Asesmen untuk Memantau Kualitas Pendidikan.
Jakarta: Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia, 2010.
249
Marimba, Ahmad D. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al-
Ma’arif, 1989.
Martin, Michael. Concepts of Science Education: A Philosophical Analysis.
Lanham: University Press of America, 1985.
Meyer, Margaret Renee dan Cynthia W. Langrall (Ed.). A Decade of Middle
School Mathematics Curriculum Implementation: Lessons Learned
from the Show-Me Project. Greenwich, CT: IAP Inc, 2008.
Miskawaih, Ibn. Tahdhib al-Akhlaq. Mesir: al-Mat{ba’ah al-Mis{riyah, 1934.
Monroe, Paul (Ed.). A Cyclopedia of Education: Volume Two. New York:
The Macmillan Company, 1915.
________________. A Cyclopedia of Education. New York: The Macmillan
Company, 1918.
Moran, Gabriel. Speaking of Teaching: Lessons from History. Lanham:
Lexington Books, 2008.
Morris, Paul dan Bob Adamson. Curriculum, Schooling and Society in Hong
Kong. Hongkong: Hongkong University Press, 2010.
Mulyadi, Seto. Seri Cerdas Emosi: Membantu Anak Balita Mengelola
Amarahnya. Jakarta: Erlangga, 2004.
Mustofa, HA. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Mut{ah{h}ari, Murtad}a. Quantum Akhlak. Penterjemah: M. Babul Ulum.
Yogyakarta: Arti Bumi Intaran, 2008.
Nainggolan, Zainuddin Saifullah. Pandangan Cendekiawan Muslim Tentang
Moral Pancasila, Moral Barat, dan Moral Islam. Jakarta: Kalam
Mulia, 1997.
Nata, Abuddin. Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner:
Normatif Perenialis, Sejarah, Filsafat, Psikologi, Sosiologi,
Manajemen, Teknologi, Informasi, Kebudayaan, Politik, Hukum.
Jakarta: Rajawali Press, 2009.
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1997.
Nata, Abuddin dan Fauzan. Pendidikan dalam Perspektif Hadits. Jakarta:
UIN Jakarta Press, Cet. I, 2005.
Newby, David. Mediating between Theory and Practice in the Context of
Different Learning Cultures and Languages. Strasbourg: Council of
Europe Publishing, 2003.
Njoroge, Raphael J. Education for Renaissance in Africa. Victoria: Trafford,
2004.
Noor, Ahmad Syafi’ie. Orientasi Pengembangan Pendidikan Pesantren
Tradisional. Jakarta: Prenada, 2009.
250
Nucci, Larry P. dan Darcia Narvaez (Ed.). Handbook of Moral and
Character Education. New York: Routledge, 2008.
Olson, Steve. Mapping Human History: Gen, Ras, dan Asal Usul Manusia.
Penterjemah: Agung Prihantoro. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, cet.
II, 2006.
Omar, Mohd. Nasir. Akhlak dan Kaunseling Islam. Kuala Lumpur: Utusan
Publications & Distributors Sdn Bhd, 2005.
Pell, Jan dan Irene Van Staveren (Ed.), Handbook of Economics and Ethics.
Cheltenham: Edward Elgar Publishing, 2009.
Penyusun. “Kurikulum MI Pembangunan UIN Jakarta: Tahun Pelajaran
2011 / 2012”. Jakarta: MP UIN JKT, 2011.
Penyusun, Tim. “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun pelajaran 2011/ 2012”.
Jakarta: MP UIN Jakarta, 2011.
_____________. “Kurikulum MTs Pembangunan UIN Jakarta Tahun
pelajaran 2011/ 2012”. Jakarta: Madrasah Pembanguan UIN Jakarta,
2011.
_____________. “Buku Penghubung”. Jakarta: Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Porter, Lynnette R. Developing an Online Curriculum: Technologies and
Techniques. London: Idea Group Inc, 2004.
Print, Murray. Curriculum Development and Design. Crows Nest: Allen &
Unwin, 1993.
Quasem, M. Abul. Etika al-Ghazali: Etika Majemuk di dalam Islam.
Bandung: Pustaka, 1988.
Quinn, Gary J. Moral Education in America: Its Future in an Age of
Personal Autonomy and`Multiculturalism. Lincoln: iUniverse, 2004.
Al-Qurtubi, Ibnu Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Ansari. Tafsir al-
Qurtubi. Kairo: Durush, tt.
Raco, JR. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Grasindo, tt.
Randeraad, Nico (Ed.). Mediators between State and Society. Rotterdam:
Verloren Publisher, 1998.
Rahim, Husni. Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia. Ciputat: Logos
Wacana Ilmu, 2001.
Rao, VK. Principles of Curriculum. New Delhi: APH Publishing Corp,
2008.
Razi, Fathur. Tafsi>r Fathur Razi. Teheran: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah, tt.
Ridho, Rasyid. Tafsi>r al-Manar. Tanpa kota: Da>r al-Manar, 1373 H.
Robinson, Paul dkk (Ed.), Ethics Education in the Military. Hampshire:
Ashgate Publishing Limited, 2008.
251
Rusnak, Thomas (Ed.). An Integrated Approach to Character Education.
London: Corwin Press, 1998.
Sabri, Ehap H (dkk). Purchase Order Management Best Practices: Process,
Technology, and Change Management. Lauderdale: J. Ross
Publishing, 2007.
Sairin, Weinata. Identitas dan Ciri Khas Pendidikan Kristen di Indonesia
antara Konseptual dan Operasional. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2006.
Samaras, Anastasia P, dkk (Ed.). Learning Communities in Practice. Verlag:
Springer, 2008.
Santhut, Khatib Ahmad. Menumbuhkan Sikap Sosial, Moral, dan Spiritual
Anak dalam Keluarga Muslim. Penterjemah Ibnu Burdah,
Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1998.
Schrumpf, Fred dkk. Peer Mediation: Conflict Resolution in Schools:
Program Guide. Spring Valley: Magic Circle Publishing, 1997.
Sholikhin, M. Filsafat dan Metafisika dalam Islam. Yogyakarta: Narasi,
2008.
Siegel, Harvey (Ed.). Reason and Education: Essays in Honor of Israel
Scheffler. Dordrecht: Kluwer Academic Publisher, 1997.
Simon, Brian. Educational Psychology in the U.S.S.R. Tanpa kota:
Routledge, 1963.
Skilbeck, Malcolm. School-Based Curriculum Development. London: Harper
& Row Ltd, 1984.
Smith, David I. dan Terry A. Osborn (Ed.). Spirituality, Social Justice, and
Language Learning. Charlotte: IAP Inc, 2007.
Stewart, Deborah A. Effective Teaching: A Guide for Community College
Instructors. Washington, DC: Community College Press, 2004.
Stoll, Louise (dkk). It's about Learning (and It's about Time). London:
Routledge Falmer, 2003.
Strain, John dan Simon Robinson (Ed.). The Teaching and Practice of
Professional Ethics. Leicester: Troubador Publishing Ltd, 2005.
Suparta, HM. “Perubahan Orientasi Pondok Pesantren”. Desertasi. Jakarta:
SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.
Suseno SJ, Frans Magnis. 12 Tokoh Etika Abad ke-20. Yogyakarta: Kanisius,
2000.
_____________________. 13 Tokoh Etika, Sejak Zaman Yunani sampai
Abad ke-19. Yogyakarta: Kanisius, 1997.
Tiwari, Saket Raman (dkk). Health and Physical Education. New Delhi:
APH Publishing Corp, 2007.
252
Trubon, John D. Blending Cultures: A Guide for Esl Teachers and Students.
Bloomington: iUniverse, 2011.
Tyrer, Graham. Learning to Lead: Using Leadership Skills to Motivate
Students. New York: Continuum International Publishing Group,
2010.
Villany, Christine J. A Synthesized Curriculum for the 21st Century.
Lanham: University Press of America Inc., 1998.
Wahyuddin dkk. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Grasindo, tt.
Wallach, Wendell dan Colin Allen. Moral Machines: Teaching Robots Right
from Wrong. New York: Oxford University Press, 2009.
Weinberg, Robert S. dan Daniel Gould. Foundations of Sport and Exercise
Psychology. Champaign: Human Kinetics, 2011.
Weiner, Irving B dkk (Ed.). Handbook of Psychology: Volume 7 Educational
Psychology. New Jersey: John Wiley and Sons Inc, 2003.
Wiggins, P Grant dan Jay McTighe. Schooling by Design: Mission, Action,
and Achievement. Alexandria: ASCD, 2007.
Wijanarko, Jarot. Mendidik Anak untuk Meningkatkan Kecerdasan
Emosional dan Spiritual. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Ya’qub, Hamzah. Etika Islam: Pembinaan Akhlaqul Karimah. Bandung:
Diponegoro, 1988.
Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Hidakarya
Agung, 1996.
Zahri, Mustafa. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. Surabaya: Bina Ilmu, 1995.
Zuhairini. Metodik Pendidikan Islam. Malang: IAIN Tarbiyah Sunan Ampel
Press, 1950.
Website:
http://www.mpuin-jkt.sch.id/ (diakses 25/11/2011).
http://www.mpuin-jkt.sch.id/content/view/13/85/ (diakses 23/01/2012).
http://www.mpuin-jkt.sch.id/content/view/25/65/1/1/ (diakses 06/02/2012).
http://www.antaranews.com/news/236491/kemdiknas-kembangkan-
kurikulum-berbasis-akhlak-mulia (diakses 17/09/2011).
http://www.ispi.or.id/tag/pendidikan-agama-islam/ (diakses 18/09/2011).
http://learning-forum.blogspot.com/2011/05/pendidikan-akhlak-gagal.html
(diakses 17/09/2011).
http://www.unesco.org/delors/index.html (diakses 21/11/2011).
http://www.jstor.org/stable/20404539 (diakses 02/05/2012).
http://www.jstor.org/stable/30188363 (diakses 01/05/2012).
http://www.jstor.org/stable/25074662 (diakses 30/04/2012).
253
http://id.wikisource.org/wiki/Kode_Etik_Jurnalistik (diakses 22/05/2012).
Dokumentasi
A Video Profile MP UIN Syarif Hidayatullah JKT (3 Version) Indonesia,
Arabic, English: General Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah.
254
GLOSARI
255
Diskusi Panel = diskusi yang dilakukan oleh sekelompok orang yang
membahas suatu topik yang menjadi perhatian umum
di hadapan khalayak, pendengar, atau penonton,
khalayak diberi kesempatan untuk bertanya atau
memberikan pendapat.
Disposisi = pendapat seorang pejabat mengenai urusan yang
termuat dalam suatu surat dinas, yang langsung
dituliskan pada surat yang bersangkutan atau pada
lembar khusus.
Dramatis = bersifat drama.
Eksistensial = bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas
tanpa mengetahui mana yang benar dan mana yang
tidak benar.
Eksperimental = berkaitan dengan percobaan.
Eksplisit = gamblang, tegas, terus terang, tidak berbelt-belit;
tersurat.
Ekstra Kurikuler = kurikulum tambahan
Ekstrem = keras dalam pendirian; fanatik.
Empiris = berdasarkan pengalaman.
Enkulturasi = pembudayaan.
Epistemologis = bersifat epistemologi.
Esensi = hakikat; inti; hal yang pokok.
Estimasi = penilaian; pendapat; perkiraan.
Etis = berhubungan (sesuai) dengan akhlak atau etika;
sesuai dengan asas perilaku yang disepakati secara
umum.
Etos Kerja = semangat kerja yang menjadi ciri khas dan
keyakinan seseorang atau suatu kelompok.
Evaluasi Formatif = penilaian yang bersifat format.
Evaluasi Sumatif = penilaian yang diberikan pada akhir
caturwulan atau semester untuk mengetahui tujuan
kurikuler sudah tercapai atau belum.
Fiksi = cerita rekaan (roman, novel, dsb); tidak berdasarkan
kenyataan; rekaan; khayalan.
Filosofis = berdasarkan filsafat.
Fonem = satuan bunyi terkecil yang berfungsi membedakan
arti.
Formal = sesuai dengan peraturan yang sah; resmi.
256
Futuristik (futuristic) = mengarah ke masa depan; berkenaan dengan
futurisme.
Generik = umum; lazim; berhubungan dengan kekhasan sifat
yang dimiliki oleh suatu kelompok.
Grounded-theory = metode penelitian yang berkaca pada realitas
yang ada, menggali realitas tersebut, menganalisisnya,
dan kemudian mencoba menemukan jawaban yang
lebih realistis dengan tujuan untuk mendapatkan teori
atau konsep baru.
Idealistis (idealistic) = bersifat menuju cita-cita.
Ideologis = bersifat ideologi.
Implementasi = pelaksanaan; penerapan.
Implisit = termasuk (terkandung) di dalamnya (meskipun tidak
dinyatakan secara jelas atau terang-terangan);
tersimpul di dalamnya; terkandung halus; tersirat;
mutla tanpa ragu-ragu; secara tulus.
Improvisasi = pembuatan (penyediaan) sesuatu berdasarkan bahan
yang ada (seadanya); penciptaan atau pertunjukkan
sesuatu tanpa persiapan lebih dahulu.
Independensi = bersifat merdeka atau bebas.
Induktif = bersifat (secara) induksi.
Inisiasi = launching tentang investigasi pendahuluan.
Inkonsistensi = ketidaktaatasasan; ketidakserasian.
Interpretatif = bersifat adanya kesan, pendapat, dan pandangan;
berhubungan dengan adanya tafsiran.
Institusi = lembaga; pranata; sesuatu yang dilembagakan oleh
undang-undang, adat atau kebiasaan; gedung tempat
diselenggarakannya kegiatan perkumpulan atau
organisasi.
Instrumen = alat yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu;
perkakas; sarana penelitian (berupa seperangkat tes
dsb) untuk mengumpulkan data sebagai bahan
pengolahan; alat-alat musik; orang yang dipakai orang
lain; dokumen resmi.
Inspiratif = bersifat inspirasi.
Interaksi = hal saling melakukan aksi, berhubungan,
mempengaruhi; antar hubungan.
Interdisipliner = antar disiplin atau bidang ilmu.
257
Internalisasi = penghayatan; penghayatan terhadap suatu ajaran,
doktrin, atau nilai sehingga merupakan keyakinan dan
kesadaran akan kebenaran doktrin atau nilai
diwujudkan dalam sikap dan perilaku.
Interpersonal = antar pribadi atau individu.
Interpretasi = pemahaman.
Intrinsik = dari dalam diri.
Istiqamah = tetap teguh dalam keyakinan.
Jamaah Tablig = suatu kelompok dalam Islam yang suka berdakwah.
Kalimat T}oyyibah = kata-kata yang baik.
Kalkulasi = menghitung atau memperhitungkan.
Karakter = tabiat; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang membedakan seseorang dengan yang lain; watak.
Kausal = bersifat menyebabkan suatu kejadian; bersifat saling
menyebabkan.
Kebhinekaan = keragaman.
Keterampilan Vokasional = keterampilan yang bersangkutan
dengan (sekolah) kejuruan; bersangkutan dengan
bimbingan kejuruan.
Klasifikasi = penyusunan bersistem dalam kelompok atau
golongan menurut kaidah atau standar yang
ditetapkan.
Kokurikuler = rangkaian kegiatan kesiswaan yang berlangsung di
sekolah; kurikulum pendukung atau penunjang.
Kolaboratif = kerjasama.
Komparatif = berkenaan atau berdasarkan perbandingan.
Kompensasi = ganti rugi; pencarian kepuasan dalam suatu bidang
untuk memperoleh keseimbangan dari kekecawaan
dalam bidang lain.
Kompetensi Dasar = kemampuan tingkat dasar.
Kompleksitas = kerumitan; keruwetan.
Komprehensif = luas dan lengkap (tentang ruang lingkup atau isi);
mempunyai dan memperlihatkan wawasan yang luas.
Komunitas = kelompok organism yang hidup dan berinteraksi di
dalam daerah tertentu; masyarakat; paguyuban.
Konsekuensi = sesuai dengan apa yang telah dikatakan atau
diperbuat; berwatak teguh; tidak menyimpang dari apa
yang sudah diputuskan.
Konsorsium = himpunan
258
Konstruktif = susunan(model) suatu bangunan (jembatan,
rumah,dsb); susunan dan hubungan kata dalam
kalimat atau kelompok.
Konstan = tetap tidak berubah; terus-menerus.
Kontaminasi = pengotoran, pencemaran; penggabungan beberapa
bentuk yang menimbulkan bentuk baru yang tidak
lazim.
Konteks = bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat
mendukung atau menambah kejelasan makna; situasi
yang ada hubungannya dengan suatu kejadian.
Kontradiksi = pertentangan antara dua hal yang sama sekali
berlawanan atau bersalahan.
Kontribusi = sumbangan.
Konvensional = berdasarkan konvensi (kesepakatan) umum (seperti
adat, kebiasaan kelaziman); tradisional.
Korupsi = perbuatan menggunakan kekuasaan untuk
kepentingan sendiri (seperti menggelapkan uang atau
menerima uang sogok).
Krusial = gawat; penting; menentukan.
Kurikulum Paralel = dua set kurikulum, yaitu kurikulum biasa dan
kurikulum yang lebih maju yang digunakan secara
bersamaan.
Kurikulum Reaksionis = kurikulum yang muncul sebagai
reaksi terhadap keadaan yang terjadi.
Kurikulum Reformis = kurikulum yang mendukung atau
menganjurkan reformasi.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) = kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di
masing-masing satuan pendidikan atau sekolah.
Lokakarya = pertemuan antar ahli dengan maksud untuk
membahas suatu masalah dalam bidang keahliannya;
sanggar kerja.
Loyalitas = kesetiaan; ketaatan; kepatuhan.
Madrasah Laboratorium = madrasah untuk penelitian dan
pengembangan pendidikan.
Madrasah Pilot Proyek Percontohan= madrasah yang dijadikan
tempat untuk penelitian dan pengembangan
pendidikan.
259
Mafia Hukum = perkumpulan atau organisasi yang bersifat rahasia
yang bergerak di bidang kejahatan (kriminal) hukum.
Mafia Pajak = perkumpulan atau organisasi yang bersifat rahasia
yang bergerak di bidang kejahatan (kriminal)
perpajakan.
Mafia Perbankan = perkumpulan atau organisasi yang bersifat
rahasia yang bergerak di bidang kejahatan (kriminal)
perbankan.
Mafia Proyek = perkumpulan atau organisasi yang bersifat rahasia
yang bergerak di bidang kejahatan (kriminal) proyek.
Maslahat = sesuatu yang mendatangkan kebaikan (keselamatan
dsb); faedah; guna.
Mediasi = proses pengikutsertaan pihak ketiga dalam
penyelesaian suatu perselisihan, yang kedudukannya
hanya sebagai penasihat, dia tidak berwewenang untuk
memberi keputusan untuk menyelesaikan perselisihan
tersebut.
Metaphor = pemakaian kata atau kelompok kata untuk
menyatakan maksud yang lain bukan dengan arti yang
sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang
berdasarkan persamaan atau perbandingan.
Mikrokosmos = dunia kecil khususnya manusia dan sifat
kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran
kecil dari alam semesta.
Modul = standar atau satuan pengukuran; satuan standar yang
bersama-sama dengan yang lain dipergunakan secara
bersama; satuan yang bebas yang merupakan bagian
dari struktur keseluruhan.
Moral = (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum
mengenai penbuatan, sikap, kewajiban, dsb; akhlak;
budi pekerti; susila; kondisi mental yang membuat
orang tetap berani, bersemangat, bergairah,
berdisiplin, bersedia berkorban, menderita,
menghadapi bahaya, dsb; isi hati atau keadaan
perasaan sebagaimana terungkap dalam perbuatan.
Mujahadah = menahan diri.
Multidisipliner = berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
Multikultural = bersifat keberagaman budaya.
260
Multimedia = berbagai jenis sarana; penyediaan informasi pada
komputer yang menggunakan suara, grafika, animasi,
dan teks.
Musikalisasi = hal menjadikan bersifat musik; perihal pemusikan.
Narasi = penceritaan suatu cerita atau kejadian; cerita atau
deskripsi dari suatu kejadian atau peristiwa; tema
suatu karya seni.
Non-Formal = luar sekolah.
Non-Muslim = orang yang bukan beragama Islam.
Ontologis = berhubungan dengan ontologi.
Operasional = bersangkut paut dengan operasi.
Optimal = terbaik; paling menguntungkan.
Otonom = berdiri sendiri; dengan pemerintahan sendiri;
kelompok sosial yang memiliki hak dan kekuasaan
menentukan arah tindakannya sendiri.
Otoriter = berkuasa sendiri; sewenang-wenang.
Paradigma = daftar semua bentukan dari sebuah kata yang
memperlihatkan konjugasi dan deklinasi kata tersebut;
model dalam teori ilmu pengetahuan; kerangka
berfikir.
Paripurna = lengkap; penuh lengkap.
Penataran = proses, cara, perbuatan menatar.
Pencabulan = proses, cara, perbuatan cabul atau mencabuli.
Periodik = menurut periode tertentu; muncul atau terjadi dalam
selang waktu yang tetap.
Persepsi = tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu;
serapan; proses seseorang mengetahui beberapa hal
melalui panca indranya.
Perspektif = sudut pandang; pandangan.
Plagiat = pengambilan karangan (pendapat dsb) orang lain
dan menjadikannya seolah-olah karangan (pendapat
dsb) sendiri; jiplakan.
Populis = penganut paham populisme.
Praktis = berdasarkan praktik; mudah dan senang
memakainya.
Pranatal = sebelum kelahiran anak
Premis = apa yang dianggap benar sebagai landasan
kesimpulan kemudian; dasar pemikiran; alasan;
261
asumsi; kalimat atau proposisi yang dijadikan dasar
penarikan kesimpulan di dalam logika.
Presentasi = pemberian (tentang hadiah); pengucapan pidato
(pada penerimaan suatu jabatan); perkenalan;
penyajian atau pertunjukkan kepada orang-orang yang
diundang.
Presisi = ketepatan; ketelitian.
Proporsional = sesuai dengan proporsi; sebanding; seimbang;
berimbang.
Proyeksi = perkiraan tentang keadaan masa yang akan datang
dengan menggunakan data yang ada (sekarang).
Psikologis = berkenaan dengan psikologi; bersifat kejiwaan.
Rasionalitas = kerasionalan.
Refleksi = gerakan, pantulan di luar kemauan (kesadaran)
sebagai jawaban suatu hal atau kegiatan yang datang
dari luar.
Reformasi = perubahan secara drastis untuk perbaikan dalam
suatu masyarakat atau negara yang meliputi bidang
sosial, politik, atau agama.
Relasional = berkenaan dengan hubungan.
Relevansi = hubungan; kaitan; hal relevan.
Remedial = perbaikan
Reorientasi = peninjauan kembali untuk menentukan sikap dsb.
Representatif = dapat (cakap, tepat) mewakili; sesuai dengan
fungsinya sebagai wakil; muwakal.
Reproduksi Budaya = hasil ulang budaya.
Resolusi = keputusan atau kebulatan pendapat berupa
permintaan atau tuntutan yang ditetapkan oleh rapat
(musyawarah, sidang).
Responsif = bersifat menanggapi; tergugah hatinya; bersifat
memberi reaksi (tidak masa bodoh).
Restrukturisasi = penataan kembali (supaya struktur atau
tatanannya baik).
Retorika = keterampilan berbahasa secara efekif; studi tentang
pemakaian bahasa secara efektif dalam karang-
mengarang.
Revolusioner = bersifat mencintai perubahan secara menyeluruh
dan mendasar.
Reward and Punishment = pujian (hadiah) dan hukuman.
262
Robotik = ilmu tentang mesin robot.
Salim = berjabat tangan.
Silabus = kerangka unsur kursus pendidikan, disajikan dalam
aturan yang logis, atau dalam tingkat kesulitan yang
makin meningkat; ikhtisar suatu pelajaran.
Simultan = terjadi atau berlaku pada waktu yang bersamaan;
serentak; secara serentak dilakukan.
Sinopsis = ikhtisar karangan yang biasanya diterbitkan
bersama-sama dengan karangan asli yang menjadi
dasar sinopsis itu; ringkasan; abstraksi.
Sirkulasi = peredaran; jumlah terbitan; oplah.
Sistematis = teratur menurut sistem; memakai sistem; dengan
cara yang diatur baik-baik.
Solusi = penyelesaian; pemecahan (masalah dsb); jalan
keluar.
Sosiologis = mengenai sosiologi; menurut sosiologi.
Spesifikasi = proses, cara, perbuatan melakukan pemilihan
(perincian); perincian (tentang rencana, proposal, dsb);
pernyataan tentang hal-hal yang khusus (dalam
perjanjian dsb).
Spiritualitas = berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani,
batin).
Sportivitas = sikap adil (jujur) terhadap lawan; sikap bersedia
mengakui keunggulan (kekuatan, kebenaran) lawan
atau kekalahan (kelemahan, kesalahan) sendiri;
kejujuran; kesportifan.
Standar Kompetensi = kemampuan standar.
Statis = dalam keadaan diam (tidak bergerak, tidak aktif,
tidak berubah keadaannya); tetap.
Substansi = watak yang sebenarnya dari sesuatu; isi; pokok;
inti; unsur; zat; kekayaan; harta; medium yang
dipakai untuk mengungkapkan bahasa.
Swakelola = kelola sendiri
Syariat Agama = ajaran atau hukum menurut agama.
Tabungan Amal Saleh = kegiatan menghimpun dana infak dan
sedekah dari seluruh siswa yang dilakukan di setiap
hari sekolah.
Tadarrus = membaca Alquran.
Tahfi>z} al-Qur’an = menghapal Alquran.
263
Tarbiyah = pendidikan.
Tausiyah = ceramah; pidato.
Teoritis = secara teori.
Tilawah al-Qur’an = seni membaca Alquran.
Totalitas = keutuhan; keseluruhan; kesemestaan.
Transformatif = bersifat berubah-ubah bentuk.
Transmisi = pengiriman (penerusan) pesan dan sebagainya dari
seseorang kepada orang (benda) lain; penularan,
penyebaran, penjangkitan penyakit; bagian kendaraan
bermotor yang memindahkan atau meneruskan
tenaga dari mesin ke as belakang; persneling.
Tritunggal = tiga tetapi satu.
Vandalisme = perusakan hasil karya seni (keindahan alam dsb);
perusakan secara kasar dan kejam.
Visi = pandangan; wawasan; kemampuan untuk melihat
pada inti persoalan; apa yang tampak dalam daya
khayal; apa yang terlihat oleh mata.
264
INDEKS
265
Budaya Lokal, 254 domain approach, 39
Bukhari, 29 Donald C. Clark, 97, 100, 109, 110,
Buku Penghubung, 82, 160, 161, 245
163, 165, 166, 180, 181, 182, 185, Dyke Brown, 37
190, 193, 197, 198, 201, 202, 207,
233, 250 E
Edward Gibbon, 1
C Eisner, 83, 84
Carolyn Hildebrandt, 38 ekstra kurikuler, 98, 183
Catherine Fink, 41, 42 Elizabeth Molloy, 190, 246
Cheryl Rectanus, 126, 127 Emil Angelica, 72, 73
Child Development Project (CDP), English Club, 185, 187, 188, 228
37, 208 epistemologis, 27, 28
Christine J. Villani, 106 etika, viii, 11, 19, 22, 25, 26, 27, 28,
Clare Delany, 190 29, 30, 33, 37, 39, 58, 76, 81, 87,
Clark, 97, 99, 100, 107, 109, 110, 165, 175, 181, 182, 185, 189, 191,
245 197, 198, 255
cluster, 40 Etis, 255
Colin Allen, 193, 252 evaluasi formatif, 106
conflict resolution, 43 evaluasi sumatif, 106
core curriculum, 107, 129
Core Values, viii, xviii, xix, 87, 88, F
89, 129, 133, 134, 135, 136, 150, Fahrur Razi, 32
151, 154, 155, 156, 157, 160, 163, Fair Play, 202, 203, 212, 248
164, 165, 166, 167, 227, 240 Field Trip, 225, 226, 229
Credo, 125 filosofis, 14, 104, 203
currere, 97
G
D Gabriel Moran, vii, ix, 7, 58
D}uh}a, 160, 161, 162, 163, 165, 168, Gary J. Quinn, 5, 57
171, 233 Gawande, vii, ix, 5, 6, 12, 103, 105,
Daniel K. Lapsley, 13, 58, 75 133, 246
Darcia Narvaez, vii, ix, 5, 13, 35, 36, George D. Kuh, 71
37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 58, 129, Graham Rossiter, 184, 185, 245
208, 250 Graham Tyrer, 181
Darlene Leiding, vii, ix, 7, 58 Grant P. Wiggins, 71, 72
Darraz, 25, 49, 245
David Alan Dolph, 178, 179 H
David I. Smith, 187, 188 H. A. Mustofa, 25, 52, 53
Deborah A. Stewart, 71 H. M. Suparta, 15
Dennis Littky, 74 Habitual Curriculum, viii, x, xviii,
determinisme, 13 xix, 89, 118, 122, 129, 133, 134,
didaktik, 106 136, 150, 151, 154, 159, 160, 163,
Didin Hafidhuddin, 159 164, 165, 166, 167, 171, 227, 240
doa harian, 162, 164, 172 hadits, 4, 29, 46, 49, 132
Dokter Kecil, 190, 191, 228 Hakemulder, 175, 176, 247
266
Hamzah Ya’qub, 28 83, 85, 86, 87, 88, 89, 90,
Heinonen, 108 91,뢸92, 93, 94, 97, 98, 99, 100,
heterogenitas, 35 103, 105, 106, 107, 108, 109, 110,
hidden curriculum, 107, 129 114, 115, 116, 118, 119, 120, 121,
Hiryanto, 65, 68, 69 122, 124, 125, 129, 130, 131, 133,
Huey B. Long, 86 134, 136, 150, 151, 152, 153, 154,
Husni Rahim, 17 158, 159, 160, 161, 162, 163, 164,
165, 166, 167, 168, 171, 172, 173,
I 174, 175, 176, 177, 179, 182, 183,
i’rab al-Qur’an, 204 184, 185, 186, 187, 188, 190, 191,
Ibn ‘Abd al-Ba>r, 54 192, 193, 194, 195, 197, 198, 199,
Ibn Miskawaih, 25, 45, 46, 53 200, 201, 202, 203, 204, 205, 206,
Ibrahim Anis, 25 207, 208, 209, 210, 213, 215, 216,
ideologi kurikulum, 98 217, 218, 219, 220, 221, 222, 223,
Imam al-Ghazali, 25, 27, 34, 45 224, 225, 227, 229, 230, 231, 232,
India, 12, 73 233, 234, 235, 236, 237, 238, 239,
Indonesia, ii, xviii, xx, 1, 2, 3, 8, 9, 240, 241, 244, 245, 246, 247, 248,
10, 17, 25, 26, 27, 28, 30, 32, 51, 249, 250, 251, 252
61, 62, 64, 66, 70, 72, 76, 77, 83, Jamaah Tablig, 15, 257
94, 98, 99, 108, 110, 111, 112, James Arthur, 36, 42, 43, 129
113, 114, 115, 119, 121, 127, 130, James Davison Hunter, vii, ix, 6
135, 136, 142, 145, 155, 156, 167, Jarot Wijanarko, 43
195, 201, 209, 211, 214, 215, 217, Jawa, 93, 205, 207
240, 244, 245, 246, 247, 248, 250, Jerrold Levinson, 200, 201
251, 252, 253 Jogjakarta, 33
Inggris, 1, 17, 42, 98, 110, 111, 112, John D. Trubon, 188
113, 114, 115, 119, 121, 125, 130, John Kotter, 69
187, 188, 204 John Lawler, 68
integrated approach, 36, 152, 208 Journalist Student Community
integrated curriculum, 107 (JSC), 194, 228
interdisipliner kurikulum, 106 Jusuf Amir Feisal, 16
irsyad, 52, 53 juz ‘Amma, 82, 160, 161, 162, 163,
Isjoni, 66 164, 171
Israel, 54, 73, 81, 251
istiqamah, 49, 76 K
Kader Kesehatan Remaja (KKR),
J 190, 228
Jabodetabek, xix, 205, 206, 218, 219, kalimat t}oyyibah, 160, 161, 162
220 Kant, 26, 33, 34, 73, 81
Jajat Burhanuddin, 2 karakter, vii, 4, 5, 11, 14, 15, 17, 19,
Jakarta, i, ii, iii, v, vii, viii, ix, x, xvi, 22, 28, 29, 30, 39, 41, 43, 48, 54,
xvii, xviii, xix, 1, 2, 3, 4, 8, 10, 11, 74, 81, 87, 89, 134, 135, 150, 152,
14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 162, 164, 165, 177, 179, 180, 182,
26, 27, 28, 30, 33, 34, 43, 50, 51, 184, 198, 202, 203, 233, 236, 240
52, 54, 56, 61, 62, 63, 64, 66, 70, Karen K. Lind, 109, 110, 245
72, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, Kathryn R. Wentzel, 74
267
KBM, xix, 89, 90, 91, 92, 116, 117, L. W. Anderson, 51
131, 134, 135, 150, 171, 182, 201, Lakshmi, 192, 248
227 Larry P. Nucci, vii, ix, 5, 13, 35, 36,
kelas bilingual, 126 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 58, 75,
Kelompok Ilmiah Remaja, xix, 192, 129, 208
228 learning to be, 55, 56, 57
Kementerian Agama Republik learning to do, 55, 56
Indonesia, ii, 242 learning to know, 55, 56, 57
Kementerian Pendidikan dan learning to learn, 55
Kebudayaan Republik Indonesia, librarian, 199
242 life skills, 43
keterampilan vokasional, 104 lifelong education, 54, 55, 66, 243
Khatib Ahmad Santhut, 46 lifelong learners, 38, 74
Knowledge Community, xix, 193, Littlejohn, 27
228 Lois Brown Easton, 70
kode etik, 195, 196, 199 Louis Harris, 189
kognitif, 35, 36, 45, 107, 128, 179 Louis Kraar, 1
kokurikuler, viii, 12, 98, 133, 178, Louis Ma’luf, 32
179, 241 Lounsbury, 110
Komaruddin Hidayat, 2, 3 Lustrum, 61
komik “Manga”, 200, 201 Lyman Bryson, 86
kompetensi, 37, 57, 74, 77, 82, 90, Lyn Fisher, 64
104, 124, 159, 160, 161, 165, 166,
182, 187, 188, 192, 194, 223 M
Konfusius, 73 M. Nuh, 4
konsorsium, 115, 130, 131, 204, 222 M. Toha Yahya Omar, 61
konstruksi identitas, 184 Madrasah Laboratorium, 258
konstruksi makna, 184 Madrasah Pilot Proyek Percontohan,
konstruksi spiritualitas, 184 62, 258
konvensional sosial, 39 Madrasah Standar Nasional, xx, 63,
Korea, 2, 73 92
Kupperman, 28 Mafikibb, 17
kurikuler, viii, 4, 80, 89, 98, 133, Makkah, 30
183, 222, 241, 255 Malaysia, 49, 95
kurikulum berbasis internasional, 91 Malcolm Skilbeck, 100
Kurikulum Kemdiknas RI, 118, 122 Malik Fadjar, 16
Kurikulum Kemenag RI, 117, 118 Marawis, 200, 201, 203, 220, 228
kurikulum paralel, 102 Marisa Crawford, 184, 185
Kurikulum Reaksionis, 258 Mark Timmons, 27
Kurikulum Reformis, 258 Marlow Ediger, 131
kurikulum revolusioner, 107 Marwan Abuhewaij, 114
Kurikulum Tingkat Satuan mastery orientation, 39
Pendidikan (KTSP), 99, 258 Matematika Nalaria, 220
Kwek, 73 Matthew Davidson, 39
Menchinskaia, 180
L
268
Mesir, 5, 25, 31, 34, 49, 52, 57, 244, Paul Lengrand, 54
247, 249 Paul Robinson, 198
metode grounded-theory, 21 Pawai Karnaval, 210, 216
metode komparatif, 21 peace making, 43
metode mujahadah, 45 peer mediation, 186
metode riyad}ah, 45 Pekerjaan Rumah (PR), 89, 179, 180,
Michael Martin, 75 181, 228
mikrokosmos, 37, 152 Pencinta Alam, xx, 193
MIPA Ceria, 191, 192, 228 pendekatan multidisipliner
Mohammad Abdul Mukhyi, 66, 67, pendidikan, viii
70 pendekatan religius, 45, 47
Mohammad Ali, 2, 3 pendekatan transformatif, 41
Mohammad Nasir Omar, 49 Pendidikan Kependudukan, vii, 6
moral character, ix, 39 Pendidikan Lingkungan, vii, 6
moral courage, 74 Pendidikan Yoga, vii, 6
Mostert, 106 performance character, 39
motivasi intrinsik, 37, 153 Philip G. Kapfer, 75, 264
mu’amalah, 240 Plato, 73
Muhammad Rasyid Ridho, 31 PMR, xx, 190, 191, 228
Muhammad SAW, 51, 53, 56, 204, Portelli, 97
208 Pramuka, 185, 188, 189, 228
Muhammadiyah, 16 problem solving, 43, 186
multikultural, 134, 135, 150, 153, progresivitas, 21, 23, 133, 230
166 proporsional, 92, 195, 197, 215, 222
multiple intellegency, 93 proyeksi, vii, viii, 6, 22, 66, 240
Murray Print, 97 psikologis, 56, 83, 84, 86, 100, 103,
Murtad}a Mut{ah{h}ari, 26, 51 168, 174, 176, 199, 242
musikalisasi, 82, 200, 203, 220 psikomotor, 179
Mustafa Zahri, 52
R
N Rachael Kessler, 41, 42
Nasyid, 200, 228 Ralph Brody, 65
Neil Harding Snyder, 65 Rao, 73, 97, 100, 192, 248, 250
nilai-nilai multikultural, 88, 89, 134, Raphael J. Njoroge, 74, 75
135, 150, 152, 153, 240 Rawatib, 232
nilai-nilai universal, 88, 134, 135, read well, 74
150, 152, 153 Reading Habit, viii, xx, 87, 88, 89,
NU, xx, 16 123, 129, 133, 174, 228, 240
Nuffield Foundation, 125 remedial, 86, 90
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
O (RPP), 99
ontologis, 19, 28 reward and punishment, 91
Robotik, 207, 228, 262
P Roger A. Ritvo, 71, 247
paradigma, 17, 39 Rohis, 228
Paskibra, 186, 198, 229 Rosalind Charlesworth, 109, 110
269
Rousseau, 73 tausiyah, 118, 120, 160, 162, 166,
208, 209
S teaching skill, 77
Salafiyah, 15 team work, 72, 79
salat, 56, 63, 76, 159, 160, 161, 162, teknologi informasi, 76, 77, 91
164, 165, 168, 185, 204, 230, 231, teori SMART, 68
232, 233, 234 Teori Tritunggal Etika, 35
salawat, 162 Thabrani, 56
Samantha Grabelle, 74, 248 Thomas Lickona, 36, 152
Samuel Smiles, 28 Thomas P. Holland, 71
Sara Salmon, 181 Thomas Rusnak, 36, 152, 208
Sayer, 197 tilawah al-Qur’an, 200, 201
school culture, 70 to live together, 55
Science Club, xx, 192, 228
self-resfect, 74 U
seni, 38, 104, 105, 155, 156, 184, UNESCO, 55
187, 200, 201, 203, 206, 208, 209, Universal, 206
210, 212, 213, 217, 218, 219, 221,
222, 241, 254, 260, 263 V
sharh} al-Qur’an, 204 Vandalisme, 263
silabus, 82, 84, 97, 99, 162 Victor A. Battistich, 37, 208
Singapura, 95
social skills, 43 W
sosiologis, 14, 101 Wahabiyah, 15
sosiomoral, 38 Wahyuddin, 28, 252
speak well, 74 Wartawan Cilik (Warcil), 194
stake holder, 73 Wendell Wallach, 193
Stephen Carr Leon, 54 William J. Hunter, 190, 191
Student Company, xx, 185, 193,
197, 228 Y
Susan A. Illingworth, 182 Yerroju Bhaskaracharyul, 75
syariat, 174 Ynhui Park, 73, 80, 81
Syed Muhammad al-Naquib al- Yunani, 26, 29, 251
Attas, 32
Z
T Zuhur, 123, 124, 160, 161, 168, 169,
ta’di>b, 30, 32, 54, 56 173
ta’li>m, 30, 31, 32, 33, 54, 55, 56, 57 Zurqoni, 51
Tabungan Amal Saleh, viii, xxi, 79,
88, 89, 129, 133, 158, 227, 240,
262
tadarrus al-Qur’an, 160
tah}fi>z} al-Qur’an, 204
Tahajud, 233
tarbiyah, 30, 31, 32, 54, 56, 57
tari Saman, 82, 200, 201, 220
270
BIODATA PENULIS
271
Pada tahun 2005 diterima menjadi PNS sebagai Guru PAI dan
bertugas selama 3 tahun di pedalaman Kalimantan Tengah, yaitu di
desa Lawang Kamah, kabupaten Kapuas. Pada tahun 2007 menikah
dengan Noorhasanah. Selanjutnya pada tahun 2008 dipindah
tugaskan ke SMPN 1 Pulau Petak kabupaten Kapuas. pada tahun ini
juga mempunyai seorang putri Jasmine Naida Nareswari.
Pada tahun 2010 mengikuti program beasiswa PAIS di
Sekolah Pascasarjana (SPs) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Akhirnya pada tahun 2012 dapat menyelesaikan studi di SPs UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan memperoleh gelar Magister Agama
bidang Pendidikan (M.A.Pd).
Kontak Pribadi
Alamat email : anshari.jasmine@gmail.com
anshari_jasmine@yahoo.com
272
978-979-18830-5-4