Anda di halaman 1dari 288

PENDIDIKAN BERORIENTASI

AKHLAK MULIA
DI MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

Anshari
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
DI MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

Penulis:
Anshari

Desain Cover:
Abdullah

Ukuran Buku:
16 x 25 cm

Kolasi:
272 halaman

Cetakan Pertama:
Agustus 2012

Penerbit:
PUSTIKOM

Alamat Penerbit:
Jl. Ir. Juanda, Ciputat
Kompleks UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta 15419
Telp: 021 7493315

@ Ciputat, 2012

Hak cipta dilindungi undang-undang, dilarang mengkutip atau


memperbanyak seluruh atau sebagian isi buku ini tanpa izin dari
penerbit.

ISBN 978-979-18830-5-4
PENGANTAR PENULIS

Alhamdulillah, dengan berkat rahmat, berkah, hidayah, dan


inayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tulisan atau
penelitian ini yang judul aslinya adalah “Pendidikan Berorientasi
Akhlak Mulia: Studi Kasus di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta”.
Tulisan ini merupakan tesis/tugas akhir pada tingkat Magister (S2) di
Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
dinyatakan lulus dalam ujian promosi pada tanggal 16 Agustus 2012.
Untuk itu penulis menghaturkan terimakasih yang tiada
terhingga kepada: Direktur Sekolah Pascasarjana Prof. Dr.
Azyumardi Azra, MA.; para Deputi Prof. Dr. Suwito, MA., Dr. Yusuf
Rahman, MA., Prof. Dr. Amany Burhanuddin Lubis, MA., dan Dr.
Fuad Jabali, MA.; Dosen Koordinator Mahasiswa Beasiswa Pais
2010 Dr. Suparto, MA.; dan seluruh Dosen yang telah memberikan
ilmu, bimbingan, arahan, masukan, kritikan, dan motivasi; serta para
Karyawan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan pelayanan akademik; dan secara khusus
penulis haturkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada
Dosen Pembimbing Akademik Dr. Nurlena Rifa’i, MA., atas semua
arahan, masukan, dan kritikannya terhadap penyelesaian penulisan
kajian ini.
Ucapan terimakasih yang sebanyak-banyaknya juga penulis
haturkan kepada: Direktur Madrasah Pembangunan UIN Jakarta Drs.
Ahmad Sofyan, MPd.; Kepala Madrasah Aliyah Pembangunan
(MAP) UIN Jakarta H. Darul Janin, SAg.; Kepala Madrasah
Tsanawiyah Pembangunan (MTsP) UIN Jakarta Drs. Rusli Ishaq,
MPd.; dan Kepala Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan (MIP) UIN
Jakarta Drs. Mulyadi atas ijin dan kerja samanya sebagai tempat
penelitian dalam kajian ini.
Secara khusus penulis menyampaikan terimakasih yang tiada
terkira kepada: Guru PAI Yayat Zainal Muttaqin, SAg., Guru
Matematika Denden Permana Sidik, SPd., dan Guru BK Mardiana,
SPd., di MAP UIN Jakarta; Wakil Kepala MTsP UIN Jakarta Drs.
Syukri A. Gani dan Drs. Miran, serta Guru Koordinator Kelompok
Agama Aqsol Aziz, SpdI., dan Guru BK Ana I‘anah, SPd., di MTsP
UIN Jakarta; Wakil Kepala MIP UIN Jakarta Wahyudi, SPd., Drs.
Sugiyono, dan Firman Hamdani, SAg., juga Guru Koordinator
Kelompok Agama Afif Abdul Latif, SAg., Guru Alquran Hadits H.

i
Muhaemin, SAg., dan Guru BK Indriyani, SPd., di MIP UIN Jakarta
atas segala bantuan dan kerja samanya dalam penelitian ini.
Terimakasih yang teristimewa penulis persembahkan kepada
Ayahanda tercinta Muhdar atas segala doa dan keridhoannya, serta
Isteriku tersayang Noorhasanah atas segala ketabahan, kerelaan, dan
dukungannya dalam mendampingiku dalam menyelesaikan studi dan
pengkajian ini, juga kepada belahan hatiku yang cantik dan lincah
Jasmine Naida Nareswari yang setia menghiburku dengan celoteh
dan kemanjaannya.
Terimakasih juga penulis ucapkan kepada seluruh teman-
teman mahasiswa beasiswa PAIS 2010: Ahmad Sanusi A, MA.Pd.,
M. Sarwo Edi, MA.Pd., Wardaningsih, SAg., Saiful Umam, SAg., M.
Firmansyah, MA.Pd., Hamdan, SAg., Muchafid Anshori, MA.Pd.,
AdeTitin Gumanti, SAg., Mulyati, SPdI., Abdul Fatah, MA.Pd.,
Mudawamah, SPdI., Haliri, SAg., Jaroh, SPdI., Toto, SPdI., Drs.
Nasrudin, Juhadi, SAg., Siti Fatimah, SAg., Zainal Muttaqien, SAg.,
Hairani, MAPd., Rositah, SPdI., Untung Surya, MAPd.,
Burhanuddin, SPdI., Sri Widyastuti, SPdI., Arief Tirtana, SsosI.,
Harun, SAg., Hamzah, SPdI., Mukhlis, MA.Pd., Iim Fauziyah, SAg.,
Nasrullah, MA.Pd., Munamah, SAg., Moh. Idrus, SPdI., Imam
Sopingi, MA.Pd., Sunari, SPd., M. Maftukh, SPdI., Yunus SPdI.,
Caswita, SPdI., dan Iksan Syah Gunawan, MA.Pd., atas segala
dukungannya baik berupa sesuatu yang riil maupun yang non-riil,
juga kepada temanku M. Habibi, MA dan Fadlan, SSA yang telah
membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan studi di SPs UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ucapan terimakasih juga penulis haturkan kepada
Kementerian Agama Republik Indonesia, khususnya kepada bagian
Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam (Dirjen PAIS) yang
telah memberikan beasiswa kepada penulis untuk mengikuti studi di
SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Akhirnya, penulis hanya bisa mendoakan semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian pengkajian ini, semoga Allah
SWT melimpahkan rahmat, keberkahan, kenikmatan, dan keridhoan-
Nya kepada mereka, amin. Sebagai kata penutup, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk melengkapi kajian ini.

Ciputat, Agustus 2012


Anshari

ii
PEDOMAN TRANSLITERASI

‫ض‬ d}

‫ب‬ b ‫ط‬ t}

‫ت‬ T ‫ظ‬ z}

‫ث‬ Th ‫ع‬ ‘

‫ج‬ J ‫غ‬ gh

‫ح‬ h} ‫ف‬ F

‫خ‬ Kh ‫ق‬ q

‫د‬ D ‫ك‬ k

‫ذ‬ Dh ‫ل‬ l

‫ر‬ R ‫م‬ m

‫ز‬ Z ‫ن‬ n

‫س‬ S ‫و‬ w

‫ش‬ Sh ‫ه‬ h

‫ص‬ s} ‫ي‬ y

َ◌ a ‫◌َا‬ a> ‫◌َى‬ á

ُ◌ u ‫◌ُو‬ u> ‫◌َو‬ aw

ِ◌ i ‫◌ِي‬ i> ‫◌َي‬ ay

iii
iv
DAFTAR ISI

Pengantar Penulis i
Pedoman Transliterasi Arab-Latin iii
Daftar Isi v
Daftar Tabel vii
Daftar Singkatan xi

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Permasalahan 9
C. Signifikansi Penelitian 11
D. Tinjauan Kepustakaan 12
E. Metodologi Penelitian 19
F. Sistematika Penulisan 22

BAB 2 PENDIDIKAN AKHLAK


A. Akhlak, Etika, Moral, Adab, dan Karakter 25
B. Konsep Pendidikan Akhlak 30
C. Distingsi tentang Pentingnya Pendidikan Akhlak
57

BAB 3 KELEMBAGAAN MADRASAH


PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
BERORIENTASI AKHLAK MULIA
A. Profil Kelembagaan 59
B. Proyeksi Visi Keunggulan Akhlak Mulia 64
C. Proyeksi Misi Keunggulan Akhlak Mulia 70
D. Proyeksi Tujuan dan Sasaran Keunggulan Akhlak
Mulia 67
E. Program dan Kegiatan Berorientasi Akhlak Mulia
90

BAB 4 KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN


UIN JAKARTA BERORIENTASI AKHLAK
MULIA
A. Seluk Beluk Kurikulum MP UIN Jakarta 97
B. Pengembangan Struktur Kurikulum Berorientasi
Akhlak Mulia 108

v
C. Pengembangan Muatan Kurikulum Berorientasi
Akhlak Mulia 125

BAB 5 PENGEMBANGAN PROGRAM DAN


KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA DI
MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
A. Program Berorientasi Akhlak Mulia 133
B. Pendidikan Akhlak Mulia dalam Kegiatan
Kokurikuler 178
C. Pendidikan Akhlak Mulia dalam Kegiatan Ekstra
Kurikuler 183
D. Progresivitas Akhlak Siswa 230

BAB 6 PENUTUP
A. Kesimpulan 241
B. Saran 242
C. Rekomendasi 243

Daftar Pustaka 245


Glosari 255
Indeks 265
Biodata Penulis 271

vi
DAFTAR SKEMA DAN TABEL

Skema 1
Konsep Pendidikan Akhlak 48

Skema 2
Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak 50

Skema 3
Tujuan Pendidikan Akhlak di MP UIN Jakarta 89

Tabel 1
Konsep Pendidikan Akhlak Rasional 44

Tabel 2
Konsep Pendidikan Akhlak Eklektik 47

Tabel 3
Tujuan Khusus Pendidikan Akhlak di MP UIN Jakarta 85

Tabel 4
Tujuan Umum Pendidikan Akhlak di MP UIN Jakarta 88

Tabel 5
Struktur Kurikulum MAP UIN Jakarta 110-113

Tabel 6
Pengelompokkan Mata Pelajaran di MP UIN Jakarta 115

Tabel 7
Struktur Kurikulum MI Pembangunan UIN Jakarta 119

Tabel 8
Struktur Kurikulum MTs Pembangunan UIN Jakarta 121

vii
Tabel 9
Alokasi Waktu Pembelajaran Madrasah Aliyah Pembangunan UIN
Jakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 122-124

Tabel 10
Nilai-Nilai Core Values dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
untuk Tingkat SMA/MA 136-149

Tabel 11
Program Core Values Madrasah Pembangunan UIN Jakarta
Tahun Pelajaran 2011/2012 154-157

Tabel 12
Program Habitual Curriculum di MP UIN Jakarta 171-173

Tabel 13
Program dan Kegiatan Berorientasi Akhlak Mulia
di MP UIN Jakarta 227-229

Tabel 14
Tingkat Keberhasilan Pendidikan Akhlak
di MP UIN Jakarta 239

viii
DAFTAR SINGKATAN

ALM = Almarhum
ASEAN = Association of Southeast Asian Nations
ATK = Alat Tulis Kantor
BBQ = Bina Baca al-Quran
BK = Bimbingan Konseling
CDP = Child Development Project
CV = Core Values
DKI = Daerah Khusus Ibukota
DKK = Dan Kawan-Kawan
DLL = Dan Lain-Lain
Ed = Editor
FITK = Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
HC = Habitual Curriculum
Humas = Hubungan Masyarakat
HUT = Hari Ulang Tahun
IAIN = Institut Agama Islam Negeri
ICT = Information and Communication Technology
IPS = Ilmu Pengetahuan Sosial
IPTEK = Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
IT = Information Technology
Jabodetabek = Jakarta Bogor Depok Tangerang dan Bekasi
JENESYS = Japan-East Asia Network of Exchange for
Students and Youths Programme
JSC = Journalist Student Community
KBM = Kegiatan Belajar Mengajar
KC = Knowledge Community
KD = Kompetensi dasar
Kemdikbud = Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kemdiknas = Kementerian Pendidikan Nasional
Kemenag = Kementerian Agama
KIR = Kelompok Ilmiah Remaja
KKR = Kader Kesehatan Remaja
KTSP = Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kultum = Kuliah Tujuh Menit
MA = Madrasah Aliyah
MADING = Majalah Dinding
MAP = Madrasah Aliyah Pembangunan

ix
MCK = Mandi Cuci dan Kakus
Menpora = Menteri Pemuda dan Olahraga
MI = Madrasah Ibtidaiyah
MIP = Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan
MIPA = Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
MOS = Masa Orientasi Siswa
MP = Madrasah Pembangunan
MSN = Madrasah Standar Nasional
MTs = Madrasah Tsanawiyah
MTsP = Madrasah Tsanawiyah Pembangunan
MULOK = Muatan Lokal
Narkoba = Narkotika dan Obat-obatan Terlarang
NTU = Nanyang Technological University
NU = Nahdlatul Ulama
NUS = National University of Singapore
OHP = Over Head Projector
PA = Pencinta Alam
PAI = Pendidikan Agama Islam
PAUD = Pendidikan Anak Usia Dini
PASKIBRA = Pasukan Pengibar Bendera
PEMDA = Pemerintah Daerah
Pildacil = Pemilihan Da’i Cilik
PKn = Pendidikan Kewarganegaraan
PMR = Palang Merah Remaja
Porsema = Pekan Olahraga dan Seni Madrasah
PR = Pekerjaan rumah
QS = Qur’an Surat
RI = Republik Indonesia
RA = Raudhatul Athfal
RH = Reading Habit
RMBI = Rencana Madrasah Berstandar Internasional
RPP = Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
SC = Science Club
SC = Student Company
SD = Sekolah Dasar
SK = Standar Kompetensi
SKI = Sejarah Kebudayaan Islam
SMA = Sekolah Menengah Atas
SMART = Specific Measurable Achievable Realistic

x
Timely
SMP = Sekolah Menengah Pertama
SSS (3S) = Senyum, Salam, dan Sapa
SWT = Subh}a>nahu wa Ta’a>la
TAS = Tabungan Amal Saleh
TIK = Teknologi Informasi dan Komunikasi
TK = Taman Kanak-Kanak
TTRA = Target and Target-Related Assessment
UIN = Universitas Islam Negeri
Warcil = Wartawan Cilik

xi
xii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya keprihatinan
terhadap kemerosotan akhlak yang terjadi pada bangsa Indonesia. Hal
tersebut salah satu penyebab utamanya adalah karena gagalnya dunia
pendidikan dalam mendidik akhlak anak bangsanya. Kegagalan ini
disinyalir disebabkan karena beberapa faktor, di antaranya yang
paling utama adalah faktor minimnya jam pengajaran dan kurang
maksimalnya pendidikan akhlak di sekolah.
Edward Gibbon menceritakan bagaimana kemerosotan moral
ini telah menjadi penyebab utama hancurnya bangsa-bangsa
terdahulu di dunia, 1 dan hal ini sedang terjadi pada bangsa Indonesia.
Memang tak bisa kita pungkiri bahwa kemerosotan akhlak di semua
lini kehidupan masyarakat telah terjadi pada bangsa ini. Ditandai
dengan berderetnya kasus korupsi, mafia hukum, mafia pajak, mafia
proyek, mafia perbankan, narkoba, asusila, pencabulan, kasus foto
dan video porno yang bahkan ada yang diproduksi oleh dunia
pendidikan Indonesia sendiri, serta banyak lagi kasus-kasus lainnya.
Louis Kraar pada tahun 1988 sudah memprediksikan bahwa
Indonesia kalau tetap seperti ini keadaannya, maka negara ini akan
menjadi negara yang tertinggal dibanding dengan negara-negara
tetangganya yang nantinya akan berhasil menjadi negara-negara
maju, bahkan menurutnya bisa jadi Indonesia hanya akan menjadi
halaman belakang (back yard) dari bagian Asia Timur.2
Keadaan ini dapat dijadikan sebagai bukti bahwa pelaksanaan
pendidikan yang selama ini dilaksanakan ternyata telah gagal,
terutama dalam bidang pendidikan akhlak atau moral. Secara jujur
bisa diakui bahwa bangsa ini telah cukup berhasil dalam mendidik
anak bangsanya menjadi orang-orang yang cerdas atau sedikit lebih

1
Edward Gibbon (1737–1794 M) adalah sejarawan Inggris dalam bukunya
The History of the Decline and Fall of the Roman Empire (Philadelphia: B. F.
French, 1830) menceritakan tentang kerusakan moral yang terjadi pada bangsa
Romawi sehingga membawa kerajaan Romawi tersebut kepada kehancurannya.
2
Louis Kraar adalah seorang pengamat negara-negara industri baru di Asia
Timur. Lihat dalam Nurcholish Majid, Indonesia Kita (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2004), 112.

1
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN

cerdas.3 Tetapi hal itu ternyata belum cukup, karena pada sisi yang
lain bangsa ini telah gagal mendidik anak bangsanya untuk menjadi
manusia yang berakhlak dan bermoral. Negara ini menganggap
bahwa kemajuan pendidikan hanya dari segi kecerdasan otak saja.
Sedangkan pendidikan moral dan akhlak yang menyangkut kepada
pendidikan agama sangat kurang dan hampir tidak terpikirkan oleh
pemerintah. Inilah yang selama ini membuat akhlak dan moral
bangsa hancur.
Anton Widyanto dalam penelitiannya di wilayah Bireuen dan
Banda Aceh, telah membuktikan bahwa salah satu kondisi yang
menyebabkan kemerosotan moral dewasa ini yang terjadi di sekolah
adalah terkait dengan akhlak siswa. Keluhan-keluhan tentang sikap
dan perilaku siswa terhadap guru, ketaatan terhadap peraturan
sekolah, maupun sikap dan perilaku antar sesama siswa sendiri,
walaupun hal ini bukanlah hal yang baru. Intinya, kebanyakan (tentu
tidak semua) para siswa dan bahkan mahasiswa di tingkat perguruan
tinggi dewasa ini telah mengalami kemerosotan akhlak yang semakin
memprihatinkan.4
Dalam penelitian yang lain Jajat Burhanuddin (dkk) juga
menunjukkan bahwa kemerosotan moral yang banyak terjadi di
kalangan perempuan-perempuan Indonesia sekarang ini salah satu
sebabnya adalah karena kurangnya pendidikan agama terhadap
mereka. 5
Untuk itu Komaruddin Hidayat menghimbau agar pendidikan
bangsa ini harus dibangunkan dan kesadarannya pun harus
dihidupkan kembali. Jangan sampai nama Indonesia semakin buruk
di mata dunia Internasional sebagai bangsa yang korup, moralitasnya

3
Berdasarkan hasil survai tahun 2003 yang dilakukan oleh Programme for
International Student Assessment (PISA)di 41 negara mengenai kualitas hasil
belajar IPA, Matematika, dan kemampuan membaca, Indonesia masih jauh di
bawah kemampuan anak-anak Korea Selatan. Begitu juga mengenai tingkat nilai
standar kelulusan secara nasional dibandingkan dengan nilai standar kelulusan yang
dipatok oleh negara-negara tetangga kita, maka standar nilai hasil belajar
pendidikan kita masih rendah. Lihat dalam Mohammad Ali, Pendidikan untuk
Pembangunan Nasional (Jakarta: Grasindo, 2009), 252-253.
4
Anton Widyanto adalah dosen di IAIN Ar-Raniri Darussalam Banda
Aceh. Lihat dalam “Pendidikan Akhlak Gagal”, Learning Forum, http://learning-
forum.blogspot.com/2011/05/pendidikan-akhlak-gagal.html (diakses 17/09/2011).
5
Jajat Burhanuddin (Ed.), Ulama Perempuan Indonesia (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2002), 127.

2
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN

yang lembek, serta daya saing SDM-nya yang rendah, karena


gagalnya pendidikan akhlak/moral. Menurutnya masalah-masalah
lain seperti kejatuhan politik ataupun kemerosotan ekonomi, itu cuma
kehilangan sesuatu, tapi kalau masalah kemerosotan moral, ini akan
berakibat suatu bangsa akan kehilangan segalanya. 6
Kemerosotan moral ini tidak hanya Indonesia saja yang
pernah mengalaminya, bahkan negara besar dan maju seperti
Amerika pun pernah mengalaminya. Untuk keluar dari masalah
tersebut, para pendidik di sana akhirnya menganjurkan agar
pendidikan nilai dilaksanakan di semua sekolah.7
Dalam konteks Indonesia, Mohammad Ali mengemukakan
bahwa salah satu faktor yang menyebabkan gagalnya pendidikan
akhlak atau moral di negeri ini adalah mengenai masalah pelaksanaan
pendidikan agama Islam di sekolah, khususnya tentang jam pelajaran
agama di sekolah umum (SD, SMP, dan SMA) yang dialokasikan
hanya 2 jam perminggu dan jam pelajaran Akidah Akhlak di
madrasah (ibtidaiyah, tsanawiyah, dan aliyah) yang dialokasikan
hanya 1-2 jam perminggu. 8
Mengenai masalah pelaksanaan pendidikan agama Islam,
terutama mengenai masalah minimnya alokasi waktu pembelajaran
untuk pelajaran agama di sekolah maka untuk mengatasi hal tersebut
dewasa ini telah menjamur lembaga-lembaga pendidikan Islam
dengan pendidikan akhlak sebagai trade mark-nya. Namun upaya ini
sepertinya masih belum optimal, karena kenyataannya kenakalan
perilaku amoral remaja tetap saja semakin meningkat. Demikian juga
para guru dalam upaya untuk mengatasi hal ini pada suatu kegiatan
penataran dan lokakarya bagi guru-guru Agama SD dan sekolah
lanjutan di Universitas Pendidikan Indonesia, mereka mengusulkan
supaya ada penambahan jam pelajaran agama pada kurikulum

6
Komaruddin Hidayat dan Putut Widjanarko (Ed.), Reinventing Indonesia:
Menemukan Kembali Masa Depan Bangsa (Jakarta: Mizan, 2008), 192.
Komaruddin Hidayat adalah Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7
Lihat dalam Weinata Sairin, Identitas dan Ciri Khas Pendidikan Kristen
di Indonesia antara Konseptual dan Operasional (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2006), 127.
8
Mohammad Ali (Direktur Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama
RI dan Pembina ISPI), “Pengembangan Pendidikan Agama Islam di Sekolah”,
Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) (September 2010),
http://www.ispi.or.id/tag/pendidikan-agama-islam/ (diakses 18/09/2011).

3
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN

nasional dan adanya penambahan kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler


keagamaan yang bersifat formal. 9
Sebenarnya para guru sudah berupaya untuk mencari solusi
dalam permasalahan ini. Di antaranya adalah dengan mencoba
memadukan mata pelajaran umum dengan mata pelajaran PAI,
menghimpun ayat-ayat Alquran dan hadits yang terkait dengan materi
yang akan diajarkan pada mata pelajaran umum, dan membangun
pola hubungan yang agamis antara guru dengan peserta didiknya.
Pemerintah pun melalui Kementerian Pendidikan Nasional yang saat
ini dijabat oleh M. Nuh, pada saat beliau mengikuti diskusi panel di
Bogor mengatakan bahwa Kementerian Pendidikan Nasional mulai
tahun 2011 ini akan mencoba untuk mengembangkan Kurikulum
Berbasis Akhlak Mulia, yaitu kurikulum yang berupaya menanamkan
nilai-nilai akhlak dan moral melalui berbagai mata pelajaran yang
diajarkan kepada para peserta didik, atau dengan kata lain adalah
memasukkan nilai-nilai akhlak dan moral ke dalam semua mata
pelajaran yang diajarkan. Dengan adanya kurikulum ini nantinya
diharapkan akan dapat menanamkan karakter yang kuat pada diri
peserta didik dalam rangka untuk mengatasi minimnya jam pelajaran
agama di sekolah. 10
Berdasarkan upaya-upaya di atas yang telah dilakukan oleh
berbagai lembaga pendidikan, para guru, dan pemerintah untuk
mengatasi keterbatasan pendidikan atau pengajaran agama di sekolah,
maka penulis pun merasa tertarik untuk menelitinya lebih lanjut
untuk bisa mengungkap bagaimana institusi sekolah dengan segala
keterbatasannya bisa mengoptimalkan pelaksanaan dan penerapan
pendidikan agama khususnya pendidikan akhlak di sekolah untuk
mencapai tujuan pendidikan akhlak yang diharapkan.
Berkenaan dengan pendidikan akhlak, al-Abrashi menyatakan
bahwa esensi sesungguhnya dari pendidikan Islam adalah mengenai
pendidikan akhlak. Al-Abrashi juga menegaskan bahwa keluhuran

9
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP – UPI, Ilmu dan Aplikasi
Pendidikan Bagian III: Pendidikan Disiplin Ilmu (Jakarta: IMTIMA, 2007), 12.
10
Ruslan Burhani, “Kemdiknas Kembangkan Kurikulum Berbasis Akhlak
Mulia”, Antara News. Com, minggu, 05 Desember 2010,
http://www.antaranews.com/news/236491/kemdiknas-kembangkan-kurikulum-
berbasis-akhlak-mulia (diakses 17/09/2011).

4
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN

akhlak inilah yang menjadi tujuan dasar dari pendidikan Islam. 11 Hal
senada juga diungkapkan oleh Abbas Mahjub yang menyatakan
bahwa pembentukan dan pembinaan akhlak merupakan tujuan
terpenting dari pendidikan Islam. 12 Bahkan menurut al-Abrashi
kesempurnaan akhlak itu lebih diutamakan daripada penguasaan
ilmu.13 Dengan demikian berdasarkan kedua pendapat tersebut maka
lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam pelaksanaannya
seharusnya lebih mengutamakan orientasinya kepada pembentukan
individu-individu yang berakhlak mulia diatas orientasi-orientasi
lainnya seperti keterampilan, pengetahuan, penguasaan teknologi,
atau orientasi pendidikan lainnya.
Jika akhlak dipersepsikan sebagai moral, Gary J. Quinn
menyimpulkan bahwa sekolah-sekolah di Amerika telah
mementingkan untuk mengakuisisi keterampilan-keterampilan dasar
dan pengajaran secara umum daripada pengajaran tentang moral.
Quinn mengungkapkan bahwa banyak orang tua yang menganggap
bahwa sekolahan adalah sebagai baby-sitter bagi anak-anak mereka,
ada juga yang pergi ke sekolah karena ingin belajar olahraga, atau
belajar keterampilan sosial, atau belajar kebenaran politik. Quinn
juga melihat bahwa di beberapa sekolah telah menjadi tempat untuk
belajar demi dirinya sendiri, bahkan sekolah-sekolah telah menjadi
jalur untuk memperoleh pekerjaan. Namun menurutnya seharusnya
sekolah-sekolah tersebut tujuan yang pertama dan yang paling
utamanya adalah untuk pendidikan moral.14 Berkenaan dengan ini
Larry P. Nucci dan Darcia Narvaez (Ed.) dalam pengantar bukunya
juga menyatakan bahwa lembaga pendidikan atau sekolah seharusnya
memberikan kontribusi untuk perkembangan moral dan pembentukan
karakter siswa, karena menurutnya hal ini merupakan suatu
kesepakatan yang sudah tersebar luas.15 Gawande juga

11
M. At}iyah al-Abrashi, al-Tarbiyah al-Isla>miyyah wa Fala>sifatuha
(Mesir: Isa Babi al-Halabi, 1969), 9 dan 22. M. At}iyah al-Abrashi adalah guru
besar Pendidikan Islam di Fakultas Da>r al-‘Ulum Universitas Kairo Mesir.
12
Abbas Mahjub, Us}u>l al-Fikr al-Tarbawi fi al-Islam (Damaskus: Da>r Ibn
Kathi>r, 1987), 157.
13
M. At}iyah al-Abrashi, al-Tarbiyah al-Isla>miyyah wa Fala>sifatuha, 127-
128.
14
Gary J Quinn, Moral Education in America: Its Future in an Age of
Personal Autonomy and`Multiculturalism (Lincoln: iUniverse, 2004), 1-2.
15
Larry P. Nucci dan Darcia Narvaez (Ed.), Handbook of Moral and
Character Education (New York: Routledge, 2008), ix.

5
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN

mengungkapkan bahwa pendidikan nilai telah terjalin erat dengan


topik modern dalam pendidikan seperti Pendidikan Kependudukan,
Pendidikan Lingkungan, dan Pendidikan Yoga. Pendidikan nilai ini
menurutnya merupakan subjek yang luas dengan ruang lingkup yang
luar biasa, baik dalam teori maupun prakteknya.16 James Davison
Hunter dalam hal ini menyatakan bahwa sekolah sebagai komunitas
moral haruslah menjadi komunitas yang peduli yang dapat
mewujudkan cita-cita moral, sehingga pengajaran nilai-nilai terjalin
dengan seluruh suasana atau iklim di sekolah. 17 Berdasarkan
pendapat-pendapat tersebut dapat diketahui bahwa para pendidik
non-muslim pun mengakui bahwa pendidikan moral merupakan
tujuan paling mendasar dan bagian terpenting dari pendidikan.
Berarti baik berdasarkan Islam atau berdasarkan paham di
luar Islam keduanya sepakat tentang pentingnya pendidikan akhlak
bagi manusia. Untuk itu menurut penulis jika pendidikan akhlak
merupakan sesuatu yang sangat penting dan mendasar, maka
pendidikan seharusnya diorientasikan kepada pendidikan akhlak
tersebut, baik tujuan pendidikannya, kurikulumnya, program-
programnya, maupun kegiatan-kegiatan pendidikan lainnya. Karena
menurut hemat penulis semua kegiatan pendidikan pastilah berujung
atau paling tidak berkaitan dengan pembentukan sikap,18 sedangkan
sikap adalah bagian dari akhlak. Untuk itu penulis berasumsi bahwa
upaya pembentukan akhlak siswa dapat dioptimalkan dengan
menjadikannya sebagai proyeksi visi keunggulan sekolah melalui
pengembangan kurikulum, serta pengadaan berbagai program dan
kegiatan yang diorientasikan kepada pembentukan akhlak mulia.

16
E.N. Gawande, Value Oriented Education: Vision for Better Living
(New Delhi: Sarup & Sons, 2002), ii.
17
James Davison Hunter, Death of Character: Moral Education in an Age
Without Good or Evil (New York: Basic Books, 2000), 118.
18
Hal ini berdasarkan pada statement dari Djemari Mardapi (Tim Peneliti
Program Pascasarjana UNY, “Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilaian
Ranah Afektif”, Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Umum 2003 –
2004, 2003, 3) yang menyatakan bahwa ranah afektif (sikap) menentukan
keberhasilan belajar seseorang. Karena menurutnya orang yang tidak memiliki
minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan studi secara
optimal. Menurut Penulis, aspek minat ini tidak hanya pada mata pelajaran saja,
tetapi juga bisa dikaitkan dengan seluruh kegiatan sekolah yang diadakan untuk
siswa. Semua kegiatan sekolah tersebut tidak akan optimal hasilnya jika siswa tidak
meminatinya.

6
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN

Pendapat penulis tersebut sangat tidak sejalan dengan


pendapat Gabriel Moran yang menyatakan bahwa kurikulum modern
tidak perlu memuat dan mengaitkannya dengan pendidikan moral,
karena sudah tidak cocok lagi dengan kurikulum modern.
Menurutnya pengajaran tentang moral dan pengajaran agama
memerlukan bahasa dan bentuk pengajaran yang berbeda dengan
pengajaran lainnya. 19 Darlene Leiding juga menyarankan supaya
kurikulum, program, dan seluruh kegiatan sekolah difokuskan kepada
pendidikan pengetahuan dan keterampilan yang terukur saja, karena
menurut Leiding perubahan nyata yang dilakukan untuk mereformasi
pendidikan harus berdasarkan alasan yang tepat dan menuju misi
yang tepat. Reformasi pendidikan seperti itu menurut Leiding akan
menghasilkan hasil dramatis yang lebih baik, masa depan yang lebih
penuh harapan bagi kaum muda, kemajuan untuk ekonomi nasional,
dan kesejahteraan sosial budaya.20 Graham Haydon mengenai hal ini
juga menyatakan bahwa pendidikan moral hanyalah salah satu aspek
dari pendidikan secara keseluruhan, pendidikan moral bukanlah
tujuan utama dari pendidikan tetapi hanyalah salah satu pilihan yang
kurang diperhitungkan dalam tujuan pendidikan. Menurut Haydon,
pendapatnya tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa pendidikan
moral dapat dipahami melalui 2 cara. Pertama, sebagai salah satu
tujuan pilihan dari beberapa tujuan dalam totalitas tujuan pendidikan.
Seperti diketahui bahwa pendidikan memiliki banyak tujuan, di
antaranya adalah mengembangkan rasionalitas individu,
mempromosikan pengetahuan tentang mata pelajaran tertentu untuk
kepentingan diri sendiri, memberikan kontribusi bagi perkembangan
ekonomi masyarakat, dan sebagainya. Di antara tujuan-tujuan
pendidikan tersebut, pendidikan moral hanya menjadi salah satunya
saja (atau satu set dari tujuan). Kedua, sebagai salah satu pilihan dari
berbagai konten atau proses dalam totalitas mengajar dan belajar.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mata pelajaran tertentu
dalam kurikulum sekolah adalah bagian dari atau ikut berkontribusi
terhadap pendidikan moral, tetapi mata pelajaran yang lain tidak.
Bisa juga kegiatan tertentu di dalam ruang kelas, atau aspek-aspek

19
Gabriel Moran, Speaking of Teaching: Lessons from History (Lanham:
Lexington Books, 2008), 171.
20
Darlene Leiding, Reform can Make a Difference: A Guide to School
Reform (Lanham: R&L Education, 2009), 95-96.

7
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN

tertentu dari organisasi sekolah dapat memberikan kontribusi untuk


pendidikan moral, sementara yang lainnya tidak.21
Pendidikan yang berorientasi kepada pembentukan akhlak
atau moral memang bukanlah sesuatu yang baru untuk diteliti.
Namun berkaitan dengan kemerosotan akhlak atau moral yang
sedang melanda Indonesia saat ini yang salah satu penyebab
utamanya adalah kegagalan dunia pendidikan dalam membentuk
akhlak atau moral siswa, yang salah satu faktor penyebabnya adalah
minimnya alokasi waktu yang diperuntukkan kepada pembelajaran
pendidikan agama khususnya pendidikan akhlak. Maka hal tersebut
mengakibatkan tidak maksimalnya penyelenggaraan pendidikan
akhlak di sekolah, yang pada akhirnya dengan keadaan tersebut tidak
akan mungkin dapat membuahkan hasil maksimal seperti yang
diinginkan yaitu membentuk individu-individu yang berkepribadian
akhlak yang mulia. Maka untuk menemukan solusi terhadap
permasalahan tersebut penulis menganggap bahwa penelitian
terhadap masalah ini sangat layak untuk dilakukan.
Untuk melakukan penelitian ini, sebagai sampelnya penulis
menemukan bahwa dari 354 sekolah (MI 16 buah, MTs 22 buah, MA
7 buah, SD 67 buah, SMP 100 buah, SMA 79 buah, dan SMK 63
buah) yang terdata di Jakarta Selatan,22 maka hanya Madrasah
Pembangunan UIN Jakarta yang memenuhi 3 kriteria sekolah yang
penulis tetapkan, yaitu mempunyai komitmen yang kuat terhadap
pendidikan akhlak, lembaga pendidikannya berkelanjutan dari tingkat
dasar (ibtidaiyah) sampai tingkat lanjutan (tsanawiyah dan aliyah),
dan semua sekolah tersebut berada dalam satu lokasi.
Madrasah Pembangunan UIN Jakarta ini menyelenggarakan
pendidikan yang salah satu orientasinya adalah unggul dalam
akhlakul karimah. Sebagai implementasinya maka sekolah ini secara
intensif memaksimalkan seluruh program dan kegiatan
pendidikannya untuk mewujudkan keunggulan akhlak tersebut, dan
implikasinya ini sangat berhubungan dengan alokasi waktu

21
Graham Haydon, “Moral Education”, dalam Randall Curren (Ed.), A
Companion to the Philosophy of Education (Malden: Blackwell Publishing, 2003),
321.
22
Lihat dalam “Schoolnet Kota Jakarta Selatan”, Daftar Sekolah Penerima
Bantuan Program Schoolnet Pustekkom Kemdiknas 2011,
http://jardiknas.kemdiknas.go.id/schoolnet/sekolahlist.php?a=6&b=55 (diakses
16/07/2012).

8
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN

pembelajaran untuk pendidikan akhlak di sekolah, karena dengan


ketentuan yang ada alokasi waktu untuk pembelajaran pendidikan
akhlak relatif hanya 2 jam pelajaran perminggu, maka Madrasah
Pembangunan UIN Jakarta tidak akan mungkin dapat mewujudkan
visinya untuk menjadi sebuah lembaga pendidikan yang unggul
dalam akhlak. Oleh karena itu dengan adanya penelitian ini maka
akan terungkap strategi serta berbagai program dan kegiatan yang
dilakukan oleh Madrasah Pembangunan UIN Jakarta untuk
mengoptimalkan pendidikan akhlak mulia di sekolah. Untuk itu
penelitian ini sangat layak untuk dilakukan sehingga dapat nantinya
menjadi rujukan bagi sekolah-sekolah lainnya dalam rangka untuk
meningkatkan kualitas akhlak para siswa.

B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian mengenai latar belakang permasalahan
penelitian yang telah peneliti ungkapkan, maka dapat diidentifikasi
berbagai masalah yang akan muncul dalam penelitian ini, antara lain:
Pertama, tentang kemerosotan akhlak bangsa Indonesia yang hal ini
memunculkan beberapa persoalan, antara lain:
(1) Sejauhmana kerusakan moral yang terjadi dan dialami oleh
bangsa Indonesia saat ini?
(2) Apa yang menyebabkan terjadinya kemerosotan moral bangsa
Indonesia?
(3) Apa yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi
kemerosotan moral bangsa tersebut?
Kedua, tentang gagalnya pendidikan Indonesia dalam mendidik
akhlak anak bangsanya, yang hal ini menimbulkan beberapa
pertanyaan, antara lain:
(1) Benarkah dunia pendidikan Indonesia telah gagal mendidik
akhlak anak bangsanya?
(2) Apa yang menyebabkan pendidikan Indonesia gagal dalam
mendidik akhlak anak bangsanya?
(3) Kebijakan pendidikan seperti apa yang harus dikeluarkan oleh
pemerintah untuk mengatasi kegagalan dunia pendidikan
Indonesia dalam mendidik akhlak anak bangsanya?
(4) Apa yang harus dilakukan oleh dunia pendidikan Indonesia untuk
dapat mengatasi kemerosotan akhlak anak bangsanya?

9
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN

Ketiga, tentang kurang maksimalnya pendidikan agama di sekolah


yang di dalamnya juga mencakup pendidikan akhlak, yang hal ini
memunculkan beberapa pertanyaan, antara lain:
(1) Kurikulum yang bagaimana yang dapat mengoptimalkan
pembelajaran pendidikan akhlak di sekolah?
(2) Langkah-langkah apa yang dapat dilakukan sekolah untuk dapat
mengoptimalkan pendidikan akhlak?
(3) Apa yang dapat dilakukan oleh para pendidik untuk dapat
memaksimalkan pembelajaran mengenai pendidikan akhlak?

2. Batasan Masalah
Berdasarkan uraian latar balakang dan identifikasi masalah
yang telah disebutkan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas
dalam kajian ini adalah mengenai langkah-langkah (strategi) apa
yang dapat dilakukan sekolah untuk dapat mengoptimalkan
pendidikan akhlak mulia bagi para siswa.
Adapun tentang istilah pendidikan yang tercantum dalam
tema kajian ini, maka jika merujuk kepada Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 13
menyebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal,
informal, dan nonformal. 23 Dalam kajian ini peneliti membatasi
bahasan tentang pendidikan hanya mengenai pendidikan yang
diselenggarakan melalui jalur formal saja. Adapun wujud
kelembagaan pendidikan formal bisa berupa sekolah dasar
(SD)/madrasah ibtidaiyah (MI)/bentuk lainnya pada jenjang
pendidikan dasar, sekolah menengah pertama (SMP)/madrasah
tsanawiyah (MTs)/bentuk lainnya yang juga masih pada jenjang
pendidikan dasar, sekolah menengah atas (SMA)/madrasah aliyah
(MA)/bentuk lainnya pada jenjang pendidikan menengah, dan
bentuk-bentuk lembaga pendidikan formal lainnya pada jenjang
pendidikan tinggi. 24 Namun dalam kajian ini peneliti membatasinya
hanya pada bentuk lembaga pendidikan formal yang berada pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah saja.

23
Lihat dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen (Jakarta: Visimedia, 2007), 9.
24
Lihat dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen, 9-10.

10
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN

Sedangkan istilah akhlak yang penulis maksud dalam tema


kajian ini tidak hanya mengisyaratkan kepada pengertian akhlak saja,
tetapi juga mengisyaratkan kepada pengertian tentang etika, moral,
adab, dan karakter. Jadi tema kajian ini yang tertulis “Pendidikan
Berorientasi Akhlak” mengandung pengertian atau bisa dibaca
dengan “Lembaga Pendidikan Formal pada Jenjang Pendidikan
SD/MI sampai SMA/MA yang Menitikberatkan kepada Akhlak,
Etika, Moral, Adab, dan Karakter”.

3. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, identifikasi
masalah, batasan masalah, serta lokasi penelitian yang telah penulis
tetapkan, maka permasalahan dalam kajian ini dapat dirumuskan ke
dalam sebuah pertanyaan utama berikut ini:
“Apa yang dilakukan oleh Madrasah Pembangunan UIN Jakarta
untuk dapat mengoptimalkan pendidikan akhlak di sekolah?”
Adapun pertanyaan minor dalam penelitian ini adalah:
(1) Bagaimana rumusan pendidikan akhlak mulia di Madrasah
Pembangunan UIN Jakarta?
(2) Bagaimana Madrasah Pembangunan UIN Jakarta
mengembangkan kurikulumnya untuk mencapai tujuan tersebut?
(3) Adakah program-program khusus yang dilaksanakan untuk
menunjang tercapainya tujuan itu, bagaimana pelaksanaan dan
kontribusinya terhadap pendidikan akhlak?
(4) Adakah kegiatan-kegiatan ekstra yang dapat menunjang
berhasilnya pendidikan akhlak siswa, lalu bagaimana pelaksanaan
dan kontribusi kegiatan ekstra tersebut terhadap pendidikan
akhlak?

C. Signifikansi Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap strategi yang
dapat dilakukan untuk dapat mengoptimalkan pelaksanaan
pendidikan akhlak di sekolah sehingga penyelenggaraan pendidikan
dan pengajaran akhlak kepada siswa menjadi optimal.
Hasil penelitian ini penulis harapkan nantinya dapat berguna
bagi para guru sebagai bahan acuan dan informasi dalam
mengembangkan sistem pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran
akhlak di sekolah. Bagi para kepala sekolah hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan

11
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN

dan pengelolaan sistem pendidikan dan pembelajaran akhlak di


sekolah. Pemerintah pun dapat memanfaatkannya sebagai informasi
dan bahan pertimbangan dalam menentukan atau menetapkan suatu
kebijakan mengenai sistem pendidikan dan pengajaran akhlak.
Sedangkan bagi para peneliti dapat memanfaatkannya sebagai bahan
rujukan untuk penelitian selanjutnya yang juga mengkaji tentang
permasalahan ini.

D. Tinjauan Kepustakaan
Penelitian mengenai pendidikan yang berorientasi kepada
akhlak memang bukanlah hal yang baru untuk diteliti, banyak sudah
peneliti yang melakukan kajian-kajian terhadap permasalahan ini. Di
bawah ini penulis akan menguraikan satu-persatu penelitian-
penelitian tersebut.
E.N.Gawande dalam kajiannya yang berjudul Value Oriented
Education: Vision for Better Living25 mengungkapkan tentang sejarah
pendidikan India sejak masa sebelum masehi sampai masa menjelang
kemerdekaannya, Gawande menyimpulkan bahwa pada masa
tersebut pendidikan India sudah diorientasikan untuk mencapai
tujuan-tujuan moral dan nilai-nilai lainnya. Gawande dalam
kajiannya ini juga mengungkap tentang berbagai macam lembaga
yang muncul setelah kemerdekaan India yang membahas mengenai
pendidikan moral keagamaan, spiritual, dan nilai-nilai lainnya. Selain
itu Gawande juga menguraikan tentang konsep dari nilai
kemanusiaan itu sendiri, baik yang didasarkan pada konteks India
maupun yang didasarkan pada konteks secara global. Gawande dalam
kajiannya ini mengaitkan pendidikan nilai dengan berbagai jenis
pendidikan lainnya, yaitu dengan pendidikan kependudukan,
pendidikan lingkungan, dan dengan pendidikan yoga. Dalam bahasan
pokoknya Gawande membahas tentang implementasi pendidikan
nilai ini dalam penyusunan kurikulum sekolah, pengaruhnya terhadap
aturan-aturan untuk para pendidik, dan implikasinya dalam kegiatan-
kegiatan kokurikuler sekolah. Adapun persamaan kajian ini dengan
yang penulis teliti adalah pada implementasi dan implikasi dari nilai-
nilai tersebut dalam kurikulum, dalam aturan-aturan untuk para guru,
dan dalam kegiatan-kegiatan kokurikuler. Persamaan lainnya adalah

25
E.N. Gawande, Value Oriented Education: Vision for Better Living
(New Delhi: Sarup & Sons, 2002). E.N.Gawande adalah Filsuf Pendidikan dari
India.

12
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN

Gawande dalam kajiannya ini membahas semua nilai, yang di


dalamnya juga termasuk nilai moral (akhlak). Jadi secara tidak
spesifik Gawande juga mengkaji tentang implementasi dan implikasi
dari nilai-nilai moral itu terhadap pendidikan sebagai konsekuensi
dari pendidikan yang diorientasikan kepada pembentukan moral
(akhlak). Sedangkan perbedaan kajian ini dengan yang penulis teliti
adalah terletak pada ruang lingkup bahasannya. Gawande kajiannya
meliputi semua nilai, baik itu nilai keagamaan, nilai nilai moral, dan
nilai-nilai lainnya. Sedangkan kajian penulis hanya meliputi tentang
nilai-nilai akhlak saja. Selain itu Gawande membahasnya dari
berbagai aspek, baik dari aspek sejarahnya, aspek kelembagaannya,
aspek teoritisnya, maupun aspek praktisnya. Sedangkan dalam kajian
penulis hanya membahasnya dari aspek teoritis dan praktisnya saja.
Daniel K. Lapsley dengan tulisannya yang berjudul “Moral
Self-Identity as the Aim of Education”26 mengemukakan sebuah
konsep bahwa identitas moral pribadi seseorang adalah tujuan dari
pendidikan. Diri moral (moral self) menurutnya adalah "noumenal"
agen yang tidak terikat dengan keharusan kausal. Ini adalah agen
noumenal yang mampu berkeinginan secara rasional. Para agen
moral noumenal dapat menjadi murni terbebas dari pengaruh
kontaminasi gairah dan determinisme dari pengalaman yang masuk
akal. Konsep Lapsley ini didasarkan pada pemikiran bahwa
kebanyakan para orang tua secara alami menginginkan agar anaknya
menjadi orang yang berkepribadian moral yang terpuji. Lapsley
dalam kajiannya ini juga mengungkap berbagai teori-teori tentang
moral, tentang cara-cara mengembangkan kehendak moral, tentang
pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk menumbuhkan
identitas moral, dan implikasinya dengan pelaksanaan pendidikan.
Adapun persamaan kajian Lapsley ini dengan kajian yang penulis
teliti adalah terutama pada tujuan pendidikan yang dikemukakannya
dan implikasinya dengan pendidikan. Namun kajian Lapsley ini
hanya bersifat teoritisnya saja, karena dia tidak menguraikan
bagaimana teknis pelaksanaan teori tersebut dalam dunia pendidikan.
Sedangkan kajian penulis lebih menekankan kepada sisi praktisnya
dengan mendeskripsikan teknis pelaksanaan dari teori yang penulis
kemukakan.

26
Lihat dalam Larry P. Nucci dan Darcia Narvaez (Ed.), Handbook of
Moral and Character Education (New York: Routledge, 2008), 30-52.

13
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN

Gary James Quinn dengan bukunya yang berjudul Moral


Education in America: Its Future in an Age of Personal Autonomy
and Multiculturalism27 mengemukakan suatu konsep bahwa
pendidikan Amerika saat ini seharusnya mengutamakan pendidikan
moral dengan memprioritaskan pendidikan skill dan pendidikan
pelatihan yang berdasarkan nilai-nilai etis. Dalam kajiannya ini
Quinn banyak mengungkap tentang pandangannya mengenai konsep
moral dalam perspektif Filsafat, dalam perspektif agamanya
(Kristen), dan dalam perspektif Psikologi. Walaupun dari segi tujuan
pendidikan dan pendekatan yang digunakan oleh Quinn dalam
kajiannya ini sama dengan pendekatan yang penulis gunakan dalam
kajian ini, namun Quinn seperti halnya Lapsley juga lebih
menekankan kepada aspek teoritisnya, tidak seperti kajian penulis
yang lebih menekankan kepada aspek praktisnya.
Sharron L. McElmeel dengan bukunya Character Education:
A Book Guide for Teachers, Librarians, and Parents28 mengkaji cara
yang efektif untuk mengajari anak tentang pentingnya nilai-nilai dan
karakter yang baik. McElmeel mengungkapkan hampir 300 sumber
daya yang dapat dipergunakan untuk mendidik karakter anak.
Masing-masing dari 17 bab yang dibahasnya berfokus pada suatu
sifat tertentu atau kebajikan, dan mengidentifikasi puluhan buku
bergambar, novel, biografi, dan judul nonfiksi yang menggambarkan
sifat tersebut dan dapat digunakan sebagai springboards untuk
diskusi. Dalam kajiannya ini McElmeel walaupun bahasannya lebih
mengarah kepada sisi praktis pendidikan karakter seperti kajian yang
penulis lakukan, namun hanya mengkaji pada aspek pendekatan dan
metodenya saja. Dia tidak membahas bagaimana pendidikan karakter
tersebut dilakukan melalui sebuah lembaga pendidikan seperti yang
penulis lakukan.
Doni Koesoema dalam tulisannya yang bertajuk Pendidikan
Karakter29 mempunyai banyak kesamaan dengan kajian yang penulis
lakukan. Dalam kajiannya Doni Koesoema juga menggunakan
pendekatan filosofis, pedagogis, dan sosiologis, bahkan dia juga

27
Gary J Quinn, Moral Education in America: Its Future in an Age of
Personal Autonomy and`Multiculturalism (Lincoln: iUniverse, 2004).
28
Sharron L. McElmeel, Character Education: A Book Guide for
Teachers, Librarians, and Parents (Greenwood Village: Libraries Unlimited,
2002).
29
Doni Koesoema A., Pendidikan Karakter (Jakarta: Grasindo, 2007).

14
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN

menggunakan pendekatan historis dan politik pendidikan untuk


memperkaya kajiannya. Dalam bahasannya Doni Koesoema juga
menguraikan tentang pendekatan, metode, dan kurikulum yang dapat
diterapkan dalam pembentukan karakter (akhlak). Lebih dari itu Doni
Koesoema juga mengungkap tentang aspek sejarah dari
perkembangan pendidikan karakter sejak zaman klasik sampai zaman
kontemporer sekarang ini. Namun ada beberapa aspek yang
membuatnya sangat berbeda dengan kajian yang penulis lakukan,
terutama pada sisi praktisnya. Menurut penulis kajian Doni
Koesoema ini lebih bersifat teoritis dan normatif, sehingga agak
susah untuk diaplikasikan. Sedangkan kajian penulis sangat
menekankan kepada aspek praktisnya, sehingga akan lebih mudah
untuk diaplikasikan dalam realitas dunia pendidikan.
H. M. Suparta dalam disertasinya yang berjudul “Perubahan
Orientasi Pondok Pesantren”30 yang mengkaji tentang perubahan
orientasi yang terjadi di 2 pondok pesantren, yaitu pondok pesantren
Maskumambang dan pondok pesantren al-Fatah. Di pesantren
Maskumambang terjadi perubahan faham atau aliran dari Salafiyah
menjadi Wahabiyah, sehingga perubahan tersebut juga merubah
orientasi kelembagaannya. Suparta menggambarkan perubahan yang
terjadi di kalangan para santri, dalam tradisi masyarakat, dalam
praktik ibadah, dan pada faham keagamaan yang dianut oleh
masyarakat. Sedangkan di pesantren al-Fatah terjadi perubahan yang
asalnya menganut faham Salafiyah berganti menjadi faham Jamaah
Tablig. Perubahan tersebut juga ikut merubah perilaku keagamaan
dan perekonomian masyarakat. Dalam kajiannya ini Suparta
menyimpulkan bahwa perubahan orientasi yang terjadi di pesantren
dapat berdampak pada perubahan keberagaman masyarakat.
Desertasi Suparta ini dengan kajian yang penulis kaji persamaannya
hanya terletak pada kesimpulannya saja bahwa perubahan orientasi
yang terjadi pada lembaga pendidikan, itu akan ikut merubah hampir
seluruh aspek, elemen, dan pola pikir yang ada dalam lembaga
pendidikan tersebut, yang akhirnya juga akan berdampak pada
perubahan masyarakatnya. Selain aspek tersebut semuanya berbeda
dengan kajian yang peneliti kaji.

30
H. M. Suparta, “Perubahan Orientasi Pondok Pesantren”, Disertasi
(Jakarta: SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009).

15
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN

Jusuf Amir Feisal dengan tulisannya yang berjudul


Reorientasi Pendidikan Islam31 mengemukakan tentang perlunya
meningkatkan kualitas pendidikan Islam bagi seluruh siswanya
dengan menyelenggarakan pendidikan dan melakukan penilaian
terhadap pelaksanaan pendidikan tersebut dengan
mengorientasikannya kepada sasaran (TTRA: Target and Target-
Related Assessment), menurutnya orientasi tersebut ditujukan pada
sasaran-sasaran belajar yang dicanangkan dan tugas-tugas yang
diorientasikan kepada sasaran tersebut. Dalam penerapan konsep,
Feisal mengemukakan bahwa konsep tersebut harus dituangkan
dengan melakukan pengembangan terhadap kurikulum, sistem
pembelajaran, dan sistem penilaian yang berorientasi kepada sasaran.
Kajian Feisal ini mempunyai kesamaan dengan kajian yang penulis
kaji dalam hal implementasi dari konsep pendidikan yang
berorientasi kepada sasaran, yaitu implementasinya terhadap
kurikulum dan sistem pembelajarannya. Namun secara umum kajian
Feisal ini banyak sekali perbedaannya dengan kajian yang penulis
kaji. Perbedaaannya yang sangat mendasar terletak pada masalah
orientasinya. Orientasi kepada sasaran dalam pelaksanaan pendidikan
Islam yang dibahas oleh Feisal sifatnya masih sangat umum, karena
dia tidak menyebutkan sasaran yang menjadi orientasi dalam
pendidikan Islam. Sedangkan dalam kajian yang penulis kaji ini
orientasi sasaran pendidikannya sangat jelas, yaitu membentuk siswa-
siswa yang mempunyai akhlak mulia.
Malik Fadjar dengan kajiannya yang bertema Reorientasi
Pendidikan Islam32 mengungkapkan bahwa tantangan pendidikan
Islam untuk menghadapi kemajuan peradaban manusia harus
diorientasikan untuk meningkatkan kualitas para pendidiknya dengan
melakukan program-program yang dapat meningkatkan wawasan
keilmuan mereka. Dalam kajiannya ini Malik Fadjar juga
mengungkapkan tentang reorientasi wawasan yang terjadi pada
lembaga-lembaga pendidikan Islam yang berada atau beraliran
Muhammadiyah dan beraliran NU. Kedua aliran lembaga pendidikan
Islam tersebut dulunya mempunyai orientasi yang berbeda dalam
penyelenggaraan pendidikannya, NU dengan pesantrennya dan

31
Jusuf Amir Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam (Jakarta: Gema Insani
Press, 1995).
32
A. Malik Fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam (Jakarta: Fajar Dunia,
1999).

16
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN

Muhammadiyah dengan pendidikan umumnya. Akan tetapi sekarang


keduanya telah mulai merubah paradigma tersebut, NU sekarang
sudah menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan umum,
sedangkan Muhammadiyah juga sekarang sudah menyelenggarakan
dan mengembangkan lembaga pendidikan yang berbentuk pesantren.
Dengan demikian kajian Malik Fadjar ini jelas sekali perbedaannya
dengan kajian yang penulis lakukan. Pada dasarnya Malik Fadjar
hanya ingin mengungkapkan bahwa pendidikan Islam itu harus bisa
meningkatkan kualitas pendidikannya untuk bisa terus menghadapi
tuntutan kemajuan jaman yang salah satu caranya adalah dengan
meningkatkan wawasan para pendidiknya, karena menurutnya
pendidik adalah faktor terpenting dari pelaksanaan pendidikan, jika
pendidiknya mempunyai wawasan keilmuan yang luas maka akan
dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan dan tercapainya tujuan-
tujuan pendidikan. Sedangkan kajian penulis lebih menitikberatkan
pada aspek pendidikan akhlak (moral) sebagai pokok orientasi
penyelenggaraan pendidikan.
Husni Rahim dengan kajiannya yang berjudul Arah Baru
Pendidikan Islam di Indonesia33 mengemukakan bahwa dilematis
yang dialami oleh pendidikan Islam sekarang ini antara
mempertahankan tradisi lama atau mengadopsi perkembangan baru
jalan keluarnya adalah dengan menegaskan kembali visi pendidikan
Islam agar dapat mengelola berbagai kecenderungan yang ada secara
responsif dan tuntas sehingga tidak terinfeksi oleh pengaruh-
pengaruh yang sifatnya ekstrim. Kerangka visi pendidikan Islam
tersebut harus berdasarkan kepada ajaran Islam, karakter esensial dari
sejarah pendidikan Islam, dan rumusan tantangan masa depan. Husni
Rahim dalam kajiannya ini menyimpulkan bahwa visi pendidikan
Islam di masa depan adalah terwujudnya suatu sistem pendidikan
yang sifatnya islami, populis, berorientasi mutu, dan kebhinekaan.
Untuk lembaga madrasah, Husni Rahim menyatakan bahwa arah
pengembangannya adalah kepada penguatan dan pemberian makna
terhadap pengakuan bahwa madrasah adalah sekolah umum yang
berciri khas Islam, baik secara formal dalam kurikulum maupun
secara non-formal melalui penetapan 3 program utama, yaitu
program Mafikibb (Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, dan Bahasa
Inggris) yang bernuansa Islam, program pelajaran agama dengan
33
Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia (Ciputat: Logos
Wacana Ilmu, 2001).

17
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN

nuansa iptek, dan program penciptaan suasana keagamaan di


madrasah. Jika dikaitkan dengan kajian yang penulis kaji maka kajian
Husni Rahim ini bahasannya jauh lebih luas daripada kajian yang
penulis kaji. Husni Rahim kajiannya meliputi sejarah, kelembagaan,
dan konsep pendidikan Islam secara umum dan solusi yang
ditawarkan untuk mengatasi dan menghadapi tantangan kemajuan
jaman. Sedangkan kajian penulis hanya mengkaji tentang solusi yang
dilakukan oleh lembaga pendidikan dalam rangka untuk mengatasi
persoalan minimnya alokasi waktu pembelajaran pendidikan akhlak
di sekolah atau kiat-kiat yang dilakukan oleh sekolah untuk
memaksimalkan pendidikan akhlak kepada para siswanya.
Ahmad Syafi’ie Noor dengan bukunya Orientasi
Pengembangan Pendidikan Pesantren Tradisional34 mengkaji
tentang pengembangan yang dilakukan terhadap lembaga-lembaga
pendidikan tradisional (pesantren) untuk dijadikan lembaga-lembaga
pendidikan yang sistemnya adalah sistem persekolahan (madrasah).
Syafi’ie Noor juga mengungkapkan tentang latar belakang dan motif
dari pengembangan tersebut. Sebagai contoh, Syafi’ie Noor
mendeskripsikan hasil penelitiannya tentang perkembangan pesantren
al-Mast}uriyah yang dulunya adalah sebuah lembaga pendidikan
tradisional namun saat ini sudah menjadi sebuah lembaga pendidikan
yang diselenggarakan dengan pola terpadu, yaitu pola dari sistem
pesantren dan pola dari sistem persekolahan. Dengan demikian kajian
Syafi’ie Noor ini hanya ingin menegaskan bahwa seiring kemajuan
jaman maka pendidikan Islam pun terus mencari bentuknya yang
ideal, saat ini bentuknya yang ideal adalah perpaduan antara sistem
tradisional yaitu pesantren dengan sistem persekolahan yaitu
madrasah, yang dinyatakannya sebagai sistem pendidikan yang
terpadu. Dari sini jelas sekali perbedaan kajian Syafi’ie Noor ini
dengan kajian yang penulis kaji, Syafi’ie Noor kajiannya bisa
diartikan sebagai arah pengembangan dan perubahan sistem serta
kelembagaan pendidikan pesantren tradisional, sedangkan kajian
penulis bisa diartikan sebagai pendidikan yang berkiblat kepada
pendidikan akhlak.

34
Ahmad Syafi’ie Noor, Orientasi Pengembangan Pendidikan Pesantren
Tradisional (Jakarta: Prenada, 2009).

18
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN

E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini tergolong ke dalam penelitian yang bersifat
kualitatif, karena hanya memusatkan pada kegiatan ontologis, yaitu
pengumpulan data berupa kata kata, kalimat, atau gambar yang
memiliki makna yang lebih nyata daripada sekedar angka atau
frekuensi, sehingga analisanya pun tidak menggunakan angka, tetapi
dengan interpretasi terhadap data yang berupa kata-kata, kalimat,
ataupun dokumentasi lainnya. Selain itu, penelitian ini juga karena
menekankan pada analisis induktif. 35

2. Sumber Penelitian
Sumber primer penelitian ini adalah data-data serta informasi
hasil dari observasi dan wawancara, serta dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan akhlak yang peneliti
temukan di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta.
Sedangkan sumber sekundernya ada 3 jenis, yaitu: pertama,
literatur-literatur yang membahas tentang filsafat, terutama filsafat
pendidikan, akhlak, etika, moral, dan karakter. Kedua, literatur-
literatur yang membahas tentang kurikulum pendidikan. Ketiga,
literatur-literatur yang mengkaji tentang psikologi pendidikan yang
berkaitan dengan perilaku.

3. Obyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Pembangunan UIN
Jakarta (MP UIN Jakarta), yang mempunyai tiga jenjang pendidikan
yang berada di bawah pengelolaannya, yaitu jenjang pendidikan
tingkat dasar adalah Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
(MIP UIN Jakarta), jenjang pendidikan tingkat menengah pertama
adalah Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta (MTsP UIN
Jakarta), dan jenjang pendidikan menengah atas adalah Madrasah
Aliyah Pembangunan UIN Jakarta (MAP UIN Jakarta).
Lokasi ini ditetapkan karena 3 alasan. Pertama, salah satu
pilar keunggulan dari madrasah ini adalah unggul dalam bidang
Akhlakul Karimah (Islamic Values and Attitudes), untuk itu pastilah
madrasah ini akan berupaya mewujudkannya melalui sistem
pendidikan dan pengajaran akhlaknya. Kedua, lembaga-lembaga
35
Lihat dalam J. R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Grasindo,
tt), 44.

19
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN

pendidikannya berada di bawah satu kelola, hal ini menyebabkan


kemungkinan besar pola sistem pendidikan akhlak yang
diterapkannya adalah merupakan satu pola sistem pendidikan saja,
artinya semua jenjang pendidikannya menerapkan pola sistem
pendidikan yang sama. Ini akan mempermudah dalam menganalisa
pola dari sistem pendidikannya. Ketiga, kemungkinan besar siswa
yang telah lulus di tingkat madrasah ibtidaiyah ataupun di tingkat
madrasah tsanawiyah akan tetap melanjutkan sekolahnya ke jenjang
pendidikan berikutnya di lembaga pendidikan ini juga, tidak
melanjutkan ke lembaga pendidikan yang bukan dikelola oleh MP
UIN Jakarta. Dengan ini dapat diketahui apakah proses pembinaan
terhadap perkembangan setiap aspek kepribadian (akhlak) siswa terus
berlanjut ke jenjang-jenjang berikutnya atau kah tidak.

4. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan 3
teknik, yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik
observasi dilakukan pada lokasi-lokasi yang menjadi tempat
pelaksanaan pendidikan akhlak, teknik ini digunakan untuk
mendapatkan data dan informasi tentang gambaran riil dari
pelaksanaan pendidikan yang berorientasi kepada akhlak di MP UIN
Jakarta. Teknik studi dokumentasi dilakukan di MP UIN Jakarta
untuk mendapatkan dokumen-dokumen yang mengandung informasi
tertulis tentang program pelaksanaan pendidikan yang berorientasi
kepada akhlak di MP UIN Jakarta. Adapun teknik wawancara
terhadap sumber data dilakukan kepada:
(1) Direktur, Wakil Direktur, dan Kepala Pusat Penelitian
Pengembangan dan Jaminan Mutu Madrasah Pembangunan UIN
Jakarta untuk memperoleh data dan informasi mengenai
kebijakan kelembagaan secara menyeluruh tentang sistem
penyelenggaraan pendidikan yang berorientasi kepada akhlak.
(2) Kepala dan Wakil Kepala Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan
Aliyah Pembangunan UIN Jakarta untuk mendapatkan data dan
informasi mengenai arah kebijakan masing-masing lembaga
dalam menerapkan sistem pendidikan yang berorientasi kepada
akhlak.
(3) Ketua Konsorsium di setiap jenjang pendidikan untuk
mengungkap data dan informasi secara spesifik mengenai

20
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN

program yang berkaitan dengan pendidikan yang berorientasi


kepada akhlak dan acuan teknis pelaksanaannya.
(4) Guru yang mengampu mata pelajaran Pendidikan Akhlak di
masing-masing tingkatan kelas dan jenjang pendidikan untuk
menguraikan secara detil mengenai teknis pelaksanaan
pendidikan yang berorientasi kepada akhlak.
(5) Orang tua/ wali siswa yang anaknya bersekolah di MP UIN
Jakarta sejak dari jenjang pendidikan ibtidaiyah sampai aliyah,
untuk memperoleh data dan informasi mengenai progresivitas
perkembangan akhlak siswa dari awal masuk sampai lulus dari
MP UIN Jakarta.

5. Teknik Analisis Data


Semua data mengenai pelaksanaan sistem pendidikan akhlak
yang ditemukan di lokasi penelitian kemudian dianalisis secara kritis
dengan menggunakan pendekatan Multidisipliner Pendidikan, yaitu
pendekatan Filsafat, Ilmu Pendidikan, dan Psikologi Pendidikan, 36
yang hasilnya disimpulkan dengan menggunakan teknik analisis
induktif. Pada dasarnya penelitian ini menggunakan metode
grounded-theory, yaitu metode penelitian yang berkaca pada realitas
yang ada, menggali realitas tersebut, menganalisisnya, dan kemudian
mencoba menemukan jawaban yang lebih realistis dengan tujuan
untuk mendapatkan teori atau konsep baru dalam hal pengembangan
pendidikan akhlak yang lebih optimal.37

6. Teknik penulisan
Adapun metode penulisan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode deskriptif analisis dan metode komparatif teoritis
praktis. Metode deskriptif analisis digunakan untuk menunjukkan
gambaran apa adanya tentang pelaksanaan pendidikan yang
berorientasi akhlak di MP UIN Jakarta. Kemudian hasil deskriptif
analisis tersebut dikomparatifkan dengan teori-teori yang sudah ada,

36
Lihat dalam Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan
Multidisipliner: Normatif Perenialis, Sejarah, Filsafat, Psikologi, Sosiologi,
Manajemen, Teknologi, Informasi, Kebudayaan, Politik, Hukum (Jakarta: Rajawali
Press, 2009).
37
Lihat dalam JR. Raco, Metode Penelitian Kualitatif, 44-46; dan dalam
Christine Daymon dan Immy Holloway, Metode Riset Kualitatif (Bandung: Mizan
Publika, tt), 180-199.

21
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN

yaitu dengan teori-teori yang berkaitan dengan pendidikan, akhlak,


dan Psikologi Pendidikan. Pada akhirnya penulis menyimpulkan hasil
kajian ini dengan menggunakan teknik analisis induktif.

F. Sistematika penulisan
Penulisan ini akan menggunakan sistematika sebagai berikut:
Bab satu yaitu bab pendahuluan, berisi tentang latar belakang
masalah; permasalahan yang di dalamnya memuat tentang
pembatasan masalah, dan perumusan masalah; tujuan penelitian;
kegunaan penelitian; literatur/ tinjauan pustaka; metodologi
penelitian yang di dalamnya memuat tentang sifat penelitian, sumber
data primer, sumber data sekunder, cara membaca/ pendekatan, cara
menganalisa, dan cara merepresentasi hasil analisa; serta sistematika
penulisan.
Sebagai pengantar dan juga sebagai landasan teori dalam
penelitian ini maka pada bab dua membahas tentang pendidikan
akhlak secara umum dengan berbagai permasalahan yang muncul di
dalamnya. Bahasannya meliputi: pertama, bahasan mengenai definisi
dari istilah akhlak, etika, moral, adab, dan karakter. Kedua adalah
bahasan mengenai konsep pendidikan akhlak. Adapun yang ketiga
adalah bahasan tentang distingsi pentingnya pendidikan akhlak dalam
dunia pendidikan.
Bab tiga mengulas hasil penelitian tentang kelembagaan dari
MP UIN Jakarta sebagai sebuah lembaga pendidikan yang
berorientasi kepada akhlak yang mulia. Untuk memotret dan
menganalisis kelembagaan MP UIN Jakarta tersebut maka
pembahasannya dibagi ke dalam 5 bahasan, yaitu bahasan tentang
profil kelembagaannya yang mengulas mengenai sejarah berdiri dan
perkembangannya sampai saat sekarang ini, kemudian tentang
proyeksi visi keunggulan akhlak, berikutnya mengenai proyeksi misi
keunggulan akhlak, dilanjutkan dengan bahasan tentang proyeksi
tujuan dan sasaran dari keunggulan akhlak, dan terakhir membahas
tentang program serta kegiatan kelembagaannya yang berorientasi
kepada akhlak mulia.
Bab empat mengungkap tentang hasil penelitian mengenai
kurikulum MP UIN Jakarta yang berorientasikan kepada akhlak yang
mulia. Untuk mengulas hasil penelitian mengenai kurikulum MP UIN
Jakarta ini maka hasil analisisnya dibagi kepada 3 bahasan, yaitu
mengenai seluk beluk kurikulum MP UIN Jakarta, pengembangan

22
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN

struktur kurikulum, dan pengembangan muatan kurikulumnya yang


berorientasi kepada akhlak mulia.
Bab lima dalam kajian ini merupakan bab yang paling inti,
karena merupakan jawaban terhadap hipokajian dalam penelitian ini.
Selain itu bab lima ini juga merupakan hasil analisis terhadap
program-program dan kegiatan-kegiatan yang dikembangkan oleh
MP UIN Jakarta dalam rangka mewujudkan visi dan misinya sebagai
sebuah lembaga pendidikan yang berorientasi kepada akhlak yang
mulia. Hasil analisis tersebut diungkap dalam tiga bahasan, yaitu
tentang program-program yang berorientasi akhlak mulia, pendidikan
akhlak mulia dalam kegiatan ekstra sekolah, dan progresivitas akhlak
siswa.
Sedangkan bab enam adalah merupakan bab penutup yang di
dalamnya berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian ini,
kemudian tentang saran kepada lembaga pendidikan yang diteliti
berkenaan dengan temuan-temuan dalam penelitian, dan terakhir
adalah tentang rekomendasi yang diajukan kepada lembaga-lembaga
pemerintah yang berwenang terhadap masalah pendidikan sebagai
implikasi dari hasil penelitian.

23
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDAHULUAN

24
BAB 2
PENDIDIKAN AKHLAK

Bab ini akan membahas 3 permasalahan, yaitu masalah


tentang akhlak, etika, moral, adab, dan karakater; kemudian masalah
tentang konsep pendidikan akhlak dengan berbagai teori yang
berkembang di dalamnya; serta tentang distingsi pentingnya
pendidikan akhlak dalam pendidikan.

A. Akhlak, Etika, Moral, Adab, dan Karakter


Akhlak merupakan ungkapan kata yang berasal dari bahasa
Arab, dalam al-Munawwir1 adalah kata jamak dari al-khuluq atau
khilq yang berarti tabiat, budi pekerti. Sedangkan dalam al-Munjid2
berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku. Ibn Miskawaih 3
menyatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-
perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Imam
al-Ghazali4 kemudian menambahkannya bahwa dengan sifat
tersebutlah seseorang dapat melakukan perbuatan-perbuatan dengan
mudah. Ada lagi Darraz5 yang mengartikan akhlak sebagai suatu
kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak yang
menimbulkan kecenderungan pada pemilihan sikap atau perbuatan
yang benar atau yang salah. Akan tetapi Darraz mensyaratkan 2 hal
untuk bisa dikategorikan sebagai akhlak, yaitu perbuatan yang
menjadi kebiasaan dan tidak ada faktor dari luar yang menekan
dirinya untuk melakukan perbuatan tersebut. Ibrahim Anis6
mendefinisikannya sama dengan definisi yang dikemukakan oleh Ibn
1
A. W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap
(Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), 364.
2
Luisi Ma’luf, al-Munjid (Beirut: al-Maktabah al-Sharaqiyah, 1986), 194.
3
Ibn Miskawaih, Tahdhib al-Akhlaq (Kairo: al-Mat{ba’ah al-Mis{riyah,
1934), 40. Ibn Miskawaih (932-1030M) adalah filsuf dari negeri Persia yang
terkenal sebagai salah seorang pakar pertama di bidang akhlak.
4
Imam Al-Ghazali (450 H/ 1058 M – 505 H/ 1111 M), Ih{ya ‘Ulum al-Di>n,
jilid III (Beirut: Da>r al-Fikr, tt), 52.
5
M. A. Darraz (1894 – 1958 M) adalah seorang filsuf, ilmuwan, juga ahli
pendidikan dari Mesir. Lihat dalam H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung:
Pustaka Setia, 1997), 13 – 14.
6
Lihat dalam Ibrahim Anis, al-Mu’jam al-Wasit{ (Mesir: Da>r al-Ma’arif,
1972), 202. Ibrahim Anis (1906 M/ 1324 H - 1977 M/ 1397 H) merupakan pakar
bahasa dan penyair ulung yang berasal dari Mesir.

25
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK

Miskawaih, walaupun dengan redaksi yang sedikit berbeda.


Sedangkan Murtad}a Mut{ah{h}ari7 menyebutkan bahwa akhlak adalah
tindakan yang bersumber dari maslahat berdasarkan pertimbangan
akal yang bersamaan dengan adanya kehendak dan tergolong dalam
kategori ibadah (penyembahan).
Abuddin Nata8 dalam hal ini menyatakan bahwa yang
dikategorikan sebagai perbuatan akhlak itu mempunyai lima ciri.
Pertama, perbuatan tersebut sudah menjadi kepribadian yang
tertanam kuat dalam jiwa seseorang. Kedua, perbuatan tersebut
merupakan perbuatan yang dilakukan dengan acceptable dan tanpa
pemikiran (unthouhgt). Ketiga, perbuatan tersebut dilakukan tanpa
paksaan. Keempat, perbuatan yang dilakukan dengan sebenarnya
tanpa ada unsur sandiwara. Kelima, perbuatan tersebut dilakukan
untuk menegakkan kalimat Allah.
Adapun etika berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu ethos
yang berarti tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang,
kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara berfikir.
Sedangkan dalam bentuk jamaknya yaitu ta etha berarti adat
kebiasaan. 9 Dalam Kamus Bahasa Indonesia, etika diartikan sebagai
ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak serta
kewajiban moral; kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak; dan sebagai asas perilaku yang menjadi pedoman. 10 Etika
dapat didefinisikan sebagai studi tentang konsep dan kriteria tindakan
manusia individual dan sosial, sikap dan perilaku sejauh itu dianggap
benar atau salah, baik atau buruk.11 Menurut Immanuel Kant etika
didefinisikan sebagai sistem akhir pemikiran praktis murni dan
merupakan ajaran atau doktrin tentang kebajikan. 12 Sedangkan

7
Murtad}a Mut{ah{h}ari, Quantum Akhlak, penterjemah: M. Babul Ulum
(Yogyakarta: Arti Bumi Intaran, 2008), 41 dan 120 - 126. Murtad}a Mut{ah{h}ari
(1919-1979M) adalah ulama dan intelek dari Iran.
8
Abuddin Nata dan Fauzan, Pendidikan dalam Perspektif Hadits (Jakarta:
UIN Jakarta Press, Cet. I, 2005), 274. Abuddin Nata adalah guru besar pendidikan
Islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9
Lihat dalam K. Bertens, Etika (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993),
4.
10
Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, 399.
11
Lihat dalam Anthony C. Thiselton, A Concise Encyclopedia of the
Philosophy of Religion (Grand Rapids: Baker Academic, 2002), 80.
12
Immanuel Kant, The Metaphysical Elements of Ethics, penterjemah:
Thomas Kingsmill Abbott (Maryland: Manor, 2008), 17.

26
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK

menurut Ahmad Amin, etika adalah segala perbuatan yang timbul


dari orang yang melakukan sesuatu dengan ikhtiar dan sengaja, dan
pada waktu melakukannya ia mengetahui apa yang diperbuatnya. 13
Sedangkan istilah moral adalah berasal dari bahasa Latin yaitu
mos atau mores (jamak) yang berarti kebiasaan, adat. Menurut
Bertens istilah moral dengan istilah etika mempunyai pengertian yang
sama, hanya asal bahasanya saja yang berbeda.14 Dalam Kamus
Bahasa Indonesia, moral berarti ajaran tentang baik buruk yang
diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan
sebagainya; akhlak; budi pekerti; dan susila. Juga berarti kondisi
mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah,
berdisiplin, bersedia berkorban, menderita, menghadapi bahaya, dan
sebagainya; isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap
dalam perbuatan.15 Barnett Pearce dan Littlejohn mengungkapkan
bahwa moral adalah tentang tindakan seseorang yang dikaitkan
dengan penilaian baik atau buruk, benar atau salah. Namun menurut
mereka hasil moral dianggap sangat relativistik dan individual. 16
Secara ringkas, Mark Timmons menyatakan bahwa moral adalah
tentang tindakan baik dan buruk, benar dan salah. 17
Adapun mengenai adab, jika merujuk kepada pendapat Imam
al-Ghazali, 18 maka adab merupakan bagian atau cabang dari akhlak.
Karena adab didefinisikan sebagai teknis pelaksanaan atau tata cara
dari perilaku akhlak. Dengan kata lain adab merupakan tataran
epistemologis dari pembahasan tentang akhlak, karena adab ini akan
menjawab tentang bagaimana akhlak itu dilaksanakan. Misalnya
masalah tentang akhlak kepada Allah SWT, maka adab akan
membahas tentang bagaimana tata cara berakhlak kepada Allah itu
dilaksanakan, baik itu dalam hal ritual ibadah, maupun dalam hal
perilaku kehidupan sehari-hari.

13
Ahmad Amin, Ethika (Ilmu Akhlak), penterjemah: Farid Ma’ruf (Jakarta:
Bulan Bintang, 1975), 21.
14
Lihat dalam K. Bertens, Etika, 4.
15
Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, 971.
16
W. Barnett Pearce dan Stephen W. Littlejohn, Moral Conflict: When
Social Worlds Collide (California: Sage Publications Inc, 1997), 58.
17
Lihat dalam Mark Timmons, Moral Theory: An Introduction (Oxford:
Rowman & Littlefield Publishers Inc, 2002), 1.
18
Lihat dalam al-Ghazali, Adab dalam Agama, penterjemah: AM.
Basalamah (Jakarta: Gema Insani Press, 1992), 17-68. Diterjemahkan dari buku
aslinya Ada>b fi> al-Di>n (tanpa kota: Da>r Ashshuru>q, 1983).

27
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK

Mengenai istilah karakter, dalam Kamus Bahasa Indonesia


diartikan sebagai tabiat; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang membedakan seseorang dengan yang lain; watak.19 Samuel
Smiles mengungkapkan bahwa karakter dibentuk oleh berbagai
keadaan, lebih atau kurang di bawah regulasi dan kontrol individu.20
Menurut Kupperman, karakter itu mencakup kebiasaan,
kecenderungan pemikiran, dan tindakan yang melekat pada diri
seseorang. 21
Permasalahan tentang istilah akhlak, etika, moral, adab, dan
karakter ini beberapa ahli berbeda pendapat. Hamzah Ya’qub22
menyatakan bahwa etika adalah ilmu tentang filsafat moral, tidak
mengenai fakta, tetapi mengenai nilai-nilai, dan tidak mengenai sifat
tindakan manusia, tetapi tentang idenya, karena itu bukan merupakan
ilmu yang positif, melainkan ilmu yang formatif. Dari pengertian ini
kemudian dikatakan bahwa etika lebih banyak bersifat teori,
sedangkan moral lebih bersifat praktis. Menurut Abuddin Nata23 dan
Wahyuddin,24 ketiga istilah tersebut mempunyai perbedaan yang
cukup mendasar, yaitu pada tolok ukurnya. Karena mereka
menyatakan bahwa tolok ukur etika adalah akal, sedangkan moral
tolok ukurnya adalah tradisi yang berlaku di suatu masyarakat,
adapun akhlak tolok ukurnya adalah wahyu dari Allah (agama).
Akan tetapi menurut penulis permasalahan mengenai akhlak
tidak hanya sebatas itu saja (ontologis), tetapi juga membahas tentang
bagaimana teknis pelaksanaan atau penerapannya lebih lanjut
(epistemologis) dan hal ini mau tidak mau sudah memasuki area
pembahasan etika dan adab, karena harus menggunakan akal untuk
menjabarkannya dan juga memasuki area pembahasan tentang moral
karena harus mempertimbangkan aspek sosial budaya dalam
menetapkannya. Sebagai contoh, dalam Alquran banyak ditemukan

19
Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, 639.
20
Samuel Smiles, Character (Middlesex: The Echo Library, 2006), 5.
21
Joel J. Kupperman, Character (New York: Oxford University Press,
1991), 4.
22
Lihat dalam Hamzah Ya’qub, Etika Islam: Pembinaan Akhlaqul
Karimah (Bandung: Diponegoro, 1988), 13.
23
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1997),
85 – 94.
24
Wahyuddin dkk, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Grasindo, tt), 52.
Wahyuddin adalah pengajar Agama Islam di Institut Teknologi Sepuluh November
Surabaya.

28
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK

ayat-ayat yang memerintahkan untuk berbuat baik (berbakti) kepada


kedua ibu bapak.25 Mengenai teknisnya Alquran hanya sedikit saja
mengungkapnya, dan itu hanya bersifat garis besarnya saja, seperti
harus berkata dengan perkataan yang mulia kepada keduanya dan
jangan berkata yang menyakitkan hatinya walaupun itu hanya kata
“ah” atau “cih”. 26 Contoh lainnya adalah dalam sebuah hadith yang
diriwayatkan dari Umar Abi Salamah ra:
“Aku seorang anak laki-laki di bawah asuhan Rasulullah SAW dan
tanganku biasa menjelajahi semua hidangan yang ada di depanku.
Rasulullah SAW bersabda kepadaku, "Wahai anak, mulailah dengan
menyebut nama Allah, dan makanlah dengan tangan kananmu. makanlah
makanan yang letaknya paling dekat denganmu". Sejak saat itu, saya
makan seperti itu” (HR. Bukhari).

Menurut penulis hadits ini menunjuk kepada permasalahan teknis


bagaimana akhlak itu diterapkan atau dengan kata lain sudah
membahas tentang etika dan adab, karena pembahasan atau
penjabaran mengenai teknis-teknis selanjutnya harus dilakukan
melalui penalaran akal yang mungkin memerlukan berbagai disiplin
ilmu seperti Psikologi, Ilmu Sosial Budaya (moral), bahkan mungkin
Ilmu Kesehatan. Oleh karena itu menurut penulis akhlak itu juga
mencakup tentang etika, moral, dan adab.
Sedangkan istilah akhlak dengan karakter walaupun sama-
sama membahas tentang perilaku, kebiasaan, sikap, sifat, emosi, dan
tindakan seseorang, namun keduanya mempunyai perbedaan yang
cukup mendasar. Karakter mempermasalahkan tentang melekat
tidaknya dan khas tidaknya perilaku, kebiasaan, sikap, sifat, emosi,
dan tindakan pada diri seseorang, sehingga hal tersebut
membedakannya dengan orang lain, sedangkan akhlak tidak
mempermasalahkannya.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pada dasarnya secara bahasa, istilah akhlak, etika, moral, adab, dan
karakter sama-sama membicarakan tentang tingkah laku, kebiasaan,
sikap, emosi, tindakan, dan sifat manusia. Perbedaannya yang
mendasar hanya terletak pada asal bahasa, akhlak berasal dari bahasa
Arab, etika dari bahasa Yunani kuno, moral dari bahasa Latin, dan

25
Lihat dalam Alquran surat al-Baqarah:83, al-An’a>m: 151, an-Nisa>: 36,
Maryam:14 dan 32, dan Luqman:15.
26
Lihat dalam Alquran surat al-Isra>: 23-24, al-‘Ankabu>t: 8, Luqman: 15,
dan al-Ahqa>f: 17.

29
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK

karakter dari bahasa Yunani, sehingga semua istilah tersebut


sebenarnya untuk menunjukkan sesuatu yang sama, namun dengan
sebutan atau istilah yang berbeda, yaitu tentang perilaku manusia.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam kajian ini
penulis memandang istilah akhlak, etika, dan moral pada hakikatnya
mempunyai maksud definisi yang sama, yaitu menunjuk kepada baik
buruknya perilaku manusia terhadap sesuatu. Sedangkan istilah adab
dalam kajian ini didefinisikan sebagai salah satu bagian dari akhlak,
yaitu merupakan sisi praktis dari akhlak. Adapun istilah karakter, di
sini didefinisikan sebagai proses akhir dari pendidikan akhlak,
sehingga hal itu menjadikannya sebagai ciri khas dari kepribadian
seseorang. Oleh karena itu pembahasan tentang akhlak yang dikaji di
sini adalah menunjuk tentang segala perilaku yang baik ataupun yang
buruk dari manusia terhadap sesuatu yang bersifat riil (nyata) ataupun
yang bersifat abstrak (gaib) berdasarkan ukuran agama yang
teknisnya dijabarkan melalui penalaran akal (keilmuan) dan
pertimbangan sosial budaya.

B. Konsep Pendidikan Akhlak


Ada beberapa konsep yang dikemukakan dan dibahas dalam
bagian ini sehingga menjadi suatu kerangka teori yang cukup untuk
mengkaji permasalahan tentang seputar pendidikan akhlak. Untuk itu
yang dibahas dalam bagian ini adalah tentang hakikat dari pendidikan
akhlak, berbagai model pendidikannya, ruang lingkupnya, tujuannya,
manfaatnya, fungsinya, dan tahapan pendidikannya.

1. Hakikat Pendidikan Akhlak


Dalam Konferensi Internasional Pendidikan Islam ke-1 di
Makkah tahun 1977 disebutkan bahwa pendidikan mencakup tiga
pengertian sekaligus, yakni ta’li>m, ta’di>b dan tarbiyah.27
Ta’li>m (mas}dar dari ‘allama - yu’allimu - ta’li>man) berarti
pengajaran, 28 sedangkan secara istilah berarti pengajaran yang
bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan dan

27
Lihat dalam Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Jakarta :
Grafindo, 1996), 11.
28
Lihat dalam A. W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia
Terlengkap (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), 967.

30
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK

keterampilan. Syed Muhammad al-Naquib al-Attas29 mendefinisikan


ta’li>m sebagai pengajaran tanpa adanya pengenalan secara mendasar,
namun bila ta’li>m disinonimkan dengan tarbiyah, ta’li>m mempunyai
arti pengenalan tempat segala sesuatu dalam sebuah sistem. Abdul
Fattah Jalal30 mendefinisikan ta’li>m sebagai proses pemberian
pengetahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab, dan
penanaman amanah, sehingga manusia suci atau bersih dari segala
kotoran dan menjadikan diri manusia berada dalam kondisi yang
memungkinkan untuk menerima hikmah serta mempelajari apa yang
bermanfaat baginya dan yang tidak diketahuinya. Ta’li>m menyangkut
aspek pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan seseorang
dalam hidup serta pedoman prilaku yang baik. Ta’li>m merupakan
proses yang terus menerus diusahakan semenjak dilahirkan, sebab
menusia dilahirkan tidak mengetahui apa-apa, tetapi dia dibekali
dengan berbagai potensi yang mempersiapkannya untuk meraih dan
memahami ilmu pengetahuan serta memanfaatkannya dalam
kehidupan. Oleh karena itu istilah ta’li>m mengandung makna lebih
luas daripada tarbiyah, sehingga dia menyimpulkan bahwa istilah
ta’li>m lebih tepat untuk menunjuk konsep pendidikan menurut Al
Qur’an. Muhammad Rasyid Ridho31 juga dalam hal ini lebih condong
kepada istilah ta’li>m yang didefinisikannya sebagai proses transmisi
berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan
dan ketentuan tertentu. Definisi ini berpijak pada firman Allah
dalam surah al-Baqarah ayat 31. Rasyid Ridho memahami kata
‘allama Allah kepada Nabi Adam as, sebagai proses transmisi yang
dilakukan secara bertahap sebagaimana Adam menyaksikan dan
menganalisis asma-asma yang diajarkan Allah kepadanya. Jadi
menurutnya pengertian ta’li>m lebih luas atau lebih umum sifatnya
daripada istilah tarbiyah yang khusus berlaku pada anak-anak. Hal
ini karena ta’li>m mencakup fase bayi, anak-anak, remaja, dan orang

29
Al-Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, terj: Haidar Bagir
(Bandung: Mizan, 1984), 17.
30
Abdul Fattah Jalal. Min al-Usu>li al-Tarbawiyah fi> al-Islam (Mesir: Da>r
al-Kutub al-Misriyah, 1977), 17 dan 32. Abdul Fattah Jalal adalah ahli pendidikan
dari Universitas al-Azhar Kairo Mesir.
31
Rasyid Ridho. Tafsir al-Manar (tanpa kota: Dar al-Manar, 1373 H), 42.
Muhammad Rasyid Ridho (1865 – 1935 M) adalah intelektual dan reformis muslim
dari Suriah

31
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK

dewasa, sedangkan tarbiyah, khusus pendidikan dan pengajaran fase


bayi dan anak-anak saja.
Ta’di>b (mas}dar dari kata addaba - yuaddibu - ta’di>ban)
berarti pendidikan.32 Menurut Syed Muhammad al-Naquib al-
Attas,33 kata ta’di>b adalah pengenalan dan pengakuan yang secara
berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-
tempat yang tepat dari segala sesuatu dalam tatanan penciptaan
sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan
pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan dalam tatanan wujud
keberadaan-Nya. Definisi ta’di>b ini mencakup unsur-unsur
pengetahuan (ilmu), pengajaran (ta’li>m), dan pengasuhan (tarbiyah).
Juga dalam konsep ta’di>b sudah mencakup integrasi antara ilmu dan
amal sekaligus. Oleh sebab itu menurutnya konsep pendidikan dalam
Islam tidak perlu mengacu pada istilah tarbiyah, ta’li>m, dan ta’di>b
sekaligus. Karena ta’di>b adalah istilah yang paling tepat dan cermat
untuk menunjukkan pendidikan dalam arti Islam.
Tarbiyah (masdar dari kata rabba-yurabbi-tarbiyatan) berarti
pendidikan, pengasuhan, pemeliharaan.34 Kata tarbiyah bila
diidentikan dengan ‘al-rab’ maka para ahli berbeda pendapat dalam
mendefinisikannya. Menurut al-Qurtubi,35 bahwa arti ‘al-rab’ adalah
pemilik, tuan, maha memperbaiki, yang maha pengatur, yang maha
mengubah, dan yang maha menunaikan. Menurut Louis Ma’luf,36 al-
rab berarti tuan, pemilik, memperbaiki, perawatan, tambah dan
mengumpulkan. Menurut Fahrur Razi,37 al-rab merupakan fonem
yang seakar dengan tarbiyah, yang mempunyai arti al-tanwiyah yang
berarti (pertumbuhan dan perkembangan). Al-Jauhari38 memberi arti
kata tarbiyah dengan rabban dan rabba dengan memberi makan,
memelihara dan mengasuh. Berdasarkan perspektif Alquran maka

32
Lihat dalam A. W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia
Terlengkap, 13.
33
Al-Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, 19 dan 60.
34
Lihat dalam A. W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia
Terlengkap, 470.
35
Ibnu Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Ansari al-Qurtubi, Tafsir al-
Qurtubi (Kairo: Durusy, tt), 15.
36
Louis Ma’luf, al-Munjid ((Beirut: al-Maktabah al-Sharaqiyah, 1986), 6.
37
Fathur Razi, Tafsir Fathur Razi (Teheran: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, tt),
12.
38
Zuhairini. Metodik Pendidikan Islam (Malang: IAIN Tarbiyah Sunan
Ampel Press, 1950), 17.

32
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK

definisi tarbiyah menurut Abdul Fattah Jalal39 adalah pendidikan


yang berlangsung pada fase pertama pertumbuhan manusia, yaitu
fase bayi dan kanak-kanak, karena menurutnya masa anak sangat
bergantung pada kasih sayang keluarga. Berarti, istilah tarbiyah
hanya terbatas pada pengertian pemeliharaan, pengasuhan, dan
pengasihan anak manusia pada masa anak-anak saja, sesudah masa
ini tidak lagi dikategorikan sebagai pendidikan. Menurut Syed
Naquib al-Attas40 istilah tarbiyah tidak mencakup segi pengetahuan
dan hanya mengacu pada kondisi eksistensial saja, selain itu kata
tarbiyah juga merupakan terjemahan dari education yang berasal dari
bahasa Latin, yang keduanya mengacu kepada segala sesuatu yang
bersifat fisik-mental, tetapi sumbernya bukan dari wahyu. Sedangkan
menurut al-Abrashi,41 pengertian tarbiyah lebih umum dibandingkan
dengan ta’li>m, karena ta’li>m hanya merupakan upaya menyiapkan
individu dengan mengacu pada aspek-aspek tertentu saja, sedangkan
tarbiyah mencakup keseluruhan aspek-aspek pendidikan.
Berdasarkan seluruh uraian yang disampaikan di atas, maka
menurut hemat penulis semua definisi yang diungkapkan oleh para
ahli tersebut sebenarnya saling melengkapi, sehingga definisi
pendidikan akhlak itu menjadi semakin jelas dan rinci, oleh karena
itu menurut penulis pendidikan akhlak pada hakikatnya merupakan
suatu proses penyampaian, pembimbingan, pengembangan, dan
pemeliharaan mengenai segala perbuatan baik ataupun buruk yang
didasarkan pada ukuran agama yang teknisnya dijabarkan melalui
penalaran akal (etika) dan pertimbangan sosial budaya (moral).

2. Model Pendidikan Akhlak


Amin Abdullah Guru Besar Filsafat di UIN Sunan Kalijaga
Jogjakarta dalam desertasinya mengungkapkan bahwa dalam
permasalahan akhlak ada 2 aliran yang mengemuka. Pertama adalah
aliran akhlak yang didasari oleh pemikiran yang rasional disebut
dengan aliran akhlak rasional dengan tokohnya yang terkenal yaitu
Immanuel Kant. Kedua adalah aliran akhlak yang didasari oleh

39
Abdul Fattah Jalal. Min al-Usu>li al-Tarbawiyah fi> al-Islam, 28–29.
40
Al-Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, 17.
41
M. At}iyah al-Abrashi, Al-Tarbiyah al-Isla>miyyah, penterjemah: Bustami
A.Goni dan Djohar Bakry (Jakarta, Bulan Bintang. 1968), 32.

33
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK

pemikiran yang religius disebut dengan aliran akhlak religius, dengan


tokoh pencetusnya yaitu Imam al-Ghazali. 42
Namun menurut Ahmad Mahmud Shubhi Guru Besar Filsafat
di Universitas Alexandria Mesir, dia menyatakan bahwa selain 2
aliran dalam pemikiran akhlak tersebut yaitu rasionalis dan
religius/intuisionalis, maka menurutnya ada 1 aliran pemikiran lagi,
yaitu aliran eklektik yang berupaya memadukan pemikiran akhlak
yang berdasarkan pada rasionalitas dengan pemikiran akhlak yang
didasarkan pada intuisitas atau religiusitas. 43
Berdasarkan kedua pendapat ahli tersebut berarti dapat
dikemukakan bahwa secara garis besar ada 3 aliran pemikiran akhlak
yang berkembang hingga saat ini, yaitu aliran rasionalis, aliran
religius atau intuitis, dan aliran eklektik. Dengan adanya 3 aliran
dalam pemikiran akhlak ini, sebagai implikasinya maka ketiga aliran
tersebut masing-masing mempunyai konsep pendidikan akhlak
sendiri-sendiri, sehingga hal ini memunculkan 3 model pendidikan
akhlak yang perbedaannya sangat terlihat pada pendekatan dan
metode yang digunakan.
Dalam pendidikan akhlak rasional, Ahmad`Amin44
mengungkapkan bahwa ada 3 pendekatan yang dapat dipergunakan
untuk menguatkan pembentukan akhlak anak. Pertama, adalah
meluaskan lingkungan fikiran anak, baik itu lingkungan kebendaan
maupun lingkungan pergaulannya. Menurut Amin, fikiran yang
sempit merupakan sumber beberapa keburukan. Sedangkan fikiran
yang luas akan menyadarkannya bahwa dirinya hanyalah salah satu
anggota dari suatu komunitas atau lingkungan. Kedua, adalah melalui
pertemanan dengan orang-orang yang terpilih. Hal ini didasari oleh
sifat dasar manusia yang suka meniru orang lain atau komunitasnya,
baik dalam hal berpakaian, berperilaku, maupun dalam hal
berperangai. Ketiga, adalah melalui bacaan dan penyelidikan tentang
perjalanan orang-orang yang berjiwa pahlawan dan berfikiran luar

42
M. Amin Abdullah, The Idea of Universality of Ethical Norms in
Ghazali and Kant (Ankara: Turkiye Diyanet Vakfi,1992), 98-191.
43
Ahmad Mahmud Shubhi, Filsafat Etika, penterjemah:Yunan AA
(Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2001), 119-312. Diterjemahkan dari buku
aslinya Al-Falsafah al-Akhla>qiyyah fi> al-Fikr al-Isla>mi>: Al-‘Aqliyyu>n wa al-
Zauqiyyu>n aw al-Nadzar wa al-‘Amal (Beirut: Da>r al-Nahd}ah al-‘Arabiyyah,
1992).
44
Ahmad Amin, Ethika (Ilmu Akhlak), penterjemah: Farid Ma’ruf (Jakarta:
Bulan Bintang, 1975), 75-77.

34
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK

biasa. Ini juga berkaitan dengan sifat alami manusia yang suka
meniru. Dengan melalui bacaan ini dapat memberikan motivasi dan
keteladanan yang baik kepada diri anak.
Menurut Larry P. Nucci,45 pendidikan akhlak memerlukan
beraneka ragam pendekatan untuk mempersiapkan siswa dalam
menangani kompleksitas kontroversi, moral, dan heterogenitas.
Menurutnya perkembangan akhlak tidak bergerak menuju titik akhir
di mana prinsip akhlak menang atas prinsip pertimbangan non-
akhlak, juga bukan dari hasil pendidikan akhlak dalam pembentukan
kebajikan yang dikontektualisasikan. Sebaliknya, menurut Nucci
yang bisa dicapai adalah untuk mengembangkan orang-orang muda
yang mampu menangani kompleksitas akhlak, ambiguitas, dan
kontradiksi dengan cara yang akan membantu mereka untuk
menjalani kehidupan akhlak dan untuk membangun sebuah
masyarakat akhlak yang lebih baik. Untuk itu Nucci menyarankan
untuk mengembangkan pendekatan untuk tahapan perkembangan
yang berbasis pendidikan akhlak dan sosial (approach to
developmentally based moral and social education).
Darcia Narvaez46 mengungkapkan bahwa kognitif dan ilmu
saraf telah membuat langkah besar dalam mengungkap sifat manusia
berdasarkan penelitian psychobiology dalam beberapa tahun terakhir.
Teori-teori yang ditemukan tersebut menurut Narvaez dapat
dimanfaatkan dan diimplikasikan untuk membangun dan
menumbuhkan kepribadian akhlak manusia, untuk itu Narvaez
mengajukan 2 pendekatan yang bisa diterapkan dalam pendidikan
akhlak, yaitu pendekatan Model Pendidikan Etika Integratif
(Integrative Ethical Education Model Approach) yang dimaksudkan
untuk pendidik dari semua tingkatan, dan pendekatan Teori
Tritunggal Etika (Triune Ethics Theory) yaitu sebuah teori
perkembangan akhlak yang lebih komprehensif yang memiliki
implikasi untuk pendidikan akhlak.

45
Larry P. Nucci, “Social Cognitive Domain Theory and Moral
Education”, dalam Larry P. Nucci dan Darcia Narvaez (Ed.), Handbook of Moral
and Character Education, 304.
46
Darcia Narvaez, “Human Flourishing and Moral Development:
Cognitive and Neurobiological Perspectives of Virtue Development”, dalam Larry
P. Nucci dan Darcia Narvaez (Ed.), Handbook of Moral and Character Education,
310.

35
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK

James Arthur47 mengemukakan bahwa secara umum


pendekatan dalam pendidikan akhlak ada 2 jenis, yaitu pendekatan
yang berpusat pada guru (teacher centred approaches) dan
pendekatan yang berpusat pada anak dengan berbasis pada
perkembangan akhlak (child centred approaches based on moral
developmental). James Arthur menyimpulkan bahwa pendekatan
dalam pendidikan akhlak yang didasarkan pada psikologi kognitif
menjanjikan sesuatu yang lebih empiris dengan berbasis kepada
pemahaman tentang akhlak dan perkembangannya.
Thomas Rusnak48 tentang pendidikan akhlak ini dia
mengajukan pendekatan terpadu (integrated approach) yang
didasarkan kepada 3 hal, yaitu: pemikiran (thinking) tentang apa yang
harus dilakukan atau dipelajari, perasaan (feeling) tentang
penghargaan terhadap apa yang dipelajari, dan tindakan (action)
tentang pengalaman melalui perbuatan dan tidak hanya melalui
diskusi tentang apa yang sedang dipelajari. Dari teori ini Rusnak
mengusulkan enam prinsip, yaitu pendidikan akhlak tidak harus
dilihat sebagai suatu subjek atau program studi, tetapi harus
diintegrasikan ke dalam setiap mata pelajaran dalam sekolah dan
merupakan bagian dari pengalaman yang direncanakan untuk setiap
siswa; pendidikan akhlak harus dilihat sebagai komitmen tindakan
pendidikan yang melibatkan dan tindakan dari pihak guru dan siswa;
pendidikan akhlak dibentuk dan dibangun oleh lingkungan sekolah
yang suasana, iklim atau etos sekolahnya positif; pendidikan akhlak
harus menjadi bagian dari laporan misi dan kebijakan yang dihasilkan
oleh sekolah; pendidikan akhlak harus diajarkan oleh guru yang
diberdayakan dan bebas untuk mengajar tanpa batasan kurikulum
terpusat; dan pendidikan akhlak perlu melibatkan seluruh sekolah dan
masyarakat setempat.
Konsep pendekatan pendidikan akhlak yang dikembangkan
oleh Thomas Rusnak itu kemudian dikembangkan lagi oleh Thomas
Lickona49 dengan 3 model pendekatan. Pertama, siswa belajar isi

47
James Arthur, “Traditional Approaches to Character Education in Britain
and America”, dalam Larry P. Nucci dan Darcia Narvaez (Ed.), Handbook of
Moral and Character Education, 80 dan 96.
48
Thomas Rusnak (Ed.), An Integrated Approach to Character Education
(London: Corwin Press, 1998), 3-4.
49
Thomas Lickona, Educating for Character How Our Schools Can Teach
Respect and Responsibility (New York: Bantam, 1991); dan Thomas Lickona,

36
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK

akhlak dari warisan terdahulu, warisan ini tidak statis, tetapi dapat
berubah untuk itu bisa diubah dan ditambahkan. Siswa dapat belajar
untuk mengetahui yang baik melalui pengambilan keputusan yang
rasional. Penalaran akhlak, pengambilan keputusan, dan kemampuan
untuk memperoleh pengetahuan diri melalui peninjauan dan
pengevaluasian terhadap semua perilaku merupakan hal-hal yang
esensial dalam dimensi pembangunan akhlak. Kedua, domain afektif
yang mencakup perasaan simpati, kepedulian, dan cinta untuk orang
lain dianggap sebagai jembatan penting untuk tindakan akhlak.
Ketiga, tindakan tergantung pada kemauan, kompetensi, dan
kebiasaan seseorang. Ketiga unsur tindakan ini tidak selalu bekerja
sama, model pendekatan pendidikan akhlak ini juga terjadi dalam dan
melalui komunitas manusia, untuk itu pendekatan ini memerlukan
partisipasi siswa dalam urusan masyarakat.
Untuk mengembangkan model pendekatannya tersebut
Lickona mengemukakan 11 prinsip, yaitu sekolah harus berkomitmen
untuk nilai-nilai etika inti; akhlak harus didefinisikan secara
komprehensif meliputi aspek berpikir, merasa, dan perilaku; sekolah
harus proaktif dan sistematis dalam mengajar pendidikan akhlak dan
tidak hanya menunggu kesempatan; sekolah harus mengembangkan
atmosfer peduli dan menjadi mikrokosmos dari komunitas yang
peduli; kesempatan untuk mempraktekkan tindakan akhlak harus
bervariasi dan tersedia untuk semua; studi akademis tentang akhlak
harus terpusat; sekolah perlu mengembangkan cara untuk
meningkatkan motivasi intrinsik siswa yang harus berkomitmen
dengan nilai-nilai inti; sekolah perlu bekerja sama dan berbagi
norma-norma pendidikan akhlak; guru dan siswa harus berbagi dalam
kepemimpinan akhlak di sekolah; orang tua dan masyarakat harus
menjadi mitra dalam pendidikan akhlak di sekolah; mengevaluasi
efektivitas pendidikan akhlak pada 2 elemen sekolah, yaitu pada staf
dan siswa.
Victor A. Battistich50 menguraikan bahwa Child Development
Project (CDP) adalah suatu pendekatan pendidikan yang dirintis oleh
Dyke Brown sejak tahun 1978 di Amerika yang konsep intinya

“Eleven Principles of Effective Character Education”, dalam Journal of Moral


Education, 25(1), (1996), 93-100.
50
Lihat dalam Victor A. Battistich, “The Child Development Project:
Creating Caring School Communities”, dalam Larry P. Nucci dan Darcia Narvaez
(Ed.), Handbook of Moral and Character Education, 328-352.

37
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK

adalah mengenai asumsi tertentu tentang sifat manusia, sentralitas


hubungan interpersonal untuk pengembangan manusia, dan sekolah
sebagai lembaga bersosialisasi. Asumsi tersebut tercermin dalam dua
konsep program sentral, yaitu berfokus pada hubungan guru dan
murid, dan berkaitan dengan organisasi sosial serta iklim kelas dan
sekolah. Pendekatan CDP ini kemudian juga digunakan sebagai
pendekatan dalam pendidikan akhlak. Victor A. Battistich
mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaannya pendekatan CDP ini
berkembang berdasarkan pada perubahan cara berpikir yang sesuai
tentang sumber daya dan pengalaman yang diperlukan oleh pendidik
untuk mencapai perubahan yang signifikan dalam praktek, yang
dikembangkannya melalui 2 cara, yaitu dengan memberikan
dukungan dan perancah yang lebih konkrit, karena motivasi dan
pemahaman konseptual dari program CDP dan elemen pedagogisnya
tidak memadai untuk banyak guru untuk mengubah praktik mereka
secara signifikan; dan dengan memperluas unit dasar perubahan dan
fokus kegiatan pengembangan profesional dari guru dan ruang kelas
menjadi seluruh sekolah.
Carolyn Hildebrandt dan Betty Zan51 menguraikan bahwa
pendidikan konstruktif untuk pendidikan anak usia dini berfokus pada
praktik yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak sejak lahir
sampai berusia 8 tahun. Tujuan pendidikan konstruktif ini adalah
untuk mempromosikan perkembangan anak dalam semua bidang
kurikulum (sains, matematika, bahasa dan keaksaraan, studi sosial,
dan seni), dan dalam semua domain perkembangan (intelektual, fisik,
sosial, emosional, dan moral). Pendidikan konstruktif pada prinsipnya
adalah untuk menciptakan suasana sosiomoral saling menghormati
yang terus selalu dipraktekkan. Penciptaan suasana sosiomoral
mengacu pada seluruh jaringan hubungan interpersonal di kelas yang
dapat diamati oleh anak, yaitu hubungan anak dengan anak,
hubungan orang dewasa dengan anak, dan hubungan antar sesama
orang dewasa. Pendidikan konstruktif bertujuan untuk menjadikan
anak-anak menjadi manusia mandiri dan membuat mereka belajar
seumur hidup (lifelong learners). Premis utama pendidikan
konstruktif adalah bahwa anak-anak tidak dapat menjadi individu
yang otonom secara intelektual atau secara moral apabila terjalin

51
Carolyn Hildebrandt dan Betty Zan, “Constructivist Approaches to
Moral Education in Early Childhood”, dalam Larry P. Nucci dan Darcia Narvaez
(Ed.), Handbook of Moral and Character Education, 352-369.

38
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK

hubungan yang otoriter dengan orang dewasa. Dalam kelas


konstruktif, kesempatan untuk belajar tentang isu-isu moral dan
perilaku didasarkan pada pengalaman langsung, sesuai dengan ide
bahwa anak-anak harus membangun pemahaman moral mereka dari
bahan baku interaksi sosial mereka sehari-hari. Guru Konstruktif
memfasilitasi perkembangan sosial dan moral anak dengan
melibatkan mereka dalam menyelesaikan konflik mereka, membuat
keputusan (bahkan keputusan tentang aturan), pemungutan suara, dan
mendiskusikan isu-isu sosial dan moral yang relevan untuk mereka.
Dalam pendidikan konstruktif dikembangkan pendekatan domain
(domain approach) yang meliputi tiga domain pengetahuan: moral,
konvensional sosial, dan personal atau pribadi. Domain moral adalah
yang berkaitan dengan keadilan, kesejahteraan, dan hak orang lain.
Domain konvensional sosial adalah aturan konvensional sosial yang
berkaitan dengan keseragaman atau keteraturan melayani fungsi
koordinasi sosial, sedangkan tindakan yang berkaitan dengan masalah
pribadi tidak perlu menimbulkan bahaya atau melanggar keadilan
atau hak, dan yang tidak diregulasi secara formal maupun informal.
Adapun domain personal atau pribadi penting untuk membentuk rasa
dari agen atau otonomi moral. Rasa dari identitas dan agen personal
berkontribusi terhadap hubungan sosial yang alami yang meliputi
hubungan timbal balik dan kerjasama.
Matthew Davidson (dkk) 52 juga mengembangkan paradigma
baru pendidikan akhlak melalui pendekatan Model Sekolah Cerdas
dan Baik (Smart & Good Schools Model). Konstruk paling utama
dari model Sekolah Cerdas dan Baik adalah konsepsinya tentang
karakter manusia yang memiliki dua bagian utama yang saling
berhubungan, yaitu karakter kinerja (performance character) dan
karakter moral (moral character). Karakter kinerja adalah sebagai
orientasi penguasaan (mastery orientation) yang terdiri dari berbagai
kualitas, di antaranya adalah kerajinan, ketekunan, etika kerja yang
kuat, sikap positif, kecerdikan, dan disiplin diri. Kualitas-kualitas ini
diperlukan untuk mewujudkan keunggulan potensi seseorang dalam
kinerja pada setiap lingkungan, baik itu lingkungan akademik,
kegiatan ekstrakurikuler, tempat kerja, dan pada seluruh hidup.
Karakter moral adalah suatu orientasi relasional, juga terdiri dari

52
Matthew Davidson (dkk), “Smart & Good Schools: A New Paradigm for
High School Character Education”, dalam Larry P. Nucci dan Darcia Narvaez
(Ed.), Handbook of Moral and Character Education, 370-390.

39
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK

berbagai kualitas, di antaranya adalah integritas, keadilan, peduli,


menghormati, dan kerja sama. Kualitas-kualitas tersebut diperlukan
untuk hubungan interpersonal dan perilaku etis yang sukses.
Berdasarkan hasil penelitiannya, Matthew Davidson (dkk)
mengusulkan tentang paradigma baru dalam cara berpikir mengenai
karakter dan pendidikan karakter. Menurut mereka karakter bukan
hanya tentang melakukan hal yang benar dalam arti etika, melainkan
juga tentang melakukan pekerjaan yang terbaik. Pendidikan karakter
tidak hanya membantu anak-anak bergaul, melainkan juga tentang
mengajarkan mereka untuk bekerja keras, mengembangkan bakat
mereka, dan bercita-cita untuk menjadi yang terbaik dalam setiap
bidang usaha.
Anne Colby53 mengembangkan suatu pendekatan pendidikan
akhlak yang berdasar kepada dimensi-dimensi kunci dalam
perkembangan akhlak dan kewarganegaraan. Menurut Colby
berdasarkan penelitian tentang pengembangan manusia
mengungkapkan bahwa ada tiga kelompok (cluster) utama dari
berbagai kapasitas yang sangat penting mengenai kemantapan fungsi
akhlak dan kewarganegaraan, dan ketiganya dapat terus berkembang
pada masa dewasa dalam suatu kondisi tertentu. Ketiga cluster itu
adalah pertama, pemahaman akhlak dan kewarganegaraan, meliputi
dimensi interpretasi, penilaian, pengetahuan, pemahaman tentang
berbagai permasalahan yang kompleks dan kelembagaan, dan
kecanggihan pemahaman tentang prinsip-prinsip etis dan demokratis.
Kedua, kurang melakukan sesuatu dengan pemahaman yang benar
dibandingkan dengan motivasi untuk melakukan hal yang benar,
meliputi dimensi tujuan dan nilai, kepentingan, komitmen,
keyakinan, ketekunan dalam menghadapi tantangan, rasa
keberhasilan dan emosi. Terkait erat dengan dimensi-dimensi ini
adalah identitas individu, rasa siapa dia dan apa jenis orang yang dia
ingin menjadi. Ketiga, domain praktik, kewarganegaraan yang
sepenuhnya efektif membutuhkan kapasitas yang berkembang dengan
baik untuk komunikasi yang efektif. Cluster domain praktik ini
meliputi dimensi wacana moral dan politik, keterampilan partisipasi
politik, kapasitas untuk bekerja secara efektif dengan orang, dan
kemampuan untuk mengatur orang lain dalam hal tindakan.

53
Anne Colby, “Fostering the Moral and Civic Development of College
Students”, dalam Larry P. Nucci dan Darcia Narvaez (Ed.), Handbook of Moral
and Character Education, 391-413.

40
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK

Rachael Kessler dengan Catherine Fink54 di Amerika sejak


tahun 1980-an telah mengembangkan pendekatan Passageways untuk
menumbuhkembangkan akhlak kepada para siswanya. Model
pendekatan Passageways (jalan terusan) adalah pendekatan yang
menggunakan seperangkat prinsip dan praktik untuk bekerja dengan
siswa yang mengintegrasikan pemeliharaan kehidupan batin dengan
kurikulum akademis yang kuat. Dalam model pendekatan ini aspek
kerinduan, keheranan, kebijaksanaan, ketakutan, dan kebingungan
siswa dijadikan sebagai inti dari kurikulum. Selain itu model
pendekatan Passageways ini juga menyediakan kerangka kerja untuk
menetapkan struktur dan lingkungan kelas yang peduli. Pada
praktiknya model pendekatan Passageways ini dilaksanakan dengan
menggunakan 2 pendekatan. Pertama, model Passageways yang
menyediakan strategi-strategi yang sistematis untuk memelihara
kehidupan batin, yaitu dengan menyediakan pengembangan yang
profesional pada inti prinsip dan praktik yang dapat diintegrasikan
oleh guru ke setiap tingkatan kelas atau mata pelajaran. Kedua, model
Passageways yang menyediakan pendekatan transformatif untuk
pengembangan karakter yang membahas terabaikannya akar
penyebab dari perilaku yang merusak, hal ini dibangun berdasarkan
pembelajaran dan ketersediaan kurikulum yang diurutkan secara hati-
hati untuk tahun-tahun transisi sekolah.
Untuk kedua pendekatan tersebut keselamatan di dalam kelas
merupakan langkah pertama yang sangat esensial untuk menyambut
kehidupan batin siswa ke dalam kelas dan untuk membantu siswa
dalam membuat pilihan yang dapat membangun dan
mempertahankan kehidupan kasih sayang dan integritas mereka.
Rachael Kessler dan Catherine Fink menguraikan bahwa ada 6
perasaan aman yang diperlukan siswa di dalam kelas, yaitu perasaan
aman untuk merasakan dan mengetahui apa yang dirasakan; perasaan
aman untuk mentoleransi kebingungan dan ketidakpastian; perasaan
aman untuk mengekspresikan apa yang dirasakan dan dipikirkan;
perasaan aman untuk mengajukan pertanyaan yang dirasa "bodoh"
atau "tidak memiliki jawaban"; perasaan aman untuk engambil
resiko, membuat kesalahan, tumbuh dan memaafkan; dan perasaan

54
Rachael Kessler dan Catherine Fink, “Education for Integrity:
Connection, Compassion and Character”, dalam Larry P. Nucci dan Darcia
Narvaez (Ed.), Handbook of Moral and Character Education, 432-456.

41
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK

aman untuk bergulat dengan dorongan dari dalam diri yang


mengarahkan untuk menyakiti.
Selama lebih dari 20 tahun Rachael Kessler dan Catherine
Fink mengembangkan model pendekatan Passageways ini mereka
telah menyaksikan dengan kepuasan yang mendalam bagaimana
siswa dan guru dapat mulai mengembangkan kapasitas-kapasitas
dasar untuk ketenangan batin dan keharmonisan dengan orang lain.
Kapasitas-kapasitas dasar itu meliputi pemahaman dan
pengekspresian perasaan sendiri; perasaan empati dan kasih sayang
kepada orang lain; pengelolaan perasaan stres dan kemarahan yang
tak henti-hentinya yang menjadi pemicu konflik atau penyebab
menurunnya kesehatan; keterampilan dalam pengambilan keputusan
yang responsif terhadap kesehatan dan kesejahteraan; keterampilan
resolusi konflik dan pemecahan masalah kelompok; serta kepekaan,
toleransi, dan penghargaan terhadap keragaman budaya, gaya belajar,
dan keyakinan.
Adapun mengenai metode yang digunakan dalam pendidikan
akhlak rasional, James Arthur55 seorang peneliti pendidikan Inggris
menyimpulkan bahwa metode yang paling tradisional untuk
pendidikan akhlak adalah metode yang menekankan pada peran
kebiasaan, imitasi, pemodelan, instruksi, penghargaan, dan hukuman.
Bill Puka56 dalam mengkaji program-program pendidikan
akhlak mengidentifikasi 6 metode pengajaran, yaitu metode instruksi
tentang nilai-nilai dasar dan kebajikan; metode penetapan dan
penerapan kode-kode perilaku; metode bercerita tentang pelajaran
akhlak; metode pemodelan sifat dan nilai-nilai yang diinginkan;
metode mengangkat teladan akhlak dalam sejarah, sastra, agama, dan
memuji sifat-sifat mereka; serta metode sekolah dan komunitas
masyarakat menyediakan kesempatan (layanan proyek) kepada siswa
untuk dapat melatih sifat-sifat yang baik dan mengikuti nilai-nilai
yang baik.

55
James Arthur, “Traditional Approaches to Character Education in Britain
and America”, dalam Larry P. Nucci dan Darcia Narvaez (Ed.), Handbook of
Moral and Character Education, 80.
56
Bill Puka, “Inclusive Moral Education: A Critique and Integration of
Competing Approaches”, dalam M. Leicester dkk (Ed.), Moral Education and
Pluralism (London: Falmer Press, 2000),131.

42
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK

Berkowitz dan Bier 57 dalam berbagai penelitian empirisnya


mengungkapkan bahwa ada beberapa metode yang bisa digunakan
dalam pendidikan akhlak, antara lain ialah metode pemecahan
masalah (problem solving), metode empati, metode keterampilan
sosial (social skills), metode resolusi konflik (conflict resolution),
metode pembuatan perdamaian (peace making), dan metode
keterampilan hidup (life skills).
Jarot Wijanarko58 mengungkapkan bahwa ada 4 metode
efektif yang bisa digunakan secara seimbang dalam mendidik akhlak
anak, yaitu metode berdasarkan ajaran atau aturan, metode hukuman,
metode pujian, dan metode keteladanan.
Berdasarkan uraian tentang pendekatan dan metode yang
digunakan dalam konsep pendidikan akhlak rasional yang diungkap
oleh para ahli tersebut di atas, maka secara ringkas dapat disimpulkan
bahwa pendidikan akhlak rasional ini mengacu kepada pembentukan
karakter moral dan karakter kinerja. Adapun pendekatan yang
digunakan secara garis besar ada 3, yaitu pendekatan yang berpusat
pada guru, pendekatan yang berpusat pada siswa, dan pendekatan
yang terintegrasi/ terpadu. Sedangkan untuk metodenya dapat
menyesuaikan dengan karakteristik dari pendekatan yang digunakan,
untuk lebih jelasnya lihat tabel di bawah ini.

57
Lihat dalam James Arthur, “Traditional Approaches to Character
Education in Britain and America”, dalam Larry P. Nucci dan Darcia Narvaez
(Ed.), Handbook of Moral and Character Education, 91.
58
Jarot Wijanarko, Mendidik Anak untuk Meningkatkan Kecerdasan
Emosional dan Spiritual (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), 40.

43
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK

Tabel 1
Konsep Pendidikan Akhlak Rasional

Akhlak Mulia
Karakter Moral Karakter Kinerja

Pendekatan yang Pendekatan terintegrasi/


berpusat pada terpadu, meliputi:
siswa: 1. Domain pemikiran:
Pendekatan yang 1. Proyek a. Pengetahua
berpusat pada pengembangan n moral
guru 2. Meluaskan b. Pemahaman
lingkungan moral
fikiran: 2. Domain perasaan:
a. Pergaulan/ a. Tujuan/ motif
pertemanan b. Nilai
Metode: b. Bacaan c. Kepentingan
1. Instruksi/ tentang d. Komitmen
aturan tokoh- e. Keyakinan
2. Penghargaan tokoh f. Emosi
3. Hukuman terkemuka 3. Domain tindakan:
4. Bercerita atau a. Konvensional
5. Empati terdahulu sosial
6. Keteladanan: c. penyelidika b. Moral personal
a. Imitasi n tentang
b. Pemodela tokoh-
n tokoh
terkemuka
atau
terdahulu
Metode: Metode:
1. Pembiasaan 1. Praktik/ latihan
2. Pemecahan 2. Pemodelan
masalah 3. Keterampilan sosial
3. Resolusi 4. Keterampilan hidup
konflik 5. Komunitas moral
4. Pembuatan
perdamaian

44
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK

Dalam model pendidikan akhlak religius, Imam al-Ghazali59


menguraikan bahwa ada 3 pendekatan yang bisa diterapkan untuk
menyeimbangkan daya rasional, kesempurnaan hikmah, daya
amarah, dan daya syahwat agar tunduk kepada akal dan agama.
Pertama, melalui pendekatan pembiasaan. Yaitu pembiasaan untuk
melakukan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan perbuatan akhlak
yang dicita-citakan. Misalnya untuk dapat berakhlak dermawan maka
harus membiasakan diri untuk bersedekah, untuk mempunyai akhlak
penyabar maka harus membiasakan diri untuk bersikap sabar, dan
seterusnya. Kedua, pendekatan melalui pergaulan dengan orang-
orang yang berakhlak mulia. Ketiga, pendekatan melalui pendidikan.
Imam al-Ghazali60 juga mengungkapkan bahwa ada 2 metode
yang dapat digunakan untuk mengubah perangai atau tingkah laku
manusia sehingga melahirkan akhlak yang baik. Pertama, metode
mujahadah (perjuangan batin/pensucian jiwa) dengan membiasakan
diri untuk tekun beribadah dan berperilaku sesuai dengan perilaku
akhlak yang dicita-citakan. Kedua, metode riyad}ah (disiplin diri)
dengan melatih diri untuk bersikap sesuai dengan sikap akhlak mulia
yang diinginkan.
Sedangkan dalam model pendidikan akhlak eklektik, Ibn
Miskawaih61 mengungkapkan bahwa dalam membentuk akhlak anak
ada 2 pendekatan yang digunakan, yaitu dengan pendekatan kognitif
(teoritis) melalui pendidikan dan pengajaran berbagai macam ilmu
dan pengetahuan, dan dengan pendekatan praktis melalui penertiban
serta penyelarasan secara harmonis fakultas-fakultas dan aktifitas
yang sesuai bagi fakultas-fakultas tersebut.
Menurut ‘Abdulla>h Na>s}ih} ‘Ulwa>n62 ada 5 pendekatan yang
harus diterapkan untuk mendidik akhlak anak. Pertama, pendekatan
religius yaitu dengan menerapkan segala amaliah yang telah disunah
oleh Allah dan rasulNya, seperti mengenalkan kalimat tauhid sebagai

59
Al-Ghazali, Metode Menaklukkan Jiwa: Perspektif Sufistik, penterjemah:
Rahmani Astuti (Bandung: Karisma, 2003), 99-113.
60
Al-Ghazali, Metode Menaklukkan Jiwa: Perspektif Sufistik, 107-113;
dan dalam M. Abul Quasem, Etika al-Ghazali: Etika Majemuk di dalam Islam
(Bandung: Pustaka, 1988), 99.
61
Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, penterjemah: Helmi
Hidayat (Bandung: Mizan, 1994), 60-64. Diterjemahkan dari buku aslinya Tahdzi>b
al-Akhla>q (Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1985).
62
‘Abdulla>h Na>s}ih} ‘Ulwa>n, Tarbiyah al-Aula>d fi> al-Isla>m, Juz 1 dan Juz 2,
47-789.

45
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK

kalimat pertama yang didengar oleh anak, mengenalkan hukum halal


dan haram, melatih dan membiasakannya untuk beribadah, melatih
dan membiasakannya untuk mencintai rasul dan keluarga beliau,
serta melatih dan membiasakannya untuk membaca Alquran. Kedua,
pendekatan keluarga yaitu limpahan kasih sayang dan perhatian
keluarga terutama dari sang ibu. Ketiga, pendekatan aktifitas yaitu
mengisi waktu luang anak-anak dengan kegiatan-kegiatan yang
positif. Keempat, pendekatan pergaulan yaitu dengan menjaga dan
mengarahkan anak untuk bergaul dengan orang-orang yang
berperilaku baik. Kelima, pendekatan media yaitu dengan menjaga
dan mengarahkan anak untuk tidak menonton ataupun membaca
informasi-informasi yang bersifat amoral.
Ibn Miskawaih63 dalam paparannya menguraikan bahwa
untuk mendidik akhlak anak maka ada 6 metode yang dapat
digunakan, yaitu metode pergaulan, metode media informasi,
metode pujian atau hadiah (reward) dan hukuman (punishment),
metode nasehat, metode latihan, dan metode pembiasaan.
‘Abdulla>h Na>s}ih} ‘Ulwa>n64 berdasarkan kajiannya terhadap
Alquran dan hadits maka dia menyimpulkan bahwa ada 5 metode
yang dapat diterapkan untuk membentuk akhlak anak, yaitu metode
keteladanan, metode adat kebiasaan (latihan dan pembiasaan),
metode nasehat, metode pemberian perhatian, dan metode pemberian
hukuman.
Ahmad D. Marimba65 mengemukakan tentang 3 metode yang
bisa diterapkan dalam pendidikan akhlak, yaitu metode pembiasaan;
metode pembentukan pengertian, minat, dan sikap; dan metode
pembentukan kerohanian yang luhur.
Menurut Khatib Ahmad Santhut66 ada 5 metode dalam
pendidikan akhlak, yaitu metode keteladanan, metode tuntunan,
metode kisah-kisah sejarah, metode pemberian dorongan dan
menanamkan rasa takut (pada Allah), metode pemupukan hati nurani.

63
Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, 76-80.
64
‘Abdulla>h Na>s}ih} ‘Ulwa>n, Tarbiyah al-Aula>d fi> al-Isla>m, Juz 1 dan Juz 2,
47-789.
65
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung:
Al-Ma’arif, 1989), 76-81.
66
Khatib Ahmad Santhut, Menumbuhkan Sikap Sosial, Moral, dan
Spiritual Anak dalam Keluarga Muslim, terj. Ibnu Burdah (Yogyakarta: Mitra
Pustaka, 1998), 85-95.

46
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK

Mengenai konsep pendidikan akhlak eklektik ini, dapat


disimpulkan bahwa pada dasarnya pendekatan yang digunakan dapat
bersifat teoritis yang bisa dilakukan melalui berbagai media dan
bersifat praktis melalui pendekatan religius, keluarga, aktifitas, dan
pergaulan. Sedangkan metodenya secara garis besar meliputi metode
penghargaan, hukuman, nasehat, latihan, pembiasaan, keteladanan,
pemberian perhatian, pemberian motivasi, pemberian ancaman,
pembentukan pengertian, pembentukan minat, pembentukan sikap,
pembentukan keruhanian, tuntunan, dan metode cerita sejarah.

Tabel 2
Konsep Pendidikan Akhlak Eklektik

Akhlak Mulia

Pendekatan teoritis: Pendekatan praktis:


1. Pendekatan melalui berbagai 1. Pendekatan religius
media 2. Pendekatan keluarga
3. Pendekatan aktifitas
4. Pendekatan pergaulan

Metode: Metode:
1. Nasehat 1. Pergaulan
2. Pembentukan pengertian 2. Pujian
3. Cerita sejarah 3. Penghargaan
4. Pemberian motivasi 4. Latihan
5. Pemberian ancaman 5. Pembiasaan
6. Keteladanan
7. Pemberian perhatian
8. Pembentukan minat
9. Pembentukan sikap
10. Pembentukan keruhanian
11. Bimbingan/ tuntunan

Ketiga konsep pendidikan akhlak yang telah diuraikan di atas


dapat disintesiskan menjadi sebuah konsep yang mengarah kepada

47
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK

model pendidikan akhlak eklektik yang lebih detail dan


komprehensif.
Pada konsep ini, pendidikan akhlak diarahkan untuk
membentuk 2 karakter, yaitu karakter moral dan karakter kinerja.
Pendekatan yang digunakan lebih menitikberatkan kepada
pendekatan praktis daripada pendekatan teoritis. Kedua jenis
pendekatan tersebut terbagi kepada 3 kategori pendekatan, yaitu
pendekatan yang berpusat pada guru, pendekatan yang berpusat pada
siswa, dan pendekatan yang terpadu. Adapun metodenya dapat
disesuaikan dengan karateristik dari masing-masing pendekatan yang
digunakan, untuk lebih jelasnya lihat pada skema di bawah ini.

Skema 1
Konsep Pendidikan Akhlak

Akhlak Mulia

Karakter Moral Karakter Kinerja

Pendekatan Pendekatan Pendekatan Pendekatan


Teoritis Praktis Teoritis Praktis

B B T B B T B B T B B T
er er er er er er er er er er er er
p p p p p p p p p p p p
us us a us us a us us a us us a
at at d at at d at at d at at d
p p u p p u p p u p p u
a a a a a a a a
d d d d d d d d
a a a a a a a a
G Si G Si G Si G Si
ur s ur s ur s ur s
u w u w u w u w
a a a a

M M M M M M M M M M M M
et et et et et et et et et et et et
o o o o o o o o o o o o
d d d d d d d d d d d d
e e e e e e e e e e e e

48
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK

3. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak


Ruang lingkup akhlak menurut Ahmad Amin67 adalah
mengenai perbuatan manusia. Selanjutnya perbuatan manusia yang
dikategorikan sebagai akhlak di dalam Alquran menurut Darraz68
adalah meliputi akhlak terhadap pribadi, terhadap keluarga, terhadap
masyarakat, terhadap negara, dan akhlak terhadap agama. Ulama
Mesir lainnya yaitu Yusuf al-Qardawi mengklasifikasikan akhlak ke
dalam 5 aspek, yaitu akhlak terhadap diri sendiri, terhadap keluarga,
terhadap alam semesta, terhadap masyarakat, dan terhadap Allah.
Abuddin Nata memaparkan bahwa akhlak islami ruang lingkupnya
adalah meliputi akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap sesama
manusia, dan akhlak terhadap lingkungan.69 Sedangkan menurut
Mohammad Nasir Omar 70 ruang lingkup akhlak itu sangat luas,
seluas kehidupan manusia itu sendiri, akan tetapi dalam pembagian
aspek-aspek akhlak dia sependapat dengan klasifikasi pembagian
akhlak seperti yang dikemukakan oleh Yusuf al-Qardawi.
Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa pendidikan akhlak
secara garis besar meliputi 2 hal. Pertama, pendidikan tentang akhlak
kepada Allah, seperti mensyukuri nikmatNya, mentaati perintah dan
menjauhi laranganNya, ridha atas takdirNya, bertaubat kepadaNya,
mencintaiNya, dan bertawakkal kepadaNya. Kedua, pendidikan
tentang akhlak kepada semua makhluk ciptaan Allah SWT, meliputi:
(a) Akhlak kepada manusia, yaitu akhlak kepada kedua orang tua,
seperti berbakti, taat, berkata dengan lemah lembut, dan
mendoakannya; akhlak kepada Nabi SAW, antara lain
bersolawat, menghapal hadits-haditsnya, mencintainya dan
mengaplikasikan ajarannya; akhlak kepada diri sendiri, contohnya
menjaga kesehatan diri, melatih akal untuk berfikir dan
menganalisis, istiqamah, dan sederhana; akhlak kepada keluarga,
seperti selalu menjalin hubungan silaturrahmi dan menyayangi
mereka; akhlak kepada tetangga, seperti memelihara perasaan

67
Ahmad Amin, Kita>b al-Akhla>q (Kairo: Da>r al-Kutub al-Mis}riyyah,
1929), 2. Ahmad Amin adalah pakar di bidang adab dari Mesir.
68
M. A. Darraz, Dustu>r al-Akhla>q fi> al-Qur’an (Beirut: Muassasah al-
Risa>lah, 1973), 14.
69
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, 147 – 152.
70
Lihat dalam Mohd. Nasir Omar, Akhlak dan Kaunseling Islam (Kuala
Lumpur: Utusan Publications & Distributors Sdn Bhd, 2005), 99 -102. Mohammad
Nasir Omar adalah guru besar Filsafat dan Akhlak di Universitas Kebangsaan
Malaysia.

49
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK

amannya, memberi salam saat berjumpa, menjenguknya ketika


sakit, menghadiri undangannya, dan melayat atau mengantar
jenazahnya; akhlak kepada masyarakat, contohnya memuliakan
tamu, menghormati nilai atau norma yang berlaku dalam
masyarakat, saling tolong-menolong, dan mentaati keputusan
yang telah ditetapkan bersama; akhlak kepada pemimpin, seperti
menghormatinya, mematuhi dan mentaati perintahnya.
(b) Akhlak kepada yang bukan manusia, yaitu akhlak kepada
makhluk hidup yang bukan dari jenis manusia, seperti makhluk
gaib sejenis malaikat, jin atau setan, 71 dan makhluk hidup lainnya
seperti hewan dan tumbuhan; dan akhlak kepada makhluk yang
tidak bernyawa, seperti matahari, bulan, bintang, planet, tanah,
air, udara, sumber daya alam seperti minyak dan gas bumi,
batubara, dan emas.

Skema 2
Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak

Pendidikan Akhlak

Akhlak kepada Allah SWT


Akhlak kepada sesama makhluk

Akhlak kepada sesama manusia:


1. Akhlak kepada Nabi SAW.
2. Akhlak kepada kedua orang tua. Akhlak kepada yang bukan manusia
3. Akhlak kepada pemimpin.
4. Akhlak kepada diri sendiri.
5. Akhlak kepada keluarga.
6. Akhlak kepada tetangga.
7. Akhlak kepada masyarakat.

Akhlak kepada makhluk hidup: Akhlak kepada makhluk tidak bernyawa:


1. Akhlak kepada malaikat. 1. Akhlak kepada benda ciptaan
2. Akhlak kepada jin. Tuhan.
3. Akhlak kepada iblis/setan. 2. Akhlak kepada benda buatan
4. Akhlak kepada hewan. manusia.
5. Akhlak kepada tumbuhan.

71
Lihat dalam Zainuddin Saifullah Nainggolan, Pandangan Cendekiawan
Muslim Tentang Moral Pancasila, Moral Barat, dan Moral Islam (Jakarta: Kalam
Mulia, 1997), 118–119.

50
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK

Mengenai dimensi-dimensi akhlak, Ahmad Amin72


menyimpulkannya kepada 2 dimensi, yaitu dimensi kehendak dan
dimensi kata hati. Sedangkan L. W. Anderson73 seorang pakar
pendidikan dari Universitas South Carolina Amerika Serikat
mengungkapkan bahwa dimensi akhlak (moral) ada 3, yaitu
perasaan, nilai, dan sikap. Murtad{a Mut{ah{h{ari74 juga menjelaskan
bahwa berdasarkan beberapa teori maka dimensi-dimensi akhlak
yang berkembang hingga saat ini adalah meliputi: emosi (al-
‘at{ifiyah), akal dan kehendak, intuisi (al-wijda>n), estetika, ruh, dan
ibadah.
Menurut penulis semua pendapat tersebut dapat dirangkum
dan diaplikasikan sesuai dengan kesimpulan yang dikemukakan oleh
Zurqoni bahwa dimensi-dimensi pendidikan akhlak setidaknya
mencakup 5 aspek, yaitu aspek kehendak (willingness), yakni niat
seseorang untuk melakukan suatu perbuatan; aspek kata hati
(conscience), yakni kecenderungan hati manusia untuk merasa
senang setelah melakukan perbuatan yang baik, dan merasa
menyesal, berdosa, bersalah, was-was jika berbuat yang tidak baik;
aspek nilai (value), yakni keyakinan seseorang yang mengarahkannya
untuk berprilaku sesuai dengan keyakinannya; aspek sikap (attitude)
sebagai kondisi yang turut memberi kontribusi terhadap tindakan dan
prilaku; dan aspek perilaku akhlak (moral behavior), yakni prilaku
seseorang yang secara nyata nampak dalam kehidupan sehari-
harinya.75

4. Tujuan, Manfaat, dan Fungsi Pendidikan Akhlak


Amr Khaled menyimpulkan bahwa ada 4 tujuan mempelajari
akhlak, yaitu karena akhlak merupakan tujuan diutusnya Nabi
Muhammad SAW, untuk melenyapkan kesenjangan antara akhlak
dan ibadah, untuk menjadi orang-orang yang mengamalkan, dan
untuk tidak menjadi sebab yang menyesatkan manusia lainnya. 76
72
Ahmad Amin, Kita>b al-Akhla>q, 61–80.
73
L. W. Anderson, Assessing Affective Characteristic in the School
(Boston: Allyn and Bacon, 1981), 32–35.
74
Murtad}a Mut{ah{h}ari, Quantum Akhlak, 27–115.
75
Zurqoni, “Model Asesmen Pembelajaran Akhlak Mulia”, dalam Djemari
Mardapi dkk (Ed.), Asesmen untuk Memantau Kualitas Pendidikan (Jakarta:
Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia, 2010), 52–54.
76
Untuk lebih jelasnya lihat dalam Amr Khaled, Buku Pintar Akhlak,
penterjemah: Fauzi. F. B (Jakarta: Zaman, 2010), 3–17. Amr Khaled adalah

51
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK

Ahmad Amin menyatakan bahwa tujuan mempelajari ilmu


Akhlak adalah untuk dapat menetapkan mana perbuatan yang baik
dan mana perbuatan yang buruk.77 Muh}ammad At}iyah al-Abrashi
menyimpulkan bahwa tujuan mempelajari akhlak adalah untuk
membentuk moral yang baik, berkemauan keras, sopan dalam
berbicara dan berbuat, mulia dalam tingkah laku serta beradab.78
Sedangkan Abuddin Nata79 menyimpulkan bahwa tujuan
mempelajari akhlak adalah:
“Untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam
mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk. Terhadap perbuatan
yang baik ia berusaha melakukannya, dan terhadap perbuatan yang buruk
ia berusaha untuk menghindarinya”.

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli tersebut maka dapat


disimpulkan bahwa tujuan terpenting dari mempelajari akhlak
sebenarnya adalah untuk menetapkan perbuatan yang baik dan yang
buruk, untuk diamalkan sehingga membentuk moral yang baik dan
tingkah laku yang mulia serta beradab.
Mustafa Zahri mengungkapkan bahwa mempelajari akhlak
sangat besar manfaatnya, karena sangat berguna untuk dapat
membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah
sehingga hati menjadi suci bersih, bagaikan cermin yang dapat
menerima nur cahaya Tuhan.80 H. A. Mustofa menyebutkan bahwa
manfaat mempelajari akhlak adalah agar dapat mengetahui batasan
yang baik dan yang buruk, menempatkan sesuatu pada proporsi yang
sebenarnya, dan dapat memperoleh irsyad, taufik, serta hidayah
sehingga memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat.81
Hamzah Ya’kub mengungkapkan bahwa manfaat mempelajari akhlak
itu akan bermanfaat untuk meningkatkan derajat manusia, menuntun
kepada kebaikan, memperoleh keutamaan pada hari kiamat,
mewujudkan keluarga sejahtera dan bahagia, membina kerukunan

seorang cendekiawan muslim dari Mesir yang diakui sebagai mubalig ternama dan
motivator berpengaruh kaliber dunia.
77
Ahmad Amin, Kita>b al-Akhla>q, 1.
78
M. At}iyah al-Abrashi, Dasar-Dasar Pendidikan Islam, penterj: Bustami
Abdul Ghani (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), 103.
79
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, 16.
80
Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf (Surabaya: Bina Ilmu,
1995), 67. Mustafa Zahri adalah ulama dan sufi dari Makassar.
81
H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, 26–27. H. A. Mustofa adalah mantan
Imam Besar Mesjid Istiqlal.

52
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK

antar tetangga, mensukseskan pembangunan bangsa dan negara, dan


mewujudkan perdamaian dunia.82 Abuddin Nata mengemukakan
bahwa manfaat mempelajari akhlak bisa sebagai panduan mengenai
penilaian dan penetapan perbuatan yang baik dan yang buruk,
mendapatkan keuntungan dan kemanfaatan karena melakukan
perbuatan yang baik dan meninggalkan perbuatan yang buruk,
membersihkan diri manusia dari perbuatan dosa dan maksiat,
mengarahkan dan mewarnai berbagai aktifitas kehidupan manusia di
segala bidang, dan menghindarkan manusia dari berbagai perbuatan
yang dapat membahayakan dirinya. 83
Menurut penulis semua pendapat para ahli tersebut saling
melengkapi, sehingga kalau dirangkaikan dan disimpulkan secara
garis besarnya maka mempelajari akhlak dapat bermanfaat untuk
membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah
sehingga dapat menuntun kepada kebaikan, juga dapat menempatkan
sesuatu pada proporsi yang sebenarnya, hingga selanjutnya dapat
meningkatkan derajat kemanusiaan, mewujudkan suatu keluarga
sejahtera dan bahagia, terbinanya kerukunan antar tetangga,
suksesnya pembangunan bangsa dan negara, serta terwujudnya
perdamaian dunia, juga terutama untuk dapat memperoleh irsyad,
taufik, serta hidayah dari Allah SWT yang membuat bahagia hidup
manusia di dunia dan di akherat.

5. Tahapan Pendidikan Akhlak


Menurut Ibn Miskawaih84 pendidikan akhlak secara alami
prosesnya melalui 3 tahapan, yaitu tahapan pendidikan untuk nafsu
badani, kemudian tahapan pendidikan untuk emosi, dan tahapan
pendidikan untuk berfikir. Sedangkan pembentukan akhlak melalui
proses pendidikan tahapannya ada 2, yaitu melalui tahapan
pendidikan teoritis (koqnitif); dan dilanjutkan dengan tahapan
pendidikan praktis, yang dimulai dengan menertibkan fakultas-
fakultas dan aktifitas yang sesuai untuk fakultas-fakultas tersebut
sehingga berfungsi secara harmonis, dan diakhiri dengan penataan
tindakan dan fakultas yang selaras dengan kehidupan sosial.
Mengenai proses pendidikan akhlak ini Nabi Muhammad
SAW 14 abad yang lalu sudah menegaskan bahwa proses pendidikan

82
Lihat dalam H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, 31–40.
83
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, 14–15.
84
Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, 60-64.

53
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK

(menuntut ilmu) itu berlangsung seumur hidup melalui sabdanya


yang berbunyi:
“Ut}lub al-‘ilma min al-mahdi ila al-lah}di”
(tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai ke liang lahat) (HR. Ibn ‘Abd al-
Ba>r).85
Atau istilah sekarang adalah lifelong education atau pendidikan
seumur hidup yang di populerkan oleh Paul Lengrand melalui
bukunya An Introduction to Life Long Education. Bahkan
berdasarkan penelitian di Israel pada tahun 1980 oleh Stephen Carr
Leon yang berkebangsaan Amerika dengan judul tesisnya “Why the
Jews So Smart?” mengenai rahasia kecerdasan Yahudi, 86 dapat
disimpulkan bahwa pendidikan itu bisa berlangsung sebelum
kelahiran anak (pranatal) yaitu sejak seorang ibu mengetahui
kehamilannya, walaupun menurut hemat penulis hal ini lebih bersifat
kepada mempersiapkan kondisi fisik dan psikis anak saja untuk
menerima pendidikan setelah kelahirannya.87 Dengan demikian
pendidikan akhlak pun prosesnya sama seperti proses pendidikan
secara umum, karena pendidikan akhlak juga merupakan salah satu
bagian dari pendidikan secara keseluruhan, walaupun ada sedikit
perbedaan yang mencolok yang terletak pada sisi karakteristiknya. 88
Terlepas dari perbedaan pendapat dari para ahli pendidikan
Islam tentang konsep pendidikan menurut Islam yang mencakup 3
konsep yaitu konsep ta’li>m, konsep ta’di>b, dan konsep tarbiyah,

85
Lihat dalam Haji Khalifah, Kashf al-Zunu>n, Juz 1, 51. Hadith ini tidak
terdapat baik dalam S{ah}i>h} al-Bukhariy, Muslim, As}h}a>bus Sunan ataupun yang
lainnya, juga tidak disebutkan sanad dan derajat keabsahannya.
86
Lihat dalam Chappy Hakim, Cat Rambut Orang Yahudi (Jakarta: Buku
Kompas, 2009), 172.
87
Lihat dalam ‘Abdulla>h Na>s}ih} ‘Ulwa>n, Tarbiyah al-Aula>d fi> al-Isla>m, Juz
1 dan Juz 2 (Beirut: Da>r al-Sala>m, 1981 dan 1996), 29-45; dan dalam Steve Olson,
Mapping Human History: Gen, Ras, dan Asal Usul Manusia, penterjemah: Agung
Prihantoro (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006), 91–92.
88
Menurut hemat penulis karakteristik pendidikan akhlak dibanding
pendidikan yang lain adalah terletak pada prosesnya terhadap diri siswa, misalnya
aspek kejujuran. Aspek kejujuran sejak dari awal diajarkan sampai siswa dewasa
akan tetap terus berproses sehingga kejujuran tersebut menjadi salah satu atau tidak
dari karakter kepribadian siswa tersebut. Sedangkan pendidikan atau pengajaran
yang sifatnya koqnitif setelah diajarkan atau setelah siswa menemukan
pengetahuan tersebut maka sejak saat itu pengetahuan tersebut akan terus tertanam
dalam otaknya sampai dia dewasa. Adapun pengajaran yang sifatnya psikomotorik
setelah diajarkan dan siswa bisa melakukannya maka sejak saat itu pula
keterampilan tersebut akan terus melekat pada diri siswa sampai dia dewasa.

54
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK

dalam hal ini penulis memandang ketiga konsep tersebut selain


sebagai konsep-konsep pendidikan menurut Islam juga adalah
sebagai suatu tahap-tahapan yang harus dilalui oleh individu dalam
proses pendidikan akhlaknya. Menurut penulis, konsep pendidikan
dalam Islam ini jika disintesiskan dengan konsep pendidikan
kontemporer yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan Barat,
maka akan ditemukan kesamaannya.
Para ahli pendidikan Barat juga mengemukakan bahwa proses
pendidikan manusia itu berlangsung seumur hidup (lifelong
education), seperti yang telah penulis ungkapkan sebelumnya.
Adapun mengenai tahapan-tahapan proses pendidikannya dapat
ditelusuri melalui berbagai teori yang dikemukakan oleh mereka.
Komisi Pendidikan Internasional UNESCO pada tahun 1996
telah merekomendasikan bahwa pendidikan seumur hidup (lifelong
education) untuk menghadapi abad ke-21 didasarkan pada 4 pilar
pembelajaran untuk masa depan. Pertama, pendidikan adalah proses
pembelajaran untuk memahami ide dan untuk belajar bagaimana
menemukan informasi, yang diistilahkan dengan learning to know
(belajar untuk mengetahui) atau learning to learn (belajar untuk
belajar). Kedua, pendidikan adalah proses pembelajaran untuk bisa
menggunakan informasi pada situasi-situasi yang baru, yang
diistilahkan dengan learning to do (belajar untuk melakukan). Ketiga,
pendidikan adalah proses pembelajaran untuk dapat hidup dan
bekerja sama dengan orang yang pikirannya berbeda, yang
diistilahkan dengan learning to live together (belajar untuk hidup
bersama). Keempat, pendidikan adalah proses pembelajaran untuk
dapat mengembangkan kepribadian secara keseluruhan, yang
diistilahkan dengan learning to be (belajar untuk menjadi seorang
yang berkepribadian utuh).89
Berdasarkan teori-teori tersebut apabila ditinjau dari
pendekatan teoritis, maka tahapan pendidikan akhlak bisa diurutkan
menjadi tahap pengenalan (ta’li>m/ learning to know), kemudian tahap
89
Lihat dalam “UNESCO Task Force on Education for the Twenty-first
Century”, 13/12/1999, http://www.unesco.org/delors/index.html (diakses pada
tanggal 21/11/2011); David Newby, Mediating between Theory and Practice in the
Context of Different Learning Cultures and Languages (Strasbourg: Council of
Europe Publishing, 2003), 49 - 50; Susan M. Awbrey dkk (ed), Integrative
Learning and Action: a Call to Wholeness (New York: Peter Lang Publishing Inc,
2006), 1; dan Louise Stoll dkk, It's about Learning (and It's about Time) (London:
Routledge Falmer, 2003), 45.

55
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK

pembiasaan atau latihan (ta’di>b/ learning to do + learning to life


together), dan terakhir adalah tahap pembentukan kepribadian
(tarbiyah/ learning to be). Pada umumnya dalam mempelajari
sesuatu maka tahap pertama yang harus dilakukan adalah
mengetahui, memahami, atau mengenal mengenai apa yang dipelajari
(tahap ta’li>m/ learning to know). Setelah itu baru meningkat ke tahap
selanjutnya yaitu tahap untuk melakukan, melatih, dan atau
membiasakan apa yang sudah dipelajari tersebut (tahap ta’di>b/
learning to do + learning to life together). Terakhir adalah tahap
yang menunjukkan sesuatu yang sudah dipelajari, diketahui,
dipahami, dikenal, dilakukan, dilatih, dan dibiasakan itu melekat pada
diri individu tersebut, sehingga menjadi salah satu aspek dari
kepribadiannya yang harus selalu dipelihara, dirawat, ditumbuh-
kembangkan, dan diperbaiki apabila perkembangannya bersifat
negatif (tahap tarbiyah/ learning to be).
Apabila ditinjau berdasarkan pendekatan praktis dan
psikologis, maka tahapan pendidikan akhlak urutannya adalah tahap
latihan atau pembiasaan (ta’di>b/ learning to do + learning to life
together), kemudian tahap pengenalan dan pemahaman (ta’li>m/
learning to know), dan tahap pembentukan kepribadian (tarbiyah/
learning to be). Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Jika seorang anak telah mengetahui (membedakan) tangan kanannya dari
tangan kirinya maka latihlah ia menunaikan salat” (HR Thabrani).
“Suruhlah anak-anakmu menjalankan ibadah salat jika mereka sudah berusia
tujuh tahun. Jika mereka sudah berusia sepuluh tahun, maka pukullah mereka
jika tidak mau melaksanakan salat dan pisahkanlah tempat tidur mereka" (HR.
Abu Daud dan al-Hakim).

Berdasarkan hadith ini dan realitas pendidikan yang dilakukan dalam


keluarga90 maka dapat disimpulkan bahwa proses pendidikan akhlak
itu bisa dimulai dari proses pelatihan atau pembiasaan (tahap ta’di>b/
learning to do + learning to life together), tanpa harus mengetahui,
memahami ataupun mengenal terlebih dahulu apa yang sedang
dilakukan, dilatih, ataupun dibiasakan. Setelah dia bisa melakukan,

90
Biasanya anak-anak selalu meniru aktifitas apapun yang dilihat dan
didengarnya, terutama aktifitas yang dilakukan oleh kedua orang tuanya tanpa dia
tahu atau mengerti tentang aktifitas tersebut. Lihat dalam Seto Mulyadi, Seri
Cerdas Emosi: Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya (Jakarta: Erlangga,
2004), 29; Singgih D. Gunarsa, Bunga Rampai Psikologi Perkembangan: dari
Anak sampai Usia Lanjut (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 126.

56
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK

terlatih, dan terbiasa, maka kemudian secara perlahan ataupun secara


cepat dia akan mengetahui, mengerti, dan mengenal mengenai apa
yang telah dilakukan, dilatih, atau dibiasakannya tersebut (tahap
ta’li>m/ learning to know). Selanjutnya karena sudah terlatih dan
terbiasa untuk melakukannya maka secara otomatis kompetensi
tersebut akan melekat erat pada diri kepribadiannya (tahap tarbiyah/
learning to be).

C. Distingsi tentang Pentingnya Pendidikan Akhlak


M. At}iyah al-Abrashi91 menyatakan bahwa esensi
sesungguhnya dari pendidikan Islam adalah mengenai pendidikan
akhlak, al-Abrashi juga menegaskan bahwa keluhuran akhlak inilah
yang menjadi tujuan dasar dari pendidikan Islam, bahkan menurutnya
kesempurnaan akhlak itu lebih diutamakan daripada penguasaan
ilmu. Hal senada juga diungkapkan oleh Abbas Mahjub92 yang
menyatakan bahwa pembentukan dan pembinaan akhlak merupakan
tujuan terpenting dari pendidikan Islam.
Dari kedua pendapat pakar pendidikan Islam tersebut dapat
dinyatakan bahwa pendidikan akhlak dalam pendidikan Islam
menempati kedudukan yang sangat penting karena merupakan esensi
dari pendidikan Islam itu sendiri.
Gary J. Quinn93 mengungkapkan bahwa tujuan yang pertama
dan yang paling utama dari pendidikan adalah untuk pembinaan
moral. Namun realitasnya sekarang ini sekolah-sekolah di Amerika
lebih mementingkan untuk mengakuisisi keterampilan-keterampilan
dasar dan pengajaran secara umum daripada pengajaran tentang
moral. Banyak orang tua di Amerika yang menganggap bahwa
sekolahan adalah sebagai baby-sitter bagi anak-anak mereka, ada
juga yang pergi ke sekolah karena ingin belajar olahraga, atau belajar
keterampilan sosial, atau belajar kebenaran politik. Bahkan di
beberapa sekolah telah menjadikan dirinya sebagai tempat untuk
belajar demi dirinya sendiri, dan menjadi jalur untuk memperoleh
pekerjaan.

91
M. At}iyah al-Abrashi, al-Tarbiyah al-Isla>miyyah wa Fala>sifatuha
(Mesir: Isa Babi al-Halabi, 1969), 9-128.
92
Abbas Mahjub, Us}u>l al-Fikr al-Tarbawi fi al-Islam (Damaskus: Da>r Ibn
Kathi>r, 1987), 157.
93
Gary J Quinn, Moral Education in America: Its Future in an Age of
Personal Autonomy and`Multiculturalism (Lincoln: iUniverse, 2004), 1-2.

57
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK

Daniel K. Lapsley94 seorang psikolog Amerika dalam


kesimpulannya menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk
membentuk identitas moral diri individu, hal ini didasarkan pada
ambisi kebanyakan dari para orang tua pada dasarnya adalah meliputi
pengembangan disposisi-disposisi moral yang penting terhadap anak-
anaknya, dan menurutnya yang paling diinginkan oleh para orang tua
adalah membesarkan anak-anaknya menjadi seseorang yang baik
hati, seseorang yang memiliki sifat-sifat yang diinginkan dan patut
dipuji, yang kepribadiannya adalah berpedoman pada etika yang kuat,
ketika dalam situasi pilihan yang radikal dia dapat melakukan hal
yang benar untuk alasan yang benar, bahkan ketika dihadapkan
dengan kecenderungan yang kuat untuk melakukan sebaliknya.
Namun dalam pendapat yang berbeda Gabriel Moran95
menyatakan bahwa pendidikan moral sudah tidak cocok lagi dalam
kurikulum pendidikan modern sekarang ini, karena menurutnya
pengajaran tentang moral dan pengajaran agama memerlukan bahasa
dan bentuk pengajaran yang berbeda dengan pengajaran lainnya.
Darlene Leiding96 juga menganggap pendidikan akhlak tidak
penting lagi di era globalisasi ini, untuk itu dia menyarankan supaya
sekolah-sekolah lebih memfokuskan kepada pendidikan pengetahuan
dan keterampilan yang terukur saja, karena menurut Leiding
perubahan nyata yang dilakukan untuk mereformasi pendidikan harus
berdasarkan alasan yang tepat dan menuju misi yang tepat. Reformasi
pendidikan seperti itu menurut Leiding akan menghasilkan hasil
dramatis yang lebih baik, masa depan yang lebih penuh harapan bagi
kaum muda, kemajuan untuk ekonomi nasional, dan kesejahteraan
sosial budaya.
Graham Haydon97 mengenai hal ini juga menyimpulkan
bahwa pendidikan moral hanyalah salah satu aspek dari pendidikan
secara keseluruhan, pendidikan moral bukanlah tujuan utama dari

94
Daniel K. Lapsley, “Moral Self-Identity as the Aim of Education”,
dalam Larry P. Nucci dan Darcia Narvaez (Ed.), Handbook of Moral and
Character Education (New York: Routledge, 2008), 30.
95
Gabriel Moran, Speaking of Teaching: Lessons from History (Lanham:
Lexington Books, 2008), 171.
96
Darlene Leiding, Reform can Make a Difference: A Guide to School
Reform (Lanham: R&L Education, 2009), 95-96.
97
Graham Haydon, “Moral Education”, dalam Randall Curren (Ed.), A
Companion to the Philosophy of Education (Malden: Blackwell Publishing, 2003),
321.

58
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK

pendidikan tetapi hanyalah salah satu pilihan yang kurang


diperhitungkan dalam tujuan pendidikan. Menurut Haydon,
pendapatnya tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa pendidikan
moral dapat dipahami melalui 2 cara, yaitu pertama, pendidikan
moral dapat dipahami sebagai salah satu tujuan pilihan dari beberapa
tujuan dalam totalitas tujuan pendidikan. Seperti diketahui bahwa
pendidikan memiliki banyak tujuan, di antaranya adalah
mengembangkan rasionalitas individu, mempromosikan pengetahuan
tentang mata pelajaran tertentu untuk kepentingan diri sendiri,
memberikan kontribusi bagi perkembangan ekonomi masyarakat, dan
sebagainya. Di antara tujuan-tujuan pendidikan tersebut, pendidikan
moral hanya menjadi salah satunya saja (atau satu set dari tujuan).
Kedua, pendidikan moral dapat dipahami sebagai salah satu pilihan
dari berbagai konten atau proses dalam totalitas mengajar dan belajar.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mata pelajaran tertentu
dalam kurikulum sekolah adalah bagian dari atau ikut berkontribusi
terhadap pendidikan moral, tetapi mata pelajaran yang lain tidak.
Bisa juga kegiatan tertentu di dalam ruang kelas, atau aspek-aspek
tertentu dari organisasi sekolah dapat memberikan kontribusi untuk
pendidikan moral, sementara yang lainnya tidak.
Pendapat-pendapat di atas, baik itu dari kalangan pemikir
pendidikan Islam maupun para pemikir pendidikan Barat secara garis
besar menggambarkan 2 kelompok pendirian, yaitu kelompok
pertama yang masih beranggapan bahwa pendidikan akhlak
mempunyai kedudukan yang sangat penting atau terpenting dalam
pendidikan yang hal ini didasarkan pada pemikiran filsafat mereka
tentang kemanusiaan dan pendidikan. Kemudian kelompok kedua
yang menganggap bahwa pendidikan akhlak tidak mempunyai
kedudukan yang penting dalam pendidikan, bahkan pendidikan
akhlak hanya menjadi salah satu sub pendidikan yang kurang
diperhitungkan yang bisa saja tidak dimuat dalam penyelenggaraan
proses pendidikan. Hal ini mereka dasarkan pada realitas tentang
kebutuhan kehidupan manusia sekarang ini yang lebih berorientasi
kepada pemenuhan kebutuhan ekonomi serta penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

59
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENDIDIKAN AKHLAK

60
BAB 3
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN
JAKARTA BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Bab ini akan membahas tentang 5 hal yang mengungkap


tentang kelembagaan Madrasah Pembangunan UIN Jakarta, yaitu
tentang profil kelembagaan, visi keunggulan akhlak, misi keunggulan
akhlak, tujuan keunggulan akhlak, serta program-program dan
kegiatan kelembagaannya.

A. Profil Kelembagaan1
MP UIN Jakarta didirikan berdasarkan adanya keinginan dari
tokoh-tokoh di Departemen Agama dan IAIN Syarif Hidayatullah
Jakarta akan adanya pendidikan Islam yang representatif. Pada awal
tahun 1972, Panitia Pembangunan Gedung Madrasah Komprehensif
dibentuk oleh Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. H.M.
Toha Yahya Omar (alm). Bulan Juni 1972, bertepatan dengan
Lustrum III IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dimulai pembangunan
gedung madrasah yang ditandai dengan peletakan batu pertama oleh
Menteri Agama RI pada masa itu, yaitu Prof. H.A. Mukti Ali dan
Rektor IAIN Syarif Hidayatullah. Tanggal 17 November 1973,
gedung madrasah diserahterimakan dari Pimpinan Bagian Proyek
Pembinaan Bantuan Untuk Madrasah Swasta Pemda DKI Jakarta
kepada IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tahun 1974, pertama kali MP UIN Jakarta membuka tingkat
ibtidaiyah. Jumlah muridnya baru 58 orang, terdiri dari Kelas I: 43
orang, Kelas II: 8 orang, dan Kelas III: 7 orang. Permulaan kegiatan
belajar mengajar dimulai pada tanggal 7 Januari 1974. Tanggal inilah
yang kemudian ditetapkan sebagai "Hari Kelahiran" Madrasah
Pembangunan.
Pada awal tahun 1977, MP UIN Jakarta membuka tingkat
tsanawiyah. Siswa angkatan pertama berjumlah 19 orang. Bulan Juli
1991, dibuka kelas jauh tingkat ibtidaiyah di Pamulang, bekerja sama
dengan Yayasan Al Hidayah sebagai penyedia lahan.

1
Lihat dalam situs resmi MP UIN Jakarta, http://www.mpuin-jkt.sch.id/
(diakses 25/11/2011); dalam Penyusun, “Kurikulum MI Pembangunan UIN
Jakarta: Tahun Pelajaran 2011 / 2012 (Jakarta: MP UIN JKT, 2011), 16–18; dan
dalam A Video Profile MP UIN Syarif Hidayatullah JKT (3 Version) Indonesia,
Arabic, English: General Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah.

61
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

Sesuai dengan keputusan Rektor IAIN Syarif Hidayatullah


Jakarta, sejak awal September 1974 pembinaan MP UIN Jakarta
dilaksanakan oleh Tim Pembinaan yang dipimpin oleh Dekan
Fakultas Tarbiyah. Tugas tim ini di antaranya adalah menyiapkan MP
UIN Jakarta sebagai ‘madrasah laboratorium’ Fakultas Tarbiyah
IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada tahun 1978, MP UIN Jakarta ditetapkan sebagai
Madrasah Pilot Proyek Percontohan oleh Departemen Agama RI
melalui Surat Keputusan Dirjen Bimas Islam Depag RI Nomor:
Kep/D/03/1978. Berdasarkan keputusan tersebut, kemudian
diselenggarakan kegiatan penataran penulisan modul dan uji coba
pembelajaran dengan sistem modul. Empat modul bidang studi
Alquran Hadits, Bahasa Arab, Bahasa Indonesia, dan Matematika
telah diujicobakan sampai dengan tahun 1985.
Mulai tahun 1988, berdasarkan Surat Keputusan Rektor IAIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor: 06 Tahun 2008, wewenang
pembinaan dan pengelolaan MP UIN Jakarta dilimpahkan kepada
Yayasan Syarif Hidayatullah Jakarta. Pengembanan sebagai
'madrasah laboratorium' dilaksanakan bersama-sama dengan Fakultas
Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tahun Pelajaran
1991/1992 MP UIN Jakarta membuka tingkat aliyah. Siswa yang
diterima pertama kali sebanyak 32 orang terdiri dari 10 laki-laki dan
22 perempuan. setelah empat tahun berjalan, berkenaan dengan
kebijakan pemerintah dalam hal pendidikan (khususnya Madrasah
Aliyah), pada Tahun Pelajaran 1995/1996 MA Pembangunan tidak
menerima pendaftaran siswa baru lagi. Tahun 1996/1997, sebanyak
31 orang siswa terakhir lulus dari MA Pembangunan IAIN Jakarta.
Seiring dengan perubahan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,
sejak tahun 2002 MP IAIN Jakarta mengikuti perubahan nama
menjadi Madrasah Pembangunan UIN Jakarta.
Tahun Pelajaran 2006/2007 atas dorongan Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan banyaknya permintaan masyarakat, MP
UIN Jakarta kembali membuka tingkat aliyah. Jumlah siswa pertama
yang diterima adalah 47 siswa terbagi dalam 2 rombongan belajar.
Setelah tiga tahun berjalan, akhir tahun 2009 Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta telah diakreditasi dengan hasil grade “A”
kategori “Sangat Memuaskan”. Tahun 2008 Madrasah Ibtidaiyah dan
Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta ditetapkan sebagai

62
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

Madrasah Standar Nasional oleh Kanwil Departemen Agama


Provinsi DKI Jakarta dengan nomor:
Kw.09.4/4/5/HK.005/2081/2008. MP UIN Jakarta statusnya adalah
swasta.
MP UIN Jakarta juga mempunyai fasilitas yang sangat
memadai untuk mendukung segala kegiatan yang berkaitan dengan
pendidikan akhlak, antara lain adalah adanya sebuah mesjid berlantai
2 yang dapat menampung seluruh siswa untuk melakukan salat
Jum’at berjamaah, gedung sekolah yang permanen dengan halaman
yang luas dan asri, ruang belajar ber-AC, OHP (over head Projector)
di setiap kelas tingkat tsanawiyah, sarana olahraga, sarana musik,
perpustakaan, laboratorium, audio visual, petugas keamanan, dan
lokasi yang aman, nyaman, dan strategis karena berada di dalam
komplek.
Sampai tahun 2011 MI Pembangunan UIN Jakarta sudah
mempunyai 76 orang guru, dan mempekerjakan 26 orang karyawan,
dengan jumlah siswa sebanyak 1515 orang, dan 42 ruang kelas (7
ruang kelas untuk tiap tingkatan kelas). Sedangkan MTs
Pembangunan UIN Jakarta sudah mempunyai 40 orang guru dengan
jumlah siswa 683 orang, dan 21 ruang kelas (7 ruang kelas untuk tiap
tingkatan). MAP UIN Jakarta sudah mempunyai 9 ruang kelas
dengan 243 orang siswa, 24 orang guru, dibantu oleh tenaga
kependidikan di bidang ketatausahaan sebanyak 9 orang, dan di
bidang akademik sebanyak 4 orang.
MP UIN Jakarta sebagai sebuah lembaga pendidikan bisa
dikategorikan kepada lembaga pendidikan untuk kalangan
masyarakat ekonomi menengah. Hal itu bisa dilihat dari biaya masuk
sekolahnya yang berkisar antara 15-18 juta Rupiah. 2 Dibandingkan
dengan sekolah lain yang lebih mahal lagi seperti sekolah Kharisma
Bangsa di Depok, maka biaya masuk di MP UIN Jakarta ini tidak
sampai setengahnya, karena di sana biaya masuknya adalah 50 juta
rupiah.3

2
Wawancara dengan staf keamanan MP UIN Jakarta tanggal 02/05/2012.
3
Observasi dan wawancara dengan Yusuf al-Tuntas staf Pengajar Sekolah
Kharisma Bangsa tanggal 09/06/2012.

63
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

B. Proyeksi Visi Keunggulan Akhlak


Sejak tahun 2000 MP UIN Jakarta memantapkan visinya4
untuk:
“Menjadikan MP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai lembaga
pendidikan dasar dan menengah terdepan dalam pembinaan keislaman, keilmuan
dan keindonesiaan, dengan mengapresiasikan potensi-potensi anak serta
perkembangan era globalisasi dan perkembangan zaman”.5
Dalam visi MP UIN Jakarta tersebut dinyatakan bahwa
lembaga pendidikan ini ingin menjadi lembaga pendidikan yang
terdepan (unggul) dalam pembinaan keislaman dan keindonesiaan.
Seperti telah diketahui bahwa dalam pembinaan keislaman itu
meliputi banyak hal yang salah satu dan termasuk yang paling utama
adalah tentang pembinaan akhlak. Pembinaan akhlak inilah yang
kemudian dijadikan MP UIN Jakarta sebagai salah satu aspek
keunggulan dari lembaga pendidikannya. Dalam visi itu juga
dinyatakan bahwa MP UIN Jakarta ingin menjadi lembaga
pendidikan yang terdepan dalam pembinaan keindonesiaan.
Pembinaan keindonesiaan memang sifatnya masih terlalu umum,
karena keindonesiaan di situ bisa berarti budaya Indonesia,
keragaman etnis, atau hal lainnya. Namun dalam bahasan ini lebih
mengarah kepada nilai-nilai akhlak yang menjadi identitas dari
bangsa Indonesia. Pengertian identitas menurut Adrian Vickers dan
Lyn Fisher dapat digunakan untuk menunjukkan posisi orang dalam
masyarakat Indonesia, dan dalam negara Indonesia. Tetapi pada saat
yang sama identitas tersebut memiliki logika dan sejarahnya sendiri,
di luar dari rekayasa negara. Namun pada kenyataannya Adrian
Vickers dan Lyn Fisher menyimpulkan bahwa identitas nilai-nilai
kepribadian bangsa Indonesia sangat erat kaitannya dengan negara. 6
Dengan demikian pembinaan keindonesiaan jika dikaitkan dengan

4
Wawancara dengan Waka MTsP UIN JKT Bidang Kurikulum Syukri AG
tanggal 16/04/2012.
5
Lihat dalam Penyusun, “Kurikulum MI Pembangunan UIN Jakarta Tahun
Pelajaran 2011/ 2012” (Jakarta: Madrasah Pembangunan UIN Jakarta, 2011), 39;
Tim Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan UIN Jakarta Tahun pelajaran 2011/
2012” (Jakarta: Madrasah Pembanguan UIN Jakarta, 2011), 18; dan dalam Tim
Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun pelajaran 2011/ 2012” (Jakarta:
MP UIN Jakarta, 2011), 6.
6
Lihat dalam Adrian Vickers dan Lyn Fisher, “Asian Values in Indonesia?
National and Regional Identities”, Journal of Social Issues in Southeast Asia, Vol.
14, No. 2, ASIAN WAYS: ASIAN VALUES REVISITED (1999), 382-401,
http://www.jstor.org/stable/41057002 (diakses 30/04/2012).

64
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

pendidikan akhlak berarti menyangkut pembinaan akhlak yang


berdasarkan nilai-nilai Islam yang dikolaborasikan dengan nilai-nilai
dan kebiasaan yang menjadi karakteristik bangsa Indonesia.
Membahas tentang visi Barry B. Gallagher seorang Kolonel,
Pengajar, dan Administrator Sekolah Amerika menyimpulkan bahwa
visi berkaitan dengan 2 hal, yaitu imajinasi dan masa depan. 7 Menurut
Ralph Brody visi adalah impian yang tidak pernah dapat
direalisasikan, namun visi tersebut cukup menjadi alasan untuk selalu
mencoba mewujudkannya.8 Tetapi menurut Neil Harding Snyder
(dkk) visi itu lebih dari sebuah ide atau cita-cita. Visi juga sekaligus
menggambarkan masa depan dan masa kini, visi sifatnya menarik
secara simultan terhadap logika dan perasaan, maksudnya adalah
masuk akal dan dapat menimbulkan inspirasi yang kuat, serta
memunculkan harapan dan kebanggaan dalam pencapaiannya yang
simultan. 9 Jika mengacu kepada tulisan dari Hiryanto, visi
kelembagaan pendidikan atau sekolah berarti suatu pernyataan yang
berupa rangkaian kalimat yang menyatakan gambaran keadaan dan
karakteristik yang dicita-citakan atau diimpikan sebuah lembaga
pendidikan atau sekolah di masa depan. 10 Dengan kata lain visi
merupakan pernyataan want to be dari lembaga pendidikan tersebut.
Hal ini mengindikasikan bahwa visi merupakan sesuatu hal yang
sangat krusial bagi suatu lembaga pendidikan dalam rangka untuk
menjamin kelestarian dan kemajuannya untuk jangka panjang.
Pembahasan tentang visi ini jika dikaitkan dengan pendidikan
akhlak maka seorang ahli pendidikan dari Universitas Riau yaitu

7
Barry B. Gallagher, The Secrets of Life Power (Mequon: Nightengale
Press, 2008), 173.
8
Ralph Brody, Effectively Managing Human Service Organizations
(California: Sage Publications Inc, 2005), 26.
9
Neil Harding Snyder (dkk), Vision, Values, and Courage: Leadership for
Quality Management (New York: The Free Press, 1994), 74.
10
Hiryanto, “Mutu Administrasi Lembaga PKBM (Tata Kelola)”,
Makalah,
https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:AGfNy4tJqG0J:staff.uny.ac.id/sites/
default/files/tmp/Makalah%2520PPM.%2520Tata%2520kelola%2520PKBM_1.pd
f+Imagible,+Desirable,+Feasible,+Focused,+flexible,+Communicable&hl=id&gl=i
d&pid=bl&srcid=ADGEESjRN1saCqyXHf9iUrmugfDxShTtl2hXb5kVlQJWYPaS
AufEmylR1VgxEWTDpXZysEfOJj2V9ZLKkp8oHx2wGrgX_XCFoL7seiX9Vl5I
1PfyBvHZ78r1pQXGTcHbBkimt2Uxx8er&sig=AHIEtbRCX0SpimChjunFeFbgX
T6xRF4EQA (diakses 17/01/2012). Hiryanto adalah dosen di Universitas Negeri
Yogyakarta (UNY).

65
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

Isjoni menyatakan bahwa cara yang tepat untuk menanamkan sesuatu


yang dianggap penting dan berarti kepada siswa adalah dengan
memasukkan hal yang penting dan berarti tersebut ke dalam proyeksi
suatu visi keunggulan.11 Jika akhlak dianggap sebagai sesuatu yang
penting dan berarti untuk ditanamkan kepada siswa, maka pendidikan
akhlak harus dimasukkan sebagai salah satu dari proyeksi suatu visi
keunggulan dari suatu kelembagaan pendidikan.
Pendidikan akhlak yang salah satu permasalahan utamanya
adalah terletak pada kurang maksimalnya penyelenggaraan
pendidikan akhlak di sekolah, ternyata bisa diatasi dengan cara pihak
sekolah haruslah mengawalinya dengan mempunyai anggapan bahwa
pendidikan akhlak kepada siswa adalah sesuatu yang sangat penting
untuk diajarkan. Adanya anggapan seperti ini akan membuat pihak
sekolah harus menjadikan pendidikan akhlak sebagai salah satu dari
visi keunggulannya.
Lembaga pendidikan atau sekolah pada tingkat pendidikan
dasar (PAUD, MI/ SD) bisa saja mempunyai visi untuk dijadikan
sebagai RA yang unggul di bidang akhlak, atau TK yang unggul di
bidang akhlak, atau MI yang unggul di bidang akhlak atau SD yang
unggul dalam akhlak. Begitu juga dengan lembaga pendidikan atau
sekolah pada tingkat pendidikan menengah, jika MTs/ SMP dan MA/
SMA tersebut menganggap bahwa akhlak mulia adalah merupakan
sesuatu yang penting dan sangat berarti untuk dimiliki oleh para
siswa, maka MTs/ SMP dan MA/ SMA tersebut harus memvisikan
sekolahnya untuk menjadi sekolah yang unggul dalam akhlak.12
Menurut hemat penulis berdasarkan konsep pendidikan seumur hidup
(lifelong education) dan berdasarkan tahapan proses pendidikan
akhlak, maka pada level pendidikan tinggi pun seharusnya konsep
visi keunggulan akhlak ini masih tetap bisa diterapkan, sehingga
proses pendidikan akhlak tetap terus berjalan secara berkelanjutan
dan terpelihara sejak dari tingkat dasar (awal) sampai kepada tingkat
tertinggi dari semua jenjang pendidikan.
Dalam menetapkan visi suatu lembaga pendidikan banyak hal
yang harus diperhatikan. Mohammad Abdul Mukhyi, seorang

11
Isjoni, Membangun Visi Bersama: Aspek-Aspek Penting dalam
Reformasi Pendidikan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006), 51.
12
Lihat dalam situs resmi MP UIN Jakarta, http://www.mpuin-jkt.sch.id/
(diakses 25/11/2011); dan dalam A Video Profile MP UIN Syarif Hidayatullah JKT
(3 Version) Indonesia, Arabic, English: General Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah.

66
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

pengajar di Universitas Gunadarma menuliskan dalam makalahnya


bahwa visi yang efektif harus memiliki beberapa karakteristik, yaitu
imagible (dapat di bayangkan), desirable (menarik), feasible
(realistis dan dapat dicapai), focused (jelas), flexible (aspiratif dan
responsif terhadap perubahan lingkungan), dan communicable
(mudah dipahami). Mukhyi juga menambahkan bahwa ada 5 kriteria
yang harus dipenuhi dalam mengungkapkan pernyataan visi agar bisa
dikategorikan baik, yaitu succinct (pernyataan visi harus singkat
sehingga tidak lebih dari 3-4 kalimat); appealing (visi harus jelas dan
memberikan gambaran tentang masa depan yang akan memberikan
semangat); feasible (visi yang baik harus bisa dicapai dengan
resource, energi, dan waktu, serta haruslah menyertakan tujuan dan
objective yang strecth); meaningful (pernyataan visi harus bisa
menggugah emosi positif namun tidak boleh menggunakan kata-kata
yang mewakili sebuah emosi); measurable (pernyataan visi harus
bisa diukur sehingga dimungkinkan untuk melakukan pengukuran
kinerja sehingga diketahui apakah visi sudah bisa dicapai atau
belum).13
Menurut Barry B. Gallagher ada 9 karakteristik yang paling
kuat untuk visi yang efektif, yaitu ambisius (ambitious), visi yang
benar-benar menginspirasi akan menyebabkan orang melakukan
peregangan untuk mencapai masa depan yang diinginkan. Visi bukan
tentang mempertahankan status quo, tetapi tentang masa depan yang
lebih besar dan lebih baik; Sesuai (appropriate), visi harus menjadi
milik yang punya visi dan harus sejalan dengan nilai-nilai, keyakinan,
impian, dan tujuannya; Menarik (desirable), sebuah visi yang efektif
harus naik banding untuk impian dan tujuan jangka panjang. Suatu
visi harus benar-benar didedikasikan dalam upaya untuk menuju dan
mencapainya; Futuristik (futuristic), visi harus mampu mengalihkan
fokus rutinitas dari hari ke hari ke keadaan masa depan yang
diinginkan. Kerangka waktu dari visi tidak sepenting fakta bahwa ia
melampaui keseharian kehidupan dan mengarahkan kepada tujuan.
Nilai terbesar dari visi adalah bahwa hal itu memberikan arah untuk
jangka panjang sehingga tindakan keseharian terhubung ke masa

13
Mohammad Abdul Mukhyi, “Visi, Misi, Goal, Objektive, Falsafah
Perusahaan”,
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:nDTtJ7i0tj4J:staffsite.gun
adarma.ac.id/mukhyi/index.php?stateid%3Ddownload%26id%3D18076%26part%
3Dfiles+Imagible,+Desirable,+Feasible&hl=id&gl=id (diakses 18/ 01/ 2012).

67
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

depan yang diinginkan; Idealistis (idealistic), visi harus mencakup


cita-cita yang diyakini dan ingin dicapai. Visi yang tertanam pada
dasar yang kuat dari integritas, kejujuran, dan keyakinan pada
kebaikan dasar manusia dan kehidupan dapat menjadi kekuatan dan
motivasi yang sangat kuat; Cukup besar untuk berkembang menjadi
(big enough to grow into), visi harus cukup besar untuk bertahan
seumur hidup, dan visi tersebut idealnya meliputi apa yang
dibayangkan sebagai kehidupan yang terbaik; Motivasional
(motivational), visi yang terbaik dapat memberikan kekuatan untuk
menginspirasi keyakinan, pikiran, kata-kata, dan kegiatan. Visi juga
dapat menjadi kekuatan magnet dalam kehidupan yang secara literal
menarik untuk mencapai masa depan yang diinginkan; Khas atau
unik (unique), setiap visi haruslah merefleksikan identitas dan tujuan
spesialnya sendiri. Visi yang khas akan menambah timbulnya
perbedaan kebutuhan dalam kehidupan. Visi haruslah
mengekspresikan suatu tujuan yang spesial, bukanlah meniru apa
yang telah dilakukan; Membangkitkan semangat (uplifting), visi
haruslah mengarahkan upaya-upaya untuk menuju tujuan-tujuan yang
lebih tinggi dan kelayakan yang dicita-citakan. Visi yang terbaik
menyebabkan kelonggaran dalam rangka mencapai tujuan atau
keadaan akhir yang diinginkan. Visi ini harus membuat elemen-
elemen untuk menjadi dan melakukan yang terbaik.14
John Lawler dan Andy Bilson juga memberikan arahan bahwa
teori SMART (SMART Theory) juga harus diperhatikan dalam
menentukan visi, yaitu: S = Specific, artinya spesifik dan detail; M =
Measurable, artinya visi harus terukur, atau ukurannya jelas; A =
Achievable, artinya sangat mungkin untuk bisa dicapai/ bukan suatu
hal yang mustahil; R = Realistic, artinya dapat dicapai dengan
perhitungan yang realistis; dan T = Timely, artinya waktu pencapaian
target juga harus jelas. 15
Hiryanto juga menyarankan bahwa visi yang baik itu harus
berorientasi ke masa depan, tidak dibuat berdasarkan kondisi dan tren
pada saat ini, mengekspresikan kreativitas, berdasar pada prinsip nilai
yang mengandung penghargaan bagi masyarakat, dan memperhatikan

14
Barry B. Gallagher, The Secrets of Life Power, 174–175.
15
John Lawler dan Andy Bilson, Social Work Management and
Leadership: Managing Complexity with Creativity (Abingdon: Routledge, 2010),
85.

68
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

sejarah, kultur, nilai organisasi meskipun ada perubahan yang


terduga.16
Dengan demikian visi yang baik dan efektif dari suatu
lembaga pendidikan atau sekolah karakteristiknya adalah harus dapat
dibayangkan (imagible), menarik (desirable), realistis dan dapat
dicapai (feasible), jelas (focused), aspiratif dan responsif terhadap
perubahan lingkungan (flexible), mudah dipahami (communicable),
singkat (succinct), menggugah emosi positif (meaningful), ambisius
(ambitious), sesuai (appropriate), futuristik (Futuristic), idealistis
(idealistic), cukup besar untuk berkembang menjadi (big enough to
grow into), khas atau unik (unique), spesifik dan detail (specific),
terukur (measurable), dan mempunyai target waktu yang jelas
(timely).
Untuk menyampaikan visi tersebut John Kotter
mengungkapkan bahwa ada 7 elemen kunci yang dapat digunakan
untuk meningkatkan efektifitas komunikasi visi (effective
communication of vision), yaitu simplicity (visi dinyatakan secara
sederhana sehingga mudah dikomunikasikan kepada semua orang
baik secara internal maupun eksternal sekolah); Metaphor, analogy,
dan example (visi ditulis secara sederhana bisa berupa kata-kata yang
bersifat kiasan, analogi dan contoh agar visi dapat lebih mudah
dikomunikasikan); Multiple forum (visi dapat dikomunikasikan
melalui berbagai cara antara lain melalui rapat besar, memo, surat
kabar, poster dan pembicaraan informal lainnya); Repetition (visi
akan dapat meresap dan dipahami secara mendalam biasanya setelah
visi tersebut didengar berkali-kali); Leadership by example (visi akan
lebih efektif jika dikomunikasikan dengan adanya kesamaan antara
perkataan dan perilaku atasan atau pimpinan lembaga pendidikan);
Explanation of seeming inconsistencies (jika ternyata terdapat
inkonsistensi seperti pada poin 5, maka pihak manajemen sekolah
harus segera memberikan penjelasan kepada seluruh guru, staf, dan
siswa secara sederhana dan jujur untuk menghindari berkurangnya
kepercayaan mereka kepada manajemen sekolah); dan give dan take
(visi disampaikan melalui dua arah).17

16
Hiryanto, “Mutu Administrasi Lembaga PKBM (Tata Kelola)”.
17
Lihat dalam Ehap H. Sabri (dkk), Purchase Order Management Best
Practices: Process, Technology, and Change Management (Lauderdale: J. Ross
Publishing, 2007), 180; Darrell L. Casey, The Role of Change Leadership in a
Operations Excellence Transformation Model (tanpa kota: Lulu, 2008), 112;

69
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

Dalam rangka untuk memenuhi kriteria-kriteria inilah MP


UIN Jakarta kemudian menuangkan visi kelembagaannya menjadi
sebuah pernyataan singkat sekolah yang sifatnya seperti sebuah
slogan atau sebuah motto yang berbunyi “Tiga pilar keunggulan:
basic sains (basic science), bahasa (language), dan akhlakul karimah
(Islamic values and attitude)”.18
berdasarkan pendapat Mukhyi, lembaga pendidikan atau
sekolah juga dapat memanfaatkan visi tersebut sebagai pemersatu
tujuan, arah dan sasaran; sebagai dasar untuk pemanfaatan dan
alokasi sumber daya serta pengendaliannya; dan sebagai pembentuk
dan pembangun budaya sekolah atau kelembagaan pendidikan
(school culture).19

C. Proyeksi Misi Keunggulan Akhlak


Visi yang jelas mengenai pendidikan akhlak harus dilanjutkan
dengan menuangkannya ke dalam misi-misi yang harus dijalankan
untuk mencapai visi tersebut. Sebuah lembaga pendidikan atau
sekolah dalam rangka untuk mencapai visi yang sudah dicanangkan,
maka sekolah tersebut haruslah kemudian melanjutkannya dengan
menyusun misi-misi yang harus dijalankan untuk mewujudkan visi
yang ingin diraih. Misi-misi ini merupakan tugas-tugas yang bersifat
sebagai suatu kewajiban bagi pihak sekolah untuk
20
melaksanakannya.
Menurut Lois Brown Easton, misi mengungkapkan
pernyataan yang sangat khas dan memfokuskan pada keunikan
sekolah mengenai yang sekolah yakini dan lakukan, serta tentang
posisi sekolah nantinya di masa depan.21

Jodene DeKorte, Community College Online Learning Administrators (Ann Arbor:


UMI, 2009), 31; dan dalam Barry Dym (dkk), Managing Leadership Transition for
Nonprofits: Passing the Torch to Sustain Organizational Excellence (New Jersey:
Pearson Education Inc, 2011), 86.
18
Lihat dalam Penyusun, “Kurikulum MI Pembangunan UIN Jakarta
Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 44; Tim Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan
UIN Jakarta Tahun pelajaran 2011/ 2012”, 31; dan dalam “Madrasah Pembangunan
UIN Jakarta”, http://www.mpuin-jkt.sch.id/content/view/13/85/ (diakses
23/01/2012).
19
Lihat dalam Mohammad Abdul Mukhyi, “Visi, Misi, Goal, Objektive,
Falsafah Perusahaan”.
20
Lihat dalam Tim Redaksi, Kamus Bahasa Indonesia, 961.
21
Lois Brown Easton, Professional Learning Communities by Design:
Putting the Learning Back into PLCs (London: Corwin, 2011), 54.

70
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

Pendapat Thomas P. Holland dan Roger A. Ritvo jika


dikaitkan dengan pendidikan maka pernyataan misi merupakan
ringkasan tentang seluruh tujuan dari suatu sekolah dan menjadi
alasan dalam pendiriannya. Menurutnya pernyataan misi yang baik
mengidentifikasikan suatu pencarian akhir tetapi tidak menjelaskan
cara yang digunakan untuk mencapainya. Misi tersebut menyatakan
aspirasi sekolah untuk menjadi dan mencapai sesuatu. Pernyataan itu
juga menggambarkan perbedaan dan keterbatasan dari sekolah,
sehingga memungkinkan orang untuk memahami misi dan
kepentingan dari sekolah tersebut. Thomas dan Roger juga
mengarahkan bahwa pernyataan misi yang baik adalah singkat dan
langsung mengarah, tidak lebih dari satu atau dua kalimat; berfokus
pada tujuan utama sekolah; inspiratif, memotivasi untuk menuju
tujuan yang visioner; mudah diingat dan mudah untuk dijelaskan; dan
menjadi dasar untuk menetapkan tujuan dan prioritas sekolah.22
George D. Kuh (dkk) berpendapat bahwa misi mengacu pada
tujuan menyeluruh dan menentukan nada dari suatu sekolah, selain
itu misi juga menyampaikan tujuan pendidikan, baik berdasarkan
agama, keyakinan ideologis, atau pendidikan, misi pun memberikan
arahan kepada semua aspek kehidupan sekolah, termasuk kebijakan
dan praktik yang mendorong siswa sukses. Kuh juga menyimpulkan
bahwa misi yang disertai dengan filsafat dapat memberikan sesuatu
yang rasional kepada program, kebijakan, dan praktis sekolah. 23
Menurut Deborah A. Stewart pernyataan-pernyataan misi
merupakan panduan penting untuk membantu sekolah tetap responsif
terhadap komunitasnya. Deborah juga menyarankan supaya misi-misi
itu dinyatakan secara ringkas dan jelas yang menggambarkan tujuan
sekolah, menjabarkan nilai-nilai inti, dan mengidentifikasi orang-
orang yang dilayaninya. 24
Dari sekian banyak pernyataan misi yang dikemukakan oleh
ratusan lembaga pendidikan di dunia berdasarkan suatu scanning
mengenai hal itu, maka Grant P. Wiggins dan Jay McTighe
menyimpulkan bahwa ada 3 hal tujuan jangka panjang pendidikan

22
Thomas P. Holland dan Roger A. Ritvo, Nonprofit Organizations:
Principles and Practices (New York: Columbia University Press, 2008), 128.
23
George D. Kuh (dkk), Student Success in College: Creating Conditions
that Matter (San Fransisco: John Wiley and Sons Inc, 2010), 25.
24
Deborah A. Stewart, Effective Teaching: A Guide for Community
College Instructors (Washington, DC: Community College Press, 2004), 4.

71
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

yang mendominasi, yaitu berkenaan dengan belajar seumur hidup,


berkenaan dengan berpikir kritis dan kreatif, dan berkenaan dengan
kontribusi produktif untuk masyarakat.25
Di MP UIN Jakarta ada 5 misi yang dijalankan dalam rangka
untuk mewujudkan visinya yang ingin menjadi lembaga pendidikan
yang unggul dalam bidang akhlak. Pertama, menyelenggarakan
pendidikan yang akan melahirkan lulusan yang beriman dan bertaqwa
serta memiliki kemampuan kompetitif dan keunggulan komparatif.
Kedua, melakukan inovasi kurikulum dengan aksentuasi pada
pembinaan keislaman serta apresiatif terhadap kecenderungan
globalisasi dengan tetap berpijak pada kepribadian Indonesia. Ketiga,
melakukan pembinaan tenaga pendidik sebagai tenaga
profesional yang menguasai aspek keilmuan, keterampilan mengajar,
kepribadian pedagogis serta komunikasi global yang dijiwai akhlak
mulia. Keempat, melakukan pembinaan tenaga kependidikan yang
profesional, yang menguasai bidang ilmu yang mendukung tugasnya,
etos kerja yang tinggi, serta kepribadian yang islami. Kelima,
melakukan pembinaan kemandirian dan team work melalui berbagai
aktifitas belajar baik intra maupun ekstrakurikuler.26
Untuk menyusun pernyataan misi seperti yang telah
disebutkan di atas maka berdasarkan kepada pendapat Emil Angelica,
ada 7 tahapan yang harus dilakukan untuk membuat atau menyusun
pernyataan-pernyataan misi sekolah. Tahap pertama adalah memilih
tim perumus pernyataan misi, biasanya yang dipilih adalah orang
yang sudah berpengalaman dan ikut bertanggungjawab dalam
perencanaan sekolah. Tahap kedua adalah mengklarifikasi nilai-nilai
inti, pimpinan mengidentifikasi pernyataan-pernyataan prioritas yang
diyakini merupakan dasar cetakan bangunan kelembagaan atau
sekolah, juga yang membentuk suatu kriteria yang menentukan benar
atau salah dalam suatu kelembagaan atau sekolah. Tahap ketiga
adalah meninjau strategi yang mendasari kelembagaan atau sekolah,
terutama meninjau strategi yang digunakan untuk mencapai misi.
Tahap keempat mengevaluasi pernyataan misi saat ini, dalam hal ini

25
Grant P. Wiggins dan Jay McTighe, Schooling by Design: Mission,
Action, and Achievement (Alexandria: ASCD, 2007), 11.
26
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun
Pelajaran 2011/ 2012”, 6; Tim Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan UIN
Jakarta Tahun pelajaran 2011/ 2012”, 18; dan dalam Penyusun, “Kurikulum MI
Pembangunan UIN Jakarta Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 39-40.

72
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

tim melakukan peninjauan juga kritik terhadap misi-misi tersebut


sebagai dasar untuk menulis kembali atau menentukan misi-misi
yang baru. Tahap kelima adalah membuat rancangan pernyataan misi,
maksudnya adalah tim menggubah atau menulis ulang pernyataan
misi. Tahap keenam adalah mengedarkan pernyataan misi untuk
meninjau dan memodifikasi, rancangan pernyataan misi
disirkulasikan kepada para stake holder kunci untuk mendapatkan
kritik dan saran, dan jika diperlukan pernyataan misi masih bisa
untuk dimodifikasi. tahap ketujuh adalah mengadopsi pernyataan
misi, pada tahap akhir ini tim meninjau kembali pernyataan misi yang
telah ditulis atau yang telah dimodifikasi dan kemudian
menyerahkannya kepada sekolah untuk dijadikan sebagai misi
kelembagaan atau sekolah.27

D. Proyeksi Tujuan dan Sasaran Keunggulan Akhlak


Ynhui Park seorang filsuf pendidikan Korea mengungkapkan
bahwa pendidikan adalah kegiatan yang disengaja, oleh karena itu
konsep pendidikan tanpa konsep tujuannya atau konsep pendidikan
tanpa tujuan adalah suatu analitis yang tidak dapat dipikirkan
(uninteligible). Bahkan menurut Ynhui Park para filsuf besar seperti
Konfusius, Plato, Aristoteles, Rousseau, Kant, Kwek, dan yang
lainnya, mereka membicarakan dan menanyakan tidak hanya tentang
tujuan khusus kegiatan pendidikan tertentu saja, tetapi juga tujuan
akhir dari pendidikan pada umumnya.28
Untuk itu VK Rao seorang ahli pendidikan India menyatakan
bahwa perhatian pertama dari kurikulum harus pada aspek tujuan
pendidikan sekolah untuk siswa-siswanya. Menurut Rao tujuan
pendidikan sekolah berpusat pada tujuan-tujuan, aspirasi-aspirasi, dan
ambisi-ambisi dari orang-orang yang hidup dalam komunitas sekolah.
Tujuan, aspirasi, dan ambisi orang-orang dari komunitas tersebut
berasal dari kebiasaan, adat istiadat, dan tradisi budaya mereka.29

27
Lihat dalam Emil Angelica, The Fieldstone Alliance Nonprofit Field
Guide to Crafting Effective Mission and Vision Statements (Saint Paul: Fieldstone
Alliance, 2001), 15-16.
28
Ynhui Park, “Rationality and Human Dignity – Confucius, Kant and
Scheffler on the Ultimate Aim of Education”, dalam Harvey Siegel (Ed.), Reason
and Education: Essays in Honor of Israel Scheffler (Dordrecht: Kluwer Academic
Publisher, 1997), 7.
29
V. K. Rao, Principles of Curriculum (New Delhi: APH Publishing Corp,
2008), 2.

73
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

Dennis Littky dan Samantha Grabelle menyimpulkan bahwa


ada 14 tujuan yang sebenarnya dari pendidikan, yaitu untuk belajar
seumur hidup (lifelong learners); untuk kegairahan (passionate);
untuk kesiapan menerima resiko (ready to take risks); dapat
memecahkan masalah dan berpikir secara kritis (able to problem-
solve and think critically); dapat memperhatikan segala sesuatu
secara berbeda (able to look at things differently); dapat bekerja
sendiri dan dengan orang lain secara bebas (able to work
independently and with others); menjadi seorang yang kreatif (be
creative); kepedulian dan ingin membantu komunitasnya (care and
want to give back to their community); ketekunan (persevere); punya
integritas dan respek diri (have integrity and self-resfect); punya
keteguhan moral (have moral courage); dapat memanfaatkan dunia
sekitarnya dengan baik (able to use the world around them well);
dapat berbicara, menulis, membaca, dan bekerja dengan perhitungan
yang baik (speak well, write well, read well, and work well with
numbers); dan dapat benar-benar menikmati kehidupan dan pekerjaan
(truly enjoy their life and their work).30
Kathryn R. Wentzel mengungkapkan bahwa di tingkat
kebijakan, tujuan pendidikan diarahkan untuk pengembangan
kompetensi sosial serta prestasi akademis, juga untuk menghasilkan
suatu model warga negara sekaligus para sarjana. Namun menurutnya
sejak tahun 1848 tujuan pendidikan secara umum telah dinyatakan
secara eksplisit di sekolah-sekolah umum untuk pengembangan
karakter dan tanggung jawab sosial di hampir setiap pernyataan
kebijakan pendidikan, tujuan-tujuan ini dipromosikan dengan
frekuensi yang sama seperti tujuan untuk pengembangan
keterampilan akademik. Menurutnya perilaku sosial dalam bentuk
karakter moral, kesesuaian dengan aturan-aturan sosial dan norma-
norma, kerjasama, dan gaya positif dari interaksi sosial secara khusus
telah dipromosikan secara konsisten sebagai tujuan yang akan dicapai
oleh siswa.31
Raphael J. Njoroge dalam penelitiannya menemukan bahwa
tujuan utama pendidikan di negara-negara Afrika di antaranya adalah

30
Dennis Littky dan Samantha Grabelle, The Big Picture: Education is
Everyone's Business (Alexandria: ASCD, 2004), 1.
31
Kathryn R. Wentzel, “School Adjustment”, dalam Irving B. Weiner dkk
(Ed.), Handbook of Psychology: Volume 7 Educational Psychology (New Jersey:
John Wiley and Sons Inc, 2003), 237.

74
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

untuk mempromosikan persatuan nasional dan untuk menghilangkan


kesenjangan sosial, untuk menciptakan warga negara yang
berkualitas, untuk mempromosikan pengembangan bakat dan
kepribadian individu secara maksimal, untuk menanamkan sikap
positif terhadap upaya kerjasama dan tanggung jawab sosial bersama,
dan untuk mempromosikan pembangunan ekonomi nasional. 32
Sedangkan dalam ruang lingkup keilmuan tujuan pendidikan
bisa bermacam-macam. Menurut Yerroju Bhaskaracharyul tujuan
pendidikan sosial diarahkan untuk mewujudkan suatu masyarakat
yang dapat bertahan hidup dengan kedamaian, kesejahteraan dan
bermartabat.33 Pada pendidikan Sains menurut Michael Martin
seharusnya ditujukan untuk menghasilkan orang-orang yang dijiwai
oleh semangat keilmuan yang dimanifestasikannya dalam semua
konteks yang relevan. 34 Pada pendidikan moral (akhlak) menurut
Daniel K. Lapsley ditujukan untuk membentuk manusia yang
mempunyai moral kepribadian sendiri. 35 Asahel D. Woodruff dan
Philip G. Kapfer juga menyatakan bahwa tujuan perilaku dalam
pendidikan merupakan alat yang ampuh untuk membuat tujuan
pendidikan yang tepat, untuk mengidentifikasi media dan kegiatan
belajar yang relevan, dan untuk mengetahui saat tujuan pendidikan
telah tercapai.36
Adapun menurut pandangan para pemikir Islam telah penulis
simpulkan bahwa pendidikan akhlak bertujuan untuk membentuk
manusia yang bermoral baik dan bertingkah laku mulia serta beradab.
Di MP UIN Jakarta, telah dikemukakan sebelumnya bahwa
lembaga pendidikan ini memvisikan sekolahnya menjadi sebuah
sekolah yang unggul dalam akhlakul karimah, maka sekolah ini

32
Raphael J. Njoroge, Education for Renaissance in Africa (Victoria:
Trafford, 2004), 92.
33
Yerroju Bhaskaracharyul, Education and Society (New Delhi: Discovery
Publishing House, 2006), 3.
34
Michael Martin, Concepts of Science Education: A Philosophical
Analysis (Lanham: University Press of America, 1985), 158.
35
Daniel K. Lapsley, “Moral Self-Identity as the Aim of Education”,
dalam Larry P. Nucci dan Darcia Narvaéz, Handbook of Moral and Character
Education, 30.
36
Asahel D. Woodruff dan Philip G. Kapfer, “Behavioral Objectives and
Humanism in Education: A Question of Specificity”, dalam anonim, Performance
Objectives in Education (New Jersey: Educational Technology Publication, 1973),
109.

75
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

mempunyai tujuan dan sasaran yang jelas mengenai pendidikan


akhlak yang diselenggarakannya, yaitu pada dasarnya untuk
melahirkan siswa-siswa lulusan yang berakhlak mulia. Secara rinci
ada 7 tujuan dan sasaran pendidikan akhlak di MP UIN Jakarta.37
Pertama adalah mewujudkan pendidikan yang dapat
melahirkan lulusan beriman dan bertaqwa dengan kemampuan
kompetitif serta memiliki keunggulan-keunggulan komparatif.
Sasaran dari tujuan ini adalah terbentuknya pribadi lulusan yang
senantiasa melaksanakan shalat lima waktu, menunjukkan sikap
hormat kepada orang tua dan guru serta kasih sayang dan
menghormati antar sesama, biasa mengucapkan salam dan salim,
menguasai pengetahuan atas ilmu yang telah didapatnya di sekolah,
dan memiliki kemampuan bersaing yang tinggi.
Dalam tujuan penyelenggaraan pendidikan ini tergambar 5
cakupan pendidikan akhlak yang menjadi sasaran, yaitu akhlak
kepada Allah, kepada orang tua, kepada guru, terhadap diri sendiri,
dan akhlak terhadap ilmu. Akhlak kepada Allah terlihat pada
pernyataan ‘beriman dan bertakwa” yang diwujudkan dengan sasaran
sikap istiqamah dalam melaksanakan salat lima waktu. Akhlak
kepada orang tua dan guru merupakan sasaran dari sikap hormat dan
dengan etika/ adab yang baik yaitu dengan kebiasaan salam dan salim
dari siswa kepada orang tua dan guru mereka. Sedangkan akhlak
terhadap diri sendiri adalah sasaran dari sikap untuk memiliki
kemampuan bersaing (sikap kompetitif) yang tinggi. Adapun akhlak
terhadap ilmu diwujudkan dengan sasaran sikap penguasaan terhadap
pengetahuan atas ilmu yang telah diperolehnya di sekolah.
Kedua adalah terwujudnya kurikulum yang memiliki
kekuatan pada pembinaan keislaman, sains dan teknologi serta
apresiatif terhadap kecenderungan globalisasi dengan tetap berpijak
pada kepribadian Indonesia dan kemampuan potensi anak. Sasaran
dari tujuan ini adalah terimplementasinya pembiasaan kehidupan
keberagamaan yang dilakukan melalui kegiatan habitual kurikulum
dalam kehidupan sehari-hari, mampu menyerap informasi dan
senantiasa meng-update pengetahuan melalui teknologi informasi,
memiliki kepekaan terhadap isu-isu nasional dan global,

37
Lihat dalam “Toward Excellent Islamic School of MP UIN Jakarta 2030:
Rencana Induk Pengembangan MP UIN Jakarta 2011-2030” (Jakarta: MP UIN
Jakarta, 2011), 11-14.

76
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

menunjukkan potensi personal dalam upaya pengembangan diri, dan


memiliki kepribadian Indonesia.
Pada tujuan ini yaitu mengenai kurikulum MP UIN Jakarta,
orientasi pendidikan akhlaknya dapat dikelompokkan ke dalam 4
aspek, yaitu akhlak kepada Allah melalui sasaran kegiatan habitual
kurikulum yang isinya sangat dominan dengan kegiatan ibadah
keagamaan, yang dengan kegiatan ibadah ini menunjukkan sikap
ketaatan kepada perintah dan larangan Allah SWT. Kemudian aspek
tentang akhlak terhadap diri sendiri seperti sikap proaktif, rajin
menuntut ilmu, percaya diri, dan menghargai budaya lokal. Sikap
proaktif dan rajin menuntut ilmu adalah sikap yang akan dituju oleh
sasaran dalam kemampuan guru dan siswa untuk menyerap informasi
dan senantiasa meng-update pengetahuannya melalui teknologi
informasi. Sedangkan sikap percaya diri merupakan sikap yang
menjadi sasaran dari kemampuan para guru dan siswa untuk
menunjukkan potensi personal dan upaya mereka untuk
mengembangkan diri. Adapun sikap menghargai terhadap budaya
lokal merupakan sikap yang menjadi sasaran dari pemilikan
kepribadian Indonesia dari para guru dan siswa. Satu lagi yaitu aspek
tentang akhlak kepada masyarakat, yang jelas terlihat pada sasaran
tentang kepemilikan kepekaan terhadap isu-isu nasional maupun
global. Para guru ataupun siswa yang memiliki kepekaan terhadap
suatu masalah akan memunculkan berbagai sikap positif (akhlak
mulia), antara lain adalah sikap peduli terhadap orang lain yang
tertimpa musibah dan sikap kritis untuk mengetahui kebenaran dari
isu-isu yang diperolehnya.
Ketiga adalah tersedianya tenaga pendidik sebagai tenaga
profesional yang menguasai bidang keilmuan yang diasuhnya secara
luas, mendalam, dan komprehensif serta memiliki kemampuan untuk
mengajarkannya (teaching skill), berkepribadian pedagogis dan
berakhlak mulia. Sasarannya adalah meningkatnya profesionalisme
tenaga pendidik yang memiliki dedikasi dan loyalitas yang tinggi
terhadap pengembangan pendidikan; terbentuknya tenaga pendidik
yang memiliki kompetensi yang mumpuni dalam mata pelajaran yang
diampunya; memiliki keterampilan dan kemampuan untuk
mengakses informasi dengan menggunakan IT dan senantiasa meng-
update pengetahuannya; dan terwujudnya tenaga pendidik yang
kreatif, inovatif dan memiliki akhlak dan kepribadian yang dapat
menjadi teladan.

77
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

Tujuan yang menyoroti aspek tenaga pendidiknya ini


mempunyai sasaran akhlak yang secara umum bisa dikatakan adalah
tentang sikap profesionalisme dalam menjalankan tugas dan
kewajibannya sebagai seorang guru. Sikap profesionalisme guru ini
kemudian dijabarkan lagi menjadi beberapa sikap yaitu sikap
dedikasi, sikap loyalitas, sikap cerdas, sikap terampil, sikap proaktif,
sikap kreatif, sikap inovatif, dan sikap keteladanan kepada siswa-
siswanya.
Keempat adalah tersedianya tenaga kependidikan profesional
yang dalam melaksanakan tugasnya didukung oleh ilmu pengetahuan
yang relevan, memiliki etos kerja, loyalitas dan dedikasi yang tinggi
yang dilandasi akhlak mulia. Sasarannya adalah meningkatkan
profesionalisme tenaga pendidikan yang memiliki kemauan yang
tinggi untuk senantiasa meningkatkan pengetahuan sesuai dengan
bidang pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya; meningkatkan
etos kerja, loyalitas dan dedikasi yang tinggi terhadap pengembangan
pendidikan; meningkatkan kinerja tenaga kependidikan yang
profesional dengan pembagian tugas kerja secara efektif dan efisien;
meningkatkan mutu pelayanan bagi tenaga pendidik, siswa dan orang
tua agar tercipta suasana pendidikan yang lebih disiplin dan terarah;
mengupayakan ketersediaan dan keterpeliharaan sarana dan prasarana
utama dan penunjang terselenggaranya proses belajar mengajar; dan
meningkatkan pemeliharaan barang-barang inventaris.
Dalam tujuan ini yang menyoroti tentang tenaga
kependidikannya, MP UIN Jakarta juga menghendaki sasaran akhlak
yang tidak berbeda jauh dengan sasaran yang diharapkan terhadap
tenaga pendidiknya, yaitu pada aspek sikap profesionalisme dalam
melaksanakan tugas dan kewajiban yang dibebankan kepada mereka.
Pada aspek tenaga kependidikan ini sikap profesionalisme yang
diinginkan oleh MP UIN Jakarta adalah tumbuh dan berkembangnya
sikap etos kerja, loyalitas, dedikasi, dan disiplin yang tinggi terhadap
pekerjaan mereka masing-masing dengan mengedepankan prinsip
kerja yang efektif dan efisien. Selain itu pada aspek ini juga
dikembangkan aspek sikap syukur nikmat terhadap apa yang sudah
dipunyai oleh MP UIN Jakarta melalui sasaran pemeliharaan
terhadap sarana dan prasarana serta barang-barang inventaris MP
UIN Jakarta.
Kelima adalah tersedianya sarana prasarana dan fasilitas
sumber belajar yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa

78
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

untuk dapat belajar seluas-luasnya, sehingga sekolah benar-benar


berfungsi sebagai Center for Learning. Sasarannya adalah
peningkatan kebersihan ruang kelas untuk menunjang kelancaran dan
kenyamanan proses belajar mengajar; peningkatan ketersediaan
sarana dan prasarana serta fasilitas-fasilitas penunjang lainnya yang
merupakan sumber belajar siswa; peningkatan daya guna fasilitas-
fasilitas belajar agar dapat digunakan secara maksimal oleh siswa;
dan terciptanya suasana yang bersih, sejuk, nyaman dan indah
sehingga memungkinkan siswa merasa nyaman dan aman belajar di
Madrasah Pembangunan.
Pada tujuan di atas menyoroti tentang aspek sarana prasarana
dan fasilitas sumber belajar yang dipunyai oleh MP UIN Jakarta.
Dalam tujuan ini ada 1 aspek akhlak yang menonjol yang menjadi
salah satu titik tekan sasarannya, yaitu sikap hidup bersih atau suka
akan kebersihan. Sikap ini diupayakan melalui sasarannya yang ingin
meningkatkan kebersihan ruang kelas dan suasana lingkungannya.
Keenam adalah terwujudnya siswa yang memiliki
keseimbangan antara kekuatan jasmani dan rohani serta kepekaan dan
kepedulian sosial. Sasarannya adalah peningkatan program
penyelenggaraan kegiatan-kegiatan olah raga dan pembinaan mental
untuk mengasah ketajaman raga dan jiwa; terciptanya kegiatan-
kegiatan yang dapat menumbuhkembangkan kepekaan dan rasa
kepedulian sosial; peningkatan fungsi dan peranan kegiatan-kegiatan
rohani untuk mewujudkan rasa kecintaan terhadap Tuhan, tempat
ibadah dan kasih sayang antar sesama manusia; dan tersedianya
fasilitas-fasilitas yang dapat digunakan untuk pengembangan
pembinaan minat dan bakat serta prestasi siswa dalam bidang
ekstrakurikuler.
Dalam tujuan yang menyoroti tentang siswa ini MP UIN
Jakarta berupaya untuk mengembangkan aspek akhlak terhadap diri
sendiri dalam diri siswa, yaitu dengan berupaya menumbuhkan sikap
keseimbangan antara jasmani dan ruhani mereka melalui berbagai
kegiatan yang diselenggarakan dan berbagai fasilitas yang
disediakan. Selain itu dalam tujuan ini juga aspek akhlak tentang
sikap peduli terhadap masyarakat dan lingkungan juga menjadi
sasaran, yaitu melalui kegiatan-kegiatan tertentu seperti kegiatan
“Tabungan Amal Saleh” dan kegiatan “Bakti Sosial”.
Ketujuh adalah terwujudnya siswa yang mandiri dan mampu
melakukan team work melalui berbagai aktivitas belajar intra maupun

79
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

ekstra kurikuler. Dengan sasaran peningkatan kemandirian siswa


dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi
tanggung jawabnya sebagai siswa; memaksimalkan kegiatan-kegiatan
yang bertujuan melatih siswa untuk bekerja dalam tim (teamwork);
terciptanya suasana menyenangkan bagi terselenggaranya pelatihan-
pelatihan siswa yang bertujuan untuk melatih kemandirian; dan
peningkatan rasa tanggung jawab dan kepedulian siswa dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai insan yang mandiri.
Tujuan pada bagian ini menyoroti tentang kegiatan intra dan
ekstra kurikuler MP UIN Jakarta. Dari kedua jenis kegiatan tersebut
sasaran akhlak lebih difokuskan kepada pembentukan sikap akhlak
siswa terhadap tugas dan kewajibannya sebagai siswa MP UIN
Jakarta. Baik itu sikap tanggung jawab, sikap kemandirian, sikap
kooperatif, maupun sikap kepeduliannya.
Dengan demikian dari semua tujuan dan sasaran yang ingin
diwujudkan oleh MP UIN Jakarta tersebut sangat jelas terlihat bahwa
semuanya diorientasikan baik secara langsung maupun tidak
langsung kepada pendidikan akhlak baik itu kepada para siswa,
maupun kepada seluruh tenaga pendidik dan kependidikannya.
Mengenai bahasan tentang tujuan ini ternyata masing-masing
lembaga pendidikan bisa saja menambahnya dengan tujuan yang
lebih spesifik lagi untuk dijadikan karakteristik dari kelembagaan
pendidikan tersebut, seperti menanamkan suatu kebiasaan siswa
untuk tersenyum, memberi salam, dan menjabat atau mencium tangan
(salim) gurunya dengan tawadhu di mana pun bertemu. Oleh karena
itu dalam bahasan ini menurut hemat penulis terdapat 2 tujuan
pendidikan akhlak yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan
di MP UIN Jakarta, yaitu tujuan khusus dan tujuan umum.

a. Tujuan khusus
Tujuan khusus ini maksudnya adalah tujuan yang hanya
diberlakukan untuk masing-masing jenjang pendidikan, masing-
masing tingkatan kelas, dan masing-masing individu siswa saja.
Di masing-masing jenjang pendidikan, tujuan pendidikan
akhlak tidaklah sama, masing-masing jenjang pendidikan mempunyai
karakteristiknya masing-masing. Ynhui Park menyatakan bahwa
seluruh kegiatan pendidikan direncanakan untuk tujuan tertentu
dalam konteks tertentu, dan dilakukan dengan tujuan yang spesifik
dan khusus atau tujuan yang ditentukan. Park juga menambahkan

80
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

bahwa tujuan khusus pada kegiatan pendidikan tertentu dalam arti


mendasar logis untuk dipikirkan karena menurutnya tujuan yang telah
ditetapkan tidak bisa dibenarkan tanpa meninggalkan bekas.38
Di tingkat dasar (PAUD, SD/ MI) pendidikan akhlak secara
khusus diarahkan untuk menanamkan sejak dini pada diri siswa
mengenai kegemaran untuk mengerjakan ritual-ritual dalam
keagamaan, serta kebiasaan-kebiasaan akhlak yang beradab dan
beretika yang bernilai universal. Pendidikan akhlak secara dini
terutama melalui metode pembiasaan latihan, dan kegemaran ini
merupakan dasar atau pondasi untuk pendidikan akhlak pada tahap-
tahap pendidikan selanjutnya, sehingga jenjang pendidikan
selanjutnya hanya menambah, melanjutkan, membimbing,
mengarahkan, memelihara akhlak yang sudah tertanam pada diri
siswa.
Pada jenjang pendidikan menengah pertama (SMP/ MTs)
pendidikan akhlak secara khusus diarahkan untuk terus memupuk
dalam diri siswa suatu kegemaran dalam mengerjakan ritual-ritual
ibadah, serta kebiasaan-kebiasaan akhlak yang beretika dan beradab
kepada orang tua, guru, dan sesamanya yang bernilai universal.
Dengan kata lain pendidikan akhlak di tingkat SMP/ MTs adalah
untuk melanjutkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh pendidikan
akhlak pada tingkat SD/ MI. Begitu juga yang terjadi pada MTsP
UIN Jakarta, sekolah ini dalam pendidikan akhlaknya secara khusus
bertujuan untuk terus memupuk dan memperkuat kebiasaan-
kebiasaan dan nilai-nilai akhlak siswa yang telah ditanamkan sejak
mereka bersekolah di MIP UIN Jakarta.39
Adapun pada jenjang pendidikan menengah atas (SMA/ MA)
pendidikan akhlak tujuannya sudah mengarah kepada hasil akhir dari
pendidikan akhlak yaitu terbentuknya suatu karakter, dan karakter di
sini bisa berupa suatu karakter yang berciri khas lembaga pendidikan
tersebut. MAP UIN Jakarta tujuan akhir pendidikan akhlaknya adalah
membentuk individu yang berakhlak dengan etika dan adab yang
mulia terutama terhadap gurunya disertai dengan kebiasaan suka

38
Ynhui Park, “Rationality and Human Dignity – Confucius, Kant and
Scheffler on the Ultimate Aim of Education”, dalam Harvey Siegel (Ed.), Reason
and Education: Essays in Honor of Israel Scheffler, 7.
39
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan UIN
Jakarta Tahun pelajaran 2011/ 2012”, 18-19.

81
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

membaca dan menghapal Alquran (minimal 1 juz yaitu juz ‘Amma),


serta suka dan rajin untuk melakukan berbagai ritual ibadah.
Ada 4 tujuan yang ingin dicapai oleh MAP UIN Jakarta
berdasarkan visi dan misinya yang ada kaitannya dengan pendidikan
akhlak. Pertama, melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar
secara efektif dan efisien sehingga diperoleh hasil (out put) yang
sangat memuaskan dalam segi akhlaknya. Kedua, menyediakan
sarana dan prasarana kegiatan belajar mengajar yang memadai
sehingga memiliki daya dukung yang optimal terhadap terlaksananya
kegiatan belajar mengajar PAI, MULOK, dan kegiatan lainnya yang
berkaitan dengan pembinaan akhlak secara efektif dan efisien.
Ketiga, melaksanakan tata tertib dan segala ketentuan yang mengatur
operasional sekolah, baik para pegawai maupun siswa. Keempat,
mewujudkan sumber daya manusia (SDM) di MAP UIN Jakarta bagi
guru, karyawan, dan siswa yang mampu memenangkan kompetensi
di era global. 40
Secara lebih konkrit tujuan-tujuan itu tertuang dalam sasaran
pendidikan akhlak yang ingin dituju oleh MAP UIN Jakarta, yaitu
untuk meningkatkan kualitas akhlak lulusan MAP UIN Jakarta, dan
untuk meningkatkan sikap berprestasi dan berkompetisi siswa MAP
UIN Jakarta dalam bidang akademik maupun non-akademik, serta
untuk meningkatkan kualitas prestasi siswa dalam kegiatan
ekstrakurikuler (musikalisasi, puisi, tari Saman, band, dsb). 41
Pada tiap tingkatan kelas tujuan pendidikan akhlak juga
mempunyai karakteristiknya sendiri-sendiri yang disesuaikan dengan
tingkatan kelas. Hal ini sangat berkaitan dengan silabus atau standar
kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) dari mata pelajaran
Akhlak pada masing-masing tingkatan kelas. Setiap tingkatan kelas
sudah pasti materi pelajaran (SK/ KD) akhlaknya berbeda, untuk itu
tujuan pembelajarannya pun diarahkan untuk mencapai tujuan SK
KD dari materi pembelajaran pada masing-masing tingkatan kelas
tersebut. SK KD akhlak di kelas 1 MI/ SD atau MTs/ SMP atau MA/
SMA berbeda dengan SK KD pembelajaran akhlak di kelas 2 MI/ SD
atau MTs/ SMP atau MA/ SMA, tujuan pembelajaran akhlaknya pun
menyesuaikan dengan SK/ KD tersebut. Hal ini juga berlaku kepada

40
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun
Pelajaran 2011/ 2012”, 7.
41
Lihat dalam Tim Penyusun, “Buku Penghubung” (Jakarta: Madrasah
Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), 3.

82
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

tujuan pembelajaran akhlak untuk tingkatan kelas di lintas jenjang


pendidikan. Tujuan pembelajaran akhlak di kelas 3 MI/ SD tidak
akan sama tujuannya dengan pembelajaran akhlak di kelas 3 MTs/
SMP atau MA/ SMA. Dengan demikian tujuan spesifik pendidikan
akhlak juga ditentukan oleh materi atau SK KD pembelajaran akhlak
pada masing-masing tingkatan kelas. 42
Tujuan spesifik pendidikan akhlak juga ditentukan
berdasarkan karakteristik masing-masing pribadi siswa. Secara
psikologis setiap individu siswa mempunyai kekhasannya masing-
masing, baik itu berdasarkan faktor bawaan (fitrah/ bakat)nya
ataupun karena faktor pengaruh interaksi dengan lingkungannya.
Kasus yang berkaitan dengan masalah ini sering terjadi dalam suatu
lembaga pendidikan. Contohnya adalah seperti kasus yang terjadi
pada siswa yang berstatus pindahan dari sekolah lain. Di sekolah
yang baru yang pendidikan akhlaknya lebih dominan dari sekolahnya
yang lama ternyata menimbulkan permasalahan tersendiri bagi siswa
tersebut dan bagi guru-guru terutama guru pendidikan akhlak. Guru
pendidikan akhlak mau tidak mau harus membuat tujuan khusus agar
siswa tersebut dapat mensejajarkan kualifikasi akhlaknya dengan
teman-teman siswa lainnya dan standar akhlak yang diinginkan oleh
sekolah yang baru dimasukinya.
Mengenai tujuan khusus dalam pendidikan ini, Eisner 43
meyakini bahwa ada 4 kelemahan utama dalam argumen untuk
menspesifikasikan tujuan tersebut, yaitu hasil pendidikan tidak dapat
diprediksi dengan akurasi yang dapat diakui; kemungkinan
menentukan dengan presisi merupakan fungsi mata pelajaran yang
diajarkan dan beberapa mata pelajaran yang tidak setuju untuk
perlakuan ini, sedangkan yang lain mungkin sampai batas tertentu;
dalam beberapa keadaan tujuan hanya dapat digunakan sebagai

42
Lihat dalam “Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan
Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah”, dalam “Peraturan Menteri”,
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI,
http://pendis.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id2=permen (diakses
28/03/2012); Tim Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun Pelajaran 2011/
2012”; Tim Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan UIN Jakarta Tahun
pelajaran 2011/ 2012”; dan dalam Penyusun, “Kurikulum MI Pembangunan UIN
Jakarta Tahun Pelajaran 2011/ 2012”.
43
Lihat dalam Darrell Anderson, Educational Objectives and the Teaching
of Educational Psychology (London: E. Stones, 1972), 5-6.

83
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

kriteria penilaian, namun upaya ini telah dijadikan sebagai standar


pengukuran; serta ada kebingungan antara kebutuhan logis yang
berkaitan dengan sarana untuk tujuan dalam kurikulum sebagai
produk dan kondisi psikologis yang berguna untuk membangun
kurikulum.
Eisner juga berpendapat bahwa tujuan khusus dapat dijadikan
penghias dari tujuan silabus yang luas. Tujuan-tujuan khusus tersebut
juga mungkin jika dinyatakan dengan sangat rinci menjadi begitu
banyak sehingga akan lebih banyak menghabiskan waktu guru dalam
menulis semua tujuan mengajarnya.

84
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

Tabel 3
Tujuan Khusus Pendidikan Akhlak di MP UIN Jakarta

Akhlak Mulia
No Jenjang Pendidikan Karakter Moral Karakter Kinerja

Menanamkan dasar-dasar kebiasaan untuk Menanamkan dasar-dasar sikap berprestasi dan


berakhlak mulia (terutama terhadap guru) berkompetisi dalam bidang akademik, non-akademik,
1 MI Pembangunan sesuai dengan tingkatan kelas, kurikulum MI, dan kegiatan ekstrakurikuler, juga karakterisasi
dan karakteristik dari kepribadian individual kebiasaan suka membaca dan menghapal Alquran, serta
siswa suka dan rajin untuk melakukan berbagai ritual ibadah

Memupuk, memelihara, dan mengembangkan Memupuk, memelihara, dan mengembangkan sikap


kebiasaan berakhlak mulia (terutama terhadap berprestasi dan berkompetisi dalam bidang akademik,
2 MTs Pembangunan guru) sesuai dengan tingkatan kelas, non-akademik, dan kegiatan ekstrakurikuler, juga
kurikulum MTs, dan karakteristik dari kebiasaan suka membaca dan menghapal Alquran, serta
kepribadian individual siswa suka dan rajin untuk melakukan berbagai ritual ibadah

Karakterisasi kebiasaan berakhlak mulia Meningkatkan sikap berprestasi dan berkompetisi


(terutama terhadap guru) sesuai dengan dalam bidang akademik, non-akademik, dan kegiatan
3 MA Pembangunan tingkatan kelas, kurikulum MA, dan ekstrakurikuler, juga karakterisasi kebiasaan suka
karakteristik dari kepribadian individual siswa membaca dan menghapal Alquran, serta suka dan rajin
untuk melakukan berbagai ritual ibadah

85
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

b. Tujuan umum
Tujuan umum ini maksudnya adalah tujuan yang ingin dicapai
secara bersama-sama oleh seluruh lembaga pendidikan yang ada
tanpa membedakan tingkatan kelas dan jenjang pendidikan. Semua
lembaga pendidikan atau sekolah dari tingkat MI/ SD, MTs/ SMP,
sampai tingkat MA/ SMA semuanya mempunyai tujuan yang sama
tanpa membedakan tingkatan kelas dan jenjang pendidikan di antara
mereka.
Pengklasifikasian tujuan umum pendidikan menurut Huey B.
44
Long caranya yang paling mudah adalah dengan merancangnya
untuk memenuhi tujuan kelembagaan atau untuk memenuhi tujuan
nasional. Lyman Bryson seperti yang dikutip oleh Long
mengungkapkan bahwa jenis-jenis tujuan pendidikan itu meliputi 5
hal. Pertama, perbaikan (remedial) yaitu studi formal yang dilakukan
untuk memberikan apa saja yang diperlukan untuk membawa
individu sampai kepada standar minimum yang diinginkan
pendidikan, yang diyakini diperlukan untuk kehidupan individu.
Kedua, pekerjaan (occupational), pelatihan kerja mungkin untuk
beberapa tujuan seperti untuk kemajuan dalam pekerjaan, untuk
kemajuan pada pekerjaan yang lain, untuk rehabilitasi industri korban
machineless kerja, dan untuk bimbingan dalam memilih atau
menyesuaikan diri dengan sebuah pekerjaan. Ketiga, relasional
(relational), pendidikan relasional meliputi dukungan dari orang tua;
studi tentang emosi, sikap, dan kebiasaan psikologis yang dirancang
untuk membantu memahami diri sendiri dan hubungannya dengan
orang lain. Keempat, liberal (liberal), pendidikan liberal adalah
istilah terbaik yang tersedia untuk menggambarkan kegiatan
pendidikan yang dilakukan terutama demi kepentingan mereka
sendiri dan untuk kesenangan yang ada di dalamnya. Kelima, politik
(politic), pendidikan politik mencakup semua studi, praktik, dan
pengalaman yang seseorang secara sengaja melakukan untuk
membuat diri mereka lebih baik sebagai seorang warga negara. Ini
termasuk tidak hanya studi tentang politik sebagai subjek, tetapi juga
semua bentuk pelatihan bagi aksi dalam berpolitik.
Di MP UIN Jakarta, seluruh jenjang pendidikan yang
dikelolanya yaitu MIP UIN Jakarta, MTsP UIN Jakarta, dan MAP
UIN Jakarta ketiganya mempunyai suatu tujuan yang sama mengenai
44
Huey B. Long, New Perspectives on the Education of Adults in the
United States (North Ryde: Croom Helm Ltd, 1987), 32-33.

86
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

beberapa program yang berkaitan dengan pendidikan akhlak tanpa


membedakan tingkat kelas dan jenjang pendidikan. Misalnya adalah
tujuan dari pelaksanaan program Core Values yaitu membiasakan
penerapan kepada seluruh siswa MP UIN Jakarta untuk dapat
bertatakrama dengan etika dan moral yang sifatnya universal
terutama kepada gurunya. Dalam pelaksanaan program Reading
Habit (budaya baca) juga tergambar tujuan umum dari pendidikan
akhlak, dalam program ini semua siswa dari semua tingkatan kelas
dan jenjang pendidikan baik itu siswa MIP, atau siswa MTsP,
ataupun siswa MAP UIN Jakarta semuanya diarahkan untuk
mempunyai kebiasaan yang sama yaitu kebiasaan untuk gemar
membaca sebagai salah satu indikator dari sikap kecintaan kepada
ilmu.
Hal tersebut memang tidak sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Patricia (dkk)45 Psikolog Pendidikan Amerika
yang menyatakan bahwa tidak ada satupun tujuan umum dari
pendidikan yang dapat mendominasi dan mengarahkan semua praktik
pendidikan, karena menurutnya tujuan di sekolah dan tujuan di ruang
kelas begitu beragam dan bagaimana menetapkan kompleksitas dari
berbagai peran guru sangatlah perlu untuk diperhatikan. Untuk itu
Patricia mengungkapkan bahwa ada empat tujuan yang secara umum
dapat mengarahkan pendidikan, yaitu untuk mempersiapkan siswa
menjadi angkatan kerja; untuk mempersiapkan siswa menjadi
manusia atau individu; untuk mempersiapkan siswa menjadi warga
negara yang baik; dan untuk mempersiapkan siswa menjadi warga
negara yang mempertanyakan dengan berpikir secara kritis,
memperjuangkan atau menentang, dan mengubah status quo untuk
mengejar cita-cita keadilan sosial melalui pengertian demokrasi dan
patriotisme yang lebih dalam.
Dilihat dari 4 tujuan umum pendidikan yang dikemukakan
oleh Patricia tersebut menurut penulis tujuan umum MP UIN Jakarta
telah memenuhi 3 dari 4 kriteria itu, karena dengan kebiasaan
membaca yang tertanam dan menjadi salah satu karakter dari
kepribadian siswa maka siswa tersebut akan mempunyai banyak
sekali pengetahuan sebagai hasil dari kebiasaan membacanya, yang

45
Patricia D. Quijada Cerecer (dkk), “Critical Multiculturalism:
Transformative Educational Principles and Practices”, dalam Thandeka K.
Chapman dan Nikola Hobbel (Ed.), Social Justice Pedagogy Across the
Curriculum: The Practice of Freedom (New York: Routledge, 2010), 145.

87
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

hal ini akan berdampak pada kompetensinya sebagai individu yang


berpengetahuan dan menjadikannya sebagai salah satu modal dalam
mencari, mendapatkan, atau menciptakan pekerjaan. Selain itu
dengan membiasakan siswa untuk berperilaku berdasarkan nilai-nilai
universal dan nilai-nilai multikultural melalui program Core Values
yang dicanangkannya maka hal tersebut akan membuat siswa
menjadi manusia atau individu yang berperilaku berdasarkan sifat
kemanusiaannya dan karakter kepribadiannya sendiri, dan hal ini juga
akan menjadikan siswa tersebut menjadi seorang warga negara yang
baik.

Tabel 4
Tujuan Umum Pendidikan Akhlak di MP UIN Jakarta

Akhlak Mulia
No Program Karakter Moral Karakter Kinerja
Menjadi pendengar yang baik Percaya diri (confidence),
(good listener), berprasangka bertanggung jawab
baik (good prejudice), jujur (responsible), terampil
(honest), ketulusan (honesty), (skillful), kerja sama
cinta damai (harmoniously), (cooperation), hidup sehat,
hidup bersih, kasih sayang disiplin (discipline), cerdas
(love and affection), (smart), kreatif (creative),
menghargai (appreciate), pembicara yang baik (good
1 Core Values toleransi (tolerance), salam, speaker).
salim, senyum, sapa,
kesetaraan (equal),
nasionalisme (nationalism),
peduli (care), empati
(empathy), patuh dan taat
(dolice and obedient),
amanah (trusteeship),
keadilan (justice), dan saling
percaya (believe).

Suka bersedekah, peduli


2 Tabungan (care), empati (empathy),
Amal Saleh keadilan (justice), kasih
sayang (love and affection).

3 Reading Cinta kepada ilmu Suka membaca dan kritis.


Habit pengetahuan.

88
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

Skema 3

Tujuan Pendidikan Akhlak di MP UIN Jakarta

Tujuan Umum Tujuan Khusus

Program Program Program Kegiatan Kegiatan Kegiatan


Core Values: Reading Tabungan Kurikuler: Kokurikuler: ekstra
nilai-nilai Habit: suka Amal Saleh: KBM setiap penugasan, kurikuler:
karakter dan membaca suka mata Pekerjaan Rumah bidang
nilai-nilai dan bersedekah, pelajaran (PR), pembelajaran akademik,
multikultural. cinta ilmu peduli (care), sesuai tambahan (les), dan kesenian, dan
pengetahuan. empati dengan Bina Baca al- olahraga
(empathy), jenjang Qur’an (BBQ).
keadilan pendidikan
(justice), dan dan tingkatan
kasih sayang kelas, dan
(love and kegiatan
affection). Habitual
Curriculum.

89
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

E. Program dan Kegiatan Berorientasi Akhlak Mulia


Di MP UIN Jakarta jika ditinjau dari segi waktu maka ada 2
program jangka waktu, yaitu program jangka pendek dan program
jangka panjang. Program jangka pendek waktunya adalah 4 tahun,
dan dimulai dari tahun 2011. Berarti program jangka pendek pertama
waktunya adalah dari tahun 2011-2014. Sedangkan program jangka
panjang waktunya adalah 20 tahun. Dengan demikian program
jangka panjang pertama MP UIN Jakarta berakhir pada tahun 2030.
Berdasarkan itu maka ada 5 program jangka pendek yang dijalankan
oleh MP UIN Jakarta dalam rangka untuk mencapai tujuan jangka
panjangnya di tahun 2030 yang akan datang, yaitu program tahun
2011-2014, program tahun 2015-2018, program tahun 2019-2022,
program tahun 2023-2026, dan program tahun 2027-2030.46

1. Program Tahap I (2011-2014)


Program jangka pendek tahap I ini ditargetkan untuk
mewujudkan MP UIN Jakarta sebagai lembaga pendidikan yang
mempunyai daya saing tinggi di tingkat propinsi DKI Jakarta baik itu
di bidang sains, bidang bahasa, maupun di bidang akhlakul
karimahnya. Untuk mewujudkan itu maka ada 8 program yang
dijalankannya, yaitu program di bidang kompetensi lulusan, program
di bidang isi/kurikulum, program di bidang pendidik dan tenaga
kependidikan, program di bidang proses kegiatan belajar mengajar
(KBM), program di bidang sarana dan prasarana, program di bidang
pembiayaan, program di bidang pengelolaan (organisasi dan
manajemen), dan program di bidang penilaian pendidikan.47
Program di bidang kompetensi lulusan akan diupayakan
melalui berbagai kegiatan, antara lain yaitu dengan mengoptimalkan
peran serta dari para alumni MP UIN Jakarta, dengan memanfaatkan
dan mempertahankan secara optimal mengenai kepercayaan dari
stakeholder terhadap MP UIN Jakarta, dengan memanfaatkan
berbagai teknik dan metode, dengan memaksimalkan nilai-nilai
agama dalam berbagai proses kegiatan belajar mengajar (KBM),
dengan melakukan kegiatan remedial dan pengayaan, dan dengan
memaksimalkan peran serta orang tua/wali siswa dalam mengontrol

46
Lihat dalam “Toward Excellent Islamic School of MP UIN Jakarta 2030:
Rencana Induk Pengembangan MP UIN Jakarta 2011-2030”, vi.
47
Lihat dalam “Toward Excellent Islamic School of MP UIN Jakarta 2030:
Rencana Induk Pengembangan MP UIN Jakarta 2011-2030”, 19-21.

90
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

dan mengarahkan penggunaan media massa dan teknologi informasi


(IT) kepada siswa di rumah maupun di luar rumah. Semua kegiatan
yang diupayakan tersebut dalam rangka untuk meningkatkan dan
mewujudkan lulusan MP UIN Jakarta yang berkualitas dan diakui di
tingkat propinsi DKI Jakarta.
Program di bidang isi/kurikulum akan dilakukan melalui
kegiatan-kegiatan yang berupa pengkajian pengembangan kurikulum
yang sesuai dengan perkembangan zaman, kemudian dengan
melakukan restrukturisasi dan modifikasi terhadap kurikulum,
selanjutnya dengan menggunakan kurikulum terpadu yang sudah
dimodifikasi, lalu dengan menggunakan kurikulum berbasis
internasional melalui kerjasama dengan lembaga pendidikan yang
bertaraf internasional, setelah itu dengan melakukan persiapan sejak
awal terhadap para siswa yang berbakat dalam berbagai kompetisi
baik yang bersifat akademis maupun yang bersifat non-akademis.
Semua kegiatan tersebut ditujukan untuk pengembangan kurikulum
untuk menunjang terwujudnya MP UIN Jakarta sebagai sekolah yang
terdepan kurikulumnya di tingkat propinsi DKI Jakarta.
Program untuk para pendidik dan tenaga kependidikan akan
diupayakan melalui kegiatan optimalisasi proses rekrutmen pendidik
dan tenaga kependidikan. Kemudian melalui kegiatan pembinaan
SDM yang terstruktur di bidang pendidikan dan pelayanan
kependidikan. Selanjutnya melalui kegiatan optimalisasi SDM dalam
menggunakan aspek ICT dalam proses KBM dan pelayanan
kependidikan. Setelah itu melalui kegiatan peningkatan kualitas
pendidik dan tenaga kependidikan dengan melakukan berbagai
pelatihan dan pembinaan untuk mengembangkan kreatifitas dan
inovasi dalam menjawab persaingan yang makin ketat. Selain itu juga
melalui kegiatan mengakomodir secara terencana mengenai potensi
guru dan karyawan yang berprestasi yang penilaiannya dilakukan
secara periodik. Di samping itu juga melalui kegiatan untuk
memberlakukan reward and punishment bagi pendidik dan tenaga
kependidikan yang dilakukan secara konsisten dan terukur. Program
untuk para pendidik dan tenaga kependidikan ini juga dilakukan
melalui kegiatan peningkatan kinerja pada semua unit dan dengan
memberlakukan sistem penggajian yang berbasis pada kinerja.
Program di bidang proses KBM diupayakan melalui kegiatan
pemanfaatan multimedia secara optimal untuk mengadopsi
penemuan-penemuan terbaru di bidang KBM dan untuk

91
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

mengantisipasi kebijakan pendidikan di tingkat nasional. Program ini


juga diupayakan melalui kegiatan penemuan metode dan teknik
terbaru dalam proses KBM untuk mengintegrasikan nilai-nilai agama
ke dalam proses pembelajaran umum. peningkatan program di
bidang proses KBM ini juga diupayakan melalui penerapan bilingual
dalam proses KBM tersebut.
Program di bidang sarana dan prasarana diupayakan melalui
kegiatan optimalisasi dalam pemanfaatan sarana dan prasarana KBM
tersebut. Kemudian melalui kegiatan penyesuaian data base dan
informasi terhadap perkembangan madrasah. Lalu dengan melalui
kegiatan pemanfaatan sarana dan prasaran yang diberikan oleh negara
atau UIN Jakarta secara optimal. Selanjutnya dengan melakukan
kegiatan pemanfaatan terhadap tanah MP UIN Jakarta yang berada di
Pamulang untuk digunakan dalam kegiatan KBM. Setelah itu dengan
melalui kegiatan penyediaan sarana dan prasarana secara
berkesinambungan untuk memenuhi kebutuhan yang disesuaikan
dengan rasio perkembangan jumlah peserta didik. terakhir dengan
melakukan kegiatan peningkatan berbagai fasilitas infrastruktur dan
KBM sesuai dengan standar Madrasah Standar Nasional (MSN),
Rencana Madrasah Berstandar Internasional (RMBI), dan ISO
9001:2008 (IWA:2).
Program di bidang pembiayaan diupayakan melalui kegiatan
pemberdayaan sumber keuangan secara optimal, terarah, dan
terencana. Lalu dengan mengoptimalkan potensi donatur baik internal
maupun eksternal. Kemudian dengan meningkatkan keterlibatan
stakeholders melalui komite madrasah untuk memaksimalkan
kerjasama dengan berbagai pihak. Selanjutnya dengan melakukan
pengalokasian dana yang proporsional, baik dalam penerimaan
maupun pengeluaran (khususnya untuk subsidi bagi kalangan
internal). dengan kegiatan peningkatan kemampuan untuk menggali
sumber dana secara mandiri melalui kegiatan unit usaha swakelola
dan dana abadi siswa.
Program di bidang pengelolaan (organisasi dan manajemen)
dilakukan melalui kegiatan pemanfaatan reputasi dan citra MP UIN
Jakarta dan dengan memaksimalkan keterlibatan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Jakarta dalam rangka
meningkatkan daya saing madrasah. Kemudian dengan membuka dan
mengembangkan frenchising pengelolaan lembaga pendidikan untuk
meningkatkan daya saing di tingkat lokal maupun nasional.

92
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

Selanjutnya dengan memberdayakan ekonomi madrasah secara


swakelola dan secara maksimal yang diimbangi dengan adanya
pengawasan dan evaluasi yang dilakukan secara periodik. Setelah itu
dengan melakukan penelitian secara maksimal tentang keunggulan
dan kekurangan MP UIN Jakarta dalam meningkatkan MSN menuju
RMBI. Kemudian melakukan pemetaan terhadap potensi wali siswa
dan kontrol terhadap administrasi secara menyeluruh dan
berkesinambungan. MP UIN Jakarta dalam program ini juga
melakukan upaya pelayanan yang paripurna untuk menjawab
keinginan stakeholders-nya. Selain itu juga dilakukan upaya
peningkatan keunggulan dan kualitas akademik dalam rangka
meningkatkan daya saing di tingkat lokal dan di tingkat nasional.
Program di bidang penilaian pendidikan diusahakan dengan
menggunakan sistem penilaian akademik maupun non-akademik
yang dilakukan oleh pendidik, satuan pendidik, dan oleh pemerintah
dengan standar nasional dan internasional. Juga dengan
menggunakan sistem penilaian yang bervariasi terhadap keberhasilan
pendidikan. Selain itu dengan memaksimalkan sistem penilaian yang
berbasis IT dan multiple intellegency. Serta dengan menerapkan
sistem penilaian terhadap semua keberhasilan pendidikan.

2. Program Tahap II (2015-2018)


Program tahap II ini targetnya adalah terwujudnya institusi
MP UIN Jakarta yang mempunyai daya saing tinggi di tingkat
propinsi se-Jawa.48 Untuk itu programnya hanyalah melanjutkan hasil
atau apa yang telah dicapai pada program jangka pendek tahap I.
Namun bisa juga program tahap II ini akan mengulang program-
program yang tidak berhasil dicapai pada program tahap I. Dengan
demikian berarti program tahap II ini sangat tergantung kepada
keberhasilan program pada tahap I.

3. Program Tahap III (2019-2022)


Program tahap III ini untuk mewujudkan visi MP UIN Jakarta
sebagai lembaga pendidikan yang mempunyai daya saing yang tinggi
di tingkat nasional. 49 Namun fase ini akan terhambat jika program-

48
Lihat dalam “Toward Excellent Islamic School of MP UIN Jakarta 2030:
Rencana Induk Pengembangan MP UIN Jakarta 2011-2030”, vii.
49
Lihat dalam “Toward Excellent Islamic School of MP UIN Jakarta 2030:
Rencana Induk Pengembangan MP UIN Jakarta 2011-2030”, vi-vii.

93
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

program yang dilaksanakan pada tahap I dan II tidak berhasil ataupun


kurang berhasil. Sebaliknya fase ini mungkin bisa lebih cepat atau
dimajukan jangka waktunya jika program-program pada tahap
sebelumnya ternyata lebih cepat terealisasi keberhasilannya. Dengan
demikian patokan jangka waktu ini pun bisa saja berubah lebih cepat
atau lebih lambat tergantung kepada tingkat keberhasilan program
pada tahap-tahap sebelumnya.

4. Program Tahap IV (2023-2026)


Target yang ingin dicapai oleh MP UIN Jakarta pada tahap IV
ini adalah menjadi lembaga pendidikan Indonesia yang mampu
bersaing di tingkat regional Asia tenggara (ASEAN).50 Program-
program dalam tahap IV ini akan ditentukan setelah program-
program pada tahap III selesai dievaluasi tingkat pencapaian
keberhasilannya. Jika program-program pada tahap III berhasil, maka
program-program tersebut akan dilanjutkan dan dikembangkan
kualitasnya sesuai dengan level yang akan dituju oleh MP UIN
Jakarta. Namun jika program-program pada tahap III tersebut tingkat
keberhasilannya belum mencapai target seperti yang diinginkan,
maka program-program tersebut akan dievaluasi kembali untuk
menemukan kekurangannya dan solusi pemecahannya.

5. Program Tahap V (2027-2030)


Tahap V ini merupakan tahap terakhir dari program jangka
panjang yang dicanangkan oleh MP UIN Jakarta. Pada tahap ini MP
UIN Jakarta ingin membuktikan dirinya sebagai lembaga pendidikan
Indonesia yang mampu bersaing di tingkat dunia atau di tingkat
global. 51
Untuk saat ini memang belum ada lembaga pendidikan
Indonesia yang diakui eksistensinya di tingkat dunia. Sampai saat ini
lembaga pendidikan Indonesia hanya mampu eksis di tingkat regional
Asia Tenggara (ASEAN) saja. Pada tingkat pendidikan tinggi seperti
Universitas Indonesia yang merupakan universitas paling terkemuka
di Indonesia ternyata pada tahun 2011 hanya menduduki peringkat
217 dari seluruh universitas top di dunia, berada jauh di bawah

50
Lihat dalam “Toward Excellent Islamic School of MP UIN Jakarta 2030:
Rencana Induk Pengembangan MP UIN Jakarta 2011-2030”, vi-vii.
51
Lihat dalam “Toward Excellent Islamic School of MP UIN Jakarta 2030:
Rencana Induk Pengembangan MP UIN Jakarta 2011-2030”, vi-vii.

94
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

National University of Singapore (NUS) yang menduduki peringkat


28, Nanyang Technological University (NTU) Singapura di peringkat
58, bahkan masih di bawah University Malaya Malaysia yang
menduduki peringkat 167 dunia. 52

52
Lihat dalam “QS World University Rankings 2011/12 “, QS Top
Universities, http://www.topuniversities.com/university-rankings/world-university-
rankings/2011?page=4 (diakses 20/04/2012).

95
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KELEMBAGAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

96
BAB 4
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN
JAKARTA BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Pembahasan dalam bab ini akan mengungkap tentang 3 hal,


yaitu tentang seluk beluk kurikulum MP UIN Jakarta, tentang
pengembangan struktur kurikulumnya, dan tentang pengembangan
muatan kurikulumnya yang berorientasi kepada akhlak mulia.

A. Seluk Beluk Kurikulum MP UIN Jakarta


Portelli mengungkapkan bahwa ada lebih dari 120 definisi
tentang kurikulum yang dikemukakan oleh para ahli. 1 Namun secara
garis besar kurikulum dapat didefinisikan secara sempit dan secara
luas. Secara sempit kurikulum identik dengan silabus dan buku-buku
teks yang ditetapkan untuk diujikan.2 Sedangkan secara luas
kurikulum dapat didefinisikan sebagai jumlah total dari semua
pengalaman atau kegiatan yang disediakan atau digunakan oleh
sekolah dalam mendidik siswa. 3
Kurikulum dalam arti yang luas menurut Murray Print 4
didasarkan pada karakteristik kurikulum itu sendiri yang menurutnya
adalah kurikulum sebagai pengalaman, yaitu kurikulum sebagai
himpunan pengalaman yang peserta didik alami dalam konteks
pendidikan; kurikulum sebagai niat, maksudnya para pendidik dalam
upaya awalnya untuk menangani perencanaan kurikulum mereka
menggunakan strategi yang disengaja melalui kendaraan tujuan yang
ingin dicapainya; kurikulum sebagai reproduksi budaya, ini
berdasarkan pandangan bahwa kurikulum harus mencerminkan
budaya masyarakat tertentu; kurikulum sebagai currere, maksudnya
kurikulum dilihat sebagai proses pemberian makna pribadi yang
berkesinambungan untuk individu; dan kurikulum sebagai bahan

1
Lihat dalam Colin J. Marsh, Key Concepts for Understanding Curriculum
(Oxon: Routledge, 2009), 3.
2
Lihat dalam R.N.Pani, Integral Education:Thought & Practical (New
Delhi: APH Publishing Corp, 2007), 431.
3
Lihat dalam R.N.Pani, Integral Education:Thought & Practical, 431; V.
K. Rao, Principles of Curriculum, 1; Sally N. Clark dan Donald C. Clark,
Restructuring the Middle Level School: Implications for School Leaders, 85; dan
dalam Murray Print, Curriculum Development and Design (Crows Nest: Allen &
Unwin, 1993), 5-9.
4
Murray Print, Curriculum Development and Design, 5-9.

97
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

mata pelajaran, yaitu kurikulum dilihat sebagai kombinasi dari materi


pelajaran untuk membentuk tubuh dari konten yang harus diajarkan.
Adapun kurikulum MP UIN Jakarta merujuk kepada Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
kurikulum didefinisikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan
tentang tujuan, isi, bahan pelajaran, dan cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.5 Berdasarkan definisi tersebut dan
berdasarkan apa yang termuat dalam kurikulum MP UIN Jakarta,6
maka dapat dinyatakan bahwa MP UIN Jakarta mendefinisikan
kurikulumnya tidak secara sempit, tetapi adalah secara luas.
Jika merujuk kepada teori A.V. Kelly7 tentang ideologi
kurikulum maka kurikulum MP UIN Jakarta bisa dikategorikan ke
dalam 2 ideologi, yaitu ideologi yang menganggap kurikulum sebagai
konten dan pendidikan sebagai transmisinya, dan ideologi yang
menganggap kurikulum sebagai proses dan pendidikan sebagai
pengembangannya. Karena dalam hal ini kurikulum MP UIN Jakarta
merupakan konten dari seluruh program, kegiatan, ataupun
pengalaman yang direncanakan oleh pihak sekolah untuk dialami
oleh para siswanya, sehingga dalam pelaksanaannya pendidikan lebih
berfungsi sebagai transmisi dari kurikulum tersebut untuk
disampaikan kepada para siswa. Namun dalam kurikulum MP UIN
Jakarta juga banyak terdapat hal-hal yang masih bersifat umum,
sehingga hal-hal tersebut harus dijabarkan dan dikembangkan lagi
melalui pelaksanaan pendidikan.

5
Lihat dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen (Jakarta: Visimedia, 2007), 113.
6
Dalam kurikulum MP UIN JAKARTA tidak hanya memuat tentang
silabusnya saja, tetapi juga memuat semua program dan kegiatan yang akan
dilaksanakan kepada siswa, baik itu kegiatan yang bersifat intra kurikuler,
kokurikuler, maupun kegiatan yang bersifat ekstra kurikuler.
7
A.V.Kelly seorang pakar pendidikan Inggris yang menyimpulkan bahwa
dalam pembahasan kurikulum ada 3 ideologi besar yang berbeda, yaitu kurikulum
yang dianggap sebagai konten dan pendidikan sebagai transmisinya, kurikulum
yang dianggap sebagai produk dan pendidikan sebagai instrumentalnya, dan
kurikulum yang dianggap sebagai proses dan pendidikan sebagai
pengembangannya. Lihat dalam A.V.Kelly, The Curriculum: Theory and Practice
(London: SAGE Publication Ltd, 2004), 46.

98
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

Berdasarkan pendapat Allan A. Glatthorn8 tentang kelompok


aliran dalam penyusunan kurikulum, maka kurikulum MP UIN
Jakarta dapat dikategorikan ke dalam 2 kelompok aliran, yaitu
kelompok kurikulum reaksionis dan kelompok kurikulum reformis.
Karena semua yang termuat dalam kurikulum MP UIN Jakarta
merupakan suatu reaksi terhadap keadaan sekarang ini, sehingga
salah satu reaksinya terhadap kemerosotan akhlak yang terjadi
dewasa ini adalah dengan memunculkan kembali pendidikan akhlak
mulia sebagai salah satu keunggulan dalam program sekolahnya.
Selain itu kurikulum MP UIN Jakarta juga memuat tentang langkah-
langkah strategis yang terarah dan terukur dalam rangka mewujudkan
visi dan misinya untuk menjadi lembaga pendidikan yang unggul dan
mampu bersaing di tingkat global.
Kurikulum yang sekarang diberlakukan di Indonesia adalah
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing
satuan pendidikan atau sekolah. Demikian juga dengan MP UIN
Jakarta, dengan adanya ketentuan tersebut maka MP UIN Jakarta
juga menggunakan KTSP sebagai bentuk kurikulumnya. KTSP MP
UIN Jakarta ini komponennya terdiri dari tujuan pendidikan, struktur
dan muatan kurikulum, kalender pendidikan, silabus suatu dan atau
kelompok mata pelajaran/tema tertentu, dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).9
Komponen KTSP MP UIN Jakarta tersebut pada dasarnya
tidak berbeda dengan yang dikemukakan oleh Sally N. Clark dan

8
Secara umum penulisan kurikulum selama tahun 2000 menurut Allan A.
Glatthorn dapat diklasifikasikan kepada 4 kelompok aliran, yaitu kurikulum yang
pesimis yang menganggap bahwa selama ini kurikulum tidak mengalami
perubahan, kurikulum yang reaksionis yang ingin kembali kepada kurikulum
klasik, kurikulum yang revolusionis yang giat merekonseptualisasi kurikulum
untuk mendorong para praktisi dalam melakukan perubahan radikal mengenai
organisasi dan strukturnya, dan kurikulum yang reformis yang melakukan langkah-
langkah kecil dalam mengembangkan kurikulum yang terukur secara lebih baik
daripada kurikulum yang ditawarkan sekarang untuk merealisasikan masa depan.
Lihat dalam Allan A. Glatthorn, “A Curriculum for the Twenty-First Century”, The
Clearing House, Vol. 62, No. 1, Education in the Year 2000, 7-10,
http://www.jstor.org/stable/30188363 (diakses 01/05/2012).
9
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun
pelajaran 2011/ 2012”, 5.

99
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

Donald C. Clark.10 Menurut mereka kurikulum itu meliputi konten,


instruksi, kegiatan, iklim sekolah, dan interaksi sosial yang
merupakan pengalaman remaja awal selama dia mengikuti
pendidikan di sekolah. Pengalaman-pengalaman tersebut menurut
Sally N. Clark dan Donald C. Clark mencakup pengalaman yang
direncanakan sekolah, biasa disebut dengan kurikulum yang
direncanakan atau yang dimaksudkan, dan pengalaman yang tidak
direncanakan sering disebut sebagai kurikulum tersembunyi.
KTSP MP UIN Jakarta ini juga telah merangkum apa yang
telah disimpulkan oleh Malcolm Skilbeck bahwa secara umum
kurikulum meliputi 4 hal, yaitu semua pengalaman peserta didik di
bawah bimbingan sekolah, pernyataan operasional dari tujuan
sekolah, program kegiatan yang didesain agar siswa dapat mencapai
akhir atau tujuan yang dapat dispesialisasikan melalui pembelajaran
tertentu, dan suatu usaha untuk mengkomunikasikan prinsip-prinsip
dan fitur-fitur esensial dari proposal pendidikan dalam suatu bentuk
yang terbuka untuk diperiksa secara kritis dan secara efektif dapat
diterjemahkan kedalam prakteknya. 11
KTSP ini kemudian dikembangkan oleh MP UIN Jakarta
dengan beberapa penyesuaian yang didasarkan kepada kekhasan,
kondisi, dan potensi seluruh stakehoders-nya,12 sehingga menjadi
sebuah kurikulum yang terbangun secara efektif, karena menurut Rao
bangunan kurikulum yang efektif itu tergantung pada sejumlah
pondasi yang sangat penting yang menjadi ciri dari sebuah sekolah,
sebuah komunitas sekolah, bangsa, orang, dan sistem
pendidikannya. 13
Untuk mengembangkan kurikulum sekolah maka banyak
sekali prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dan perlu
dipertimbangkan. Prinsip pertama adalah tujuan pendidikan
merupakan pengembangan di seputar individu, oleh karena itu
kurikulum harus didasarkan pada psikologi.14 Pendidikan modern

10
Sally N. Clark dan Donald C. Clark, Restructuring the Middle Level
School: Implications for School Leaders, 85-87.
11
Malcolm Skilbeck, School-Based Curriculum Development (London:
Harper & Row Ltd, 1984), 21.
12
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan UIN
Jakarta Tahun pelajaran 2011/ 2012”, 1.
13
V.K.Rao, Principles of Curriculum, 2.
14
Adapun prinsip-prinsip psikologis perkembangan anak yang harus
diperhatikan untuk mengembangkan kurikulum menurut Rao ada 7, yaitu: (1)

100
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

berpusat pada anak, untuk itu kurikulum harus dikonstruksi untuk


mengembangkan kemampuan fisik, intelektual, dan emosional.
Kedua, seorang individu tidak dapat berkembang dalam isolasi tetapi
dalam suasana sosial, oleh karena itu kurikulum harus didasarkan
pada prinsip sosiologis. Ketiga, bidang pengetahuan mengalami
perkembangan dari hari ke hari, karena itu perlu memperkenalkan
pengetahuan baru bersama dengan bidang pengetahuan yang ada
melalui media kurikulum. Keempat, kurikulum harus memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Hal ini tidak hanya referensi dari kebutuhan
hari ini tapi refleksi masa depan juga harus dilihat dari kurikulum.
Kelima, siswa harus mendapatkan kekayaan pengalaman berdasarkan
ilmu pengetahuan dan teknologi melalui kurikulum. Keenam,
kurikulum harus dibingkai agar terarah pada penyempurnaan sistem
pendidikan sehingga perolehan pengetahuan seiring dengan
perkembangan emosional yang akan berlangsung untuk
meningkatkan individu. Ketujuh, kurikulum adalah cara menuju
tujuan, tetapi bukan tujuan itu sendiri, tujuan yang menjadikan
kepribadian berkembang secara terintegrasi. Pendidikan dalam
pengertian ini bukanlah ajaran beberapa mata pelajaran yang terlepas
dari pengembangan kepribadian. Kedelapan, kurikulum harus
fleksibel. Fleksibilitas untuk memenuhi kebutuhan individual
merupakan aspek penting dari kurikulum yang baik. Individu adalah

Anak-anak pada usia kronologis yang sama memiliki perbedaan dalam kecepatan
dan pola pertumbuhannya. (2) Anak-anak pada usia kronologis yang sama dalam
pertumbuhan dan perkembangan mereka telah dipengaruhi oleh faktor lingkungan
yang berbeda. (3) Dalam antar kelompok umur terdapat berbagai perbedaan yang
lebar dan dalam tentang kemampuan, minat, dan kebutuhan mereka. (4)
Penempatan anak dalam kelompok antar-umur tidak pernah dapat ditentukan secara
tidak sengaja (kecelakaan usia kronologis) melainkan harus ada tindakan yang
disengaja. (5) Proses perencanaan unit-unit pengalaman harus memberikan
kesempatan kepada setiap anak melalui kehidupan kelompok agar setiap anak dapat
menemukan tempatnya, dapat mengukur kekuatan dan kebutuhannya, dapat
tumbuh untuk mencapai potensinya, dan dapat memberikan kontribusi kepada
kehidupan kelompok saat melakukannya. (6) Dalam kelompok anak-anak normal
pada usia kronologis yang sama, kurikulum harus dikembangkan yang untuk
memenuhi kebutuhan, kemampuan, minat, dan motivasi mereka yang berbeda pada
tingkat kematangan yang berbeda dalam kelompok. (7) Anak-anak usia kronologis
yang sama, ditempatkan dalam kelompok kelas yang didesain menjadi kelas yang
berdasarkan pada pembelajaran keterampilan, informasi, pemahaman, dan
perumusan konsep dengan pencapaian kuantitas dan kualitas yang berbeda. Lihat
dalam VK. Rao, Principles of Curriculum, 23-28.

101
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

faktor yang paling penting dalam proses pendidikan dan


perkembangannya adalah perhatian utama dari kurikulum. Untuk itu
perbedaan individual antara siswa harus dipertimbangkan.
Kesembilan, kurikulum berkaitan dengan kehidupan. Pendidikan
bukan hanya persiapan untuk hidup, pendidikan adalah kehidupan itu
sendiri. Tidaklah cukup bahwa pendidikan hanya untuk mendorong
pertumbuhan individu, tetapi juga harus mempersiapkan individu
untuk kehidupan sosial dan mempersiapkan dia untuk menjadi warga
yang baik dari masyarakat di mana ia tinggal. Oleh karena itu
menjadi penting bahwa kurikulum ini terkait dengan kehidupan-
kehidupan individu dan masyarakat. Kesepuluh, kurikulum harus
menyediakan kegiatan untuk rekreasi. Masalah terbesar manusia
bukanlah masalah tidak bekerja tetapi adalah masalah rekreasi.
Manusia tahu bagaimana bekerja untuk hidup, tapi manusia tidak
tahu bagaimana memanfaatkan waktu luang. Kesebelas, kurikulum
harus menyediakan untuk mengembangkan keterampilan praktis,
minat, sikap, dan nilai-nilai. Pendidikan tidak hanya untuk
menanamkan pengetahuan saja, tetapi kurikulum baru harus
menyediakan untuk membuat sensasi dan kegembiraan untuk
penemuan yang baru. Jadi kurikulum baru harus mendorong untuk
mengembangkan sikap yang tepat terhadap kehidupan, masyarakat,
dan nilai-nilai sosial, moral, estetika, dan spiritual. Berarti sikap dan
nilai yang dikembangkan dalam kurikulum tersebar di semua mata
pelajaran dan semua kegiatan. Kedua belas, kurikulum memerlukan
renovasi konstan dan berkesinambungan. Kurikulum bagaikan
sesuatu yang hidup yang tidak bisa tetap statis, kurikulum harus
bergerak sesuai dengan perubahan zaman, kebutuhan individu, dan
masyarakat. Kurikulum saat ini menjadi usang dan ketinggalan
zaman untuk saat yang akan datang, merenovasi dengan memasukkan
unsur-unsur baru dan penolakan terhadap elemen yang sudah usang
menjadi kebutuhan yang tak terelakkan. Ketiga belas, penelitian
melengkapi bahan untuk pembaharuan. Renovasi dan pembaruan
kurikulum tidak bisa sembarangan, hal itu harus didasarkan pada
temuan penelitian yang dapat dilakukan oleh lembaga pelatihan guru
dan lembaga eksperimental. Keempat belas, kurikulum paralel dapat
dicoba. Ada dua set kurikulum, yaitu kurikulum biasa dan kurikulum
canggih. Sekolah dengan fasilitas biasa dapat diizinkan untuk
sementara menggunakan kurikulum yang biasa, sedangkan sekolah-
sekolah dengan fasilitas yang lebih baik harus didorong untuk

102
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

menerapkan kurikulum yang dimodifikasi untuk lebih maju. Hal ini


dapat diduga bahwa kurikulum maju dari hari ini akan menjadi biasa
dalam perjalanan waktu dan kurikulum canggih baru akan
dikembangkan pada saat itu. Dengan demikian proses pembaharuan
kurikulum berlangsung secara terus menerus, yang berarti kurikulum
paralel berjalan secara bersamaan. Kelima belas, guru dan sekolah
harus mendapatkan kebebasan untuk mengembangkan kurikulum
sendiri dan bereksperimen dengan kurikulum itu. Pengakuan terhadap
kebebasan yang luas kepada guru dan peserta didik adalah suatu
kondisi yang sepenuhnya diperlukan untuk penyediaan kurikulum
pendidikan. Sekolah sebagai lembaga sosial manusia harus responsif
terhadap lingkungannya sendiri, untuk itu sekolah harus diizinkan
untuk mengembangkan kurikulum dengan caranya sendiri agar sesuai
dengan lingkungan itu. Hal ini terutama berlaku untuk sekolah yang
lebih berfungsi sebagai sekolah eksperimental seperti sekolah
terpadu. Keenam belas, orientasi dan bahan instruksional harus
diberikan kepada guru. Hal ini Tidaklah cukup untuk memiliki
kurikulum yang baru. Para guru membutuhkan buku teks yang tepat,
instruksional, dan sumber bahan melalui program layanan untuk
mengimplementasikan kurikulum baru. Lembaga pelatihan guru
dapat mengambil kepemimpinan dalam arah ini. Ketujuh belas,
kecukupan dana diperlukan dalam pengembangan kurikulum. Alasan
yang paling penting untuk tidak mengimplementasikan kurikulum
baru terutama adalah karena kurangnya sumber daya keuangan.
Semua renovasi kurikulum bisa gagal dan menjadi kurikulum yang
bersifat tradisional karena gara-gara kekurangan dana. Kedelapan
belas, guru secara individu, atau setidaknya staf dari setiap individu
sekolah, harus menerima peran penelitian dan pengembangan
sehubungan dengan kurikulum, baik itu untuk memodifikasi,
mengadaptasi, maupun untuk mengembangkannya sesuai dengan
kebutuhan individu siswa dan lingkungan tertentu.15
Dilihat dari prinsip-prinsip tersebut ternyata MP UIN Jakarta
dalam mengembangkan kurikulum sudah mempertimbangkan
semuanya. Bahkan MP UIN Jakarta juga mempertimbangkannya dari
berbagai aspek, baik itu aspek perkembangan psikologis anak, aspek
akademis, aspek keragaman sosial budaya, aspek kemajuan, aspek

15
Lihat dalam A.V.Kelly, The Curriculum: Theory and Practice, 115;
R.N.Pani, Integral Education:Thought & Practical, 437-439; dan E.N.Gawande,
Value Oriented Education, 38-39.

103
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

relevansinya dengan kehidupan, aspek filosofis, maupun aspek


kedaerahan dan kenegaraan. Karena ada 6 prinsip yang menjadi dasar
pertimbangannya.
Prinsip pertama adalah pengembangan kurikulum berpusat
pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan
prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk
mengembangkan kompetensinya yang disesuaikan dengan potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta
tuntutan lingkungannya. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan
pembelajaran berpusat pada peserta didik.
Prinsip kedua kedua adalah beragam dan terpadu. Kurikulum
dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik
peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta
menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender.
Pengembangan kurikulum juga harus dapat memadukan substansi
komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan
pengembangan diri, serta disusun dalam keterkaitan dan
kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi.
Prinsip ketiga adalah tanggap terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni. Kurikulum dikembangkan atas
dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni selalu
berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi
kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk
mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.
Prinsip keempat adalah relevan dengan kebutuhan kehidupan,
pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku
kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan
dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan
kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu,
pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir,
keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan
vokasional merupakan keniscayaan.
Prinsip kelima adalah menyeluruh dan berkesinambungan.
Maksudnya substansi kurikulum harus mencakup keseluruhan
dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan, dan mata pelajaran

104
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar


semua jenjang pendidikan.
Prinsip keenam adalah belajar sepanjang hayat,
pengembangan kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan,
pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung
sepanjang hayat.
Prinsip ketujuh adalah seimbang antara kepentingan nasional
dan kepentingan daerah. Kurikulum dikembangkan dengan
memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk
membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 16
Selain itu MP UIN Jakarta dalam menyusun KTSP-nya juga
memperhatikan hal-hal mengenai peningkatan iman dan takwa serta
akhlak mulia; peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai
dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik;
keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan; tuntutan
pembangunan daerah dan nasional; tuntutan dunia kerja;
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; agama;
dinamika perkembangan global; persatuan nasional dan nilai-nilai
kebangsaan; kondisi sosial budaya masyarakat setempat; kesetaraan
gender; dan karakteristik satuan pendidikan.17
Hal-hal yang menjadi pertimbangan MP UIN Jakarta dalam
menyusun kurikulumnya tersebut jika dikaitkan dengan pendidikan
berorientasi nilai (akhlak), 18 maka ada 1 hal lagi yang harus
diperhatikan, yaitu mengenai perkembangan yang ideal dari
kepribadian siswa berdasarkan jenjang dan tingkat pendidikannya,
hal ini idealnya juga harus dimuat dalam kurikulum. Ini berarti setiap
jenjang pendidikan yang berada dalam lingkungan MP UIN Jakarta
(MIP, MTsP, dan MAP) kurikulumnya harus mencantumkan dengan
jelas tingkat perkembangan akhlak yang ideal untuk para siswanya

16
Lihat dalam Penyusun, “Kurikulum MI Pembangunan UIN Jakarta
Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 11-12.
17
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan UIN
Jakarta Tahun pelajaran 2011/ 2012”, 6-8; dan dalam Penyusun, “Kurikulum MI
Pembangunan UIN Jakarta Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 12-14.
18
Gawande dalam salah satu sarannya mengenai hal-hal yang harus
diperhatikan dalam kurikulum pendidikan berorientasi nilai (akhlak)
mengungkapkan bahwa perkembangan yang ideal dari kepribadian siswa harus
dimungkinkan untuk dimuat dalam kurikulum. Lihat dalam E.N.Gawande, Value
Oriented Education, 42.

105
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

sesuai dengan tingkatan kelas dan jenjang pendidikan yang


diikutinya.
Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan Mostert,19
pengembangan kurikulum MP UIN Jakarta pun dalam
perkembangannya menunjukkan adanya 6 fase tindakan, yaitu inisiasi
(launching tentang investigasi pendahuluan); perencanaan yang
meliputi analisis situasi, perumusan tujuan, penentuan kriteria untuk
pemilihan dan klasifikasi konten, dan perencanaan desain
eksperimental; pengembangan, yang meliputi seleksi dan klasifikasi
konten pembelajaran dan penyempurnaan dari tujuan, penyediaan
pedoman didaktik, produksi bahan pengajaran, pengembangan bahan
ajar, dan pengembangan mekanisme evaluasi; pengujian, yang
meliputi tindakan penyerahan kepada para ahli evaluasi, persiapan
guru untuk tugas instruksional (pengajaran), tugas pengajaran,
evaluasi formatif, dan review; pelaksanaan, yang meliputi
perencanaan isi pembelajaran, penyebaran, orientasi guru, dan
pengajaran; serta evaluasi sumatif, yaitu evaluasi akhir program.
Sejak pertengahan dekade 1960-an sampai kepada
pertengahan dekade tahun 1990-an menurut Christine J. Villani
terdapat 2 model reformasi kurikulum yang paling revolusioner, yaitu
model integrasi kurikulum dan model interdisipliner kurikulum. 20

19
Lihat dalam Arend E Carl, Teacher Empowerment through Curriculum
Development: Theory into Practice (Cape Town: Juta and Company Ltd, 2009),
37-38.
20
Model integrasi kurikulum yang otentik pada awalnya adalah suatu cara
berpikir tentang sekolah yang mengarahkan berbagai gambaran untuk apa sekolah
didirikan, sumber-sumber kurikulumnya, dan tentang penggunaan pengetahuan.
Integrasi kurikulum ini bersandar pada premis bahwa sumber kurikulum haruslah
masalah, isu, dan masalah yang diusulkan oleh kehidupan individu yang terlibat
dalam proses belajar (siswa). Secara teoritis, integrasi kurikulum adalah untuk
melampaui mata pelajaran yang terpisah dan mengintegrasikan pengetahuan tanpa
memperhatikan mata pelajaran atau garis keilmuan. Integrasi kurikulum berkisar di
seputar proyek dan kegiatan, bukan pada mata pelajarannya, sedangkan
pengetahuan hanyalah untuk melayani sebagai sumber dari mana tema diambil dan
kemudian dikaitkan dengan isu dan kepentingan. Namun pada prakteknya, integrasi
kurikulum menjadi organisasi tema sebagai pusat belajar yang masih
mempertahankan pendekatan mata pelajaran yang terpisah. Padahal model integrasi
kurikulum yang sebenarnya menyerukan pada tema yang berpusat pada isu-isu
kehidupan nyata seperti konflik, budaya, identitas, karier, atau lingkungan. Lihat
dalam Christine J. Villani, A Synthesized Curriculum for the 21st Century
(Lanham: University Press of America Inc., 1998), 17-18.

106
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

Dari 2 model kurikulum revolusioner tersebut jika dilihat


berdasarkan struktur dan isi dari kurikulum, serta berdasarkan
pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan kurikulumnya,21
maka MP UIN Jakarta dalam mengembangkan kurikulumnya
menggunakan model integrasi kurikulum atau kurikulum terpadu
(integrated curriculum) dengan berbagai modifikasi, baik itu pada
struktur kurikulumnya yang memadukan antara struktur kurikulum
Kemenag RI dengan struktur kurikulum Kemdikbud RI, maupun
pada muatan kurikulumnya yang memadukan 3 model kurikulum,
yaitu kurikulum murni (core curriculum), kurikulum tersembunyi
(hidden curriculum), dan kurikulum kebiasaan (habitual
curriculum).22
Secara umum pengembangan KTSP MP UIN Jakarta
dilakukan pada 2 bagian, yaitu pada bagian struktur kurikulumnya
dan pada bagian muatan (konten) kurikulumnya. Walaupun bagian
tujuan kurikulum (pendidikan/sekolah) juga dikembangkan di
sekolah ini, namun dalam tulisan ini penulis memisahkannya dan
membahasnya secara khusus pada bab yang tersendiri yaitu pada

21
Betty Jean Eklund Shoemaker mengidentifikasikan ada 7 pendekatan
yang digunakan dalam model kurikulum terpadu (integrated curriculum), yaitu: (1)
Pendekatan infus yang mengintegrasikan topik tertentu di seluruh kurikulum. (2)
Pendekatan topik dalam disiplin keilmuan yang mengintegrasikan beberapa bagian
dari disiplin yang sama dalam pengaturan instruksional. Pendekatan interdisipliner
mempertahankan batas-batas mata pelajaran tradisional sementara menyelaraskan
isi dan konsep dari satu disiplin dengan yang lain. (3) Pendekatan tematik
subordinat pokok bahasan menjadi tema, sehingga batas-batas antara disiplin ilmu
menjadi kabur. Topik dapat difokuskan secara sempit atau secara luas. (4)
Pendekatan holistik melalui 2 perspektif: menangani kebutuhan anak secara
keseluruhan (integrasi kognitif, fisik, dimensi afektif, moral, dan spiritual) dan
menawarkan kurikulum yang menyediakan konteks di mana pengetahuan baru
masuk akal. (5) Pendekatan fungsi pikiran/otak yang menggunakan strategi
pengajaran dan organisasi ruang kelas yang melibatkan para siswa untuk
menggunakan 4 fungsi pikiran/otak yang diidentifikasi oleh Barbara Clark. (6)
Pendekatan kerja otak integratif yang menggunakan strategi pengolahan informasi
seperti pencapaian konsep, berpikir induktif, penyelenggaraan tatap muka,
pemetaan konsep, dan wawancara klinis. (7) Gabungan pendekatan yang
menggabungkan beberapa aspek dari pendekatan tersebut di atas. Lihat dalam
Betty Jean Eklund Shoemaker, “Education 2000 Integrated Curriculum”, The Phi
Delta Kappan, Vol. 72, No. 10 (1991), 793-797,
http://www.jstor.org/stable/20404539 (diakses 02/05/2012).
22
Lihat dalam “Toward Excellent Islamic School of MP UIN Jakarta 2030:
Rencana Induk Pengembangan MP UIN Jakarta”, 19.

107
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

BAB 3 dalam tulisan ini agar pembahasannya lebih mendalam dan


terperinci.

B. Pengembangan Struktur Kurikulum Berorientasi Akhlak


Mulia
Secara umum menurut Arthur N. Applebee kurikulum
terstruktur berdasarkan pengalaman yang disertakan dan berdasarkan
hubungan yang atau dapat dibangun di antara guru dan siswa, karena
menurutnya masalah struktur kurikulum merupakan salah satu
masalah yang meluas di berbagai aspek pengalaman manusia. 23
Pengembangan struktur kurikulum dalam rangka
melaksanakan pendidikan yang berorientasi akhlak di MP UIN
Jakarta dilakukan dengan 3 cara, yaitu dengan mengintegrasikan
berbagai jenis kurikulum yang strukturnya berbeda atau disebut
dengan integrasi struktur kurikulum, dengan memodifikasi mata
pelajaran, dan dengan memodifikasi alokasi waktu pembelajarannya.

1. Integrasi Struktur Kurikulum


Pengembangan kurikulum bisa dilakukan dengan
mengkombinasikan dan memadukan 2 jenis struktur kurikulum yang
berbeda. Heinonen24 berpendapat bahwa keberhasilan dalam
reformasi kurikulum tergantung pada pengembangan struktur yang
mendukung proses pendidikan tersebut. Menurutnya Jika hanya
berfokus pada strategi, seperti mata pelajaran, pengajaran, dan
budaya belajar, maka hal tersebut relatif sulit untuk mencapai
perubahan yang diinginkan.
Di Indonesia, pendidikannya mempunyai 2 jenis kurikulum
yang resmi, yaitu Kurikulum Kementerian Agama dan Kurikulum
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ini juga berarti bahwa ada
2 struktur kurikulum yang berbeda. Perbedaan struktur kurikulum

23
Arthur N. Applebee, Curriculum as Conversation: Transforming
Traditions of Teaching and Learning (Chicago: The University of Chicago Press,
1996), 67-69.
24
Lihat dalam Jaana Seikkula-Leino, “Advancing Entrepreneurship
Education in Finnish Basic Education: The Prospect for Developing Local
Curricula”, dalam Alain Fayolle dan Paula Kyro (Ed.), The Dynamics between
Entrepreneurship, Environment and Education (Glos: Edward Elgar Publishing
Ltd, 2008), 174.

108
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

tersebut menurut William J. Carey adalah karena adanya perbedaan


dalam program yang dijalankan. 25
MP UIN Jakarta dalam mengembangkan kurikulumnya telah
mengkombinasikan dan memadukan 2 jenis struktur kurikulum
tersebut, sehingga diharapkan siswa MP UIN Jakarta akan
mendapatkan porsi pendidikan agama seperti siswa madrasah
(Kemenag) dan mendapatkan pelajaran umum seperti siswa sekolah
umum (Kemdiknas). Dengan penerapan dua kurikulum yang
dikombinasi itu diharapkan para siswa MP UIN Jakarta akan
mendapatkan ilmu pengetahuan umum yang berimbang dengan
keimanan dan ketaqwaan (menguasai ilmu pengetahuan yang luas
sekaligus dekat kepada Allah SWT).
Dalam kurikulum Kemenag RI, kelompok mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) yang terdiri dari mata pelajaran
Akidah Akhlak, Alquran Hadits, Fikh, dan Sejarah Kebudayaan
Islam di MAP UIN Jakarta dijadikan satu mata pelajaran saja yaitu
mata pelajaran PAI seperti dalam kurikulum Kemdiknas RI, namun
muatannya tetap mengacu kepada kurikulum Kemenag RI. 26 Dengan
teknik ini akan membuat muatan pendidikan akhlak di MAP UIN
Jakarta lebih luas dan mendalam daripada muatan pendidikan akhlak
di sekolah-sekolah umum biasa, karena kelompok-kelompok mata
pelajaran tersebut dalam pelaksanaannya akan saling bersinergi dan
berintegrasi satu sama lainnya untuk mencapai semua tujuan yang
telah ditetapkan termasuk tujuan mata pelajaran pendidikan akhlak.
Berkaitan dengan ini Beane mengungkapkan bahwa
kurikulum di tingkat pendidikan menengah memang tidak memiliki
struktur yang benar-benar unik, paling-paling hanya tambal sulam
program, kegiatan, dan pengalaman yang mungkin atau mungkin
tidak memiliki hubungan satu sama lainnya.27 Namun dengan cara
seperti ini menurut Rosalind Charlesworth dan Karen K. Lind maka

25
William J. Carey, New Developments in Combustion Research (New
York: Nova Science Publishers Inc, 2001), 144.
26
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun
Pelajaran 2011/ 2012”, 27-29; dan wawancara dengan Kepala MAP UIN
JAKARTA Darul Janin tanggal 01/12/2011.
27
Lihat dalam Sally N. Clark dan Donald C. Clark, Restructuring the
Middle Level School: Implications for School Leaders (New York: State University
of New York Press, 1994), 84.

109
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

berbagai gaya belajar dapat diakomodasikan daripada hanya dengan


mengajarkan masing-masing mata pelajaran saja.28
Pengembangan struktur KTSP MP UIN Jakarta ini bertolak
belakang dengan apa yang diungkap oleh Lounsbury dan Clark, yang
menyimpulkan bahwa kurikulum pendidikan menengah telah
digambarkannya sebagai tahapan perkembangan yang tidak
responsif, pasif, tak banyak menuntut, dan tidak berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari para remaja. 29

Tabel 5
Struktur Kurikulum MAP UIN Jakarta30

Kelas X
Komponen Alokasi Waktu
Semester 1 Semester 2
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama Islam 3 3
2. Bahasa Arab 3 3
3. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2
4. Bahasa Indonesia 4 4
5. Bahasa Inggris 4 4
6. Matematika 4 4
7. Fisika 2 2
8. Biologi 2 2
9. Kimia 2 2
10. Sejarah 2 2
11. Geografi 2 2
12. Ekonomi 2 2
13. Sosiologi 2 2
14. Seni Budaya 1*) 1*)
15. Pendidikan Jasmani, Olahraga 2 2
dan Kesehatan
16. Teknologi Informasi dan 2 2

28
Rosalind Charlesworth dan Karen K. Lind, Math & Science for Young
Children (Belmont: Wadsworth Cengage Learning, 2010), 31.
29
Lihat dalam Sally N. Clark dan Donald C. Clark, Restructuring the
Middle Level School: Implications for School Leaders, 84.
30
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun
Pelajaran 2011/ 2012”, 27-29.

110
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

Komunikasi
17. Bahasa Jepang 2 2
B. Pengembangan Diri
1. Bimbingan dan Konseling 1 1
2. Muatan Lokal 1*) 1*)
Tahfiz
Jumlah 42 42
Kelas XI – IPA
Komponen Alokasi Waktu
Semester 1 Semester 2
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama Islam 3 3
2. Bahasa Arab 3 3
3. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2
4. Bahasa Indonesia 4 4
5. Bahasa Inggris 4 4
6. Matematika 5 5
7. Fisika 4 4
8. Biologi 4 4
9. Kimia 4 4
10. Seni Budaya 1*) 1*)
11. Pendidikan Jasmani, Olahraga 2 2
dan Kesehatan
12. Teknologi Informasi dan 2 2
Komunikasi
13. Bahasa Jepang 2 2
B. Pengembangan Diri
1. Bimbingan dan Konseling 1 1
2. Muatan Lokal 1*) 1*)
Tahfiz
Jumlah 42 42

Kelas XI – IPS
Komponen Alokasi Waktu
Semester 1 Semester 2

111
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama Islam 3 3
2. Bahasa Arab 3 3
3. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2
4. Bahasa Indonesia 4 4
5. Bahasa Inggris 4 4
6. Matematika 5 5
7. Ekonomi 4 4
8. Sejarah 2 2
9. Sosiologi 3 3
10. Geografi 3 3
11. Seni Budaya 1*) 1*)
12. Pendidikan Jasmani, Olahraga 2 2
dan Kesehatan
13. Teknologi Informasi dan 2 2
Komunikasi
14. Bahasa Jepang 2 2
B. Pengembangan Diri
1. Bimbingan dan Konseling 1 1
2. Muatan Lokal 1*) 1*)
Tahfiz
Jumlah 42 42
Kelas XII – IPA
Komponen Alokasi Waktu
Semester 1 Semester 2
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama Islam 3 3
2. Bahasa Arab 3 3
3. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2
4. Bahasa Indonesia 4 4
5. Bahasa Inggris 4 4
6. Matematika 6 6
7. Fisika 5 5
8. Biologi 4 4
9. Kimia 4 4
10. Seni Budaya 1*) 1*)
11. Teknologi Informasi dan 2 2
Komunikasi
12. Bahasa Jepang 2 2
B. Pengembangan Diri

112
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

1. Bimbingan dan Konseling 1 1


2. Muatan Lokal 1*) 1*)
Tahfiz
Jumlah 42 42
Kelas XII – IPS
Komponen Alokasi Waktu
Semester 1 Semester 2
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama Islam 3 3
2. Bahasa Arab 3 3
3. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2
4. Bahasa Indonesia 4 4
5. Bahasa Inggris 4 4
6. Matematika 6 6
7. Ekonomi 5 5
8. Sejarah 2 2
9. Sosiologi 3 3
10. Geografi 3 3
11. Seni Budaya 1*) 1*)
12. Teknologi Informasi dan 2 2
Komunikasi
13. Bahasa Jepang 2 2
B. Pengembangan Diri
1. Bimbingan dan Konseling 1 1
2. Muatan Lokal 1 1
Tahfiz
Jumlah 42 42
Keterangan:
*) : satu jam tugas terstruktur.

2. Modifikasi Mata Pelajaran


Modifikasi mata pelajaran dalam kurikulum merupakan
penerapan dan pengembangan dari salah satu dari 3 elemen kunci
dalam kurikulum, yaitu mengenai bagaimana kurikulum itu
diorganisir.31 Modifikasi terhadap mata pelajaran-mata pelajaran

31
Paul Morris dan Bob Adamson 2 pakar pendidikan berkebangsaan
Inggris menyebutkan ada tiga elemen kunci dari kurikulum, yaitu: (1) apa yang
harus guru ajarkan dan apa yang harus murid pelajari; (2) mengapa hal itu diajarkan
dan dipelajari; dan (3) bagaimana mengorganisirnya. Lihat dalam Paul Morris dan

113
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

yang menjadi muatan dalam kurikulum teknisnya bisa dilakukan


dengan berbagai macam cara. Salah satu caranya adalah dengan
mengelompokkan semua mata pelajaran menjadi beberapa kelompok.
Pengelompokkan mata pelajaran ini menurut Marwan
Abuhewaij biasanya berkaitan dengan produk dari sekolah sebagai
kumpulan dari berbagai masalah yang berkaitan dengan politik
pendidikan, estimasi kemajuan, psikologi belajar dalam aplikasi
mereka pada mata pelajaran khusus, keterampilan yang dinamis dan
manual, aspek aktivitas yang kreatif, berpikir, penciptaan,
perlindungan pribadi dari inkonsistensi, dan penciptaan kehidupan
pribadi yang bahagia.32 Dari semua teori yang diungkap oleh Marwan
Abuhewaij tersebut ada 3 aspek yang menjadi pertimbangan utama
MP UIN Jakarta dalam mengelompokkan berbagai mata pelajaran.
Pertama, Psikologi belajar dalam aplikasi mereka pada mata
pelajaran. Dalam aspek ini MP UIN Jakarta mempertimbangkan
tentang kedekatan sifat dan esensi dari mata pelajaran, sehingga mata
pelajaran-mata pelajaran yang bermuatan agama seperti Akidah
Akhlak, al-Qur’an Hadits, Fikh, dan Sejarah Kebudayaan Islam
menjadi kelompok mata pelajaran agama. Kemudian
mengelompokkan mata pelajaran-mata pelajaran yang muatannya
bersifat pengetahuan umum seperti Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn), Bimbingan Konseling (BK), dan
Ketrampilan menjadi kelompok mata pelajaran umum. Selanjutnya
mengelompokkan mata pelajaran-mata pelajaran yang muatannya
mengenai kebahasaan seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan
Bahasa Arab menjadi kelompok mata pelajaran bahasa. Kemudian
mengelompokkan mata pelajaran-mata pelajaran yang muatannya
bersifat hitungan seperti Matematika, IPA , dan Sempoa menjadi
kelompok mata pelajaran MIPA.33

Bob Adamson, Curriculum, Schooling and Society in Hong Kong (Hongkong:


Hongkong University Press, 2010), 4.
32
Lihat dalam Marwan Abuhewaij, Principles of Modern Educational
Psychology (Monterey: Trafford Publishing, 2010), 11.
33
Lihat dalam Penyusun, “Kurikulum MI Pembangunan UIN Jakarta
Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 45.

114
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

Tabel 6
Pengelompokkan Mata Pelajaran di MP UIN Jakarta

No MIP UIN Jakarta MTsP UIN Jakarta MAP UIN Jakarta


Kelompok mata Kelompok mata Kelompok mata pelajaran
pelajaran Agama, pelajaran Agama, yaitu : Agama dan Akhlakul
yaitu : Aqidah Aqidah Akhlak, Fiqh, Al Karimah, yaitu: Pendidikan
1 Akhlak, Fiqh, Al Quran Hadits, dan Agama Islam dan Tahfiz.
Quran Hadits, dan Sejarah Kebudayaan
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
Islam (SKI)
Kelompok mata Kelompok mata Kelompok mata pelajaran
pelajaran Umum, pelajaran Umum, yaitu : Bahasa, yaitu: Bahasa
yaitu : Pendidikan Pendidikan Jasmani dan Indonesia, Bahasa Arab,
Jasmani dan Kesehatan, Ekonomi, Bahasa Inggris, dan Bahasa
Kesehatan, Ilmu Sejarah, TIK, Pendidikan Jepang.
2 pengetahuan sosial, Kewarganegaraan (PKn),
Pendidikan Bimbingan Konseling
Kewarganegaraan (BK), dan Ketrampilan.
(PKn), Bimbingan
Konseling (BK), dan
Ketrampilan.
Kelompok mata Kelompok mata Kelompok mata pelajaran
pelajaran Bahasa, pelajaran Bahasa, yaitu : Kewarganegaraan dan
3 yaitu : Bahasa Bahasa Indonesia, Kepribadian, yaitu: Pendidikan
Indonesia, Bahasa Bahasa Inggris, dan Kewarganegaraan, Bimbingan
Inggris, dan Bahasa Bahasa Arab. dan Konseling.
Arab.
Kelompok mata Kelompok mata Kelompok mata pelajaran Ilmu
pelajaran MIPA, pelajaran MIPA, yaitu : Pengetahuan dan Teknologi,
yaitu : Matematika, Matematika dan IPA yaitu: Matematika, Fisika,
4 IPA , dan Sempoa Terpadu (Fisika, Kimia, Biologi, Kimia, Sejarah,
dan Biologi). Geografi, Ekonomi, Sosiologi,
serta Teknologi Informasi dan
Komunikasi.
Kelompok mata pelajaran
Jasmani, Olahraga dan
5 Kesehatan, yaitu: Peendidikan
Jasmani, Olahraga, dan
Kesehatan.

6 Kelompok mata pelajaran


Estetika, yaitu Seni Budaya.

Kedua, estimasi kemajuan. Pengelompokkan mata pelajaran


yang dilakukan di MP UIN Jakarta juga didasarkan dalam rangka
untuk efektifitas kerja sama konsorsium dan pertimbangan mengenai
keterbatasan jumlah guru dalam satu konsorsium mata pelajaran.
Dalam pengelolaannya biasanya setiap kelompok mata pelajaran ini
dikoordinir oleh seorang guru yang diangkat sebagai ketua kelompok

115
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

atau ketua konsorsium. Semua guru mata pelajaran yang tergabung


dalam satu kelompok akan saling bersinergi dan berintegrasi dalam
upaya untuk mencapai tujuan dari masing-masing mata pelajaran.
Dengan saling bersinergi dan berintegrasi para guru akan menjadi
inovator yang diilhami dari ide-ide masing-masing dan para guru
akan dapat membangun praktik KBM yang kreatif. Para guru juga
dapat belajar untuk mengidentifikasi fitur generik dari setiap KBM
dan ini menyebabkan perkembangan dari konstruk prosedur KBM
generik.34
Ketiga, perlindungan pribadi dari inkonsistensi. Upaya
pengelompokkan mata pelajaran di MP UIN Jakarta salah satu tujuan
utamanya adalah untuk menghindari adanya pengulangan materi
yang sama dalam satu mata pelajaran pada mata pelajaran yang
lain. 35 Hal ini dapat memaksimalkan keterbatasan waktu yang
tersedia untuk dapat menyampaikan seluruh materi pelajaran yang
sudah ditentukan dalam satu kurun waktu yang sudah ditetapkan (1
catur wulan, 1 semester, atau satu tahun pelajaran). Secara teknis
penerapan seperti ini sangat membantu dalam mengatasi keterbatasan
waktu yang menjadi kendala utama dalam penyampaian materi
pembelajaran pendidikan akhlak. Dengan teknis seperti ini semua
nilai-nilai akhlak yang ada dalam muatan mata pelajaran pendidikan
akhlak sangat dimungkinkan untuk tersampaikan semua kepada
siswa. Nilai-nilai akhlak yang termuat dalam mata pelajaran lain juga
tidak akan diulang penyampaiannya secara khusus pada pembelajaran
pendidikan akhlak atau mata pelajaran lainnya. Tidak terjadinya
pengulangan materi akhlak secara khusus ini membuat penggunaan
waktu pembelajaran menjadi lebih efisien.
Dengan teknis seperti ini juga bisa membuat penyampaian
nilai-nilai akhlak kepada siswa menjadi lebih efektif, karena dalam
penyampaiannya tidak hanya disampaikan dalam pembelajaran
pendidikan akhlak saja, tetapi juga disampaikan dalam pembelajaran
mata pelajaran-mata pelajaran lain yang muatannya bisa dikaitkan.
34
Lihat dalam Ian Mitchell dan Judie Mitchell, “The Project for Enhancing
Effective Learning (PEEL): 22 Years of Praxis”, dalam Anastasia P. Samaras dkk
(Ed.), Learning Communities in Practice (Verlag: Springer, 2008), 12.
35
Berkenaan dengan ini Gerd Bräuer menyarankan agar topik yang akan
diajarkan atau dipelajari didiskusikan terlebih dahulu dan dipilih dari aspek yang
berbeda sehingga terhindar dari pengulangan materi. Lihat dalam Gerd Bräuer
(Ed.), Pedagogy of Language Learning in Higher Education: An Introduction
(Westport: Greenwood Publishing Group, 2001), 132.

116
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

Pada dasarnya hal ini dilakukan berdasarkan pada prinsip bahwa


dengan seringnya siswa menerima nilai-nilai akhlak dalam proses
pembelajarannya maka kemungkinan nilai-nilai akhlak tersebut
membekas dalam diri mereka akan menjadi lebih besar.36

3. Modifikasi Alokasi Waktu Pembelajaran


Secara keseluruhan modifikasi alokasi waktu dalam
kurikulum permasalahannya meliputi alokasi waktu untuk kursus
pengembangan dan modifikasi kurikulum, kompensasi, beban
program dan jadwal kerja, akses ke sumber daya, pelatihan, dan
promosi jabatan, mempekerjakan, dan pengajaran lepas. Bagi guru
ada 3 bidang yang membutuhkan waktu dan perhatian mereka, yaitu
kegiatan persiapan KBM, kegiatan pengembangan kurikulum, dan
kegiatan KBM baik yang sinkron ataupun yang asinkron.37
Alokasi waktu pembelajaran pendidikan akhlak dan mata
pelajaran-mata pelajaran lainnya dapat dimodifikasi sedemikian rupa
sehingga dapat mengoptimalkan seluruh alokasi waktu yang tersedia
untuk memaksimalkan tercapainya tujuan pendidikan akhlak dan
tujuan mata pelajaran-mata pelajaran lainnya.
Secara formal jika berdasarkan Kurikulum Kemenag RI maka
pendidikan akhlak tergabung dalam mata pelajaran Akidah Akhlak
dengan alokasi waktunya hanya 2 jam pembelajaran perminggu. Jika
merujuk kepada Kurikulum Kemdikbud RI maka pendidikan akhlak
termasuk ke dalam mata pelajaran PAI yang alokasi waktunya juga
hanya 2 jam pembelajaran perminggunya. Namun ketentuan tersebut
ternyata pada praktiknya dapat dimodifikasi dengan menambah atau
mengurangi alokasi waktu pembelajarannya itu dengan
mengakumulasikannya dengan alokasi waktu pembelajaran mata
pelajaran-mata pelajaran lainnya tanpa mengurangi tujuan atau
muatan mata pelajarannya. Menurut Andy Hargreaves tindakan
seperti ini dapat membawa 2 kerangka waktu (kehidupan dan tujuan)
lebih dekat secara bersamaan, juga dapat meningkatkan kesadaran

36
Wawancara dengan Waka MTsP UIN JAKARTA Bagian Kurikulum
Syukri AG tanggal 06/01/2012.
37
Lihat dalam Lynnette R. Porter, Developing an Online Curriculum:
Technologies and Techniques (London: Idea Group Inc, 2004), 258; dan dalam
Andy Hargreaves, Changing Teachers, Changing Times: Teachers' Work and
Culture in the Postmodern Age (London: Continuum International Publishing
Group, 1994), 258.

117
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

dan pemahaman para administrator tentang kompleksitas kerja para


guru.38
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa MP UIN Jakarta
menerapkan dan memodifikasi 2 kurikulum yang berbeda strukturnya
yaitu Kurikulum Kemenag RI dan Kurikulum Kemdiknas RI. Hal ini
secara jelas dapat dilihat penerapannya di MIP, MTsP, dan MAP UIN
Jakarta.
Di MIP dan MTsP UIN Jakarta mata pelajaran Akidah
Akhlak dialokasikan waktunya hanya 1 jam pembelajaran
perminggunya, namun dengan adanya kegiatan HC (Habitual
Curriculum) yang dilaksanakan 3x seminggu dengan alokasi
waktunya adalah 1 jam pembelajaran yang berarti 3 jam
pembelajaran perminggunya, yang di dalamnya terdapat kegiatan
tausiyah dari guru yang muatannya berisi tentang nilai-nilai akhlak,
maka jika ditotal berarti jam pembelajaran Akidah Akhlak tidak lagi
hanya 1 jam pembelajaran setiap minggu tetapi relatif menjadi 4 jam
pembelajaran perminggu. Begitu juga dengan mata pelajaran PKn
yang berisi tentang pendidikan akhlak untuk menjadi warga negara
yang baik, alokasi waktu pembelajarannya dimodifikasi sedemikian
rupa. Di tingkat kelas tertentu sesuai dengan alokasi waktu yang
ditetapkan oleh Kemdikbud yaitu 2 jam pembelajaran perminggu,
tetapi di tingkat kelas yang lain alokasi waktunya dikurangi menjadi
1 jam pembelajaran saja perminggu.39

38
Andy Hargreaves, Changing Teachers, Changing Times: Teachers'
Work and Culture in the Postmodern Age, 105.
39
Lihat dalam Penyusun, “Kurikulum MI Pembangunan UIN Jakarta
Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 46; Tim Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan
UIN Jakarta Tahun pelajaran 2011/ 2012”, 21; wawancara dengan Afif AL pada
tanggal 08/12/2011 dan dengan Syukri AG pada tanggal 21/01/2012.

118
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

Tabel 7
Struktur Kurikulum
MI Pembangunan UIN Jakarta40

JUMLAH TATAP MUKA


KLS I KLS II KLS III KLS IV KLS V KLS VI
N
DIKNAS

DIKNAS

DIKNAS

DIKNAS

DIKNAS

DIKNAS
O KOMPONEN
MIP

MIP

MIP

MIP

MIP

MIP
Mata
A Pelajaran
Pendidikan
1 Agama Islam
a. Al-Quran
dan Hadist 5 5 4 3 2 2
b. Aqidah 3 3 3
Akhlak 1 1 1 1 1 1
c. Fiqih 3 3 3 3 3 3
d. SKI 0 0 1 1 1 1
2 PKn 2 2 1 2 1 2 2 2 2
Bahasa
3 Indonesia 5 5 6 5 6 5 6 5 6
4 Bahasa Arab 2 2 3 0 2 0 2 0 3
5 Matematika 6 6 6 5 6 5 6 5 6
Ilmu
6 Pengetahuan 2 2 4 4 6 4 6 4 6
Alam
Ilmu
7 Pengetahuan 2 2 2 3 2 3 3 3 3
Sosial
8 Senbudtram 2 2 2 4 2 4 2 4 2
9 Penjaskes 2 2 2 4 2 4 2 4 2
Muatan
B Lokal:
a. Bahasa
Inggris
2 2 2 0 2 0 2 0 3
b. Komputer 2 2 2 0 2 0 2 0 0
c. Aritmatika 0 0 1 0 0 0 0 0
Pengembanga
C n Diri 2 2 2

Jumlah 26 36 27 36 28 40 32 40 32 40 32 40

40
Lihat dalam Penyusun, “Kurikulum MI Pembangunan UIN Jakarta
Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 46.

119
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

Sedangkan di MTsP UIN Jakarta teknisnya sama dengan yang


dilakukan di MIP UIN Jakarta yaitu mata pembelajaran Aqidah
Akhlak hanya dialokasikan waktunya 1 jam pembelajaran saja
perminggu, tetapi dengan adanya kegiatan HC yang dilaksanakan 3x
seminggu dengan alokasi waktunya adalah 1 jam pembelajaran
perminggu, berarti ada 3 jam pembelajaran HC perminggu. Di dalam
kegiatan HC ini terdapat kegiatan tausiyah dari guru yang muatannya
berisi tentang nilai-nilai akhlak. Maka jika ditotal seluruhnya berarti
jam pembelajaran Akidah Akhlak (pendidikan akhlak) tidak lagi
hanya 1 jam pembelajaran setiap minggu, tetapi relatif menjadi 4 jam
pembelajaran perminggu.
Demikian pula untuk mata pelajaran PKn, alokasi waktu
pembelajarannya juga dikurangi untuk seluruh tingkatan kelas
sehingga menjadi 1 jam pembelajaran saja perminggu. Hal ini
dilakukan dengan pertimbangan bahwa materi yang termuat dalam
mata pelajaran PKn sebagiannya ada termuat dalam mata pelajaran
lainnya, misalnya dalam mata pelajaran IPS. Dengan pertimbangan
ini maka pihak sekolah mengambil kebijakan dengan mengurangi
alokasi waktu pembelajaran perminggunya untuk dialihkan kepada
alokasi waktu mata pelajaran yang lain. 41

41
Wawancara dengan Waka MIP UIN JAKARTA Bagian Kurikulum
Agus Wahyudi tanggal 26/01/2012.

120
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

Tabel 8
Struktur Kurikulum
MTs Pembangunan UIN Jakarta42

JUMLAH TATAP MUKA


KLS KLS KLS
No VII VIII IX KET
KOMPONEN Ke MTsP Kem MTs Ke MTs
me UIN enag P me P
nag Jakar UIN nag UIN
ta Jaka Jak
rta arta
A MATA
PELAJARAN
1 PAI 8 8 8
a Alquran Hadits 2 2 2
b Aqidah Akhlak 1 1 1
c Fikih 2 2 2
d SKI 2 2 2
2 PKn 2 1 1 1
3 Bhs Indonesia 4 4 4 4 4 5
4 Bahasa Arab 2 3 2 3 2 3
5 Bahasa Inggris 4 4 4 4 4 5
6 Matematika 4 6 4 6 4 6
7 IPA 4 6 4 6 4 6
8 IPS 4 4 4 4 4 4
9 Seni Budaya 2 1 2 1 2 1
10 Penjaskes 2 2 2 2 2 2
11 Komputer 2 2 2 2 -
B MUATAN
LOKAL
PLKJ 2 1 2 1 2 1
C 2*) 3*) 2*) 3*) 2*) 3*)
PENGEMBAN
GAN DIRI
JUMLAH 40 41 40 41 40 41

42
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan UIN
Jakarta Tahun pelajaran 2011/ 2012”, 21.

121
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

Adapun di MAP UIN Jakarta yang menerapkan Kurikulum


Kemdiknas RI di mana pendidikan akhlak menjadi salah satu sub dari
mata pelajaran PAI yang dalam ketentuan mengenai alokasi
waktunya adalah hanya 2 jam pembelajaran perminggu, namun di
MAP UIN Jakarta ini alokasi waktu jam pembelajaran untuk mata
pelajaran PAI tersebut dimodifikasi dengan menambahnya 1 jam
sehingga menjadi 3 jam pembelajaran perminggu. Penambahan
alokasi waktu jam pembelajaran PAI ini jika dihubungkan dengan
adanya kegiatan HC yang alokasi waktunya tersendiri yaitu 3x1 jam
pembelajaran perminggu, maka seperti juga halnya yang telah
diuraikan pada tingkat MIP dan MTsP UIN Jakarta, di tingkat MAP
UIN Jakarta inipun jika ditotalkan alokasi jam pembelajaran yang
berkaitan dengan pendidikan akhlak maka jumlahnya relatif menjadi
6 jam pembelajaran perminggu. Selain itu MAP UIN Jakarta secara
keseluruhan menambah 1 jam pembelajaran perminggu dari total jam
pembelajaran yang seharusnya, sehingga hal ini mengakibatkan jam
pembelajaran di MAP UIN Jakarta dimulai lebih awal setiap harinya
daripada sekolah yang lain, yaitu dari pukul 06.30 pagi dan berakhir
pada pukul 15.30 sore.43

Tabel 9
Alokasi Waktu Pembelajaran
Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta
Tahun Pelajaran 2011/201244

SENIN SELASA RABU


Upacara O6.30- Habitual 06.30- Habitual 06.30-
07.05 Curriculu 07.05 Curriculu 07.05
m m
1 07.05- 1 07.05- 1 07.05/07.
07.50 07.50 50
2 07.50- 2 07.50- 2 07.50-
08.35 08.35 08.35

43
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun
Pelajaran 2011/ 2012”, 27-30; dan wawancara dengan Kepala MAP UIN
JAKARTA Darul Janin pada tanggal 01/12/2012.
44
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun
Pelajaran 2011/ 2012”, 30.

122
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

3 08.35- 3 08.35- 3 08.35-


09.20 09.20 09.20
4 09.20- 4 09.20- 4 09.20-
10.05 10.05 10.05
Istirahat 10.05- Istirahat 10.05- Istirahat 10.05-
10.40 10.40 10.40
5 10.40- 5 10.40- 5 10.40-
11.25 11.25 11.25
6 11.25- 6 11.25- 6 11.25-
12.10 12.10 12.10
Salat 12.10- Salat 12.10- Salat 12.10-
Zuhur 13.00 Zuhur 13.00 Zuhur 13.00
Berjamaa Berjamaa berjamaa
h h h
7 13.00- 7 13.00- 7 13.00-
13.45 13.45 13.45
8 13.45- 8 13.45- 8 13.45-
14.30 14.30 14.30
9 14.30- 9 14.30- 9 14.30-
15.15 15.15 15.15
Salat 15.15- Salat 15.15- Salat 15.15-
Ashar 15.30 Ashar 15.30 Ashar 15.30
Berjamaa Berjamaa Berjamaa
h h h

KAMIS JUM’AT SABTU


1 06.30- Reading 06.30-
07.15 Habit 07.00
2 07.15- 1 07.00-
08.00 07.45
3 08.00- 2 07.45-
08.45 08.30
4 08.45- 3 08.30- EKSTRA
09.30 09.15 KURIKULER
5 09.30- Istirahat 09.15-
10.15 09.40
Istirahat 10.15- 4 09.40-
10.50 10.25
6 10.50- 5 10.25-
11.35 11.10
7 11.35- Salat Jum’at 11.10-
12.20 12.30

123
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

Salat Zuhur 12.20-


Berjamaah 13.10
8 13.10-
13.55
9 13.55-
14.40
10 14.40-
15.25
Salat Ashar 15.25-
Berjamaah 15.40

Selain kebijakan mengenai pengurangan dan penambahan


alokasi waktu pembelajaran yang didasarkan pada berbagai hal yang
telah disebutkan di atas, ada satu hal lagi yang menjadi dasar
pertimbangan yaitu seperti yang diungkapkan oleh Patricia C.
Gándara bahwa guru sesekali harus mengakui jika mereka tidak tahu
bagaimana mendekati masalah yang dihadapi oleh siswa dalam
kegiatan pendidikan, sehingga alokasi waktu untuk kegiatan
pembelajaran tidak selalu dikendalikan oleh guru, melainkan harus
dinegosiasikan dengan permasalahan yang ada pada siswa.45 Untuk
itulah seluruh lembaga pendidikan yang ada di MP UIN Jakarta, baik
itu MIP, MTsP, ataupun MAP UIN Jakarta untuk mempersiapkan
seluruh siswanya yang duduk di kelas akhir dalam menghadapi ujian
nasional maka mereka juga melakukan penambahan jam
pembelajaran khusus untuk kegiatan tersebut, sebagai
konsekuensinya maka ada satu atau beberapa mata pelajaran yang
alokasi waktu jam pembelajarannya harus dikurangi.46
Dengan demikian permasalahan mengenai keterbatasan waktu
yang menjadi salah satu kendala utama dalam pendidikan akhlak
dapat diupayakan untuk diatasi dan dioptimalkan dengan melakukan
modifikasi terhadap seluruh alokasi waktu jam pembelajaran yang
tersedia tanpa harus mengurangi tujuan (standar kompetensi) atau
pun materi pembelajarannya.

45
Patricia C. Gándara, The Dimensions of Time and the Challenge of
School Reform (New York: State University of New York Press, 2000), 142.
46
Wawancara dengan Wahyudi Wakil Kepala MIP UIN JAKARTA
Bidang Kurikulum pada tanggal 26/01/2012.

124
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

C. Pengembangan Muatan Kurikulum Berorientasi Akhlak


Mulia
Pengembangan muatan kurikulum untuk mengoptimalkan
pendidikan akhlak di MP UIN Jakarta dilakukan dengan cara
mengadopsi muatan kurikulum dari luar sekolah, mengintegrasikan
berbagai model kurikulum yang secara teknis muatannya berbeda
atau disebut dengan kurikulum terpadu (terintegrasi), dan dengan
memodifikasi muatan mata pelajaran.

1. Kurikulum Adopsi
Pengembangan kurikulum bisa dilakukan dengan
mengadopsi, mengadaptasi, dan atau menginovasi kurikulum yang
berasal dari luar sekolah yang bersangkutan. Oleh karena itu tidak
menutup kemungkinan untuk mengadopsi, mengadaptasi, dan atau
menginovasi kurikulum internasional menjadi bagian dari kurikulum
sekolah.47
Di tingkat global, pengembangan kurikulum melalui teknik
mengadopsi dan mengadaptasi kurikulum luar ini sudah dilakukan
sejak tahun 1966, yaitu oleh Nuffield Foundation yang bekerja sama
dengan Departemen Pengembangan Luar Negeri pemerintah Inggris
dengan mendirikan Dewan Pembaruan Kurikulum dan
Pengembangan Pendidikan Luar Negeri (Credo). Program ini
dirancang untuk mempertimbangkan pengembangan kurikulum di
Inggris dan di tempat lain, untuk membantu mengadaptasi dan
memodifikasi kurikulum agar sesuai dengan kondisi lokal di luar
negeri, untuk mengirim tim dalam rangka membantu pekerjaan
tersebut, untuk membawa mereka yang terlibat dalam proyek-proyek
di tempat lain ke Inggris untuk bekerja dengan tim Inggris, dan secara
umum adalah untuk mengkoordinasikan semua kegiatan yang telah
dihasilkan. 48
Di MP UIN Jakarta teknik pengembangan kurikulum dengan
mengadopsi kurikulum luar kemudian mengadaptasi atau

47
Lihat dalam Penyusun, “Kurikulum MI Pembangunan UIN Jakarta
Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 40.
48
Lihat dalam Mary Waring, Social Pressures and Curriculum Innovation:
A Study of the Nuffield Science Teaching Project (London: Methuen & Co Ltd,
1979), 208-209.

125
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

menginovasikannya49 dengan kurikulum MP UIN Jakarta sendiri


telah dilakukan oleh MTsP UIN Jakarta dan sedang dirintis oleh MIP
UIN Jakarta dengan mengadakan program kelas “bilingual”. Kelas
bilingual ini adalah kelas yang menggunakan kurikulum luar
(internasional) dalam pengajarannya, dan dengan menggunakan
bahasa pengantar dari bahasa negara yang kurikulum sekolahnya
diadopsi, pengajarnya pun berasal dari sekolah yang kurikulumnya
diadopsi tersebut.
Sebagai bagian dari keseluruhan kurikulum sekolah berarti
hanya bagian-bagian tertentu saja yang menggunakan atau
mengadopsi kurikulum dari luar. Misalnya pada muatan mata
pelajarannya, karena hal ini diyakini dapat membantu untuk secara
konsisten mengimprovisasi instruksi mata pelajaran sambil
meningkatkan prestasi siswa dan menutup kesenjangan prestasi di
kalangan mereka dan antar lembaga pendidikan.50 Hal ini biasanya
diterapkan hanya pada mata-mata pelajaran tertentu saja terutama
pada mata pelajaran bahasa asing dan MIPA.
Penerapan program kelas bilingual ini akan berimplikasi
kepada penentuan kelulusan dan ijazah kelulusan siswa yang
mengikutinya. Pada saat penentuan kelulusan siswa dari program
kelas bilingual ini, maka para siswa harus mengerjakan soal-soal
ujian dari sekolah asal kurikulum yang diadopsi. Apabila siswa
dinyatakan lulus oleh sekolah tersebut maka siswa akan mendapatkan
ijazahnya. Jadi apabila siswa lulus dalam mengikuti kelas bilingual
ini maka siswa akan mendapatkan 2 ijazah sekaligus, yaitu ijazah dari
sekolah tempat siswa belajar dan ijazah dari sekolah yang
kurikulumnya diadopsi. Dengan demikian pelaksanaan program ini
memerlukan adanya jalinan kerjasama bidang pendidikan antara 2

49
Perilaku adaptasi dan inovasi ini merupakan 2 gaya utama dari sikap
kreatif. Berarti para perumus dan pengembang kurikulum MP UIN JAKARTA
adalah orang-orang yang mempunyai sikap kreatifitas yang utama. Lihat dalam
Anna Craft, Creativity Across the Primary Curriculum: Framing and Developing
Practice (London: Routledge, 2000), 23; dan dalam Michael J. Kirton, Adaption-
Innovation: In the Context of Diversity and Change (East Sussex: Routledge,
2003), 208-216.
50
Lihat dalam Cheryl Rectanus, “A Component of Curriculum Adoption”,
dalam Margaret Renee Meyer dan Cynthia W. Langrall (Ed.), A Decade of Middle
School Mathematics Curriculum Implementation: Lessons Learned from the Show-
Me Project (tanpakota: IAP Inc, 2008), 52-53.

126
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

negara, yang selanjutnya diteruskan dengan mengadakan kerjasama


dengan sekolah yang kurikulumnya akan diadopsi.51
Jika merujuk kepada teori yang dikemukakan oleh Cheryl
Rectanus52 maka ada 6 prinsip yang harus diperhatikan dalam
mengadopsi kurikulum, yaitu koherensi dan relevansinya dengan
kurikulum yang sedang digunakan; dapat mengaktifkan semua siswa;
dapat menunjukkan kemahiran dalam mata pelajaran tersebut;
masalah penalaran harus menekankan pada pemecahan masalah,
perasaan yang kuat, dan komunikasi; harus membahas berbagai
materi dalam mata pelajaran tersebut; dan harus didukung dengan
berbagai format instruksional dan strategi.
Prinsip-prinsip tersebut didasarkan pada asumsi bahwa
menurut mereka kurikulum tidak akan dapat meningkatkan prestasi
dengan sendirinya, tetapi kurikulum yang memenuhi kriteria
didukung oleh pengajaran yang baik yang akan memungkinkan
sekolah untuk mencapai tujuan tersebut. Juga pengembangan
profesional dan waktu untuk berkolaborasi di dalam dan di antara
sekolah adalah kunci untuk perbaikan. Selain itu teknologi juga harus
digunakan secara maksimal baik dalam mengajar dan dalam
peningkatan profesional. 53
Penggunaan kurikulum dari luar ini jika diterapkan untuk
pendidikan akhlak juga sangat memungkinkan untuk dilaksanakan
apabila nantinya ada suatu kajian yang dapat membuktikan bahwa
ada sebuah kurikulum dari sekolah tertentu di luar sana yang telah
berhasil secara efektif dalam mendidik akhlak siswa-siswanya.
Sementara ini sekolah-sekolah pribumi di Indonesia ini kebanyakan

51
Wawancara dengan Waka Bagian Kurikulum MIP UIN JAKARTA
Wahyudi tanggal 26/01/2012.
52
Cheryl Rectanus (dkk) mengungkapkan bahwa program adopsi
kurikulum dalam mata pelajaran Matematika haruslah koheren, relevan, dan diikat
oleh kurikulum negara bagian atau nasional. Juga harus dapat mengaktifkan semua
siswa, tidak hanya untuk siswa yang saat ini berhasil. Program tersebut juga untuk
dapat menunjukkan kemahiran dalam matematika. Dan dalam program itu
menekankan pada penalaran matematika, pemecahan masalah, perasaan yang kuat,
dan komunikasi. Program tersebut juga ditujukan untuk berbagai Matematika.
Selain itu program adopsi ini harus didukung oleh berbagai format instruksional
dan strategi. Lihat dalam Cheryl Rectanus, “A Component of Curriculum
Adoption”, 45.
53
Lihat dalam Cheryl Rectanus, “A Component of Curriculum Adoption”,
45.

127
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

hanya melakukannya pada bidang Sains, teknologi, Matematika, dan


bahasa saja.
Walaupun hanya bidang bahasa dan MIPA saja yang
kurikulumnya diadopsi, namun semuanya tetap saja dapat diarahkan
untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan akhlak. Karena
menurut Mangal jika ditinjau dari sudut pandang Psikologi kegiatan
pembelajaran tidak hanya meliputi kegiatan mengenai efisiensi
intelektual dan motorik yang sering dianggap sebagai perolehan
pengetahuan dan keterampilan, kegiatan menghapal fakta-fakta dan
prinsip-prinsip tertentu, kegiatan pengembangan penalaran dan daya
pikir, dll. Tapi pembelajaran adalah proses yang sangat komprehensif
yang meliputi hampir semua aspek dari kepribadian manusia. Ruang
lingkupnya menyentuh aspek seperti pembentukan kebiasaan,
pengembangan minat, sikap, rasa apresiasi dan pengamatan yang
kritis, akuisisi keyakinan, kesempurnaan nilai-nilai dan cita-cita, dan
pengaturan tentang maksud dan tujuan. 54 Dari semua aspek
kepribadian manusia tersebut maka bidang bahasa dan MIPA yang
kurikulumnya diadopsi ini minimal berkaitan dengan aspek minat
(interest) siswa terhadap mata pelajaran atau kegiatan55 yang
kurikulumnya diadopsi tersebut. Dengan adanya minat berarti telah
tumbuh perasaan suka terhadap mata pelajaran tersebut dalam diri
siswa. Perasaan suka ini bisa dikatakan sebagai salah satu indikator
dari pencapaian pendidikan akhlak tentang sikap cinta akan ilmu
pengetahuan yang terkandung dalam setiap mata pelajaran. Dengan
demikian bisa dinyatakan bahwa semakin siswa berminat terhadap
suatu mata pelajaran, maka semakin besar kecintaannya kepada ilmu
yang termuat dalam mata pelajaran tersebut.

54
Lihat dalam S. K. Mangal, Essentials of Educational Psychology (New
Delhi: PHI Pvt. Ltd., 2007), 187.
55
Kerr dan Murphy mengungkapkan bahwa anak dapat mengungkapkan
preferensinya terhadap suatu unsur ilmu (mengungkapkan minat) atau perasaannya
tentang ilmu pengetahuan (komponen kognitif dan emosional), sehingga banyak
peneliti seperti Gardner (1975 dan 2003), Osborne dkk (2003), dan Murphy dkk
(2006) yang memfokuskan untuk meneliti tentang perilaku yang menunjukkan
minat atau ketertarikan anak-anak pada suatu topik atau kegiatan pembelajaran
tentang Sains. Lihat dalam K. Kerr dan C. Murphy, “Children’s Attitudes to
Primary Science”, dalam Barry J. Fraser dkk (Ed.), Second International Handbook
of Science Education, Volume 1 (New York: Springer, 2012), 627-649.

128
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

2. Kurikulum Terpadu (Terintegrasi)


Pengembangan kurikulum juga bisa dilakukan dengan
mengkombinasikan atau mengkolaborasikan dan mengintegrasikan
kurikulum murni (core curriculum) dengan berbagai model
kurikulum yang berbeda secara teknisnya. Seperti yang dilakukan
oleh MP UIN Jakarta, mereka mengkombinasi dan mengintegrasikan
kurikulum murni (core curriculum) dengan kurikulum tersembunyi
(hidden curriculum) yang diwujudkannya dengan mengadakan
program khusus yang dinamakan dengan program “Core Values”
(CV) dan program “Tabungan Amal Saleh” (TAS). MP UIN Jakarta
juga mengkombinasi dan mengintegrasikan kurikulum murninya
dengan kurikulum kebiasaan (habit curriculum) yang diwujudkannya
dengan melakukan suatu program yang disebut dengan program
“Habitual Curriculum”, dan program “Reading Habit”.
Kombinasi kurikulum yang dilakukan MP UIN Jakarta ini
salah satu dasar pertimbangannya adalah mengenai latar belakang
dan kebutuhan siswa, juga adanya aspirasi dari wali siswa. Ini
membuktikan kebenaran ide-ide yang menyatakan bahwa siswa
merupakan faktor yang sangat penting dalam pengembangan
kurikulum, karena ketika memasuki suatu lembaga pendidikan para
siswa membawa pengalaman dan perspektif mereka sebelumnya,
juga kebutuhan dan aspirasi mereka, yang bila dikombinasikan akan
dapat mempengaruhi kurikulum. 56
Program CV dan program TAS secara resmi tidak tercatat
dalam rencana pelajaran atau skema kerja para pendidik MP UIN
Jakarta, sehingga menurut James Arthur57 hal ini merupakan bagian
yang tersembunyi dari kurikulum, menurutnya juga ada kesadaran
yang lebih besar mengenai peran dari kurikulum tersembunyi (hidden
curriculum) terhadap pengembangan akhlak dan beberapa percaya
bahwa metode tidak langsung dari pengajaran akhlak mungkin lebih
menguntungkan daripada pendekatan tradisional yang berbasis pada
kurikulum.
56
Lihat dalam Carroll L. Iwasiw dkk, Curriculum Development in Nursing
Education (Sudbury: Jones & Bartlett Learning, 2009), 50; dan dalam Luis
Moreno-Armela dan David Block, “Democratic Access to Powerful Mathematics
in a Developing Country”, dalam Lyn D. English (Ed.), Handbook of International
Research in Mathematics Education (New Jersey: Routledge, 2002), 302.
57
James Arthur, “Traditional Approaches to Character Education in Britain
and America”, dalam Larry P. Nucci dan Darcia Narvaez (ed), Handbook of Moral
and Character Education, 95.

129
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

3. Modifikasi Muatan Mata Pelajaran


Modifikasi muatan mata pelajaran ini adalah efek dari
pelaksanaan modifikasi struktur mata pelajaran, jika struktur mata
pelajarannya terintegrasi secara kelompok (konsorsium) maka dalam
teknis pelaksanaannya muatan mata pelajaran dalam satu kelompok
mata pelajaran (konsorsium) juga akan ikut terintegrasi.
Dalam uraian sebelumnya telah diungkapkan bahwa di MP
UIN Jakarta seluruh mata pelajarannya terstruktur berdasarkan
kelompok mata pelajaran yang sifatnya sejenis, yang disebut dengan
Konsorsium Mata Pelajaran.
Di MIP UIN Jakarta, mata pelajaran-mata pelajaran yang
bermuatan agama seperti Akidah Akhlak, Alquran Hadits, Fikh, dan
Sejarah Kebudayaan Islam dijadikan Konsorsium Mata Pelajaran
Agama. Kemudian mata pelajaran-mata pelajaran yang muatannya
bersifat pengetahuan umum seperti Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn), Bimbingan Konseling (BK), dan
Keterampilan dijadikan Konsorsium Mata Pelajaran Umum.
Selanjutnya mata pelajaran-mata pelajaran yang muatannya mengenai
kebahasaan seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Bahasa
Arab dijadikan Konsorsium Mata Pelajaran Bahasa. Terakhir, mata
pelajaran-mata pelajaran yang muatannya bersifat hitungan seperti
Matematika, IPA , dan Sempoa dijadikan Konsorsium Mata Pelajaran
MIPA. 58
Di MTsP UIN Jakarta kelompok mata pelajarannya terbagi
dalam 4 konsorsium mata pelajaran, yaitu: (1) Konsorsium mata
pelajaran agama, yang terdiri dari mata pelajaran Akidah Akhlak,
Fikih, Alquran Hadits, dan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). (2)
Konsorsium mata pelajaran umum, yang terdiri dari mata pelajaran
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Ekonomi, Geografi, Sejarah,
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), Bimbingan Konseling (BK),
TIK, dan Keterampilan. (3) Konsorsium mata pelajaran bahasa, yang
terdiri dari mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan
Bahasa Arab. (4) Konsorsium mata pelajaran MIPA, yang terdiri dari

58
Lihat dalam Penyusun, “Kurikulum MI Pembangunan UIN Jakarta
Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 45.

130
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

mata pelajaran Matematika, dan IPA Terpadu (Fisika, Biologi, dan


Kimia).59
Di MAP UIN Jakarta kurikulumnya terdiri dari 5 konsorsium
mata pelajaran, yaitu konsorsium mata pelajaran agama dan akhlakul
karimah; konsorsium mata pelajaran bahasa; konsorsium mata
pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; konsorsium mata
pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; serta konsorsium mata
pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan. 60
Pengelompokkan mata pelajaran yang dilakukan MP UIN
Jakarta ini sesuai dengan pendapat Marlow Ediger61 bahwa hal ini
adalah dalam rangka upaya untuk terus meningkatkan kurikulum
sekolah. Untuk itu pihak sekolah merasa perlu untuk
mengidentifikasi perbedaan dan persamaan pada muatan di setiap
mata pelajaran, mempelajari substansinya, kemudian
merencanakannya sehingga menjadi terorganisir menjadi beberapa
kelompok mata pelajaran, dan mengimplementasikannya ke dalam
proses KBM yang terkoordinasi dan bersinergi dengan mata pelajaran
lain dalam kelompoknya.
Adapun tujuan dari adanya pengelompokkan mata pelajaran
ini adalah supaya materi pelajaran dalam satu kelompok mata
pelajaran dapat disampaikan secara terintegrasi, tidak terpisah-pisah
dan supaya tidak terjadi adanya pengulangan materi pelajaran. 62
Dalam setiap kelompok mata pelajaran maka para guru yang
mengampu mata pelajaran dalam kelompok mata pelajaran tersebut
akan melakukan musyawarah, menyusun, dan melaksanakan program
kerja kelompok mata pelajaran.63
Hasil dari musyawarah para guru kelompok mata pelajaran itu
akan membuat termodifikasinya muatan-muatan dalam setiap mata

59
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan UIN
Jakarta Tahun pelajaran 2011/ 2012”, 20.
60
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun
Pelajaran 2011/ 2012”, 25-26.
61
Marlow Ediger mengungkapkan bahwa untuk meningkatkan kurikulum,
ada unsur-unsur tertentu yang perlu diidentifikasi, dipelajari, direncanakan, dan
diimplementasikan. Lihat dalam Marlow Ediger, Curriculum of School Subjects
(New Delhi: Discovery Publishing House, 2007), 1.
62
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun
Pelajaran 2011/ 2012”, 25.
63
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan UIN
Jakarta Tahun pelajaran 2011/ 2012”, 20.

131
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
KURIKULUM MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

pelajaran yang tergabung dalam kelompok mata pelajaran tersebut.


Hal ini akan menimbulkan kemungkinan bahwa bisa saja ayat-ayat
Alquran atau hadits-hadits yang termuat dalam mata pelajaran
Akidah Akhlak akan disampaikan pada mata pelajaran Alquran dan
Hadits, sehingga guru mata pelajaran Akidah Akhlak tidak perlu lagi
menyampaikan materi tersebut kepada siswa. Bisa saja materi tentang
cerita keteladanan tokoh Islam terdahulu yang menjadi muatan dalam
mata pelajaran Akidah Akhlak, tetapi karena cerita tersebut juga ada
dalam materi Sejarah Kebudayaan Islam, maka guru mata pelajaran
Akidah Akhlak tidak perlu lagi menyampaikannya kepada para
siswa.
Dari gambaran tersebut jelaslah bahwa dengan adanya
modifikasi terhadap muatan mata pelajaran yang merupakan
kelanjutan dari modifikasi terhadap mata pelajaran terutama untuk
pendidikan akhlak, maka hal tersebut dapat membuat pemanfaatan
alokasi waktu yang tersedia akan lebih efisien dan alokasi waktu
yang dialihkan dapat dipergunakan untuk lebih mengoptimalkan pada
aspek pembentukan akhlak siswa.

132
BAB 5
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN
BERORIENTASI AKHLAK MULIA DI MADRASAH
PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

Bab ini akan mengungkap tentang berbagai program dan


kegiatan yang dikembangkan oleh MP UIN Jakarta dalam rangka
untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan akhlak dan
tercapainya visi dan misi MP UIN Jakarta sebagai lembaga
pendidikan yang unggul dalam akhlakul karimah. Untuk membahas
hal tersebut maka dalam bab ini akan dibagi dalam 4 bahasan, yaitu
bahasan tentang program-program yang berorientasi akhlak mulia,
bahasan tentang pendidikan akhlak mulia dalam kegiatan
kokurikuler, bahasan tentang pendidikan akhlak mulia dalam
kegiatan ekstra kurikuler, dan bahasan tentang progresivitas akhlak
siswa MP UIN Jakarta.

A. Program Berorientasi Akhlak Mulia


Penulis telah kemukakan pada bab sebelumnya bahwa
pengembangan muatan kurikulum yang berorientasi kepada akhlak di
MP UIN Jakarta dilakukan dengan mengadakan berbagai program
yang secara khusus diadakan untuk menunjang tercapainya tujuan-
tujuan pendidikan akhlak.
Dalam hal ini Gawande mengungkapkan bahwa dalam
pelaksanaan pendidikan yang berhubungan dengan pendidikan nilai
(akhlak) maka program-program dalam kegiatan kurikuler, kegiatan
kokurikuler, dan kegiatan ekstra-kurikuler juga harus
dipertimbangkan.1
Di MP UIN Jakarta mereka mengadakan berbagai program
yang khusus diadakan untuk menunjang tercapainya visi dan misi
mereka untuk menjadi sebuah lembaga pendidikan yang unggul
dalam akhlak. Program-program khusus tersebut adalah program
Core Values, program Tabungan Amal Saleh, program Habitual
Curriculum, dan program Reading Habit.

1
E.N.Gawande, Value Oriented Education, 39.

133
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

1. Program Core Values (CV)


MP UIN Jakarta untuk mewujudkan visi dan misinya sebagai
lembaga pendidikan yang berorientasi kepada pendidikan akhlak
mulia, maka sebagai konsekuensinya sekolah ini juga harus
berkomitmen terhadap nilai-nilai inti (core values) dari kemanusiaan
untuk disampaikan, diajarkan, dan dipraktikkan kepada dan oleh
siswa-siswanya.
Program CV yang dilaksanakan di MP UIN Jakarta ini
merupakan suatu program penanaman nilai-nilai universal yang
dilakukan baik di dalam maupun di luar jam pelajaran dalam rangka
pembiasaan dan internalisasi nilai yang dipraktikkan dalam
kehidupan sehari-hari di manapun siswa berada. 2 Program CV ini
mulai dilaksanakan sejak tahun 2007, sebagai pengejawantahan dari
visi dan misi MP UIN Jakarta yang ingin menjadi lembaga
pendidikan yang unggul dalam akhlakul karimah.3
Tujuan dari program CV ini adalah untuk menanamkan dan
membiasakan penerapan nilai-nilai universal dan nilai-nilai
multikultural dalam diri siswa. Program ini berfungsi sebagai salah
satu instrumen pendukung untuk membantu tercapainya tujuan-tujuan
pada pelajaran pendidikan akhlak.
Waktu pelaksanaan program ini adalah pada setiap hari
sekolah, di setiap saat, dan di setiap kesempatan yang bisa
dimanfaatkan oleh guru untuk melaksanakannya. Secara formal
kegiatan CV ini dilaksanakan pada setiap hari sekolah yaitu pada
setiap proses KBM untuk setiap mata pelajaran. Dalam setiap 5 menit
pada awal proses KBM pada semua mata pelajaran semua guru
diinstruksikan untuk menyampaikan, mengingatkan, dan
mencontohkan cara penerapannya kepada siswa-siswanya tentang
nilai-nilai universal dan nilai-nilai multikultural yang sedang
diprogramkan. Selanjutnya dalam penyampaian materi pelajaran juga
diupayakan untuk mengkaitkannya jika materi pelajaran tersebut
mengandung nilai-nilai multikultural dan atau nilai-nilai karakter
(universal).
Menurut penulis, cara para guru MP UIN Jakarta dalam
mengkaitkan nilai-nilai Core Values tersebut ke dalam setiap mata

2
Lihat dalam Lihat dalam Tim, “Pengembangan Habitual Curriculum dan
Core Values, Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 1 dan 12.
3
Wawancara dengan Ketua Konsorsium Agama MIP UIN JAKARTA Afif
AL tanggal 08/12/2011.

134
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

pelajaran belum memiliki acuan yang tetap atau acuan yang minimal.
Hal ini mengakibatkan para guru berimprovisasi secara mandiri
sesuai dengan tingkat kemampuannya, berarti semakin besar upaya
guru berimprovisasi maka semakin besar nilai-nilai Core Values
terintegrasi dalam materi pelajaran. Selain itu program Core Values
ini juga hanya memuat, membagi atau mengelompokkan nilai-nilai
ke dalam 2 kelompok, yaitu nilai-nilai universal dan nilai-nilai
multikultural.
Berdasarkan teori akhlak yang telah penulis uraikan pada bab
2 dalam tulisan ini, maka nilai-nilai Core Values itu akan lebih rinci
jika dibagi ke dalam 2 kelompok nilai. Pertama adalah nilai-nilai
karakter moral yang meliputi nilai-nilai moral pribadi (individu)
seperti jujur dan religius, dan nilai-nilai moral multikultural seperti
toleransi dan cinta damai. Kedua adalah nilai-nilai karakter kinerja
yang meliputi nilai-nilai kinerja pribadi seperti disiplin dan kerja
keras, dan nilai-nilai kinerja multikultural seperti demokratis dan
kerja sama.
Selanjutnya dalam KBM setiap mata pelajaran akan lebih
terarah dan terencana dengan baik jika semua nilai-nilai tersebut telah
dipetakan terlebih dahulu ke dalam setiap materi pembelajaran,
sehingga hal tersebut dapat dijadikan sebagai acuan minimal bagi
para guru dalam mengintegrasikannya ke dalam materi pelajaran
yang akan diajarkan. Sebagai contoh, tabel berikut ini menunjukkan
pemetaan nilai-nilai Core Values yang terkandung pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia.

135
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Tabel 10
Nilai-Nilai Core Values dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Tingkat SMA/MA4

Kls Se Standar Kompetensi Dasar Akhlak Mulia


mes Kompetensi Karakter Moral Karakter Kinerja
ter Pribadi Multikultural Pribadi Multikultural
Menanggapi siaran atau Prasangka baik, peduli

X 1 Mendengarkan:
Memahami siaran
atau cerita yang
informasi dari media
elektronik (berita dan
nonberita)
sosial, menghargai,
tanggung jawab
Rasa ingin tahu dan
pendengar yang baik

disampaikan secara Mengidentifikasi unsur sastra Tanggung jawab dan Cerdas, kreatif, mandiri, Menghargai
langsung /tidak (intrinsik dan ekstrinsik) prasangka baik rasa ingin tahu, tanggung
langsung suatu cerita yang disampaikan jawab, pendengar yang
secara langsung/melalui baik, dan percaya diri
rekaman
Memperkenalkan diri dan Jujur, tanggung jawab,
Berbicara: orang lain di dalam forum 3S, cinta damai, Jujur, percaya diri,
Mengungkapkan resmi dengan intonasi yang kesetaraan, tanggung jawab, dan Jujur, saling
pikiran, perasaan, tepat menghargai, dan pembicara yang baik percaya, prasangka
dan informasi Jujur bersahabat baik, kerja sama,
melalui kegiatan Mendiskusikan masalah Jujur, peduli Jujur, kreatif, tanggung kesetaraan,
berkenalan, (yang ditemukan dari lingkungan dan sosial, jawab, pembicara dan demokratis, dan
berdiskusi, dan berbagai berita, artikel, atau cinta damai, toleransi, pendengar yang baik, menghargai
bercerita buku) kesetaraan, percaya diri, cerdas, dan
menghargai, dan prasangka baik
bersahabat

4
Sumber: Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, 2010), 9-10; dan Tim Pengembang, “Pengembangan Habitual Curriculum dan Core
Values, 12-23.

136
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Menceritakan berbagai Jujur, cinta damai, Jujur, kreatif, tanggung Jujur dan
pengalaman dengan pilihan toleransi, dan jawab, percaya diri, cerdas, menghargai
kata dan ekspresi yang tepat bersahabat dan pembicara yang baik
Menemukan ide pokok
Membaca: berbagai teks nonsastra Disiplin, kerja keras,
Memahami dengan teknik membaca cepat kreatif, mandiri, rasa ingin
berbagai teks (250 kata/menit) tahu, gemar membaca, Menghargai
bacaan nonsastra Mengidentifikasi ide pokok tanggung jawab, percaya
dengan berbagai teks nonsastra dari berbagai diri, dan cerdas
teknik membaca sumber melalui teknik
membaca ekstensif
Menulis gagasan dengan
Menulis: menggunakan pola urutan
Mengungkapkan waktu dan tempat dalam
informasi dalam bentuk paragraf Naratif Jujur, peduli Jujur, disiplin, kerja keras,
berbagai bentuk Jujur lingkungan, peduli kreatif, mandiri, tanggung
Menulis hasil observasi dalam
paragraf (naratif, sosial, dan tanggung jawab, percaya diri,
bentuk paragraf deskriptif
deskriptif, jawab terampil, cerdas, amanah,
ekspositif) Menulis gagasan secara logis dan bersih
dan sistematis dalam bentuk
ragam paragraf ekspositif
Mengidentifikasi unsur-unsur Kerja keras, kreatif,
bentuk suatu puisi yang tanggug jawab, mandiri,
Mendengarkan: disampaikan secara langsung Menghargai rasa ingin tahu, selektif,
Memahami puisi ataupun melalui rekaman pendengar yang baik,
yang disampaikan percaya diri, dan cerdas Menghargai
secara langsung/ Mengungkapkan isi suatu Jujur, tanggung jawab, Jujur, kreatif, mandiri,
tidak langsung puisi yang disampaikan Jujur menghargai, dan tanggung jawab, percaya
secara langsung ataupun bersahabat diri, terampil, cerdas, dan
melalui rekaman pembicara yang baik
Berbicara: Mengemukakan hal-hal yang Pilihan: Jujur, kreatif, mandiri, Jujur, saling
Membahas cerita menarik atau mengesankan Jujur Jujur, tanggung jawab, tanggung jawab, pendengar percaya, prasangka
pendek melalui dari cerita pendek melalui menghargai, cinta dan pembicara yang baik, baik, kerja sama,
kegiatan diskusi kegiatan diskusi damai, toleransi, percaya diri, terampil, dan kesetaraan,
kesetaraan, dan cerdas demokratis, dan

137
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Menemukan nilai-nilai cerita bersahabat Kerja keras, kreatif, menghargai


pendek melalui kegiatan mandiri, rasa ingin tahu,
diskusi tanggung jawab, percaya
diri, dan cerdas
Membacakan puisi dengan Kreatif, mandiri, gemar
Membaca: lafal, nada, tekanan, dan Tanggung jawab dan membaca, tanggung jawab, Menghargai
Memahami wacana intonasi yang tepat menghargai percaya diri, terampil, dan
sastra melalui cerdas
kegiatan membaca Menganalisis keterkaitan Kerja keras, kreatif,
puisi dan cerpen unsur intrinsik suatu cerpen Peduli lingkungan dan mandiri, rasa ingin tahu,
dengan kehidupan sehari-hari peduli sosial, tanggung gemar membaca, tanggung
jawab jawab, percaya diri, dan
cerdas
Menulis: Menulis puisi lama dengan
Mengungkapkan memperhatikan bait, irama, Jujur, disiplin, kerja keras,
pikiran, dan dan rima Jujur, tanggung jawab, kreatif, mandiri, tanggung
perasaan melalui Menulis puisi baru dengan dan menghargai jawab, percaya diri,
kegiatan menulis memperhatikan bait, irama, terampil, dan cerdas
puisi dan rima
Menyimpulkan isi informasi

2 Mendengarkan:
Memahami
informasi melalui
yang disampaikan melalui
tuturan langsung
Menyimpulkan isi informasi
Tanggung jawab dan
menghargai
Rasa ingin tahu, tanggung
jawab, pendengar yang Menghargai
tuturan yang didengar melalui tuturan baik, dan cerdas
tidak langsung (rekaman atau
teks yang dibacakan)
Memberikan kritik terhadap Jujur, peduli, tanggung Prasangka baik,
Berbicara: informasi dari media cetak jawab, ketulusan, keadilan,
Mengungkapkan dan atau elektronik toleransi, dan kesetaraan, dan
komentar terhadap bersahabat Jujur, kreatif, mandiri, menghargai
informasi dari Memberikan Jujur tanggung jawab, percaya Jujur, saling
berbagai persetujuan/dukungan Jujur, peduli, tanggung diri, dan cerdas percaya, kerja
sumber terhadap artikel yang terdapat jawab, ketulusan, dan sama, dan
dalam media cetak dan atau bersahabat menghargai
elektronik

138
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Merangkum seluruh isi


informasi teks buku ke dalam
Membaca: beberapa kalimat dengan Jujur, kerja keras, kreatif,
Memahami ragam membaca memindai mandiri, rasa ingin tahu,
wacana tulis dengan Merangkum seluruh isi Jujur Jujur dan tanggung gemar membaca, tanggung Menghargai
membaca memindai informasi dari suatu tabel dan jawab jawab, percaya diri,
atau grafik ke dalam beberapa terampil, dan cerdas
kalimat dengan membaca
memindai
Menulis gagasan untuk Jujur, peduli, Jujur, kreatif, tanggung Saling percaya,
mendukung suatu pendapat ketulusan, menghargai, jawab, percaya diri, kerja sama,
dalam bentuk paragraf bersahabat, dan terampil, dan cerdas kesetaraan, dan
argumentatif tanggung jawab menghargai
Menulis gagasan untuk Jujur, peduli Jujur, kreatif, mandiri, Jujur, kerja sama,
meyakinkan atau mengajak lingkungan, peduli tanggung jawab, percaya kesetaraan, dan
Menulis: pembaca bersikap atau Jujur sosial, tanggung diri, terampil, dan cerdas semangat
Mengungkapkan melakukan sesuatu dalam jawab, ketulusan, cinta kebangsaan
informasi melalui bentuk paragraf persuasif damai, dan bersahabat
penulisan paragraf Menulis hasil wawancara ke Jujur, disiplin, kerja keras,
dan teks pidato dalam beberapa paragraf Jujur dan tanggung kreatif, mandiri, tanggung
dengan menggunakan ejaan jawab jawab, percaya diri,
yang tepat terampil, bersih, dan cerdas
Menyusun teks pidato Peduli lingkungan,
peduli sosial, tanggung Kerja keras, kreatif,
jawab, cinta damai, mandiri, tanggung jawab, Semangat
toleransi, percaya diri, terampil, kebangsaan
nasionalisme, dan cerdas, dan bersih
bersahabat
Menemukan hal-hal yang Jujur, kerja keras, kreatif,
menarik tentang tokoh cerita Tanggung jawab dan mandiri, rasa ingin tahu, Jujur dan
Mendengarkan: rakyat yang disampaikan menghargai tanggung jawab, pendengar menghargai
Memahami cerita secara langsung dan atau yang baik, percaya diri,
rakyat yang melalui rekaman dan cerdas
dituturkan Menjelaskan hal-hal yang Jujur Jujur, tanggung jawab, Jujur, kreatif, mandiri, Jujur
menarik tentang latar cerita kesetaraan, tanggung jawab, percaya
rakyat yang disampaikan nasionalisme, cinta diri, terampil, cerdas, dan

139
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

secara langsung dan atau damai, kasih sayang, pembicara yang baik
melalui rekaman toleransi, empati,
keadilan, dan
bersahabat
Membahas isi puisi berkenaan Jujur, keadilan,
dengan gambaran saling percaya,
Berbicara: penginderaan, perasaan, Jujur, tanggung jawab, Jujur, kreatif, tanggung kerja sama,
Mengungkapkan pikiran, dan imajinasi melalui toleransi, kesetaraan, jawab, mandiri, pendengar kesetaraan,
pendapat terhadap diskusi Jujur keadilan, menghargai, dan pembicara yang baik, demokratis,
puisi melalui Menghubungkan isi puisi dan bersahabat percaya diri, terampil, dan semangat
diskusi dengan realitas alam, sosial cerdas kebangsaan, dan
budaya, dan masyarakat menghargai
melalui diskusi
Mengidentifikasi karakteristik Jujur, kerja keras, kreatif,
dan struktur unsur intrinsik mandiri, rasa ingin tahu, Jujur, semangat
Membaca: sastra Melayu klasik Nasionalisme, peduli, gemar membaca, tanggung kebangsaan, dan
Memahami sastra Menemukan nilai-nilai yang dan menghargai jawab, percaya diri, dan menghargai
Melayu klasik terkandung di dalam sastra cerdas
Melayu klasik
Menulis karangan Jujur, tanggung jawab,
Menulis: berdasarkan kehidupan diri ketulusan, cinta damai,
Mengungkapkan sendiri dalam cerpen (pelaku, kasih sayang, toleransi, Jujur, kerja keras, kreatif, Jujur, keadilan,
pengalaman diri peristiwa, latar). Jujur kesetaraan, mandiri, tanggung jawab, kesetaraan, dan
sendiri dan orang Menulis karangan nasionalisme, empati, percaya diri, terampil, semangat
lain ke dalam berdasarkan pengalaman keadilan, menghargai, cerdas, dan bersih kebangsaan
cerpen orang lain dalam cerpen dan bersahabat
(pelaku, peristiwa, latar)
Mendengarkan: Menemukan pokok-pokok isi

XI 1 Memahami
berbagai informasi
dari
sambutan/ khotbah yang
didengar
Religius Menghargai dan peduli Rasa ingin tahu, disiplin,
pendengar yang baik, dan
cerdas
Menghargai

sambutan/khotbah
dan wawancara Merangkum isi pembicaraan Jujur Jujur, tanggung jawab, Jujur, kreatif, mandiri, Jujur, kerja sama,
dalam wawancara menghargai, dan tanggung jawab, percaya kesetaraan, dan
bersahabat diri, cerdas, dan amanah menghargai

140
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Menjelaskan secara lisan


Berbicara: uraian topik tertentu dari Jujur, kerja keras, kreatif,
Mengungkapkan hasil membaca (artikel atau mandiri, gemar membaca,
secara lisan buku) Jujur Jujur, tanggung jawab, tanggung jawab, percaya Jujur dan
informasi hasil Menjelaskan hasil wawancara menghargai, dan diri, terampil, cerdas, dan menghargai
membaca dan tentang tanggapan bersahabat pembicara yang baik
wawancara narasumber terhadap topik
tertentu
Menemukan perbedaan Disiplin, kerja keras,
paragraf induktif dan deduktif kreatif, mandiri, rasa ingin
Membaca: melalui kegiatan membaca tahu, gemar membaca,
Memahami ragam intensif tanggung jawab, percaya
wacana tulis dengan diri, dan cerdas
membaca intensif Jujur, disiplin, kerja keras,
dan membaca Membacakan berita dengan kreatif, mandiri, gemar
nyaring intonasi, lafal, dan sikap Jujur Jujur, tanggung jawab, membaca, tanggung jawab, Jujur dan
membaca yang baik dan bersahabat percaya diri, terampil, menghargai
cerdas, dan pembicara
yang baik
Jujur, peduli Jujur, kreatif, mandiri, Jujur, saling
Menulis proposal untuk lingkungan, peduli tanggung jawab, percaya percaya, dan kerja
berbagai keperluan. sosial, dan tanggung diri, terampil, cerdas, sama
Menulis: jawab amanah, dan bersih
Mengungkapkan Jujur Jujur, tanggung jawab, Jujur, kreatif, mandiri, Jujur, saling
informasi dalam Menulis surat dagang dan prasangka baik, tanggung jawab, percaya percaya, prasangka
bentuk proposal, surat kuasa kesetaraan, diri, terampil, cerdas, baik, kerja sama,
surat dagang, menghargai, dan amanah, prasangka baik, dan menghargai
karangan ilmiah bersahabat dan bersih
Melengkapi karya tulis Jujur, tanggung jawab, Jujur, disiplin, mandiri, Jujur dan
dengan daftar pustaka dan dan menghargai tanggung jawab, percaya menghargai
catatan kaki diri, terampil, cerdas,
amanah, dan bersih

141
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Mengidentifikasi peristiwa, Pilihan:


pelaku dan perwatakannya, Jujur, peduli
dialog, dan konflik pada lingkungan, peduli Jujur, disiplin, kerja keras,
Mendengarkan: pementasan drama Pilihan: sosial, tanggung mandiri, rasa ingin tahu,
Memahami Jujur dan jawab, 3S, prasangka tanggung jawab, pendengar Menghargai
pementasan drama religius baik, ketulusan, cinta yang baik, percaya diri,
Menganalisis pementasan damai, kasih sayang, dan cerdas
drama berdasarkan teknik toleransi, kesetaraan,
pementasan nasionalisme, empati,
keadilan, menghargai,
dan bersahabat
Jujur, peduli
lingkungan, peduli
Menyampaikan dialog Religius sosial, tanggung Jujur, disiplin, kerja keras,
disertai gerak-gerik dan dan jujur jawab, 3S, prasangka kreatif, mandiri, tanggung
mimik, sesuai dengan watak baik, ketulusan, cinta jawab, percaya diri, Jujur dan
Berbicara: tokoh damai, kasih sayang, terampil, patuh, taat, menghargai
Memerankan tokoh toleransi, kesetaraan, cerdas, pembicara yang
dalam pementasan nasionalisme, empati, baik, dan amanah
drama keadilan, menghargai,
dan bersahabat
Mengekpresikan perilaku dan Tanggung jawab, cinta Disiplin, kerja keras,
dialog tokoh protagonis dan damai, kasih sayang, kreatif, mandiri, tanggung Keadilan,
atau antagonis toleransi, kesetaraan, jawab, percaya diri, kesetaraan, dan
empati, menghargai, terampil, patuh, taat, dan menghargai
dan bersahabat cerdas
Menemukan unsur-unsur Jujur, peduli Jujur, saling
Membaca: intrinsik dan ekstrinsik lingkungan, peduli percaya, prasangka
Memahami hikayat sosial, tanggung baik, keadilan,
berbagai hikayat, Jujur dan jawab, 3S, prasangka Jujur, kerja keras, mandiri, kesetaraan,
novel Menganalisis unsur-unsur religius baik, ketulusan, cinta rasa ingin tahu, tanggung menghargai, kerja
Indonesia/novel intrinsik dan ekstrinsik novel damai, kasih sayang, jawab, gemar membaca, sama, demokratis,
terjemahan Indonesia/terjemahan toleransi, kesetaraan, percaya diri, dan cerdas dan semangat
nasionalisme, empati, kebangsaan
keadilan, menghargai,
dan bersahabat

142
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Menulis: Mengungkapkan prinsip- Jujur, tanggung jawab,


Mengungkapkan prinsip penulisan resensi bersahabat, dan Jujur, disiplin, kreatif,
infomasi melalui Jujur menghargai mandiri, tanggung jawab, Jujur dan
penulisan resensi Mengaplikasikan prinsip- Jujur dan tanggung terampil, patuh, taat, menghargai
prinsip penulisan resensi jawab cerdas, dan amanah
Tanggung jawab, Disiplin, kerja keras,

2 Mendengarkan:
Memahami
pendapat dan
Merangkum isi pembicaraan
dalam suatu diskusi atau
seminar
peduli sosial, toleransi,
kesetaraan, keadilan,
bersahabat, dan
mandiri, rasa ingin tahu,
tanggung jawab, pendengar
yang baik, percaya diri,
Keadilan,
kesetaraan, kerja
sama, demokratis,
informasi dari menghargai dan cerdas dan menghargai
berbagai sumber
Jujur, tanggung jawab, Jujur, kreatif, mandiri, Jujur, kerja sama,
dalam diskusi atau
Mengomentari pendapat ketulusan, kesetaraan, tanggung jawab, pendengar kesetaraan,
seminar seseorang dalam suatu diskusi Jujur toleransi, menghargai, dan pembicara yang baik, keadilan,
atau seminar dan bersahabat percaya diri, terampil, dan demokratis, dan
cerdas menghargai
Mempresentasikan hasil Jujur, disiplin, kerja keras,
penelitian secara runtut Jujur, tanggung jawab, kreatif, mandiri, tanggung
dengan menggunakan bahasa menghargai, dan jawab, percaya diri, Jujur
Berbicara: yang baik dan benar bersahabat terampil, patuh, taat,
Menyampaikan cerdas, pembicara yang
laporan hasil Jujur baik, dan amanah
penelitian dalam Jujur, peduli, tnggung Jujur, disiplin, kerja keras,
diskusi atau seminar Mengomentari tanggapan jawab, toleransi, kreatif, mandiri, tanggung Jujur, kesetaraan,
orang lain terhadap presentasi kesetaraan, jawab, percaya diri, demokratis, dan
hasil penelitian menghargai, dan terampil, patuh, taat, menghargai
bersahabat cerdas, dan pembicara
yang baik
Membaca: Jujur, disiplin, kerja keras,
Memahami ragam Mengungkapkan pokok- kreatif, mandiri, rasa ingin
wacana tulis dengan pokok isi teks dengan Jujur Jujur dan tanggung tahu, gemar membaca, Jujur
membaca cepat dan membaca cepat 300 kata per jawab tanggung jawab, percaya
membaca intensif menit diri, terampil, patuh, taat,
dan cerdas

143
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Jujur, disiplin, kerja keras,


Membedakan fakta dan opini Jujur, tanggung jawab, kreatif, mandiri, rasa ingin Jujur, prasangka
pada editorial dengan Jujur toleransi, dan tahu, gemar membaca, baik, demokratis,
membaca intensif menghargai tanggung jawab, percaya dan menghargai
diri, terampil, patuh, taat,
dan cerdas
Menulis:
Mengungkapkan Menulis Jujur, kerja keras, kreatif,
informasi dalam rangkuman/ringkasan isi buku mandiri, rasa ingin tahu,
bentuk Jujur Jujur dan tanggug gemar membaca, tanggung Jujur
rangkuman/ringkasa Menulis karya ilmiah seperti jawab jawab, percaya diri,
n, notulen rapat, hasil pengamatan dan terampil, bersih, dan
dan karya ilmiah penelitian cerdas
Pilihan: Pilihan:
Mengidentifikasi alur, jujur, peduli jujur, saling
penokohan, dan latar dalam lingkungan, peduli Jujur, kerja keras, mandiri, percaya, prasangka
Mendengarkan: cerpen yang dibacakan Pilihan: sosial, tanggung rasa ingin tahu, tanggung baik, keadilan,
Memahami relgius jawab, 3S, prasangka jawab, gemar membaca, kesetaraan,
pembacaan cerpen dan jujur baik, ketulusan, cinta percaya diri, dan cerdas menghargai, kerja
Menemukan nilai-nilai dalam damai, kasih sayang, sama, demokratis,
cerpen yang dibacakan toleransi, kesetaraan, dan semangat
nasionalisme, empati, kebangsaan
keadilan, menghargai,
dan bersahabat
Pilihan: Pilihan:
Mengekspresikan dialog para jujur, peduli jujur, saling
Berbicara: tokoh dalam pementasan Pilihan: lingkungan, peduli percaya, prasangka
Mengungkapkan drama relgius sosial, tanggung Jujur, kerja keras, mandiri, baik, keadilan,
wacana sastra dan jujur jawab, 3S, prasangka rasa ingin tahu, tanggung kesetaraan,
dalam bentuk Menggunakan gerak-gerik, baik, ketulusan, cinta jawab, gemar membaca, menghargai, kerja
pementasan drama mimik, dan intonasi, sesuai damai, kasih sayang, percaya diri, dan cerdas sama, demokratis,
dengan watak tokoh dalam toleransi, kesetaraan, dan semangat
pementasan drama nasionalisme, empati, kebangsaan
keadilan, menghargai,
dan bersahabat

144
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Pilihan: Pilihan:
Mengungkapkan hal-hal jujur, peduli jujur, saling
yang menarik dan dapat lingkungan, peduli Jujur, kerja keras, mandiri, percaya, prasangka
Membaca: diteladani dari tokoh Pilihan: sosial, tanggung rasa ingin tahu, tanggung baik, keadilan,
Memahami buku relgius jawab, 3S, prasangka jawab, gemar membaca, kesetaraan,
biografi, novel dan dan jujur baik, ketulusan, cinta percaya diri, dan cerdas menghargai, kerja
hikayat Membandingkan unsur damai, kasih sayang, sama, demokratis,
intrinsik dan ekstrinsik novel toleransi, kesetaraan, dan semangat
Indonesia/ terjemahan dengan nasionalisme, empati, kebangsaan
hikayat keadilan, menghargai,
dan bersahabat
Pilihan: Pilihan:
Mendeskripsikan perilaku jujur, peduli jujur, saling
manusia melalui dialog lingkungan, peduli percaya, prasangka
Menulis: naskah drama Pilihan: sosial, tanggung Jujur, kerja keras, mandiri, baik, keadilan,
Menulis naskah relgius jawab, 3S, prasangka rasa ingin tahu, tanggung kesetaraan,
drama dan jujur baik, ketulusan, cinta jawab, percaya diri, dan menghargai, kerja
Menarasikan pengalaman damai, kasih sayang, cerdas sama, demokratis,
manusia dalam bentuk toleransi, kesetaraan, dan semangat
adegan dan latar pada naskah nasionalisme, empati, kebangsaan
drama keadilan, menghargai,
dan bersahabat
Jujur, kerja keras, kreatif, Jujur, keadilan,
XII 1 Membedakan antara fakta dan
opini dari berbagai laporan
Prasangka baik,
toleransi, dan
mandiri, rasa ngin tahu,
pendengar yang baik,
kesetaraan,
prasangka baik,
lisan menghargai percaya diri, terampil, demokratis, dan
Mendengarkan: prasangka baik, selektif, menghargai
Memahami kritis, dan cerdas
informasi dari Jujur, peduli sosial, Jujur, kreatif, mandiri, Jujur, keadilan,
berbagai laporan Mengomentari berbagai tanggung jawab, tanggung jawab, percaya kesetaraan,
laporan lisan dengan Jujur ketulusan, cinta damai, diri, terampil, cerdas, demokratis, dan
memberikan kritik dan saran kasih sayang, toleransi, selektif, kritis, serta menghargai
kesetaraan, keadilan, pendengar dan pembicara
menghargai, dan yang baik
bersahabat

145
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Menyampaikan gagasan dan


Berbicara: tanggapan dengan alasan Jujur, disiplin, kerja keras, Jujur, keadilan,
Mengungkapkan yang logis dalam diskusi Jujur, tanggung jawab, kreatif, mandiri, tanggung kerja sama,
gagasan, tanggapan, Menyampaikan intisari buku Jujur menghargai, dan jawab, percaya diri, kesetaraan,
dan informasi nonfiksi dengan bersahabat terampil, patuh, taat, demokrasi, dan
dalam diskusi menggunakan bahasa yang cerdas, pembicara yang menghargai
efektif dalam diskusi baik, dan amanah
Menemukan ide pokok dan Jujur, disiplin, kerja keras,
permasalahan dalam artikel kreatif, mandiri, rasa ingin
melalui kegiatan membaca Tanggung jawab tahu, gemar membaca,
Membaca: intensif tanggung jawab, percaya
Memahami artikel diri, dan cerdas
dan teks pidato Jujur, kerja keras, kreatif,
Membaca nyaring teks pidato Jujur, tanggung jawab, mandiri, gemar membaca,
dengan intonasi yang dan bersahabat tanggung jawab, percaya Menghargai
Tepat diri, terampil, pembicara
yang baik, dan cerdas
Menulis surat lamaran
pekerjaan berdasarkan unsur-
unsur dan struktur
Menulis: Menulis surat dinas
Mengungkapkan berdasarkan isi, bahasa, dan Jujur, disiplin, kerja keras,
infomasi dalam format yang baku Jujur Jujur dan tanggung kreatif, mandiri, tanggung jujur
bentuk surat dinas, Menulis laporan diskusi jawab jawab, percaya diri,
laporan, resensi dengan melampirkan notulen terampil, patuh,taat,
dan daftar hadir cerdas, dan bersih
Menulis resensi buku
pengetahuan berdasarkan
format baku
Menanggapi pembacaan Pilihan: Jujur, tanggung jawab, Jujur, disiplin, mandiri, Jujur, kesetaraan,
Mendengarkan: penggalan novel dari segi religius ketulusan, peduli, gemar membaca, tanggung dan menghargai
Memahami vokal, intonasi, dan dan jujur menghargai, dan jawab, pendengar dan
pembacaan novel penghayatan bersahabat pembicara yang baik,
percaya diri, terampil, dan
cerdas

146
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Menjelaskan unsur-unsur Jujur, tanggung jawab, Jujur, kreatif, mandiri,


intrinsik dari pembacaan Jujur menghargai, dan tanggung jawab, percaya Jujur dan
penggalan novel bersahabat diri, terampil, cerdas, dan menghargai
pembicara yang baik
Menanggapi pembacaan puisi
lama tentang lafal, intonasi,
Berbicara: dan ekspresi yang tepat Jujur, peduli, tanggung Jujur, kreatif, mandiri,
Mengungkapkan Jujur jawab, ketulusan, tanggung jawab, pendengar Jujur, kesetaraan,
pendapat tentang Mengomentari pembacaan menghargai, dan dan pembicara yang baik, dan menghargai
pembacaan puisi puisi baru tentang lafal, bersahabat percaya diri, dan cerdas
intonasi, dan ekspresi yang
tepat
Jujur, disiplin, kreatif,
Membacakan puisi karya Jujur, tanggung jawab, mandiri, gemar membaca,
sendiri dengan lafal, intonasi, Jujur kesetaraan, dan tanggung jawab, pendengar
penghayatan dan ekspresi menghargai dan pembicara yang baik,
Membaca: yang sesuai percaya diri, terampil, dan Jujur, kesetaraan,
Memahami wacana cerdas dan menghargai
sastra puisi dan Jujur, kreatif, selektif,
cerpen Menjelaskan unsur-unsur Pilihan: Jujur, menghargai, mandiri, gemar membaca,
intrinsik cerpen jujur dan bersahabat dan tanggung jawab, percaya
religius tanggung jawab diri, terampil, cerdas, dan
pembicara yang baik
Menulis: Menulis resensi buku Jujur, disiplin, kerja keras,
Mengungkapkan kumpulan cerpen berdasarkan kreatif, mandiri, tanggung
pendapat, informasi, unsur-unsur resensi Jujur Jujur dan tanggung jawab, percaya diri, Jujur
dan pengalaman Menulis cerpen berdasarkan jawab terampil, cerdas, dan bersih
dalam bentuk kehidupan orang lain (pelaku,
resensi dan cerpen peristiwa, latar)
Mendengarkan: Mengajukan saran perbaikan

2 Memahami
informasi dari
berbagai sumber
tentang informasi yang
disampaikan secara langsung
Mengajukan saran perbaikan Jujur
Jujur, peduli, tanggung
jawab, prasangka baik,
ketulusan, cinta damai,
Jujur, kritis, mandiri,
tanggung jawab, pendengar
dan pembicara yang baik,
Jujur, prasangka
baik, kerja sama,
yang disampaikan tentang informasi yang kasih sayang, percaya diri, dan cerdas dan menghargai
secara lisan disampaikan melalui menghargai, dan
bersahabat

147
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

radio/televisi

Berbicara:
Mengungkapkan Mempresentasikan program Jujur, kreatif, mandiri,
informasi melalui kegiatan/proposal Jujur, tanggung jawab, tanggung jawab, pembicara Jujur dan
presentasi Jujur menghargai, dan yang baik, percaya diri, menghargai
program/proposal Berpidato tanpa teks dengan bersahabat terampil, dan cerdas
dan pidato tanpa lafal, intonasi, nada, dan
teks sikap yang tepat
Menemukan ide pokok suatu
Membaca: teks dengan membaca cepat Jujur, disiplin, kerja keras,
Memahami ragam 300-350 kata per menit kreatif, mandiri, rasa ingin
wacana tulis Menentukan kalimat Tanggung jawab tahu, gemar membaca,
melalui kegiatan kesimpulan (ide pokok) dari tanggung jawab, percaya
membaca cepat dan berbagai pola paragraf diri, terampil, dan cerdas
membaca intensif induksi, deduksi dengan
membaca intensif
Menulis karangan Pilihan: Pilihan:
berdasarkan topik tertentu Tanggung jawab, Jujur, keadilan,
Menulis: dengan pola pengembangan peduli lingkungan, Jujur, disiplin, kerja keras, kesetaraan,
Mengungkapkan deduktif dan induktif peduli sosial, kreatif, mandiri, tanggung demokratis, saling
pikiran, pendapat, prasangka baik, jawab, percaya diri, percaya, prasangka
dan informasi Menulis esai berdasarkan ketulusan, cinta damai, terampil, patuh, taat, baik, kerja sama,
dalam penulisan topik tertentu dengan pola kasih sayang, toleransi, cerdas, dan bersih semangat
karangan berpola pengembangan pembuka, isi, kesetaraan, kebangsaan, dan
dan penutup nasionalisme, empati, menghargai
keadilan, menghargai,
dan bersahabat
Mendengarkan: Menemukan unsur-unsur Tanggung jawab, Jujur, disiplin, kerja keras, Kesetaraan dan
Memahami intrinsik teks drama yang peduli, dan kreatif, mandiri, rasa ingin menghargai
pembacaan teks didengar melalui pembacaan menghargai tahu, tanggung jawab,
drama pendengar yang baik,
percaya diri, dan cerdas

148
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Menyimpulkan isi drama Tanggung jawab Jujur, kerja keras, kreatif,


melalui pembacaan teks mandiri, tanggung jawab,
drama pendengar yang baik,
percaya diri, dan cerdas
Jujur, saling
percaya, prasangka
Jujur, kreatif, mandiri, rasa baik, kerja sama,
Membahas ciri-ciri dan nilai- ingin tahu, tanggung kesetaraan,
Berbicara: nilai yang terkandung dalam jawab, percaya diri, demokratis,
Mengungkapkan gurindam Jujur, peduli, tanggung terampil, cerdas, dan semangat
tanggapan terhadap Jujur jawab, nasionalisme, pembicara yang baik kebangsaan, dan
pembacaan puisi menghargai, dan menghargai
lama bersahabat Jujur, kreatif, mandiri, Jujur, saling
Menjelaskan keterkaitan tanggung jawab, percaya percaya, semangat
gurindam dengan kehidupan diri, terampil, cerdas, dan kebangsaan, dan
sehari-hari pembicara yang baik menghargai
Mengidentifikasi tema dan Jujur, kerja keras, kreatif,
ciri-ciri puisi kontemporer mandiri, rasa ingin tahu,
Membaca: melalui kegiatan membaca Tanggung jawab gemar membaca, tanggung
Memahami buku buku kumpulan puisi jawab, percaya diri, Kesetaraan,
kumpulan puisi komtemporer selektif, dan cerdas demokratis,
kontemporer dan Menemukan perbedaan Jujur, kerja keras, kreatif, semangat
karya sastra yang karakteristik angkatan Tanggung jawab, mandiri, rasa ingin tahu, kebangsaan, dan
dianggap penting melalui membaca karya sastra peduli, nasionalisme, gemar membaca, tanggung menghargai
pada tiap periode yang dianggap penting pada dan menghargai jawab, percaya diri,
setiap periode selektif, kritis, dan cerdas
Memahami prinsip-prinsip Mandiri, rasa ingin tahu,
Menulis: penulisan kritik dan esai Tanggung jawab tanggung jawab, percaya
Mengungkapkan diri, dan cerdas
pendapat dalam Menerapkan prinsip-prinsip Jujur, peduli, tanggung Jujur, kreatif, mandiri,
bentuk kritik dan penulisan kritik dan esai Jujur jawab, ketulusan, tanggung jawab, percaya Jujur dan
esai untuk mengomentari karya menghargai, dan diri, terampil, cerdas, menghargai
sastra bersahabat kritis, dan bersih

149
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Sedangkan secara non-formal kegiatan CV ini dilaksanakan


pada waktu di luar KBM, yaitu pada setiap kesempatan yang bisa
dimanfaatkan oleh guru untuk menyampaikannya, mengingatkannya,
atau mencontohkan cara penerapan dari nilai-nilai universal dan nilai-
nilai multikultural tersebut kepada siswa yang bertemu dengannya di
area lingkungan sekolah, baik itu di ruangan kantor gewan guru, di
mesjid, di kantin, di perpustakaan, maupun di halaman sekolah.
Adapun muatan CV ini adalah mengenai tema-tema nilai
universal yang dijabarkan lagi ke dalam nilai-nilai karakter dan nilai-
nilai multikultural. 5 Nilai-nilai tersebut beserta indikator-indikatornya
yang akan dilaksanakan untuk kurun waktu 1 tahun ditetapkan
melalui Rapat Pimpinan MP UIN Jakarta yang nantinya harus
dikembangkan dan dilakukan secara sistematis berdasarkan
sistematika rumusan nilai yang telah ditetapkan.6
Program CV ini yang memuat 12 nilai universal dan 12 nilai
multikultural dilengkapi dengan indikator-indikator pencapaiannya
untuk dilaksanakan selama 1 tahun, yang pencanangannya di mulai
pada bulan Januari dan berakhir pada bulan Desember.7 Untuk nilai-
nilai CV tahun berikutnya akan diputuskan selanjutnya melalui Rapat
Pimpinan MP UIN Jakarta.
Program CV ini dilakukan secara intensif dan serentak di
semua jenjang pendidikan yang ada di MP UIN Jakarta dalam kurun
waktu minimal 1 bulan untuk setiap program nilai. Teknis
pelaksanaan program CV ini diserahkan kepada masing-masing
lembaga pendidikan yang ada di MP UIN Jakarta (MIP, MTsP, dan
MAP UIN Jakarta) dan untuk sosialisasinya kepada para siswa
dibantu oleh bagian Humas MP UIN Jakarta dengan
5
MP UIN JAKARTA dalam merumuskan nilai-nilai karakter yang akan
dimuat dalam program CV merujuk kepada nilai-nilai karakter yang dirumuskan
oleh Pusat Kurikulum Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Sedangkan nilai-nilai multikulturalnya merujuk kepada nilai-nilai multikultural
yang dirumuskan oleh Direktorat Pendidikan Agama Islam (Dit PAIS)
Kementerian Agama RI dan PKPM Unika Atmajaya. Wawancara dengan Ketua
Tim Pengembang HC dan CV MIP UIN JAKARTA Yon Sugiono tanggal
12/05/2012.
6
Lihat dalam Tim, “Pengembangan Habitual Curriculum dan Core Values,
Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 16-23; dan wawancara dengan Direktur MP UIN
JAKARTA Ahmad Sofyan pada tanggal 05/12/2011.
7
Lihat pada sampul belakang majalah bulanan MP UIN Jakarta Al-Ashri,
edisi 36/ Juni 2011/ Rajab 1432 H; dan dalam Tim, “Pengembangan Habitual
Curriculum dan Core Values, Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 16-23.

150
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

mengumumkannya melalui pengeras suara dan melalui pemasangan


spanduk-spanduk di tempat-tempat strategis yang mudah dilihat oleh
siswa yang mengungkapkan tentang program kegiatan CV tersebut.8
Materi yang akan diajarkan kepada siswa dalam program ini
disampaikan, diajarkan, dan dibiasakan kepada siswa melalui semua
kesempatan yang tersedia, baik itu dalam semua kegiatan
pembelajaran, semua kegiatan ekstra, semua pertemuan antara guru
dengan siswa (formal dan non formal) maupun kegiatan-kegiatan
lainnya. 9
Adapun teknik yang biasanya digunakan oleh para guru dalam
menyampaikan nilai-nilai yang termuat dalam program CV ini ada 5,
yaitu dengan menerangkan kegunaan dari nilai-nilai tersebut,
mencontohkan cara penerapannya, mengarahkan siswa untuk selalu
menerapkannya, mengingatkan siswa yang belum menerapkan
sepenuhnya, dan dengan memberikan keteladanan kepada seluruh
siswa dengan selalu mempraktikkannya. 10
Setelah 1 bulan pelaksanaannya, maka program ini kemudian
dievaluasi tingkat keberhasilannya berdasarkan pengamatan dan
laporan dari seluruh guru melalui angket yang dibagikan oleh pihak
MP UIN Jakarta kepada mereka. Hasil penilaian berdasarkan
pengamatan seluruh guru tersebut kemudian dilaporkan kepada
kepala sekolahnya masing-masing, dan melalui Rapat Pimpinan MP
UIN Jakarta maka ditetapkan apakah program mengenai nilai yang
dicanangkan pada bulan tersebut sudah berhasil dan diteruskan
dengan pencanangan nilai yang lain, atau waktunya harus ditambah 1
bulan lagi karena dianggap belum mencapai tingkat keberhasilan
yang diinginkan.
Sebagai catatan, walaupun setiap nilai CV pencanangannya
dilakukan secara intensif hanya dengan waktu minimal 1 bulan, akan
tetapi nilai tersebut untuk seterusnya akan tetap terus dipantau

8
Wawancara dengan Kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat MP UIN
JAKARTA Misniono pada tanggal 05/12/2011.
9
Lihat dalam Tim Pengembang, “Pengembangan Habitual Curriculum dan
Core Values Tahun pelajaran 2011/ 2012”; dan dalam Penyusun, “Kurikulum MI
Pembangunan UIN Jakarta Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 44; wawancara dengan
Yayat ZM guru PAI di MAP UIN JAKARTA dan Afif AL pada tanggal
08/12/2011; wawancara dengan Syukri AG pada tnggal 26/01/2012.
10
Observasi dan wawancara dengan Kepala MIP UIN JAKARTA
Mulyadi, Ketua Konsorsium Agama MIP UIN JAKARTA Afif AL, dan dengan
Yayat ZM pada tanggal 08/12/2011.

151
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

perkembangannya secara umum pada diri siswa-siswa MP UIN


Jakarta. Jika penerapan nilai-nilai yang sudah dicanangkan tersebut
pada kebanyakan siswa mulai menurun kembali, maka nilai-nilai CV
yang sudah dicanangkan tersebut sangat memungkinkan untuk
diprogramkan kembali pencanangannya.11 Selain itu pada dasarnya
pelaksanaan program kegiatan CV ini hampir semuanya sesuai dan
merupakan implementasi dari 11 prinsip pendidikan karakter yang
dikemukakan oleh Thomas Lickona.12
Dengan adanya program CV ini yang memuat nilai-nilai
universal dan nilai-nilai multikultural maka akhlak tidak hanya
didefinisikan pada aspek perilaku saja, tetapi juga didefinisikan pada
aspek berpikir dan merasa. Ini mengakibatkan dalam pelaksanaannya
harus menggunakan pendekatan terpadu (integrated approach)13
sebagai salah satu pendekatannya.
Dalam pelaksanaannya pun pihak sekolah sangat proaktif dan
sistematis dalam menyampaikan, mengajarkan, mempraktikkan, dan
meneladankan core values tersebut kepada para siswanya. Bahkan
dalam pelaksanaannya tersebut pihak sekolah tidak hanya menunggu
kesempatan, tetapi lebih banyak menciptakan kesempatan dan
memanfaatkan kesempatan yang tersedia dengan teknik yang
bervariasi untuk dapat menyampaikan, mengajarkan, mempraktikkan,
dan meneladankan core values tersebut kepada para siswa. Selain itu
pihak MP UIN Jakarta juga mengembangkan atmosfer peduli kepada
seluruh siswanya untuk dapat mempraktikkan core values itu dalam
perilaku mereka sehari-sehari selama di sekolah, sehingga lingkungan
sekolah seperti ini menjadi mikrokosmos dari komunitas yang peduli
terhadap perkembangan perilaku akhlak siswa. 14

11
Wawancara dengan Afif AL dan Yayat ZM pada tanggal 08/12/2011.
12
Lihat dalam Thomas Lickona, “Eleven Principles of Effective Character
Education”, 93-100.
13
Lihat dalam Thomas Rusnak (Ed.), An Integrated Approach to
Character Education, 3-4.
14
Pada observasi tanggal 01/12/2011-31/03/2012 Penulis mengamati
seseorang yang sedang berbicara, memberi nasehat, dan merapikan cara berpakaian
siswa MIP UIN JAKARTA layaknya seorang ayah kepada anaknya, sehingga
Penulis pun menduga orang tersebut adalah orang tua dari siswa tersebut. Namun
ternyata orang itu adalah salah seorang guru MIP UIN JAKARTA yang sedang
memberikan bimbingan kepada siswanya berkaitan dengan pelaksanaan program
CV.

152
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Pihak MP UIN Jakarta dalam menyampaikan nilai-nilai


universal dan nilai-nilai multikultural ini tidak hanya sekedar
menyampaikan atau mengajarkannya saja, tetapi juga berupaya
membangun kesadaran dari dalam diri siswa sendiri (motivasi
intrinsik) untuk mempraktikkan nilai-nilai tersebut dalam perilaku
sehari-harinya, dengan cara menyampaikan fungsi dan kegunaan dari
nilai-nilai tersebut terhadap pelakunya. 15
Evaluasi terhadap efektivitas kegiatan CV ini juga dilakukan
terhadap 2 elemen sekolah, yaitu terhadap siswa dan guru. Guru
dalam hal ini bertindak sebagai evaluator setiap bulannya terhadap
perkembangan dan tingkat keberhasilan dari program CV kepada para
siswa. Sedangkan siswa merupakan pihak yang dievaluasi setiap
bulannya mengenai perkembangan perilaku mereka dalam
mempraktikkan nilai-nilai yang termuat dalam program kegiatan
CV.16
Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa program
CV ini sangat berkontribusi dalam mengoptimalkan pendidikan
akhlak kepada para siswa, karena dengan melalui program ini nilai-
nilai akhlak yang termuat dalam nilai-nilai universal dan nilai-nilai
multikultural itu akan dapat terus disampaikan dan diterapkan kepada
siswa pada setiap kesempatan yang tersedia dan memungkinkan
untuk melakukannya. Lagi pula dengan seringnya nilai-nilai universal
dan nilai-nilai multikultural itu didengar, dibaca, dilihat, dicontohkan
oleh guru, dan dipraktikkan oleh siswa sendiri maka kemungkinan
internalisasi nilai-nilai tersebut pada diri siswa akan menjadi lebih
besar.

15
Wawancara dengan Yayat ZM Guru PAI MAP UIN JAKARTA tanggal
08/12/2011.
16
Wawancara dengan Ahmad Sofyan Direktur MP UIN JAKARTA
tanggal 05/12/2011.

153
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Tabel 11
Program Core Values
Madrasah Pembangunan UIN Jakarta
Tahun Pelajaran 2011/201217

BULAN JANUARI
Core Values Nilai Multikultural
Pendengar yang baik (good listener) Prasangka yang baik
(good prejudice)
Indikator Indikator
1. Bersedia mendengar orang lain berbicara. 1. Tidak curiga pada orang
2. Tidak menyela pembicaraan orang lain. lain.
3. Memfokuskan pandangan pada pembicara. 2. Tidak meremehkan orang
4. Menunjukkan keterampilan menyimak. lain.
5. Tidak berbicara ketika orang lain sedang 3. Bersikap dan berperilaku
berbicara. yang menunjukkan sikap
percaya terhadap orang
lain.
BULAN PEBRUARI
Core Values Nilai Multikultural
Jujur dan percaya diri (honest and self confidence) Ketulusan (honesty)
Indikator Indikator
1. Mengenal kelebihan dan kekurangan diri 1. Melakukan kegiatan
sendiri. dengan senang hati dan
2. Menunjukkan keyakinan pada kemampuan diri atas kesadaran sendiri.
sendiri. 2. Berbuat tanpa
3. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang mengharapkan balasan
lain. dari orang lain.
4. Berkompetisi secara sportif untuk hasil yang 3. Berbuat baik untuk
terbaik. kepentingan orang lain.
5. Tidak menyontek atau memberi contekan saat
ujian.
6. Tidak bergantung kepada orang lain.
7. Menyampaikan sesuatu apa adanya.
BULAN MARET
Core Values Nilai Multikultural
Tanggung jawab (responsible) Cinta damai (harmoniously)
Indikator Indikator
1. Menyelesaikan tugas-tugas dengan baik. 1. Menunjukkan
2. Mampu melakukan kegiatan secara mandiri kemampuan memecahkan
dan kelompok. masalah-masalah

17
Lihat dalam Tim, “Pengembangan Habitual Curriculum dan Core
Values, Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 12-23.

154
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

3. Menunjukkan kemampuan belajar dan sederhana maupun


beribadah secara mandiri. kompleks.
4. Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan 2. Menghargai tugas
sosial. pekerjaan dan memiliki
5. Mau menerima resiko atas perbuatannya. kemampuan untuk
6. Mengerjakan sesuatu yang tidak merugikan diri berkarya.
sendiri dan orang lain. 3. Berani tampil di depan
7. Mengerjakan tugas hingga selesai. umum.
8. Mengerjakan tugas tepat waktu. 4. Memanfaatkan alat indera
untuk melakukan
kebaikan.
BULAN APRIL
Core Values Nilai Multikultural
Terampil (skillful) Kerjasama (cooperation)
Indikator Indikator
1. Menunjukkan kemampuan memecahkan 1. Menyelesaikan tugas
masalah-masalah sederhana maupun kompleks. yang menjadi tanggung
2. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki jawab bersama.
kemampuan untuk berkarya. 2. Tidak mementingkan diri
3. Berani tampil di depan umum. sendiri.
4. Memanfaatkan alat indera untuk melakukan
kebaikan.
5. Memanfaatkan informasi tentang lingkungan
sekitar secara logis, kritis, dan kreatif.
BULAN MEI
Core Values Nilai Multikultural
Bersih dan sehat (clean and healthy) Kasih sayang (love and
affection)
Indikator Indikator
1. Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, 1. Suka menolong,
dan bugar. mengayomi, menyayangi,
2. Memanfaatkan waktu luang untuk aktifitas dan mengasihi antar
positif. sesama.
3. Menjaga kebersihan dan kesehatan diri dan 2. Menghindari rasa benci
lingkungan. terhadap orang lain.
4. Membuang sampah pada tempatnya. 3. Menyayangi orang lain
5. Merasa terpanggil untuk membersihkan jika seperti menyayangi diri
melihat sesuatu yang tampak kotor. sendiri.
BULAN JUNI
Core Values Nilai Multikultural
Menghargai (appreciate) Toleransi (tolerance)
Indikator Indikator
1. Menghargai keragaman agama, adat, budaya, 1. Menghormati orang lain
suku, ras, kemampuan, dan tingkat ekonomi. yang berbeda keyakinan.
2. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan 2. Tidak memaksakan

155
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

berempati terhadap orang lain. kehendak kepada orang


3. Menunjukkan kecintaan dan kebanggaan lain.
terhadap bangsa, negara, dan tanah air 3. Memberikan kebebasan
Indonesia. kepada umat lain untuk
4. Mengapresiasi hasil karya sendiri dan orang melaksanakan ibadah
lain. sesuai agamanya.
5. Menghargai karya seni/budaya nasional dan
global.
BULAN JULI
Core Values Nilai Multikultural
Salam, salim, senyum, dan sapa Kesetaraan (equal)
Indikator Indikator
1. Mendahului mengucapkan dan menebarkan 1. Tidak membeda-bedakan
salam. antar sesama.
2. Menjawab salam orang lain. 2. Mau bekerja sama tanpa
3. Mencium tangan orang tua/guru/orang yang membedakan jenis
lebih tua saat bersalaman. kelamin.
4. Merasa ringan memberi senyum kepada orang 3. Tidak membedakan strata
lain. sosial.
5. Bertegur sapa dengan ramah dan sopan.
BULAN AGUSTUS
Core Values Nilai Multikultural
Disiplin (discipline) Nasionalisme (nationalism)
Indikator Indikator
1. Melaksanakan seluruh kegiatan tepat waktu. 1. Mencintai tanah air dan
2. Mentaati peraturan lisan dan tulisan yang sudah bangsa, bangga berbangsa
disepakati. dan bernegara Indonesia.
3. Mentaati tata tertib rumah, kelas, dan sekolah. 2. Membiasakan melakukan
4. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku pekerjaan secara ikhlas
dalam lingkungan sekolah dan masyarakat. untuk kemajuan bangsa
dan negara.
BULAN SEPTEMBER
Core Values Nilai Multikultural
Peduli (care) Empati (empathy)
Indikator Indikator
1. Menunjukkan kecintaan dan kepedulian 1. Ikut merasakan
terhadap lingkungan. penderitaan yang dialami
2. Menunjukkan kemampuan orang lain.
mengenali/mendeskripsi gejala alam dan sosial. 2. Mengunjungi
3. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam teman/saudara yang
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan mendapat musibah.
bernegara.
4. Merasa terpanggil untuk menolong orang yang
kesusahan.
5. Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan

156
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

budaya.
BULAN OKTOBER
Core Values Nilai Multikultural
Patuh dan taat (dolice and obedient) Amanah (Trusteeship)
Indikator Indikator
1. Menerima dengan ikhlas perintah orang tua dan 1. Dapat dipercaya dalam
guru. melaksanakan tugas yang
2. Melaksanakan perintah orang tua dan guru diberikan.
dengan suka rela. 2. Menepati janji.
3. Mematuhi peraturan kebaikan dan kebenaran 3. Menjaga rahasia.
dari siapapun.
4. Menerima dan melaksanakan aturan yang ada.
5. Melaksanakan perintah Allah dan menjauhi
laranganNya.
BULAN NOVEMBER
Core Values Nilai Multikultural
Cerdas dan kreatif (smart and creative) Keadilan (justice)
Indikator Indikator
1. Menunjukkan kemampuan berfikir logis, kritis, 1. Membagi tugas dengan
dan kreatif. kemampuan masing-
2. Menunjukkan kegemaran membaca dan masing.
menulis. 2. Mengambil keputusan
3. Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dengan tidak berat
dan menyadari potensinya. sebelah.
4. Memunculkan ide-ide baru yang inspiratif dan 3. Memberikan sesuatu
akomodatif. sesuai dengan hak-
5. Mencari, membangun, dan menerapkan haknya.
informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-
sumber lain secara logis, kritis, kreatif, dan
inovatif.
BULAN DESEMBER
Core Values Nilai Multikultural
Pembicara yang baik (good speaker) Saling percaya (believe)
Indikator Indikator
1. Menunjukkan keterampilan berbicara. 1. Tidak saling mencurigai.
2. Berkomunikasi dan berinteraksi secara jelas 2. Melaksanakan tanggung
dan efektif. jawab bersama.
3. Berbicara dengan bahasa dan sikap yang
santun.
4. Mengatur ritme dan intonasi berbicara dengan
baik.
5. Menghindari pembicaraan yang kasar dan
kotor.

157
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

2. Tabungan Amal Saleh (TAS)


TAS adalah kegiatan menghimpun dana infak dan sedekah
dari seluruh siswa yang dilakukan di setiap hari sekolah pada saat
kegiatan HC berlangsung di setiap kelas untuk seluruh jenjang
pendidikan dari tingkat MIP sampai MAP UIN Jakarta.18
Kegiatan ini sudah ada sejak awal MP UIN Jakarta
didirikan. 19 TAS diadakan dalam rangka untuk menghimpun dana
infak dan sedekah dari siswa yang berkeinginan dengan ikhlas
menyisihkan sebagian dari uang jajannya. Dana ini nantinya
disumbangkan untuk membantu anak yang tidak mampu dalam hal
ekonomi, untuk bea siswa anak-anak yang kurang mampu, untuk
membantu orang-orang yang tertimpa bencana alam, dan untuk
membantu guru MP UIN Jakarta agar dapat melaksanakan ibadah
haji (haji ta’awun). 20
Teknis pelaksanaan TAS secara umum sama dari tingkat MIP
sampai tingkat MAP UIN Jakarta, yaitu sebelum kegiatan HC yang
dilaksanakan pada jam pertama setiap hari Senin, Selasa, dan Rabu
berakhir maka salah seorang siswa yang telah ditunjuk atau dipilih
oleh guru atau teman-temannya untuk tugas ini, akan melakukan
tugasnya sebagai pengumpul dana infak dan sedekah dari seluruh
teman-teman siswa sekelas, yang kemudian dana yang sudah
terkumpul tersebut dicatat dan diserahkan kepada guru atau wali
kelasnya masing-masing.21
Pada saatnya nanti yang sudah ditentukan setiap tahunnya
maka bagian dari dana infak dan sedekah yang diperuntukkan bea
siswa anak-anak yang kurang mampu, akan diserahkan secara
simbolis secara langsung oleh perwakilan dari siswa MP UIN Jakarta.
Selain itu ada pula bagian dana yang khusus diperuntukkan kepada
anak-anak yatim untuk membantu biaya sekolah (beasiswa) dan
kehidupan mereka, yang pada waktu yang ditentukan oleh sekolah
para siswa akan dikumpulkan dengan anak-anak yatim tersebut
selama 1 hari. Adapun bentuk kegiatannya pada intinya adalah
kegiatan-kegiatan para siswa yang dapat menyenangkan dan

18
Observasi di MAP UIN JAKARTA dan wawancara dengan Yayat ZM
tanggal 01/12/2011.
19
Wawancara dengan Syukri AG tanggal 16/04/2012.
20
Wawancara dengan Afif AL tanggal 08/12/2011 dan dengan Syukri AG
tanggal 06/01/2012.
21
Observasi tanggal 07/12/2012 dan tanggal 31/01/2012.

158
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

menghibur anak-anak yatim tersebut. Jadi kegiatannya bisa berupa


membelikan mereka pakaian sekolah selengkapnya, membelikan
mereka pakaian untuk sehari-hari, pemberian beasiswa, dll. 22
Kegiatan TAS ini pada esensinya adalah kegiatan sedekah dan
infak, menurut Didin Hafidhuddin dalam sedekah dan infak tersebut
terdapat nilai-nilai akhlak yang sangat menonjol yaitu nilai-nilai
keadilan, persaudaraan, saling mencintai, saling membantu, dan
saling menolong.23 Dengan adanya nilai-nilai akhlak yang terkandung
dalam infak dan sedekah tersebut, berarti kegiatan TAS ini sangat
jelas kontribusinya terhadap pendidikan akhlak kepada para siswa.
Karena dengan adanya kegiatan TAS ini yang dilakukan hampir pada
setiap hari sekolah maka sikap untuk berlaku adil (dalam hal
ekonomi), sikap persaudaraan, sikap empati, sikap penyayang, sikap
suka membantu, dan sikap suka menolong akan tumbuh dan melekat
pada diri siswa kemungkinannya akan lebih besar.

3. Habitual Curriculum (HC)


Program HC sudah ada sejak dari awal sekolah ini didirikan,
tetapi pada saat itu program ini belum ada namanya. Program ini
muncul karena adanya tuntutan dari orang tua/wali siswa yang pada
saat itu mayoritas adalah para dosen dan karyawan dari UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang menginginkan anaknya yang sekolah di
sini mempunyai kompetensi tidak hanya di bidang pengetahuan
umum tetapi juga mempunyai kompetensi di bidang agama,
khususnya kompetensi di bidang baca tulis Alquran, salat, dan
mempunyai akhlak yang mulia. Kemudian sejak tahun 2000 program
ini disebut dengan program Hidden Curriculum. Selanjutnya karena
dirasa kurang cocok maka dari tahun 2004 program ini kemudian
dinamakan dengan program Habitual Curriculum. 24
Program HC ini adalah program pembelajaran di luar jam
pelajaran yang dilakukan dalam rangka pembiasaan amaliah
keagamaan sebagai penguatan terhadap materi yang telah diberikan

22
Wawancara dengan Afif AL dan Yayat ZM tanggal 08/12/2011;
observasi tanggal 01/12/2011 dan tanggal 31/01/2012; dan wawancara dengan
Syukri A. Ghani tanggal 06/02/2012.
23
Lihat dalam Didin Hafidhuddin, Agar Layar Tetap Terkembang: Upaya
Menyelamatkan Umat (Jakarta: Gema Insani Press, 2006), 260.
24
Wawancara tanggal 08/12/2012.

159
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

di dalam jam tatap muka di kelas.25 Program ini dikelola dan


dilaksanakan oleh masing-masing wali kelas dari tingkat MI sampai
MA, yang dilaksanakan pada setiap pagi hari senin,26 selasa, dan rabu
sebelum atau pada jam pertama pembelajaran yang bertempat di
masing-masing kelas, setiap hari Jum’at, dan setiap waktu
pelaksanaan salat Zuhur dan Asar untuk kelas-kelas yang ditentukan.
Jadi ada 3 kegiatan HC yang secara formal dilakukan.
Pertama adalah kegiatan pada setiap hari Senin, Selasa, dan Rabu
pada jam pertama pelajaran bertempat di masing-masing kelas yang
bentuk kegiatannya secara umum adalah salat D}uh}a yang dilakukan
secara mandiri oleh masing-masing siswa; berzikir dan berdoa setelah
salat; tadarrus al-Qur’an; menghapal ayat-ayat populer dan surat-
surat pendek pada juz ke-30 dari Alquran (juz ‘Amma), asma al-
h}usna, doa-doa, solawat, sifat wajib Allah, dan kalimat t}oyyibah; dan
tausiyah akhlak.27 Kedua adalah kegiatan pada setiap hari Jum’at saat
pelaksanaan salat Jum’at di mesjid MP UIN Jakarta yang bentuk
kegiatannya adalah berwudhu secara bergiliran dan tertib;
melantunkan asma’ al-h}usna secara bersama-sama; penyampaian
pengelolaan keuangan mesjid dan himbauan ketertiban pelaksanaan
salat Jum’at; pembiasaan menjadi muazzin; salat Jum’at; berzikir dan
berdoa. Ketiga adalah kegiatan pada setiap hari saat pelaksanaan salat
Zuhur dan Asar yang bertempat di mesjid dan di kelas masing-
masing yang secara umum materinya adalah hapalan-hapalan seperti
yang terdapat pada kegiatan HC yang pertama; salat fardhu Zuhur
atau Asar; serta zikir dan doa.28
Untuk bisa mengawal dan mengevaluasi kompetensi siswa
dalam kegiatan HC ini maka pihak sekolah membuat sebuah buku
untuk masing-masing siswa yang isinya adalah merupakan catatan-

25
Lihat dalam Tim, “Pengembangan Habitual Curriculum dan Core
Values, Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 2.
26
Khusus untuk hari Senin pelaksanaannya berselang 2 minggu sekali,
karena harus berselang dengan kegiatan Apel Senin Pagi yang juga dilaksanakan
setiap 2 minggu sekali.
27
Lihat dalam Tim, “Pengembangan Habitual Curriculum dan Core
Values, Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 3-5; dalam Tim Penyusun, “Monitor
Penilaian Habitual Curriculum (MPHC) (Jakarta: Madrasah Tsanawiyah UIN
Jakarta, 2011), 1-4; dan dalam Tim Penyusun, “Buku Penghubung” (Jakarta:
Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), 36-37.
28
Lihat dalam Tim, “Pengembangan Habitual Curriculum dan Core
Values, Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 3-5; dan observasi pada tanggal 03/02/2012.

160
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

catatan penilaian tentang kemampuan keberhasilan siswa dalam


kegiatan HC, baik itu kompetensi salatnya, zikirnya, doanya, hapalan
asma’ al-h}usna-nya, maupun hapalan ayat-ayat populer dan surat-
surat pendek Alquran-nya. Buku ini untuk tingkat MI dan MTs
dinamakan buku Monitor Penilaian, sedangkan di tingkat MA buku
ini disebut Buku Penghubung.29
Program HC ini memang tidak hanya memfokuskan kepada
pencapaian kompetensi akhlak saja, tetapi juga diadakan untuk
mendukung pencapaian kompetensi bidang keagamaan lainnya, baik
itu bidang keimanan (akidah), bidang Fikh, bidang Alquran dan
Hadits, maupun bidang Sejarah Kebudayaan Islam.
Bidang keimanan (akidah) dilakukan melalui kegiatan
pembiasaan menghapal dan mengucapkan materi tentang sifat wajib
Allah, asma’ al-h}usna, dan kalimat-kalimat t}oyyibah, dalam rangka
untuk menunjang dan memperkuat pencapaian tujuan kompetensi
meningkatnya keimanan kepada Allah SWT; pembiasaan
mengucapkan dan menghapalkan solawat kepada Nabi SAW dalam
rangka untuk mendukung dan memperkuat tercapainya tujuan
kompetensi meningkatnya keimanan dan kecintaan kepada
Rasulullah SAW.
Untuk mendukung tercapainya tujuan-tujuan yang ada dalam
mata pelajaran Fikh maka kegiatan program ini juga memuat materi
tentang pembiasaan untuk melakukan wudhu sebelum kegiatan
dimulai, sholat D}uh}a, salat Zuhur, salat Asar, serta zikir dan do’a.
Selanjutnya MP UIN Jakarta juga mengupayakan untuk
membiasakan siswanya melakukan salat fardhu 5 waktu di manapun
dia berada, baik itu di rumah atau di luar rumah melalui kejujuran
siswa dan orang tua/walinya dalam melaporkan hal tersebut dalam
buku catatan “Monitor Penilaian” atau dalam catatan “Buku
Penghubung”. 30
Dalam bidang Alquran dan Hadits program kegiatan ini
berkontribusi dengan memuat materi pembiasaan tentang membaca
(tadarrus) Alquran, menghapalnya (minimal 1 juz yaitu juz ke-30/juz
‘Amma), dan menerapkannya dalam setiap bacaan salat.
Pada bidang Sejarah Kebudayaan Islam kegiatan ini
berkontribusi melalui materi yang mungkin disampaikan melalui

29
Wawancara dengan Afif AL tanggal 07/12/2011.
30
Wawancara dengan Syukri AG tanggal 26/01/2012.

161
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

kegiatan tausiyah/pidato yang dilakukan oleh salah seorang siswa


atau oleh wali kelasnya sendiri.
Pada bidang pendidikan akhlak kegiatan HC ini berkontribusi
melalui kegiatan tausiyah/pidato yang muatannya berisi tentang
nasehat-nasehat dan cerita-cerita keteladanan dari tokoh-tokoh Islam
terdahulu tentang kemuliaan akhlak mereka. Di samping itu pada
dasarnya tujuan utama dan akhir dari semua rangkaian kegiatan HC
ini adalah dalam rangka untuk membentuk karakter siswa yang
merasa perlu untuk melakukan salat dengan segala adabnya, berzikir
dengan segala adabnya, dan berdoa dengan segala adabnya, karakter
siswa yang merasa dekat dengan Tuhannya, yang gemar membaca
dan menghapal Alquran juga dengan segala adabnya, dan karakter
siswa yang biasa mempraktikkan nilai-nilai akhlak dalam prilakunya
sehari-hari, seperti kedisiplinan, kebersihan, kegigihan, keuletan,
percaya diri, sopan, dan nilai-nilai akhlak lainnya. Dengan demikian
kontribusi dari program HC ini terhadap pengembangan akhlak siswa
sangatlah besar.
Kegiatan HC ini secara garis besar pada semua jenjang
pendidikan yang ada di MP UIN Jakarta baik itu MIP UIN Jakarta,
MTsP UIN Jakarta, maupun MAP UIN Jakarta semuanya
mempunyai tujuan dan materi pokok yang sama, yaitu siswa minimal
hapal 1 juz Alquran (juz ‘Amma) dan suka membaca Alquran;
kebiasaan dan menjadi kebutuhan untuk melakukan salat fardhu dan
salat sunat (salat D}uh}a) beserta zikir dan doanya; hapal dan terbiasa
mengucapkan doa-doa harian; hapal, mengerti, serta terbiasa
mengucapkan asma’ al-h}usna; dan materi tausiyah/pidato. Dari
semua materi pokok tersebut kemudian masing-masing jenjang
pendidikan di MP UIN Jakarta menambah dan menyesuaikannya
dengan materi pembelajaran Pendidikan Agama yang terdapat dalam
silabus sekolahnya masing-masing.
Di tingkat MIP UIN Jakarta materi HC ditambah dengan
hapalan dan kebiasaan untuk mengucapkan kalimat-kalimat t}oyyibah
dan salawat, serta hapalan dan pengertian tentang sifat wajib Allah.
Sedangkan di tingkat MTsP UIN Jakarta materi HC yang
ditambahkan adalah hapalan dan pengertian tentang kata-kata mutiara
serta ayat-ayat pilihan dalam Alquran. Adapun materi HC yang

162
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

ditambahkan di tingkat MAP UIN Jakarta adalah hapalan surat-surat


atau ayat-ayat pilihan dalam Alquran. 31
Kegiatan HC di masing-masing jenjang pendidikan di MP
UIN Jakarta dalam penyampaian materi-materi pokok dilakukan
secara bertahap dan berkesinambungan. Materi mengenai hapalan
surat al-Fa>tih}ah dan 1 juz Alquran (juz ‘Amma) di tingkat MIP UIN
Jakarta dihapalkan secara bertahap dan berkesinambungan sejak dari
kelas 1 sampai kelas 6 dan hapalan tersebut kemudian diulang
kembali di MTsP UIN Jakarta dan di MAP UIN Jakarta. Untuk lebih
jelasnya maka berikut ini adalah rincian tahapan dan kesinambungan
dari materi pokok kegiatan HC.
Di kelas 1 materi hapalan Alqurannya adalah surat al-Fa>tih}ah
(QS. 1) dan dari surat al-Na>s (QS. 114) sampai dengan surat al-
Takathur (QS. 102). Di kelas 2 adalah dari surat al-Qa>ri’ah (QS.
101) sampai dengan surat al-Bayyinah (QS. 98). Di kelas 3 adalah
dari surat al-Qadr (QS. 97) sampai dengan surat al-D}uh}a (QS. 93).
Di kelas 4 adalah dari surat al-Lail (QS. 92) sampai dengan surat al-
A’la (QS. 87). Di kelas 5 adalah dari surat al-T}a>riq (QS. 86) sampai
dengan surat al-Infit}a>r (QS. 82). Di kelas 6 adalah dari surat al-
Takwi>r (QS. 81) sampai dengan surat al-Naba’ (QS. 78). Kemudian
dilanjutkan di kelas 7 MTsP UIN Jakarta dengan kegiatan
pengulangan hapalan surat al-Fa>tih}ah. Di kelas 8 adalah pengulangan
hapalan dari surat al-Na>s (QS.114) sampai dengan surat al-D}uh}a
(QS. 93). Di kelas 9 adalah pengulangan hapalan surat al-Na>s (QS.
114) sampai dengan surat al-D}uh}a (QS. 93), ditambah dengan
pengulangan hapalan surat al-Gha>shiyah (QS. 88) dan surat al-A’la
(QS. 87). Di kelas 10, 11, 12 MAP UIN Jakarta kegiatan HC-nya
merupakan pemantapan semua surat yang dihapal oleh siswa, karena
kegiatannya berbentuk pengulangan seluruh hapalan dari surat al-
Na>s (QS. 114) sampai dengan surat al-Naba’ (QS. 78).32

31
Lihat dalam Tim, “Pengembangan Habitual Curriculum dan Core
Values, Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 3-5; dalam Tim Penyusun, “Monitor
Penilaian Habitual Curriculum (MPHC), 1-4; dan dalam Tim Penyusun, “Buku
Penghubung”, 36-37.
32
Lihat dalam Tim, “Pengembangan Habitual Curriculum dan Core
Values, Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 3; dalam Tim Penyusun, “Monitor Penilaian
Habitual Curriculum (MPHC), 3-4; dan dalam Tim Penyusun, “Buku
Penghubung”, 36.

163
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Dengan cara dan sistem seperti ini maka ketika lulus dari MP
UIN Jakarta siswa diharapkan benar-benar hapal 1 juz Alquran (juz
‘Amma) dan hapalan tersebut menjadi bagian yang melekat erat
(karakter) pada dirinya.
Begitu juga dengan materi hapalan tentang doa-doa harian.
Materi ini seluruhnya terdiri dari 35 doa harian yang harus sudah
dihapalkan secara bertahap di tingkat MIP UIN Jakarta. Teknik
pelaksanaannya secara umum sama dengan teknik yang diterapkan
untuk materi hapalan 1 juz Alquran yaitu dihapalkan secara bertahap
dan dicek ulang secara berkesinambungan pada tingkatan kelas
selanjutnya di MIP UIN Jakarta. Di kelas 1 MIP UIN Jakarta, materi
hapalan doa-doa hariannya adalah doa masuk kelas, doa sebelum
belajar, doa setelah belajar, doa kepada kedua orang tua, doa sebelum
tidur, doa bangun tidur, doa masuk kamar mandi, doa keluar kamar
mandi, doa sebelum makan, dan doa sesudah makan. Di kelas 2
materinya adalah doa masuk rumah, doa keluar rumah, doa kebaikan
dunia akhirat, doa berpakaian, dan doa setelah azan. Di kelas 3
materinya adalah doa ketika bercermin, doa naik kendaraan, doa
sesudah wudhu, doa ketika mendengar kabar gembira, serta doa
masuk dan keluar mesjid. Di kelas 4 materinya adalah doa melihat
keindahan alam, doa memohon diberi empat kebaikan, doa ketika
menghadapi kesulitan, doa menjenguk orang sakit, dan doa ketika
sakit. Di kelas 5 materinya adalah doa mohon ketenangan hati, doa
mohon diberi kesabaran, doa untuk menghindari sikap marah, doa
menghindari sikap malas, serta doa keselamatan dan keberkahan
rejeki. Di kelas 6 materinya adalah doa syukur nikmat, doa
menghindari putus asa, doa untuk memperoleh rahmat, doa kesehatan
dan akhlak mulia, dan doa khatam Alquran. Adapun di kelas 8 MTsP
UIN Jakarta materinya adalah pengulangan/pengecekan seluruh
hapalan doa-doa harian. 33
Karakterisasi dari hapalan doa-doa harian ini merupakan
tujuan akhir yang ingin dicapai oleh MP UIN Jakarta. Teknik
pelaksanaannya yang kurang lebih sama dengan teknik yang
diterapkan untuk hapalan 1 juz Alquran akan membuat hapalan doa-
doa harian tersebut tertanam kuat dalam ingatan siswa, dan dengan
kebiasaan mereka untuk menerapkannya setiap mereka selesai salat

33
Lihat dalam Tim, “Pengembangan Habitual Curriculum dan Core
Values, Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 4; dan dalam Tim Penyusun, “Monitor
Penilaian Habitual Curriculum (MPHC), 1 dan 3.

164
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

maka kompetensi tersebut diharapkan akan menjadi karakter dari diri


mereka sebagai seorang manusia yang terbiasa untuk
memohon/berdoa kepada Tuhannya dengan segala adab/etika yang
menyertainya. 34
Adapun mengenai materi pokok tentang kebiasaan salat
fardhu dan salat sunat terutama salat D}uh}a serta zikir sesudahnya
disampaikan, diajarkan, dan dibiasakan secara terus-menerus dalam
setiap kegiatan HC sejak siswa memasuki lembaga pendidikan MP
UIN Jakarta ini yaitu kebiasaan salat fardhu dari kelas 1 dan
kebiasaan salat D}uh}a dari kelas 3 MIP UIN Jakarta sampai siswa
tersebut menyelesaikan studinya di jenjang pendidikan terakhir dari
lembaga pendidikan ini yaitu lulus dari MAP UIN Jakarta. Teknik
pelaksanaan seperti ini bertujuan untuk menanamkan kebiasaan
mengerjakan salat fardhu dan salat sunat serta kebiasaan berzikir
kepada siswa MIP UIN Jakarta, memupuk kebiasaan tersebut kepada
siswa MTsP UIN Jakarta, dan menjadikan kebiasaan tersebut sebagai
salah satu karakter dari siswa MAP UIN Jakarta.35
Materi hapalan asma’ al-h}usna yang juga merupakan salah
satu materi pokok dalam kegiatan HC teknis pelaksanaannya siswa
menghapalkan, memahami, dan membiasakan pengucapannya sejak
dari kelas 5 MIP UIN Jakarta, kemudian diulang/dicek kembali
hapalan tersebut dan dibiasakan pengucapannya pada setiap kegiatan
HC di kelas VII MTsP UIN Jakarta dan kebiasaan ini terus berlanjut
pada setiap kegiatan HC di kelas VIII dan IX MTsP UIN Jakarta.
Terakhir, hapalan tersebut dicek/diulang dan dibiasakan
pengucapannya pada setiap kegiatan HC di MAP UIN Jakarta.
Dengan teknis yang hampir sama dengan materi-materi pokok HC
lainnya, maka tujuan yang dinginkan untuk dicapai pun pada
prinsipnya sama, yaitu terbentuknya suatu karakter siswa yang
terbiasa mengucapkan dan memahami asma’ al-h}usna sebagai bagian
dari ibadahnya kepada Allah SWT. Semakin siswa memahami makna
dari asma’ al-h}usna maka diharapkan siswa dapat mempraktikkan
34
Lihat dalam Tim, “Pengembangan Habitual Curriculum dan Core
Values, Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 4-11; dalam Tim Penyusun, “Monitor
Penilaian Habitual Curriculum (MPHC), 1-4; dan dalam Tim Penyusun, “Buku
Penghubung”, 37.
35
Lihat dalam Tim, “Pengembangan Habitual Curriculum dan Core
Values, Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 5; dalam Tim Penyusun, “Monitor Penilaian
Habitual Curriculum (MPHC), 1-9; dan dalam Tim Penyusun, “Buku
Penghubung”, 37.

165
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

sifat-sifat tersebut dalam perilakunya sehari-hari, baik di sekolah


maupun di luar sekolah.36
Tausiyah/pidato ada dalam setiap kegiatan HC dari tingkatan
kelas dan jenjang pendidikan terendah di MP UIN Jakarta yaitu MIP
UIN Jakarta sampai kepada tingkatan kelas dan jenjang pendidikan
terakhirnya yaitu MAP UIN Jakarta. Materi tausiyah/pidato dalam
setiap kegiatan HC berisi tentang nilai-nilai akhlak yang mengacu
kepada tema-tema dalam program Core Values dan nilai
multikultural. Tausiyah/pidato ini dalam pelaksanaannya di tingkat
MIP UIN Jakarta disampaikan oleh guru wali kelasnya masing-
masing sebagai pengelola dan penanggungjawab kegiatan HC di
kelasnya dengan alokasi waktu 10 menit dari total 35 menit kegiatan
HC. Sedangkan di tingkat MTsP dan MAP UIN Jakarta
tausiyah/pidato ini disampaikan oleh siswa dan guru wali kelasnya.
Dalam kegiatan HC ini siswa dilatih untuk berpidato dalam bentuk
kultum (pidato/ceramah singkat) yang temanya telah ditentukan oleh
guru wali kelasnya berkaitan dengan tema-tema Core Values yang
diprogramkan pada bulan itu yang alokasi waktunya adalah 15 menit.
Setelah siswa berpidato maka selanjutnya adalah tausiyah mengenai
nilai-nilai akhlak yang disampaikan oleh guru wali kelasnya sendiri.
Dengan adanya tausiyah/pidato ini maka keterbatasan waktu yang
menjadi kendala utama dalam pembelajaran pendidikan akhlak
menjadi sangat terbantu, karena 3x dalam seminggu siswa menerima
pencerahan melalui tausiyah/pidato mengenai nilai-nilai akhlak. Juga
dengan melatih siswa berpidato pun ada beberapa nilai akhlak yang
bisa tertanam dalam dirinya terutama adalah sikap berani dan sikap
percaya diri. 37
Mengenai semua materi dalam kegiatan HC, baik itu berupa
materi hapalan maupun kompetensi lainnya, semua lembaga
pendidikan di MP UIN Jakarta, baik itu MIP, MTsP, maupun MAP

36
Lihat dalam Tim, “Pengembangan Habitual Curriculum dan Core
Values, Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 5 dan 12; dalam Tim Penyusun, “Monitor
Penilaian Habitual Curriculum (MPHC), 1; dalam Tim Penyusun, “Buku
Penghubung”, 37; observasi dan wawancara dengan Yayat ZM di MAP UIN
JAKARTA pada tanggal 01/12/2011.
37
Lihat dalam Tim, “Pengembangan Habitual Curriculum dan Core
Values, Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 6-11; dalam Tim Penyusun, “Monitor
Penilaian Habitual Curriculum (MPHC), 1; dalam Tim Penyusun, “Buku
Penghubung”, 12; dan observasi dan wawancara dengan Yayat ZM di MAP UIN
JAKARTA pada tanggal 01/12/2011.

166
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

UIN Jakarta pada prinsipnya mempunyai kebijakan teknis yang sama,


yaitu siswa bisa menghapal atau melaporkan hapalannya pada saat
kegiatan HC berlangsung; siswa bisa menghapalkannya di mana saja,
bisa di sekolah, di rumah, atau di manapun dia berada; siswa bisa
melaporkan (menyetorkan) hapalannya di luar waktu kegiatan HC
dengan persetujuan guru wali kelasnya sebagai pelaksana dan
pengelola kegiatan HC di kelasnya; setiap satu minggu sekali dalam
kegiatan HC akan diadakan pengulangan terhadap semua hapalan
siswa; setiap akhir tahun pelajaran seluruh materi HC akan diujikan;
penilaian terhadap siswa mengenai kegiatan HC ini menjadi salah
satu syarat untuk kenaikan kelasnya; dan setiap menjelang siswa
mengakhiri studinya pada setiap jenjang pendidikan diadakan ujian
untuk semua materi HC yang telah disampaikan, ujian ini disebut
dengan ujian “Sakinah”.38
Secara garis besar berdasarkan teknis, waktu, dan tempat
pelaksanaannya maka terdapat 6 pelaksanaan kegiatan HC. Pertama,
setiap pagi saat seluruh siswa datang ke sekolah, bertempat di pintu
gerbang MP UIN Jakarta. Ini adalah kegiatan HC yang menjadi salah
satu ciri khas dari MP UIN Jakarta, yaitu kegiatan beberapa orang
guru yang telah ditunjuk secara bergiliran setiap pagi untuk
menyambut seluruh siswanya dengan memberikan senyum,
memberikan salam, menjabat tangan (salim), dan menyapa setiap
siswa yang tiba dan memasuki area sekolah.39 Kegiatan ini bertujuan
untuk menanamkan kebiasaan senyum, salam, dan sapa kepada diri
siswa. Kebiasaan untuk tersenyum kepada seseorang yang dikenal
merupakan salah satu indikator dari sikap ramahnya. Sedangkan
kebiasaan untuk mengucapkan salam adalah merupakan salah satu
ciri dari sikap seorang muslim apabila bertemu dengan muslim
lainnya. Adapun kebiasaan untuk menyapa seseorang yang dikenal,
ditemui, atau yang berdekatan dengan kita merupakan salah satu
indikator dari sikap keramahan kita kepada seseorang. Semua nilai-
nilai tersebut adalah wujud dari perpaduan antara nilai-nilai akhlak
islami dengan nilai-nilai dari kebangsaan Indonesia. Selain itu
banyak manfaat yang diperoleh dari kegiatan ini, antara lain adalah:

38
Lihat dalam Tim, “Pengembangan Habitual Curriculum dan Core
Values, Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 6-11; dalam Tim Penyusun, “Monitor
Penilaian Habitual Curriculum (MPHC), iv; dan wawancara dengan Afif AL pada
tanggal 07/12/2011.
39
Observasi pada tanggal 01/12/2012 dan 31/01/2012.

167
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

terbinanya hubungan emosional (hubungan batin) antara guru dan


siswa terutama dengan melalui berjabatan tangan; dan terbinanya
suatu kontrol psikologis guru terhadap prilaku siswa dengan melalui
sapaan yang bisa berupa teguran, nasehat, reward, motivasi, atau
bentuk lainnya.40
Kedua, setiap jam pertama pembelajaran yang bertempat di
kelas masing-masing dan di mesjid Andalusia MP UIN Jakarta. Di
tingkat MIP UIN Jakarta kegiatan HC pada jam ini di setiap hari
Senin terbagi ke dalam 3 kategori yaitu pertama, untuk kelas 1 dan
kelas 2 dilaksanakan di kelas masing-masing dengan materi HC tanpa
salat D}uh}a. Kedua adalah untuk kelas 3 dan kelas 4 juga
dilaksanakan di kelasnya masing-masing dengan materinya adalah
salat D}uh}a. Ketiga adalah untuk kelas 5 dan kelas 6 yang bertempat
di mesjid MP UIN Jakarta dengan materinya membiasakan
mengerjakan salat D}uh}a, sedangkan di tingkat MTsP dan MAP UIN
Jakarta semua pelaksanaannya bertempat di kelasnya masing-
masing. 41
Ketiga, setiap waktu pelaksanaan salat Zuhur berjamaah yang
tempatnya adalah di mesjid dan di kelasnya masing-masing. Pada
tingkat MI kegiatan ini terbagi kepada 2 tempat yaitu di kelas dan di
mesjid. Di kelas dilaksanakan oleh siswa-siswa yang masih duduk di
kelas 1 sampai kelas 4, sedangkan di mesjid dilaksanakan oleh siswa-
siswa kelas 5 dan kelas 6. Adapun siswa MTsP dan siswa MAP UIN
Jakarta mereka melakukan kegiatan salat Zuhur berjamaah ini di
kelasnya masing-masing.42
Keempat, setiap waktu pelaksanaan salat Asar berjamaah
yang tempatnya adalah di kelas dan di mesjid. Salat Asar berjamaah
ini hanya dilakukan oleh siswa MTsP dan siswa MAP UIN Jakarta.
Siswa MTsP UIN Jakarta melakukan kegiatan ini secara berjamaah di
mesjid Andalusia MP UIN Jakarta, sedangkan siswa MAP UIN
Jakarta melakukannya di kelasnya masing-masing. 43
Kelima, setiap waktu pelaksanaan salat Jum’at untuk seluruh
siswa laki-laki yang bertempat di mesjid MP UIN Jakarta dan

40
Wawancara dengan Syukri AG tanggal 21/01/2012.
41
Wawancara dengan Muhaemin Wali Kelas 3E MIP UIN JAKARTA
tanggal 31/01/2012.
42
Observasi dan wawancara dengan Muhaemin Wali Kelas 3E MIP UIN
JAKARTA tanggal 31/01/2012.
43
Observasi tanggal 31/01/2012.

168
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

pelaksanaan kegiatan keputerian untuk seluruh siswi yang bertempat


di kelasnya masing-masing. Dalam kegiatan salat Jum’at ini siswa-
siswa dibiasakan untuk dapat bersikap disiplin dalam mengantre, ini
tergambar dalam kegiatan berwudhu yang melatih siswa untuk
bersedia dan rela mengantre dalam menunggu giliran atau
kesempatan untuk berwudhu. 44 Di sini siswa juga dibiasakan untuk
bersikap tertib ketika hendak melaksanakan ibadah, karena seluruh
siswa diarahkan untuk terbiasa mengisi saf-saf di bagian depan yang
masih kosong, dan menjaga prilakunya selama di dalam mesjid.45
Sebelum kegiatan salat Jum’at dilaksanakan seluruh siswa dibiasakan
untuk melantunkan asma’ al-h}usna secara bersama-sama dipimpin
oleh salah seorang siswa senior dari tingkat MAP UIN Jakarta. Di
kegiatan ini siswa juga dilatih untuk terbiasa tampil dan berbicara di
hadapan orang banyak dengan melatihnya secara bergiliran untuk
mengumumkan segala sesuatu yang berkenaan dengan salat Jum’at
dan pengelolaan mesjid, dan melatihnya untuk menjadi muazzin.46
Latihan-latihan tersebut dapat memberikan kontribusi yang cukup
besar dalam menumbuhkan sikap percaya diri, mandiri, dan
keberanian dalam diri siswa. Adapun kegiatan keputerian pada hari
Jum’at yang khusus diadakan untuk seluruh siswi MP UIN Jakarta
berisi tentang kegiatan salat Zuhur berjamaah dan kegiatan
pembinaan yang khusus berkenaan dengan permasalahan-
permasalahan kewanitaan. Hal ini sangat diperlukan terutama bagi
siswi-siswi yang sudah mengalami proses akil baligh-nya. Berkaitan
dengan pendidikan akhlak, kegiatan ini kontribusi utamanya adalah
untuk mempersiapkan dan membantu sikap mental para siswi dalam
menghadapi semua perubahan fisik dan psikis yang dialaminya.
Keenam, setiap waktu dan kesempatan yang tempatnya bisa
di mana saja. Kegiatan HC ini adalah kegiatan pembiasaan 3S, yaitu

44
Berdasarkan pengamatan penulis, para siswa tertib dalam mengantre
untuk berwudu. Namun sayangnya, banyak siswa dalam berwudu terkesan asal-
asalan saja, sehingga tidak memenuhi kriteria cara berwudu yang baik dan benar,
mungkin karena tidak ada guru yang mengawasi dan memperhatikan mereka.
45
Dalam hal membiasakan siswa untuk mengisi saf-saf terdepan yang
kosong sepertinya para guru harus berupaya lebih keras lagi, karena sekitar 50%
dari siswa tingkat MTs dan MA masih harus diinstruksikan oleh gurunya. Apalagi
untuk para siswa di tingkat MI para gurunya sangat kewalahan dalam
menertibkannya. Ini mungkin karena para guru lebih mengedepankan pendekatan
yang lemah lembut kepada para siswanya.
46
Observasi tanggal 03/02/2012.

169
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

senyum, salam, dan sapa. Kapanpun siswa ketika bertemu dengan


guru baik itu pagi, siang sore, ataupun malam maka siswa dibiasakan
untuk tersenyum, mengucapkan salam, menjabat tangan, dan
menyapa gurunya tersebut. Selain itu di manapun siswa bertemu
dengan gurunya baik itu di sekolah ataupun di luar sekolah maka
siswa pun harus dibiasakan untuk melakukan hal tersebut kepada
gurunya.47
Seluruh uraian tentang kegiatan HC ini dengan sangat jelas
menggambarkan tentang kontribusinya untuk mentransformasikan
tindakan akhlak dari level perilaku kebiasaan dan rutin pada usia
anak ke tahap kedewasaan dalam melakukan aksi secara reflektif,
yang hal ini membutuhkan pendekatan yang sistematis dan
berkelanjutan sepanjang tahun sekolah48 dan sepanjang jenjang
pendidikan.

47
Observasi tanggal 01/12/2011 dan 31/01/2012; wawancara dengan
Kepala MAP UIN JAKARTA Darul Janin pada tanggal 01/12/2011; wawancara
dengan Afif AL pada tanggal 07/12/2011; dan wawancara dengan Syukri AG pada
tanggal 21/01/2012.
48
Lihat dalam Maurice Holt, Curriculum Workshop: An Introduction to
Whole Curriculum Planning (London: Routledge, 1983), 75.

170
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Tabel 12
Program Habitual Curriculum di MP UIN Jakarta

Bentuk Kegiatan Materi Jenjang Waktu Tempat Pendidikan


Formal Nonformal Kegiatan Pendidikan Pelaksanaan Pelaksanaan Akhlak
Menyambut seluruh Salim, Salam, MIP UIN Jakarta, Setiap pagi Pintu gerbang Akhlak kepada
siswa dengan senyum, dan Sapa (3S) MTsP UIN pada hari sekolah dan orangtua dan
salam, menjabat tangan Jakarta, dan MAP sekolah pintu masuk guru
(salim), dan sapaan UIN Jakarta kelas
KBM HC Berwudu
Salat D}uh}a MIP UIN Jakarta
(dari kelas 3),
Berzikir
MTsP UIN
Berdoa Jakarta, dan MAP
Tadarrus al- UIN Jakarta Jam pertama Akhlak kepada
Qur’an setiap hari Ruang kelas Allah, kepada
Menghapal ayat- MIP UIN Jakarta, Senin, Selasa, dan mesjid kitab suci, dan
ayat populer dan MTsP UIN Jakarta dan Rabu kepada diri
surat-surat (pengulangan), dan sendiri
pendek pada juz MAP UIN Jakarta
ke-30 dari (pengulangan)
Alquran (juz
‘Amma)
MIP UIN Jakarta
(dari kelas 5),
MTsP UIN Jakarta
Asma al-h}usna (pengulangan), dan

171
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

MAP UIN Jakarta


(pengulangan)
MIP UIN Jakarta,
MTsP UIN Jakarta
Doa-doa harian (pengulangan), dan
MAP UIN Jakarta
(pengulangan)
MIP UIN Jakarta
(dari kelas 3), Jam pertama Akhlak kepada
Solawat MTsP UIN setiap hari Ruang kelas Allah, kepada
Jakarta, dan MAP Senin, Selasa, dan mesjid kitab suci, dan
UIN Jakarta dan Rabu kepada diri
sendiri

MIP UIN Jakarta


(dari kelas 4),
Sifat wajib Allah MTsP UIN Jakarta
(pengulangan), dan
MAP UIN Jakarta
(pengulangan)
Kalimat MIP UIN Jakarta,
t}oyyibah MTsP UIN
Tausiyah akhlak Jakarta, dan MAP
UIN Jakarta
Berwudhu
Melantunkan MIP UIN Jakarta, Akhlak kepada
Salat Jum’at asma’ al-h}usna MTsP UIN Allah, kepada
(khusus siswa) Salat Jum’at Jakarta, dan MAP Hari Jum’at Mesjid kitab suci, dan

172
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Berzikir UIN Jakarta kepada diri


Berdoa sendiri
Berwudhu
Salat Zuhur
Kegiatan Keputrian Berzikir MIP UIN Jakarta, Akhlak kepada
(khusus siswi) Berdoa MTsP UIN Hari Jum’at Ruang kelas Allah dan
Jakarta, dan MAP kepada diri
Pembinaan UIN Jakarta sendiri
masalah
kewanitaan
Berwudu
Salat Zuhur MIP UIN Jakarta, Akhlak kepada
Salat Zuhur berjamaah MTsP UIN Setiap hari Ruang kelas Allah dan
Berziikir Jakarta, dan MAP Senin-Kamis dan mesjid kepada diri
UIN Jakarta sendiri
Berdoa
Berwudu
Salat Asar MTsP UIN Jakarta Setiap hari Ruang kelas Akhlak kepada
Salat Asar berjamaah dan MAP UIN Senin-Kamis dan mesjid Allah dan
Berziikir Jakarta kepada diri
Berdoa sendiri
MIP UIN Jakarta,
Pembiasaan senyum, Senyum, salim, MTsP UIN Setiap Sekolah dan Akhlak kepada
salim, dan sapa (3S) dan sapa (3S) Jakarta, dan MAP kesempatan luar sekolah orangtua dan
UIN Jakarta guru

173
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

4. Reading Habit (RH)


Program RH adalah upaya membiasakan siswa untuk suka
membaca. Program ini bertujuan untuk menanamkan sikap kebiasaan
suka membaca pada diri siswa yang diharapkan pada akhirnya akan
menumbuhkan sikap rajin atau suka menuntut ilmu dalam
kepribadiannya. Dengan demikian program ini fungsinya adalah
sebagai instrumen pendukung untuk tercapainya tujuan pendidikan
akhlak. Program ini dilaksanakan 1x dalam seminggu selama 30
menit pada jam pelajaran pertama yang bertempat di masing-masing
kelas dan dikelola secara langsung oleh wali kelasnya. 49
Teknis pelaksanaan program kegiatan RH di tingkat MIP UIN
Jakarta dilaksanakan dengan menginstruksikan siswa-siswanya untuk
membawa sendiri buku bacaan yang disukainya dari rumah untuk
dibacanya dalam kegiatan RH nanti. Adapun kriteria buku bacaan
yang diperbolehkan sekolah adalah layak, sesuai, dan bernilai
pendidikan. Layak maksudnya buku bacaan tersebut sesuai dengan
tingkat perkembangan psikologis siswa sehingga layak untuk dibaca.
Sesuai maksudnya sesuai dan tidak bertentangan dengan ketentuan
syariat agama, dengan kata lain tidak mengandung nilai-nilai yang
dapat merusak akidah, keyakinan, dan akhlak siswa. Bernilai
pendidikan maksudnya buku tersebut mengandung nilai-nilai
keilmuan, nilai-nilai/pesan moral, dan nilai-nilai pendidikan
lainnya. 50
Buku bacaan tersebut bisa berupa buku pelajaran, buku sastra,
buku cerita, buku novel yang bercorak islami, atau buku jenis lainnya
yang masih sesuai dengan kriteria-kriteria buku bacaan yang telah
ditentukan. Sebelum kegiatan RH dimulai maka buku-buku yang
dibawa oleh semua siswa itu akan dicek terlebih dahulu oleh
gurunya, apabila ditemukan buku bacaan yang tidak memenuhi
kriteria maka buku tersebut tidak diperbolehkan untuk dibacanya,
untuk itu buku tersebut kemudian diganti dengan buku bacaan lain
yang sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan sekolah. Setelah
itu kegiatan RH dimulai dan seluruh siswa diinstruksikan untuk
membaca buku bacaannya masing-masing dengan caranya sendiri
dalam waktu yang telah ditentukan. Kemudian diakhir kegiatan RH

49
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun
Pelajaran 2011/ 2012”, 30; dan dalam Tim Penyusun, “Kurikulum MTs
Pembangunan UIN Jakarta Tahun pelajaran 2011/ 2012”, 22.
50
Wawancara dengan Afif AL tanggal 30/01/2012.

174
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

guru akan meminta salah seorang atau beberapa siswa untuk


mempresentasikan hasil dari bacaannya dengan gaya atau caranya
sendiri. Presentasi siswa tersebut bisa berupa sinopsis tentang buku
yang telah dibacanya, bisa juga berupa tanggapan siswa tentang isi
buku bacaannya, dan bisa juga berupa kritikannya terhadap isi buku
yang telah dibacanya. Teknis pelaksanaan kegiatan RH seperti ini
sifatnya tidak baku, karena dalam praktiknya para guru diberi
keleluasaan berimprovisasi untuk mengembangkan teknik-teknik
lainnya yang bisa diterapkan dalam kegiatan RH.51
Program RH di tingkat MTs dilaksanakan dengan cara yang
sama dengan cara yang diterapkan di MIP UIN Jakarta, yaitu setiap
siswa diwajibkan membaca buku yang disukainya yang dibawanya
sejak dari rumah, tetapi dalam hal ini guru tetap mengawasi dan
memeriksa jenis buku bacaan yang dibaca oleh masing-masing siswa
untuk menghindari buku-buku yang belum atau tidak layak untuk
dibaca oleh siswa. Kemudian diakhir waktu guru akan meminta salah
satu atau beberapa orang siswa untuk menceritakan, menanyakan,
mengkritik, dan atau menyimpulkan isi buku yang telah dibacanya
tersebut.52
Sedangkan teknis pelaksanaan kegiatan RH di tingkat MAP
UIN Jakarta masing-masing wali kelas harus membikin artikel yang
akan dibagikan dan dibaca oleh seluruh siswa. Isi artikel tersebut
diupayakan untuk memuat masalah-masalah aktual yang sedang
terjadi dalam kehidupan sekarang ini. Artikel itu setelah ditelaah oleh
setiap siswa, maka seluruh siswa diberikan kesempatan untuk
merespon, atau menanggapi, atau mengkritik, ataupun menanyakan
segala hal yang berkaitan dengan isi artikel tersebut, dengan
demikian kegiatan ini di tingkat MA diarahkan untuk menjadi forum
diskusi bagi siswa dalam membahas berbagai peristiwa aktual yang
sedang menjadi pembicaraan terutama di media massa pada saat itu.53
Berkenaan dengan program RH ini Jèmeljan Hakemulder
dalam penelitiannya membuktikan bahwa bacaan narasi ternyata
mempunyai efek terhadap etika dan moral para pembacanya.
Hakemulder mengungkapkan bahwa membaca narasi merupakan
suatu eksperimen pikiran, sehingga membuat pembaca akan mencoba
peran tertentu dan merenungkan konsekuensi dari peran tersebut.

51
Wawancara dengan Afif AL tanggal 30/01/2012.
52
Wawancara dengan Syukri AG tanggal 26/01/2012.
53
Wawancara dengan Yayat ZM tanggal 08/12/2011.

175
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Selain itu, membaca narasi sastra menurutnya dapat meningkatkan


refleksi etika terhadap masalah dalam kehidupan sehari-hari dan
dapat meningkatkan refleksi tentang masalah etika yang terkait
dengan perkembangan kontemporer dalam masyarakat.54
Jika dikaitkan dengan moral, Hakemulder menyimpulkan
bahwa suatu narasi dapat mempengaruhi keyakinan atau harapan
pembaca tentang kehidupan mereka. Presentasi yang disertai dengan
narasi menurutnya lebih meyakinkan daripada presentasi yang tanpa
disertai dengan sebuah narasi, Dia juga menyimpulkan bahwa narasi-
narasi yang sifatnya fiksi tidak mengurangi efek dari narasi tersebut
terhadap keyakinan dan norma-norma perilaku pembacanya. Selain
itu Hakemulder juga menyimpulkan bahwa narasi yang
menggunakan perangkat-perangkat retorika mampu menggerakkan
pembacanya untuk menerima norma perilaku yang dirasakan, atau
merasakan kesadaran yang diperbaharui. 55
Dengan adanya kejelasan bahwa suatu bacaan dapat
mempengaruhi perilaku etis dan moral (akhlak) para pembacanya
maka ada 7 kontribusi yang dapat diberikan program kegiatan RH ini
terhadap pendidikan akhlak.
Pertama, dapat membiasakan siswa untuk gemar membaca.
Kegiatan RH yang dilaksanakan sejak siswa masuk dalam lembaga
pendidikan MP UIN Jakarta yaitu dari kelas 1 MIP UIN Jakarta,
kemudian kegiatan tersebut terus-menerus diikutinya sampai siswa
tersebut mengakhiri studinya di jenjang terakhir dalam kelembagaan
pendidikan MP UIN Jakarta yaitu lulus dari MAP UIN Jakarta,
walaupun frekuensinya cuma sekali dalam seminggu, namun
kebiasaan tersebut berlangsung selama bertahun-tahun sehingga
kemungkinan besar akan berpengaruh dalam aspek kepribadiannya.
Secara psikologis sesuatu perbuatan yang sering dilakukan maka
perbuatan itu nantinya akan menjadi suatu kebiasaan dalam
prilakunya.
Kedua, dapat melatih siswa untuk bersikap kritis dan cerdas.
Karena setelah siswa membaca buku bacaan yang dibawanya maka
siswa tersebut harus siap untuk mempresentasikan baik itu berupa

54
Jèmeljan Hakemulder, The Moral Laboratory: Experiments Examining
the Effects of Reading Literature on Social Perception and Moral Self-concept
(Amsterdam: John Benjamins Publishing Company, 2000), 26.
55
Jèmeljan Hakemulder, The Moral Laboratory: Experiments Examining
the Effects of Reading Literature on Social Perception and Moral Self-concept, 26.

176
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

sinopsis, kritikan, ataupun berupa tanggapan terhadap isi buku yang


telah dibacanya. Untuk dapat mempresentasikan isi buku tersebut
maka siswa harus berpikir cerdas dan kritis terhadap apa yang
dibacanya. Siswa secara rutin melakukan hal ini sejak dia duduk di
kelas 1 MIP UIN Jakarta sampai dia duduk di kelas XII MAP UIN
Jakarta maka hal itu akan menjadi suatu hal yang sudah biasa
(kebiasaan) untuk dilakukannya, dengan kata lain sikap-sikap
tersebut menjadi bagian dari karakter kepribadiannya.
Ketiga, dapat melatih siswa untuk bersikap percaya diri. Sikap
percaya diri ini akan tumbuh dan terlatih dengan seringnya siswa
dalam mempresentasikan isi buku bacaan yang ditelaahnya.
Kemampuan untuk mempresentasikan isi buku yang dibaca siswa itu
memerlukan kepercayaan diri yang cukup karena harus
mengungkapkannya di hadapan orang banyak. Tetapi karena dilatih
untuk terbiasa melakukannya maka kepercayaan diri untuk
mengungkapkannya tidak lagi menjadi persoalan bagi siswa.
Keempat, dapat menumbuhkan keberanian. Kemampuan
untuk mempresentasikan isi buku bacaan di hadapan guru dan teman-
teman siswa lainnya membutuhkan keberanian yang cukup bagi
siswa yang belum pernah melakukannya. Perasaan takut salah dalam
mempresentasikannya sehingga kalau salah akan menjadi bahan
tertawaan teman-temannya, perasaan gugup karena demam
panggung, dan masalah-masalah lainnya perlahan-lahan akan
berganti dengan sikap keberanian untuk mengungkapkannya seiring
dengan semakin seringnya siswa mempresentasikan isi buku
bacaannya di hadapan guru dan teman-teman siswa lainnya.
Kelima, dapat menumbuhkan sikap kemandirian. Sikap
kemandirian ini juga bisa ditumbuhkan pada diri siswa melalui
kegiatan RH ini. Dengan mempresentasikan isi buku bacaannya
berdasarkan pendapat dan kesimpulan dari siswa sendiri bukan
berdasarkan pendapat dan kesimpulan dari guru atau teman siswa
lainnya, maka hal ini akan berimplikasi dengan tumbuhnya sikap
kemandirian dalam dirinya.
Keenam, dapat menumbuhkan sikap tanggung jawab. Sikap
tanggung jawab ini akan tumbuh pada diri siswa karena siswa harus
siap mempertanggungjawabkan tugasnya yang berupa kewajiban
untuk membaca, menelaah, dan mempresentasikan isi buku yang
dibacanya.

177
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Ketujuh, dapat menumbuhkan sikap cinta terhadap ilmu.


Sikap inilah yang menjadi tujuan utama dari kegiatan RH. Dengan
sering dan terbiasanya siswa untuk membaca terutama buku-buku
yang bermanfaat yang mengandung nilai-nilai pendidikan, nilai-nilai
keilmuan, dan nilai-nilai moral, maka isi bacaan tersebut akan
menjadi bagian dari seluruh pengetahuannya, yang kemudian
pengetahuan tersebut akan terintegrasi dan terorganisasi dengan
pengetahuan-pengetahuan lainnya yang sudah ada dalam dirinya.
Implikasi selanjutnya adalah hal itu akan mempengaruhi tindakan dan
prilakunya terutama tindakan dan prilakunya dalam mengatasi atau
menyelesaikan suatu masalah, pekerjaan, atau apapun yang
dihadapinya. Dengan merasakan secara langsung manfaat dari
pengetahuan yang didapatnya melalui kebiasaan membaca yang
dilakukannya sehingga pengetahuan yang didapatnya dari kebiasaan
membaca tersebut ternyata sangat membantunya dalam
menyelesaikan permasalahan atau pekerjaannya, maka kebiasaan
suka membacanya akan berubah menjadi sikap kecintaan akan ilmu
yang diperoleh melalui kebiasaan membaca yang dilakukannya.

B. Pendidikan Akhlak Mulia dalam Kegiatan Kokurikuler


David Alan Dolph seorang peneliti pendidikan dari
universitas Dayton Amerika Serikat menyebutkan bahwa kegiatan
kokurikuler secara umum didefinisikan sebagai kegiatan yang terkait
erat serta dapat diidentifikasikan dengan program akademik dan
dengan program bidang studi. David juga mengungkapkan bahwa
kegiatan kokurikuler ini berfungsi untuk melengkapi bidang
kurikulum akademik yang terkait.56
Waktu pelaksanaan kegiatan kokurikuler pada umumnya
dilakukan pada waktu-waktu di luar jam pembelajaran yang telah
ditetapkan di dalam struktur program. Tujuan kegiatan kokurikuler
ini adalah untuk membuat siswa dapat lebih mendalami dan
memahami apa yang telah dipelajari dalam kegiatan intrakurikuler.
Bentuk kegiatan ini bisa berupa penugasan-penugasan atau pekerjaan
rumah (PR) sebagai penunjang tercapainya tujuan dari kegiatan
intrakurikuler.

56
Lihat dalam David Alan Dolph, “Co-Curricular Activities”, dalam
Thomas C. Hunt dkk (ed), Encyclopedia of Educational Reform and Dissent,
Volume 1 (California: SAGE Publications Inc, 2010), 172.

178
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Ada 4 hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan


kegiatan kokurikuler, yaitu harus jelas hubungan antara pokok
bahasan atau subpokok bahasan yang diajarkan dengan tugas yang
diberikan; tugas yang diberikan tidak menjadi beban yang berlebihan
bagi siswa, baik untuk beban fisik maupun psikis, karena di luar
jangkauan dan kemampuan siswa itu; pengadministrasian tugas yang
diberikan kepada siswa harus tertib, termasuk penilaian dan
pemantauannya; serta penilaian terhadap hasil tugas siswa
perorangan diperhitungkan sebagai bahan dalam penghitungan nilai
rapor semester.
Berkenaan dengan kegiatan kokurikuler ini David Alan Dolph
mencatat secara khusus bahwa kegiatan kokurikuler manfaatnya tidak
hanya meliputi peningkatan dalam pertumbuhan dan pengembangan
aspek kognitif dan psikomotor siswa saja, tetapi juga bermanfaat
untuk meningkatkan pertumbuhan dan pengembangan aspek
afektifnya, baik itu dalam peningkatan konsep diri siswa, peningkatan
sikap positif siswa, dan peningkatan prestasi akademik siswa secara
keseluruhan.57 Untuk itu MP UIN Jakarta memanfaatkannya untuk
dapat menunjang tercapainya tujuan kelembagaan pendidikannya
menjadi lembaga pendidikan yang terdepan dalam akhlakul
karimahnya. Sebagai konsekuensinya maka semua lembaga
pendidikan yang berada di bawah naungannya baik itu MIP, MTsP,
maupun MAP UIN Jakarta semuanya diarahkan untuk dapat
memaksimalkan kegiatan kokurikulernya untuk mencapai suatu
pembentukan karakter sikap yang mencerminkan keislaman dan
keindonesiaan.
Secara umum ada 4 bentuk kegiatan kokurikuler yang
dilaksanakan di MIP, MTsP, dan MAP UIN Jakarta, yaitu dalam
bentuk penugasan, dalam bentuk Pekerjaan Rumah (PR), dalam
bentuk pembelajaran tambahan (les), dan dalam bentuk Bina Baca al-
Quran (BBQ).

1. Bentuk Penugasan
Penugasan di sini maksudnya penugasan yang berkaitan
dengan program akademik atau program bidang studi. Dalam
pelaksanaannya siswa harus menyelesaikan tugas-tugas tersebut baik

57
Lihat dalam David Alan Dolph, “Co-Curricular Activities”, dalam
Thomas C. Hunt dkk (ed), Encyclopedia of Educational Reform and Dissent,
Volume 1, 173-174.

179
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

yang bersifat tugas individual maupun yang bersifat kelompok sesuai


dengan ketentuan atau petunjuk gurunya dalam waktu yang telah
ditentukan. 58
Mengenai penugasan ini Bogoiavlenski dan Menchinskaia
mengungkapkan bahwa pembentukan minat dan sikap bertanggung
jawab melalui tugas sekolah dapat membantu untuk mengubah
pengetahuan yang dikuasai menjadi keyakinan yang memberikan
59
dasar bagi pembentukan kepribadian secara umum.
Dengan adanya ketentuan atau aturan tersebut maka dalam
kegiatan penugasan ini ada beberapa sikap yang diintegrasikan untuk
dibiasakan kepada siswa sehingga sikap itu nantinya akan menjadi
salah satu karakter dari kepribadiannya. Sikap-sikap itu antara lain
adalah sikap disiplin, karena harus menyelesaikan tugas-tugas
tersebut sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan; sikap
tanggung jawab, karena harus mempertanggungjawabkan tugas-tugas
yang dibebankan kepadanya; sikap dalam bekerja sama, karena
tugas-tugas yang sifatnya adalah tugas kelompok hanya bisa
diselesaikan apabila terjalin kerja sama yang baik antar sesama
anggotanya; sikap patuh dan taat, karena dalam mengerjakan tugas-
tugas tersebut siswa harus mengikuti aturan dan petunjuk yang telah
digariskan oleh gurunya; dan sikap mandiri serta percaya diri, karena
dalam tugas-tugas yang sifatnya adalah tugas individual siswa harus
percaya akan kemampuan dirinya bahwa dia mampu menyelesaikan
tugas tersebut tanpa bantuan orang lain.

2. Bentuk Pekerjaan Rumah (PR)


Dalam kegiatan ini siswa diharuskan untuk mengerjakan dan
menyelesaikan PR-nya di rumah dan tidak dibenarkan
mengerjakannya di sekolah, juga dalam mengerjakan dan
menyelesaikannya harus sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan
oleh gurunya. 60
Menurut Graham Tyrer, dalam memberikan PR kepada siswa
bisa digunakan 3 keterampilan dasar penyelidikan yaitu fokus,
kemampuan mengelola, dan objektivitas, jika dalam PR pelajaran

58
Lihat dalam Tim Penyusun, “Buku Penghubung”, 13.
59
Lihat dalam D. N. Bogoiavlenski dan N. A. Menchinskaia, “Psychology
of Learning”, dalam Brian Simon, Educational Psychology in the U.S.S.R (tanpa
kota: Routledge, 1963), 145.
60
Lihat dalam Tim Penyusun, “Buku Penghubung”, 13.

180
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

tersebut memuat tentang penyelidikan, maka PR pelajaran tersebut


akan dapat meningkatkan sikap kepemimpinan belajar para siswa.61
Pada pendapat yang lain Sara Salmon mengungkapkan bahwa
kegiatan PR siswa bisa saja didesain menjadi suatu kegiatan yang
dapat membantu siswa untuk berpikir, berbicara, dan
mempraktikkannya sehingga menjadi sifat yang merupakan bagian
dari dasar etika siswa. Perubahan ini menurut Salmon sangat berhasil
dan mulai menjadi sesuatu yang sangat dinikmati oleh siswa.62
Menurut penulis, sikap-sikap yang akan dibiasakan kepada
siswa melalui kegiatan dalam bentuk PR di MP UIN Jakarta ini pada
dasarnya sama dengan sikap-sikap yang akan dibiasakan melalui
kegiatan penugasan yaitu sikap disiplin, tanggung jawab, kerja sama,
patuh dan taat, serta percaya diri dan mandiri. Namun ada 1 sikap lagi
yang ingin dibiasakan kepada siswa melalui kegiatan PR ini, yaitu
sikap konsekuen. Sikap konsekuen ini dibiasakan kepada siswa
melalui ketentuan bahwa siswa tidak diperkenankan untuk
mengerjakan atau menyelesaikan PR-nya di sekolah. Sesuai dengan
nama kegiatannya yaitu Pekerjaan Rumah (PR) maka siswa harus
konsekuen terhadap nama itu, sehingga karena itu siswa harus
mengerjakannya di rumah bukan di sekolah.

3. Bentuk Pembelajaran Tambahan (Les)


Les ini diadakan untuk siswa-siswa tertentu saja karena
beberapa alasan, yaitu karena siswa tersebut lemah atau kurang
menguasai suatu bidang studi, karena siswa tersebut ingin menambah
penguasaannya terhadap suatu bidang studi, dan karena siswa-siswa
tersebut (kelas akhir) dipersiapkan untuk menghadapi ujian kelulusan
dan ujian nasional. Kegiatan les ini waktunya diatur tersendiri setelah
pulang sekolah, dan ada ketentuan bahwa siswa diwajibkan untuk
melaporkan pada wali kelasnya atau pada guru lesnya jika karena
satu dan lain hal dia tidak dapat mengikuti les tersebut.63

61
Graham Tyrer, Learning to Lead: Using Leadership Skills to Motivate
Students (New York: Continuum International Publishing Group, 2010), 171.
62
Sara Salmon, “The Peace Curriculum: Expanded Aggression
Replacement Training”, dalam Arnold P. Goldstein dkk (Ed.), New Perspectives on
Aggression Replacement Training: Practice, Research and Application (West
Sussex: John Wiley and Sons, 2004), 184.
63
Lihat dalam Tim Penyusun, “Buku Penghubung”, 13.

181
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Mengenai pembelajaran tambahan ini menurut Susan A.


Illingworth juga diperlukan untuk pembentukan karakter akhlak dan
peningkatan kebajikan profesional yang menjadi bagian dari tujuan
baru etika profesional. 64 Dengan demikian dalam kegiatan les ini ada
2 sikap yang menjadi titik tekan untuk dibiasakan pada diri siswa,
yaitu sikap untuk selalu berkompetisi dan sikap suka menuntut ilmu.
Sikap untuk selalu berkompetisi akan muncul, tumbuh, dan
berkembang terutama dalam diri siswa yang lemah atau kurang
menguasai pada suatu bidang studi tertentu. Namun dengan adanya
les ini siswa tersebut terpacu untuk mensejajarkan kemampuan
dirinya dengan tingkat kemampuan siswa-siswa lainnya yang sudah
menguasai bidang studi tersebut. Sedangkan sikap suka menuntut
ilmu akan muncul, tumbuh, dan berkembang terutama pada diri siswa
yang mengikuti les karena bermaksud ingin menambah pengetahuan
dan penguasaannya terhadap suatu bidang studi. Ini menggambarkan
bahwa siswa tersebut sudah tumbuh suatu sikap kegemaran menuntut
ilmu atau dengan kata lain adalah sikap haus akan ilmu.65

4. Bina Baca al-Quran (BBQ)


Kegiatan BBQ ini diadakan karena MP UIN Jakarta
mewajibkan kepada seluruh siswanya untuk mempunyai kemampuan
membaca Alquran dengan baik dan benar. Sebagai implikasinya
maka siswa yang belum bisa membaca Alquran dengan baik dan
benar tersebut diwajibkan untuk ikut dalam kegiatan BBQ ini.
Kegiatan BBQ ini dilaksanakan setelah KBM di bawah koordinasi
kelompok guru mata pelajaran agama. 66
Pada dasarnya kegiatan BBQ ini tidak berkaitan langsung
dengan pendidikan akhlak siswa, karena kegiatan ini fokusnya pada
peningkatan kompetensi siswa dalam membaca Alquran. Namun
seiring meningkatnya kemampuan siswa dalam membaca Alquran,
maka semakin baik pula rasa percaya dirinya dan semakin berkurang
pula perasaan rendah dirinya di hadapan teman-teman yang lain

64
Susan A. Illingworth, “Applied and Professional Ethics”, dalam John
Strain dan Simon Robinson (Ed.), The Teaching and Practice of Professional
Ethics (Leicester: Troubador Publishing Ltd, 2005), 136.
65
Lihat dalam Tim Penyusun, “Buku Penghubung”, 13.
66
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan UIN
Jakarta, 24.

182
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

karena ketidakmampuannya dalam membaca Alquran.67 Berarti


kegiatan BBQ ini bisa dikatakan dapat memberikan kontribusi secara
tidak langsung kepada penguatan sikap percaya diri siswa.

C. Pendidikan Akhlak Mulia dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler


Anne Colby (dkk) mengungkapkan bahwa kegiatan ekstra
kurikuler dapat memberikan kontribusi yang signifikan pada
pengembangan pribadi siswa dan pada akuisisi nilai-nilai penting,
termasuk pembangunan yang berhubungan dengan pembelajaran
moral dan sipil. Karena menurutnya kegiatan ekstra kurikuler dan
kehidupan siswa sangat sering melibatkan tindakan serta refleksi, dan
siswa yang terlibat di dalamnya dapat belajar banyak hal yang
mungkin tidak mereka dapatkan dari pembelajaran di kelas.68
Untuk itulah MP UIN Jakarta banyak mengadakan kegiatan
ekstra kurikuler dalam proses pendidikan para siswanya. Kegiatan
ekstra kurikuler di MP UIN Jakarta meliputi 4 jenis kegiatan, yaitu
kegiatan pengembangan diri yang mencakup kegiatan pengembangan
di bidang akademik, di bidang kesenian, dan di bidang olahraga;
kegiatan lomba yang diadakan baik oleh MP UIN Jakarta sendiri
maupun yang diadakan oleh pihak luar MP UIN Jakarta; kegiatan
hari besar yang mencakup kegiatan hari besar keagamaan, kegiatan
hari besar nasional, dan kegiatan hari besar lainnya; dan 2 kegiatan
ekstra kurikuler lainnya yaitu kegiatan bakti sosial dan kegiatan field
trip.

67
Robert S. Weinberg dan Daniel Gould dalam hasil analisisnya terhadap
berbagai kajian menyimpulkan bahwa persepsi kemampuan seseorang untuk
melakukan tugas dengan sukses memiliki dampak konsisten pada kinerja
aktualnya. Prestasi kinerja menurut mereka adalah sumber terkuat dari self-efficacy
(efektifitas diri), maka bisa dipastikan bahwa peningkatan efektivitas diri dapat
meningkatkan perasaan terhadap peningkatan efektivitas diri yang selanjutnya
memiliki efek positif pada kinerja berikutnya. Oleh karena itu, ada hubungan
timbal balik antara self efficacy dan kinerja. Hubungan ini ditemukan baik dalam
penelitian anekdotal dan studi empiris. Lihat dalam Robert S. Weinberg dan Daniel
Gould, Foundations of Sport and Exercise Psychology (Champaign: Human
Kinetics, 2011), 333.
68
Anne Colby dkk (Ed.), Educating Citizens: Preparing America's
Undergraduates for Lives of Moral and Civic Responsibility (San Fransisco: The
Carnegie Foundation for the Advancement of Teaching, 2003), 224-225.

183
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

1. Pendidikan Akhlak dalam Kegiatan Pengembangan Diri


Di MP UIN Jakarta dalam rangka untuk menunjang
tercapainya visi, misi, dan tujuan kelembagaan pendidikannya yang
ingin menjadi sebuah lembaga pendidikan yang terdepan dalam
akhlakul karimahnya maka lembaga pendidikan ini juga
mengintegrasikan nilai-nilai akhlak ke dalam berbagai kegiatan
pengembangan diri yang meliputi kegiatan pengembangan diri di
bidang akademik, kegiatan pengembangan diri di bidang seni, dan
kegiatan pengembangan diri di bidang olahraga.
Pada jenjang MIP UIN Jakarta kegiatan pengembangan diri
siswa dilakukan dalam rangka untuk memberikan kesempatan kepada
para siswa dalam mengekspresikan dan mengembangkan potensi-
potensi bakat dan minat mereka agar mereka selanjutnya dapat
berkreasi, bersikap positif, dan berprestasi dengan tetap mengacu
kepada nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan.
Sedangkan kegiatan pengembangan diri yang diadakan di
MTsP UIN Jakarta bertujuan untuk mengembangkan bakat, minat,
dan potensi siswa sesuai dengan tingkat perkembangan mereka agar
mereka dapat berkreatifitas, bersikap positif, dan berprestasi.
Adapun kegiatan pengembangan diri di MAP UIN Jakarta
diadakan dalam rangka untuk mengembangkan karakter siswa agar
mereka dapat mengatasi persoalan dirinya, persoalan masyarakat di
lingkungan sekitar mereka, dan persoalan-persoalan yang dihadapi
oleh bangsanya. Sebagian besar kegiatan pengembangan diri di MAP
UIN Jakarta dilaksanakan di luar kelas secara reguler (terjadwal) di
bawah pengasuhan guru Pembina.
Jika ditinjau berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Marisa
Crawford dan Graham Rossiter bahwa kegiatan pengembangan diri
ruang lingkupnya meliputi 3 konstruksi, yaitu konstruksi makna
(karakteristik manusia), konstruksi identitas, dan konstruksi
spiritualitas. Maka 3 jenis kegiatan pengembangan diri siswa yang
diadakan di MP UIN Jakarta tersebut pada prinsipnya merupakan
implementasi dari ketiga konstruksi yang disebutkan itu. Karena pada
dasarnya salah satu tujuan pokok dari diadakannya kegiatan
pengembangan diri di bidang akademik, di bidang seni, dan di bidang
olahraga di MP UIN Jakarta adalah dalam rangka untuk memberikan
bekal kepada para siswa untuk menemukan makna kehidupannya, jati
dirinya, dan untuk dapat mengekspresikan kejiwaannya. Hal ini
sesuai dengan apa yang disimpulkan oleh Marisa Crawford dan

184
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Graham Rossiter bahwa untuk mempromosikan pengembangan moral


dan etika yang merupakan harapan mendasar dari pendidikan dan
menjadi bagian dari ketiga konstruksi itu, jelas tidak bisa dibatasi
hanya pada satu bidang kurikulum saja. Menurut mereka strategi
yang lain perlu dimanfaatkan untuk mendidik siswa dalam berbagai
permasalahan di bidang moral pada seluruh bidang kurikulum. 69
Dalam kegiatan pengembangan diri di MP UIN Jakarta ini
berlaku ketentuan bahwa setiap siswa wajib memilih dan mengikuti
minimal 1 jenis kegiatan dan maksimal 2 jenis kegiatan
pengembangan diri yang diadakan oleh jenjang lembaga pendidikan
yang diikutinya. 70
Kegiatan pengembangan diri di MP UIN Jakarta baik itu di
bidang akademik, di bidang kesenian, maupun di bidang olahraga
semuanya dilaksanakan hanya 1x dalam seminggu yang tempat
pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan.

a. Kegiatan Pengembangan Diri di Bidang Akademik


Di tingkat MIP UIN Jakarta kegiatan pengembangan diri di
bidang akademik siswa ini semuanya dilaksanakan dihari Jum’at
setelah pelaksanaan kegiatan salat Jum’at di mesjid MP UIN Jakarta.
Adapun tempat pelaksanaan masing-masing kegiatan tersebut adalah
di kelas-kelas yang ditetapkan sebagai tempat pelaksanaannya,
kecuali kegiatan Pramuka yang pelaksanaannya dilakukan di luar
kelas.
Pada tingkat MAP UIN Jakarta kegiatan pengembangan diri
di bidang akademik ini dilaksanakan hanya 1x dalam seminggu, dan
tempat pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan.
Secara keseluruhan kegiatan pengembangan diri siswa di
bidang akademik di MP UIN Jakarta meliputi kegiatan Peer
Mediation (mediasi teman sebaya), kegiatan English Club, kegiatan
Pramuka, kegiatan di bidang kesehatan, kegiatan di bidang MIPA,
kegiatan di bidang jurnalistik, kegiatan Student Company (SC),
69
Marisa Crawford dan Graham Rossiter, Reasons for Living: Education
and Young People's Search for Meaning, Identity and Spirituality: A Handbook
(Victoria: ACER Press, 2006), 21-320.
70
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun
Pelajaran 2011/ 2012”, 33; Tim Penyusun, “Buku Penghubung”, 13; Tim
Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan UIN Jakarta Tahun pelajaran 2011/
2012”, 24-25; dan dalam Penyusun, “Kurikulum MI Pembangunan UIN Jakarta
Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 51.

185
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

kegiatan Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra), dan kegiatan


kunjungan ke perpustakaan.

1) Peer Mediation (mediasi teman sebaya)


Peer mediation merupakan salah satu dari tiga strategi
resolusi konflik, yaitu mediasi, negosiasi, dan kelompok pemecahan
masalah. Peer Mediation adalah proses komunikasi dimana siswa-
siswa yang dalam masalah bekerja sama, dibantu oleh siswa lain
yang merupakan teman sebayanya sebagai pihak ketiga yang netral,
untuk memecahkan masalah mereka.71
Kegiatan peer mediation ini hanya dilaksanakan di MIP UIN
Jakarta, yang bentuk kegiatannya antara lain berupa diskusi-diskusi
antar sesama siswa yang dibimbing oleh guru Bimbingan Konseling
(BK) mengenai cara-cara pemecahan masalah (problem solving) dan
kegiatan ini juga sekaligus melatih siswa untuk menjadi seorang
mediator atau konsultan bagi teman-teman sesamanya yang sedang
menghadapi suatu masalah.
Adapun kontribusi kegiatan Peer Mediation ini terhadap
perkembangan akhlak siswa jika merujuk kepada manfaatnya, yaitu
dapat menyelesaikan konflik siswa, mengajarkan siswa keterampilan
hidup yang penting, membangun keterampilan resolusi konflik siswa
melalui praktik kehidupan nyata, memotivasi siswa untuk
menyelesaikan konflik mereka secara kolaboratif, memperdalam
dampak pendidikan sekolah, memberdayakan siswa, meningkatkan
harga diri, memberikan siswa pemahaman yang lebih besar,
mengharapkan yang terbaik dari siswa, melibatkan semua siswa,
bahkan mereka dianggap "beresiko", menciptakan lebih banyak
waktu untuk belajar, sebagai pencegahan, meningkatkan iklim
sekolah, cocok untuk kebutuhan psikososial siswa dan kebutuhan
profesional pendidik, menawarkan metode keseimbangan jender
dalam resolusi konflik di sekolah, dapat lebih efektif dibandingkan
penangguhan atau penahanan dalam mempromosikan perilaku yang
bertanggung jawab, dan dapat membantu mengurangi kekerasan,
vandalisme, dan ketidakhadiran di sekolah.72 Maka ada 8

71
Lihat dalam Fred Schrumpf dkk, Peer Mediation: Conflict Resolution in
Schools: Program Guide (Spring Valley: Magic Circle Publishing, 1997), 2.
72
Lihat dalam Richard Cohen, Students Resolving Conflict: Peer
Mediation in Schools (Tucson: Good Year Books, 2005), 47-50; Fred Schrumpf
dkk, Peer Mediation: Conflict Resolution in Schools: Program Guide, 4-5; Kay

186
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

kontribusinya terhadap pendidikan akhlak siswa, yaitu dapat


membantu mengurangi perilaku kekerasan siswa, dapat mengurangi
sikap vandalisme siswa, dapat menambah sikap keaktifan siswa
untuk hadir di sekolah, dapat mengembangkan sikap kemandirian
siswa untuk memecahkan masalahnya sendiri, dapat mengembangkan
sikap toleransi terhadap pemahaman yang berbeda, dapat
mempromosikan sikap saling pengertian dari berbagai individu dan
kelompok di seluruh komunitas sekolah, dapat menumbuhkan sikap
bijaksana, dan dapat mempromosikan perilaku yang bertanggung
jawab pada diri siswa.

2) English Club
Kegiatan English Club ini diadakan di MIP UIN Jakarta dan
di MTsP UIN Jakarta dalam rangka untuk melatih kompetensi
berbahasa Inggris siswa. Di MIP UIN Jakarta bentuk kegiatannya
antara lain adalah berupa membaca buku-buku yang berbahasa
Inggris, dan bercakap-cakap dengan bahasa Inggris antar sesama
anggota kelompoknya. Sedangkan di tingkat MTsP UIN Jakarta
kegiatan ini bersifat melanjutkan hasil-hasil yang telah dicapai dalam
kegiatan yang sama pada tingkat MIP UIN Jakarta, namun bentuk
kegiatan pelatihannya sudah ada penambahan dengan dilakukannya
pelatihan berbahasa Inggris melalui seni bermain drama.73
Kegiatan English Club jika dikaitkan dengan pembinaan sikap
(akhlak), menurut David I. Smith kontribusinya sangatlah signifikan.
Menurutnya dalam praktek yang khusus dengan menggunakan
pendekatan tertentu untuk pengajaran bahasa yang dilakukan secara
komunikatif, cenderung mengarah kepada pandangan komunikasi
dalam hal transfer informasinya, dan kurang memperhatikan kepada
sifat informasi yang ditransfer atau dimensi moral dari komunikasi.
Ketika hal ini dikombinasikan dengan usia siswa dan ditekankan
pada pertukaran informasi pribadi, maka hal itu akan mengarah pada
persepsi dan perilaku tertentu pada bagian dari guru dan siswa.

Kyungsun (Ed.), Widening the Circle of Our Concern: Public Perceptions of the
School District of Philadelphia’s Response to Intergroup Conflicts (Tucson: Diane
Publishing Co, 2011), 19; dan dalam Stacey Scheckner dkk, “School Violence in
Children and Adolescents: A Meta-Analysis of the Effectiveness of Current
Interventions”, dalam Edwin R. Gerler Jr (Ed.), Handbook of School Violence
(Binghamton: The Haworth Reference Press, 2004), 83-86.
73
Wawancara dengan Firman Hamdani Waka Bidang Kesiswaan Kelas 3-4
MIP UIN JAKARTA tanggal 07/02/2012.

187
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Sesuatu yang ditafsirkan sebagai latihan belaka dalam transfer


informasi, secara signifikan bisa diartikan sebagai komunikasi
moral. 74
Jika merujuk kepada teori yang diungkap oleh John D.
Trubon bahwa setiap bahasa mempunyai dan mengandung jejak
budaya dari bangsa asal bahasa. Maka berarti semakin siswa
menguasai suatu bahasa, maka semakin mengerti pula dia dengan
budaya dari bangsa asal bahasa itu. Hal demikian menurut Trubon
akan menimbulkan kesadaran pada diri siswa tentang adanya suatu
perbedaan. 75 Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa kegiatan
English Club ini juga dapat menumbuhkan sikap toleransi pada diri
siswa terhadap segala perbedaan yang dijumpainya.
Selain itu adanya English Club ini akan semakin
meningkatkan kompetensi siswa dalam berbahasa Inggris, dengan
semakin meningkatnya kompetensi berbahasa Inggrisnya maka hal
ini akan membuatnya semakin percaya diri terhadap kompetensinya
atau dengan kata lain ini berkaitan dengan semakin tumbuhnya sikap
optimis siswa terhadap penguasaan bahasa Inggrisnya yang juga
mungkin dapat memotivasi dirinya untuk dapat menguasai
kompetensi-kompetensi lainnya khususnya dalam bidang bahasa
ataupun dalam bidang-bidang yang bukan bahasa pada umumnya.
Jadi secara singkatnya menurut penulis kegiatan English Club ini
kontribusinya terhadap pendidikan akhlak adalah dapat
menumbuhkan sikap percaya diri dan sikap selalu optimis pada diri
siswa.

3) Kegiatan Pramuka
Kegiatan pramuka ini hanya dilaksanakan di tingkat MIP UIN
Jakarta saja. 76 Seperti telah diketahui bahwa kegiatan pramuka ini
bertujuan untuk melatih dan menumbuhkan sikap kemandirian pada
diri siswa. Sikap kemandirian merupakan suatu sikap yang positif
bagi manusia, jika sikap kemandirian ini merupakan sikap yang
74
Lihat dalam David I. Smith, “Moral Agency, Spirituality, and the
Language Classroom”, dalam David I. Smith dan Terry A. Osborn (Ed.),
Spirituality, Social Justice, and Language Learning (Charlotte: IAP Inc, 2007), 39-
40.
75
John D. Trubon, Blending Cultures: A Guide for Esl Teachers and
Students (Bloomington: iUniverse, 2011), 9.
76
Lihat dalam Penyusun, “Kurikulum MI Pembangunan UIN Jakarta
Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 52.

188
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

positif maka berarti sikap mandiri ini adalah juga bagian dari prilaku
akhlak yang mulia. Dengan demikian kegiatan pramuka ini juga
sangat menunjang dalam pembinaan akhlak pada diri siswa.
Louis Harris dan asosiasinya dalam penelitiannya terhadap
gadis dan pria Pramuka Amerika Serikat menunjukkan bahwa nilai
hasil evaluasi kelompok gadis Pramuka lebih baik daripada kelompok
yang lain, mereka juga lebih aktif terlibat dalam kegiatan
ekstrakurikuler, dan mereka kurang mungkin untuk dikatakan bahwa
mereka akan memanipulasi penilaian ujian, terlibat dalam aktivitas
seksual, dan minum alkohol. Mayoritas gadis Pramuka juga
mengatakan bahwa mereka telah memiliki dampak positif pada
kemampuan mereka untuk bekerja dengan orang lain pada saat itu,
telah positif menumbuhkan rasa percaya diri mereka pada saat itu,
telah terpengaruh nilai-nilai moral mereka selama hari pembentukan
mereka, dan mereka dipengaruhi oleh nilai-nilai moral mereka saat
ini. Sedangkan pada pria Pramuka dapat mempertahankan standar
tinggi etika mereka, dapat mencapai tingkat pendidikan yang lebih
tinggi, dan menunjukkan perilaku antisosial yang kurang daripada
mereka yang tidak memiliki latar belakang Pramuka. Selain itu
penelitian Harris juga menunjukkan bahwa mayoritas para orang tua
percaya anak-anak mereka mempelajari nilai-nilai moral dan etika
dalam program, dan mayoritas pria Pramuka mengatakan bahwa
Pramuka mengajarkan mereka keterampilan yang tidak akan mereka
temui di tempat lain. 77
Berdasarkan hasil penelitian Harris tersebut berarti kontribusi
dari kegiatan Pramuka ini sangat signifikan terhadap pendidikan
akhlak. Karena hasil penelitian itu mengisyaratkan bahwa kegiatan
Pramuka dapat meningkatkan sikap rajin belajar, sikap aktif,
menumbuhkan sikap jujur, dapat memelihara diri dari perilaku yang
merusak diri sendiri, dapat mengembangkan sikap kooperatif, dapat
menumbuhkan rasa percaya diri (optimis), dapat mempertahankan
sikap etika yang seharusnya, dapat mengurangi sikap anti sosial, dan
dapat menumbuhkembangkan sikap kecintaan kepada ilmu.

77
Lihat dalam Martha Taylor Greenway, “The Emerging Status of
Outcome Measurement in the Nonprofit Human Service Sector”, dalam Patrice
Flynn dan Virginia A. Hodgkinson (Ed.), Measuring the Impact of the Nonprofit
Sector (New York: Kluwer Academic/Plenum Publishers, 2001), 220-221.

189
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

4) Kegiatan di Bidang Kesehatan


Di tingkat MIP UIN Jakarta diadakan kegiatan yang disebut
dengan kegiatan Dokter Kecil, yang pada dasarnya kegiatan ini
bertujuan untuk melatih siswa untuk melakukan tindakan-tindakan
kesehatan yang sifatnya sangat sederhana, seperti tata cara
membersihkan luka dan merawatnya, tindakan menolong teman yang
pingsan, dan sebagainya. 78
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan Dokter Kecil di MIP UIN
Jakarta, maka di tingkat MTsP UIN Jakarta dan di tingkat MAP UIN
Jakarta diadakan kegiatan Palang Merah Remaja (PMR). Kalau
dalam kegiatan Dokter Kecil bentuk kegiatannya sangat sederhana
sesuai dengan tingkat perkembangan usia siswa, maka di tingkat
MTsP ini kegiatannya sudah berupa latihan-latihan keterampilan dan
kecekatan siswa dalam memberikan pertolongan medis pertama
kepada teman siswanya atau orang lain yang mengalami kecelakaan
atau yang memerlukan pertolongan. Dengan demikian hubungan dan
kontribusi kegiatan PMR ini terhadap pembinaan sikap (akhlak) pada
prinsipnya sama saja dengan kontribusi yang dapat diberikan oleh
kegiatan Dokter Kecil di tingkat MIP UIN Jakarta, hanya dalam
kegiatan PMR ini siswa dituntut untuk lebih bersikap profesional. Di
MTsP UIN Jakarta selain diadakan kegiatan PMR juga diadakan
kegiatan Kader Kesehatan Remaja (KKR). Bentuk kegiatan KKR ini
adalah berupa latihan-latihan, diskusi, dan praktik cara hidup sehat
seperti bagaimana menjaga kebersihan lingkungan sekolah,
bagaimana memilih jajanan yang sehat, dan bagaimana memelihara
sanitasi di lingkungan sekolah.79
Berkenaan dengan pendidikan akhlak pada dasarnya pelatihan
medis menurut Clare Delany dan Elizabeth Molloy adalah suatu
proses enkulturasi moral, di mana proses informal seperti
pengamatan terhadap latihan perilaku dokter berpengaruh besar
terhadap pandangan etis siswa.80 Penelitian William J. Hunter pada

78
Lihat dalam Penyusun, “Kurikulum MI Pembangunan UIN Jakarta
Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 52; dan wawancara dengan Firman Hamdani Waka
Bagian Kesiswaan Kelas 3-4 MIP UIN JAKARTA tanggal 07/02/2012.
79
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan UIN
Jakarta Tahun pelajaran 2011/ 2012”, 25; dan Tim Penyusun, “Buku Penghubung”,
13; serta wawancara dengan Syukri AG Waka Bagian Kurikulum MTsP UIN
JAKARTA tanggal 12/03/2012.
80
Clare Delany dan Elizabeth Molloy (Ed.), Clinical Education in the
Health Professions (Chatswood: Elsevier Australia, 2009), 182.

190
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

tahun 2007 juga menunjukkan bahwa pendidikan keperawatan


memiliki efek pada penilaian moral siswa. Siswa pendidikan
keperawatan yang diajarkan etika pada pengembangan penilaian
moral mencetak penilaian moral lebih tinggi daripada yang tidak. 81
Oleh karena itu kegiatan Dokter Kecil dan kegiatan PMR ini
kontribusinya terhadap pendidikan akhlak sangatlah signifikan.
Karena kegiatan ini dapat menumbuhkan sikap kasih sayang dan suka
menolong/membantu orang lain. Tumbuhnya sikap kasih sayang
dalam diri siswa kepada sesamanya yang mendapat musibah
(penyakit atau kecelakaan), karena semua tindakan yang dilakukan
oleh siswa terhadap pasiennya walaupun dalam ukuran yang sangat
sederhana sesuai tingkat perkembangan mereka tetap saja harus
dilakukan dengan cara yang penuh kasih dan sayang agar si pasien
tidak terlalu merasakan apa yang dideritanya. Sedangkan sikap suka
menolong juga dapat tumbuh dari kegiatan kesehatan ini karena pada
dasarnya salah satu tujuan diadakannya kegiatan ini adalah untuk
menjadikan siswa yang siap menolong teman-teman siswanya yang
mengalami kecelakaan atau menderita sesuatu yang perlu adanya
tindakan medis.
Sedangkan kontribusi dari kegiatan KKR terhadap
perkembangan akhlak siswa menurut hemat penulis dengan adanya
kegiatan tersebut minimal dapat menumbuhkembangkan sikap hidup
yang sehat dalam perilaku mereka sehari-hari, baik saat mereka di
sekolah maupun saat mereka di luar sekolah.

5) Kegiatan di Bidang MIPA


Di tingkat MIP UIN Jakarta diadakan kegiatan MIPA Ceria.
Bentuk kegiatan MIPA Ceria ini pada dasarnya adalah kegiatan
mempraktikkan teori-teori yang dipelajari dalam mata pelajaran
MIPA, yang dilakukan dengan cara yang menarik bagi dunia anak-
anak. Misalnya melakukan penelitian tentang gerak suatu benda
(Fisika), tapi dilakukan dalam suatu permainan atau sambil

81
William J. Hunter, Cultural Competency in Health Care Providers'
Ethical Decision-making and Moral Reasoning: Implications for Reducing Racial
and Ethnic Health Disparities for Diverse Populations (Ann Arbor: ProQuest,
2008), 49.

191
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

bermain. 82 Dari kegiatan ini dapat diperoleh suatu ilmu, dan ilmu itu
menurut Lakshmi dan Rao selanjutnya akan menuntut keinginan
untuk mengetahui, untuk mengembangkan perilaku demokratis,
untuk membantu mengembangkan sikap ilmiah, sikap kritis dalam
berpikir, dan berbagai sikap positif lainnya. 83 Tuntutan keinginan
untuk mengetahui terhadap segala sesuatu yang ada di sekitarnya
merupakan salah satu indikator dari sikap cinta akan ilmu
pengetahuan, sedangkan sikap mencintai ilmu pengetahuan
(menuntut ilmu) adalah suatu sikap yang sangat positif.
Di tingkat MTsP UIN Jakarta ada 2 kegiatan yang berkaitan
dengan MIPA, yaitu kegiatan Science Club (SC) dan kegiatan
Kelompok Ilmiah Remaja (KIR). Kegiatan SC diadakan dalam
rangka untuk mempersiapkan siswa-siswa yang akan mengikuti
lomba-lomba yang berkaitan dengan bidang MIPA yang diadakan di
luar MP UIN Jakarta. Dalam kegiatan ini siswa-siswa tersebut dilatih
untuk menjawab soal-soal pada bidang pengetahuan yang
dilombakan atau mereka dilatih untuk menyelesaikan suatu masalah
ilmiah yang berkaitan dengan lomba tersebut, jadi kegiatan SC ini
berkaitan erat dengan lomba-lomba yang akan mereka ikuti.84
Adapun kontribusinya terhadap pendidikan akhlak selain untuk terus
memupuk rasa dan sikap siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan,
juga melalui kegiatan ini dapat menumbuhkan sikap rajin (belajar)
karena dilatih untuk terus belajar, sikap optimis dan percaya diri
seiring dengan peningkatan kompetensi pengetahuannya, dan sikap
tanggung jawab karena dia menjadi duta sekolahnya dalam lomba
yang diikutinya tersebut.
Sedangkan kegiatan KIR merupakan tindak lanjut dari
kegiatan MIPA Ceria yang ada di MIP UIN Jakarta, oleh karena itu
bentuk kegiatannya pun pada dasarnya sama, hanya di tingkat MTsP
ini kegiatannya sudah harus serius, tidak seperti di tingkat MIP yang

82
Lihat dalam Penyusun, “Kurikulum MI Pembangunan UIN Jakarta
Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 52; dan wawancara dengan Firman Hamdani Waka
Bagian Kesiswaan Kelas 3-4 MIP UIN JAKARTA tanggal 07/02/2012.
83
Gadde B. Lakshmi dan DB. Rao, Attitude Towards Science (New Delhi:
Discovery Publishing House, 2003), 4.
84
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan UIN
Jakarta Tahun pelajaran 2011/ 2012”, 25; wawancara dengan Miran Waka Bagian
Kesiswaan MTsP UIN JAKARTA tanggal 06/02/2012.

192
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

kegiatannya dilakukan sambil bermain. 85 Sedangkan kaitan dan


kontribusinya terhadap pembinaan sikap (akhlak) adalah sebagai
tindak lanjut untuk terus memupuk sikap-sikap positif yang sudah
mulai ditanamkan sejak di MIP UIN Jakarta melalui kegiatan MIPA
Ceria.
Adapun di tingkat MAP UIN Jakarta kegiatan yang berkaitan
dengan MIPA dilaksanakan dalam bentuk kegiatan pengembangan
diri di bidang ilmu dan teknologi, melalui kegiatan bimbingan dan
pelatihan tentang robotik yang dilaksanakan 1x seminggu, melalui
kegiatan bimbingan dan pelatihan mengenai Knowledge Community
(KC) yang dilaksanakan 2x dalam seminggu, melalui kegiatan
Pencinta Alam (PA), dan melalui kegiatan Student Company (SC).86
MAP UIN Jakarta dalam melaksanakan kegiatan bimbingan
dan pelatihan tentang robotik menjalin kerja sama dengan lembaga
yang secara khusus membidangi tentang masalah robot. Kegiatan ini
menggunakan kurikulum yang khusus dan materinya disesuaikan
dengan tingkatan kelas siswa. Untuk melaksanakan kegiatan robotik
ini membutuhkan dana yang tidak sedikit, oleh karena itu para siswa
yang mengikuti kegiatan ini harus mengeluarkan biaya sendiri, di luar
biaya yang sudah formal. Adapun bentuk kegiatannya pada dasarnya
adalah berupa kegiatan latihan perakitan robot di bawah bimbingan
guru koordinator kegiatan dan para instruktur dari lembaga yang
diajak kerja sama.87
Menurut Wendell Wallach dan Colin Allen semua robot
memiliki dampak etis, walaupun dalam rancangan dan pembuatannya
telah diupayakan agar robot tidak memiliki efek etis yang negatif
dengan cara mengatasi masalah keamanan dan keandalan kritis
selama proses desainnya.88 Dari gambaran ini indikasi dari kontribusi
kegiatan perakitan robot ini terhadap akhlak siswa dapat terlihat.
Dengan latihan merancang dan merakit robot maka siswa secara tidak
langsung dilatih untuk bersikap kreatif dan inovatif untuk
mewujudkan karyanya tersebut. Selain itu dalam kegiatan ini juga

85
Wawancara dengan Denden Permana Koordinator Kegiatan Sainteks
MAP UIN JAKARTA tanggal 06/02/2012.
86
Lihat dalam Tim Penyusun, “Buku Penghubung”, 23.
87
Wawancara dengan Denden Permana Koordinator Kegiatan Sainteks
MAP UIN JAKARTA tanggal 06/02/2012.
88
Wendell Wallach dan Colin Allen, Moral Machines: Teaching Robots
Right from Wrong (New York: Oxford University Press, 2009), 30.

193
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

siswa dipaksa untuk bersikap teliti dan kritis untuk meminimalisir


efek etis yang negatif yang dapat ditimbulkan oleh adanya robot
tersebut.
Adapun kegiatan KC pada awalnya adalah kegiatan untuk
mempersiapkan siswa dalam mengikuti lomba-lomba di bidang
MIPA saja, yang diadakan oleh pihak luar lembaga MP UIN Jakarta,
seperti lomba olimpiade Matematika, olimpiade Sains, olimpiade
Fisika, dll. Namun pada perkembangan selanjutnya kegiatan ini
menjadi kegiatan yang lebih luas lagi, yaitu sebagai ajang latihan
para siswa untuk mempersiapkan diri mereka dalam mengikuti
berbagai lomba di bidang MIPA dan di bidang keilmuan lainnya.
Untuk itu dalam kegiatan ini para siswa dilatih untuk menyelesaikan
soal-soal yang berkaitan dengan lomba yang akan diikuti. Berarti
kegiatan KC ini menyesuaikan dengan kebutuhan siswa dan lomba-
lomba yang akan diikutinya.89 Adapun kontribusinya terhadap
pendidikan akhlak sama seperti kontribusi yang diberikan oleh
kegiatan SC, yaitu untuk terus memupuk rasa dan sikap siswa untuk
mencintai ilmu pengetahuan, dapat menumbuhkan sikap rajin
(belajar) karena dilatih untuk terus belajar, sikap optimis dan percaya
diri seiring dengan peningkatan kompetensi pengetahuannya, dan
sikap tanggung jawab karena dia menjadi duta sekolahnya dalam
lomba yang diikutinya tersebut.

6) Kegiatan di Bidang Jurnalistik


Di tingkat MIP UIN Jakarta kegiatan di bidang jurnalistik ini
disebut dengan kegiatan Jurnalistik dan Wartawan Cilik (Warcil).
Sedangkan di tingkat MTsP UIN Jakarta kegiatannya dinamakan
dengan Journalist Student Community (JSC), 90 yang merupakan
kelanjutan dari kegiatan Jurnalistik dan Wartawan Cilik di MIP UIN
Jakarta.
Kegiatan jurnalistik ini tujuan utamanya adalah untuk
mengembangkan kompetensi tulis-menulis pada diri siswa. Adapun
bentuk kegiatannya adalah siswa dilatih untuk menjadi seorang
wartawan dan jurnalis, dengan cara melatihnya secara langsung untuk

89
wawancara dengan Denden Permana Koordinator Kegiatan Sainteks
MAP UIN JAKARTA tanggal 06/02/2012.
90
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan UIN
Jakarta Tahun pelajaran 2011/ 2012”, 25; dan dalam Penyusun, “Kurikulum MI
Pembangunan UIN Jakarta Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 52.

194
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

mewawancarai seseorang atau tokoh dengan bimbingan gurunya dan


kemudian melatihnya untuk menulis sendiri hasil wawancara tersebut
(menulis laporan). Hasil wawancara dan tulisannya itu selanjutnya
jika dianggap baik, menarik, dan layak, maka akan dimuat dalam
majalah yang diterbitkan oleh MP UIN Jakarta yaitu majalah “Al-
Ashri”.91
Dalam dunia jurnalistik, dikenal Kode Etik Jurnalistik
Wartawan Indonesia.92 Kode etik ini harus dipatuhi oleh semua
jurnalis termasuk para siswa yang mengikuti kegiatan jurnalistik di
MP UIN Jakarta. Dengan mematuhi kode etik tersebut maka hal itu
akan dapat menumbuhkan banyak sekali sikap positif pada diri siswa.
Penerapan kode etik tersebut akan membuat siswa terlatih
untuk bersikap jujur atau objektif dengan memuat berita yang sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya terjadi, dengan menunjukkan
identitas diri kepada narasumber, dengan memuat berita baik itu
berupa tulisan, foto, ataupun suara yang jelas sumbernya, dengan
tidak melakukan plagiat berita termasuk mengakui hasil liputan
jurnalis lain sebagai karyanya sendiri, dengan tidak memuat berita
yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi, dengan tidak memuat
berita yang sifatnya tuduhan tanpa dasar (fitnah) yang dilakukan
dengan sengaja karena adanya niat buruk, dan dengan menyiarkan
gambar dan suara yang disertai dengan catatan waktu pengambilan
gambar dan suara tersebut.
Kemudian siswa terlatih untuk bersikap adil dengan
memberikan kesempatan kepada semua pihak secara setara untuk
dimuat dalam pemberitaan; dengan menampilkan tulisan, foto, atau
suara secara berimbang; dengan memberikan ruang atau waktu
pemberitaan kepada masing-masing pihak secara proporsional;
dengan memberikan hak jawab kepada seseorang atau kelompok
untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan
yang merugikan nama baiknya atau kelompoknya; dengan
memberikan hak koreksi kepada setiap orang atau kelompok untuk
membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan mengenai
dirinya atau kelompoknya; dengan memberikan bagian yang
proporsional terhadap berita yang dimuat dengan bagian koreksinya;

91
Wawancara dengan Miran Waka Bidang Kesiswaan MTsP UIN
JAKARTA tanggal 06/02/2012.
92
Lihat dalam “Kode Etik Jurnalistik”, Wikisource,
http://id.wikisource.org/wiki/Kode_Etik_Jurnalistik (diakses 22/05/2012).

195
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

dan dengan tidak memuat berita yang didasarkan kepada diskriminasi


terhadap suatu bangsa, suku, ras, agama, golongan, jender, atau
bahasa.
Sikap saling menghormati dan menghargai juga bisa
berkembang dalam diri siswa dengan memberikan penghormatan dan
menghargai hak privasi narasumber, dan dengan tidak merendahkan
martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.
Penerapan kode etik tersebut juga akan menjadikan siswa
terlatih untuk selalu bersikap hati-hati dengan melakukan check and
recheck terhadap kebenaran suatu informasi. Sikap untuk selalu
berprasangka baik dengan menerapkan asas praduga tak bersalah
terhadap seseorang. Sikap kasih sayang dengan tidak memuat berita
yang sifatnya sadis. Sikap amanah dengan menunda pemuatan berita
sesuai dengan kesepakatan dan menjaga kerahasiaan narasumber.
Sikap objektif dan ilmiah dengan tidak memuat berita yang hanya
berdasarkan kepada asumsi saja.
Sikap proaktif juga bisa muncul dalam kegiatan jurnalisitik ini
dengan tindakan mereka yang segera terhadap berita yang keliru dan
tidak akurat. Sikap bertanggung jawab dengan meminta maaf
terhadap adanya kesalahan dalam pemuatan berita. Sikap yang tidak
cabul dengan tidak membuat berita yang semata-mata hanya untuk
membangkitkan nafsu birahi. Siswa juga bisa terlatih selalu beri’tikad
baik untuk tidak secara sengaja memuat berita yang merugikan pihak
lain. Siswa juga terlatih untuk bersikap mandiri dengan memuat
berita sesuai dengan hati nuraninya tanpa campur tangan, paksaan,
dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers itu
sendiri.
Sikap selektif juga bisa tumbuh dalam diri siswa dengan
aktifitasnya yang dapat membedakan opini yang sifatnya
menghakimi dengan opini interpretatif yang merupakan hasil
interpretasi jurnalis terhadap suatu fakta, dan dengan memilih
informasi yang boleh dan yang tidak boleh diberitakan.
Sikap suka melindungi juga akan tumbuh pada diri siswa
dengan kebijakannya untuk tidak menyiarkan identitas korban, tidak
menyiarkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan, dan
dengan menjaga kerahasiaan identitas narasumbernya yang tidak
ingin diketahui.
Implikasi dari implementasi kode etik ini juga akan melatih
siswa untuk bersikap profesional dengan tidak menyalahgunakan

196
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

pekerjaannya, dengan tidak menerima pemberian apapun yang dapat


mempengaruhi independensinya sebagai seorang jurnalis, dan dengan
tidak melakukan suap untuk mendapatkan berita yang diinginkan.
Berdasarkan uraian tersebut maka dengan sangat jelas
kegiatan jurnalistik ini kontribusinya terhadap pendidikan akhlak
sangatlah besar. Kegiatan jurnalistik ini dapat disimpulkan akan
menumbuhkembangkan sikap jujur, sikap adil, sikap proporsional,
sikap bertanggung jawab, sikap proaktif, sikap saling menghormati,
sikap saling menghargai, sikap ilmiah, sikap objektif, sikap amanah,
sikap melindungi, sikap yang tidak cabul, Sikap kasih saying, sikap
untuk selalu berprasangka baik, Sikap selektif , sikap hati-hati, dan
sikap profesional.

7) Student Company (SC)


Student Company (SC) adalah kegiatan pelatihan
berwiraswasta kepada siswa. Kegiatan SC ini dilaksanakan di MTsP
UIN Jakarta dan di MAP UIN Jakarta.93 Adapun bentuk kegiatan
pelatihannya adalah berupa pembuatan dan pengelolaan suatu usaha
di bidang bisnis, misalnya jual beli berbagai alat tulis kantor (ATK)
dan jual beli berbagai jenis jajanan siswa. Usaha bisnis ini dijalankan
dan dikelola oleh para siswa yang tergabung dalam kelompok SC
ini. 94
Kegiatan SC ini adalah kegiatan untuk melatih siswa dalam
bidang ekonomi. Antara masalah ekonomi dan akhlak Sayer
mengungkapkan bahwa perekonomian adalah moral dalam arti yang
lebih dalam, menurutnya semua praktik ekonomi memiliki basis etika
yang implisit.95 Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa akhlak
sangat mempengaruhi semua aktifitas ekonomi, karena aktifitas
ekonomi merupakan salah satu dari implementasi nilai-nilai moral
yang implisit.
Dalam kegiatan SC ini para siswa dituntut untuk dapat
mengelola bisnis atau usahanya dengan penuh perhitungan sehingga
93
Lihat dalam Tim Penyusun, “Buku Penghubung”, 13; dan Tim
Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan UIN Jakarta Tahun pelajaran 2011/
2012”, 25.
94
Wawancara dengan Miran Waka Bagian Kesiswaan MTsP UIN
JAKARTA dan observasi tanggal 06/02/2012.
95
Lihat dalam Andrew Mearman, “Realism”, dalam Jan Pell dan Irene Van
Staveren (Ed.), Handbook of Economics and Ethics (Cheltenham: Edward Elgar
Publishing, 2009), 438.

197
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

dapat mengkalkulasikan laba ataupun kerugian yang diperoleh dari


bisnisnya. Siswa juga dituntut untuk mempertanggungjawabkan hasil
usahanya tersebut, karena para siswa diberi suatu kepercayaan oleh
sekolah untuk mengelola usaha ini walaupun dikelola secara
kelompok. Dalam kegiatan ini para siswa dalam kelompok usaha ini
juga dilatih secara tidak langsung untuk dapat bekerja sama antar
sesama mereka untuk dapat memajukan usaha yang sedang mereka
jalankan. Berdasarkan gambaran tersebut jelas terlihat kontribusi dari
kegiatan SC ini terhadap pendidikan akhlak. Karena dari gambaran
tersebut kegiatan SC ini dapat menumbuhkembangkan sikap
kemandirian, sikap penuh perhitungan, sikap tanggung jawab, sikap
amanah, dan sikap kerja sama tim.

8) Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra)


Kegiatan Paskibra ini dilaksanakan hanya untuk para siswa
pada jenjang MTsP UIN Jakarta dan jenjang MAP UIN Jakarta.96
Kegiatan Paskibra ini erat kaitannya dengan kegiatan di bidang
militer, karena kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan dasar
dalam pendidikan militer. Dalam pelatihan dan pengembangan etika
militer menurut Paul Robinson tujuannya yang paling penting dan
paling mendasar adalah untuk mengubah karakter, atau untuk
membangun identitas profesional dan mengubah perilaku.97
Dalam latihan Paskibra atau latihan baris berbaris ini para
siswa dilatih untuk dapat merubah sikapnya yang tidak atau belum
disiplin menjadi siswa yang berdisiplin, yang belum bisa bekerja
sama dengan yang lain menjadi bisa bekerja sama, yang belum
kompak gerakannya menjadi kompak, dan yang belum yakin untuk
mampu melaksanakan tugasnya menjadi percaya diri untuk
melakukannya. Karena dalam setiap kegiatan pelatihan Paskibra ini
aspek yang paling ditekankan adalah aspek disiplin, aspek
kekompakan gerak para pelakunya, aspek kerja sama antara masing-
masing petugas Paskibra, dan aspek keyakinan diri siswa untuk dapat
melakukan tugasnya sebagai pasukan Paskibra. Ini menunjukkan

96
Lihat dalam Tim Penyusun, “Buku Penghubung”, 13; dan Tim
Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan UIN Jakarta Tahun pelajaran 2011/
2012”, 25.
97
Paul Robinson dkk (Ed.), Ethics Education in the Military (Hampshire:
Ashgate Publishing Limited, 2008), 199-200.

198
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

bahwa kegiatan Paskibra ternyata juga ikut berkontribusi terhadap


pendidikan akhlak siswa.

9) Kegiatan Kunjungan ke Perpustakaan


Kegiatan kunjungan ke perpustakaan ini hanya dilakukan di
tingkat MAP UIN Jakarta, yang pelaksanannya dilakukan pada
waktu-waktu belajar di sekolah saja.98
Mengenai kegiatan ini ada 2 aspek yang bisa ditinjau untuk
dikaitkan dengan pengembangan akhlak siswa, yaitu aspek
pustakawan (librarian) yang punya kode etik tersendiri99 dan aspek
siswa sebagai pengguna perpustakaan.
Dari kedua aspek tersebut menurut hemat penulis berdasarkan
tingkatan usia psikologis dan nalar remaja maka aspek yang paling
berkaitan dalam kegiatan kunjungan ke perpustakaan bagi siswa
MAP UIN Jakarta ini adalah pada aspek siswa sebagai pengguna
perpustakaan. Karena siswa sebagai pengguna perpustakaan bagi
mereka ada peraturan-peraturan yang harus mereka patuhi. Seperti
tata tertib pada saat memasuki ruang perpustakaan (misalnya harus
melepas alas kaki), pada saat berada di ruang perpustakaan (misalnya
tidak boleh ribut dan tidak boleh berbicara keras), pada saat
menggunakan fasilitas yang ada dalam perpustakaan (misalnya saat
menggunakan komputer perpustakaan), dan pada saat mencari,
mengambil, membaca, dan meminjam literatur di perpustakaan
tersebut.
Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap semua aturan atau tata
tertib yang berlaku di perpustakaan itu akan dapat
menumbuhkembangkan berbagai sikap positif pada diri mereka.
Sikap-sikap positif itu antara lain adalah sikap patuh yaitu kepatuhan
terhadap aturan yang berlaku di perpustakaan tersebut, sikap
menghormati hak orang lain dengan tidak membuat keributan atau
berbicara keras di ruang perpustakaan, sikap bertanggungjawab
antara lain dengan memelihara literatur yang sedang dibaca atau yang

98
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun
Pelajaran 2011/ 2012”, 33.
99
Menurut Zdzislaw Gebolyś kode etik pustakawan ini tergantung kepada
4 faktor, yaitu: jumlah perpustakaan, keanekaragaman perpustakaan, ruang lingkup
dari tugas pustakawan, dan ruang lingkup para pengguna. Lihat dalam Zdzislaw
Gebolyś, Library Codes of Ethics Worldwide: An Anthology (Berlin: Simon Verlag
fur Bibliothekswissen, 2011), 15.

199
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

sedang dipinjam, dan sikap disiplin dengan mengembalikan pinjaman


buku sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.
Selain sikap kepatuhan dan ketaatan, dalam kegiatan
kunjungan ke perpustakaan ini masih ada sikap yang paling esensial
yang ingin ditanamkan oleh pihak sekolah kepada para siswanya,
yaitu sikap kecintaan kepada ilmu pengetahuan. Dengan
membiasakan siswa mengunjungi perpustakaan yang bentuk
kegiatannya yang paling utama adalah membaca literatur-literatur
yang ada di perpustakaan tersebut, maka diharapkan dalam diri siswa
kegiatan ini menjadi satu kebiasaannya yang positif yang dapat
menambah pengetahuannya dan siswa dapat merasakan manfaat dari
kegiatannya tersebut, sehingga memunculkan sikap kecintaan
terhadap segala pengetahuan yang telah diperolehnya. Dengan
demikian kegiatan kunjungan ke perpustakaan ini jelas kontribusinya
cukup besar dalam membentuk akhlak siswa.

b. Kegiatan Pengembangan Diri di Bidang Seni


Seni menurut Jerrold Levinson adalah sepenuhnya merupakan
produk dari keinginan, kebutuhan, upaya, keterampilan, kecerdasan,
dan sebagainya dari manusia. Jika ada yang namanya kehendak
bebas, maka seni, mungkin lebih dari apa pun, dibuat secara bebas
dan secara sengaja.100
Di tingkat MIP UIN Jakarta pengembangan kesenian siswa
dilakukan melalui kegiatan tilawah al-Qur’an, marawis, tahfi>z} al-
Qur’an, marching band, paskibra, seni tari, seni lukis, kelompok
vokal, dan menggambar komik “Manga”.101
Sedangkan di tingkat MTsP UIN Jakarta kegiatan
pengembangan kesenian siswa dilakukan melalui kegiatan pelatihan
Nasyid, Marawis, teater, musikalisasi puisi, rohis, dan tari Saman.102
Adapun di tingkat MAP UIN Jakarta kegiatan pengembangan
diri siswa dalam bidang seni dilakukan melalui kegiatan pelatihan
musikalisasi puisi yang dilakukan 2x dalam seminggu, pelatihan seni

100
Jerrold Levinson (Ed.), Aesthetics and Ethics: Essays at the Intersection
(Cambridge: Cambridge University Press, 1998), 217.
101
Lihat dalam Penyusun, “Kurikulum MI Pembangunan UIN Jakarta
Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 52.
102
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan UIN
Jakarta Tahun pelajaran 2011/ 2012”, 25;

200
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Marawis yang dilaksanakan 1x seminggu, dan melalui kegiatan


pelatihan tari Saman yang dilakukan 1x dalam seminggu.103
Masing-masing kegiatan di bidang seni tersebut dilaksanakan
di kelas-kelas yang telah ditetapkan sebagai tempat pelaksanaannya.
Sedangkan waktu pelaksanaannya adalah sesudah jam pembelajaran
terakhir atau di hari Sabtu yang di MP UIN Jakarta dikhususkan
sebagai hari untuk pelaksanaan program kegiatan pengembangan diri
siswa, sehingga tidak mengganggu KBM yang menjadi kegiatan
pokok di sekolah.104
Adapun kontribusi semua kegiatan pengembangan kesenian
ini terhadap pendidikan akhlak secara umum adalah dalam rangka
untuk menumbuh-kembangkan sikap estetika (aesthetic) atau sikap
suka akan keindahan pada diri siswa. Karena menurut Berys Gaut
kegiatan seni itu merupakan bagian dari kegiatan dalam bidang
estetika.105
Adapun sikap estetika yang akan dikembangkan di MP UIN
Jakarta ini meliputi dalam 2 hal, yaitu sikap kecintaan akan kesenian
yang bernuansa keislaman dan sikap kecintaan terhadap kesenian
yang bernuansa keindonesiaan. Sikap kecintaan akan kesenian yang
bernuansa keislaman diupayakan melalui kegiatan tilawah al-Qur’an,
marawis, dan tahfi>z} al-Qur’an. Sedangkan sikap untuk mencintai
kesenian-kesenian asli Indonesia diupayakan melalui kegiatan
marching band, paskibra, seni tari, seni lukis, dan kelompok vokal.
Adapun kegiatan menggambar komik “Manga” bisa menjadi sebuah
upaya untuk menumbuhkembangkan daya kreatifitas siswa yang
merupakan salah satu cerminan dari sikap kreatifitasnya.

c. Kegiatan Pengembangan Diri di Bidang Olahraga


Pengembangan olahraga siswa di MIP UIN Jakarta dilakukan
melalui kegiatan olahraga bola basket, futsal, tenis meja, karate, dan
taekwondo. Kegiatan pengembangan olahraga ini semuanya
dilaksanakan di luar kelas atau di lapangan MP UIN Jakarta, kecuali
olahraga tenis meja yang pelaksanaannya adalah di salah satu kelas

103
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun
Pelajaran 2011/ 2012”, 33-34; dan dalam Tim Penyusun, “Buku Penghubung”, 13.
104
Wawancara dengan Miran Waka Bagian Kesiswaan MTsP UIN
JAKARTA dan observasi tanggal 06/02/2012.
105
Lihat dalam Berys Gaut, “The Ethical Criticism of Art”, dalam Jerrold
Levinson (Ed.), Aesthetics and Ethics: Essays at the Intersection, 182.

201
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

yang telah ditentukan. Sedangkan waktu pelaksanaannya pada


prinsipnya sama seperti waktu pelaksanaan kegiatan pengembangan
diri di bidang lainnya yaitu dilaksanakan setelah jam pembelajaran
terakhir.106
Di tingkat MTsP UIN Jakarta pengembangan olahraga siswa
dilakukan melalui kegiatan pelatihan olahraga bola basket, sepak
bola, futsal, karate, dan tenis meja.107 Sedangkan di tingkat MAP
UIN Jakarta kegiatan pengembangan diri dalam bidang olahraga
dilakukan melalui kegiatan pelatihan olahraga futsal yang dilakukan
2x seminggu, pelatihan olahraga basket yang dilakukan 2x seminggu,
dan pelatihan olahraga anggar yang dilakukan hanya 1x dalam
seminggu.108
Kontribusi pendidikan olahraga dalam kegiatan
ekstrakurikuler terhadap pendidikan akhlak menurut Angela Lumpkin
(dkk) dapat memberikan pengaturan di mana atlet dan siswa dapat
belajar, tumbuh, dan menunjukkan nilai-nilai moral, serta dapat
menumbuhkan sikap fair play, kerjasama tim, dan sikap mau
bekerjasama dengan orang lain. Seperti di Amerika Serikat olahraga
dipuji karena telah mempromosikan pengembangan karakter,
dedikasi, pengendalian diri, disiplin, fair play,109 dan nilai-nilai moral
seperti integritas dan keadilan. 110 Selain itu menurut penulis kegiatan
olahraga ini sangat erat kaitannya dengan sikap sportifitas, karena
dalam sebuah pertandingan olahraga seorang pemain atau atlet tidak
diperkenankan untuk berlaku curang. Juga dengan adanya kegiatan
latihan olahraga beladiri karate dan taekwondo maka semakin siswa
menguasai beladiri tersebut akan semakin tinggi rasa percaya dirinya.

106
Lihat dalam Penyusun, “Kurikulum MI Pembangunan UIN Jakarta
Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 52-53.
107
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan UIN
Jakarta Tahun pelajaran 2011/ 2012”, 24-25.
108
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun
Pelajaran 2011/ 2012”, 33; dan dalam Tim Penyusun, “Buku Penghubung”, 13.
109
Secara formal fair play umumnya dipahami sebagai suatu ketetapan
norma-norma agar sesuai dengan aturan dan keadilan. Sedangkan secara informal
fair play diartikan sebagai upaya mengatur persaingan dan pengabdian serta
penghormatan terhadap keterlibatan orang lain. Lihat dalam Sigmund Loland, Fair
Play in Sport: A Moral Norm System (London dan New York: Routledge, 2002),
143.
110
Angela Lumpkin dkk, Practical Ethics in Sport Management (North
Carolina: McFarland & Company Inc, 2012), 215.

202
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Dengan tumbuhnya rasa percaya diri maka hal itu akan menimbulkan
sikap kemandirian pada diri siswa.

2. Pendidikan Akhlak dalam Kegiatan Lomba


MP UIN Jakarta dalam rangka untuk menuju suatu lembaga
pendidikan yang terdepan dalam akhlakul karimahnya juga
mengupayakannya melalui berbagai kegiatan lomba. Berkaitan
dengan pendidikan akhlak maka dengan kegiatan ini diharapkan akan
tumbuh sikap-sikap positif pada diri siswa, seperti sikap kejujuran
atau dalam istilah olahraga disebut dengan sportifitas atau fair
play,111 kreatifitas, kompetitif, inovatif, keberanian, dedikasi,
ketekunan, kerendahan hati, kepatuhan, pengorbanan, empati,
loyalitas, komitmen tim, moral, dan kekuatan.112
Secara umum ada 2 jenis kegiatan lomba yang dilaksanakan
di MP UIN Jakarta, yaitu kegiatan lomba yang diadakan oleh MP
UIN Jakarta sendiri dan kegiatan lomba yang diadakan oleh lembaga
di luar MP UIN Jakarta.

a. Kegiatan lomba yang diadakan oleh MP UIN Jakarta


Biasanya kegiatan lomba ini diadakan berkaitan dengan mata
pelajaran atau dengan perayaan hari besar Islam atau hari besar
nasional. Bentuk lombanya biasanya berkaitan dengan 3 aspek yang
dikembangkan dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat ekstra, yaitu
aspek olahraga, seperti pertandingan bola basket, futsal, dan tenis
meja; aspek seni, seperti lomba musikalisasi puisi, Marawis, dan

111
Sigmund Loland seorang pakar di bidang filosofis olahraga dan etik dari
Norwegia menginterpretasikan sikap fair play ini sebagai sikap inti dari kegiatan
kompetisi olahraga. Lihat dalam Sigmund Loland, Fair Play in Sport: A Moral
Norm System, 1.
112
John Milton-Smith yang mengkaji tentang nilai-nilai akhlak dalam
kegiatan lomba setingkat olimpiade mengungkapkan bahwa para pemenang dari
setiap lomba mereka telah berhasil menunjukkan keberanian, dedikasi, ketekunan
dan kerendahan hati mereka. Selain prestasi olahraga, mereka juga telah
memenangkan rasa hormat dan kekaguman bangsa (individu) lain terhadap kualitas
pribadi dan karakter mereka. Menurut John Milton dan Smith ada 10 sikap yang
muncul dan berkembang dalam even olimpiade, yaitu sikap keberanian, dedikasi,
ketekunan, kerendahan hati, kewarganegaraan, melaksanakan kewajiban,
pengorbanan, empati, loyalitas, komitmen terhadap tim, moral, dan kekuatan.
Lihat dalam John Milton-Smith, “Ethics, the Olympics and the Search for Global
Values”, Journal of Business Ethics, Vol. 35, No. 2 (2002), 135,
http://www.jstor.org/stable/25074662 (diakses 30/04/2012).

203
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

teater; dan aspek akademik, seperti lomba membuat Kartu Ucapan


Selamat Tahun Baru Islam, membuat majalah dinding (mading) yang
bertema keislaman, tah}fi>z} al-Qur’an, mewarnai kaligrafi, i’rab al-
Qur’an, Pemilihan Da’i Cilik (Pildacil), sharh} al-Qur’an, dan lomba
pidato berbahasa asing (Inggris/Arab).
Kegiatan lomba di MP UIN Jakarta dapat dikategorikan ke
dalam 3 tingkatan. Pertama adalah di tingkat masing-masing
konsorsium mata pelajaran. Di tingkat ini pada umumnya berkaitan
dengan pengembangan mata pelajaran, misalnya lomba karya siswa
dalam membuat gambar urutan tata cara berwudhu, membuat gambar
urutan tata cara salat, membuat skema 25 nabi dan rasul, dll. Kedua
adalah di tingkat kelas. Di tingkat kelas yang sejajar, lomba yang
diadakan tidak hanya berkaitan dengan mata pelajaran, tetapi juga
berkaitan dengan perayaan hari besar Islam atau hari besar nasional,
misalnya lomba membuat Kartu Ucapan Selamat Tahun Baru Islam.
Lomba ini di tingkat MIP UIN Jakarta menyesuaikan dengan
tingkatan kelas, untuk tingkatan kelas 1 hanya lomba mewarnai kartu
tersebut secara sangat sederhana, untuk kelas 2 lomba mewarnainya
lebih rumit daripada tingkatan kelas 1, untuk kelas 3 mewarnainya
lebih rumit lagi daripada tingkatan kelas 2, dan seterusnya sampai
tingkatan kelas 6 lombanya menyesuaikan dengan tingkat
perkembangan mereka. Ketiga adalah di tingkat sekolah. Maksudnya
adalah di tingkat masing-masing sekolah. Pada umumnya lomba yang
diadakan berkaitan dengan perayaan hari besar Islam atau hari besar
nasional. Misalnya di tingkat MTsP UIN Jakarta mengadakan lomba
cerdas cermat, lomba menghias majalah dinding, dan lomba tah}fi>z} al-
Qur’an dalam rangka menyambut perayaan Isra dan Mi’raj Nabi
Muhammad SAW, yang diikuti oleh siswa-siswa dari semua
tingkatan kelas di MTsP UIN Jakarta. Hasil karya dan prestasi siswa
tersebut baik itu di tingkat konsorsium mata pelajaran, di tingkat
kelas yang sejajar, ataupun di tingkat sekolah, akan dipajang di
masing-masing kelas siswa yang berkarya, selain itu semua hasil
karya dan prestasi siswa itu juga akan dipamerkan pada acara
perayaan Hari Amal Bakti Kemenag yang bertepatan dengan Hari
Ulang Tahun MP UIN Jakarta juga bertepatan dengan hari
pembagian raport semester ganjil yang dilaksanakan pada pekan
pertama di bulan Januari setiap tahunnya. Pada acara HUT MP UIN
Jakarta inilah puncak atau kegiatan lomba yang terbesar yang
diadakan oleh MP UIN Jakarta, karena dalam kegiatan ini MP UIN

204
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Jakarta mengadakan lomba yang berskala propinsi dengan


mengundang sekolah-sekolah lainnya se-Jabodetabek.113
Semua kegiatan tersebut adalah merupakan wadah untuk
memberikan apresiasi terhadap semua hasil karya dan prestasi yang
telah diraih oleh siswa-siswa MP UIN Jakarta, sehingga dengan
adanya kegiatan tersebut diharapkan dapat menumbuhkan sikap
kreatifitas, inovatif, dan kompetitif untuk terus berkarya dan
berprestasi dalam diri mereka.

b. Kegiatan lomba yang diadakan oleh lembaga di luar MP UIN


Jakarta
Dalam kegiatan ini masing-masing lembaga pendidikan yang
ada di MP UIN Jakarta, baik itu MIP, MTsP, ataupun MAP UIN
Jakarta mengirimkan siswa-siswanya untuk mengikuti lomba
tersebut. Melalui kegiatan ini seluruh lembaga pendidikan di MP UIN
Jakarta dapat menjadikannya sebagai tolok ukur keberhasilan tingkat
pencapaian 3 pilar keunggulan yang dicanangkan lembaganya, yaitu
unggul di bidang pengetahuan dasar (basic science), bahasa
(language), dan akhlakul karimah.
MP UIN Jakarta dalam perencanaan strategisnya tidak hanya
ingin menjadi lembaga pendidikan yang terdepan (unggul) di tingkat
kabupaten atau kota saja, tetapi juga ingin menjadi lembaga
pendidikan yang terdepan di tingkat propinsi (2014), di tingkat pulau
Jawa (2018), di tingkat nasional (2022), di tingkat regional ASEAN
(2026), dan bahkan ingin menjadi salah satu lembaga yang terdepan
di tingkat internasional (2030).114
Sebagai contoh, di tingkat SD/MI prestasi MIP UIN Jakarta
sampai tahun 2008 sudah membuktikan bahwa mereka telah menjadi
salah satu lembaga pendidikan terdepan di tingkat propinsi DKI
Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek), bahkan mulai diperhitungkan di
tingkat pulau Jawa dan Bali. Berbagai prestasi MIP UIN Jakarta raih
dalam berbagai ajang perlombaan, di tingkat propinsi DKI Jakarta
113
Wawancara dengan Muhaemin Wali Kelas 3E MIP UIN JAKARTA
pada tanggal 31/01/2012; wawancara dengan Aqsol Aziz Ketua Konsorsium
Agama MTsP UIN JAKARTA pada tanggal 06/02/2012; dan wawancara dengan
Firman Hamdani Waka MIP UIN JAKARTA Bagian Kesiswaan Kelas 3 dan 4
pada tanggal 07/02/2012.
114
Lihat dalam “RIP 2011-2030: Rencana Induk Pengembangan MP UIN
JAKARTA”, dalam Tim Penyusun, “Kurikulum MTs Pembangunan UIN Jakarta
Tahun pelajaran 2011/ 2012”, vi.

205
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

pada tahun 2007 pernah menjadi juara I Membuat Kartu Tahun Baru
Hijriyah, juara I Cerdas Cermat MIPA, dan juara I Tenis Meja
(Porsema). Sedangkan di tingkat Jabodetabek MIP UIN Jakarta
pernah meraih prestasi sebagai juara II Olimpiade MIPA “Internet al-
Kautsar” tahun 2007, juara I Pildacil (Muharam) tahun 2007, juara I
MTQ tahun 2007, juara III Turnamen Indoor Soccer Pembangunan
Jaya tahun 2007, juara II futsal Menpora tahun 2007, juara I Tari
Kreasi KOSMI TMII tahun 2007, juara II Melukis KOSMI TMII
tahun 2007, juara I Baca Puisi “Universal al-Azhar” tahun 2008,
juara I Tartil al-Qur’an “Lab School” tahun 2008, juara II Kaligrafi
“Lab School” tahun 2008, juara I dan II Baca Puisi tahun 2008, dan
juara I Tari Kreasi tahun 2008. Adapun di tingkat pulau Jawa dan
Bali MIP UIN Jakarta pernah mengukir prestasi sebagai juara I dan
III dalam Open Tournament Karateka pada tahun 2008.115
Sedangkan di tingkat SMP/MTs prestasi yang diraih oleh
MTsP UIN Jakarta sudah cukup membuktikan tingkat keeksisan
kelembagaan mereka. Di level propinsi DKI Jakarta MTsP UIN
Jakarta pernah meraih prestasi akademik sebagai juara 1 Olympiade
Fisika tahun 2003, juara 2 Olympiade Fisika tahun 2003, dan sebagai
Madrasah Terbaik I Hasil Ujian Nasional secara berturut-turut dari
Tahun 2004-2007. Di bidang keterampilan, olahraga, dan seni MTsP
UIN Jakarta juga mengukir prestasinya di tingkat Jabodetabek
sebagai juara 1 Sains Ceria Tingkat SMP tahun 2007 Lab School
Kebayoran, juara 1 Musikalisasi Puisi tingkat SMP tahun 2007 al-
Azhar Pusat, juara 2 Musikalisasi Puisi tingkat SMP-SMA tahun
2007 HUT MP UIN, juara Harapan 1 Musikalisasi Puisi Umum tahun
2007 Pusat Bahasa Depdiknas, juara 3 Newscasting of Linguistic
tingkat SMP tahun 2007 MAN Insan Cendekia Serpong, dan juara 3
Photography of Linguistic tingkat SMP tahun 2007 MAN Insan
Cendekia Serpong.116
Pada tingkat SMA/MA, prestasi MAP UIN Jakarta sampai
tahun 2011 ini juga sudah merambah bukan hanya di tingkat propinsi
atau tingkat nasional, tetapi juga di tingkat regional. Di tingkat
propinsi DKI Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek) MAP UIN Jakarta
sudah meraih prestasi sebagai juara I lomba Festival Musikalisasi

115
Lihat dalam Penyusun, “Kurikulum MI Pembangunan UIN Jakarta
Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 30-32.
116
Lihat dalam MP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, http://www.mpuin-
Jakarta.sch.id/content/view/25/65/1/1/ (diakses pada tanggal 06/02/2012).

206
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Puisi tahun 2008, finalis Astra Honda Motor best Student 2010, juara
II Cerdas Cermat Matematika (LCCM) X di UIN Jakarta tahun 2010,
dan peraih nilai Ujian Nasional (UN) tertinggi tingkat MA tahun
ajaran 2010/2011. Sedangkan di level nasional MAP UIN Jakarta
meraih prestasi sebagai semi finalis dalam Pesta Sains Nasional pada
tahun 2010 di IPB, dan sebagai juara 4 dalam lomba Indonesian
Robotik pada Olimpiade Nasional tahun 2011. Adapun di tingkat
regional, MAP UIN Jakarta sejak tahun 2008 secara berturut-turut
sampai tahun 2011 sudah melakukan pertukaran pelajar ke Jepang
melalui “Japan-East Asia Network of Exchange for Students and
Youths Programme” (JENESYS).117
Dengan demikian melalui kegiatan-kegiatan lomba ini baik
itu di tingkat lingkungan MP UIN Jakarta sendiri, atau di tingkat
kabupaten/kota, atau di tingkat propinsi DKI Jakarta, atau di tingkat
pulau Jawa, atau di tingkat nasional, atau di tingkat regional ASEAN,
atau bahkan di tingkat internasional nantinya dapat menumbuhkan
sikap-sikap positif yang tidak hanya berdimensi lokal (kedaerahan)
dan nasional saja (keindonesiaan), tetapi juga berdimensi
internasional (global) dengan tetap mengacu kepada nilai-nilai
keislaman.

3. Pendidikan Akhlak dalam Kegiatan Hari Besar


Upaya untuk membiasakan sikap-sikap positif (akhlak) juga
dilakukan oleh MP UIN Jakarta melalui berbagai perayaan hari-hari
besar. Kegiatan dalam lingkup ini meliputi 3 jenis, yaitu kegiatan
dalam rangka perayaan hari besar keagamaan (Islam), kegiatan dalam
rangka memperingati hari besar nasional, dan kegiatan dalam rangka
memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) MP UIN Jakarta.118
MP UIN Jakarta dalam merayakan hari besar Islam jika
dikaitkan dengan pendidikan akhlak maka kegiatannya ini diarahkan
untuk menanamkan nilai-nilai keislaman kepada para siswanya.
Sedangkan pada peringatan hari-hari besar nasional jika dihubungkan
dengan pembinaan sikap maka kegiatan tersebut diarahkan untuk
menumbuhkan sikap positif terhadap nilai-nilai keindonesiaan

117
Lihat dalam Tim Penyusun, “Buku Penghubung”, 24-25.
118
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun
Pelajaran 2011/ 2012”, 44-45; dan wawancara dengan Yayat ZM tanggal
08/12/2011; wawancara dengan Muhaemin tanggal 31/01/2012; dan wawancara
dengan Syukri AG tanggal 06/02/2012.

207
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

(kebangsaan). Adapun kegiatan perayaan untuk memperingati HUT


MP UIN Jakarta adalah juga dalam rangka untuk menumbuhkan
sikap percaya diri, sikap kreatif, sikap kompetitif, dan sikap-sikap
positif lainnya.

a. Pendidikan Akhlak dalam Perayaan Hari Besar Keagamaan


Pada perayaan hari-hari besar Islam seperti Maulid Nabi
Muhammad SAW, Isra Mi’raj, dan Tahun Baru Islam MP UIN
Jakarta selain mengadakan perlombaan seperti yang telah diuraikan
pada bagian sebelumnya, mereka juga menginstruksikan kepada
setiap kelas untuk menghias kelasnya masing-masing untuk
menyambut perayaan tersebut, mereka juga mengadakan pentas seni
islami yang bernuansa kedaerahan, pameran hasil karya dan prestasi
siswa, dan acara ceramah agama (tausiyah) dengan mendatangkan
penceramah berkaliber nasional. 119
Berkaitan dengan pendidikan akhlak kegiatan menghias kelas
ini jika dilihat berdasarkan pada proses kegiatannya maka kegiatan
ini lebih dominan mencerminkan implementasi dari 2 pendekatan
dalam pendidikan akhlak, yaitu pendekatan terpadu (integrated
approach) dan pendekatan Child Development Project (CDP).
Pendekatan terpadu dalam kegiatan ini tercermin dalam kegiatan di
mana para siswa harus memikirkan tentang apa yang harus
dilakukannya untuk menghias kelasnya, kemudian para siswa dapat
merasakan tentang penghargaan terhadap apa yang telah mereka
pelajari mengenai peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah Islam, dan
setelahnya para siswa mendapatkan pengalaman melalui berbagai
tindakannya dalam menghias kelasnya tersebut.120 Adapun
implementasi dari pendekatan CDP tergambar dalam proses
kegiatannya yang bagi siswa kegiatan ini adalah suatu proyek
bersama mereka dalam suatu kelas, selain itu kegiatan menghias
kelas ini lebih dominan kepada aspek praktiknya daripada aspek
teoritisnya. 121
119
Wawancara dengan Syukri A. Ghani Waka MTsP UIN JAKARTA
Bagian Kurikulum dan dengan Aqsol Aziz Ketua Konsorsium Agama MTsP UIN
JAKARTA pada tanggal 06/02/2012.
120
Lihat dalam Thomas Rusnak (Ed.), An Integrated Approach to
Character Education, 3-4.
121
Lihat dalam Victor A. Battistich, “The Child Development Project:
Creating Caring School Communities”, dalam Larry P. Nucci dan Darcia Narvaez
(Ed.), Handbook of Moral and Character Education, 328-352.

208
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Melalui pendekatan kegiatan lomba menghias kelas ini maka


akan menumbuhkembangkan berbagai sikap positif pada diri siswa.
Seperti sikap apresiatif terhadap suatu kejadian yang dianggap
penting dan besar, sikap kerja sama tim karena semua anggota kelas
harus saling bekerja sama untuk menghias kelasnya dengan
semaksimal mungkin, juga dengan kegiatan ini dapat menumbuhkan
sikap cinta akan kebersihan dan keindahan dalam diri siswa.
Sedangkan kegiatan pentas seni islami yang bernuansa
kedaerahan dapat dikaitkan sebagai salah satu upaya untuk
menumbuhkan sikap positif terhadap kebudayaan yang bernafaskan
keislaman dan keindonesiaan. Adapun kegiatan pameran hasil karya
dan prestasi siswa dapat diartikan sebagai sebuah upaya untuk
memotivasi sikap kreatif, inovatif, dan kompetitif pada diri siswa
untuk bisa berkarya, berprestasi, dan bersaing dalam hal kebaikan.
Sedangkan kegiatan ceramah agama (tausiyah) yang biasanya
diadakan pada puncak acara hari perayaannya sudah pasti sangat
berkaitan dengan pembinaan akhlak siswa, karena muatan
ceramahnya biasanya berkisar tentang sejarah Islam, pemantapan
keimanan, dan pembinaan akhlak. Berkenaan dengan pembinaan
akhlak maka dengan adanya ceramah agama ini diharapkan dapat
semakin menumbuhkan motivasi siswa untuk selalu berakhlak
dengan akhlak yang mulia seperti yang dicita-citakan oleh MP UIN
Jakarta.

b. Pendidikan Akhlak dalam Perayaan Hari Besar Nasional


Di MP UIN Jakarta hari besar nasional yang dirayakan
hanyalah Hari Ulang Tahun (HUT) Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia (RI). Rangkaian kegiatan perayaan HUT
Proklamasi Kemerdekaan RI ini mulai dilakukan sejak seminggu
sebelum hari perayaan dan berakhir tepat pada hari perayaan
kemerdekaan yaitu pada tanggal 17 Agustus.122
Bentuk kegiatan pada perayaan HUT Proklamasi
Kemerdekaan RI ini ada 2 macam, yaitu kegiatan lomba dan kegiatan
Upacara Peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI. Kegiatan
lomba dalam perayaan Hari Kemerdekaan ini meliputi 2 jenis lomba,
yaitu lomba olahraga dan lomba seni. Sedangkan kegiatan Upacara

122
Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun
Pelajaran 2011/ 2012”, 44.

209
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Peringatan Hari Kemerdekaan dilakukan dalam 2 bentuk acara, yaitu


Upacara Apel Bendera dan Pawai Karnaval. 123
Secara umum urutan kegiatan perayaan HUT Proklamasi
Kemerdekaan RI di MP UIN Jakarta adalah dimulai dengan kegiatan
babak penyisihan lomba olahraga yang bersifat umum, kemudian
pada tanggal 17 Agustus diadakan kegiatan Upacara Apel Bendera,
setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan Pawai karnaval, dan kegiatan
terakhir adalah babak final lomba olahraga yang bersifat umum,
lomba olahraga kedaerahan, lomba seni, dan lomba bidang
akademik.124

1) Kegiatan Lomba
a) Lomba Olahraga
Lomba olahraga yang dilaksanakan ada 2 kategori, yaitu
lomba olahraga yang umum dan lomba olahraga kedaerahan. Lomba
olahraga yang umum adalah seperti bola basket, futsal, dan voli.
Lomba olahraga bola basket diadakan hanya untuk siswa-siswa pada
tingkat aliyah saja. Lomba futsal diadakan untuk kalangan sesama
siswa pada jenjang kelas yang sederajat dan untuk kalangan sesama
guru dan staf laki-laki antar jenjang pendidikan. Sedangkan lomba
voli adalah untuk kalangan sesama siswi pada jenjang kelas yang
sederajat dan untuk kalangan sesama guru dan staf perempuan antar
jenjang pendidikan. Sedangkan lomba olahraga kedaerahanadalah
seperti lomba lari karung, lomba bawa kelereng, lomba engrang, tarik
tambang, dll. Lomba olahraga kedaerahan ini diadakan untuk
kalangan antar siswa pada jenjang kelas yang sederajat.125
Lomba olahraga ini secara umum mempunyai 2 tingkatan,
yaitu tingkat antar sesama siswa dan tingkat antar sesame guru.
Lomba olahraga untuk tingkat antar sesama siswa diadakan pada
tingkat kelas yang sederajat, kecuali pada jenjang aliyah para
siswanya berlomba untuk semua tingkatan kelas. Sedangkan lomba

123
Wawancara dengan Firman Hamdani Waka Bagian Kesiswaan Kelas 3-
4 MIP UIN JAKARTA dan dengan Syukri A. Ghani Waka Bagian Kurikulum
MTsP UIN JAKARTA tanggal 12/03/2012.
124
Wawancara dengan Syukri AG pada tanggal 06/01/2012 dan tanggal
12/03/2012; dan dengan Firman Hamdani pada tanggal 07/02/2012 dan tanggal
12/03/2012.
125
Wawancara dengan Syukri AG pada tanggal 06/01/2012 dan tanggal
12/03/2012; dan dengan Firman Hamdani pada tanggal 07/02/2012 dan tanggal
12/03/2012.

210
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

olahraga untuk tingkat antar sesama guru, staf, dan komite sekolah
diadakan pada jenjang pendidikan yang berbeda, walaupun pada
dasarnya keikutsertaan para guru, staf, dan komite sekolah ini hanya
untuk ikut meramaikan dan menambah kemeriahan acara perayaan
itu saja.126
Waktu pelaksanaan untuk lomba olahraga yang umum seperti
bola basket, futsal, dan voli biasanya mulai dilakukan sejak seminggu
sebelum upacara perayaan HUT Kemerdekaan RI, dan final lomba
olahraganya akan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus setelah
upacara Apel Bendera Peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI
dan kegiatan pawai karnaval. Sedangkan lomba olahraga yang
sifatnya kedaerahan biasanya dilakukan tepat pada Hari
Kemerdekaan tanggal 17 Agustus yaitu sesudah upacara Apel
Bendera Perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia dan pawai
karnaval, berarti berbarengan dengan kegiatan final lomba olahraga
bola basket, futsal, dan olahraga voli. 127
Teknis pelaksanaan dalam kegiatan lomba olahraga ini, baik
olahraga yang umum maupun olahraga yang bersifat kedaerahan
semuanya dikoordinir oleh guru-guru yang sudah ditunjuk oleh pihak
sekolah dengan dibantu oleh siswa-siswa dari tingkat tsanawiyah dan
aliyah yang ditunjuk oleh guru koordinator lomba, bahkan dalam
teknis pelaksanaannya di lapangan tidak jarang guru koordinator
lomba menyerahkan penanganan pelaksanaan lomba kepada para
siswa tersebut, sedangkan guru yang menjadi koordinator lomba
hanya mengawasi dan mengarahkannya saja.128
Berdasarkan gambaran di atas dapat diidentifikasikan bahwa
kegiatan lomba olahraga ini dapat menumbuhkembangkan beberapa
sikap positif pada diri siswa. Misalnya sikap apresiatif dengan
keikutsertaannya dalam kegiatan lomba yang bersifat kedaerahan
(tradisional). Sikap kompetitif dengan adanya persaingan antar
sesama siswa untuk dapat memenangkan lomba. Sikap fair play

126
Wawancara dengan Syukri AG pada tanggal 06/01/2012 dan tanggal
12/03/2012; dan dengan Firman Hamdani pada tanggal 07/02/2012 dan tanggal
12/03/2012.
127
Wawancara dengan Syukri AG pada tanggal 06/01/2012 dan tanggal
12/03/2012; dan dengan Firman Hamdani pada tanggal 07/02/2012 dan tanggal
12/03/2012.
128
Wawancara dengan Syukri AG pada tanggal 06/01/2012 dan tanggal
12/03/2012; dan dengan Firman Hamdani pada tanggal 07/02/2012 dan tanggal
12/03/2012; dan observasi tanggal 01/12/2011-07/01/2012.

211
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

(sportifitas) dengan kepatuhan mereka terhadap semua aturan


permainan dalam setiap lomba yang mereka ikuti.129 Sikap tanggung
jawab karena siswa diserahi tugas untuk membantu guru sebagai
koordinator lomba dalam melaksanakan tugasnya. Sikap percaya diri
karena siswa harus yakin akan kemampuannya sendiri dalam
berjuang untuk memenangkan perlombaan.

b) Lomba Seni
Lomba seni yang diselenggarakan dalam rangka Perayaan
Hari Kemerdekaan ini, semuanya diarahkan kepada lomba seni yang
bernuansa kedaerahan atau kebangsaan, misalnya adalah lomba
menyanyi lagu daerah, lomba karnaval pakaian daerah, lomba drama
perjuangan, lomba menghias kelas, dll. Lomba-lomba seni tersebut
biasanya dilaksanakan tepat pada tanggal 17 Agustus sesudah
upacara Perayaan Hari Kemerdekaan dan pawai karnaval, sama
seperti waktu untuk pelaksanaan lomba-lomba olahraga yang bersifat
umum dan kedaerahan.130
Adapun teknis pelaksanaannya secara umum sama dengan
teknis pelaksanaan lomba olahraga yaitu semuanya dikoordinir oleh
guru-guru yang telah ditunjuk oleh pihak sekolah dan dibantu oleh
para siswa dari tingkat tsanawiyah dan aliyah yang dipilih oleh guru-
guru koordinator lomba. Lomba menyanyi lagu-lagu kedaerahan
dilaksanakan sesudah acara kegiatan pawai karnaval, dan pesertanya
adalah para siswa pada masing-masing tingkatan kelas. Lomba
pakaian daerah, pakaian profesi, dan pakaian pejuang dalam
pelaksanaannya tergabung dalam kegiatan pawai karnaval, berarti
para siswa ketika melakukan pawai karnaval mereka juga sebenarnya
sedang berlomba. Lomba pakaian daerah, pakaian pejuang, dan
pakaian profesi ini diikuti oleh para siswa dari tingkat TK, MI,
sampai siswa kelas 7 MTs, dan dilombakan berdasarkan jenjang
pendidikan dan tingkatan kelas. Lomba drama perjuangan juga
tergabung dalam paket kegiatan pawai karnaval sama seperti lomba

129
Karena menurut Sigmund Loland, semua pihak yang terlibat dalam
suatu kompetisi olahraga harus secara suka rela bertindak sesuai dengan etos
bersama dari kompetisi tersebut. Lihat dalam Sigmund Loland, Fair Play in Sport:
A Moral Norm System, 42.
130
Wawancara dengan Syukri AG pada tanggal 06/01/2012 dan tanggal
12/03/2012; dan dengan Firman Hamdani pada tanggal 07/02/2012 dan tanggal
12/03/2012.

212
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

pakaian daerah, pakaian pejuang, dan pakaian profesi. Lomba drama


perjuangan ini hanya diikuti oleh para siswa pada tingkat aliyah saja.
Adapun lomba menghias kelas dilaksanakan setelah pelaksanaan
acara kegiatan pawai karnaval. Lomba menghias kelas ini diikuti oleh
semua kelas dan dilombakan berdasarkan jenjang pendidikan.
Walaupun waktu yang disediakan untuk menghias kelas ini cukup
singkat, namun para siswa untuk melakukannya sudah
mempersiapkan dan merancangnya jauh hari sebelumnya. 131
Kegiatan lomba seni dalam perayaan HUT Kemerdekaan RI
ini kontribusinya terhadap pendidikan akhlak siswa dapat dilihat pada
2 aspek, yaitu pada aspek lomba dan pada aspek seni. Pada aspek
lomba seperti yang telah penulis kemukakan pada bahasan
sebelumnya bahwa dalam kegiatan lomba dapat
menumbuhkembangkan berbagai sikap yang positif pada diri siswa,
yaitu sikap kejujuran, kreatifitas, kompetitif, inovatif, keberanian,
dedikasi, ketekunan, kerendahan hati, tanggung jawab, pengorbanan,
empati, loyalitas, komitmen tim, moral, dan keuletan. Sedangkan
pada aspek seninya sebagaimana yang telah penulis ungkapkan
sebelumnya bahwa segala bentuk kegiatan di bidang seni adalah
refleksi dari kegiatan dalam bidang estetika manusia, yang berarti
kegiatan ini akan dapat mengupayakan berkembangnya sikap estetis
atau sikap apresiatif pada diri siswa terhadap keindahan. Oleh karena
itu maka kegiatan lomba seni ini kontribusinya terhadap pendidikan
akhlak siswa cukup besar.

c) Lomba Bidang Akademik


Pada perayaan HUT kemerdekaan RI di MP UIN Jakarta ini
ada 2 lomba bidang akademik yang dilaksanakan, yaitu lomba cerdas
cermat dan lomba majalah dinding. Lomba cerdas cermat
dilaksanakan setelah acara kegiatan pawai karnaval yang diikuti oleh
para siswa di tingkat tsanawiyah dan di tingkat aliyah. 132
Di tingkat tsanawiyah lomba cerdas cermat ini dilombakan
berdasarkan tingkatan kelas, sedangkan di tingkat aliyah dilombakan

131
Wawancara dengan Syukri AG pada tanggal 06/01/2012 dan tanggal
12/03/2012; dan dengan Firman Hamdani pada tanggal 07/02/2012 dan tanggal
12/03/2012.
132
Wawancara dengan Syukri AG pada tanggal 06/01/2012 dan tanggal
12/03/2012; dan dengan Firman Hamdani pada tanggal 07/02/2012 dan tanggal
12/03/2012.

213
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

untuk semua tingkatan kelas. Materi lomba cerdas cermat lebih


mengutamakan kepada materi tentang perjuangan dan sejarah
nasional Indonesia, namun materi tentang pengetahuan lainnya
seperti pengetahuan agama, pengetahuan umum, dan pengetahuan
eksak juga tetap dimuat sebagai pelengkap.133
Menurut hemat penulis kegiatan lomba cerdas cermat ini
kontribusinya terhadap pendidikan akhlak ada pada 2 aspek, yaitu
aspek lomba dan aspek akademiknya. Kontribusi kegiatan lomba
terhadap pendidikan akhlak siswa seperti telah diuraikan sebelumnya
adalah dapat menumbuhkembangkan beberapa sikap positif dalam
diri siswa. Dalam lomba cerdas cermat ini berdasarkan teknis
pelaksanaannya maka sikap-sikap positif yang dapat dikembangkan
adalah sikap kejujuran, sikap kompetitif, sikap keberanian, dedikasi,
ketekunan, kerendahan hati, tanggung jawab, pengorbanan, empati,
loyalitas, komitmen tim, moral, dan keuletan. Sedangkan pada aspek
akademiknya berdasarkan muatan lombanya yaitu tentang sejarah
Indonesia dan juga tentang keilmuan lainnya, maka kegiatan ini
secara tidak langsung dapat memberikan kontribusinya untuk
menumbuhkembangkan sikap menghargai dan menghormati
(apresiatif) para pejuang atau pahlawan bangsa, sikap rajin menuntut
ilmu, sikap cinta kepada ilmu pengetahuan, sikap kritis, sikap
analitis, dan sikap cermat (teliti).
Adapun lomba majalah dinding pelaksanaannya juga setelah
acara kegiatan pawai karnaval, lomba ini diikuti oleh semua kelas
dari semua jenjang pendidikan, dan dilombakan berdasarkan
tingkatan kelas dalam jenjang pendidikan kecuali pada tingkat aliyah
yang dilombakan berdasarkan semua tingkat kelas. Lomba majalah
dinding ini dilombakan dengan tema perjuangan, sehingga tulisan
berupa puisi, cerpen, pantun, dan lainnya, ataupun artikel yang
dimuat para siswa dalam majalah dinding mereka isinya harus
berkaitan dengan tema tersebut yaitu tentang perjuangan atau
kepahlawanan bangsa Indonesia. 134

133
Wawancara dengan Syukri AG pada tanggal 06/01/2012 dan tanggal
12/03/2012; dan dengan Firman Hamdani pada tanggal 07/02/2012 dan tanggal
12/03/2012.
134
Wawancara dengan Syukri AG pada tanggal 06/01/2012 dan tanggal
12/03/2012; dan dengan Firman Hamdani pada tanggal 07/02/2012 dan tanggal
12/03/2012.

214
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Lomba majalah dinding ini kontribusinya terhadap pendidikan


akhlak dapat dicermati melalui 2 aspek, yaitu melalui aspek lomba
dan melalui aspek jurnalistiknya. Melalui aspek lomba dalam
kegiatan ini seperti pada lomba-lomba yang lain maka kegiatan ini
dapat membantu untuk menumbuhkembangkan sikap kejujuran,
kreatifitas, kompetitif, inovatif, keberanian, dedikasi, ketekunan,
kerendahan hati, tanggung jawab, pengorbanan, empati, loyalitas,
komitmen tim, moral, dan keuletan. Adapun melalui aspek
jurnalistiknya sebagaimana telah dikemukakan pada bahasan
sebelumnya bahwa kegiatan jurnalistik dapat membantu
menumbuhkembangkan sikap jujur, sikap adil, sikap proporsional,
sikap bertanggung jawab, sikap proaktif, sikap saling menghormati,
sikap saling menghargai, sikap ilmiah, sikap objektif, sikap amanah,
sikap melindungi, sikap yang tidak cabul, sikap kasih sayang, sikap
untuk selalu berprasangka baik, sikap selektif , sikap hati-hati, dan
sikap profesional.

2) Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi


Kemerdekaan
Upacara apel bendera dalam perayaan Hari Ulang Tahun
(HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia yang dilaksanakan di MP
UIN Jakarta pada prinsifnya sama saja dengan upacara perayaan
HUT Kemerdekaan RI yang dilaksanakan di sekolah-sekolah lain di
seluruh Indonesia, yaitu secara teknis semuanya mengacu kepada
upacara apel bendera dalam rangka perayaan HUT Kemerdekaan RI
yang dilaksanakan di Istana Merdeka Jakarta.135
Walaupun kegiatan ini dilaksanakan hanya sekali setiap
tahunnya, dan berlangsung hanya sekitar 2 jam saja, namun kegiatan
ini tetap saja mempunyai efek yang positif terhadap perkembangan
akhlak siswa. Berdasarkan rentetan rangkaian kegiatan apel bendera
ini, maka ada beberapa sikap yang dapat tumbuh dan berkembang di
dalamnya. Antara lain adalah tumbuh dan berkembangnya sikap cinta
kepada tanah air Indonesia, sikap persatuan antar sesama bangsa
Indonesia, sikap tertib dalam upacara, sikap disiplin dalam baris
berbaris, sikap menghargai pengorbanan orang lain, dan sikap

135
Wawancara dengan Syukri AG pada tanggal 06/01/2012 dan tanggal
12/03/2012; dan dengan Firman Hamdani pada tanggal 07/02/2012 dan tanggal
12/03/2012.

215
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

tanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban baik sebagai petugas


pelaksana ataupun sebagai partisipan saja.

3) Pawai Karnaval
Kegiatan pawai karnaval di MP UIN Jakarta dilaksanakan
sesudah upacara Apel Bendera Peringatan HUT Proklamasi
Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus, yang rutenya adalah
mengitari jalan-jalan yang mengelilingi komplek UIN Jakarta. Semua
komponen personal MP UIN Jakarta diwajibkan untuk ikut serta,
baik itu dewan pimpinan, dewan guru, staf, komite, maupun seluruh
siswa MP UIN Jakarta.136
Bentuk kegiatan yang disajikan dalam pawai karnaval ini
diatur berdasarkan kelompoknya, yaitu kelompok para pimpinan
yayasan, kelompok para dewan direktur, kelompok para dewan guru
berdasarkan lembaga pendidikan, kelompok komite sekolah, dan
kelompok para siswa yang diatur berdasarkan jenjang pendidikan dan
tingkatan kelas. 137
Dalam tiap kelompok siswa yang diatur berdasarkan jenjang
pendidikan dan tingkatan kelas terdapat barisan siswa yang
mendemontrasikan dramatikal perjuangan atau kepahlawanan,
barisan para siswa yang berpakaian adat kedaerahan, barisan para
siswa yang berpakaian para pejuang atau kepahlawanan, barisan para
siswa yang berpakaian ala profesi, dan barisan para siswa yang
berpakaian sekolah. Khusus untuk kegiatan dramatikal perjuangan
para siswa telah melatih dan mempersiapkannya selama kurang lebih
1 bulan dengan dibimbing dan dikoordinir oleh guru yang ditunjuk
oleh pihak sekolah.138
Sebagai catatan adalah bahwa semua bentuk kegiatan para
siswa yang terdapat dalam pawai karnaval tersebut merupakan bagian
dari rangkaian lomba dalam rangka untuk memeriahkan perayaan
HUT Proklamasi Kemerdekaan RI. Jenis yang dilombakan ada 3,
yaitu lomba dramatikal perjuangan atau kepahlawanan yang hanya
diikuti oleh siswa-siswa pada tingkat MAP UIN Jakarta saja, lomba

136
Wawancara dengan Syukri AG pada tanggal 06/01/2012 dan tanggal
12/03/2012.
137
Wawancara dengan Syukri AG pada tanggal 06/01/2012 dan tanggal
12/03/2012.
138
Wawancara dengan Syukri AG pada tanggal 06/01/2012 dan tanggal
12/03/2012.

216
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

pakaian kedaerahan yang diikuti oleh para siswa pada tingkat MIP
UIN Jakarta, dan lomba pakaian ala profesi yang diikuti oleh para
siswa pada tingkat MTsP UIN Jakarta.139
Mengenai kontribusi kegiatan pawai karnaval ini terhadap
perkembangan akhlak siswa dapat ditelusuri pada 2 aspeknya, yaitu
pada aspek lomba, dan pada aspek proses pelaksanaan kegiatannya.
Pada aspek lomba telah diuraikan sebelumnya bahwa dalam
setiap kegiatan lomba akan dapat memunculkan sikap-sikap positif
pada diri siswa. Selain itu yang dilombakan dalam pawai karnaval ini
semua jenis lombanya berkaitan dengan seni, karena yang
dilombakan adalah lomba dramatikal perjuangan atau kepahlawanan,
lomba pakaian kedaerahan, dan lomba pakaian ala profesi.
Pada lomba dramatikal kepahlawanan sikap-sikap positif yang
dapat dikembangkan adalah sikap kreatifitas, kompetitif, inovatif,
berani, tekun, rendah hati, tanggung jawab, pengorbanan, empati,
loyalitas, komitmen tim, moral, keuletan, serta sikap suka dan
apresiatif terhadap suatu karya seni.
Sedangkan pada lomba pakaian kedaerahan sikap-sikap
positif yang dapat dikembangkan adalah sikap-sikap positif yang
berkaitan dengan lomba seperti yang telah dikemukakan di atas, dan
sikap-sikap positif yang berkaitan dengan kebudayaan seperti sikap
menghargai budaya bangsa Indonesia, sikap apresiatif terhadap
budaya bangsa sendiri, sikap memelihara dan menjaga kebudayaan
bangsa sendiri, serta sikap toleransi terhadap keanekaragaman budaya
bangsa Indonesia.

c. Pendidikan Akhlak dalam Perayaan Hari Besar Lainnya


Ada 1 hari besar yang dirayakan secara besar-besaran oleh
MP UIN Jakarta, hari besar itu adalah Hari Ulang Tahun berdirinya
MP UIN Jakarta yaitu setiap tanggal 7 Januari. Rangkaian kegiatan
perayaan HUT MP UIN Jakarta ini biasanya dimulai sebulan sebelum
hari H dan berakhir pada saat puncak hari perayaannya yaitu pada
tanggal 7 Januari. 140

139
Wawancara dengan Syukri AG pada tanggal 06/01/2012 dan tanggal
12/03/2012; dan dengan Firman Hamdani pada tanggal 07/02/2012 dan tanggal
12/03/2012.
140
Lihat dalam Lihat dalam Tim Penyusun, “Kurikulum Madrasah Aliyah
Tahun Pelajaran 2011/ 2012”, 44; dan wawancara dengan Syukri AG dan dengan
Firman Hamdani tanggal 12/03/2012.

217
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Perayaan HUT MP ini skala kegiatannya jika dilihat dari


kegiatan lomba yang diadakannya maka ada 2 skala perayaan, yaitu
perayaan yang berskala lokal (intern) MP UIN Jakarta saja dan
perayaan yang berskala regional (ekstern) dengan mengundang
sekolah-sekolah yang selevel kualitasnya dalam wilayah
Jabodetabek. Perayaan HUT MP yang dirayakan secara lokal dan
secara regional ini diadakan secara bergantian atau berselang-seling,
jika tahun ini HUT MP UIN dirayakan secara lokal maka tahun
depan perayaannya akan diadakan secara regional, begitu
seterusnya. 141
Adapun bentuk kegiatan dalam perayaan HUT MP ini ada 5
bentuk kegiatan, yaitu: kegiatan lomba, kegiatan syukuran, kegiatan
acara perayaan, kegiatan pameran, dan kegiatan bazar.142

1) Kegiatan Lomba
Kegiatan lomba yang diadakan dalam rangka memeriahkan
perayaan HUT MP UIN Jakarta ini meliputi 3 jenis bidang lomba,
yaitu lomba bidang olahraga, lomba bidang seni, dan lomba bidang
akademik.143
a) Lomba Bidang Olahraga
Lomba-lomba di bidang olahraga waktu pelaksanaannya
disesuaikan dengan jenis lomba dan jumlah pesertanya. Jika jenis
lomba dan jumlah pesertanya memerlukan waktu yang panjang
seperti lomba futsal maka rangkaian kegiatan lomba olahraga tersebut
dilaksanakan sejak dari awal bulan Desember atau sebulan sebelum
hari H, dan lomba-lomba olahraga lainnya juga disesuaikan waktu
pelaksanaannya berdasarkan pertimbangan tersebut.144
Adapun cabang-cabang olahraga yang dilombakan biasanya
adalah cabang olahraga futsal, bola basket, tenis meja, voli, dan
sepeda santai (fun bike). Lomba futsal pada skala lokal pesertanya
adalah para siswa MI dan MTs dan dilombakan berdasarkan
tingkatan kelas. Sedangkan pada skala regional lomba futsal ini
141
Wawancara dengan Syukri AG dan dengan Firman Hamdani tanggal
12/03/2012.
142
Wawancara dengan Syukri AG dan dengan Firman Hamdani tanggal
12/03/2012.
143
Wawancara dengan Syukri AG dan dengan Firman Hamdani tanggal
12/03/2012.
144
Wawancara dengan Syukri AG dan dengan Firman Hamdani pada
tanggal 12/03/2012.

218
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

diikuti oleh sekolah-sekolah undangan dalam lingkup Jabodetabek


yang kualitasnya dianggap selevel dengan MP UIN Jakarta. Lomba
bola basket, tenis meja dan voli pada skala lokal diikuti oleh para
siswa dari tingkat MTs dan MA saja berdasarkan tingkatan kelas
untuk level MTs dan berdasarkan semua tingkatan kelas untuk level
MA, sedangkan pada skala regional pesertanya sama seperti lomba
olahraga futsal yaitu sekolah-sekolah se-Jabodetabek yang diundang
untuk mengikuti lomba. Adapun mengenai lomba sepeda santai (fun
bike) cabang olahraga ini dilaksanakan pada pagi hari H tanggal 7
Januari yang pesertanya adalah seluruh komponen personal MP UIN
Jakarta baik itu yayasan, dewan direksi, dewan guru, staf, dan para
siswa, serta dari kalangan umum atau masyarakat baik itu orang tua
wali murid ataupun masyarakat sekitar lingkungan MP UIN Jakarta
juga diperbolehkan untuk mengikuti sepeda santai ini. 145
Kontribusi kegiatan lomba olahraga dalam kegiatan HUT MP
UIN Jakarta ini terhadap perkembangan akhlak siswa tidak berbeda
dengan kontribusi yang diberikan kegiatan lomba olahraga dalam
kegiatan yang lain, yaitu dapat membantu menumbuhkembangkan
berbagai sikap positif. Misalnya sikap sportifitas atau fair play atau
bisa disebut dengan sikap kejujuran yang muncul karena siswa dalam
berlomba harus sesuai dengan segala ketentuan yang berlaku dalam
setiap jenis perlombaan yang diikutinya. Sikap kompetitif yang
muncul karena adanya persaingan antar siswa baik antara sesama
siswa MP UIN Jakarta sendiri dalam lomba tingkat lokal intern MP
UIN Jakarta atau persaingan antara siswa MP UIN Jakarta dengan
siswa-siswa dari luar MP UIN Jakarta dalam perlombaan tingkat
regional untuk dapat memenangkan setiap lomba yang diikutinya.
Sikap tanggung jawab yang muncul karena siswa dalam mengikuti
lomba tidak hanya mewakili dirinya sendiri, tetapi juga mewakili
kelas dan lembaga pendidikannya. Kemudian sikap percaya diri yang
muncul karena siswa harus yakin akan kemampuannya sendiri dalam
berjuang untuk memenangkan setiap perlombaan yang diikutinya.

b) Lomba Bidang Seni


Kemeriahan perayaan HUT MP UIN Jakarta ini juga
ditambah dengan diadakannya lomba seni yang dilaksanakan pada
hari perayaan yaitu tanggal 7 Januari. Cabang lomba seni ini biasanya
145
Wawancara dengan Syukri AG dan dengan Firman Hamdani pada
tanggal 12/03/2012.

219
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

meliputi cabang musikalisasi puisi, tari Saman, Marawis, mewarnai


gambar, dan lomba menari. 146
Cabang lomba musikalisasi puisi, tari Saman, dan Marawis
pada perayaan skala lokal (intern) diikuti oleh para siswa di tingkat
MTs dan MA yang dilombakan berdasarkan tingkatan kelas untuk
jenjang MTs dan berdasarkan semua tingkatan kelas untuk jenjang
MA, sedangkan pada perayaan skala regional (ekstern) para
pesertanya sama seperti lomba-lomba lainnya yaitu siswa-siswa dari
sekolah-sekolah undangan se-Jabodetabek. Adapun mengenai cabang
lomba mewarnai gambar dan menari diikuti oleh siswa-siswa dari
jenjang TK dan SD yang dilombakan berdasarkan tingkatan kelas. 147

c) Lomba Bidang Akademik


Dalam rangkaian kegiatan untuk memeriahkan perayaan HUT
MP UIN Jakarta ini juga diadakan lomba di bidang akademik yang
dilaksanakan tepat pada hari perayaan HUT MP tersebut yaitu pada
tanggal 7 Januari. Cabang-cabang yang dilombakan dalam bidang
akademik ini adalah olimpiade Matematika, olimpiade Sains/IPA,
dan lomba Matematika Nalaria. 148
Semua cabang lomba bidang akademik tersebut pada
perayaan skala lokal diikuti oleh para peserta dari siswa-siswa MP
UIN Jakarta dengan ketentuan lomba berdasarkan tingkatan kelas dan
tingkatan jenjang pendidikan. Sedangkan pada perayaan skala
regional maka cabang lomba bidang akademik ini pesertanya adalah
para siswa dari sekolah-sekolah se-Jabodetabek yang diundang untuk
mengikuti kegiatan lomba tersebut.149

2) Kegiatan Syukuran
Kegiatan syukuran ini adalah kegiatan yang berbentuk acara
syukuran atau selamatan dalam rangka puji syukur kepada Allah
SWT atas segala capaian yang telah berhasil diraih oleh MP UIN
Jakarta. Acara syukuran ini dilaksanakan pada malam terakhir
146
Wawancara dengan Syukri AG dan dengan Firman Hamdani pada
tanggal 12/03/2012.
147
Wawancara dengan Syukri AG dan dengan Firman Hamdani pada
tanggal 12/03/2012.
148
Wawancara dengan Syukri AG dan dengan Firman Hamdani pada
tanggal 12/03/2012.
149
Wawancara dengan Syukri AG dan dengan Firman Hamdani pada
tanggal 12/03/2012.

220
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

sebelum hari perayaan HUT MP UIN Jakarta, yang dihadiri oleh


segenap pengurus yayasan, dewan direksi, dewan guru, dan seluruh
staf MP UIN Jakarta. Rangkaian kegiatan dalam acara syukuran ini
meliputi kegiatan-kegiatan ibadah sebagai tanda syukur kepada Allah
SWT.150
Secara langsung kegiatan ini memang tidak berkontribusi
terhadap pendidikan akhlak siswa. Namun secara tidak langsung
kegiatan syukuran ini telah menunjukkan keteladanan para guru dan
seluruh staf kependidikan MP UIN Jakarta kepada seluruh siswanya
tentang kewajiban bersikap untuk selalu mensyukuri terhadap segala
keberkahan dan keberhasilan yang telah diraih atau dicapai baik
secara individu maupun secara kolektif. Selain itu melalui kegiatan
ini juga para guru telah memberikan keteladan kepada para siswanya
tentang cara bersyukur yang islami, bukan acara syukuran yang
diwujudkan dengan kegiatan hura-hura. Dengan demikian secara
tidak langsung kegiatan syukuran ini juga memberikan kontribusinya
terhadap pendidikan akhlak siswa yang kaitannya adalah dengan
akhlak kepada Allah, yaitu sikap untuk mensyukuri segala nikmat
yang telah diberikan oleh Allah melalui metode keteladanan para
guru dan staf kependidikannya.

3) Kegiatan Acara Perayaan


Kegiatan acara perayaan ini adalah puncak rangkaian kegiatan
dari perayaan HUT MP UIN Jakarta yang dilaksanakan tepat pada
hari berdirinya MP UIN Jakarta yaitu pada tanggal 7 Januari. 151
Acara perayaan ini dilaksanakan di halaman sekolah
berdampingan dengan lokasi kegiatan pameran. Dalam acara
perayaan ini diadakan pembagian piala bagi semua pemenang lomba,
juga ada pentas seni dan budaya dari siswa-siswa MP UIN Jakarta,
dan diakhiri dengan penutupan acara kegiatan perayaan HUT MP
UIN Jakarta.152

150
Wawancara dengan Syukri AG dan dengan Firman Hamdani pada
tanggal 12/03/2012.
151
Wawancara dengan Syukri AG dan dengan Firman Hamdani pada
tanggal 12/03/2012.
152
Wawancara dengan Syukri AG dan dengan Firman Hamdani pada
tanggal 12/03/2012; dan observasi tanggal 07/01/2012.

221
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

4) Kegiatan Pameran
Dalam rangka menambah kemeriahan perayaan hari ulang
tahunnya MP UIN Jakarta juga mengadakan pameran tentang semua
capaian yang telah diraihnya. Kegiatan pameran ini berlokasi di
halaman sekolah dan dilaksanakan hanya sehari saja yaitu pada hari
perayaannya pada tanggal 7 Januari. Kelompok stan dalam pameran
diatur berdasarkan kelompok jenjang pendidikan, yaitu kelompok
stan TK, kelompok stan MI, kelompok stan MTs, dan kelompok stan
MA. Selanjutnya kelompok stan perjenjang pendidikan tersebut
dibagi lagi berdasarkan kelompok konsorsium mata pelajaran, yaitu
kelompok konsorsium agama, kelompok konsorsium MIPA,
kelompok konsorsium bahasa, kelompok konsorsium ekstra
kurikuler, dan kelompok konsorsium jurnalistik. Semua stan
konsorsium tersebut menampilkan semua hasil karya, kreasi, dan
prestasi yang diraih oleh para siswa MP UIN Jakarta dalam semua
bidang, baik itu di bidang akademik, di bidang seni, maupun di
bidang olahraga, seperti majalah dinding, kaligrafi, trofi, gambar-
gambar atau lukisan, dll. 153
Dalam kegiatan puncak perayaan HUT MP ini banyak sekali
sikap positif yang dapat dikontribusikannya terhadap perkembangan
akhlak siswa. Saat mempersiapkan lokasi arena perayaan para siswa
juga dilibatkan, sehingga hal ini dapat menumbuhkembangkan sikap
percaya diri, tanggung jawab, partisipatif, dan kerja sama tim dalam
diri siswa. Begitu juga saat mengatur setiap ruang pameran untuk
masing-masing konsorsium para siswa juga ikut dilibatkan dalam
mendesainnya, sehingga hal ini dapat memunculkan sikap kreatifitas,
inovatif, dan proporsional siswa. Kemudian pada saat pelaksanaan
perayaan para siswa juga diberi tanggung jawab untuk menjaga ruang
pameran dan melayani setiap pengunjung yang memasukinya, hal ini
mengakibatkan tumbuhnya sikap tanggung jawab, sikap ramah
tamah/sopan, sikap menolong, dan sikap percaya diri pada diri siswa.
Selanjutnya setelah acara kegiatan berakhir para siswa juga diberi
tanggung jawab untuk membereskan atau merapikan arena acara,
yang hal ini mengakibatkan sikap tanggung jawab, sikap kerja sama
tim, dan sikap tolong menolong semakin berkembang dalam diri
siswa.

153
Wawancara dengan Syukri AG dan dengan Firman Hamdani pada
tanggal 12/03/2012; dan observasi tanggal 07/01/2012.

222
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Pada dasarnya seluruh acara kegiatan HUT MP UIN Jakarta


ini diproyeksikan untuk dapat memotivasi para siswa agar bersikap
kreatif, inovatif, apresiatif, dan kompetitif sesuai dengan visi dan misi
yang dicanangkan oleh MP UIN Jakarta, karena dalam kegiatan ini
semua hasil kompetensi, kreasi, dan prestasi siswa dipamerkan
melalui konsorsiumnya masing-masing.

5) Bazar
Kegiatan bazar ini dimaksudkan untuk meramaikan,
menambah, dan melengkapi kemeriahan puncak acara kegiatan
perayaan HUT MP UIN Jakarta. Untuk mengadakan bazar ini MP
UIN Jakarta bekerja sama dengan para pedagang dan para pengusaha
dengan mengundang mereka untuk bersedia ikut dalam kegiatan
bazar tersebut. Kegiatan bazar ini diadakan di halaman sekolah dan
memang halaman MP UIN Jakarta cukup luas dan tempatnya mampu
untuk menampung semua kegiatan perayaan HUT yang mereka
adakan. Jadi lokasi pameran, lokasi panggung acara perayaan, dan
lokasi bazar menyatu dalam satu lokasi yaitu halaman MP UIN
Jakarta, sehingga menjadi satu kesatuan yang menciptakan
kemeriahan dan semaraknya acara puncak perayaan HUT MP UIN
Jakarta.154

4. Kegiatan Ekstra Lainnya


a. Kegiatan Bakti Sosial
Kegiatan bakti sosial ini adalah kegiatan ekstra di luar jam
pelajaran formal yang diadakan dalam rangka untuk membantu
masyarakat yang kurang mampu di perkampungan (desa) tertinggal.
Kegiatan ini diadakan khusus untuk siswa-siswa baru di tingkat
MTsP dan MAP UIN Jakarta. Pelaksanaannya biasanya adalah
setelah 1 atau 2 minggu kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS)
berakhir.155
Adapun teknis pelaksanaannya adalah pada saat kegiatan
MOS yang dilakukan selama 2 atau 3 hari, maka pada kegiatan MOS
tersebut pada setiap harinya setiap siswa diwajibkan untuk membawa
dan mengumpulkan kepada panitia MOS 1 atau lebih jenis bahan
makanan atau bahan pokok seperti beras, gula, kopi, teh, garam, dan

154
Wawancara dengan Syukri AG dan dengan Firman Hamdani pada
tanggal 12/03/2012; dan observasi tanggal 07/01/2012.
155
Wawancara dengan Syukri AG pada tanggal 26/01/2012.

223
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

lain-lain yang berat dan besarnya berdasarkan ketentuan dari sekolah.


Kemudian pada saat pelaksanaan kegiatan Bakti Sosial ke desa
tertinggal maka bahan makanan tersebut dibawa serta. Di desa
tersebut setiap siswa akan menginap di rumah penduduk setempat
bersama gurunya selama 2 malam. Pemilik rumah yang ditinggali
oleh siswa akan menerima bantuan berupa bahan makanan yang telah
dikumpulkan oleh siswa tersebut selama kegiatan MOS berlangsung
dan juga bantuan dana untuk membantu kehidupan pemilik rumah.
Selama 2 malam tinggal di rumah penduduk tersebut setiap siswa
harus membaur dengan kehidupan pemilik rumah yang ditinggalinya,
sehingga dengan begini siswa akan dapat merasakan dan mengalami
secara langsung bagaimana hidup seperti yang pemilik rumah alami.
Bahkan diusahakan agar siswa menganggap bahwa pemilik rumah itu
adalah orang tua asuhnya di situ, agar terjalin suatu ikatan batin
antara mereka. Selain itu, selama berada di desa tertinggal tersebut
seluruh atau setiap siswa juga harus dapat melakukan atau
memberikan sesuatu untuk dapat membantu kehidupan para
penduduk di desa itu misalnya adalah membantu dengan biaya
ataupun tenaga untuk memperbaiki jembatan yang rusak, atau
membantu pembuatan sarana mandi cuci dan kakus (MCK) yang
sehat, dan lain-lain. Akhirnya, pada saat perpisahan dengan para
penduduk desa, maka diadakanlah acara sederhana yang masing-
masing pihak akan menampilkan sesuatu yang bisa berupa kesenian
atau kreasi, dan masing-masing siswa juga memberikan sesuatu
kepada orang tua asuhnya berupa sesuatu yang akan menjadi kenang-
kenangan di antara mereka, begitu juga sebaliknya.156
Berdasarkan gambaran bagaimana teknis pelaksanaan
kegiatan Bakti Sosial ini jika dikaitkan dengan pendidikan akhlak
maka kontribusinya sangatlah besar. Para siswa yang sekolah di MP
UIN Jakarta rata-rata orang tuanya adalah dari kalangan ekonomi
menengah ke atas, yang berarti makanan dan fasilitas yang mereka
rasakan dan gunakan pastilah lebih dari cukup dan lebih dari
memadai. Namun ketika para siswa harus menginap di rumah
penduduk yang tingkat ekonominya adalah dari kalangan bawah,
maka mau tidak mau siswa akan merasakan dan mengalami
bagaimana susah dan tidak enaknya menjalani kehidupan seperti
yang penduduk rasakan. Dengan keadaan seperti ini diharapkan akan

156
Wawancara dengan Syukri AG pada tanggal 26/01/2012.

224
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

tumbuh rasa empati, sikap tolong-menolong, sikap kasih sayang


terhadap yang lemah, dan sikap saling menghargai tanpa memandang
status seseorang.

b. Kegiatan Field Trip


Kegiatan Field Trip (darmawisata) ini adalah suatu kegiatan
yang sifatnya ekstra di luar jam pelajaran formal yang diadakan
dalam rangka menumbuh-kembangkan jiwa kewiraswastaan pada diri
siswa. Kegiatan Field Trip ini dilaksanakan selama 2 hari yang waktu
pelaksanaannya ditentukan oleh sekolah dan kegiatan ini khusus
hanya untuk siswa kelas 8 MTsP dan siswa kelas XI MAP UIN
Jakarta.157
Bentuk kegiatannya adalah para siswa akan diajak ke suatu
tempat usaha (pabrik, perkebunan, industri rumahan, dan lain-lain)
untuk melihat secara langsung bagaimana usaha tersebut dijalankan
atau dikelola dari titik awal sampai ke tahap produksinya, bahkan
sampai ke tahap bagaimana pemasarannya. Misalnya adalah siswa
diajak ke tempat produksi pembuatan kain sutera. Di tempat
pembuatan sutera ini siswa diajak untuk menyaksikan secara
langsung bagaimana proses pembuatan kain sutera tersebut sejak dari
awal prosesnya. Di sini siswa dapat melihat sendiri bagaimana cara
ulat-ulat sutera dipelihara dan diternakkan, kemudian bagaimana ulat-
ulat sutera tersebut berproses menjadi kepompong dan bagaimana
cara menanganinya, kemudian proses perubahan ulat-ulat sutera
tersebut dari kepompong menjadi kupu-kupu, selanjutnya
kepompong-kepompong ulat sutera tersebut diproses lagi untuk
dijadikan benang sutera, dari benang sutera kemudian ditenun
menjadi kain sutera, dan proses seterusnya sampai kepada cara
pemasarannya. Dengan menyaksikan dan mengalami secara langsung
bagaimana proses usaha tersebut dijalankan maka diharapkan
nantinya pengetahuan tersebut akan terpatri kuat dalam ingatan siswa
dan akan menjadi bahan pertimbangannya di masa depan sebagai
salah satu alternatif usaha yang mungkin menjadi sumber penghasilan
dan penghidupannya kelak.158
Dengan demikian kegiatan ini jika dikaitkan dengan
pendidikan akhlak atau pembinaan sikap maka diharapkan dengan
adanya pengetahuan tentang proses usaha tersebut akan dapat
157
Wawancara dengan Syukri AG pada tanggal 26/01/2012.
158
Wawancara dengan Syukri AG pada tanggal 26/01/2012.

225
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

menumbuhkan sikap kreatif dan inovatif, serta sikap optimis siswa


dalam menghadapi kehidupannya kelak. Selain itu melalui kegiatan
Field Trip ini para siswa juga diharapkan sudah mulai merancang
suatu usaha yang akan digelutinya untuk menjamin kehidupan
ekonominya kelak atau dengan kata lain kegiatan ini bisa
membangkitkan sikap futuristik159 siswa.

159
Sikap futuristik disebut juga dengan sikap protensif atau orientasi ke
depan adalah atribut khusus dari kondisi psikis yang disebut ketakutan. Lihat dalam
Smith Ely Jelliffe, The Technique of Psychoanalysis (Princeton: Nervous and
mental disease publishing company, 1920), 69-70.

226
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Tabel 13
Program dan Kegiatan Berorientasi Akhlak Mulia di MP UIN Jakarta

Nilai-Nilai
Jenjang Pendidikan Pendidikan Domain yang
Program/Kegiatan MIP UIN MTsP UIN MAP UIN Jakarta Akhlak Dominan
yang Dominan
Jakarta Jakarta
KBM: KBM: KBM:
1. Kelompok mata pelajaran
Kelompok mata Kelompok mata Agama dan Akhlakul Karimah
pelajaran Agama pelajaran Agama 2. Kelompok mata pelajaran Karakter Moral Afektif
Kewarganegaraan dan
Kepribadian
1. Kelompok mata pelajaran
Jasmani, Olahraga dan
Core 1. Kelompok mata
pelajaran Umum
1. Kelompok mata
pelajaran Umum 2.
Kesehatan
Kelompok mata pelajaran Karakter kinerja Kognitif dan
2. Kelompok mata 2. Kelompok mata Estetika Psikomotor
pelajaran MIPA pelajaran MIPA 3. Kelompok mata pelajaran Ilmu
Kurikuler Pengetahuan dan Teknologi

Kelompok mata Kelompok mata Kelompok mata pelajaran Bahasa Karakter kinerja Kognitif,
pelajaran Bahasa pelajaran Bahasa dan moral Psikomotor, dan
Afektif
Karakter moral Afektif dan
Core Values dan Psikomotor
Hidden Kinerja
Karakter moral Afektif
Tabungan Amal Saleh (TAS)
Karakter moral Psikomotor dan
Habitual Curriculum religius Afektif
Habitual Karakter kinerja Afektif
Reading Habit

227
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Penugasan Karakter kinerja Kognitif


Karakter kinerja Kognitif
Pekerjaan Rumah (PR)
Kokurikuler Pembelajaran Tambahan (Les)
Karakter kinerja Kognitif

Bina Baca al-Qur’an Karakter Kinerja Psikomotor


(BBQ)
Kegiatan Pengembangan Diri
Bidang Akademik:
Jurnalistik & Warcil Journalist Student Karakter Kinerja Psikomotor
Community (JSC)
Science Club Robotik Karakter Kinerja Kognitif dan
MIPA Ceria Kelompok Ilmiah Knowledge Community Psikomotor
Remaja (KIR)
Kader Kesehatan Karakter Kinerja
Dokter Kecil Remaja (KKR) dan Karakter Psikomotor
Palang Merah Remaja moral
(PMR)
Pramuka Karakter Kinerja Psikomotor dan
Ekstra English Club English Club Karakter Kinerja
Afektif
Psikomotor

Kurikuler Peer Mediation


(Mediasi Teman
Sebaya)
Bimbingan Konseling
(BK) Karakter moral Afektif

Student Company (SC) Karakter Kinerja Psikomotor


Rohis Karakter moral Afektif
religius
Bidang Kesenian:
Tilawatil Quran Karakter moral Psikomotor
Tahfidz Juz ‘Amma religius
Kelompok Vokal Musikalisasi Puisi Musikalisasi Puisi
Marawis Marawis Marawis
Marching Band Nasyid Karakter Kinerja Psikomotor

228
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

Arabina

Pasukan Pengibar Pasukan Pengibar Karakter Kinerja Psikomotor dan


Bendera (Paskibra) Bendera (Paskibra) Afektif
Seni Tari Teater Karakter Kinerja Psikomotor
Tari Saman Tari Saman
Seni Lukis
Menggambar Komik Karakter Kinerja Psikomotor
“Manga”
Bidang Olahraga:
Bola Basket Bola Basket Bola Basket
Futsal Sepakbola/Futsal Futsal Karakter Kinerja Psikomotor
Tenis Meja Tenis Meja
Karate Karate Anggar Karakter Kinerja Psikomotor dan
Taekwondo Afektif
Kegiatan Lomba
Intern MP UIN Jakarta Kognitif,
Karakter Kinerja Psikomotor, dan
Ekstern MP UIN Jakarta Afektif
Kegiatan Hari Besar
Kegiatan Hari Besar Keagamaan Karakter moral Afektif
Kognitif,
Kegiatan Hari Besar Nasional Karakter moral Psikomotor, dan
Afektif
Kognitif,
Kegiatan HUT MP UIN Jakarta Karakter Kinerja Psikomotor, dan
Afektif
Kegiatan Ekstra Lainnya
Kegiatan Bakti Sosial Kegiatan Bakti Sosial Karakter moral Afektif
Kegiatan Field Trip Kegiatan Field Trip Karakter Kinerja Psikomotor dan
Afektif

229
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

D. Progresivitas Akhlak Siswa


Bahasan tentang progresivitas dari akhlak siswa-siswa MP
UIN Jakarta ini akan diulas pada 2 aspek, yaitu akhlak kepada Allah
dan akhlak kepada sesama makhluk, dengan melihat
perkembangannya berdasarkan jenjang pendidikan, sehingga dapat
dinilai bagaimana progresnya dari sejak dari awal (MIP UIN Jakarta)
sampai pada tahap akhirnya (MAP UIN Jakarta).

1. Progresivitas Akhlak kepada Allah SWT


Perkembangan akhlak siswa MP UIN Jakarta kepada Allah
SWT progresnya bisa dikatakan berjalan cukup lambat. Jika dilihat
dari indikasi bagaimana mereka melaksanakan rutinitas ibadah di
sekolah seperti berwudu, salat, dan berdoa. Secara garis besar mereka
dalam melaksanakannya belum bisa meyakini dan merasakan
keberadaan Tuhan dengan segala sifat-sifat keagunganNya. Dengan
kata lain para siswa dalam melaksanakan kegiatan ibadah tersebut
hanya bersifat kegiatan lahiriyahnya saja, belum meningkat kepada
kegiatan batiniyahnya.
Dalam kegiatan berwudu, para siswa MP UIN Jakarta baik itu
di tingkat ibtidaiyah, tsanawiyah, maupun yang di tingkat aliyah
dalam melakukannya terkesan asal-asalan saja, tanpa
menyempurnakannya dengan adab berwudu yang baik dan benar
sesuai dengan yang telah mereka pelajari. Masih banyak siswa yang
membasuh mukanya tidak sampai kepada batas-batas wajah yang
telah ditentukan. Membasuh kedua tangan pun mereka tidak sampai
kepada batas siku. Begitu juga dengan gerakan membasuh kedua
kaki, kebanyakan mereka melakukannya tidak sampai kepada batas
mata kaki. Selesai berwudu mereka juga tidak berdoa secara baik dan
benar (khusu’), karena waktu yang mereka gunakan untuk berdoa
rata-rata hanya berkisar kurang dari 3 detik, waktu yang secepat itu
tidak mungkin bacaan doanya akan benar dan hatinya akan khusu’.
Namun semua kesalahan siswa tersebut tidak bisa ditimpakan
sepenuhnya kepada mereka. Menurut penulis kesalahan ini lebih
besar kepada faktor tidak adanya pengawasan dan bimbingan dari
guru.160 Dalam tahap latihan dan pembiasaan ini seharusnya mereka
tetap diawasi dan dibimbing secara terus-menerus oleh para guru,

160
Observasi tanggal 10, 17, dan 24 Februari 2012.

230
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

sampai kebiasaan berwudu dengan adab yang baik dan benar itu
mengkarakter dalam perilaku mereka.
Kemudian dalam kegiatan salat seperti salat Jum’at, para
siswa MIP UIN Jakarta sangat susah untuk ditertibkan. Masih banyak
siswa yang berbicara dengan teman-temannya, ada juga beberapa
siswa yang berlarian atau jalan-jalan (bermain-main) padahal
rangkaian pelaksanaan salat Jum’at sudah mulai dilaksanakan karena
khotib sudah naik ke atas mimbar dan mulai menyampaikan
khutbahnya. 161 Keadaan ini memang masih bisa dimaklumi karena
mereka masih anak-anak yang dunia mereka adalah bermain. Selain
itu, para guru MIP UIN Jakarta juga dalam mendidik para siswanya
menggunakan pendekatan kemitraan dan kekeluargaan dengan sangat
mengedepankan kelemahlembutan,162 sehingga perubahan keadaan
ini progresnya berjalan lebih lambat daripada jika menggunakan
pendekatan yang lebih tegas.
Sedangkan para siswa MTsP UIN Jakarta dalam kegiatan
salat Jum’at ini keadaannya lebih baik daripada siswa MIP UIN
Jakarta dalam hal ketertibannya. Hampir 75% dari mereka ketika
memasuki mesjid akan memilih tempat yang sesuai dengan selera
mereka tanpa mempertimbangkan untuk mengisi saf-saf yang masih
kosong di depan, sehingga para guru untuk menertibkannya harus
menginstruksikan dan mengarahkan mereka terlebih dahulu. Ini
mengindikasikan bahwa kesadaran diri siswa untuk mengisi saf-saf
yang masih kosong di depan masih sangat kurang. Namun dalam hal
ini kesalahan tidak semata-mata pada faktor siswa saja, faktor guru
pun ikut andil dalam permasalahan ini. Karena masih ada beberapa
guru yang ketika masuk ke mesjid tidak memilih tempat atau saf di
depan yang masih kosong, tetapi memilih tempat yang sesuai dengan
kehendaknya walaupun itu jauh di tengah atau di belakang. 163 Sekali
lagi ini adalah masalah faktor keteladanan dari para guru.
Selain itu sebelum rangkaian kegiatan salat Jum’at
dilaksanakan para siswa MTsP UIN Jakarta terlihat masih banyak
yang mengobrol dan bergerombol dengan teman-temannya di dalam
mesjid daripada mereka melakukan amaliyah atau ikut
mengumandangkan bacaan asma> al-h}usna. Namun ketika rangkaian

161
Observasi tanggal 10, 17, dan 24 Februari 2012.
162
Wawancara dengan Afif AL tanggal 08/12/1011 dan dengan Firman
Hamdani tanggal 07/02/2012.
163
Observasi tanggal 10, 17, dan 24 Februari 2012.

231
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

kegiatan salat Jum’at dimulai dengan adanya kumandang azan,


mereka ternyata tidak lagi terlihat berbicara dengan teman-
temannya. 164 Ini merupakan progres yang positif jika dibanding
dengan keadaan yang terjadi pada siswa-siswa di tingkat MIP UIN
Jakarta.
Adapun untuk para siswa di tingkat MAP UIN Jakarta
perkembangannya tidak terlalu signifikan. Sekitar 50% dari mereka
masih saja harus dibantu dengan instruksi dan arahan dari para guru
untuk mengisi saf-saf di depan yang masih kosong. Selain itu mereka
juga nampak masih duduk bergerombol dan mengobrol dengan
teman-temannya, padahal kegiatan pembacaan asma> al-h}usna sedang
dilaksanakan. Namun seperti halnya yang terjadi pada siswa-siswa
MTsP UIN Jakarta, para siswa di tingkat aliyah ini juga akan berhenti
berbicara dengan teman-temannya sejak kegiatan salat Jum’at mulai
dilaksanakan yang ditandai dengan berkumandangnya azan. 165
Adapun perkembangan perilaku siswa MP UIN Jakarta yang
sangat positif pada masalah saf-saf yang masih kosong ini adalah
pada saat pelaksanaan salat Jum’at akan dimulai dengan ditandai
adanya kumandang iqamat. Para siswa tanpa harus dinstruksi dan
diarahkan oleh guru dengan kesadaran sendiri mereka mengisi saf-saf
di depan mereka yang masih kosong.166 Pada bagian ini progres
akhlak siswa baik itu di tingkat MTsP maupun di tingkat MAP UIN
Jakarta bisa dikatakan berkembang lebih cepat.
Perkembangan positif lainnya tentang hal salat ini pada
perilaku akhlak siswa kelas XII MAP UIN Jakarta adalah seluruh
siswa (90% dari 75 siswa kelas XII) yang merupakan alumnus dari
MTsP UIN Jakarta, mereka sudah mempunyai kesadaran sendiri
untuk melaksanakan rutinitas kegiatan ibadah salat sunat Rawatib dan
D}uha di sekolah tanpa harus menunggu instruksi dari guru.
Sedangkan sisanya (10%) yang merupakan siswa pindahan dari
sekolah lain, mereka belum mempunyai kesadaran sendiri untuk
segera melaksanakan rutinitas ibadah tersebut karena masih harus
dimotivasi terlebih dahulu dengan instruksi dari guru.167 Hal ini
mengindikasikan bahwa MP UIN Jakarta telah berhasil menanamkan

164
Observasi tanggal 10, 17, dan 24 Februari 2012.
165
Observasi tanggal 10, 17, dan 24 Februari 2012.
166
Observasi tanggal 10, 17, dan 24 Februari 2012.
167
Observasi tanggal 01/12/2011 dan wawancara dengan Yayat ZM
tanggal 14/06/2012.

232
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

kebiasaan rutinitas ibadah salat D}uh}a dan salat sunat Rawatib


tersebut kepada para siswanya yang dimulai sejak dari MIP UIN
Jakarta sampai MAP UIN Jakarta, sehingga kebiasaan tersebut
mampu menggerakkan perilaku mereka tanpa melalui pertimbangan
dan pemikiran terlebih dahulu (akhlak atau karakter).
Selain itu, berdasarkan laporan orang tua atau wali siswa
MAP UIN Jakarta melalui Buku Penghubung tentang perilaku
anaknya di rumah, sebagian mereka melaporkan bahwa anaknya
sering bangun di tengah malam untuk mengerjakan salat malam
(Tahajud dan sejenisnya) kemudian melanjutkannya dengan
menghapal Alquran sebagaimana yang telah ditugaskan sekolah
kepadanya, dan siswa tersebut tidak akan berhenti sebelum berhasil
menghapalkannya.168
Mengenai masalah salat ini jika merujuk kepada keterangan
yang disampaikan oleh para orang tua/wali siswa maka dapat
dinyatakan bahwa ada 2 tingkatan yang berhasil dicapai oleh MP
UIN Jakarta.169
Tingkatan pertama adalah tingkatan para siswa yang terbiasa
melaksanakan kewajiban salat fardu 5 waktu dan menambahnya
dengan ibadah sunat seperti salat Tahajud, salat Hajat, dan puasa
sunat (puasa hari Senin dan Kamis). Ibadah yang sunat ini tidak
dikerjakan siswa secara rutin, mereka biasanya mengerjakannya
ketika ada yang mereka hajatkan, misalnya ketika menghadapi ujian
semester, ujian kenaikan kelas, ujian kelulusan, ataupun ketika
mengikuti Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Namun
hal ini tetap saja bisa dijadikan sebagai salah satu indikator capaian
yang baik dari pendidikan akhlak terhadap Allah. Capaian ini
sebenarnya tidak terlepas dari peran keluarga yang juga ikut serta
dalam mendidik anak-anaknya. Karena capaian pada tingkat ini
hanya terjadi pada keluarga yang agamis (religius) saja. Dengan kata
lain capaian ini bukan murni hasil dari pendidikan akhlak di MP UIN
Jakarta, karena hal tersebut menunjukkan bahwa ada kontribusi yang
cukup besar dari pendidikan akhlak dalam keluarga yang agamis.
Tingkatan kedua adalah tingkatan para siswa yang hanya
terbiasa untuk melaksanakan kewajiban salat fardu 5 waktu tanpa
menambahnya dengan melaksanakan salat sunat. Capaian pada
168
Wawancara dengan Yayat ZM tanggal 14/06/2012.
169
Wawancara pada tanggal 15, 17, dan 19 Juli 2012 dengan 5 orang tua
dan orang dekat siswa alumnus MP UIN Jakarta tahun 2012.

233
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

tingkatan ini terjadi pada siswa yang tinggal dalam keluarga yang
kurang agamis (religius). Menurut penulis, tingkatan inilah yang
menunjukkan hasil sebenarnya dari upaya MP UIN Jakarta dalam
menanamkan kebiasaan untuk mengerjakan salat fardu 5 waktu dan
salat sunat Duh}a atau salat sunat lainnya kepada siswa. Karena
capaian pada tingkatan ini tidak ada faktor lain yang ikut membantu
MP UIN Jakarta dalam menanamkan kebiasaan-kebiasaan tersebut
kepada siswa, dengan kata lain capaian ini adalah murni hasil dari
upaya dari MP UIN Jakarta. Ini mengindikasikan bahwa sebenarnya
tingkat keberhasilan internalisasi kebiasaan salat kepada siswa di MP
UIN Jakarta berada pada level yang minimal atau cukup berhasil.
Adapun tentang hal adab dalam berdoa, baik itu berdoa
sesudah azan, doa khutbah, ataupun berdoa sesudah salat, hampir
lebih dari 75% siswa MP UIN Jakarta, baik itu siswa di tingkat MIP,
di tingkat MTsP, maupun yang di tingkat MAP UIN Jakarta tidak
berdoa sesuai dengan adab berdoa yang baik dan benar. Mereka
ketika berdoa terlihat seperti enggan untuk menadahkan tangan,
karena kedua telapak tangan mereka yang menadah hanya diletakkan
di atas kedua pahanya saja, sehingga terkesan seperti orang yang
tidak sedang berdoa. Namun perilaku siswa dalam berdoa ini juga
tidak terlepas dari keteladanan para guru. Karena sebagian guru MP
UIN Jakarta dalam berdoa sama seperti yang dilakukan oleh banyak
siswanya. 170 Dengan kata lain, kemungkinan besar sikap keengganan
siswa untuk menadahkan tangan dalam berdoa sebagai tanda
kepasrahan dan tawadu akan ke-Maha Kuasa-an Allah SWT adalah
karena mereka meniru sikap berdoa yang dipraktikkan oleh sebagian
dari guru mereka sendiri. Permasalahan ini juga diakui oleh para guru
MP UIN Jakarta sendiri, menurut mereka salah satu faktor
penyebabnya adalah karena adanya perbedaan tingkat pemahaman
keagamaan dari para guru. Pemahaman keagamaan para guru yang
berbasis agama berbeda cukup jauh dengan pemahaman para guru
yang berbasis umum. Hal ini mengakibatkan ketidakseragaman
perilaku dalam melaksanakan ritual ibadah. Oleh karena itu untuk
mengatasi permasalahan ini maka MP UIN Jakarta harus
mengupayakan untuk memberikan pengertian dan berkoordinasi
dengan para guru yang berbasis umum agar memberikan keteladanan
yang sama seperti yang dilakukan oleh para guru yang berbasis

170
Observasi tanggal 10, 17, dan 24 Februari 2012.

234
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

agama terutama oleh Guru Ketua Konsorsium Agama pada masing-


masing tingkatan pendidikan yang ada di MP UIN Jakarta.
Kemudian mengenai kebiasaan membaca Alquran kepada
para siswa. Dalam permasalahan ini para siswa hanya melakukan
kebiasaan tersebut secara rutin setiap hari pada saat di sekolah saja.
Sedangkan realitas kebiasaan mereka di rumah dapat dikategorikan
ke dalam 2 tingkatan.171
Tingkatan pertama adalah para siswa yang terbiasa secara
rutin membaca Alquran minimal seminggu sekali, yakni hanya pada
malam Jum’at dengan kebiasaan membaca Alquran surat tertentu,
misalnya surat Ya>sin, al-Mulk, al-Wa>qi’ah, dan atau al-Rahma>n. Hal
ini terjadi pada siswa yang tinggal dalam keluarga yang agamis saja,
dan kebiasaan tersebut sebenarnya adalah kebiasaan dalam keluarga
itu, bukan merupakan kebiasaan yang dibawa oleh siswa berdasarkan
hasil didikan dari MP UIN Jakarta.
Tingkatan kedua adalah para siswa yang kebiasaan membaca
Alqurannya hanya dilakukan pada saat di sekolah saja, sedangkan
pada saat di rumah sama sekali tidak dilakukannya. Hal ini terjadi
pada siswa yang hidup dalam keluarga yang kurang agamis yang
kontribusinya terhadap pendidikan agama siswa sangat kurang atau
tidak ada sama sekali. Dengan demikian realitas ini menunjukkan
bahwa MP UIN Jakarta dalam menginternalisasi kebiasaan membaca
Alquran kepada para siswanya ternyata dapat dikategorikan tidak
berhasil.
Berdasarkan uraian di atas maka secara umum dapat
disimpulkan bahwa pendidikan akhlak kepada Allah SWT di MP
UIN Jakarta tergolong kurang berhasil jika tidak dibantu oleh adanya
pendidikan agama dalam keluarga.

2. Progresivitas Akhlak kepada Sesama Makhluk


Akhlak siswa MP UIN Jakarta terhadap sesama makhluk
terutama kepada orang tua, guru, teman-teman mereka, dan
lingkungan sekolah progresnya sangat signifikan. Kebiasaan 3S
(salim, senyum, dan sapa) yang dilatih dan dibiasakan oleh sekolah
sejak mereka duduk pada jenjang MIP UIN Jakarta sampai mereka
duduk pada jenjang MAP UN Jakarta sudah terlihat hasilnya yang
sangat positif. Para siswa baik itu saat mereka berada di sekolah
171
Wawancara pada tanggal 15, 17, dan 19 Juli 2012 dengan 5 orang tua
dan orang dekat siswa alumnus MP UIN Jakarta tahun 2012.

235
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

maupun di luar sekolah ketika mereka bertemu atau berpapasan


dengan guru, maka mereka segera melakukan 3S terhadap guru
tersebut. Begitu juga kepada orang tua mereka, kebiasaan 3S itu
nampak mereka lakukan ketika orang tua melepas mereka untuk
masuk ke sekolah dan ketika orang tua menjemput mereka di
sekolah. Bahkan para alumnus MP UIN jakarta pun ketika bertemu
dengan guru mereka baik itu di sekolah maupun di luar sekolah,
maka mereka tetap melakukan 3S ini terhadap guru tersebut.172
Keberhasilan dalam mendidik siswa untuk berakhlak kepada
orang tua, guru, dan teman ini juga diakui oleh para orang tua siswa
sendiri. Anak mereka yang telah dididik sejak dari MIP sampai lulus
pada tingkat MAP UIN Jakarta dalam perilaku kesehariannya di
rumah tetap selalu mempraktikkan 3S tersebut dan beradab dengan
baik kepada orang tuanya, anggota keluarga yang lebih tua, dan
teman-teman di lingkungan sekitar rumahnya.173 Dengan demikian
kebiasaan 3S ini telah berhasil MP UIN Jakarta tanamkan kepada
para siswanya, sehingga menjadi salah satu karakter kepribadian dari
akhlak mereka.
Kemudian jika ditinjau berdasarkan perilaku siswa yang
bermasalah, seperti kedisiplinan, ketertiban, dan ketaatan kepada
peraturan sekolah, maka menurut catatan yang ada pada Guru BK
menunjukkan bahwa terdapat sekitar 25% dari 295 siswa kelas 6 MIP
UIN Jakarta yang masuk dalam kategori ini. 174
Namun pada tahap perkembangan selanjutnya, siswa yang
perilakunya bermasalah mengalami penurunan yang cukup signifikan
pada tingkat MTsP UIN Jakarta. Berdasarkan data yang ada pada
Guru BK menunjukkan bahwa siswa yang masuk dalam kategori
berperilaku kurang baik atau bermasalah ini tinggal 17% saja dari
260 siswa kelas 9 MTsP UIN Jakarta.175
Perkembangan yang positif tersebut terus berlanjut pada
jenjang MAP UIN Jakarta. Di tingkat ini bisa dikatakan bahwa 97,5%
dari 75 siswa kelas XII MAP UIN Jakarta tidak masuk dalam

172
Observasi dari tanggal 1 Desember 2011-30 April 2012.
173
Wawancara pada tanggal 15, 17, dan 19 Juli 2012 dengan 5 orang tua
dan orang dekat siswa alumnus MP UIN Jakarta tahun 2012.
174
Wawancara dengan Indriyani Guru Bimbingan Konseling MIP UIN
Jakarta tanggal 12-06-2012.
175
Wawancara dengan Ana I’anah Guru Bimbingan Konseling MTsP UIN
Jakarta tanggal 11/06/2012.

236
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

kategori siswa yang bermasalah dalam berperilaku. Walaupun ada


beberapa siswa yang masih bermasalah dalam berperilaku yaitu
berjumlah sekitar 2,5%, namun siswa-siswa tersebut tidak murni hasil
dari didikan MP UIN Jakarta. Siswa-siswa yang masih bermasalah
perilakunya itu adalah siswa-siswa yang bukan berasal dari lulusan
MTsP UIN Jakarta, tetapi mereka adalah siswa pindahan atau lulusan
dari sekolah lain yang di sekolah asalnya pun ternyata perilakunya
bermasalah. Hal itu menyebabkan progres perilaku mereka
berkembang secara fluktuatif di MAP UIN Jakarta. Menurut para
Guru BK, hal ini lebih dipengaruhi oleh faktor dalam keluarga siswa
yang kurang mendukung bahkan bertentangan dengan sikap yang
didapat siswa di sekolah, sehingga hal tersebut menimbulkan
pertentangan secara kejiwaan dalam diri siswa.176
Dengan demikian berdasarkan gambaran yang penulis uraikan
di atas dapat dinyatakan bahwa MP UIN Jakarta telah berhasil dalam
mendidik para siswanya agar berperilaku yang baik sesuai dengan
aturan dan norma yang berlaku walaupun melalui proses yang sangat
lama, yaitu 12 tahun pendidikan sejak dari MIP UIN Jakarta,
kemudian dilanjutkan pada jenjang MTsP UIN Jakarta, dan terakhir
pada jenjang MAP UIN Jakarta.
Sedangkan akhlak terhadap sesama siswa berdasarkan data-
data yang ada pada Guru BK menunjukkan progres yang positif. Para
siswa ketika mereka masih berada di kelas rendah (kelas 1, 2, dan 3)
pada jenjang MIP UIN Jakarta kadang terjadi kesalahpahaman di
antara mereka, seperti kasus meminjam buku atau alat tulis tanpa ijin
pemiliknya, maka kasus-kasus seperti ini ketika mereka telah duduk
di tingkat kelas dan jenjang selanjutnya semakin berkurang dan tidak
ditemukan lagi. 177 Ini merupakan salah satu indikasi bahwa semakin
lama atau semakin tinggi siswa bersekolah di MP UIN Jakarta maka
semakin tinggi kesadaran mereka dalam bersosialisasi.
Selain itu tingkat kejujuran mereka juga bagus, indikasi
tentang hal ini bisa dilihat dengan seringnya para siswa melaporkan

176
Wawancara dengan Mardiana Guru Bimbingan Konseling MAP UIN
Jakarta tanggal 11/06/2012.
177
Wawancara dengan Mardiana Guru Bimbingan Konseling MAP UIN
Jakarta dan Ana I’anah Guru Bimbingan Konseling MTsP UIN Jakarta tanggal
11/06/2012, serta dengan Indriyani Guru Bimbingan Konseling MIP UIN Jakarta
tanggal 12-06-2012.

237
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

dan menyerahkan kepada guru piket bahwa mereka telah menemukan


uang yang tercecer di jalan. 178
Adapun akhlak siswa terhadap lingkungan juga menunjukkan
progres yang positif. Mereka sudah terbiasa untuk membuang
sampah pada tempatnya, tidak ada siswa yang membuang sampah
terutama bekas makan dan minum yang mereka buang secara
sembarangan,179 sehingga hal ini sangat membantu meringankan
tugas cleaning service dalam menjaga kebersihan lingkungan kelas
dan lingkungan sekolah. Mereka juga ikut menjaga dan memelihara
sarana dan prasarana sekolah dengan tidak merusak dan mencoret-
coretnya, sehingga keindahan dan kerapian sekolah tetap terjaga dan
terpelihara.
Berkenaan dengan masalah kebersihan dan kerapian terhadap
diri sendiri yang merupakan salah satu bagian dari akhlak terhadap
diri sendiri, mayoritas siswa MP UIN Jakarta tidak terlalu
memperhatikan atau mempedulikannya.
Berdasarkan pengamatan penulis, rata-rata para siswa MAP
UIN Jakarta terlihat lusuh dan kurang rapi, sehingga hal tersebut
dapat mengindikasikan bahwa mereka kurang respek terhadap
kebersihan dan kerapian diri mereka sendiri. Dengan kata lain akhlak
mereka terhadap diri sendiri tergolong masih kurang.180
Selain itu, berdasarkan keterangan dari sebagian orang
tua/wali siswa maka dapat dinyatakan bahwa dalam hal kebersihan
dan kerapian terhadap diri sendiri ini, tingkat keberhasilan MP UIN
Jakarta dalam mengupayakannya dapat dikategorikan pada 2
tingkatan. 181
Tingkatan pertama adalah siswa yang tingkat kebersihan dan
kerapiannya cukup. Hal ini bisa diketahui melalui tingkat kebersihan
dan kerapian kamar pribadi siswa itu sendiri. Menurut penilaian
orang tua/wali siswa, kebersihan dan kerapian kamar anak mereka
tergolong biasa saja, tidak bisa dikatakan rapi tetapi juga tidak bisa
dikatakan berantakan, tidak bisa dikatakan bersih tetapi juga tidak
bisa dikatakan kotor. Ini menunjukkan bahwa MP UIN Jakarta dalam

178
Observasi dan wawancara dengan Muhaemin sebagai Guru Piket pada
tanggal 31-01-2012.
179
Observasi dari tanggal 1 Desember 2011-30 April 2012.
180
Observasi dari tanggal 1 Desember 2011-31 Mei 2012.
181
Wawancara pada tanggal 15, 17, dan 19 Juli 2012 dengan 5 orang tua
dan orang dekat siswa alumnus MP UIN Jakarta tahun 2012.

238
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

mendidik siswa untuk terbiasa hidup rapi dan bersih tergolong cukup
berhasil.
Sedangkan pada tingkatan kedua adalah siswa yang tingkat
kerapiannya tergolong masih kurang dan tingkat kebersihannya
tergolong cukup. Berdasarkan pengamatan orang tua/wali siswa,
mereka sering mendapati kamar anaknya dalam keadaan cukup
berantakan, walaupun bisa dikatakan bahwa kamar itu masih dalam
keadaan bersih dari kotoran-kotoran atau sampah. Realitas ini
menunjukkan bahwa sebagian siswa tersebut kurang berhasil dididik
untuk terbiasa hidup rapi, walaupun mereka tetap respek dalam hal
kebersihan. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa MP UIN
Jakarta telah cukup berhasil dalam mendidik para siswanya untuk
terbiasa hidup bersih, namun kurang berhasil dalam membiasakan
para siswanya untuk hidup dalam kerapian.

Tabel 14
Tingkat Keberhasilan Pendidikan Akhlak di MP UIN Jakarta

Tingkat Keberhasilan
MIP MTsP MAP
Pendidikan Akhlak UIN UIN UIN
Jakarta Jakarta Jakarta
Adab Berwudu Kurang Kurang Kurang
Akhlak Kebiasaan Salat - - Cukup
kepada Adab Berdoa Kurang Kurang Kurang
Allah Kebiasaan Membaca
Alquran - - Kurang
Adab kepada Orang Tua Baik Baik Baik
Adab kepada Guru Baik Baik Baik
Akhlak Adab kepada Teman Baik Baik Baik
kepada Adab kepada Baik Baik Baik
Sesama Lingkungan
Makhluk Adab kepada Diri
Sendiri:
Kebersihan Diri Cukup Cukup Cukup
Kerapian Diri Kurang Kurang Kurang

239
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA

240
BAB 6
P E N U T U P

A. Kesimpulan
Secara garis besar ada 2 hal yang menjadi kesimpulan dalam
kajian ini, yaitu kesimpulan pada sisi teoritis dan pada sisi praktis.
Pada sisi teoritis kajian ini menunjukkan bahwa semakin banyak
program dan kegiatan yang diadakan oleh sekolah untuk siswa, maka
semakin besar pula kontribusi sekolah tersebut terhadap pendidikan
akhlak. Sedangkan pada sisi praktis, kajian ini menunjukkan bahwa
Madrasah Pembangunan UIN Jakarta melakukan 4 hal untuk dapat
mengoptimalkan pendidikan akhlak mulia bagi para siswanya.
Pertama, dengan menjadikannya sebagai proyeksi dari salah
satu visi keunggulan sekolah. Adapun akhlak mulia yang ingin
diwujudkan adalah akhlak mulia yang berdasarkan ajaran Islam
namun yang mempunyai ciri khas berkepribadian bangsa Indonesia.
Kedua, dengan melakukan pengembangan terhadap
kurikulum sekolah. Pengembangan kurikulum sekolah ini dilakukan
terhadap struktur dan muatan kurikulum agar berorientasi kepada
akhlak yang mulia. Pengembangan terhadap struktur kurikulum
sekolah bisa dilakukan dengan mengintegrasikan berbagai jenis
kurikulum yang strukturnya berbeda atau disebut dengan integrasi
struktur kurikulum, dengan memodifikasi mata pelajaran, dan dengan
memodifikasi alokasi waktu pembelajarannya. Sedangkan
pengembangan muatan kurikulum untuk mengoptimalkan pendidikan
akhlak bisa dilakukan dengan cara mengadopsi muatan kurikulum
dari luar sekolah, mengintegrasikan berbagai model kurikulum yang
secara teknis muatannya berbeda atau disebut dengan kurikulum
terpadu (terintegrasi), dan dengan memodifikasi muatan mata
pelajaran.
Ketiga, dengan mengadakan 4 program khusus yang sangat
menunjang terhadap keberhasilan pendidikan akhlak mulia, yaitu
program Core Values yang berisi tentang latihan dan pembiasaan
tentang nilai-nilai karakter dan nilai-nilai multikultural yang dapat
memberikan kontribusi terhadap perkembangan sikap kepribadian
dan sikap toleransi siswa. Kemudian program Habitual Curriculum
yang berisi tentang latihan dan pembiasaan tentang akhlak pada
aspek keimanan, akhlak pada aspek ibadah, dan akhlak pada aspek
mu’amalah. Selanjutnya program Tabungan Amal Saleh yang

241
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENUTUP

bertujuan untuk melatih kepekaan sosial siswa terhadap orang-orang


yang membutuhkan dengan membiasakan mereka untuk
menginfakkan sebagian dari uang jajan. Terakhir adalah program
Reading Habit yang berisi tentang latihan dan pembiasaan suka
membaca mengenai sesuatu yang bernilai baik atau positif yang dapat
memberikan kontribusi terutama terhadap tumbuh dan
berkembangnya sikap kecintaan terhadap ilmu, sikap kritis, dan sikap
percaya diri siswa.
Keempat, dengan memperbanyak kegiatan yang bersifat
kokurikuler dan ekstra kurikuler yang dapat menunjang secara
langsung maupun secara tidak langsung terhadap tumbuh dan
berkembangnya sikap-sikap positif dalam diri siswa, baik itu berupa
kegiatan di bidang akademik, di bidang olahraga, maupun di bidang
seni.

B. Saran
Berdasarkan hasil dari kajian ini maka ada 4 saran yang
penulis ajukan kepada MP UIN Jakarta untuk lebih mengoptimalkan
keberhasilan pendidikan akhlaknya.
Pertama, perlu adanya pengawasan yang terus-menerus dan
berkesinambungan serta keteladanan yang relatif sama dari seluruh
guru dalam setiap rangkaian pelaksanaan kegiatan rutinitas ritual
ibadah di MP UIN Jakarta.
Kedua, perlu adanya data yang lebih detail tentang kemajuan
perkembangan perilaku setiap siswa sejak dari awal masuk sampai
pada kelulusannya dari MP UIN Jakarta, sehingga penilaian terhadap
progres perkembangan akhlak siswa bersifat akuntabel dan
berkelanjutan dari jenjang MIP UIN Jakarta sampai kepada jenjang
MAP UIN Jakarta.
Ketiga, perlu adanya jalinan kerja sama yang lebih luas dan
lebih erat antara MP UIN Jakarta dengan pihak keluarga siswa dan
masyarakat. Baik itu masyarakat di lingkungan sekolah, masyarakat
di lingkungan siswa tinggal, maupun masyarakat yang lebih luas,
dalam rangka untuk memantau perkembangan akhlak siswa, sehingga
perilaku siswa baik ketika di sekolah ataupun ketika di luar sekolah
dapat terdata secara komprehensif.
Keempat, sudah saatnya MP UIN Jakarta membangun asrama
siswa untuk memenuhi tuntutan orang tua/wali siswa yang ingin
menyerahkan tanggung jawab pendidikan anaknya secara total

242
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENUTUP

kepada pihak sekolah, juga dalam rangka untuk mengurangi efek


negatif dari lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat di mana
siswa tinggal yang sifatnya kontradiktif terhadap tujuan semua
progam dan kegiatan yang dilaksanakan di sekolah.

C. Rekomendasi
Berdasarkan hasil kajian ini maka ada 1 hal yang penulis
rekomendasikan kepada lembaga pemerintah yang berwenang dalam
masalah pendidikan yaitu kepada Kementerian Agama Republik
Indonesia dan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Hal yang direkomendasikan adalah tentang pengadaan “Buku
Catatan Perkembangan Kepribadian” untuk setiap siswa. Buku ini
adalah untuk mencatat setiap perubahan aspek kepribadian siswa,
baik itu perubahan pada aspek pengetahuannya, perubahan pada
aspek keterampilannya, maupun perubahan pada aspek sikap dan
perilakunya. Pencatatan atau pendataan dilakukan sejak siswa
memasuki jenjang pendidikan terendah dan terus berlanjut secara
berkesinambungan sampai siswa tersebut mengakhiri pendidikan
pada jenjang tertinggi yang bisa dicapainya.
Manfaat adanya buku dan kebijakan ini menurut penulis
banyak sekali. Karena dengan adanya data yang secara detail dapat
menunjukkan setiap perubahan seluruh aspek kepribadian siswa, baik
itu yang sifatnya positif maupun yang negatif, maka data tersebut
dapat digunakan para pendidik sebagai bahan acuan untuk
mengarahkan kecenderungan bakat dan minat siswa, para pendidik
juga dapat menggunakannya sebagai bahan masukan untuk
melanjutkan kemajuan pada seluruh aspek yang telah dicapai oleh
siswa, selain itu para pendidik juga dapat memanfaatkannya sebagai
data yang valid untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan pada
seluruh aspek yang belum dicapai oleh siswa.
Bagi siswa pun hal ini akan dapat menimbulkan efek
psikologis yang cukup besar. Karena dengan siswa mengetahui
bahwa semua perkembangan dari perubahan aspek kepribadiannya
terdata dengan baik, maka siswa tersebut akan termotivasi untuk terus
mengembangkan dirinya ke arah yang positif. Siswa akan menyadari
bahwa data tersebut akan menjadi nilai tambah bagi dirinya di masa
depan, terutama untuk karirnya. Selain itu siswa juga akan berfikir
dua kali untuk melakukan perilaku-perilaku yang sifatnya negatif,

243
PENDIDIKAN BERORIENTASI AKHLAK MULIA
PENUTUP

karena perilaku negatifnya tersebut akan terdata dengan baik,


sehingga siswa tersebut khawatir bahwa hal itu akan menjadi
penghambat untuk masa depan karirnya nanti.
Buku ini juga dapat digunakan oleh para peneliti sebagai
sumber penelitian untuk mendapatkan data yang lebih detail dan
komprehensif. Terakhir, data tersebut dapat dijadikan sebagai arsip
negara yang menyimpan tentang data-data warga negaranya.
Menurut hemat penulis, wacana ini jika terlaksana dan
berjalan dengan baik, maka prinsip pendidikan seumur hidup
(lifelong education) dan pendidikan berkelanjutan (sustainable
education) akan semakin optimal pelaksanaannya. Selain itu
pendataan ini juga akan menjadi salah satu kontribusi besar dari
dunia pendidikan terhadap kearsipan negara tentang data setiap warga
negaranya. Data-data tersebut dapat dijadikan bahan acuan bagi
pemerintah dalam mengambil atau menetapkan berbagai kebijakan
untuk berbagai permasalahan terutama untuk dunia pendidikan itu
sendiri.

244
DAFTAR PUSTAKA

‘Ulwa>n, ‘Abdulla>h Na>s}ih}. Tarbiyah al-Aula>d fi> al-Isla>m, Juz 1. Beirut: Da>r
al-Sala>m, 1981.
______________________. Tarbiyah al-Aula>d fi> al-Isla>m, Juz 2. Beirut:
Da>r al-Sala>m, 1996.
Al-Abrashi, M. At}iyah. Al-Tarbiyah al-Isla>miyyah wa Fala>sifatuha. Mesir:
Isa Babi al-Halabi, 1969.
Abuhewaij, Marwan. Principles of Modern Educational Psychology.
Monterey: Trafford Publishing, 2010.
Al-Attas, al-Naquib. Konsep Pendidikan dalam Islam, terj: Haidar Bagir.
Bandung: Mizan, 1984.
Angelica, Emil. The Fieldstone Alliance Nonprofit Field Guide to Crafting
Effective Mission and Vision Statements. Saint Paul: Fieldstone
Alliance, 2001.
Anis, Ibrahim. Al-Mu’jam al-Wasit{. Mesir: Da>r al-Ma’arif, 1972.
Ali, Mohammad. Pendidikan untuk Pembangunan Nasional. Jakarta:
Grasindo, 2009.
Amin, Ahmad. Kita>b al-Akhla>q. Kairo: Da>r al-Kutub al-Mis}riyyah, 1929.
Anderson, Darrell. Educational Objectives and the Teaching of Educational
Psychology. London: E. Stones, 1972.
Anderson, LW. Assessing Affective Characteristic in the School. Boston:
Allyn and Bacon, 1981.
Anonim. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Visimedia, 2007.
_______. Performance Objectives in Education. New Jersey: Educational
Technology Publication, 1973.
_______ Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Visimedia, 2007.
Applebee, Arthur N. Curriculum as Conversation: Transforming Traditions
of Teaching and Learning. Chicago: The University of Chicago
Press, 1996.
AR, Zahruddin dkk. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT.RajaGrafindo
Persada, 2004.
Arora, ND dan SS. Awasthy. Political Theory and Political Thought. New
Delhi: Har-Anand Publications Pvt Ltd, 2007.

245
Awbrey, Susan M dkk (Ed.). Integrative Learning and Action: a Call to
Wholeness. New York: Peter Lang Publishing Inc, 2006.
Baldwin dkk (ed). The Westminster Review, Volume 68-69. New York:
Leonard Scott & Co, 1857.
Bhaskaracharyul, Yerroju. Education and Society. New Delhi: Discovery
Publishing House, 2006.
Bräuer, Gerd (Ed.). Pedagogy of Language Learning in Higher Education:
An Introduction. Westport: Greenwood Publishing Group, 2001.
Burhanuddin, Jajat (Ed.). Ulama Perempuan Indonesia. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2002.
Carey, William J. New Developments in Combustion Research. New York:
Nova Science Publishers Inc, 2001.
Carl, Arend E. Teacher Empowerment through Curriculum Development:
Theory into Practice. Cape Town: Juta and Company Ltd, 2009.
Casey, Darrell L. The Role of Change Leadership in a Operations Excellence
Transformation Model. Tanpa kota: Lulu, 2008.
Chapman, Thandeka K dan Nikola Hobbel (Ed.). Social Justice Pedagogy
Across the Curriculum: The Practice of Freedom. New York:
Routledge, 2010.
Charlesworth, Rosalind dan Karen K. Lind. Math & Science for Young
Children. Belmont: Wadsworth Cengage Learning, 2010.
Clark, Sally N. dan Donald C. Clark, Restructuring the Middle Level School:
Implications for School Leaders. New York: State University of New
York Press, 1994.
Cohen, Richard. Students Resolving Conflict: Peer Mediation in Schools.
Tucson: Good Year Books, 2005.
Colby, Anne dkk (Ed.). Educating Citizens: Preparing America's
Undergraduates for Lives of Moral and Civic Responsibility. San
Fransisco: The Carnegie Foundation for the Advancement of
Teaching, 2003.
Craft, Anna. Creativity Across the Primary Curriculum: Framing and
Developing Practice. London: Routledge, 2000.
Crawford, Marisa dan Graham Rossiter. Reasons for Living: Education and
Young People's Search for Meaning, Identity and Spirituality: A
Handbook. Victoria: ACER Press, 2006.
Curren, Randall (Ed.). A Companion to the Philosophy of Education.
Malden: Blackwell Publishing, 2003.
Darraz, MA. Dustu>r al-Akhla>q fi> al-Qur’an. Beirut: Muassasah al-Risa>lah,
1973.

246
Daulay, Haidar Putra. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional
di Indonesia. Jakarta: Prenada Media, 2004.
Daymon, Christine dan Immy Holloway. Metode Riset Kualitatif. Bandung:
Mizan Publika, tt.
DeKorte, Jodene. Community College Online Learning Administrators. Ann
Arbor: UMI, 2009.
Delany, Clare dan Elizabeth Molloy (Ed.). Clinical Education in the Health
Professions. Chatswood: Elsevier Australia, 2009.
Dym, Barry (dkk). Managing Leadership Transition for Nonprofits: Passing
the Torch to Sustain Organizational Excellence. New Jersey: Pearson
Education Inc, 2011.
Easton, Lois Brown. Professional Learning Communities by Design: Putting
the Learning Back into PLCs. London: Corwin, 2011.
Ediger, Marlow. Curriculum of School Subjects. New Delhi: Discovery
Publishing House, 2007.
English, Lyn D (Ed.), Handbook of International Research in Mathematics
Education. New Jersey: Routledge, 2002.
Fadjar, A. Malik. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Fajar Dunia, 1999.
Fayolle, Alain dan Paula Kyro (Ed.). The Dynamics between
Entrepreneurship, Environment and Education. Glos: Edward Elgar
Publishing Ltd, 2008.
Feisal, Jusuf Amir. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Gema Insani
Press, 1995.
FIP – UPI, Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan
Bagian III: Pendidikan Disiplin Ilmu. Jakarta: IMTIMA, 2007.
Flynn, Patrice dan Virginia A. Hodgkinson (Ed.). Measuring the Impact of
the Nonprofit Sector. New York: Kluwer Academic/Plenum
Publishers, 2001.
Fraser, Barry J, dkk (Ed.). Second International Handbook of Science
Education, Volume 1. New York: Springer, 2012.
Gabriel, Richard A dan Karen S. Metz. From Sumer to Rome: The Military
Capabilities of Ancient Armies. Westport: Greenwood Press, 1991.
Gawande, E.N. Value Oriented Education: Vision for Better Living. New
Delhi: Sarup & Sons, 2002.
Al-Ghazali, Imam. Ih{ya ‘Ulum al-Di>n, Jilid III. Beirut: Da>r al-Fikr, tt.
Gebolyś, Zdzislaw. Library Codes of Ethics Worldwide: An Anthology.
Berlin: Simon Verlag fur Bibliothekswissen, 2011.
Gerler Jr, Edwin R (Ed.). Handbook of School Violence. Binghamton: The
Haworth Reference Press, 2004.

247
Gibbon, Edward. The History of the Decline and Fall of the Roman Empire.
Philadelphia: B. F. French, 1830.
Goldstein, Arnold P dkk (Ed.). New Perspectives on Aggression
Replacement Training: Practice, Research and Application. West
Sussex: John Wiley and Sons, 2004.
Grendler, Paul F. Renaissance Education between Religion and Politics.
Hampshire: Ashgate Publishing Ltd, 2006.
Gunarsa, Singgih D. Bunga Rampai Psikologi Perkembangan: dari Anak
sampai Usia Lanjut. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004.
Hakemulder, Jèmeljan. The Moral Laboratory: Experiments Examining the
Effects of Reading Literature on Social Perception and Moral Self-
concept. Amsterdam: John Benjamins Publishing Company, 2000.
Hardiman, F. Budi. Filsafat Modern: Dari Machiavelli sampai Nietzsche.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004.
Hargreaves, Andy. Changing Teachers, Changing Times: Teachers' Work
and Culture in the Postmodern Age. London: Continuum
International Publishing Group, 1994.
Hidayat, Komaruddin dan Putut Widjanarko (Ed.). Reinventing Indonesia:
Menemukan Kembali Masa Depan Bangsa. Jakarta: Mizan, 2008.
Holland, Thomas P dan Roger A. Ritvo. Nonprofit Organizations: Principles
and Practices. New York: Columbia University Press, 2008.
Holt, Maurice. Curriculum Workshop: An Introduction to Whole Curriculum
Planning. London: Routledge, 1983.
Hunt, Thomas C. dkk (ed). Encyclopedia of Educational Reform and
Dissent, Volume 1. California: SAGE Publications Inc, 2010.
Hunter, William J. Cultural Competency in Health Care Providers' Ethical
Decision-making and Moral Reasoning: Implications for Reducing
Racial and Ethnic Health Disparities for Diverse Populations. Ann
Arbor: ProQuest, 2008.
Iwasiw, Carroll L. dkk. Curriculum Development in Nursing Education.
Sudbury: Jones & Bartlett Learning, 2009.
Jalal, Abdul Fattah. Min al-Usu>li al-Tarbawiyah fi al-Islam. Mesir: Da>r al-
Kutub al-Misriyah, 1977.
Karmakar, RN. Forensic Medicine and Toxicology. Kolkata: Academic
Publisher, 2010.
Kartanegara, Mulyadhi. Mengislamkan Nalar: Sebuah Respons terhadap
Modernitas. Jakarta: Erlangga, 2007.
Khaled, Amr. Buku Pintar Akhlak. Penterjemah: Fauzi. F. B. Jakarta:
Zaman, 2010.

248
Kelly, A.V. The Curriculum: Theory and Practice. London: SAGE
Publication Ltd, 2004.
Kirton, Michael J. Adaption-Innovation: In the Context of Diversity and
Change. East Sussex: Routledge, 2003.
Kuh, George D (dkk). Student Success in College: Creating Conditions that
Matter. San Fransisco: John Wiley and Sons Inc, 2010.
Kyungsun, Kay (Ed.). Widening the Circle of Our Concern: Public
Perceptions of the School District of Philadelphia’s Response to
Intergroup Conflicts. Tucson: Diane Publishing Co, 2011.
Lakshmi, Gadde B dan DB. Rao. Attitude Towards Science. New Delhi:
Discovery Publishing House, 2003.
Lawler, John dan Andy Bilson. Social Work Management and Leadership:
Managing Complexity with Creativity. Abingdon: Routledge, 2010.
Leicester, M dkk (Ed.). Moral Education and Pluralism. London: Falmer
Press, 2000.
Leiding, Darlene. Reform can Make a Difference: A Guide to School Reform.
Lanham: R&L Education, 2009.
Levinson, Jerrold (Ed.). Aesthetics and Ethics: Essays at the Intersection.
Cambridge: Cambridge University Press, 1998.
Lickona, Thomas. “Eleven Principles of Effective Character Education”,
dalam Journal of Moral Education, 25(1), 1996.
______________. Educating for Character How Our Schools Can Teach
Respect and Responsibility. New York: Bantam, 1991.
Littky, Dennis dan Samantha Grabelle. The Big Picture: Education is
Everyone's Business. Alexandria: ASCD, 2004.
Long, Huey B. New Perspectives on the Education of Adults in the United
States. North Ryde: Croom Helm Ltd, 1987.
Loland, Sigmund. Fair Play in Sport: A Moral Norm System. London dan
New York: Routledge, 2002.
Lumpkin, Angela dkk. Practical Ethics in Sport Management. North
Carolina: McFarland & Company Inc, 2012.
Ma’luf, Louis. Al-Munjid fi> Lughah. Beirut: Da>r al-Masyriq, 1960.
Mahjub, Abbas. Us}u>l al-Fikr al-Tarbawi fi al-Islam. Damaskus: Da>r Ibn
Kathi>r, 1987.
Majid, Nurcholish. Indonesia Kita. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004.
Mangal, S. K. Essentials of Educational Psychology. New Delhi: PHI Pvt.
Ltd., 2007.
Mardapi, Djemari dkk (Ed.). Asesmen untuk Memantau Kualitas Pendidikan.
Jakarta: Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia, 2010.

249
Marimba, Ahmad D. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al-
Ma’arif, 1989.
Martin, Michael. Concepts of Science Education: A Philosophical Analysis.
Lanham: University Press of America, 1985.
Meyer, Margaret Renee dan Cynthia W. Langrall (Ed.). A Decade of Middle
School Mathematics Curriculum Implementation: Lessons Learned
from the Show-Me Project. Greenwich, CT: IAP Inc, 2008.
Miskawaih, Ibn. Tahdhib al-Akhlaq. Mesir: al-Mat{ba’ah al-Mis{riyah, 1934.
Monroe, Paul (Ed.). A Cyclopedia of Education: Volume Two. New York:
The Macmillan Company, 1915.
________________. A Cyclopedia of Education. New York: The Macmillan
Company, 1918.
Moran, Gabriel. Speaking of Teaching: Lessons from History. Lanham:
Lexington Books, 2008.
Morris, Paul dan Bob Adamson. Curriculum, Schooling and Society in Hong
Kong. Hongkong: Hongkong University Press, 2010.
Mulyadi, Seto. Seri Cerdas Emosi: Membantu Anak Balita Mengelola
Amarahnya. Jakarta: Erlangga, 2004.
Mustofa, HA. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Mut{ah{h}ari, Murtad}a. Quantum Akhlak. Penterjemah: M. Babul Ulum.
Yogyakarta: Arti Bumi Intaran, 2008.
Nainggolan, Zainuddin Saifullah. Pandangan Cendekiawan Muslim Tentang
Moral Pancasila, Moral Barat, dan Moral Islam. Jakarta: Kalam
Mulia, 1997.
Nata, Abuddin. Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner:
Normatif Perenialis, Sejarah, Filsafat, Psikologi, Sosiologi,
Manajemen, Teknologi, Informasi, Kebudayaan, Politik, Hukum.
Jakarta: Rajawali Press, 2009.
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1997.
Nata, Abuddin dan Fauzan. Pendidikan dalam Perspektif Hadits. Jakarta:
UIN Jakarta Press, Cet. I, 2005.
Newby, David. Mediating between Theory and Practice in the Context of
Different Learning Cultures and Languages. Strasbourg: Council of
Europe Publishing, 2003.
Njoroge, Raphael J. Education for Renaissance in Africa. Victoria: Trafford,
2004.
Noor, Ahmad Syafi’ie. Orientasi Pengembangan Pendidikan Pesantren
Tradisional. Jakarta: Prenada, 2009.

250
Nucci, Larry P. dan Darcia Narvaez (Ed.). Handbook of Moral and
Character Education. New York: Routledge, 2008.
Olson, Steve. Mapping Human History: Gen, Ras, dan Asal Usul Manusia.
Penterjemah: Agung Prihantoro. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, cet.
II, 2006.
Omar, Mohd. Nasir. Akhlak dan Kaunseling Islam. Kuala Lumpur: Utusan
Publications & Distributors Sdn Bhd, 2005.
Pell, Jan dan Irene Van Staveren (Ed.), Handbook of Economics and Ethics.
Cheltenham: Edward Elgar Publishing, 2009.
Penyusun. “Kurikulum MI Pembangunan UIN Jakarta: Tahun Pelajaran
2011 / 2012”. Jakarta: MP UIN JKT, 2011.
Penyusun, Tim. “Kurikulum Madrasah Aliyah Tahun pelajaran 2011/ 2012”.
Jakarta: MP UIN Jakarta, 2011.
_____________. “Kurikulum MTs Pembangunan UIN Jakarta Tahun
pelajaran 2011/ 2012”. Jakarta: Madrasah Pembanguan UIN Jakarta,
2011.
_____________. “Buku Penghubung”. Jakarta: Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Porter, Lynnette R. Developing an Online Curriculum: Technologies and
Techniques. London: Idea Group Inc, 2004.
Print, Murray. Curriculum Development and Design. Crows Nest: Allen &
Unwin, 1993.
Quasem, M. Abul. Etika al-Ghazali: Etika Majemuk di dalam Islam.
Bandung: Pustaka, 1988.
Quinn, Gary J. Moral Education in America: Its Future in an Age of
Personal Autonomy and`Multiculturalism. Lincoln: iUniverse, 2004.
Al-Qurtubi, Ibnu Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Ansari. Tafsir al-
Qurtubi. Kairo: Durush, tt.
Raco, JR. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Grasindo, tt.
Randeraad, Nico (Ed.). Mediators between State and Society. Rotterdam:
Verloren Publisher, 1998.
Rahim, Husni. Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia. Ciputat: Logos
Wacana Ilmu, 2001.
Rao, VK. Principles of Curriculum. New Delhi: APH Publishing Corp,
2008.
Razi, Fathur. Tafsi>r Fathur Razi. Teheran: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah, tt.
Ridho, Rasyid. Tafsi>r al-Manar. Tanpa kota: Da>r al-Manar, 1373 H.
Robinson, Paul dkk (Ed.), Ethics Education in the Military. Hampshire:
Ashgate Publishing Limited, 2008.

251
Rusnak, Thomas (Ed.). An Integrated Approach to Character Education.
London: Corwin Press, 1998.
Sabri, Ehap H (dkk). Purchase Order Management Best Practices: Process,
Technology, and Change Management. Lauderdale: J. Ross
Publishing, 2007.
Sairin, Weinata. Identitas dan Ciri Khas Pendidikan Kristen di Indonesia
antara Konseptual dan Operasional. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2006.
Samaras, Anastasia P, dkk (Ed.). Learning Communities in Practice. Verlag:
Springer, 2008.
Santhut, Khatib Ahmad. Menumbuhkan Sikap Sosial, Moral, dan Spiritual
Anak dalam Keluarga Muslim. Penterjemah Ibnu Burdah,
Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1998.
Schrumpf, Fred dkk. Peer Mediation: Conflict Resolution in Schools:
Program Guide. Spring Valley: Magic Circle Publishing, 1997.
Sholikhin, M. Filsafat dan Metafisika dalam Islam. Yogyakarta: Narasi,
2008.
Siegel, Harvey (Ed.). Reason and Education: Essays in Honor of Israel
Scheffler. Dordrecht: Kluwer Academic Publisher, 1997.
Simon, Brian. Educational Psychology in the U.S.S.R. Tanpa kota:
Routledge, 1963.
Skilbeck, Malcolm. School-Based Curriculum Development. London: Harper
& Row Ltd, 1984.
Smith, David I. dan Terry A. Osborn (Ed.). Spirituality, Social Justice, and
Language Learning. Charlotte: IAP Inc, 2007.
Stewart, Deborah A. Effective Teaching: A Guide for Community College
Instructors. Washington, DC: Community College Press, 2004.
Stoll, Louise (dkk). It's about Learning (and It's about Time). London:
Routledge Falmer, 2003.
Strain, John dan Simon Robinson (Ed.). The Teaching and Practice of
Professional Ethics. Leicester: Troubador Publishing Ltd, 2005.
Suparta, HM. “Perubahan Orientasi Pondok Pesantren”. Desertasi. Jakarta:
SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.
Suseno SJ, Frans Magnis. 12 Tokoh Etika Abad ke-20. Yogyakarta: Kanisius,
2000.
_____________________. 13 Tokoh Etika, Sejak Zaman Yunani sampai
Abad ke-19. Yogyakarta: Kanisius, 1997.
Tiwari, Saket Raman (dkk). Health and Physical Education. New Delhi:
APH Publishing Corp, 2007.

252
Trubon, John D. Blending Cultures: A Guide for Esl Teachers and Students.
Bloomington: iUniverse, 2011.
Tyrer, Graham. Learning to Lead: Using Leadership Skills to Motivate
Students. New York: Continuum International Publishing Group,
2010.
Villany, Christine J. A Synthesized Curriculum for the 21st Century.
Lanham: University Press of America Inc., 1998.
Wahyuddin dkk. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Grasindo, tt.
Wallach, Wendell dan Colin Allen. Moral Machines: Teaching Robots Right
from Wrong. New York: Oxford University Press, 2009.
Weinberg, Robert S. dan Daniel Gould. Foundations of Sport and Exercise
Psychology. Champaign: Human Kinetics, 2011.
Weiner, Irving B dkk (Ed.). Handbook of Psychology: Volume 7 Educational
Psychology. New Jersey: John Wiley and Sons Inc, 2003.
Wiggins, P Grant dan Jay McTighe. Schooling by Design: Mission, Action,
and Achievement. Alexandria: ASCD, 2007.
Wijanarko, Jarot. Mendidik Anak untuk Meningkatkan Kecerdasan
Emosional dan Spiritual. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Ya’qub, Hamzah. Etika Islam: Pembinaan Akhlaqul Karimah. Bandung:
Diponegoro, 1988.
Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Hidakarya
Agung, 1996.
Zahri, Mustafa. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. Surabaya: Bina Ilmu, 1995.
Zuhairini. Metodik Pendidikan Islam. Malang: IAIN Tarbiyah Sunan Ampel
Press, 1950.

Website:
http://www.mpuin-jkt.sch.id/ (diakses 25/11/2011).
http://www.mpuin-jkt.sch.id/content/view/13/85/ (diakses 23/01/2012).
http://www.mpuin-jkt.sch.id/content/view/25/65/1/1/ (diakses 06/02/2012).
http://www.antaranews.com/news/236491/kemdiknas-kembangkan-
kurikulum-berbasis-akhlak-mulia (diakses 17/09/2011).
http://www.ispi.or.id/tag/pendidikan-agama-islam/ (diakses 18/09/2011).
http://learning-forum.blogspot.com/2011/05/pendidikan-akhlak-gagal.html
(diakses 17/09/2011).
http://www.unesco.org/delors/index.html (diakses 21/11/2011).
http://www.jstor.org/stable/20404539 (diakses 02/05/2012).
http://www.jstor.org/stable/30188363 (diakses 01/05/2012).
http://www.jstor.org/stable/25074662 (diakses 30/04/2012).

253
http://id.wikisource.org/wiki/Kode_Etik_Jurnalistik (diakses 22/05/2012).

Dokumentasi
A Video Profile MP UIN Syarif Hidayatullah JKT (3 Version) Indonesia,
Arabic, English: General Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah.

254
GLOSARI

Akhlakul Karimah = perilaku yang mulia.


Akil Balik = sudah berakal dan cukup umur; dewasa (berusia 15
tahun ke atas); sudah dapat membedakan yang baik
dan yang buruk.
Aksentuasi = pengutamaan; penitikberatan; penekanan.
Akuisisi = perolehan, pemerolehan; masukan; pemindahan
kepemilikan; pengambil alihan kepemilikan; cara
memperbesar perusahaan dengan cara memiliki
perusahaan lain.
Alokasi = penjatahan.
Ambiguitas = kemungkinan adanya makna lebih dari satu dalam
sebait kata, gabungan kata, atau kalimat.
Amoral = tidak bermoral; tidak berakhlak.
Antisosial = tidak suka bergaul; cenderung mengganggu
ketentraman umum.
Aplikasi = tambahan; penggunaan; penerapan; lamaran;
permohonan; pendaftaran.
Apresiasi = kesadaran terhadap nilai seni budaya; penilaian
(penghargaan) terhadap sesuatu.
Asma al-H}usna = nama-nama yang baik (bagi Tuhan).
Asumsi = dugaan yang diterima sebagai dasar; landasan
berfikir karena dianggap benar.
Asusila = tidak susila; tidak baik tingkah lakunya.
Budaya Lokal = budaya yang berasal dari daerah setempat.
Currere = untuk menjalankan.
Dedikasi = pengorbanan tenaga, fikiran, dan waktu demi
keberhasilan suatu usaha atau tujuan.
Deskriptif = bersifat menggambarkan apa adanya.
Determinisme = paham yang menganggap setiap kejadian atau
tindakan, baik yang menyangkut jasmani maupun
rohani, merupakan konsekuensi kejadian sebelumnya
dan ada di luar kemauan.
Didaktik = ilmu tentang masalah mengajar dan belajar secara
efektif; ilmu mendidik.
Dilematis = berkenaan dengan dilema; bersifat dilema.
Diskriminatif = bersifat diskriminasi (membeda-bedakan).

255
Diskusi Panel = diskusi yang dilakukan oleh sekelompok orang yang
membahas suatu topik yang menjadi perhatian umum
di hadapan khalayak, pendengar, atau penonton,
khalayak diberi kesempatan untuk bertanya atau
memberikan pendapat.
Disposisi = pendapat seorang pejabat mengenai urusan yang
termuat dalam suatu surat dinas, yang langsung
dituliskan pada surat yang bersangkutan atau pada
lembar khusus.
Dramatis = bersifat drama.
Eksistensial = bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas
tanpa mengetahui mana yang benar dan mana yang
tidak benar.
Eksperimental = berkaitan dengan percobaan.
Eksplisit = gamblang, tegas, terus terang, tidak berbelt-belit;
tersurat.
Ekstra Kurikuler = kurikulum tambahan
Ekstrem = keras dalam pendirian; fanatik.
Empiris = berdasarkan pengalaman.
Enkulturasi = pembudayaan.
Epistemologis = bersifat epistemologi.
Esensi = hakikat; inti; hal yang pokok.
Estimasi = penilaian; pendapat; perkiraan.
Etis = berhubungan (sesuai) dengan akhlak atau etika;
sesuai dengan asas perilaku yang disepakati secara
umum.
Etos Kerja = semangat kerja yang menjadi ciri khas dan
keyakinan seseorang atau suatu kelompok.
Evaluasi Formatif = penilaian yang bersifat format.
Evaluasi Sumatif = penilaian yang diberikan pada akhir
caturwulan atau semester untuk mengetahui tujuan
kurikuler sudah tercapai atau belum.
Fiksi = cerita rekaan (roman, novel, dsb); tidak berdasarkan
kenyataan; rekaan; khayalan.
Filosofis = berdasarkan filsafat.
Fonem = satuan bunyi terkecil yang berfungsi membedakan
arti.
Formal = sesuai dengan peraturan yang sah; resmi.

256
Futuristik (futuristic) = mengarah ke masa depan; berkenaan dengan
futurisme.
Generik = umum; lazim; berhubungan dengan kekhasan sifat
yang dimiliki oleh suatu kelompok.
Grounded-theory = metode penelitian yang berkaca pada realitas
yang ada, menggali realitas tersebut, menganalisisnya,
dan kemudian mencoba menemukan jawaban yang
lebih realistis dengan tujuan untuk mendapatkan teori
atau konsep baru.
Idealistis (idealistic) = bersifat menuju cita-cita.
Ideologis = bersifat ideologi.
Implementasi = pelaksanaan; penerapan.
Implisit = termasuk (terkandung) di dalamnya (meskipun tidak
dinyatakan secara jelas atau terang-terangan);
tersimpul di dalamnya; terkandung halus; tersirat;
mutla tanpa ragu-ragu; secara tulus.
Improvisasi = pembuatan (penyediaan) sesuatu berdasarkan bahan
yang ada (seadanya); penciptaan atau pertunjukkan
sesuatu tanpa persiapan lebih dahulu.
Independensi = bersifat merdeka atau bebas.
Induktif = bersifat (secara) induksi.
Inisiasi = launching tentang investigasi pendahuluan.
Inkonsistensi = ketidaktaatasasan; ketidakserasian.
Interpretatif = bersifat adanya kesan, pendapat, dan pandangan;
berhubungan dengan adanya tafsiran.
Institusi = lembaga; pranata; sesuatu yang dilembagakan oleh
undang-undang, adat atau kebiasaan; gedung tempat
diselenggarakannya kegiatan perkumpulan atau
organisasi.
Instrumen = alat yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu;
perkakas; sarana penelitian (berupa seperangkat tes
dsb) untuk mengumpulkan data sebagai bahan
pengolahan; alat-alat musik; orang yang dipakai orang
lain; dokumen resmi.
Inspiratif = bersifat inspirasi.
Interaksi = hal saling melakukan aksi, berhubungan,
mempengaruhi; antar hubungan.
Interdisipliner = antar disiplin atau bidang ilmu.

257
Internalisasi = penghayatan; penghayatan terhadap suatu ajaran,
doktrin, atau nilai sehingga merupakan keyakinan dan
kesadaran akan kebenaran doktrin atau nilai
diwujudkan dalam sikap dan perilaku.
Interpersonal = antar pribadi atau individu.
Interpretasi = pemahaman.
Intrinsik = dari dalam diri.
Istiqamah = tetap teguh dalam keyakinan.
Jamaah Tablig = suatu kelompok dalam Islam yang suka berdakwah.
Kalimat T}oyyibah = kata-kata yang baik.
Kalkulasi = menghitung atau memperhitungkan.
Karakter = tabiat; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang membedakan seseorang dengan yang lain; watak.
Kausal = bersifat menyebabkan suatu kejadian; bersifat saling
menyebabkan.
Kebhinekaan = keragaman.
Keterampilan Vokasional = keterampilan yang bersangkutan
dengan (sekolah) kejuruan; bersangkutan dengan
bimbingan kejuruan.
Klasifikasi = penyusunan bersistem dalam kelompok atau
golongan menurut kaidah atau standar yang
ditetapkan.
Kokurikuler = rangkaian kegiatan kesiswaan yang berlangsung di
sekolah; kurikulum pendukung atau penunjang.
Kolaboratif = kerjasama.
Komparatif = berkenaan atau berdasarkan perbandingan.
Kompensasi = ganti rugi; pencarian kepuasan dalam suatu bidang
untuk memperoleh keseimbangan dari kekecawaan
dalam bidang lain.
Kompetensi Dasar = kemampuan tingkat dasar.
Kompleksitas = kerumitan; keruwetan.
Komprehensif = luas dan lengkap (tentang ruang lingkup atau isi);
mempunyai dan memperlihatkan wawasan yang luas.
Komunitas = kelompok organism yang hidup dan berinteraksi di
dalam daerah tertentu; masyarakat; paguyuban.
Konsekuensi = sesuai dengan apa yang telah dikatakan atau
diperbuat; berwatak teguh; tidak menyimpang dari apa
yang sudah diputuskan.
Konsorsium = himpunan

258
Konstruktif = susunan(model) suatu bangunan (jembatan,
rumah,dsb); susunan dan hubungan kata dalam
kalimat atau kelompok.
Konstan = tetap tidak berubah; terus-menerus.
Kontaminasi = pengotoran, pencemaran; penggabungan beberapa
bentuk yang menimbulkan bentuk baru yang tidak
lazim.
Konteks = bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat
mendukung atau menambah kejelasan makna; situasi
yang ada hubungannya dengan suatu kejadian.
Kontradiksi = pertentangan antara dua hal yang sama sekali
berlawanan atau bersalahan.
Kontribusi = sumbangan.
Konvensional = berdasarkan konvensi (kesepakatan) umum (seperti
adat, kebiasaan kelaziman); tradisional.
Korupsi = perbuatan menggunakan kekuasaan untuk
kepentingan sendiri (seperti menggelapkan uang atau
menerima uang sogok).
Krusial = gawat; penting; menentukan.
Kurikulum Paralel = dua set kurikulum, yaitu kurikulum biasa dan
kurikulum yang lebih maju yang digunakan secara
bersamaan.
Kurikulum Reaksionis = kurikulum yang muncul sebagai
reaksi terhadap keadaan yang terjadi.
Kurikulum Reformis = kurikulum yang mendukung atau
menganjurkan reformasi.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) = kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di
masing-masing satuan pendidikan atau sekolah.
Lokakarya = pertemuan antar ahli dengan maksud untuk
membahas suatu masalah dalam bidang keahliannya;
sanggar kerja.
Loyalitas = kesetiaan; ketaatan; kepatuhan.
Madrasah Laboratorium = madrasah untuk penelitian dan
pengembangan pendidikan.
Madrasah Pilot Proyek Percontohan= madrasah yang dijadikan
tempat untuk penelitian dan pengembangan
pendidikan.

259
Mafia Hukum = perkumpulan atau organisasi yang bersifat rahasia
yang bergerak di bidang kejahatan (kriminal) hukum.
Mafia Pajak = perkumpulan atau organisasi yang bersifat rahasia
yang bergerak di bidang kejahatan (kriminal)
perpajakan.
Mafia Perbankan = perkumpulan atau organisasi yang bersifat
rahasia yang bergerak di bidang kejahatan (kriminal)
perbankan.
Mafia Proyek = perkumpulan atau organisasi yang bersifat rahasia
yang bergerak di bidang kejahatan (kriminal) proyek.
Maslahat = sesuatu yang mendatangkan kebaikan (keselamatan
dsb); faedah; guna.
Mediasi = proses pengikutsertaan pihak ketiga dalam
penyelesaian suatu perselisihan, yang kedudukannya
hanya sebagai penasihat, dia tidak berwewenang untuk
memberi keputusan untuk menyelesaikan perselisihan
tersebut.
Metaphor = pemakaian kata atau kelompok kata untuk
menyatakan maksud yang lain bukan dengan arti yang
sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang
berdasarkan persamaan atau perbandingan.
Mikrokosmos = dunia kecil khususnya manusia dan sifat
kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran
kecil dari alam semesta.
Modul = standar atau satuan pengukuran; satuan standar yang
bersama-sama dengan yang lain dipergunakan secara
bersama; satuan yang bebas yang merupakan bagian
dari struktur keseluruhan.
Moral = (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum
mengenai penbuatan, sikap, kewajiban, dsb; akhlak;
budi pekerti; susila; kondisi mental yang membuat
orang tetap berani, bersemangat, bergairah,
berdisiplin, bersedia berkorban, menderita,
menghadapi bahaya, dsb; isi hati atau keadaan
perasaan sebagaimana terungkap dalam perbuatan.
Mujahadah = menahan diri.
Multidisipliner = berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
Multikultural = bersifat keberagaman budaya.

260
Multimedia = berbagai jenis sarana; penyediaan informasi pada
komputer yang menggunakan suara, grafika, animasi,
dan teks.
Musikalisasi = hal menjadikan bersifat musik; perihal pemusikan.
Narasi = penceritaan suatu cerita atau kejadian; cerita atau
deskripsi dari suatu kejadian atau peristiwa; tema
suatu karya seni.
Non-Formal = luar sekolah.
Non-Muslim = orang yang bukan beragama Islam.
Ontologis = berhubungan dengan ontologi.
Operasional = bersangkut paut dengan operasi.
Optimal = terbaik; paling menguntungkan.
Otonom = berdiri sendiri; dengan pemerintahan sendiri;
kelompok sosial yang memiliki hak dan kekuasaan
menentukan arah tindakannya sendiri.
Otoriter = berkuasa sendiri; sewenang-wenang.
Paradigma = daftar semua bentukan dari sebuah kata yang
memperlihatkan konjugasi dan deklinasi kata tersebut;
model dalam teori ilmu pengetahuan; kerangka
berfikir.
Paripurna = lengkap; penuh lengkap.
Penataran = proses, cara, perbuatan menatar.
Pencabulan = proses, cara, perbuatan cabul atau mencabuli.
Periodik = menurut periode tertentu; muncul atau terjadi dalam
selang waktu yang tetap.
Persepsi = tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu;
serapan; proses seseorang mengetahui beberapa hal
melalui panca indranya.
Perspektif = sudut pandang; pandangan.
Plagiat = pengambilan karangan (pendapat dsb) orang lain
dan menjadikannya seolah-olah karangan (pendapat
dsb) sendiri; jiplakan.
Populis = penganut paham populisme.
Praktis = berdasarkan praktik; mudah dan senang
memakainya.
Pranatal = sebelum kelahiran anak
Premis = apa yang dianggap benar sebagai landasan
kesimpulan kemudian; dasar pemikiran; alasan;

261
asumsi; kalimat atau proposisi yang dijadikan dasar
penarikan kesimpulan di dalam logika.
Presentasi = pemberian (tentang hadiah); pengucapan pidato
(pada penerimaan suatu jabatan); perkenalan;
penyajian atau pertunjukkan kepada orang-orang yang
diundang.
Presisi = ketepatan; ketelitian.
Proporsional = sesuai dengan proporsi; sebanding; seimbang;
berimbang.
Proyeksi = perkiraan tentang keadaan masa yang akan datang
dengan menggunakan data yang ada (sekarang).
Psikologis = berkenaan dengan psikologi; bersifat kejiwaan.
Rasionalitas = kerasionalan.
Refleksi = gerakan, pantulan di luar kemauan (kesadaran)
sebagai jawaban suatu hal atau kegiatan yang datang
dari luar.
Reformasi = perubahan secara drastis untuk perbaikan dalam
suatu masyarakat atau negara yang meliputi bidang
sosial, politik, atau agama.
Relasional = berkenaan dengan hubungan.
Relevansi = hubungan; kaitan; hal relevan.
Remedial = perbaikan
Reorientasi = peninjauan kembali untuk menentukan sikap dsb.
Representatif = dapat (cakap, tepat) mewakili; sesuai dengan
fungsinya sebagai wakil; muwakal.
Reproduksi Budaya = hasil ulang budaya.
Resolusi = keputusan atau kebulatan pendapat berupa
permintaan atau tuntutan yang ditetapkan oleh rapat
(musyawarah, sidang).
Responsif = bersifat menanggapi; tergugah hatinya; bersifat
memberi reaksi (tidak masa bodoh).
Restrukturisasi = penataan kembali (supaya struktur atau
tatanannya baik).
Retorika = keterampilan berbahasa secara efekif; studi tentang
pemakaian bahasa secara efektif dalam karang-
mengarang.
Revolusioner = bersifat mencintai perubahan secara menyeluruh
dan mendasar.
Reward and Punishment = pujian (hadiah) dan hukuman.

262
Robotik = ilmu tentang mesin robot.
Salim = berjabat tangan.
Silabus = kerangka unsur kursus pendidikan, disajikan dalam
aturan yang logis, atau dalam tingkat kesulitan yang
makin meningkat; ikhtisar suatu pelajaran.
Simultan = terjadi atau berlaku pada waktu yang bersamaan;
serentak; secara serentak dilakukan.
Sinopsis = ikhtisar karangan yang biasanya diterbitkan
bersama-sama dengan karangan asli yang menjadi
dasar sinopsis itu; ringkasan; abstraksi.
Sirkulasi = peredaran; jumlah terbitan; oplah.
Sistematis = teratur menurut sistem; memakai sistem; dengan
cara yang diatur baik-baik.
Solusi = penyelesaian; pemecahan (masalah dsb); jalan
keluar.
Sosiologis = mengenai sosiologi; menurut sosiologi.
Spesifikasi = proses, cara, perbuatan melakukan pemilihan
(perincian); perincian (tentang rencana, proposal, dsb);
pernyataan tentang hal-hal yang khusus (dalam
perjanjian dsb).
Spiritualitas = berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani,
batin).
Sportivitas = sikap adil (jujur) terhadap lawan; sikap bersedia
mengakui keunggulan (kekuatan, kebenaran) lawan
atau kekalahan (kelemahan, kesalahan) sendiri;
kejujuran; kesportifan.
Standar Kompetensi = kemampuan standar.
Statis = dalam keadaan diam (tidak bergerak, tidak aktif,
tidak berubah keadaannya); tetap.
Substansi = watak yang sebenarnya dari sesuatu; isi; pokok;
inti; unsur; zat; kekayaan; harta; medium yang
dipakai untuk mengungkapkan bahasa.
Swakelola = kelola sendiri
Syariat Agama = ajaran atau hukum menurut agama.
Tabungan Amal Saleh = kegiatan menghimpun dana infak dan
sedekah dari seluruh siswa yang dilakukan di setiap
hari sekolah.
Tadarrus = membaca Alquran.
Tahfi>z} al-Qur’an = menghapal Alquran.

263
Tarbiyah = pendidikan.
Tausiyah = ceramah; pidato.
Teoritis = secara teori.
Tilawah al-Qur’an = seni membaca Alquran.
Totalitas = keutuhan; keseluruhan; kesemestaan.
Transformatif = bersifat berubah-ubah bentuk.
Transmisi = pengiriman (penerusan) pesan dan sebagainya dari
seseorang kepada orang (benda) lain; penularan,
penyebaran, penjangkitan penyakit; bagian kendaraan
bermotor yang memindahkan atau meneruskan
tenaga dari mesin ke as belakang; persneling.
Tritunggal = tiga tetapi satu.
Vandalisme = perusakan hasil karya seni (keindahan alam dsb);
perusakan secara kasar dan kejam.
Visi = pandangan; wawasan; kemampuan untuk melihat
pada inti persoalan; apa yang tampak dalam daya
khayal; apa yang terlihat oleh mata.

264
INDEKS

Alquran 161, 162, 165, 171, 172, 173, 220,


surat al-D}uh}a (QS. 93), 163 221, 230, 233, 234, 235, 239
surat al-Gha>shiyah (QS. 88), 163 Allan A. Glatthorn, 99
surat al-Infit}a>r (QS. 82), 163 Alquran, i, 4, 28, 32, 46, 49, 62, 82,
surat al-Lail (QS. 92), 163 85, 109, 121, 130, 132, 159, 160,
surat al-Na>s (QS. 114), 163, 264 161, 162, 163, 164, 171, 182, 233,
surat al-Naba’ (QS. 78), 163 235, 239, 262, 263
surat al-Qa>ri’ah (QS. 101), 163 Al-Qurtubi, 250
surat al-Qadr (QS. 97), 163 Amerika, 3, 5, 14, 37, 41, 51, 54, 57,
surat al-T}a>riq (QS. 86), 163 58, 65, 87, 178, 189, 202
surat al-Takathur (QS. 102), 163 Amin Abdullah, 33, 34
surat al-Takwi>r (QS. 81), 163 Amr Khaled, 51
Andy Bilson, 68, 248
' Andy Hargreaves, 117, 118
‘Abdulla>h Na>s}ih} ‘Ulwa>n, 45, 46, 54 Angela Lumpkin, 202
Anne Colby, 40, 183
3 Anton Widyanto, 2
3S, xxi, 136, 142, 144, 145, 169, Arab, xv, 25, 29, 30, 32, 62, 83, 110,
171, 173, 235, 236 111, 112, 113, 114, 115, 119, 121,
130, 204
Aristoteles, 73
A Arthur N. Applebee, 108
A. Mukti Ali, 61 Asahel D. Woodruff, 75
A.V. Kelly, 98 Asia Tenggara, 94
Abbas Mahjub, 5, 57 Asia Timur, 1
Abdul Fattah Jalal, 31, 33
Abuddin Nata, 21, 26, 28, 49, 52, 53
Adam As, 264 B
Adrian Vickers, 64 Bakti Sosial, 79, 223, 224, 229
afektif, 6, 37, 107 Bali, 205
Afrika, 74 Banda Aceh, 2
Ahmad Amin, 27, 34, 49, 51, 52 Barnett Pearce, 27
Ahmad D. Marimba, 46 Barry B. Gallagher, 65, 67, 68
Ahmad Mahmud Shubhi, 34 Beane, 109
Ahmad Syafi’ie Noor, 18 Berkowitz, 43
akhlak eklektik, 45, 47, 48 Bertens, 26, 27
akhlak rasional, 33, 34, 42, 43 Berys Gaut, 201
akhlak religius, 34, 45 Betty Zan, 38
Al-Abrashi, 4, 244 Bier, 43
Al-Jauhari, 32 Bill Puka, 42
Allah, ii, 26, 27, 28, 29, 31, 45, 46, Bina Baca al-Quran (BBQ), 179, 182
49, 50, 53, 76, 77, 109, 157, 160, Bireuen, 2
Bogoiavlenski, 180
Bogor, xix, 4

265
Budaya Lokal, 254 domain approach, 39
Bukhari, 29 Donald C. Clark, 97, 100, 109, 110,
Buku Penghubung, 82, 160, 161, 245
163, 165, 166, 180, 181, 182, 185, Dyke Brown, 37
190, 193, 197, 198, 201, 202, 207,
233, 250 E
Edward Gibbon, 1
C Eisner, 83, 84
Carolyn Hildebrandt, 38 ekstra kurikuler, 98, 183
Catherine Fink, 41, 42 Elizabeth Molloy, 190, 246
Cheryl Rectanus, 126, 127 Emil Angelica, 72, 73
Child Development Project (CDP), English Club, 185, 187, 188, 228
37, 208 epistemologis, 27, 28
Christine J. Villani, 106 etika, viii, 11, 19, 22, 25, 26, 27, 28,
Clare Delany, 190 29, 30, 33, 37, 39, 58, 76, 81, 87,
Clark, 97, 99, 100, 107, 109, 110, 165, 175, 181, 182, 185, 189, 191,
245 197, 198, 255
cluster, 40 Etis, 255
Colin Allen, 193, 252 evaluasi formatif, 106
conflict resolution, 43 evaluasi sumatif, 106
core curriculum, 107, 129
Core Values, viii, xviii, xix, 87, 88, F
89, 129, 133, 134, 135, 136, 150, Fahrur Razi, 32
151, 154, 155, 156, 157, 160, 163, Fair Play, 202, 203, 212, 248
164, 165, 166, 167, 227, 240 Field Trip, 225, 226, 229
Credo, 125 filosofis, 14, 104, 203
currere, 97
G
D Gabriel Moran, vii, ix, 7, 58
D}uh}a, 160, 161, 162, 163, 165, 168, Gary J. Quinn, 5, 57
171, 233 Gawande, vii, ix, 5, 6, 12, 103, 105,
Daniel K. Lapsley, 13, 58, 75 133, 246
Darcia Narvaez, vii, ix, 5, 13, 35, 36, George D. Kuh, 71
37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 58, 129, Graham Rossiter, 184, 185, 245
208, 250 Graham Tyrer, 181
Darlene Leiding, vii, ix, 7, 58 Grant P. Wiggins, 71, 72
Darraz, 25, 49, 245
David Alan Dolph, 178, 179 H
David I. Smith, 187, 188 H. A. Mustofa, 25, 52, 53
Deborah A. Stewart, 71 H. M. Suparta, 15
Dennis Littky, 74 Habitual Curriculum, viii, x, xviii,
determinisme, 13 xix, 89, 118, 122, 129, 133, 134,
didaktik, 106 136, 150, 151, 154, 159, 160, 163,
Didin Hafidhuddin, 159 164, 165, 166, 167, 171, 227, 240
doa harian, 162, 164, 172 hadits, 4, 29, 46, 49, 132
Dokter Kecil, 190, 191, 228 Hakemulder, 175, 176, 247

266
Hamzah Ya’qub, 28 83, 85, 86, 87, 88, 89, 90,
Heinonen, 108 91,뢸92, 93, 94, 97, 98, 99, 100,
heterogenitas, 35 103, 105, 106, 107, 108, 109, 110,
hidden curriculum, 107, 129 114, 115, 116, 118, 119, 120, 121,
Hiryanto, 65, 68, 69 122, 124, 125, 129, 130, 131, 133,
Huey B. Long, 86 134, 136, 150, 151, 152, 153, 154,
Husni Rahim, 17 158, 159, 160, 161, 162, 163, 164,
165, 166, 167, 168, 171, 172, 173,
I 174, 175, 176, 177, 179, 182, 183,
i’rab al-Qur’an, 204 184, 185, 186, 187, 188, 190, 191,
Ibn ‘Abd al-Ba>r, 54 192, 193, 194, 195, 197, 198, 199,
Ibn Miskawaih, 25, 45, 46, 53 200, 201, 202, 203, 204, 205, 206,
Ibrahim Anis, 25 207, 208, 209, 210, 213, 215, 216,
ideologi kurikulum, 98 217, 218, 219, 220, 221, 222, 223,
Imam al-Ghazali, 25, 27, 34, 45 224, 225, 227, 229, 230, 231, 232,
India, 12, 73 233, 234, 235, 236, 237, 238, 239,
Indonesia, ii, xviii, xx, 1, 2, 3, 8, 9, 240, 241, 244, 245, 246, 247, 248,
10, 17, 25, 26, 27, 28, 30, 32, 51, 249, 250, 251, 252
61, 62, 64, 66, 70, 72, 76, 77, 83, Jamaah Tablig, 15, 257
94, 98, 99, 108, 110, 111, 112, James Arthur, 36, 42, 43, 129
113, 114, 115, 119, 121, 127, 130, James Davison Hunter, vii, ix, 6
135, 136, 142, 145, 155, 156, 167, Jarot Wijanarko, 43
195, 201, 209, 211, 214, 215, 217, Jawa, 93, 205, 207
240, 244, 245, 246, 247, 248, 250, Jerrold Levinson, 200, 201
251, 252, 253 Jogjakarta, 33
Inggris, 1, 17, 42, 98, 110, 111, 112, John D. Trubon, 188
113, 114, 115, 119, 121, 125, 130, John Kotter, 69
187, 188, 204 John Lawler, 68
integrated approach, 36, 152, 208 Journalist Student Community
integrated curriculum, 107 (JSC), 194, 228
interdisipliner kurikulum, 106 Jusuf Amir Feisal, 16
irsyad, 52, 53 juz ‘Amma, 82, 160, 161, 162, 163,
Isjoni, 66 164, 171
Israel, 54, 73, 81, 251
istiqamah, 49, 76 K
Kader Kesehatan Remaja (KKR),
J 190, 228
Jabodetabek, xix, 205, 206, 218, 219, kalimat t}oyyibah, 160, 161, 162
220 Kant, 26, 33, 34, 73, 81
Jajat Burhanuddin, 2 karakter, vii, 4, 5, 11, 14, 15, 17, 19,
Jakarta, i, ii, iii, v, vii, viii, ix, x, xvi, 22, 28, 29, 30, 39, 41, 43, 48, 54,
xvii, xviii, xix, 1, 2, 3, 4, 8, 10, 11, 74, 81, 87, 89, 134, 135, 150, 152,
14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 162, 164, 165, 177, 179, 180, 182,
26, 27, 28, 30, 33, 34, 43, 50, 51, 184, 198, 202, 203, 233, 236, 240
52, 54, 56, 61, 62, 63, 64, 66, 70, Karen K. Lind, 109, 110, 245
72, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, Kathryn R. Wentzel, 74

267
KBM, xix, 89, 90, 91, 92, 116, 117, L. W. Anderson, 51
131, 134, 135, 150, 171, 182, 201, Lakshmi, 192, 248
227 Larry P. Nucci, vii, ix, 5, 13, 35, 36,
kelas bilingual, 126 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 58, 75,
Kelompok Ilmiah Remaja, xix, 192, 129, 208
228 learning to be, 55, 56, 57
Kementerian Agama Republik learning to do, 55, 56
Indonesia, ii, 242 learning to know, 55, 56, 57
Kementerian Pendidikan dan learning to learn, 55
Kebudayaan Republik Indonesia, librarian, 199
242 life skills, 43
keterampilan vokasional, 104 lifelong education, 54, 55, 66, 243
Khatib Ahmad Santhut, 46 lifelong learners, 38, 74
Knowledge Community, xix, 193, Littlejohn, 27
228 Lois Brown Easton, 70
kode etik, 195, 196, 199 Louis Harris, 189
kognitif, 35, 36, 45, 107, 128, 179 Louis Kraar, 1
kokurikuler, viii, 12, 98, 133, 178, Louis Ma’luf, 32
179, 241 Lounsbury, 110
Komaruddin Hidayat, 2, 3 Lustrum, 61
komik “Manga”, 200, 201 Lyman Bryson, 86
kompetensi, 37, 57, 74, 77, 82, 90, Lyn Fisher, 64
104, 124, 159, 160, 161, 165, 166,
182, 187, 188, 192, 194, 223 M
Konfusius, 73 M. Nuh, 4
konsorsium, 115, 130, 131, 204, 222 M. Toha Yahya Omar, 61
konstruksi identitas, 184 Madrasah Laboratorium, 258
konstruksi makna, 184 Madrasah Pilot Proyek Percontohan,
konstruksi spiritualitas, 184 62, 258
konvensional sosial, 39 Madrasah Standar Nasional, xx, 63,
Korea, 2, 73 92
Kupperman, 28 Mafikibb, 17
kurikuler, viii, 4, 80, 89, 98, 133, Makkah, 30
183, 222, 241, 255 Malaysia, 49, 95
kurikulum berbasis internasional, 91 Malcolm Skilbeck, 100
Kurikulum Kemdiknas RI, 118, 122 Malik Fadjar, 16
Kurikulum Kemenag RI, 117, 118 Marawis, 200, 201, 203, 220, 228
kurikulum paralel, 102 Marisa Crawford, 184, 185
Kurikulum Reaksionis, 258 Mark Timmons, 27
Kurikulum Reformis, 258 Marlow Ediger, 131
kurikulum revolusioner, 107 Marwan Abuhewaij, 114
Kurikulum Tingkat Satuan mastery orientation, 39
Pendidikan (KTSP), 99, 258 Matematika Nalaria, 220
Kwek, 73 Matthew Davidson, 39
Menchinskaia, 180
L

268
Mesir, 5, 25, 31, 34, 49, 52, 57, 244, Paul Lengrand, 54
247, 249 Paul Robinson, 198
metode grounded-theory, 21 Pawai Karnaval, 210, 216
metode komparatif, 21 peace making, 43
metode mujahadah, 45 peer mediation, 186
metode riyad}ah, 45 Pekerjaan Rumah (PR), 89, 179, 180,
Michael Martin, 75 181, 228
mikrokosmos, 37, 152 Pencinta Alam, xx, 193
MIPA Ceria, 191, 192, 228 pendekatan multidisipliner
Mohammad Abdul Mukhyi, 66, 67, pendidikan, viii
70 pendekatan religius, 45, 47
Mohammad Ali, 2, 3 pendekatan transformatif, 41
Mohammad Nasir Omar, 49 Pendidikan Kependudukan, vii, 6
moral character, ix, 39 Pendidikan Lingkungan, vii, 6
moral courage, 74 Pendidikan Yoga, vii, 6
Mostert, 106 performance character, 39
motivasi intrinsik, 37, 153 Philip G. Kapfer, 75, 264
mu’amalah, 240 Plato, 73
Muhammad Rasyid Ridho, 31 PMR, xx, 190, 191, 228
Muhammad SAW, 51, 53, 56, 204, Portelli, 97
208 Pramuka, 185, 188, 189, 228
Muhammadiyah, 16 problem solving, 43, 186
multikultural, 134, 135, 150, 153, progresivitas, 21, 23, 133, 230
166 proporsional, 92, 195, 197, 215, 222
multiple intellegency, 93 proyeksi, vii, viii, 6, 22, 66, 240
Murray Print, 97 psikologis, 56, 83, 84, 86, 100, 103,
Murtad}a Mut{ah{h}ari, 26, 51 168, 174, 176, 199, 242
musikalisasi, 82, 200, 203, 220 psikomotor, 179
Mustafa Zahri, 52
R
N Rachael Kessler, 41, 42
Nasyid, 200, 228 Ralph Brody, 65
Neil Harding Snyder, 65 Rao, 73, 97, 100, 192, 248, 250
nilai-nilai multikultural, 88, 89, 134, Raphael J. Njoroge, 74, 75
135, 150, 152, 153, 240 Rawatib, 232
nilai-nilai universal, 88, 134, 135, read well, 74
150, 152, 153 Reading Habit, viii, xx, 87, 88, 89,
NU, xx, 16 123, 129, 133, 174, 228, 240
Nuffield Foundation, 125 remedial, 86, 90
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
O (RPP), 99
ontologis, 19, 28 reward and punishment, 91
Robotik, 207, 228, 262
P Roger A. Ritvo, 71, 247
paradigma, 17, 39 Rohis, 228
Paskibra, 186, 198, 229 Rosalind Charlesworth, 109, 110

269
Rousseau, 73 tausiyah, 118, 120, 160, 162, 166,
208, 209
S teaching skill, 77
Salafiyah, 15 team work, 72, 79
salat, 56, 63, 76, 159, 160, 161, 162, teknologi informasi, 76, 77, 91
164, 165, 168, 185, 204, 230, 231, teori SMART, 68
232, 233, 234 Teori Tritunggal Etika, 35
salawat, 162 Thabrani, 56
Samantha Grabelle, 74, 248 Thomas Lickona, 36, 152
Samuel Smiles, 28 Thomas P. Holland, 71
Sara Salmon, 181 Thomas Rusnak, 36, 152, 208
Sayer, 197 tilawah al-Qur’an, 200, 201
school culture, 70 to live together, 55
Science Club, xx, 192, 228
self-resfect, 74 U
seni, 38, 104, 105, 155, 156, 184, UNESCO, 55
187, 200, 201, 203, 206, 208, 209, Universal, 206
210, 212, 213, 217, 218, 219, 221,
222, 241, 254, 260, 263 V
sharh} al-Qur’an, 204 Vandalisme, 263
silabus, 82, 84, 97, 99, 162 Victor A. Battistich, 37, 208
Singapura, 95
social skills, 43 W
sosiologis, 14, 101 Wahabiyah, 15
sosiomoral, 38 Wahyuddin, 28, 252
speak well, 74 Wartawan Cilik (Warcil), 194
stake holder, 73 Wendell Wallach, 193
Stephen Carr Leon, 54 William J. Hunter, 190, 191
Student Company, xx, 185, 193,
197, 228 Y
Susan A. Illingworth, 182 Yerroju Bhaskaracharyul, 75
syariat, 174 Ynhui Park, 73, 80, 81
Syed Muhammad al-Naquib al- Yunani, 26, 29, 251
Attas, 32
Z
T Zuhur, 123, 124, 160, 161, 168, 169,
ta’di>b, 30, 32, 54, 56 173
ta’li>m, 30, 31, 32, 33, 54, 55, 56, 57 Zurqoni, 51
Tabungan Amal Saleh, viii, xxi, 79,
88, 89, 129, 133, 158, 227, 240,
262
tadarrus al-Qur’an, 160
tah}fi>z} al-Qur’an, 204
Tahajud, 233
tarbiyah, 30, 31, 32, 54, 56, 57
tari Saman, 82, 200, 201, 220

270
BIODATA PENULIS

Anshari, dilahirkan di Palangkaraya pada tanggal 01 Januari


1974. Anak kelima dari 8 bersaudara dari pasangan Muhdar dan
Nasifah yang berdarah Banjar Kalimantan Selatan.
Pernah mengecap pendidikan Taman Kanak-Kanak/Raudhatul
Athfal (sudah lupa namanya) hanya beberapa hari, karena ingin
langsung mengikuti pendidikan tingkat madrasah ibtidaiyah.
Pendidikan madrasah ibtidaiyah yang dimasuki adalah Madrasah
Ibtidaiyah Swasta Nahdhatul Ulama (MIS-NU) di Palangkaraya pada
tahun 1980. Kemudian melanjutkan pendidikan ke Madrasah
Tsanawiyah Negeri (MTsN) Palangkaraya (sekarang telah menjadi
MTsN 1 Model Palangkaraya) pada tahun 1986.
Setelah itu mengikuti tes untuk masuk ke Madrasah Aliyah
Program Khusus di Jogjakarta, namun ternyata tidak lulus. Akhirnya
melanjutkan pendidikan ke sekolah Pendidikan Guru Agama Negeri
(PGAN) Filial Sampit di Palangkaraya pada tahun 1989. Ternyata
kami adalah generasi terakhir dari PGAN, karena setelah itu PGAN
tidak menerima siswa lagi dan ditutup setelah kami lulus pada tahun
1992.
Setelah lulus dari PGAN kemudian melanjutkan pendidikan
ke IAIN Antasari Banjarmasin, Fakultas Tarbiyah cabang
Palangkaraya jurusan Pendidikan Agama Islam, fakultas ini
kemudian berdiri sendiri menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN) Palangkaraya. Selama kuliah tidak berminat untuk
mengikuti organisasi-organisasi mahasiswa, karena ingin lebih
memfokuskan kepada perkuliahan sambil berwiraswasta. Pada tahun
2001 akhirnya dapat menyelesaikan studi di STAIN ini.

271
Pada tahun 2005 diterima menjadi PNS sebagai Guru PAI dan
bertugas selama 3 tahun di pedalaman Kalimantan Tengah, yaitu di
desa Lawang Kamah, kabupaten Kapuas. Pada tahun 2007 menikah
dengan Noorhasanah. Selanjutnya pada tahun 2008 dipindah
tugaskan ke SMPN 1 Pulau Petak kabupaten Kapuas. pada tahun ini
juga mempunyai seorang putri Jasmine Naida Nareswari.
Pada tahun 2010 mengikuti program beasiswa PAIS di
Sekolah Pascasarjana (SPs) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Akhirnya pada tahun 2012 dapat menyelesaikan studi di SPs UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan memperoleh gelar Magister Agama
bidang Pendidikan (M.A.Pd).

Kontak Pribadi
Alamat email : anshari.jasmine@gmail.com
anshari_jasmine@yahoo.com

272
978-979-18830-5-4

Anda mungkin juga menyukai