،S k
Drs. Dharma Kesuma, M.Pd.
Cepi Triatna, S.Pd., M.Pd.
Dr. H. Johar Permana, MA
٠ „,
Pendidikan
Kajian Te o ri dan Praktik di Sekolah
— ...
"٠٠٠٠٠٠٠,..
Drs. Dharma iküsuma. M.Pd.
آمﺀ € ؛J:،M،Pd
Triatrt
.؛B s te
.هh ٢ﻫﻞ ٥٢. H. أ' ﻫﻳؤ'-روؤ
ﺳﻮأ ﺀ Pendidikan
أءﻫﻣﻣﻪ-ء ﻗﻘﻣﺢ' ﻫﺗﺄج#ﺋﺑم ■^ مءم 1ه إأ ؟ ق|ﻣﺣﺊءام آل؟
ظﺈ؛:؛|:؛; ||| و ؟'" ء؛؛| إم ؛؛؛»i li ig
ﺀتﺀم'; ةﻫﺄزﻣﺢ>؛
آ;ﺟﻪ ؛• Pr<sh
؛؛K
SPkotehاص
ﻣﻜﺎ.أو5ا
وك ص :.,ﺳم ,ة ،م ،س/؛ء
ه
RR.PK0133-03-2012
Anggota Ikapi
Cetakan pertama, Mei 2011
. • ٠ Cptakap kedua, Agustus 2011
Cetakan ketiga, Juni 2012
ISBN 978-979-692-044-0
Tim Penulis
Daftar Isi
Bab I
Memaknai Pendidikan Karakter 1
A. Pentingnya Pendidikan Karakter bagi Bangsa
Indonesia 1 .
B. Pengertian Pendidikan Karakter : 4
C. Tujuan pendidikan Karakter dalam Seling Sekolah
D. Karakter yang Perlu Bagi Bangsa؛، Indonesia 11
1. Jujur 16
2. Kerja keras 17
3. Ikhlas 20
E. Analisis Persamaan dan Perbedaan Karakter, Akhlak, dan
Moral 22
Bab 4
Evaluasi Pendidikan Karakter 137
A. Evaluasi Pendidikan Karakter 137
B. Evaluasi Diri Anak 142
C. Penilaian Portofolio 147
v ii
,bersinergi dalam pemecahan masalah bangsa ini seeara simultan
berkelanjutan, dan menyeluruh menuju Indonesia emas
2020 .
Buku ini kami awali dengan kajian untuk memahami pendidikan
karakter yang mengkaji secara khusris mengapa pendidikan karakter
perlu untuk membangun dan mengeluarkan bangsa؛٨ dari krisis ؛
m ultidim
mengenai
ensi, lalu
m akna
kami
pendidikan
tegaskar ؛
karakter, tujuan pendidikan karakter, berbagai karakter yang perlu
bagi bangsa Indonesia saat ini, dan eksplorasi mengenai persamaan
dan perbedaan istilah yang sering ‘d igunakan dalam pendidikan
.karakter
Balam bab 2 kami m encoba m enyuguhkan desain pendidikan
karakter yang kami geluti dari Septembei 2009. Bab ini m encoba
m em berikan kom parasi m engenai desaitt pendidikan karakter dilihat
dari silabus dan RPP, Dalam bal ini kam i m enegaskan bahw a
pendidikan karakter y'airg kam i m aksud bukan m enam bah m ata
p elajaran b aru a ta u m e n a m b a h SK d an KD baitt. P endidikan
karakter dalam latar sekolah yang kam i bahas adalah pendidikan
yang m engem balikan desain dan proses pendidikan sebagaim ana
tertuang
peraturan
dalam pem
teori
ndang-undangan
pedagogik d a i ؛
yang ada. Dalam bahasa l'ektoi' DPI disebut “resureksi,1’ m enghidupkan
.kembali yang sridalr mati atau tertidur lam a
Bab 3 kam i isi d e n g a n m odel-m odel p em b e laja ra n dalam
perspektif pendidikan karakter. Kami m encoba m engungkap ا؟اآاﻣﺤﻆ
pembelajaran, di sekolah1 وا. آأ.ﻣﺤﻦ.selalu dikaitkan dengan nilai y ;;،«g
dirujuk sekolahn KTSPvang
dan tertuang
dikeml^uigkan؛؛
dalam visi d
oleli sekolah, ,^emalraml akan hal ini. maka ﻳﺎ:أ؛، ﺻﺊnieiigeriai model
ai'atr dalam pendidikan.'؛
peiatbel،i م؛ﻟﺒﺎوط. ا، أم,mengarah
' p ntuk
yaitu pembelaj،ann-؛
;؛ اا'ألأﻳﺨﺄأأالب.آ l.aa ;"■embd ajaran rellektit I'؛
,.؛'؛
v'■ jauh
,nagian ini akan mengeksploras! mengenai hakikat, prinsip ' roses '
,km evaluasi rnasmgmiasma pembelajaran ،
Pada bab 4 , ١٢٨١٣،.' engenai
mencobabagaimana■»'؛
membahas
mendesain, melakukan, dan mengolah evaluasi terhadap kepemilikan
karakter yang dikembangkan daiam pembelajaran. Evaluasi juga
dilengkapi dengan instrum en yang' dapat dijadikan rttjukan oleh
.para pengkaji, peneliti, praktisi untuk m engev^tasi suatu Irarakter
e،mr'a keseluruhan, buku $؛٨ ,mengkaji
؛ bagaim ana desain
proses, dan evaluasi pendidikan karakter dalam latar sekolah ,
Buku ini merupakan salah satu program kami (P3) yang secara
keseluruhan terlihat pada desain pedagogik bangsa. Pedagogik
bangsa adalah suatu grand design aplikasi pedagogik dalam konteks
pem bangunan bangsa Indonesia saat ini pada berbagai wilayah
pendidikan. Sasaran pembangunan melalui pendidikan ini adalah
pendidikan di persekolahan, pendidikan di keluarga, dan pendidikan
di tempat kerja.
Pendidikan di persekolahan meliputi pedagogik di TK, SD, SMP,
SM A, SMK, dan perguruan tinggi. Pedagogik di keluarga meliputi
pedagogik pada keluarga di m asyarakat perkotaan, m asyarakat
pinggiran kota, masyarakat pedesaan, dan masyarakat adat. Pedagogik
di tempat kerja meliputi pedagogik pada organisasi pem erintah,
pedagogik pada organisasi bisnis, dan pedagogik pada organisasi
sosial nonpemerintahan. Gambaran keseluruhan pedagogik bangsa
ini dapat dilihat bagan berikut ini.
IX
Gambar ٦ Road map kegiatan penyusunan desain teori dan praktik pedagogik bangsa
—> Pedagogik di TK
f ١ Pedagogik di| ؛
: i M kcn
cr
٢٨
Pedagogik di SMP
=؛
٢٨
“0D
CL
0 , Pedagogik di SMA
٢٥
O
٢٥
\ / Pedagogik di SMK
Pedagogik di PT
Pedagogik masyarakat
perkotaan
0
o
H
CL Pedagogik masyarakat
o_
o pinggiran kota
٢٥
“00
Q
0l Pedagogik masyarakat
٢٥ pedesaan
O
٢٥
7T
V y
Pedagogik masyarakat
adat
١
Pedagogik masyarakat
m organisasi pemerintah
9L
0٢٨
Pedagogik masyarakat
organisasi bisnis
٥.
0
٢٥
O
٢٥
Pedagogik masyarakat
7T
organisasi sosial non
V y pemerintah
Memaknai
Pendidikan Karakter
٠
٢
\
Koreksi Pola pikir/mindset/
paradigma
٠ Penguatan Pola pikir/mindset/ T
paradigrrla /
\ ٠ Keteladanan dari lingkungan
٠
٠ Keteladanan dari lingkungan /
Pembiasaan di kelas, sekolah, ٠ Pembiasaan di kelas, sekolah
dan
Nilai yang terkait Nilai yang terkait dengan Nilai yang terkait
dengan diri sendiri orang/makhluk lain dengan ketuhanan
1. Jujur
2. Tanggung jawab
3. Visioner
4. Disiplin
5. Kerja sama
6. Adil
7. Peduli
Tabel 1.3 Karakter lelaki salih menurut Abu Muhammad Jibriel Abdul
Rahman
No Karakter
I. Jujur
M akna jujur. Jujur m erupakan sebuah karakter yang kami
anggap dapat membawa bangsa ini menjadi bangsa yang bebas
dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Jujur dalam kamus Bahasa
Indonesia dimaknai dengan lurus hati; tidak curang. Dalam pandangan
umum, kata jujur sering dimaknai “adanya kesamaan antara realitas
(kenyataan) dengan ucapan”, dengan kata lain "apa adanya”.
Jujur sebagai sebuah nilai m erupakan keputusan seseorang
untuk mengungkapkan (dalam bentuk perasaan, kata-kata dan/atau
perbuatan) bahw a realitas yang ada tidak dim anipulasi dengan
cara berbohong atau menipu orang lain untuk keuntungan dirinya.
Kata jujur identik dengan “b en ar” yang lawan katanya adalah
“bohong”. Makna jujur lebih jauh dikorelasikan dengan kebaikan
(kemaslahatan). Kemaslahatan memiliki makna kepentingan orang
banyak, bukan kepentingan diri sendiri atau kelompoknya, tetapi
semua orang yang terlibat.
Dalam konteks pem bangunan karakter di sekolah, kejujuran
menjadi amat penting untuk menjadi karakter anak-anak Indonesia
saat ini. Karakter ini dapat dilihat secara langsung dalam kehidupan
di kelas, sem isal ketika anak m elaksanakan ujian. P erbuatan
meneontek merupakan perbuatan yang menceiminkan anak tidak
berbuat jujur kepada diri, teman, orang tua, dan gurunya. Dengan
meneontek. anak menipu diri, lemari, orang tua, dan gurunva. Apa
vang ditipu oleh anak. Anak memanipulasi nilai vang didapatkannya
seolah-olah merupakan kondisi vang sebenarnya dan kemampuan
anak, padahal nilai vang didapatnya bukan m erupakan kondisi
vang sebenarnya.
K ejujuran dalam penyelenggaraan sekolah saat ini d ap at
kita identifikasi ketika sekolah menghadapi Ujian Nasional (UN).
Banyak dugaan bahwa pelaksanaan UN banyak dimanipulasi oleh
penyelenggara sekolah itu sendiri, bahkan beberapa kepala sekolah
dan guru mengakui akan hal ini. Jika anak mempersepsi proses
ketidakjujuran dalam UN ini sebagai hal yang biasa, maka telah
2. Kerja keras
M akna kerja keras. Kerja keras adalah suatu istilah yang
melingkupi suatu upaya yang terus dilakukan (tidak pernah
menyerah) dalam menyelesaikan pekerjaan/yang menjadi tugasnya
sampai tuntas. Kerja keras bukan berarti bekerja sampai tuntas
lalu berhenti, istilah yang kami maksud adalah mengarah pada
visi besar yang harus dicapai untuk kebaikan/kemaslahatan manusia
(umat) dan lingkungannya. Mengingat arah dari istilah kerja keras,
maka upaya untuk memaslahatkan manusia dan lingkungannya
merupakan upaya yang tidak ada hentinya sampai kiamat tiba.
Dalam skala mikro, kerja keras terjadi untuk kemaslahatan diri,
keluarga, RT, RW, desa/kelurahan, kecamatan, kab./kota, provinsi,
bangsa/negara, atau dunia dan akhirat. Melihat skalanya, kerja keras
memiliki kondisi yang variatif. Pada sebagian orang kerja keras
dilakukan dengan menghabiskan waktu untuk membuat ide baru
dan menyisakan waktu hanya 2 jam untuk tidur. Pada sebagian
orang, kerja keras dilakukan dengan menghabiskan uang yang
dimiliki untuk membangun suatu sekolah (fisik, layanan maupun
manajerial). Pada sebagian orang kerja keras dilakukan dengan
cara pergi pagi pulang sore untuk mencari nafkah menghidupi
Hanya mencari nafkah dengan mengamen Seorang kakek bekerja keras berjualan
Sumber; http://w ww .m ediaindonesia.com / Sumber: http://okefar؛d.wordpress.
read/2010/06/01 /146358/37/5/Polda*Metro- com/2009/09/02/penjual-pisang-dan-ironi-bank-
dan-Pemprov-DKI-Tertibkan-Gepeng-Pemalak century/
3. Ikhlas
Ikhlas dalam bahasa Arab memiliki arti “mumi”, “suci”, “tidak
bercampur”, “bebas” atau “pengabdian yang tulus”. Dalam kamus
bahasa Indonesia, ikhlas memiliki arti tulus hati; (dengan) hati yg
bersih dan jujur). Sedangkan ikhlas menurut Islam adalah setiap
kegiatan yang kita kerjakan semata-mata hanya karena mengharapkan
ridha Allah SWT.
Para ulama bervariasi dalam mendefinisikan ikhlas namun hakikat
dari definisi-definisi mereka adalah sama. Ada yang mendefenisikan
ikhlas adalah “menjadikan tujuan hanyalah untuk Allah tatkala
beribadah”, yaitu jika engkau sedang beribadah maka hatimu dan
wajahmu engkau arahkan kepada Allah bukan kepada manusia. Ada
yang mengatakan bahwa ikhlas adalah “membersihkan amalan dari
komentar manusia”, yaitu jika engkau sedang melakukan suatu amalan
tertentu maka engkau membersihkan dirimu dari memperhatikan
manusia untuk mengetahui apakah perkataan (komentar) mereka
tentang perbuatanmu itu. Ada juga yang mengatakan bahwa ikhlas
adalah “samanya amalan-amalan seorang hamba antara yang
nampak dengan yang ada di batin”. Ada juga yang mengatakan
bahwa ikhlas adalah, “melupakan pandangan manusia dengan
selalu memandang kepada Allah”, yaitu engkau lupa bahwasanya
orang-orang memperhatikanmu karena engkau selalu memandang
kepada Allah, yaitu seakan-akan engkau melihat Allah, (sumber:
http://www.al-islam.agussuwasono.com/artikel/aqidah/303-ikhlas-dan-
bahaya-riya-.html).
Ciri-ciri orang ikhlas: (1). Terjaga dari segala sesuatu yang
diharamkan oleh Allah SWT, baik sedang bersama dengan manusia
atau sendiri. (2) Senantiasa beramal di jalan Allah SWT baik
dalam keadaan sendiri atau bersama orang lain, baik ada pujian
ataupun celaan. Semakin bergairah dalam beramal jika dipuji dan
esensial
Teori komponen
esensial
T eorinilai
diri sendiri
Menghargai dan
bertanggung
jawab terhadap
manisia
orang lain
Menghargai dan
Nilai-nilai
r bertanggung
moral
jawab atas
aiam
Menghargai dan
bertanggung
jawab terhadap
Tuhan
٠ Aspek kepribadian
٠ Standar moral danajaran moral
٠ Pertimbangan nilai
٠ Upaya dan keinginanindividu
٠ Hati nurani
٠ Pola-pola kelompok
٠ Tingkah laku individu dan kelompok
A. Rambu-Rambu Pengembangan
Pendidikan Karakter
Rambu-rambu yang dapat membantu kita mengembangkan silabus
pendidikan karakter di sekolah sekurang-kurangnya mencakup: teori
kurikulum dan teori pendidikan karakter.
Teori kurikulum. Kurikulum adalah sekumpulan pelajaran dan
kegiatan yang ditawarkan di sekolah. Secara menyeluruh, kurikulum
sekolah dapat digambarkan melalui grafis vektor kurikulum di
berikut ini.
(Disadur dari: School Curricula. Tersedia di: H ttp ://u p lo a d . w ؛kipedia/com m ons/F//W Com cuium
Com cept. svg 27.07.10)
Tabel 2.1
Identifikasi tujuan pendidikan karakter pada kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia serta kewarganegaraan dan
kepribadian
Kelompok Mata Pelajaran dan Identifikasi Tujuan Pendidikan
Cakupannya*) Karakter
Agama dan Akhlak Mulia Kata dan frasa yang dicetak miring di
Kelompok mata pelajaran agama dan kolom kiri yang merupakan rumusan
akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk tujuan pendidikan, secara jelas dan
peserta didik menjadi manusia yang beriman tegas menunjukkan kelompok mata
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha pelajaran Agama dan Akhlak mulia
Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia adalah merupakan pendidikan karakter;
mencakup etika, budi pekerti, atau moral dan tidak mungkin pendidikan kognitif
sebagai perwujudan dari pendidikan agama. semata-mata.
*) Dikutip dari Peraturan Pemerintah N om o r 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
*) D ikutip dari Peraturan Pemerintah N om or 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
• P e m b a n g u n a n k e p e rc a y a a n - • Sistem-sistem kepercayaan
kepercayaan yang menghilangkan
kecemasan dan m em buat para
a n g g o ta k e lo m p o k m e ra sa 4
bertanggung jaw ab antara yang
satu dengan yang lainnya.
Diterjemahkan ٢١ ظsedikit adaptas ؛dari: OverView o f t^ e théories o f aptitude form ation and change
(Miller; 2005)
Catatan penulis: Utamakan untuk memahami kategori/konsepnya, jangan hanya menggunakan kata-
kata kuncinya sementara tidak memahami konsepnya.
j Pengorganisasian nilai
Pemberian nilai j
٢ Merespon 1
Menerima j
Tabel 2.5 Ilustrasi pengalaman belajar siswa untuk berbagai ranah pendidikan
J e n i s
I s i P e n d . P e n g a l a m a n B e l a ja r I lu s t r a s i
P e n d i d i k a n
T a k s o n o m i B e b e r a p a I n d ik a t o r K a r a k t e r I lm u w a n
Writing
School vital
Arithmetic
business (FiveR.s)
Respect
Responsibility
Nilai-nilai moral:
Penghargaan dan
pertanggungjawaban Manusia :------------ Individu lain
terhadap/atas:
Lingkungan Masyarakat
alam
Penalaran moral
Definisi: M emahami m akna apa itu berm oral dan mengapa
harus bermoral? Mengapa memenuhi janji itu penting? Mengapa
harus kerja dengan sebaik-baiknya? Mengapa harus berbagi
dengan orang yang m em butuhkan? Ini adalah kem am puan
analisis hubungan (C4) dari Bloom.
Penalaran moral anak-anak berkembang, mereka belajar apa
yang dapat dianggap sebagai alasan m oral yang baik dan
alasan moral yang buruk.
Pengalam an belajar: Pengalam an belajarnya adalah melalui
belajar kognitif, C4 (analisis), tentang perbuatan bermoral.
Hasil belajar: Menyediakan alasan atas suatu perbuatan moral.
5. Pembuatan putusan
Definisi: Proses orang menjadi memiliki putusan. Biasanya orang
m enghadapi m asalah atau dilem a moral. Apa pilihan saya?
Apa konsekuensi yang mungkin dari berbagai tindakan bagi
orang yang terkena pengaruh putusan saya? Apa tindakan yang
memaksimalkan konsekuensi yang baik dan diyakini penting
untuk nilai yang pertaruhkan?
Pengalaman belajar: Mengalami secara simulatif konflik atau
dilema nilai, dapat juga konflik nilai yang dialami orang lain,
kemudian membuat putusan nilai, dan mengkajinya. Menurut
Lickona, pendekatan apa-pilihan saya dan apa-konsekuensi-
konsekuensinya untuk m em buat putusan-putusan moral telah
diajarkan bahkan sejak pada anak prasekolah.
Hasil Belajar: Memiliki putusan nilai lengkap dengan konsekuensinya
yang sudah terkaji secara baik, atas konflik nilai yang tersedia
(Bloom: C6, kreasi).
6. Pengetahuan-diri:
Kemampuan melihat-kembali perilaku sendiri dan mengevaluasinya.
Pengembangan pengetahuan-diri termasuk kekuatan dan kelemahan
karakter diri sendiri dan bagaimana mengkompensasi kelemahan
tersebut, di antaranya yang ham pir universal merupakan tendensi
manusia, yaitu melakukan apa yang kita inginkan dan kemudian
membelanya dengan cara yang tidak adil.
Pengalaman belajar: Ini dapat dilakukan dengan meminta siswa
m em buat “ju rn al etis/akhlak/budi pekerti “-d en g an m encatat
kejadian-kejadian moral dalam penghidupan mereka, respon-
respon m ereka dalam kejadian moral tersebut, dan adakah
respon ini dapat dipertanggungjawabkan secara etis.
Hasil belajar: Perkembangan kejujuran individu dalam melihat
diri sendiri. Perkembangan upaya-upaya mengatasi kelemahan
diri. Iklim sosial kejujuran dalam kelompok (dam pak sosial
yang mungkin, misalnya jika masing-masing jurnal tersebut
didiskusikan dalam kelompok).
Perasaan moral
1. Hati nurani/nurani
Definisi: Nurani memiliki dua sisi: sisi kognitif—pengetahuan
tentang apa yang baik—dan sisi em osional—m erasa wajib
melakukan apa yang baik.
N urani yang m atang m encakup juga kapasitas untuk rasa
bersalah konstruktif di samping merasakan kewajiban moral. Jika
nurani anda m erasa wajib untuk berbuat sesuatu, maka Anda
akan merasa bersalah jika tidak melakukannya. Ini berbeda dari
rasa bersalah destruktif, yang menyebabkan seseorang berpikir,
“Saya orang jahat”. Orang dengan rasa bersalah konstruktif akan
berkata, “Saya tidak dapat memenuhi standar saya sendiri. Saya
merasakan ini sebagai keburukan, tetapi saya akan lebih baik
pada waktu yang akan datang”. Kapasitas untuk rasa bersalah
konstruktif juga mem bantu kita dalam menolak godaan.
Pengalam an belajar: Berlatih m enghadapi kasus-kasus yang
m enuntut individu mengekspresikan nuraninya adalah sebuah
pengalaman belajar yang penting. Latihan ini akan terbentuk
salah satunya m elalui stim ulasi yang m endorong individu
mengekspresikan nuraninya. Perbuatan dan ucapan yang sesuai
nurani perlu m endapat penghargaan atau “dirayakan” untuk
m enunjukkan bahw a m asyarakat atau kelom pok m enuntut
individu untuk berbuat sesuai dengan nurani. Diskusi kasus-kasus
penggunaan atau pengabaian nurani adalah juga pengalaman
belajar yang penting.
Hasil belajar: Hasil belajar yang otentik adalah kapasitas untuk
m erasa bersalah dan m erasa wajib untuk perbuatan moral.
Pada tataran lebih rendah, ekspresi-ekspresi nurani ini melalui
kata-kata.
2. Harga diri
Definisi: Ini adalah kem am puan m erasa berm artabat karena
memiliki kebaikan atau nilai luhur.
Studi-studi menunjukkan bahwa anak-anak dengan harga diri
yang tinggi lebih resisten terhadap tekanan dari teman-teman
Empati
Definisi: Em pati adalah identifikasi diri pada keadaan orang
lain, atau pengalaman tidak langsung. Empati m embantu kita
keluar dari diri sendiri dan masuk ke dalam diri orang lain.
Ini adalah sisi emosional dari pengambilan-perspektif.
Pengalaman belajar: Para peserta didik dapat berlatih melakukan
empati di bawah bimbingan guru. Setelah berlatih, guru dapat
membimbing mereka untuk mendiskusikannya.
Hasil belajar: Mengungkapkan apa yang dirasakan orang lain.
Bertoleransi. Menghargai perbedaan sikap.
Cinta kebaikan
Definisi: Bentuk tertinggi dari karakter mencakup ketertarikan
sejati/tulus pada kebaikan.
Psikologiwan Boston College Kirk Kilpatrick menulis: “Dalam
pendidikan untuk kebajikan, hati dilatih sebagaim ana juga
Kontrol diri
Definisi: Emosi dapat menenggelamkan penalaran. Inilah mengapa
kontrol-diri merupakan sebuah kebajikan moral yang niscaya.
Kontrol-diri mem bantu kita bermoral bahkan ketika kita tidak
ingin bermoral, ketika sedang m arah pada sesuatu, misalnya.
Kontrol-diri juga niscaya untuk mengekang kesukaan-diri.
Pengalam an belajar: Pengalam an-pengalam an belajar dalam
bentuk menolak kesenangan atau kebencian demi kebaikan.
Hasil belajar: Tekun belajar/bekerja, m enunda kesenangan.
Tugas-tugas belajar diselesaikan dengan baik. Memiliki kegiatan
harian yang baik untuk pengembangan diri dan lingkungannya.
Rendah hati
Definisi: Rendah hati adalah sisi afektif dari pengetahuan-diri.
Rendah hati terdiri dari keterbukaan yang sejati pada kebenaran
dan kemauan untuk bertindak memperbaiki kesalahan-kesalahan
kita.
R endah hati juga m em bantu kita m engatasi rasa bangga.
Rasa bangga adalah sum ber dari arogansi, prasangka, dan
merendahkan orang lain. Rasa bangga yang terluka membuka
kem arahan dan menutup munculnya sikap memaafkan. Rendah
hati adalah penjaga terbaik melawan perbuatan jahat.
Tindakan moral
1. Kompetensi
Definisi: K om petensi m oral adalah kem am puan m engubah
putusan dan perasaan moral menjadi tindakan m oral yang
efektif.
Pengalam an belajar: Psikologiwan Ervin Staub m enem ukan
bahwa anak-anak yang memiliki pengalaman yang terbimbing
dalam rok-playing. Dalam serangkaian situasi bermasalah, yang
di dalamnya seorang anak membantu anak lainnya pada waktu
berikutnya lebih mungkin (dibandingkan dengan anak-anak tanpa
pengalaman yang demikian) untuk menyelidiki suara tangisan
seorang anak dalam sebuah ruangan. Sebuah studi baru-baru
ini atas 400 orang yang m em bantu orang-orang Yahudi lari
dari Nazi m enem ukan bahw a para penyelamat ini memiliki
pem ahaman yang kuat tentang kompetensi personal, di samping
nilai-nilai simpati. Kompetensi moral sering merupakan suatu
tantangan pribadi bagi seseorang. Seseorang bisa jadi sudah
m emaham i m akna shalat wajib dan ingin melaksanakannya,
tetapi ia tetap saja tidak melaksanakannya. Ini adalah tantangan
bagi pendidik ketika menghadapi peserta didik yang demikian.
Pendidik harus mengerahkan berbagai cara untuk menumbuhkan
kompetensi moral ini. Pengalaman individual secara mandiri,
pengalaman terbimbing, pengalaman dalam kelompok, pemodelan,
dan lain-lain dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkannya.
Hasil belajar: K em am puan m elaksanakan tindakan moral.
Berbuat baik. M embantu orang lain berbuat baik.
2. Keinginan moral
Definisi: Menjadi baik sering mempersyaratkan sebuah tindakan
nyata dari kem auan, suatu m obilisasi energi m oral un tu k
S t a n d a r k o m p e t e n s i : B e r im a n d a n b e r t a q w a k e p a d a T u h a n Y M E
K o m p e t e n s i d a s a r : B e r im a n k e p a d a m a l a ik a t .
P u s a t P e n g k a ji a n T a k s o n o m i
T a k s o n o m i B l o o m L i c k o n a
P e d a g o g i k K r a t h w o h l
Tindakan moral
Dakwah
Sabar
Teladan
Praktik
Karakterisasi-diri
Organisasi
Penilaian
Responsi
Evaluasi
Analisis
Aplikasi
Pemahaman
Pengingatan
S t a n d a r K o m p e t e n s i K o m p e t e n s i D a s a r
Cuplikan Standar Isi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah
Ibtidaiyah (Ml), Kelas V semester ؛.
S ilabus 1
S t a n d a r k o m p e t e n s i : 3 . M e n c e r i t a k a n k i s a h N a b i
K o m p e t e n s i d a s a r : 3 .1 M e n c e r i t a k a n k i s a h N a b i A y y u b as.
Alokasi waktu
S t a n d a r k o m p e t e n s i : 4 . M e m b i a s a k a n p e r il a k u t e r p u j i
K o m p e t e n s i d a s a r 4 .1 M e n e l a d a n i p e r il a k u N a b i A y y u b a s .
i ؛Alokasi waktu -
| Sumber belajar
S t a n d a r K o m p e t e n s i K o m p e t e n s i D a s a r
S t a n d a r k o m p e t e n s i : 8 . M e m a h a m i p e n t i n g n y a p e n g h e m a t a n e n e r g i
Kegiatan pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi waktu -
Sumber belajar -
Hodsl-Model
•٠- ؛.؟
Pendidikan Karakter
Variabel
Independen H Variabel
Perantara H Variabel
Dependen
S u d u t
P a n d a n g
N o . P a r a d i g m a T o k o h K o n s e p T e o r i t i s U t a m a
t e r h a d a p
B e l a ja r
Pengkondisian Tipe S
yang menekankan arti
penting stimulus dalam
menimbulkan respons
yang diinginkan. Tipe R:
kondisi yang m enyangkut ;
perilaku operan yang j
penekanannya pada j
respons.
؛
١ ؛
— ﺳﺺ. _
— U
Edward Belajar bukan hanya soal
Chace m em beri respon atau
Tolman strategi yang benar,
( 1886 - tetapi juga menghilangkan
1959) resoon atau strateai vana
salah.
Yang penting untuk
anak (murid) adalah
ada kesempatan, secara
individual atau anggota
kelom pok, untuk menguji
ide-idenya secara
memadai. Guru bertindak
sebagai konsultan
yang m em bantu siswa
dalam menjelaskan dan
m engkonformasi atau
menolak hipotesis.
1،v
'Model-Model Pembelajaran Pendidikan Karakter 101
Menekankan ! Robert Psikologi evolusioner tidak
pada sejarah C. Bolles ؛ memiliki implikasi untuk
evolusi teknik pengajaran secara
proses belajar khusus, tetapi berimplikasi
organisme. banyak terhadap
Paradigma ini kurikulum pendidikan.
berfokus pada Manusia memiliki
cara di mana kecenderungan untuk
proses evolusi m em entingkan diri sendiri,
mempersiapkan xenophobia, dan agresi.
organisme Kurikulum dan aktivitas
untuk sekolah, bersama dengan
beberapa jenis pengaruh budaya lainnya,
belajar tetapi seperti praktik pengasuhan
m em buat jenis anak, harus disusun
belajar lain sedemikian rupa sehingga
menjadi sulit bisa melemahkan tendensi
atau mustahil. alamiah itu.
Manusia secara biologis
siap untuk belajar
hal-hal yang dinilai
positif oleh suatu
kultur. Misalnya, karena
manusia cenderung bisa
menguasai bahasa, maka
sekolah harus menekankan
pada belajar bilingual di
tahap awai pendidikan.
Pandangan psikologi
evolusioner m engingatkan
pendidik untuk
menghindari "nothing-
butism", yakni asumsi
bahwa perilaku ditentukan
oleh gen atau oleh kultur
saja. M enurut mereka,
perilaku manusia selalu
merupakan fungsi dari
keduanya.
Sumber: Diringkas dari buku The Theories Learning belajar) B.R. Hergenhahn dan
Matthew H. Oison (Edisi ketujuh tahun 200
٠• Student
+ + J 1 1 K + + + +
Potensi awal
Proses Belajar ; Hasil Belajar
"TTMU•'
'C A S ؛
Gambar 3.3. Proses belajar dalam konteks pendidikan karakter
?roses belajar itu bersifat gaib. Dalam konteks proses yang gaib,
pendidik perlu mengkaji secara khusus pengaruh dari setan sebagai
pihak yang m em pengaruhi m an u sia m elalui (transfer) pengaruh
energi negatif kepada diri m anusia. G am baran pengaruh ini dapat
dikaji dalam Sur’at An-Nas [114] 1:6 sebagai berikut.
Raja manusia.
W
أﺋﺌﺶ اﺗﻪ3, .
- r
Sembahan manusia.
4, -ص
ﻧﻢﺀ[ﻣﻤﺎ
ﻧم-
ﻣﻦ ﺳﺮ
dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi.
Stakeholders
b•>—؛ Nilai
KTSP— ٦ Visi Sekolah L-
Silabus
Pengalaman
Belajar Anak
RPP -ri Karakter
Rumah 1
(X ! l ^l _
Sekolah ؛
P r o s e s d a n H a s i l
P e n d i d i k a n A g a m a P r o s e s d a n H a s i l P e n d i d i k a n
M a te r i d a n A n a l is i s
T i d a k M e n g u a t k a n A g a m a M e n g u a t k a n K a r a k t e r
K a r a k t e r
٠ Anak m am pu
pempraktikkan shalat wajib
dalam keadaan darurat.
Analisis Pada proses ini, guru Pada proses ini, guru m e
tidak mengaitkan lakukan refleksi terhadap
materi yang dibahas mengapa shalat wajib te ta p j
dengan suatu nilai j harus dilakukan walupun dalam
berada di belakang j keadaan darurat. ؛
؛materi shalat wajib j Guru pun menguatkan nilai
| dalam keadaan (misal keyakinan tentang
darurat.
hidupan manusia) dengan cara
memberikan tugas terstruktur.
Im p le m e n ta s i p e m b e la ja ra n d e n g a n R P P di a ta s m ela lu i
pem belajaran reflektif dilakukan oleh guru pada kegiatan apersepsi,
proses, atau penutup, dengan cara m enanyakan m engapa kesebangunan
itu perlu dikaji oleh anak (lebih jau h oleh m anusia). Dalam hal
ini g uru m erefleksi k eseb an g u n an ke dalam b e n tu k keh id u p an
keseharian anak. K hususnya m en g aitk an k eseb an g u n an dengan
B. Model Reflektif
I. Asumsi Dasar
Anak (peserta didik) adalah individu m anusia yang memiliki
k em am p u an u n tu k m elihat jau h ke belakang d an m eneraw ang
suatu kondisi vang diinginkan di m asa yang akan datang. Hal ini
m erupakan su atu yang m enjadi fitrah m anusia, bahw a m anusia
dapat m eneraw ang terhadap apa yang telah dilakukannya dan apa
yang ingin dilakukannya. M anusia d ap at m eneraw ang terh ad ap
m asa lalu yang telah d ialam in y a d an m am p u m em b ay an g k an
tentang m asa depan yang diinginkannya. Selain itu, setiap m anusia
p ada dasarnya memiliki kata hati/hati nurani. Hati nurani/kata hati
adalah suatu anugrah yang diberikan Allah Yang M aha R ahm an
dan M aha R ahim kepada m anusia. Dengan asum si inilah m aka
kehidupan m anusia tidak akan pernah lepas dari proses refleksi.
Asumsi di atas m engungkapkan bahw a m anusia memiliki sisi
religi/keagam aan yang tidak dapat dipungkiri kebenarannya. Setiap
m anusia dim anapun akan m em pertanyakan m engapa dia ada dan
u n tu k ap a dia ada. P ertanyaan inilah yang m enjadi salah satu
kajian filsafat (ontologi-hakikat sesuatu). Ketika m anusia dilahirkan
ke dunia d an m ulai berkem bang kem am puan berpikirnya, akan
m uncul pertanyaan dalam dirinya, untuk apa ia lahir atau untuk
apa ia hidup di dunia? Pertanyaan tersebut m enunjukkan bahw a
m anusia akan selalu berpikir m engenai kondisi spiritual/batiniah di
balik m ateri/keduniaan. Dalam Agama Islam, pem enuhan kebutuhan
b a tin ia h b anyak terp e n u h i m elalui p ra k tik ib a d a h ritu al, baik
Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu)
dia berkata: “ inilah Tuhanku” . Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia
berkata: “ Saya tidak suka kepada yang tenggelam” . (76 )
Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “ Inilah Tuhanku” .
Tetapi setelah bulan ؛؛٧ terbenam dia berkata: “ Sesungguhnya / ﻫطﺎTuhanku
tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang
sesat” . (77)
T
Menjadi teladan bagi lingkungan terdekat anak (di
kelas, sekolah, rumah, masyarakat
Mempraktikkan nilai
٢
Menyadari keberadaan adanya yang Maha Kuasa
Menjelaskan/menguraikan fakta/fenomena/benda
Mata Petajaran/Kelas/SK-KD/
Corrtoh Refleksi
Tujuan Pembelajaran/Materi
A
anak perlu m engelaborasi bagaim ana pengalam an orang lain yang
sudah m erasakan nikm atnya shalat.
Proses pem belajaran dilakukan dengan cara anak m em bangun
secara rasio n al m engenai "m engapa shalat itu d ip erlu k an bagi
m an u sia ? ” U ntuk m en d a p a tk a n jaw a b an ini, an ak -n ak d im in ta
u n tu k m elakukan observasi dan w aw ancara kepada orang yang
shalat dan dinilai oleh anak itu shalatnva berm akna (orang tersebut
m erasa butuh).
Hal itu k em udian d ipraktikan oleh guru agam a, prosesnya
sebagai berikut.
"Nah anak-anak, kita sudah belajar tentang bagaim ana shalat
(bacaan dan gerakan), sekarang kita m encoba m em pelajari m engapa
shalat itu diperlukan oleh m anusia yang beragam a Islam. Adakah
di an tara anak-anak yang m engetahui m engapa kita (um at islam)
diw ajibkan u n tu k m elakukan shalat lim a w aktu?” P ada saat itu
banyak anak-anak memiliki pandangan yang sam a seperti ilustrasi
orang yang m em bersihkan dosa-dosanya selam a lim a kali sehari,
tentu akan m endapati dirinya lebih bersih dari dosa-dosa.
Hal ini belum m em bangun rasional lebih dalam dari anak-anak.
G uru k em udian m em berikan ilustrasi m engenai pengalam annya
ketika m endapati sahabatnya yang sungguh-sungguh dalam shalat,
dilihat dari persiapan dan proses vang dilakukan sahabat tersebut
ketika shalat. Setelah elaborasi itu, guru kem udian bertanya kepada
anak, “ap akah ad a di an tara kalian yang pernah m elihat orang
yang shalat sambil m enangis?” Beberapa orang m enjaw ab pernah,
tetapi kebanyakannya belum pernah.
Melihat hal tersebut, m aka guru memiliki peluang untuk m em bangun
rasional anak secara nyata, m engapa shalat itu dibutuhkan oleh
seorang muslim. K em udian guna m em inta kepada anak-anak yang
sudah pernah m elihat u ntuk m engem ukakan pendapatnya, kira-kira
m engapa orang tersebut shalat sam bil m enangis? Apakah karena
sedang d iru n d u n g m usibah? A pakah k a re n a sedang m enikm ati
pengakuan dosa dan dia m em in ta am p u n a n dari Aliah m elalui
sh alat terseb u t? A pakah dia m era sak a n b a h w a dirin y a sedang
berkom unikasi dengan Allah swt.?
Pada dasarnya anak-anak yang pernah m elihat tersebut belum
dapat m engem ukakan hal-hal rasional terkait dengan alasan m ereka
shalat sam bil m enangis (m encucurkan air m ata).
T a b e l 4.1
Langkah-langkah penjabaran indikator suatu karakter
E valuasi te rh a d a p tu m b u h k e m b a n g s u a tu k a ra k te r p a d a
anak bukanlah suatu hal yang m udah, tetapi tidak berarti hal ini
suatu yang m ustahil untuk dilakukan oleh guru. Evaluasi karakter
m erupakan upaya untuk m engidentifikasi perkem bangan capaian
hirarki perilaku (berkarakter) dari w aktu ke waktu melalui suatu
identifikasi dan/atau pengam atan terhadap perilaku yang m uncul
dalam keseharian anak.
Perlu m enjadi c a ta ta n penting, b ahw a suatu k arak ter tidak
dapat dinilai dalam satu waktu (one shot evalucition), tetapi harus
diobservasi dan diidentifikasi secara terus m enerus dalam keseharian
anak, baik di kelas, sekolah, m aupun rum ah. K arena itu, penilaian
terhadap karakter harus m elibatkan tiga kom penen tersebut. Evaluasi
di kelas m elibatkan guru, peserta didik sendiri dan peserta didik
lainnya. Evaluasi di sekolah m elibatkan peserta didik itu sendiri,
tem an-tem annya, guru lainnya (term asuk Kepala Sekolah dan Wakil
Kepala Sekolah), pustakaw an, laboran, tenaga adm inistrasi sekolah,
penjaga sekolah, dan teknisi jika ada. Di ru m ah m elibatkan peserta
didik, orang tuanya (jika m asih ada) atau w alinya, kakak, dan
adiknya (jika ada).
Lalu bagaim ana kerangka evaluasi yang harus dibangun untuk
mengevaluasi karakter anak ini?
Anak
Temannya
Guru
Pustkawan
G u ru G-- Laboran
Tenaga
administrasi
Anak
sekolah
Teman
Penjaga sekolah
Guru
Nama : .....
Kelas : ............................................................................ NIS:
Mata Pelajaran : .....
Hari/tgl/jam : .....
Deskripsi : .....
KBM : .....
Aspek Evaluasi
No Pengalamanku
Diri Anak
2. Kesanku
Pandanganku
terhadap kegiatan
A
Rencanaku ؛
Nama :....
Kelas :...............................................................................NIS:
Mata Pelajaran :..............................................................................
Hari/tgl/jam :....
Deskripsi :....
KBM :....
Deskripsi Pengalamanku
Hasil Pengolahan
Evaluasi diri
Tindak Lanjut (peran orang tua أﺳﻤﺎو
D a fta r Pustaka
Bloom Taxonomy, http://www.odu.edu/educ/roverbau/Bloom/blooms_
taxonomy.htm
Cox, Keni Brayton. 1993. Portfolios in Action: A Study o f Two
Classrooms with Implications for Reform. Paper presented at
the annual meeting of the American Educational Research
Assosiation. Atlanta, Georgia.
D harm a Kesuma, dkk. (2009). Suplement Kurikulum Pendidikan
Karakter Sekolah Avicenna. Bandung: CV. Alfa Orient.
Dryden, Gordon & Vos, Jeannette. (1999). The Learning Revolution:
To Change the Way World Learns. Selandia Baru: The Learning
Web.
Fraenkel, Jack R. (1977). H ow to Teach about Values. USA:
Englewood Cliffs.
Gaffar, M ohammad Fakry. (2010). Pendidikan Karakter Berbasis Islam.
(Disampaikan pada W orkshop Pendidikan Karakter Berbasis
Agama, 08-10 April 2010 di Yoyakarta).
Hafizhahullah, Firanda. (2010). Ikhlas dan Bahaya Riya. (tersedian
online: http://www.al-islam.agussuwasono.com/artikel/aqidah/303-
ikhlas-dan-bahaya-riya-.html). 22 Juli 2010.
Hess, Beth B.; Markson, Elizabeth W.; Stem, Peter J. (1988 3rd
ed.). Sociology. New York: MacMillan Publishing Company.
Hergenhahn, B.R & Olson, Matthew H. (2008). Theories o f Learning
(Teori Belajar) (Edisi Ketujuh). Pearson Education. Alihbahasa
oleh: Tri Wibowo.(2009). Jakarta: Kencana.
Hers, Richard H., Miller, John P., & Fielding, Glen D. Models o f
Moral Education; An Appraisal. New York: Longman Inc.
Hurlock, Elizabeth B. (1974). Personality Development'. New' York:
McGraw-Hill Book Company.
Kartadinata, Sunaryo. (2010). Resureksi Ilmu. Pendidikan (Pedagogik)
bagi Pemulihan Penyelenggaraan Pendidikan. B ahan Kajian
Seminar Internasional tentang: Pedagogik Praktis dalam Perspektif
Pendidikan Global. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan UPI.
Kesuma, Dharma; Darmawan, Cecep; Permana, Johar. (2009). Kompsi
dan Pendidikan Antikorupsi. Bandung: Pustaka Aulia Press.
Dharma Kesuma
Adalah dosen di Jurusan Pedagogik
FIP UPI. Lahir pada 27 Sepetember 1955
di Cimahi. Menyelesaikan studi SI di IKIP
Bandung tahun 1984 pada Jurusan Filsafat dan
Sosiologi Pendidikan. Kemudian melanjutkan
ke jenjang S2 di Universitas Negeri Jakarta
pada Program Studi Manajemen Pendidikan
dan selesai pada tahun 2008. Saat ini sedang
menyelesaikan program S3 pada Program
Studi Pendidikan Uinum SPS UPI. Buku yang pernah ditulis adalah
Korupsi dan Pendidikan Antikorupsi (2008), Contextual Teaching
and Learning (2009). Selain menjadi dosen di Jur. Pedagogik, juga
menjadi pengajar pada program Akta Mengajar Kepolisian Republik
Indonesia, Kerjasama FIP UPI Bandung dengan Kepolisian Republik
Indonesia. Saat ini diamanahi sebagai ketua Pusat Pengkajian
Pedagogik FIP UPI.
Johar Permana
Adalah dosen Ju ru san A dm inistrasi
Pendidikan FIP UPI. Lahir di Ciamis, 14
Agustus 1959. Menyelesaikan SD Tahun 1971
di SD Negeri Kertahavu I Pamarican Ciamis;
SMP Negeri Pamarican Ciamis, Tahun 1974;
Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Negeri Ciamis,
*•'٠' Tahun 1977; Sarjana Pendidikan, Jurusan
"* ’ Administrasi Pendidikan IKIP Bandung, Tahun
1984; Master of Aits (M.A.) in Educational
Theory and Practice (Early and Middle Childhood Education), The
Ohio State University USA, Graduated in 1995; Doktor Bidang Ilmu
Komunikasi Organisasi Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran
Bandung Tahun 2009. Buku yang pernah ditulis: Korupsi dan
Pendidikan Antikorupsi. 2008. Bersama Kesuma, D; Darmawan C.
Bandung: Pustaka Aulia Press. Strategi Belajar Mengajar. PGSD
Development Project melalui Dinas Pendidikan Jawa Tengah. Bandung:
Biodata Penulis
CV. Maulana, 2002, Kewirausahaar، Dalam Pendidikan. Bahan Diklat
Teknis Manajemen Kepala SD. Pemda Kota Bandung beke؛؟asama
dengan Program Pasca Sarjana UPI, 2002. Manajemen Kelas Yang
Konstruktivistik dan Bimbingan Belajar Bagi Siswa SD. Bahan Diklat
Teknis Pengawas Pendidikan. Pemda Kota Bandung bekerjasama
dengan Program Pasca Sarjana UPI, 2002. Selain mengjadi dosen
untuk mahasis^'a di UPI juga aktif sebagai dosen pada progam
Akta Mengajar Departemen Kesehatan RI; Program Akta Mengajar
Kepolisian Republik Indonesia, Diklat di tingkat kab./kota, provinsi,
nasional dan internasional. Saat ini diamanahi sebagai Pembantu
Dekan II TIP UPI.
Ccpi T rfitri3
Lahir di Bandung pada 23 Juli 1979.
Menyelesaikan SD pada tahun 1991 di SD
Negeri C i^ w ^ a ^ B a le e n d a h Kab. Bandung;
MTs P esantren P ersatuan Islam No. 1
Bandung tahun 1994, Muallimien (setingkat
SMA) Pesantren Persatuan Islam No. 1
Bandung Tahun 1997; SI pada Juiusan
Administrasi Pendidikan TIP UPI tahun
2001; S2 Prodi Administrasi Pendidikan SPS
U’PI Tahun 2005. Dan saat ini sedang menyelesaikan Program
Doktoral (S31 Prodi Administrasi Pendidikan SPS UPI. Buku
yang pc'rnah ditulis: Visionary leadership Menuju Sekolah Elektll,
Bumi Aksara, 2005; Inovasi kepemimpinan kepala sekolah dan
Pemberdayaan Masyarakat pada Sekolah di daerah tertinggal. Tahun
2008. Subdit Dikmen P M ^ K Depdiknas; Kiat-kiat Kepemimpinan
pada Sekolah Daerah Maju. Tahun 2008. Subdit Dikmen PMPTK
Depdiknas; Tim Penulis Buku “Manajemen Pendidikan”, Tahun 2008.
Alfabeta; Bagaimana menjadi menjadi guru penulis?. Tahun 2008.
Citra P؛ava Bandung; 0 الأالSebagai Mentor. Tahun 2009. Citra
Praya Bandung; 9 Kebiasaan Pelajar Elektll. Tahun 2008. Citra
Praya Bandung; EQ Power: Panduan Meningkatkan Kecerdasan
Emosional. Tahun 2008. Citra Praya Bandung. Selain menjadi
dosen, juga aktif dalam berbagai pelatihan di lingkungan Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat, dan Kememterian Pendidikan
Nasional. Saat ini diamanahi sebagai sekretaris Pusat Pengkajian
Pedagogik TIP UPI.
Pendidikan Kara!>ﺀآ
Memakna ؛
PERPUSTAKAAN
PPs STAIN Kerinci
Kembalikan Buku Tepat pada Waktunya
---------------
-
Pendidikan
Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah
ISBN 9 7 8 -9 7 9 -6 9 2 -0 4 4 -0
9789796920440
ROSDA