، Sk
Drs. Dharma Kesuma, M.Pd.
Cepi Triatna, S.Pd., M.Pd.
Dr. H. Johar Permana, MA
٠ „,
Pendidikan
—...
"٠٠٠٠٠٠٠,..
. Drs. Dharma iküsuma. M.Pd
آمﺀ € .؛BsTriatrtte؛Pd،M،:J
.هh ٢ﻫﻞ ٥٢. .H أ' ﻫﻳؤ'-روؤ!
ﺳﻮأ ﺀ Pendidikan
^■ إأ؟ ق|ﻣﺣﺊءام مءم 1ه ظﺈ؛:؛|:؛;آل؟ ء؛؛| إم ||| و ؟'" ؛؛؛»iliig
ﻫﺗﺄج#ﺋﺑم أءﻫﻣﻣﻪ-ء ﻗﻘﻣﺢ'
ه
Penerbit PT REM AJA ROSDAKARYABandung
Kajian Teori dan Praktik di Sekolah
RR.PK0133-03-2012
Anggota Ikapi
Cetakan pertama, Mei 2011
. • ٠Cptakap kedua, Agustus 2011
Cetakan ketiga, Juni 2012
ISBN 978-979-692-044-0
egala puji dan syukur mari kita panjatkan ke hadirat Allah SWT,
dengan Hidayah, Inayah, dan Karunia-Nya, buku tentang
“Pendidikan Karakter” ini dapat terselesaikan. Jika saja bukan karena
kehendak-Nya, sesungguhnya tidak ada daya
dan kekuatan bagi kami untuk melakukan sesuatu.
Buku ini merupakan salah satu karya yang kami susun sebagai
bentuk kontribusi Pusat Pengkajian Pedagogik (P3) FTP UPI dalam
mengembangkan teori dan praktik pendidikan yang lebih baik dari
waktu ke waktu. Selain didasarkan kepada pengalaman kami dalam
mengembangkan kurikulum pendidikan karakter di sekolah, buku ini
pun merupakan hasil refleksi dan diskusi-diskusi panjang yang diawali
sejak bulan September 2009.
Karenanya penyusunan buku ini pun tidak akan terwujud
manakala tidak ada kontribusi pemikiran dari sejawat kami (P3) dalam
berbagai diskusi. Dalam kesempatan ini kami haturkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah berpikir bersama dalam berbagai
kajian bulanan kami, yaitu Prof. Dr. Ahman, M.Pd., Prof. Dr. Mustofa
Kamil, MA., Dr. H. Johar Permana, MA.
Dr. Hj. Emawulan, M.Pd & Drs. Dede Somarya, M.Pd. para dosen
Jurusan Pedagogik FIP UPI, para pimpinan Laboratorium yang ada di
lingkungan FIP, Dr. Dadang Rahman, M.Pd. Drs. Mastur Burhanudin,
M.Pd., MM.Pd., selaku Kasie $٧٨ Dinas Pendidikan
Provinsi Jabar, Drs. Eef $aehtl ^F., M.Pd. Drs. Eryanto, M.Pd. tim
pengembang kurikulum $٧٨ Provinsi Jabar, para pengelola, kepala
sekolah dan guru-guru di Medco Foundation, Perguruan ٨!
Azhar $}'؛؛a Budi Padalarang, Perguruan Daarul Hikam, dan semua
pihak yang telah berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan di P3.
Semoga Allah SWT memberikan kemulyaan dan keberkahan kepada
mereka semua.
Melalui buku ini kami berharap, semoga kajian mengenai teori dan
praktik pendidikan di Indonesia dapat menjadi lebih baik dari waktu ke
waktu. Ke depan, kami mengajak berbagai pihak yang terkait dengan
kajian pendidikan yang lebih baik untuk bergabung dalam berbagai
kegiatan di P3. $emoga Allah Yang Maha Kuasa memberikan
kemudahan dan keikhlasan kepada kami untuk terus menjalani
pengembangan teori dan praktik pendidikan untuk membangun
bangsa/umat yang lebih baik menyongsong Indonesia emas.
Tim Penulis
Daftar Isi
Bab I
Memaknai Pendidikan Karakter 1
A. Pentingnya Pendidikan Karakter bagi Bangsa
Indonesia 1 .
B. Pengertian Pendidikan Karakter : 4
C. Tujuan pendidikan Karakter dalam Seling Sekolah
D. Karakter yang Perlu Bagi Bangsa؛، Indonesia 11
1. Jujur 16
2. Kerja keras 17
3. Ikhlas 20
E. Analisis Persamaan dan Perbedaan Karakter, Akhlak, dan
Moral22
Bab 4
Evaluasi Pendidikan Karakter 137
A. Evaluasi Pendidikan Karakter 137
B. Evaluasi Diri Anak 142
C. Penilaian Portofolio 147
Daftar Pustaka 155
v ii
,bersinergi dalam pemecahan masalah bangsa ini seeara simultan
berkelanjutan, dan menyeluruh menuju Indonesia emas2020 .
Buku ini kami awali dengan kajian untuk memahami pendidikan
karakter yang mengkaji secara khusris mengapa pendidikan karakter
perlu untuk membangun dan mengeluarkan bangsa٨ ؛dari krisis ؛
multidimensi,genai lalumaknakamipendidikantegaskar ؛
karakter, tujuan pendidikan karakter, berbagai karakter yang perlu bagi
bangsa Indonesia saat ini, dan eksplorasi mengenai persamaan dan
perbedaan istilah yang sering ‘digunakan dalam pendidikan .karakter
tertuangperaturandalampemteorindangpedagogik-
undangandai ؛yang ada. Dalam bahasa l'ektoi' DPI disebut “resureksi,1’ m enghidupkan
.kembali yang sridalr mati atau tertidur lam a
Bab 3 kam i isi dengan m odel-m odel pem b elajaran dalam perspektif
pendidikan karakter. Kami m encoba mengungkapﻆﺤﻣاآا؟ا
pembelajaran, di sekolah1ﻦﺤﻣ. أآ. او.selalu dikaitkandengan
nilai y ;;،«g
dirujuk sekolahnKTSPvangdantertuangdikeml^uigkan ؛؛dalamvisid
oleli sekolah, ,^emalraml akan hal ini. maka ﺊﺻ،؛أ: ﺎﻳnieiigeriai model
IX
Gambar ٦ Road map kegiatan penyusunan desain teori dan praktik pedagogik bangsa
—> Pedagogik di TK
f ١
M Pedagogik di| ؛
k
: i cn
cr
٢
٨
=؛ Pedagogik di SMP
٢
٨
“D
0
CL
0
, Pedagogik di SMA
٢٥
O
٢٥ /
\ Pedagogik di SMK
Pedagogik di PT
Pedagogik masyarakat
perkotaan
0
o Pedagogik masyarakat
CL
H
o_
٢٥ pinggiran kota
o
“0
0 Pedagogik masyarakat
QL
0
pedesaan
٢٥
O
٢٥ 7
T
V y Pedagogik masyarakat
adat
١ Pedagogik masyarakat
m organisasi pemerintah
9L
0
٢ Pedagogik masyarakat
٨
organisasi bisnis
٥.
٢٥
0
O
Pedagogik masyarakat
٢٥
7T organisasi sosial non
V y pemerintah
Memaknai
Pendidikan Karakter
Nilai yang terkait Nilai yang terkait dengan Nilai yang terkait
dengan diri sendiri orang/makhluk lain dengan ketuhanan
Jujur Senang membantu Ikhlas
1. Jujur
2. Tanggung jawab
3. Visioner
4. Disiplin
5. Kerja sama
6. Adil
7. Peduli
Tabel 1.3 Karakter lelaki salih menurut Abu Muhammad Jibriel Abdul Rahman
Tabel 1.4 Nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan menurut Indonesia Heritage
Foundation (IHF)
No Karakter
Nilai yang manakah yang perlu t ؛ntuk kondisi bangsa «آا 'ﻢﺑﺈﺗا:) ااآأاsaat
ini? Untuk menjawab pertanyaan ini setiap orang dan setiap pihak akan
memiliki alasan I^sing-m asing untuk memilih nilai yang dianggap penting
untuk pembangunan Indonesia. Untuk memudahkan kita memilih nilai yang
mana yang perlu dikembangkan oleh bangsa saat ini dan ke depan, maka
perlu untuk dikaji mengenai kondisi dan pemiasalahan krusial yang dihadapi
bangsa Indonesia dalam mewujudkan nicisyarakat vang cerdas, adil dan
makmur sebagaimana dicita-citakan oleh pendiri negara Indonesia.
.sampai tingkat paling rendah. Kenyataan lain adalah perilaku seks bebas di
bilangan generasi muda semakin tidak terbendung oleh nasihat dan didikan
para orang tna di n ؛nial'i masing-masing. Peredaran narkoba vang semakin
menggurita di kalangan generasi muda terus rneroket dari tahun ke taliun.
Bahkan yang lebih mengkhawatirkan, peredarannya sudah menjalar di
kalangan pelajar. Banyak lagi kondisi vang semakin paral'1. Semuanya '
bahwa krisis '.,ang dialami bangsa Indonesia bukan krisis biasa tetapi krisis
ا'ﻮﻘﻠﺟSimpleks. Krisis yang melibatkan semua sisi kehidupan ؛sosial, budaya,
ekonomi, politik, agama, pertahanan, dan keamanan) bangsa.
I. Jujur
Makna jujur. Jujur m erupakan sebuah karakter yang kami
anggap dapat membawa bangsa ini menjadi bangsa yang bebas dari korupsi,
kolusi, dan nepotisme. Jujur dalam kamus Bahasa Indonesia dimaknai
dengan lurus hati; tidak curang. Dalam pandangan umum, kata jujur sering
dimaknai “adanya kesamaan antara realitas (kenyataan) dengan ucapan”,
dengan kata lain "apa adanya”.
Jujur sebagai sebuah nilai m erupakan keputusan seseorang
untuk mengungkapkan (dalam bentuk perasaan, kata-kata dan/atau
perbuatan) bahwa realitas yang ada tidak dimanipulasi dengan cara
berbohong atau menipu orang lain untuk keuntungan dirinya. Kata jujur
identik dengan “benar” yang lawan katanya adalah “bohong”. Makna jujur
lebih jauh dikorelasikan dengan kebaikan (kemaslahatan). Kemaslahatan
memiliki makna kepentingan orang banyak, bukan kepentingan diri sendiri
atau kelompoknya, tetapi semua orang yang terlibat.
2. Kerja keras
Makna kerja keras. Kerja keras adalah suatu istilah yang melingkupi
suatu upaya yang terus dilakukan (tidak pernah menyerah) dalam
menyelesaikan pekerjaan/yang menjadi tugasnya sampai tuntas. Kerja
keras bukan berarti bekerja sampai tuntas lalu berhenti, istilah yang
kami maksud adalah mengarah pada visi besar yang harus dicapai
untuk kebaikan/kemaslahatan manusia (umat) dan lingkungannya.
Mengingat arah dari istilah kerja keras, maka upaya untuk
memaslahatkan manusia dan lingkungannya merupakan upaya yang
tidak ada hentinya sampai kiamat tiba.
Dalam skala mikro, kerja keras terjadi untuk kemaslahatan diri,
keluarga, RT, RW, desa/kelurahan, kecamatan, kab./kota, provinsi,
bangsa/negara, atau dunia dan akhirat. Melihat skalanya, kerja keras
memiliki kondisi yang variatif. Pada sebagian orang kerja keras
dilakukan dengan menghabiskan waktu untuk membuat ide baru dan
menyisakan waktu hanya 2 jam untuk tidur. Pada sebagian orang, kerja
keras dilakukan dengan menghabiskan uang yang dimiliki untuk
membangun suatu sekolah (fisik, layanan maupun manajerial). Pada
sebagian orang kerja keras dilakukan dengan cara pergi pagi pulang
sore untuk mencari nafkah menghidupi
Hanya mencari nafkah dengan mengamen Seorang kakek bekerja keras berjualan
Sumber; http://www .mediaindonesia.com/
read/2010/06/01 /146358/37/5/Polda*Metro-dan-
؛
Sumber: http://okefar d.wordpress.
com/2009/09/02/penjual-pisang-dan-ironi-bank-
Pemprov-DKI-Tertibkan-Gepeng-Pemalak
century/
3. Ikhlas
Ikhlas dalam bahasa Arab memiliki arti “mumi”, “suci”, “tidak
bercampur”, “bebas” atau “pengabdian yang tulus”. Dalam kamus
bahasa Indonesia, ikhlas memiliki arti tulus hati; (dengan) hati yg bersih
dan jujur). Sedangkan ikhlas menurut Islam adalah setiap kegiatan
yang kita kerjakan semata-mata hanya karena mengharapkan ridha
Allah SWT.
Para ulama bervariasi dalam mendefinisikan ikhlas namun hakikat
dari definisi-definisi mereka adalah sama. Ada yang mendefenisikan
ikhlas adalah “menjadikan tujuan hanyalah untuk Allah tatkala
beribadah”, yaitu jika engkau sedang beribadah maka hatimu dan
wajahmu engkau arahkan kepada Allah bukan kepada manusia. Ada
yang mengatakan bahwa ikhlas adalah “membersihkan amalan dari
komentar manusia”, yaitu jika engkau sedang melakukan suatu amalan
tertentu maka engkau membersihkan dirimu dari memperhatikan
manusia untuk mengetahui apakah perkataan (komentar) mereka
tentang perbuatanmu itu. Ada juga yang mengatakan bahwa ikhlas
adalah “samanya amalan-amalan seorang hamba antara yang nampak
dengan yang ada di batin”. Ada juga yang mengatakan bahwa ikhlas
adalah, “melupakan pandangan manusia dengan selalu memandang
kepada Allah”, yaitu engkau lupa bahwasanya orang-orang
memperhatikanmu karena engkau selalu memandang kepada Allah,
yaitu seakan-akan engkau melihat Allah, (sumber:
http://www.al-islam.agussuwasono.com/artikel/aqidah/303-ikhlas-dan-
bahaya-riya-.html).
Ciri-ciri orang ikhlas: (1). Terjaga dari segala sesuatu yang
diharamkan oleh Allah SWT, baik sedang bersama dengan manusia
atau sendiri. (2) Senantiasa beramal di jalan Allah SWT baik dalam
keadaan sendiri atau bersama orang lain, baik ada pujian ataupun
celaan. Semakin bergairah dalam beramal jika dipuji dan
esensial
Teori komponen
esensial
Teorinilai
diri sendiri
Menghargai dan
bertanggung
jawab terhadap
manisia
orang lain
Menghargai dan
Nilai-nilai
r bertanggung
moral
jawab atas
aiam
Menghargai dan
bertanggung
jawab terhadap
Tuhan
X
Komponen-komponen karakter (Hurlock):
٠ Aspek kepribadian
٠ Standar moral danajaran moral
٠ Pertimbangan nilai
٠ Upaya dan keinginanindividu
٠ Hati nurani
٠ Pola-pola kelompok
٠ Tingkah laku individu dan kelompok
A. Rambu-Rambu Pengembangan
Pendidikan Karakter
Rambu-rambu yang dapat membantu kita mengembangkan silabus
pendidikan karakter di sekolah sekurang-kurangnya mencakup: teori
kurikulum dan teori pendidikan karakter.
Teori kurikulum. Kurikulum adalah sekumpulan pelajaran dan
kegiatan yang ditawarkan di sekolah. Secara menyeluruh, kurikulum
sekolah dapat digambarkan melalui grafis vektor kurikulum di berikut
ini.
(٦ )
;
pengalaman di tetapi tidak di
sekolah yang Kurikulum Sekolah
sekolah (tempat
:
adalah bagian ibadah, pramuka,
dari "pengalaman Programatik (mata ؛perkumpulan
belajar" yang pelajaran, kegiatan sepakbola, kursus
membuat orang ekstrakurikuler yang ؛musik atau tari
ter-(transformasi), didukung sekolah, pelatiah kerja,
tetapi bukan dan lain-lain) belajar dan orang
bagian dari ٠ dewasa bagaimana
pengalaman terarah berenang, memasak,
atau kurikulum atau menyukai buku
programatik sekolah dan membaca atau
senjata dan berburu,
dan lainnya).
Pengalaman (trans-) Pengalaman (trans-)
Tabel 2.1
Identifikasi tujuan pendidikan karakter pada kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia serta kewarganegaraan dan
kepribadian
Kelompok Mata Pelajaran dan Identifikasi Tujuan Pendidikan
Cakupannya*) Karakter
Agama dan Akhlak Mulia Kata dan frasa yang dicetak miring di
Kelompok mata pelajaran agama dan kolom kiri yang merupakan rumusan
akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk tujuan pendidikan, secara jelas dan
peserta didik menjadi manusia yang beriman tegas menunjukkan kelompok mata
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha pelajaran Agama dan Akhlak mulia
Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia adalah merupakan pendidikan karakter;
mencakup etika, budi pekerti, atau moral dan tidak mungkin pendidikan kognitif
sebagai perwujudan dari pendidikan agama. semata-mata.
Kewarganegaraan dan Kepribadian Kata dan frasa yang dicetak miring di
*) Dikutip dari Peraturan Pemerintah Nom or 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
*) Dikutip dari Peraturan Pemerintah Nom or 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
Gambar 2.2 Irisan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dalam pendidikan
karakter
(Miller; 2005)
Desain Pendidikan Karakter di 5ekolah ا ا5
Beberapa temuan tentang desatn instruksional untuk pembahan sikap.
Desain efektif pengajaran afektif, sebagaimana hasil studi Simonson and
Maushak (2001 dalam Miller, 2005), yaitu:
1. buatlah pengajaran realistik, relevan, dan menstimulasi secara teknis;
Smith dan Ragtur (1999 dalam Miller, 2005) memusatkan diri pada
aspek behavioral dari pembelajaran sikap dan menekankan pentingnya tiga
pendekatan instruksional kunci:
• demonstrasikan perilaku yang diharapkan oleh seorang model peranan
yang dihargai;
٠ praktikkan perilaku yang diharapkan, sering melalui permainan peranan;
• perkuat perilaku yang diharapkan.
Catatan penulis: Utamakan untuk memahami kategori/konsepnya, jangan hanya menggunakan kata-kata kuncinya
sementara tidak memahami konsepnya.
Pemberian nilai j
٢ Merespon 1
Menerima j
Tabel 2.5 Ilustrasi pengalaman belajar siswa untuk berbagai ranah pendidikan
J e n i s
s i P d . P
n
I e e
P e n d i d ik a n
T a k s o n B o e m b i e r a p a I n d i
Kerja dua puluh tahun Dr. Lickona dalam pendidikan guru dan orang
tua term asuk konsultasi dengan sekolah-sekolah di banyak kota tentang
implementasi pendidikan nilai dan karakter. Ia menyandang Ph.D. dalam
psikologi dari The State University of New York di Albany dan telah
mengerjakan riset tentang pertumbuhan pemahaman moral anak-anak.
Tulisannya Moral Development and Behavior digunakan luas di studi
pascasarjana dan bukunya Raising Good Children (lebih dari 150.000
eksemplar) m endapat pujian karena m enerjem ahkan riset tentang perkem
bangan m oral ke dalam bahasa dan pengalaman orang tua. Ia menjadi
pembicara
Adapun yang dim aksudkannya dengan nilai, ada dua jenis yaitu m oral
dan nonmoral. Nilai-nilai m oral seperti kejujuran, tanggung jawab, dan
ketidakmemihakan mengandung kewajiban. Kita merasa wajib memenuhi
janji, membayar hutang, menyayangi anak, dan tidak memihak dalam
menangani suatu perkara. Nilai moral mengatakan apa yang harus dilakukan.
Kita harus terikat pada nilai-nilai moral bahkan ketika kita tidak
menyukainya.
Nilai-nilai nonmoral tidak mengandung kewajiban yang demikian.
Nilai-nilai ini mengekspresikan apa yang kita inginkan atau sukai untuk kita
lakukan. Saya dapat secara pribadi menghargai kegiatan mendengarkan
musik klasik, misalnya, atau membaca sebuah novel yang bagus. Tapi jelas
adanya saya tidak terkena kewajiban untuk melakukannya.
Sehubungan dengan hal tersebut ada yang membedakan nilai etik atau
etis dan etiket. Nilai etik sama dengan nilai moral, dan
business (FiveR.s)
Respect
Responsibility
alam
Gambar 2.7 Pembagian nilai-nilai moral
Perasaan moral: ٦
( ) nurani.
Penalaran moral
Definisi: Memahami makna apa itu bermoral dan mengapa harus
bermoral? Mengapa memenuhi janji itu penting? Mengapa harus kerja
dengan sebaik-baiknya? Mengapa harus berbagi dengan orang yang m
em butuhkan? Ini adalah kem am puan analisis hubungan (C4) dari
Bloom.
Penalaran moral anak-anak berkembang, mereka belajar apa yang dapat
dianggap sebagai alasan m oral yang baik dan alasan moral yang buruk.
5. Pembuatan putusan
Definisi: Proses orang menjadi memiliki putusan. Biasanya orang
menghadapi m asalah atau dilema moral. Apa pilihan saya? Apa
konsekuensi yang mungkin dari berbagai tindakan bagi orang yang
terkena pengaruh putusan saya? Apa tindakan yang memaksimalkan
konsekuensi yang baik dan diyakini penting untuk nilai yang
pertaruhkan?
Pengalaman belajar: Mengalami secara simulatif konflik atau dilema
nilai, dapat juga konflik nilai yang dialami orang lain, kemudian
membuat putusan nilai, dan mengkajinya. Menurut Lickona, pendekatan
apa-pilihan saya dan apa-konsekuensi-konsekuensinya untuk membuat
putusan-putusan moral telah diajarkan bahkan sejak pada anak
prasekolah.
Hasil Belajar: Memiliki putusan nilai lengkap dengan konsekuensinya
yang sudah terkaji secara baik, atas konflik nilai yang tersedia (Bloom:
C6, kreasi).
6. Pengetahuan-diri:
Kemampuan melihat-kembali perilaku sendiri dan mengevaluasinya.
Pengembangan pengetahuan-diri termasuk kekuatan dan kelemahan
karakter diri sendiri dan bagaimana mengkompensasi kelemahan
tersebut, di antaranya yang ham pir universal merupakan tendensi
manusia, yaitu melakukan apa yang kita inginkan dan kemudian
membelanya dengan cara yang tidak adil.
Pengalaman belajar: Ini dapat dilakukan dengan meminta siswa m em
buat “jurnal etis/akhlak/budi pekerti “-dengan m encatat kejadian-
kejadian moral dalam penghidupan mereka, respon-respon mereka
dalam kejadian moral tersebut, dan adakah respon ini dapat
dipertanggungjawabkan secara etis.
Hasil belajar: Perkembangan kejujuran individu dalam melihat diri
sendiri. Perkembangan upaya-upaya mengatasi kelemahan diri. Iklim
sosial kejujuran dalam kelompok (dampak sosial yang mungkin,
misalnya jika masing-masing jurnal tersebut didiskusikan dalam
kelompok).
Perasaan moral
1. Hati nurani/nurani
Definisi: Nurani memiliki dua sisi: sisi kognitif—pengetahuan tentang
apa yang baik—dan sisi em osional—m erasa wajib melakukan apa
yang baik.
N urani yang m atang m encakup juga kapasitas untuk rasa bersalah
konstruktif di samping merasakan kewajiban moral. Jika nurani anda
merasa wajib untuk berbuat sesuatu, maka Anda akan merasa bersalah
jika tidak melakukannya. Ini berbeda dari rasa bersalah destruktif, yang
menyebabkan seseorang berpikir, “Saya orang jahat”. Orang dengan
rasa bersalah konstruktif akan berkata, “Saya tidak dapat memenuhi
standar saya sendiri. Saya merasakan ini sebagai keburukan, tetapi saya
akan lebih baik pada waktu yang akan datang”. Kapasitas untuk rasa
bersalah konstruktif juga membantu kita dalam menolak godaan.
Hasil belajar: Hasil belajar yang otentik adalah kapasitas untuk merasa
bersalah dan merasa wajib untuk perbuatan moral. Pada tataran lebih
rendah, ekspresi-ekspresi nurani ini melalui kata-kata.
2. Harga diri
Definisi: Ini adalah kemampuan merasa berm artabat karena memiliki
kebaikan atau nilai luhur.
Studi-studi menunjukkan bahwa anak-anak dengan harga diri yang
tinggi lebih resisten terhadap tekanan dari teman-teman
Empati
Definisi: Empati adalah identifikasi diri pada keadaan orang lain, atau
pengalaman tidak langsung. Empati membantu kita keluar dari diri
sendiri dan masuk ke dalam diri orang lain. Ini adalah sisi emosional
dari pengambilan-perspektif.
Pengalaman belajar: Para peserta didik dapat berlatih melakukan empati
di bawah bimbingan guru. Setelah berlatih, guru dapat membimbing
mereka untuk mendiskusikannya.
Hasil belajar: Mengungkapkan apa yang dirasakan orang lain.
Bertoleransi. Menghargai perbedaan sikap.
Cinta kebaikan
Definisi: Bentuk tertinggi dari karakter mencakup ketertarikan
sejati/tulus pada kebaikan.
Psikologiwan Boston College Kirk Kilpatrick menulis: “Dalam
pendidikan untuk kebajikan, hati dilatih sebagaim ana juga
Pengalaman belajar: Para guru dapat berpaling pada sastra sebagai cara
mananamkan perasaan tentang kebaikan dan kejahatan. Ketika anak-
anak m enjum pai para penjahat dan pahlawan dalam halaman-halaman
dari sebuah buku yang baik, mereka merasa tertolak oleh kejahatan dan
tertarik pada kebaikan tanpa kuasa menahannya. Ketika orang mencintai
kebaikan, mereka mendapatkan rasa senang dalam melakukan kebaikan.
Mereka memiliki hasrat moral, bukan hanya kewajiban moral. Potensi
ini dikembangkan melalui program-program peer tutoring dan
pelayanan masyarakat di sekolah-sekolah.
Kontrol diri
Definisi: Emosi dapat menenggelamkan penalaran. Inilah mengapa
kontrol-diri merupakan sebuah kebajikan moral yang niscaya. Kontrol-
diri membantu kita bermoral bahkan ketika kita tidak ingin bermoral,
ketika sedang marah pada sesuatu, misalnya. Kontrol-diri juga niscaya
untuk mengekang kesukaan-diri.
Pengalaman belajar: Pengalaman-pengalam an belajar dalam bentuk
menolak kesenangan atau kebencian demi kebaikan. Hasil belajar:
Tekun belajar/bekerja, m enunda kesenangan. Tugas-tugas belajar
diselesaikan dengan baik. Memiliki kegiatan harian yang baik untuk
pengembangan diri dan lingkungannya.
Rendah hati
Definisi: Rendah hati adalah sisi afektif dari pengetahuan-diri. Rendah
hati terdiri dari keterbukaan yang sejati pada kebenaran dan kemauan
untuk bertindak memperbaiki kesalahan-kesalahan kita.
R endah hati juga m em bantu kita m engatasi rasa bangga. Rasa bangga
adalah sum ber dari arogansi, prasangka, dan merendahkan orang lain.
Rasa bangga yang terluka membuka kemarahan dan menutup
munculnya sikap memaafkan. Rendah hati adalah penjaga terbaik
melawan perbuatan jahat.
Tindakan moral
1. Kompetensi
Definisi: Kompetensi moral adalah kem am puan m engubah putusan
dan perasaan moral menjadi tindakan moral yang efektif.
2. Keinginan moral
Definisi: Menjadi baik sering mempersyaratkan sebuah tindakan nyata
dari kem auan, suatu mobilisasi energi m oral untuk
Dua nilai moral membentuk inti dari suatu moralitas publik yang dapat
diajarkan: respect and responsibility (penghargaan dan
pertanggungjawaban).
Penghargaan berarti menunjukkan rasa hormat terhadap nilai seseorang
atau sesuatu. Ini mencakup menghargai diri sendiri, menghargai hak-
hak dan martabat semua orang, dan menghargai lingkungan yang m em
buat semua kehidupan berkelanjutan. Penghargaan adalah sisi
pelarangan dari moralitas; ia menjaga kita untuk tidak menyakiti apa
yang seharusnya kita hargai.
Pertanggungjawaban adalah sisi aktif dari moralitas, ia mencakup m
elaksanakan kepedulian terhadap diri sendiri dan orang lain, memenuhi
kewajiban-kewajiban kita, kontributif terhadap komunitas kita,
mengurangi penderitaan, dan membangun dunia yang lebih baik.
3. rekruitasi orang tua dan anggota kom unitas sebagai m itra dalam
pendidikan nilai, dukung orang tua sebagai guru moral pertama anak;
mendorong orang tua untuk mendukung sekolah dalam upaya-upaya m
enumbuhkan nilai-nilai yang baik; dan m engupayakan b an tu an kom
unitas (m asjid, gereja, biara, perusahaan, dan media) dalam
memperkuat nilai-nilai yang sedang diupayakan untuk diajarkan oleh
sekolah.
S t a n d a r k o m p e t e n s i
K o m p e t e n s i d a s a r
e
P a t T aP k n o g n k o a m ji ai n
T a k o nL oi
s
n
o ic m k
a
P e d Kg or a g t ih k w o h l
Dakwah Tindakan moral
Sabar
Teladan
Praktik
Karakterisasi-diri
Organisasi
Penilaian
Responsi
Evaluasi
Analisis
Aplikasi
Pemahaman
Pengingatan
S
t n d a r K K oo m m p p e et t e en n s s
3.1 Menceritakan kisah Nabi Ayyub as.
a h
T r i k
4, Membiasaka n peri laku terpuji 4.2 Meneladani perilaku Nabi Musa as.
4.3 Meneladani perilaku Nabi Isa as.
Cuplikan Standar Isi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (Ml),
Silabus 1
S t a n d: a 3 r . k M o m e n p c e e t re i
K o m p e t e: n3 .s 1 i dM a se a asn. r c e r i
Alokasi waktu
S t a n d a r k o m p e t e n
K o m p e 4 t . e 1 n s i M d ae sn ae rl a d
latar kelas
2. Berperilaku sebagaimana disarankan Nabi Ayyub
AS |
3.Menaaiak orar؛q lain untuk meneladani Nabi
Ayyub as.
Penilaian j Evaluasi jurnal siswa
i Alokasi waktu -
؛
| Sumber belajar
Contoh 2
Standar Isi
a ss
S t n d a r K K o o mm pp e e t t e e n n
8. Memahami pentingnya 8.1 Mengidentifikasi kegunaan energi
S t a n d a r k o m p e t e n s i :
Kegiatan pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi waktu -
Sumber belajar -
Hodsl-Model
•-٠ ؟.؛
Pendidikan Karakter
Variabel H Variabel
Independen Perantara H Variabel
Dependen
ro
P a n d a n g i o h gn m e ap
T
N o . P T a a k K d o s
t e r h a d a p
B
e l
a j a r
penekanannya pada j
respons.
؛
١ ؛
— ﺺﺳ. _
Albert
Bandura Belajar bersifat terus
(1925-...) menerus dan tidak
bergantung pada
penguatan.
Proses belajar manusia
biasanya terjadi dengan
mengamati konsekuensi dari
perilaku model. Empat proses
utama yang dianggap mem
pengaruhi jalannya belajar
observasional: 1) proses
atensional, yang menentukan
aspek mana dari situasi m
odeling yang akan
diperhatikan; 2) proses
retensional, yang melibatkan
pengkodean informasi secara
imajinal dan verbal sehingga
bisa disimpan dan dipakai
di waktu mendatang;
3) proses pembentukan
perilaku, yang melibatkan
kemampuan untuk memberi
respon yang dibutuhkan
untuk menerjemahkan hal-hal
yang sudah dipelajari
//»/ ;
______ ______ ______ ______ —
1 ،v
Sumber: Diringkas dari buku The Theories L ea rn in g belajar) B.R. Hergenhahn dan
Matthew H. Oison (Edisi ketujuh tahun 200
٠• Student
+ + J 1 1K + + + +
Potensi awal Proses Belajar ; Hasil Belajar
"TTMU•'
'CAS؛
Gambar 3.3. Proses belajar dalam konteks pendidikan karakter
Apabila kita analisis kasus ini, dapat dipaham i beberapa energi negatif
yang terlihat langsung secara kasat m ata, yaitu: (1) konsentrasi anak
yang belum fokus ketika guru masuk, (2) banyak sam pah di kelas.
Dalam proses inilah terjadi proses anak belajar suatu nilai. Ketika
proses ini berulang dan terasa nyam an dalam diri anak, m aka dapat
dipastikan bahw a anak akan memiliki karakter dari nilai yang
diperkuat melalui proses belajar.
?roses belajar itu bersifat gaib. Dalam konteks proses yang gaib, pendidik
perlu mengkaji secara khusus pengaruh dari setan sebagai pihak yang m em
pengaruhi m anusia m elalui (transfer) pengaruh energi negatif kepada diri m
anusia. G am baran pengaruh ini dapat dikaji dalam Sur’at An-Nas [114] 1:6
sebagai berikut.
Raja manusia.
3 ﻪﺗا ﺶﺌﺋأ, .
W - r
Sembahan manusia.
4, - صمﻧ
- ﺮﺳ ﻦﻣ
ﺎﻤﻣ[ﺀﻢﻧ
Interaksi anak didik dengan lingkungan memiliki m akna yang luas, m akna
lingkungan bukan saja kelas dalam arti ruangan kelas beserta aiiifact di dalam
kelas tersebut. Lingkungan anak dalam konteks pendidikan karakter dipaham i
sebagai segala sesuatu yang terlihat, terdengar, terpikir, dan terasakan oleh anak.
Lingkungan tidak m engarah pada sesuatu objek fisik semata, tetapi juga apa
vang didengar, dilihat, dipikirkan dan dirasakan oleh anak. Karena itu hal-hal
(objek) yang dipelajari anak dapat m enem bus keterbatasan ruang dan waktu
dan hal itu diasum sikan m em pengaruhi perilaku anak.
A pakah p e m b e la ja ra n y an g se la m a in i d ila k u k a n d a p a t
dikategorikan sebagai proses pen d id ik an k arak ter atau bukan?
Jaw aban akan hal ini cukup berat, karena harus dijawab setelah
m elakukan riset besar. N am un demikian, berdasarkan pengalam an
kami dalam m elakukan pem binaan kepada guru-guru di berbagai
w ilayah Indonesia, pengalam an ketika m enjadi asesor sertifikasi
1. desain silabus dan RPP yang dibuat guru-guru saat ini cenderung berpusat
pada guru, bukan pada anak;
2. hirarki perilaku yang dirancang dalam silabus dan RPP cenderung
berada pada perilaku tingkat rendah (Cl), bahkan sebagian guru m
enganggap bahw a hirarki perilaku dalam kategori Cl itu m em ang d
iperuntukkan u n tu k peserta didik yang tidak berkategori cerdas istimewa,
sedangkan hirarki perilaku C2-C4 diperuntukkan untuk anak-anak yang
dikategorikan cerdas istimewa. Akan hal ini, penulis berbeda pemikiran.
Apa bedanya? Kami melihat bahw a ketika anak dikondisikan untuk
menguasai su atu kom petensi p ad a level Cl s.d C3, m aka an ak akan
disiksa untuk mengingat banyak fakta, bahkan m inim dengan pem aham an
dan aplikasi konsep.
hasil riset pada lingkup yang besar, tetapi berdasarkan pada hasil
pengam atan dan pengalam an berinteraksi dengan guru-guru, yang
kebanyakan adalah guru SD.
Lalu yang b ag aim an ak ah p e m b elajaran u n tu k pen d id ik an
karakter? Di baw ah ini kam i akan m engem ukakan ide-ide dari
Pusat Pengkajian Pedagogik terkait dengan desain pem belajaran
dalam pendidikan karakter.
Pem belajaran dalam pendidikan karakter penulis definisikan
sebagai Pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan
perilaku anak secara utuh yang didasarkan/dirujuk pada suatu
nilai. Peguatan adalah upaya untuk melapisi suatu perilaku anak sehingga
berlapis (kuat). Pengem bangan perilaku adalah proses adaptasi perilaku anak
terhadap situasi dan kondisi baru yang dihadapi berdasarkan pengalam an anak.
Kegiatan penguatan dan pengem bangan didasarkan pada suatu nilai yang
dirujuk. Artinya, proses pendidikan k arak ter ad alah proses yang terjadi karen a
didesain secara sadar, bukan suatu kebetulan.
Stakeholders
b• >—؛ NilaiKTSP— ٦ Visi Sekolah
L-
Silabus
Pengalaman
Rumah 1
Indikator
' ؛
؛.Pembelajaran;
Evaluasi
Layanan KBM
G uru
(X !
l ^l_
Sekolah
؛
B e rd a sa rk a n p a p a ra n di a ta s, d a p a t d im a k n a i lebih
khusus bahw a pem belajaran dalam pendidikan karakter
adalah pem belajaran yang m engarah pada penguatan dan
pengem bangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu
nilai. Pengalam an belajar anak dalam pendidikan karakter m erupakan
suatu proses yang terpadu antara proses di kelas, sekolah, dan rum ah.
P e n d i Pd ir o a
s n e s A d g a a
M a n Mg A n a l i s
a
d ag
t e r i i s
T i d a k A a em n u aM
a
K r a k t e r
B. Model Reflektif
I. Asumsi Dasar
Anak (peserta didik) adalah individu m anusia yang memiliki
k em am puan u ntuk m elihat jau h ke belakang dan m eneraw ang
suatu kondisi vang diinginkan di m asa yang akan datang. Hal ini
m erupakan suatu yang m enjadi fitrah m anusia, bahw a m anusia
dapat m eneraw ang terhadap apa yang telah dilakukannya dan apa
yang ingin dilakukannya. M anusia dapat m eneraw ang terhadap
m asa lalu yang telah dialam inya dan m am p u m em bayangkan
tentang m asa depan yang diinginkannya. Selain itu, setiap m anusia
pada dasarnya memiliki kata hati/hati nurani. Hati nurani/kata hati
adalah suatu anugrah yang diberikan Allah Yang M aha R ahm an
dan M aha Rahim kepada m anusia. Dengan asumsi inilah m aka
kehidupan m anusia tidak akan pernah lepas dari proses refleksi.
Asumsi di atas mengungkapkan bahwa m anusia memiliki sisi
religi/keagamaan yang tidak dapat dipungkiri kebenarannya. Setiap
m anusia dim anapun akan m em pertanyakan m engapa dia ada dan
u ntuk apa dia ada. Pertanyaan inilah yang m enjadi salah satu
kajian filsafat (ontologi-hakikat sesuatu). Ketika m anusia dilahirkan
ke dunia dan m ulai berkem bang kem am puan berpikirnya, akan
m uncul pertanyaan dalam dirinya, untuk apa ia lahir atau untuk
apa ia hidup di dunia? Pertanyaan tersebut m enunjukkan bahw a
m anusia akan selalu berpikir mengenai kondisi spiritual/batiniah di
balik materi/keduniaan. Dalam Agama Islam, pem enuhan kebutuhan batin iah
banyak terpenuhi m elalui p rak tik ib ad ah ritual, baik
M ari kita pelajari bagaim ana pengalam an Nabi Ibrahim a.s. dalam proses
pencarian Tuhannya yang diceritakan secara langsung oleh Allah Swt pada Surat
Al Anam ayat 76-78.
Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia
berkata: “ inilah Tuhanku” . Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata:
“ Saya tidak suka kepada yang tenggelam” . (76)
Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “ Inilah Tuhanku” .
Tetapi setelah bulan ٧ ؛؛terbenam dia berkata: “ Sesungguhnya / ﺎطﻫTuhanku
tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang
sesat” . (77)
Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: “ Inilah Tuhanku, ini
yang lebih besar” , maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: “ Hai
kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. (78)
T
Menjadi teladan bagi lingkungan terdekat anak (di
kelas, sekolah, rumah, masyarakat
Mempraktikkan nilai
٢
Menyadari keberadaan adanya yang Maha Kuasa
Menjelaskan/menguraikan fakta/fenomena/benda
1.5 Mengidentifikasi
gangguan pada organ
peredaran darah manusia
Contoh yang pem belajaran refleksi ini dilakukan oleh guru sebagai
berikut:
Setelah siswa-siswa di kelas mengelaborasi m ateri tentang darah
(komponen, fungsi, dan karakteristik lainnya) kem udian di akhir sesi
pem belajaran guru bertanya kepada anak. “Anak-
anak m enurut kam u siapakah sebenarnya yang m engatur
darah di dalam diri m anusia dan m akhluk hidup lainnya
yang m em iliki d a ra h ? ” K ebanyakan an ak -an ak dengan
spontan m enjaw ab "Allah...” nam u n dem ikian beberapa
anak lain tidak menjawab. Kondisi ini dipahm i oleh guru
sebaga suatu kondisi yang m em erlukan penguatan karakter
anak, yaitu karakter tentang berserah diri terhadap Allah
Swt. yang M aha Kuasa. K em udian guru m em inta pada kelas (anak-
anak) untuk m enjelaskan lebih lanjut, “coba siapa yang akan m
enjelaskan bagaim ana kita m engetahui bahw a Allah lah yang m
engatur d arah yang b erad a di dalam tubuh kita?”
C. Model Pembelajaran
Pembangunan Rasional
I. Asumsi Dasar Model Pembangunan Rasional
(MPR)
Pada hakikatnya m anusia memiliki kelebihan dibandingkan dengan
m akhluk Tuhan lainnya, salah satunya karena m anusia diberikan
akal pikiran. Dengan akal pikirannya ia menjalani kehidupan yang
Identifikasi Nilai dan Klarifikasi Nilai. Asumsi yang dikem ukakan Shaver
bahw a “nilai akan m em bantu m em bentuk perilaku.” Proses ini adalah proses
kognitif, yakni proses individu berupaya m enem ukan dan m em aham i nilai-
nilai yang berada di luar dirinya atau yang sudah dimilikinya. Dalam konteks
interaksi M PR di kelas, anak difasilitasi untuk m enem ukan nilai-nilai yang
dianut/diyakini oleh dirinya sendiri, tem an -tem annya, guru-gurunya, m
asyarakat, dan orang tua.
T abe l 4.1
Langkah-langkah penjabaran indikator suatu karakter
makna secara khusus terhadap karakter sebagai karakter bagi setiap peserta
yang akan diwujudkan menjadi perilaku didik di sekolah yang bersangkutan.
anak.
Langkah I! melakukan elaborasi terhadap Pribadi unggul memiliki arti seseorang
E valuasi te rh a d a p tu m b u h kem b an g su a tu k a ra k te r p a d a
anak bukanlah suatu hal yang m udah, tetapi tidak berarti hal ini
suatu yang m ustahil untuk dilakukan oleh guru. Evaluasi karakter
m erupakan upaya untuk m engidentifikasi perkem bangan capaian
hirarki perilaku (berkarakter) dari w aktu ke waktu melalui suatu
identifikasi dan/atau pengam atan terhadap perilaku yang m uncul
dalam keseharian anak.
Perlu m enjadi catatan penting, bahw a suatu karakter tidak dapat dinilai
dalam satu waktu (one shot evalucition), tetapi harus diobservasi dan
diidentifikasi secara terus m enerus dalam keseharian anak, baik di kelas,
sekolah, m aupun rum ah. Karena itu, penilaian terhadap karakter harus
melibatkan tiga kom penen tersebut. Evaluasi di kelas m elibatkan guru, peserta
didik sendiri dan peserta didik lainnya. Evaluasi di sekolah m elibatkan peserta
didik itu sendiri, tem an-temannya, guru lainnya (termasuk Kepala Sekolah dan
Wakil Kepala Sekolah), pustakawan, laboran, tenaga adm inistrasi sekolah,
penjaga sekolah, dan teknisi jika ada. Di rum ah m elibatkan peserta didik, orang
tuanya (jika m asih ada) atau walinya, kakak, dan adiknya (jika ada).
Temannya
Guru
G uru G-- Pustkawan
Laboran
Tenaga
Anak administrasi
sekolah
Teman
Penjaga sekolah
Guru
Evaluasi di Kelas —؛ Evaluasi di Sekolah
Dalam buku ini akan dijelaskan dua bentuk penilaian karakter, yaitu
evaluasi diri anak dan penilaian portofolio.
Lem bar evaluasi diri. Lem bar evaluasi diri adalah instrum en
evaluasi perilaku berkarakter berupa lem bar-lem bar yang berisi
mengenai identifikasi proses, kesan, respon, dan rencana ke depan anak dari
pengalam an yang baru dialaminya dalam proses pembelajaran. Misal, ketika
anak m elakukan/dikondisikan dalam pem belajaran melalui m enonton
film/video, m aka setelah m enonton tersebut, anak dim inta untuk mengisi lem
baran evaluasi diri mengenai bagaim ana proses selama ia m enonton, bagaim
ana kesan film/video tersebut bagi anak, bagaim ana respon anak terhadap
film/video tersebut,
dan terakhir apakah ada rencana tindak lanjut dalam pikiran anak setelah m
enonton film/video tersebut.
Nama :.....
Kelas : ............................................................................ NIS:
Mata Pelajaran : .....
Hari/tgl/jam : .....
Deskripsi :.....
KBM : .....
No Aspek Evaluasi Pengalamanku
Diri Anak
1(؛ (2) (3)
2. Kesanku
Pandanganku
terhadap kegiatan
A Rencanaku ؛
Nama :....
:...............................................................................
Kelas NIS:
:..............................................................................
Mata Pelajaran
Hari/tgl/jam :....
Deskripsi :....
KBM :....
Deskripsi Pengalamanku
Hasil
Pengolahan
Tindak Lanjut (peran orang tua وﺎﻤﺳأ
Evaluasi diri
Tegakkan reward dan punishment secara konsisten
Cenderung menetap
1. Kuatkan pem aham an anak tentang pentingnya suatu
Sewaktu-waktu karakter bagi anak dan lingkungannya
2. Tegakkan reward dan punishment secara konsisten
(karakter)
2. Sampaikan harapan guru dan orang tua kepada
؛ anak untuk memiliki suatu karakter tertentu
I 3. Kuatkan pem aham an anak tentang pentingnya
؛suatu karakter bagi anak dan iingkungannya
i 4. Tegakkan reward dan punishment secara konsisten
i. Baca kembali setiap komentar guru yang telah ditulis itu dan bagaimana
komentar peserta didik. Apakah komentar mereka adalah sesuatu yang
di inginkan guru?
j. Pada saat suatu kemajuan lebih lanjut dibutuhkan peserta didik, tulislah
cara-cara yang layak untuk melengkapi/menyempurnakan pencapaian
kompetensi melalui tugas-tugas mereka.
k. Tentukan kriteria evaluasi atau terms for assessnient sebagaimana
komptensi yang disyaratkan, tujuan program yang ditetapkan dan isi
pembelajaran yang telah dipelajari dan taraf perkembangan
peserta didik. Kriteria yang ditetapkan bisa jadi sangat bervariasi.
1. Akhiri penilaian dalam bentuk laporan nilai akhir dan atau dalam bentuk
pernyataan-pernyataan kualitatif yang didasarkan atas evaluasi dari
peserta didik dan hasil dialog atau pemikiran di antara guru dan peserta
didik.
m. Penilaian atas aktivitas dan prestasi hasil belajar dalam bentuk angka atau
huruf, hanyalah salah satu bagian (mungkin juga tidak penting) dari
tuntutan proses penilaian yang otentik (berbasis kompetensi).
n. Bisa saja guru yang bertanggung jawab dan memiliki cukup waktu
melakukan sidang portofolio. Untuk keperluan itu, terdapat sejumlah
pertanyaan yang perlu dipertimbangkan:
٠ Apa yang dapat pembaca harapkan dari portofolio peserta didik
itu? Pertanyaan ini dapat dipelajari melalui daftar isi, ringkasan
naratif, suatu definisi yang am at berarti, atau mungkin suatu cerita.
D a fta r Pustaka
Bloom Taxonomy, http://www.odu.edu/educ/roverbau/Bloom/blooms_
taxonomy.htm
Cox, Keni Brayton. 1993. Portfolios in Action: A Study o f Two Classrooms
with Implications for Reform. Paper presented at the annual meeting of
the American Educational Research Assosiation. Atlanta, Georgia.
Ccpi T rfitri3
Lahir di Bandung pada 23 Juli 1979.
Menyelesaikan SD pada tahun 1991 di SD
Negeri C i^ w ^ a ^ B a le e n d a h Kab.
Bandung; MTs Pesantren Persatuan Islam
No. 1 Bandung tahun 1994, Muallimien
(setingkat SMA) Pesantren Persatuan Islam
No. 1 Bandung Tahun 1997; SI pada
Juiusan Administrasi Pendidikan TIP UPI
tahun 2001; S2 Prodi Administrasi
Pendidikan SPS
U’PI Tahun 2005. Dan saat ini sedang menyelesaikan Program
Doktoral (S31 Prodi Administrasi Pendidikan SPS UPI. Buku yang
pc'rnah ditulis: Visionary leadership Menuju Sekolah Elektll, Bumi
Aksara, 2005; Inovasi kepemimpinan kepala sekolah dan
Pemberdayaan Masyarakat pada Sekolah di daerah tertinggal. Tahun
2008. Subdit Dikmen P M ^ K Depdiknas; Kiat-kiat Kepemimpinan
pada Sekolah Daerah Maju. Tahun 2008. Subdit Dikmen PMPTK
Depdiknas; Tim Penulis Buku “Manajemen Pendidikan”, Tahun
2008. Alfabeta; Bagaimana menjadi menjadi guru penulis?. Tahun
2008. Citra P؛ava Bandung; 0 الأالSebagai Mentor. Tahun 2009. Citra
Praya Bandung; 9 Kebiasaan Pelajar Elektll. Tahun 2008. Citra Praya
Bandung; EQ Power: Panduan Meningkatkan Kecerdasan Emosional.
Tahun 2008. Citra Praya Bandung. Selain menjadi dosen, juga aktif
dalam berbagai pelatihan di lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Barat, dan Kememterian Pendidikan Nasional. Saat ini
diamanahi sebagai sekretaris Pusat Pengkajian Pedagogik TIP UPI.
PendidikanMemaknaKara!> آﺀ؛
PERPUSTAKAAN
PPs STAIN Kerinci
Kembalikan Buku Tepat pada Waktunya
---------------
-
Pendidikan
Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah
ISBN 978-979-692-044-0
9789796920440
ROSDA