2. Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan metode pengajaran yang erat hubungannya dengan
belajar pemecahan masalah. Metode ini juga biasa dilakukan secara berkelompok
atau diskusi kelompok.
5. Metode Resitasi
Metode resitasi merupakan metode mengajar dengan siswa diharuskan membuat
resume tentang materi yang sudah disampaiakan guru, dengan menuliskannya pada
kertas dan menggunakan bahasa sendiri.
A. Kelebihan metode resitasi, sebagai berikut:
Siswa menjadi lebih ingat dengan materi, karena telah menuliskannya
dengan resume.
Menurut Sayiful Bahri, 2000 siswa menjadi lebih berasi dalam mengambil
inisiatif dan mampu bertanggungjawab.
B. Kekurangan metode resitasi, yaitu:
Hasil resume yang dilakukan terkadang hanya mencontek pada teman dan
bukan hasil pikirannya sendiri.
Tugas bisa jadi dikerjakan oleh orang lain.
Susah mengevaluasi apakah siswa benar- benar memahami hasil tulisan
resumenya sendiri.
6. Metode Percobaan
Metode percobaan merupakan metode pengajaran dengan menggunakan action
berupa praktikum atau percobaan lab. Masing masing siswa dengan ini mampu
melihat proses dengan nyata dan belajar secara langsung.
A. Kelebihan dari metode percobaan ini, yaitu:
Metode ini membuat siswa merasa bahwa materi yang dipelajari benar
adanya dengan dibuktikan melalui percobaan.
Siswa dapat mengembangkan diri dengan mengadakan eksplorasi dengan
percobaan percobaan.
Metode ini akan menghasilkan siswa dengan jiwa peneliti dan suka
mencaritahu dan pengembangan keilmuan dan memberikan kesejahteraan
pada masyarakat.
B. Kekurangan dari metode percobaan ini, yaitu:
Kekurangan alat seringkali menghambat siswa untuk dapat bereksperimen
lebih.
Eksperimen dilakukan pada jam kelas yang terbatas, sehingga percobaan
yang dapat dilakukan terbatas
Metode ini cocok untuk beberapa tipe pelajaran saja, seperti biologi,
teknologi, dan lainnya.
16. Debat
Debat merupakan metode pembelajaran dengan mengadu argumentadi antara dua
pihak atau lebih baik perorangan maupun kelompok. Argumentasi yang dilakukan
membahas tentang penyelesaian suatu permasalahan dan memberi keputusan
terhadap masalah. Debat pada umumnya dilakukan secara formal dengan bahasa
bahasa formal dan cara cara tertentu yang sopan. Terdapat aturan aturan dalam
debat informasikan yang disajikan harus memuat data yang relevan dan berisi.
A. Kelebihan metode pembelajaran ini, yaitu:
Melatih kemampuan berpendapat dan mempertahankan pendapat siswa.
Melatih kerja kelompok.
Menuntut siswa untuk mencari informasi yang kuat untuk argumentasinya.
Melatih rasa percaya diri dalam berpendapat.
B. Kekurangan dalam metode pembelajaran ini, adalah:
Seringkali justru berebut dalam memberikan pendapat,
Pendapat tidak memiliki intisari yang informatif dan hanya berisi sanggahan,
Adu argumen tidak menemukan titik penyelesaian,
Siswa yang tidak pandai berargumen akan cenderung pasif dan hanya orang
orang tertentu saja yang aktif berbicara.
2. Ciri-ciri
Metode Example non Example juga merupakan metode yang mengajarkan
pada siswa untuk belajar mengerti dan menganalisis sebuah konsep. Konsep pada
umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di
luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu
sendiri. Example and Nonexample adalah taktik yang dapat digunakan untuk
mengajarkan definisi konsep.
Strategi yang diterapkan dari metode ini bertujuan untuk mempersiapkan
siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan
non-example dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk
mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada.
Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan
suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan
non-example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh
dari suatu materi yang sedang dibahas.
Metode Example non Example penting dilakukan karena suatu definisi
konsep adalah suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi
definisinya daripada dari sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa
terhadap example dan non-example diharapkan akan dapat mendorong siswa
untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada.
3. Kelebihan dan Kekurangan.
Menurut Buehl (1996) keuntungan dari metode Example non Example
antara lain:
Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk
memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih
komplek.
Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong
mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari
Example non Example.
Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik
dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang
dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu
karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.
Kebaikan:
Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
Memakan waktu yang lama.
Langkah-langkah :
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisa gambar
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar
tersebut dicatat pada kertas
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi
sesuai tujuan yang ingin dicapai
7. Kesimpulan
Kelebihan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
3. Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek
bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir,
4. Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.
5. Siswa dilibatkan daiam perencanaan dan pengelolaan kelas
Kekurangan:
1. Memakan banyak waktu
2. Banyak siswa yang pasif.
3. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas.
4. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain
5. Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai
KESIMPULAN
Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang
menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.
Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model
Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran.
Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran.
Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif
picture and picture adalah sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota
kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab
yang sama di antara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan
secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture and Picture adalah sebagai
berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan
materi.
4. Guru menunjuk siswa secara bergantian untuk mengurutkan gambar-gambar
secara logis
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi
sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan/rangkuman
Kelebihan:
Setiap siswa menjadi siap semua
Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan
waktu yang lama..
Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen
dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :
a) Pembentukan kelompok;
b) Diskusi masalah;
c) Tukar jawaban antar kelompok
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau
buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah
yang diberikan oleh guru.
KESIMPULAN
Model pembelajaran ini baik digunakan karena model ini mengajarkan
kepada siswa untuk lebih siap dalam menguasai materi serta belajar menerima
keanekaragaman dengan kelompok lain, karna dalam model ini siswa dituntut
untuk berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah. Pada dasarnya tidak ada
model pembelajaran yang cocok untuk setiap pokok bahasan, karena setia model
atau metode mengajar masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan oleh
karenanya guru dituntut untuk pandai memilih model pembelajaran yang sesuai.
Rencana Kegiatan
1. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing
dan menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.
2. Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan
mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan
banyaknya kelompok.
3. Siswa ahli kembali ke kelompok masing-masing untuk menjelaskan topik
yang didiskusikannya.
4. Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua
topik.
5. Pemberian penghargaan kelompok berupa skor individu dan skor
kelompok atau menghargai prestasi kelompok.
3. Sistem Evaluasi
Dalam evaluasi ada tiga cara yang dapat dilakukan:
1. Mengerjakan kuis individual yang mencaukup semua topik.
2. Membuat laporan mandiri atau kelompok.
3. Presentasi
Materi Evaluasi
– Pengetahuan (materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh mahasiswa.
– Proses belajar yang dilakukan oleh mahasiswa.
1. Kelebihan
Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran
Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:
1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada kelompok ahli
yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya
2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara
dan berpendapat.
1. Kelemahan
Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan yaitu :
1. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol
jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar
memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota
kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru
mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.
2. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan
mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga
ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara tepat,
kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat
tersampaikan secara akurat.
3. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang
menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya
diskusi.
4. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses
pembelajaran.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
jigsaw.html#ixzz2uZXP82Tt
4/21/2012
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED
INTRODUCTION)
PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI)
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Sejarah Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah dirintis dalam ilmu kesehatan di McMaster
University di Kanada pada tahun 1960-an yang diresmikan pada tahun 1968.
(Neufeld & Barrows, 1974), karena siswa tidak mampu menerapkan sejumlah
besar mereka pengetahuan ilmiah dasar untuk situasi klinis. Tak lama kemudian,
tiga sekolah medis lain – University of Limburg di Maastricht (Belanda),
University of Newcastle (Australia), dan University of New Mexico (Amerika)
mengambil McMaster model pembelajaran berbasis masalah. (diadopsi oleh lain
program-program sekolah kedokteran (Barrows, 1996) dan juga telah diadaptasi
untuk instruksi sarjana (Boud dan Feletti, 1997; Duch et al, 2001. ; Amador et al,
2006))
Landasan Teoretik Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Temuan-temuan dari psikologi kognitif menyediakan landasan teoretis untuk
meningkatkan pengajaran secara umum dan khsususnya problem based learning
(PBL). Premis dasar dalam psikologi kognitif adalah belajar merupakan proses
konstruksi pengetahuan baru yang berdasarkan pada pengetahuan terkini.
Mengikuti Glaser (1991) secara umum diasumsikan bahwa belajar adalah proses
yang konstruktif dan bukan penerimaan. Proses-proses kognitif yang disebut
metakognisi mempengaruhi penggunaan pengetahuan, dan faktor-faktor sosial dan
kontektual mempengaruhi pembelajaran.
A. Pengertian Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Suherman (2003: 7)
Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa dengan guru di
dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di
kelas.
Konsep yang dikemukakan Suherman menjelaskan bahwa model pembelajaran
adalah suatu bentuk bagaimana interaksi yang tercipta antara guru dan siswa
berhubungan dengan strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang
digunkan dalam proses pembelajaran.
Gijselaers ( 1996)
Pembelajaran berbasis masalah diturunkan dari teori bahwa belajar adalah proses
dimana pembelajar secara aktif mengkontruksi pengetahuan.
Konsep ini menjelaskan bahwa belajar terjadi dari aksi siswa, dan pendidik hanya
berperan dalam memfasilitasi terjadinya aktivitas kontruksi pengetahuan oleh
pembelajar. Pendidik harus memusatkan perhatiannya untuk membantu siswa
dalam mencapai keterampilan self directed learning.
Tujuan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Departemen Pendidikan Nasional (2003)
Pembelajaran berbasis masalah membuat siswa menjadi pembelajar yang mandiri,
artinya ketika siswa belajar, maka siswa dapat memilih strategi belajar yang sesuai,
terampil menggunakan strategi tersebut untuk belajar dan mampu mengontrol
proses belajarnya, serta termotivasi untuk menyelesaikan belajarnya itu.
Dari pengertian ini, dikatakan bahwa tujuan utama pembelajaran berbasis masalah
adalah untuk menggali daya kreativitas siswa dalam berpikir dan memotivasi siswa
untuk terus belajar.
Muslimin Ibrahim (2000:7)
Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru
memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi
pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan
intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam
pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pembelajar yang mandiri.
Dari pengertian ini kita dapat mngetahui bahwa pembelajaran berbasis masalah ini
difokuskan untuk perkembangan belajar siswa, bukan untuk membantu guru
mengumpulkan informasi yang nantinya akan diberikan kepada siswa saat proses
pembelajaran.
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran
berbasis masalah (problem based learning) bertujuan untuk:
1. membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan
pemecahan masalah,
2. belajar peranan orang dewasa yang otentik,
3. menjadi siswa yang mandiri,
4. untuk bergerak pada level pemahaman yang lebih umum, membuat
kemungkinan transfers pengetahuan baru,
5. mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif
6. meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
7. meningkatkan motivasi belajar siswa
8. membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
B. Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Berdasar pada pandangan psikologi kognitif terdapat tiga prinsip pembelajaran
yang berkaitan dengan PBL
1. Belajar adalah proses konstruktif dan bukan penerimaan. Pembelajaran
tradisional didominasi oleh pandangan bahwa belajar adalah penuangan
pengetahuan ke kepala pebelajar. Kepala pebelajar dipandang sebagai kotak
kosong yang siap diisi melalui repetisi dan penerimaan. Pengajaran lebih diarahkan
untuk penyimpanan informasi oleh pebelajar pada memorinya seperti menyimpan
buku-buku di perpustakaan. Pemanggilan kembali informasi bergantung pada
kualitas nomer panggil(call number) yang digunakan dalam mengklasifikasikan
informasi. Namun, psikologi kognitif modern menyatakan bahwa memori
merupakan struktur asosiatif. Pengetahuan disusun dalam jaringan antar konsep,
mengacu pada jalinan semantik. Ketika belajar terjadi informasi baru
digandengkan pada jaringan informasi yang telah ada. Jalinan semantik tidak
hanya menyangkut bagaimana menyimpan informasi, tetapi juga bagaimana
informasi itu diinterpretasikan dan dipanggil.
2. Knowing About Knowing (metakognisi) Mempengaruhi Pembelajaran.
Prinsip kedua yang sangat penting adalah belajar adalah proses cepat, bila
pebelajar mengajukan keterampilan-keterampilan self monitoring, secara umum
mengacu pada metakognisi (Bruer, 1993 dalam Gijselaers, 1996). Metakognisi
dipandang sebagai elemen esensial keterampilan belajar seperti setting tujuan
(what am I going to do), strategi seleksi (how am I doing it?), dan evaluasi tujuan
(did it work?). Keberhasilan pemecahan masalah tidak hanya bergantung pada
pemilikan pengetahuan konten (body of knowledge), tetapi juga penggunaan
metode pemecahan masalah untuk mencapai tujuan. Secara khusus keterampilan
metokognitif meliputi kemampuan memonitor prilaku belajar diri sendiri, yakni
menyadari bagaimana suatu masalah dianalisis dan apakah hasil pemecahan
masalah masuk akal?
3. Faktor-faktor Kontekstual dan Sosial Mempengaruhi Pembelajaran. Prinsip
ketiga ini adalah tentang penggunaan pengetahuan. Mengarahkan pebelajar untuk
memiliki pengetahuan dan untuk mampu menerapkan proses pemecahan masalah
merupakan tujuan yang sangat ambisius. Pembelajaran biasanya dimulai dengan
penyampaian pengetahuan oleh pembelajar kepada pebelajar, kemudian disertai
dengan pemberian tugas-tugas berupa masalah untuk meningkatkan penggunaan
pengetahuan. Namun studi-studi menunjukkan bahwa pebelajar mengalami
kesulitan serius dalam menggunakan pengetahuan ilmiah (Bruning et al, 1995).
Studi juga menunjukkan bahwa pendidikantradisional tidak memfasilitasi
peningkatan peman masalah-maslah fisika walaupun secara formal diajarkan teori
fisika ( misalnya, Clement, 1990).
Bridges (1992) dan Charlin (1998)
Dalam melaksanakan proses pembelajaran PBM ini, Bridges dan Charlin telah
menggariskan beberapa ciri-ciri utama seperti berikut.
1. Pembelajaran berpusat dengan masalah.
2. Masalah yang digunakan merupakan masalah dunia sebenarnya yang mungkin
akan dihadapi oleh siswa dalam kerja profesional mereka di masa depan.
3. Pengetahuan yang diharapkan dicapai oleh siswa saat proses pembelajaran
disusun berdasarkan masalah.
4. Para siswa bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran mereka sendiri.
5. Siswa aktif dengan proses bersama.
6. Pengetahuan menyokong pengetahuan yang baru.
7. Pengetahuan diperoleh dalam konteks yang bermakna.
8. Siswa berpeluang untuk meningkatkan serta mengorganisasikan pengetahuan.
9. Kebanyakan pembelajaran dilaksanakan dalam kelompok kecil.
Kriteria Pemilihan Bahan Pembelajaran Berbasis Masalah
1. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik yang bisa
bersumber dari berita,rekaman,video dan lain sebagainya.
2. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa,sehingga
setiap siswa dapat mengikutinya dengan baik.
3. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan
orang banyak,sehingga terasa manfaatnya.
4. Bahan yang dipilih adalah bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang
harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
5. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa
perlu untuk mempelajarinya.
Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Pannen (2001)
Langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran PBL paling sedikit ada
delapan tahapan, yaitu:
1. mengidentifikasi masalah,
2. mengumpulkan data,
3. menganalisis data,
4. memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya,
5. memilih cara untuk memecahkan masalah,
6. merencanakan penerapan pemecahan masalah,
7. melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan
8. melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.
Arends (2004)
Ada 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan PBL.
Fase Aktivitas guru
Fase 1: Mengorientasikan mahasiswa pada masalah. Menjelaskan tujuan
pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi mahasiswa terlibat aktif pada
aktivitas pemecahan masalah yang dipilih
Fase 2: Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar. Membantu mahasiswa
membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah
yang dihadapi
Fase 3: Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Mendorong
mahasiswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan
mencari untuk penjelasan dan pemecahan
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Membantu mahasiswa
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan
model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Membantu
mahasiswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang
digunakan selama berlangusungnya pemecahan masalah.
Berikut langkah-langkah PBM.
1. Guru memulai sesi awal PBM dengan presentasi permasalahan yang akan
dihadapi oleh siswa.
2. Siswa terstimulus untuk berusaha menyelesaikan permasalahan di lapangan.
3. Siswa mengorganisasikan apa yang telah mereka pahami tentang permasalahan
dan mencoba mengidentifikasi hal-hal terkait.
4. Siswa berdiskusi dengan mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang tidak
mereka pahami.
5. Guru mendampingi siswa untuk fokus terhadap pertanyaan yang dianggap
penting.
6. Setelah periode self-study, sesi kedua dilakukan.
7. Pada awal sesi ini siswa diharapkan dapat membagi pengetahuan baru yang
mereka peroleh.
8. Siswa menguji validitas dari pendekatan awal dan menyaringnya.
9. Siswa berlatih mentransfer pengetahuan dalam konteks nyata melalui pelaporan
di kelas.
Dalam penyelidikan suatu masalah, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut.
1. Membaca dan menganalisis skenario dan situasi masalah.
Periksa pemahaman Anda tentang skenario dengan mendiskusikan hal itu dalam
kelompok Anda. Sebuah upaya kelompok mungkin akan lebih efektif dalam
menentukan apa faktor-faktor kunci dalam situasi ini. Karena ini adalah situasi
pemecahan masalah nyata, grup Anda akan harus secara aktif mencari informasi
yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
2. Daftar hipotesis, ide, atau firasat
Tulis dalam daftar teori atau hipotesis tentang penyebab masalah atau ide-ide
tentang bagaimana untuk memecahkan masalah. Anda juga akan mendukung atau
menolak ide-ide sebagai hasil penyelidikan Anda. Daftar ide yang berbeda lain
yang perlu ditangani.
3. Daftar apa yang dikenal.
Buat pos berjudul “Apa yang kita ketahui?” pada selembar kertas. Kemudian
temukan informasi yang terkandung dalam skenario.
4. Mengembangkan sebuah pernyataan masalah.
Suatu pernyataan masalah harus berasal dari analisis Anda apa yang Anda ketahui.
Dalam satu atau dua kalimat Anda harus dapat menjelaskan apa yang grup Anda
sedang mencoba untuk menyelesaikan, memproduksi, menanggapi, tes, atau
mencari tahu. Pernyataan masalah mungkin harus direvisi sebagai informasi baru
ditemukan dan dibawa ke menanggung pada situasi.
5. Daftar apa yang dibutuhkan.
Siapkan daftar pertanyaan Anda pikir perlu dijawab untuk memecahkan masalah.
Rekam mereka di bawah daftar kedua berjudul: “Apa yang kita perlu tahu?”
Beberapa jenis pertanyaan yang mungkin sesuai. Beberapa orang mungkin alamat
konsep atau prinsip-prinsip yang perlu dipelajari untuk mengatasi situasi.
Pertanyaan lain mungkin dalam bentuk permintaan untuk informasi lebih lanjut.
Pertanyaan-pertanyaan ini akan membimbing pencarian yang mungkin akan terjadi
on-line, di perpustakaan, atau dalam pencarian out-of-kelas yang lain.
6. Daftar tindakan yang mungkin.
Daftar rekomendasi, solusi, atau hipotesis di bawah judul: “Apa yang harus kita
lakukan?”. Daftar rencana Anda untuk penyelidikan. Rencana ini mungkin
termasuk mempertanyakan ahli, mendapatkan data online, atau mengunjungi
perpustakaan.
7. Mengumpulkan dan Menganalisis informasi.
Bagilah tanggung jawab untuk mengumpulkan, mengorganisir, menganalisis, dan
menafsirkan informasi dari banyak sumber. Menganalisis informasi yang anda
kumpulkan. Anda mungkin perlu merevisi pernyataan masalah. Anda dapat
mengidentifikasi laporan masalah yang lebih. Pada titik ini, grup Anda mungkin
akan merumuskan dan menguji hipotesis untuk menjelaskan masalah. Beberapa
masalah mungkin tidak memerlukan hipotesis, bukan solusi yang dianjurkan atau
pendapat (berdasarkan data riset Anda) mungkin tepat.
8. Menyajikan temuan-temuannya.
Siapkan laporan di mana Anda membuat rekomendasi, prediksi, kesimpulan, atau
solusi lainyang tepat untuk masalah berdasarkan data Anda dan latar belakang.
Bersiaplah untuk mendukung rekomendasi Anda. Jika sesuai, pertimbangkan
presentasi multimedia dengan menggunakan gambar, grafik, atau suara.
Pelaksanaan Pembelajaran Bedasarkan Masalah
Pierce dan Jones (Ratnaningsih, 2003)
Mereka mengemukakan bahwa kejadian-kejadian yang harus muncul pada waktu
pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:
a. Keterlibatan (engagement) meliputi mempersiapkan siswa untuk berperan
sebagai pemecah masalah yang bisa bekerja sama dengan pihak lain,
menghadapkan siswa pada situasi yang mendorong untuk mampu menemukan
masalah dan meneliti permasalahan sambil mengajukkan dugaan dan rencana
penyelesaian.
b. Inkuiri dan investigasi (inquiry dan investigation) yang mencakup kegiatan
mengeksplorasi dan mendistribuskan informasi.
c. Performansi (performnace) yaitu menyajikan temuan.
d. Tanya jawab (debriefing) yaitu menguji keakuratan dari solusi dan melakukan
refleksi terhadap proses pemecahan masalah.
A. Tugas Perencanaan.
Pembelajaran Bedasarkan Masalah memerlukan banyak perencanaan seperti
halnya model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa lainnya.
1. Penetapan Tujuan.
Pertama mendiskripsikan bagaimana pembelajaran berdasarkan masalah
direncanakan untuk membantu tercapainya tujuan-tujuan tertentu misalnya
ketrampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa dn membantu siswa
menjadi pebelajar yang mandiri Hendaknya difikirkan dahulu dengan matang
tujuan yang hendak dicapai sehingga dapat dikomunikasikan dengan jelas kepada
siswa
2. Merancang situasi masalah yang sesuai
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah guru memberikan kebebasan siswa
untuk memilih masalah yang akan diselidiki, karena cara ini meningkatkan
motivasi siswa. Masalah sebaiknya otentik ( berdasarkan pada pengalaman dunia
nyata siswa ), mengandung teka-teki dan tidak terdefinisikan secara ketat,
memungkinkan kerjasama, bermakna bagi siswa dan konsisten dengan tujuan
kurikulum.
3. Organisasi sumber daya dan rencana logistik.
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah guru mengorganisasikan sumber daya
dan merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa karena dalam model
pembelajaran ini dimungkinkan siswa bekerja dengan beragam material dan
peralatan, pelaksanaan dapat dilakukan didalam maupun diluar kelas.
B. Tugas interaktif
1. Orientasi siswa pada masalah.
Siswa perlu memahami bahwa pembelajaran berdasarkan masalah tidak untuk
memperoleh informasi baru dalam jumlah besar, tetapi pembelajaran ini adalah
kegiatan penyelidikan terhadap masalah-masalah yang penting dan untuk menjadi
pelajar yang mandiri. Oleh karena itu cara yang baik dalam menyajikan masalah
adalah dengan menggunakan kejadian-kejadian yang mencengangkan dan
menimbulkan misteri sehingga merangsang untuk memecahkan masalah tersebut.
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah siswa memerlukan bantuan guru untuk
merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan. Mengorganisasikan siswa
ke dalam kelompok belajar kooperatif juga diperlukan pengembangan ketrampilan
kerja sama di anatara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah
secara bersama.
3. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok.
a. guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber,
siswa diberi pertanyaan yang membuat siswa memimikirkan masalah dan jenis
informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah sehingga siswa diajarkan
menjadi penyelidik yang aktif dan dapat menggunakan metode yang sesuai untuk
memecahkan masalah tersebut. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
b. Guru mendorong pertukaran ide secara bebas dan penerimaan sepenuhnya ide-
ide tersebut. Guru mendorong siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai
sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka memikirkan masalah dan
jenis informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Selama tahap
penyelidikan guru memberi bantuan yang dibutuhkan tanpa mengganggu siswa.
c. Puncak kegiatan pembelajaran berdasarkan masalah adalah penciptaan dan
peragaan artifak seperti laporan, poster, model-model fisik, videotape dsb. Tugas
guru pada tiap akhir pembelajaran berbasis masalah adalah membantu siswa
menganalisis dan mengevaluasi proses berfikir mereka sendiri, dan ketrampilan
penyelidikan yang mereka gunakan.
4. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Tugas guru pada tahap akhir
pembelajaran berdasarkan masalah adalah membantu siswa menganalisis dan
mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri dan ketrampilan penyelidikan yang
mereka gunakan.
C. Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas Managemen
Guru perlu memberikan seperangkat aturan, sopan santun kepada siswa untuk
mengendalikan tingkah laku siswa ketika mereka melakukan penyelidikan
sehingga terciptanya kenyamanan, kemudahan siswa dalam melakukan
aktivitasnya.
D. Asesmen dan evaluasi
Penilaian yang dilakukan guru tidak hanya terbatas dengan tes kertas dan pensil
( paper and paper tes ) tetapi termasuk menemukan prosedur penilaian alternative
yang dapat digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa. Penetapan kriteria
penilaian tugas-tugas kinerja/ hasil karya harus dilakukan pada awal-awal
pembelajaran dan harus dapat dikerjakan oleh pebelajar (Fottrell, 1996). Kriteria
penilaian itu harus didiskusikan terlebih dahulu bersama pebelajar di kelas. Diskusi
ini meliputi berapa grade yang harus mereka capai dan siapa yang akan menilai
mereka (pembelajar, pebelajar, atau ahli luar).
Penilaian pada pembelajaran berbasis masalah berorientasi pada proses dengan
tujuan untuk menilai ketrampilan berkomunikasi, bekerjasama, penerimaan siswa
terhadap tanggung jawab belajar, kemampuan belajar bagaimanan belajar
( learning to learn ), penyelesaian dan penggunaan sumber serta pengembangan
ketrampilan memecahkan masalah. Dalam pembelajaran berbasis masalah guru
berperan dalam mengembangkan aspek kognitif dan metakognitif siswa, bukan
sekedar sumber pengetahuan dan penyebar informasi. Disamping itu siswa bukan
sebagai pendengar yang pasif tetapi berperan aktif sebagai problem.
Peran guru, siswa dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat
digambarkan sebagai berikut:
Guru sebagai pelatihv
Siswa sebagai problem solverv
Masalah sebagai awal tantangan dan motivasiv
Asking about thinking ( bertanya tentang pemikiran)Ø
memonitor pembelajaranØ
probbing ( menantang siswa untuk berfikir )Ø
menjaga agar siswa terlibatØ
mengatur dinamika kelompokØ
menjaga berlangsungnya prosesØ
peserta yang aktifØ
terlibat langsung dalam pembelajaranØ
membangun pembelajaranØ
menarik untuk dipecahkanØ
menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajariØ
Muslimin Ibrahim menjelaskan bahwa dalam menerapkan model pembelajaran
berbasis masalah membutuhkan banyak latihan dan perlu membuat ke putusan-
keputusan khusus pada fase-fase perencanaan, interaksi dan setelah pembelajaran.
Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar (outcomes) yang diperoleh
pebelajar yang diajar dengan PBL yaitu:
1. Inkuiri dan ketrampilan melakukan pemecahan masalah.
Siswa yang melakukan inkuiri dalam pempelajaran akan menggunakan
ketrampilan berpikir tingkat tinggi (higher-order thinking skill) dimana mereka
akan melakukan operasi mental seperti induksi, deduksi, klasifikasi, dan reasoning.
2. Belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviors), dan
3. Ketrampilan belajar mandiri (skills for independent learning).
E. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah dalam
Pemanfaatannya
Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai
berikut.
1. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif
2. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
3. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
4. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
5. Dapat mendorong siswa/mahasiswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara
mandiri
6. Mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan masalah yang
telah ia lakukan
7. Dengan PBM akan terjadi pembelajaran bermakna.
8. Dalam situasi PBM, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan
ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
9. PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif
siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat
mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah
sebagai berikut.
1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini. Peserta didik
dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensional, pemberian materi
terjadi secara satu arah.
2. Kurangnya waktu pembelajaran. Proses PBM terkadang membutuhkan waktu
yang lebih banyak. Peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk menghadapi
persoalan yang diberikan. Sementara, waktu pelaksanaan PBM harus disesuaikan
dengan beban kurikulum.
3. Menurut Fincham et al. (1997), “PBL tidak menghadirkan kurikulum baru tetapi
lebih pada kurikulum yang sama melalui metode pengajaran yang berbeda,” (hal.
419).
4. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka
untuk belajar, terutama di daerah yang mereka tidak memiliki pengalaman
sebelumnya.
5. Seorang guru mengadopsi pendekatan PBL mungkin tidak dapat untuk menutup
sebagai bahan sebanyak kursus kuliah berbasis konvensional. PBL bisa sangat
menantang untuk melaksanakan, karena membutuhkan banyak perencanaan dan
kerja keras bagi guru. Ini bisa sulit pada awalnya bagi guru untuk “melepaskan
kontrol” dan menjadi fasilitator, mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan
yang tepat daripada menyerahkan mereka solusi
F. Kesimpulan
Pembelajaran Berbasis Masalah pertama kali dicetuskan pada akhir tahun 1960-an
di sekolah kedokteran di McMaster University di Kanada.
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu proses pembelajaran yang
keterlibatan siswanya lebih besar dalam pemecahan suatu masalah melalui tahap-
tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah yang disajikan oleh pendidik dengan berbekal
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sehingga dari prior knowledge ini akan
terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru.
Ciri-ciri Pembelajaran dengan model PBL dimulai oleh adanya masalah (dapat
dimunculkan oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam
pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu
ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang
dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif
dalam belajar.
Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa
melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar
yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok,
disamping pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah
seperti membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan,
mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan,
mempresentasikan, berdiskusi, dan membuat laporan. Keadaan tersebut
menunjukkan bahwa model PBL dapat memberikan pengalaman yang kaya kepada
siswa. Dengan kata lain, penggunaan PBL dapat meningkatkan pemahaman siswa
tentang apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan mereka dapat
menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran Berbasis Masalah bertujuan untuk memotivasi belajar siswa agar
menjadi mandiri, membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan
ketrampilan pemecahan masalah, membuat kemungkinan transfers pengetahuan
baru, belajar peranan orang dewasa yang otentik,
Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Berbasis Masalah adalah proses konstruktif
dan bukan penerimaan, Knowing About Knowing (metakognisi) mempengaruhi
pembelajaran, danFaktor-faktor kontekstual dan sosial mempengaruhi
pembelajaran.
Kriteria pemilihan bahan Pembelajaran Berbasis Masalah adalah :
1. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik
2. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa
3. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan
orang banyak
4. Bahan yang dipilih adalah bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang
harus dimiliki oleh siswa
5. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa
Langkah- langkah model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, yaitu :
1. Orientasi siswa kepada masalah
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Pelaksanaan Pembelajaran Bedasarkan Masalah adalah sebagai berikut.
A. Tugas Perencanaan.
1. Penetapan Tujuan.
2. Merancang situasi masalah yang sesuai.
3. Organisasi sumber daya dan rencana logistik.
B. Tugas interaktif
1. Orientasi siswa pada masalah.
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
3. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok.
4. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.
C. Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas Managemen.
D. Asesmen dan evaluasi
Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar (outcomes) yang diperoleh
pebelajar yang diajar dengan Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu:
1. Inkuiri dan ketrampilan melakukan pemecahan masalah.
2. Belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviors), dan
3. Ketrampilan belajar mandiri (skills for independent learning).
Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai
berikut.
1. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif dan mandiri
2. Meningkatkan motivasi dan kemampuan memecahkan masalah
3. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
4. Dengan PBM akan terjadi pembelajaran bermakna.
5. Dalam situasi PBM, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan
ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
6. PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif
siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat
mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah
sebagai berikut.
1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini.
2. Kurangnya waktu pembelajaran.
3. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka
untuk belajar.
4. Seorang guru sulit menjadi fasilitator yang baik.
Sumber: :http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/metode-demonstrasi-
dan-eksperimen.html#ixzz2uZaOCi2m
Model pembelajaran Explicit instruction
Model pembelajaran Explicit instruction
Pengertian
Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa
tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan
dengan pola selangkah demi selangkah.
Model Direct Intruction merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat
membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh
informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Pendekatan mengajar
ini sering disebut Model Pengajaran Langsung (Kardi dan Nur,2000a :2). Arends
(2001:264) juga mengatakan hal yang sama yaitu :”A teaching model that is aimed
at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in a step-by-
step fashion. For our purposes here, the model is labeled the direct instruction
model”. Apabila guru menggunakan model pengajaran langsung ini, guru
mempunyai tanggung jawab untuk mengudentifikasi tujuan pembelajaran dan
tanggung jawab yang besar terhadap penstrukturan isi/materi atau keterampilan,
menjelaskan kepada siswa, pemodelan/mendemonstrasikan yang dikombinasikan
dengan latihan, memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih menerapkan
konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta memberikan umpan balik.
Model pengajaran langsung ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar
siswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif
yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang
bertahap, selangkah demi selangkah. Hal yang sama dikemukakan oleh Arends
(1997:66) bahwa: “The direct instruction model was specifically designed to
promote student learning of procedural knowledge and declarative knowledge that
is well structured and can be taught in a step-by-step fashion.”
Lebih lanjut Arends (2001:265) menyatakan bahwa: ”Direct instruction is a
teacher-centered model that has five steps:establishing set, explanation and/or
demonstration, guided practice, feedback, and extended practiceA direct instruction
lesson requires careful orchestration by the teacher and a learning environment that
businesslike and task-oriented.” Hal yang sama dikemukakan oleh Kardi dan Nur
(2000a : 27), bahwa suatu pelajaran dengan model pengajaran langsung berjalan
melalui lima fase: (1) penjelasan tentang tujuan dan mempersiapkan siswa, (2)
pemahaman/presentasi materi ajar yang akan diajarkan atau demonstrasi tentang
keterampilan tertentu, (3) memberikan latihan terbimbing, (4) mengecek
pemahaman dan memberikan umpan balik, (5) memberikan latiham mandiri.
B. Prinsip
Pembelajaran ini cocok untuk menyampaikan materi yang sifatnya algoritma-
prosedural, langkah demi langkah bertahap.
Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa
tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan
dengan pola selangkah demi selangkah.
Langkah-langkah:
1.Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa.
2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan.
3. Membimbing pelatihan.
4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.
5. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan
Sintaknya adalah:
1. sajian informasi kompetensi,
2. mendemontrasikan pengetahuan dan ketrampilan procedural,
3. membimbing pelatihan-penerapan,
4. mengecek pemahaman dan balikan,
5. penyimpulan dan evaluasi,
6. refleksi.
C. Kesimpulan
Model pembelajaran explicit instruction merupakan model pembelajaran secara
langsung agar sisiwa dapat memahami serta benar-benar mengetahui pengetahuan
secara menyeluruh dan aktiv dalam suatu pembelajaran. Jadi model pembelajaran
ini sangat cocok diterapakan dikelas dalam materi tertentu yang bersifat dalil
pengetahuan agar proses berpikir siswa dapat mempunyai keterampilan procedural.
D. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan:
1. Siswa benar-benar dapat menguasai pengetahuannya.
2. Semua siswa aktif / terlibat dalam pembelajaran.
Kekurangan:
1. Memerlukan waktu lama sehingga siswa yang tampil tidak begitu lama.
2. Untuk mata pelajaran tertentu.
Sumber: :http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
explicit-instruction.html#ixzz2uZaSlNPM
MODEL PEMBELAJARAN CIRC (Cooperative, Integrated, Reading, and
Composition)
A. Pengertian Model Pembelajaran CIRC
Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis
secara koperatif –kelompok.
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition-CIRC
(Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis) merupakan model pembelajaran
khusus Mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam rangka membaca dan menemukan
ide pokok, pokok pikiran atau,tema sebuah wacana/kliping.
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) ini
dapat dikategorikan pembelajaran terpadu.
Menurut Fogarty (1991), berdasarkan sifat keterpaduannya, pembelajaran terpadu
dapat dikelompokkan menjadi:
1) model dalam satu disiplin ilmu yang meliputi model connected (keterhubungan)
dan model nested (terangkai);
2) model antar bidang studi yang meliputi model sequenced (urutan), model shared
(perpaduan), model webbed (jaring laba-laba), model theaded (bergalur) dan model
integreted (terpadu);
3) model dalam lintas siswa.
Dalam pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu setiap siswa bertanggung
jawab terhadap tugas kelompok. Setiap anggota kelompok saling mengeluarkan
ide-ide untuk memahami suatu konsep dan menyelesaikan tugas (task), sehingga
terbentuk pemahaman yang dan pengalaman belajar yang lama. Model
pembelajaran ini terus mengalami perkembangan mulai dari tingkat Sekolah Dasar
(SD) hingga sekolah menengah. Proses pembelajaran ini mendidik siswa
berinteraksi sosial dengan lingkungan.
Prinsip belajar terpadu ini sejalan dengan empat pilar pendidikan yang digariskan
UNESCO dalam kegiatan pembelajaran. Empat pilar itu adalah ”belajar untuk
mengetahui (learning to know), belajar untuk berbuat (learning to do), belajar
untuk menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup dalam kebersamaan
(Learning to live together), (Depdiknas, 2002).
B. Langkah – Langkah Pembelajaran CIRC
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang siswa secara heterogen.
2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan
memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.
4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.
5. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama.
6. Penutup.
Dari setiap fase tersebut di atas dapat kita perhatikan dengan jelas sebagai berikut:
a. Fase Pertama, Pengenalan konsep. Fase ini guru mulai mengenalkan tentang
suatu konsep atau istilah baru yang mengacu pada hasil penemuan selama
eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, atau media
lainnya.
b. Fase Kedua, Eksplorasi dan aplikasi. Fase ini memberikan peluang pada siswa
untuk mengungkap pengetahuan awalnya, mengembangkan pengetahuan baru, dan
menjelaskan fenomena yang mereka alami dengan bimbingan guru minimal. Hal
ini menyebabkan terjadinya konflik kognitif pada diri mereka dan berusaha
melakukan pengujian dan berdiskusi untuk menjelaskan hasil observasinya. Pada
dasarnya, tujuan fase ini untuk membangkitkan minat, rasa ingin tahu serta
menerapkan konsepsi awal siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan memulai
dari hal yang kongkrit. Selama proses ini siswa belajar melalui tindakan-tindakan
mereka sendiri dan reaksi-reaksi dalam situasi baru yang masih berhubungan, juga
terbukti menjadi sangat efektif untuk menggiring siswa merancang eksperimen,
demonstrasi untuk diujikannya.
c. Fase Ketiga, Publikasi. Pada fase ini Siswa mampu mengkomunikasikan hasil
temuan-temuan, membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas.
Penemuan itu dapat bersifat sebagai sesuatu yang baru atau sekedar membuktikan
hasil pengamatannya.. Siswa dapat memberikan pembuktian terkaan gagasan-
gagasan barunya untuk diketahui oleh teman-teman sekelasnya. Siswa siap
menerima kritikan, saran atau sebaliknya saling memperkuat argumen.
C. Kelebihan Model Pembelajaran CIRC
Kelebihan dari model pembelajaran terpadu atau (CIRC) antara lain:
1) Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relevan dengan tingkat
perkembangan anak;
2) kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat siswa dan
kebutuhan anak;
3) seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil belajar
anak didik akan dapat bertahan lebih lama;
4) pembelajaran terpadu dapat menumbuh-kembangkan keterampilan berpikir
anak;
5) pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis (bermanfaat)
sesuai dengan permasalahan yang sering ditemuai dalam lingkungan anak;
6) pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa kearah belajar
yang dinamis, optimal dan tepat guna;
7) menumbuhkembangkan interaksi sosial anak seperti kerjasama, toleransi,
komunikasi dan respek terhadap gagasan orang lain;
8) membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan aspirasi guru dalam
mengajar (Saifulloh, 2003).
D. Kekurangan Model Pembelajaran CIRC
Kerurangan dari model pembelajaran CIRC tersebut antara lain:
Dalam model pembelajaran ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran yang
menggunakan bahasa, sehingga model ini tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran
seperti: matematika dan mata pelajaran lain yang menggunakan prinsip
menghitung.
E. Kesimpulan
Model pembelajaran ini sangat bagus dipakai karena dengan menggunakan model
ini siswa dapat memahami secara langsung peristiwa yang terjadi di dalam
kehidupan dengan materi yang dijelaskan.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-circ-
cooperative.html#ixzz2uZamkHzS
MODEL PEMBELAJARAN INSIDE – OUTSIDE – CIRCLE (LINGKARAN
BESAR – LINGKARAN KECIL)
Teknik mengajar lingkaran besar dan lingkaran kecil (inside – outside – circle)
dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk memberikan kesempatan pada siswa
agar saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan.
Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah bahan yang
membutuhkan pertukaran pikiran dan informasi antar siswa. Salah satu keunggulan
teknik ini adalah adanya struktur yang jelas yang memungkinkan siswa untuk
berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat danteratur. Selain itu siswa
bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai
banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan
berkomunikasi.
Langkah-langkah :
1. Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri
membentuk lingkaran kecil dan menghadap ke luar.
2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran diluar lingkaran pertama
menghadap ke dalam.
3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil
danhttp://www.scribd.com/doc/50827028/73/INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE-
LINGKARAN-KECIL-LINGKARAN-BESAR besar berbagi informasi.
Pertukaran informasi bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang
bersamaan.
4. Kemudian siswa yang di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang
di lingkaran besar bergeser, satu atau dua langkah searah jarum jam.
5. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi
demikian seterusnya.
Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang
berbeda dengan singkat dan teratur.
Kelebihan :
Mendapatkan informasi yang berbeda pada saat yang bersamaan.
Kekurangan :
Membutuhkan ruang kelas yang besar.Ø
Terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalahgunakan untuk bergurau, juga
rumit untuk dilakukan.Ø
Materi yang cocok dengan model pembelajaran.
1. IPA kelas 5 Bab V
Penyesuaian Makhluk Hidup
a. Penyesuaian diri pada hewan
1. Penyesuaian diri untuk memperoleh makanan.
2. Penyesuaian diri untuk melindungi diri dari musuhnya.
b. Penyesuaian diri pada tumbuhan
1. Penyesuaian diri tumbuhan dengan lingkungan tertentu.
2. Penyesuaian diri untuk melindungi diri dari musuhnya.
Alasan :
Pada pembelajaran dengan menggunakan model outside – inside – circle
(lingkaran besar – lingkaran kecil) ini. Terlebih dahulu guru menyampaikan
informasi dengan menjelaskan isi materi (penyesuaian makhluk hidup). Menurut
saya materi penyesuaian makhluk hidup sangat cocok untuk model outside – inside
– circle (lingkaran besar – lingkaran kecil). Karena materi ini sering ditemui anak
dalam kehidupan sehari-hari, melalui penjelasan dari guru tentang penyesuaian
makhluk hidup maka anak memadukan apa yang dilihatnya dalam kehidupan
sehari-hari dengan informasi yang disampaikan oleh guru, sehingga pada saat anak
membentuk lingkaran besar dan lingkaran kecil yang selanjutnya anak akan
menyampaikan informasi, anak mudah mengingat informasi yang akan dia
sampaikan kepada teman pasangannya, materi ini juga memiliki cakupan isi/materi
yang cukup banyak sehingga memudahkan guru untuk membagi materi sesuai
dengan siswa yang membentuk lingkaran, karna masing masing-masing anak
membawa informasi yang berbeda untuk teman pasangannya.
2. IPA Kelas 5 Bab XIV
Sumber Daya Alam
a. Sumber Daya Alam di Lingkungan Sekitar
1. Sumber daya alam yang dapat diperbaharui
2. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui
b. Penggunaan Sumber Daya Alam
1. Mineral
2. Kegiatan manusia yang mengubah permukaan bumi
Alasan :
Pada pembelajaran menggunakan model outside – inside – circle (lingkaran besar –
lingkaran kecil). saya materi ini cocok untuk model inside (outside – circle)
(lingkaran besar – lingkaran kecil) karena materinya dapat dikembangkan oleh
anak berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka. Misalnya : materi tentang
kegiatan manusia yang mengubah permukaan bumi, jika guru menggunakan soal
pertanyaan dalam pertukaran pikiran dan informasi untuk setiap anak, maka
mempermudah pekerjaan guru dalam membuat pertanyaan, pertanyaan yang sama
dapat diberikan kepada beberapa anak, karena kemungkinan jawaban yang akan
mereka dapat dari teman pasangannya berbeda. Dengan model pembelajaran
outside – inside – circle materi akan mudah dipahami oleh anak karena materi ini
dapat disampaikan dengan singkat dan eratur, misalnya berkaitan dengan sumber
daya alam yang dapat diperbaharui, dan tidak dapat diperbaharui, sehingga dengan
model pembelajaran outside – inside – circle ini cakupan materi yang cukup luas
dapat dipahami dan dikembangkan oleh anak.
3. Pendidikan kewarganegaraan kls XI Semester II
Pentingnya nilai dalam kehidupan
Pentingnya nilai dalam kehidupan bangsaØ
Pancasila sebagai sumber nilaiØ
a. Pancasila sebagai sumber nilai hokum
b. Pancasila sebagai sumber nilai etik
Menurut saya materi ini cocok dan bias digunakan dalam model pembelajaran IOC
dikarnakan materi yang disampaikan tidak terlalu sulit dan melatih tingkat
pemikiran siswa karna yang dibahas dalam materi ini menyangkut kehidupan
sehari-hari dan bangsa.
Contoh RPP model pembelajaran ini :
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )
Model pembelajaran IOC
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas / semester : XI / (dua)
Hari / tanggal :
Alokasi Waktu : 2 JP x 40 menit
St standar Kompetisi :
Menganalisis pentingnya nilai dalam kehidupan
K kompetisi Dasar :
Mendiskripsikan pentingnya nilai dalam kehidupan bangsa
Mendeskripsiskan pancasila sebagai sumber nilai
Mendeskripsikan nilai pancasila sebagai sumber norma hokum
Mendeskripsikan nilai pancasila sebagai sumber norma etik
A. Indikator :
Menjelaskan pentingnya nilai pancasila dalam kehidupan
B. Tujuan pembelajaran :
1. memahami pentingnya nilai dalam kehidupan
2. Mengetahui pentingnya nilai pancasila sebagai norma hukum
3. Mengetahui pentingnya pancasila sebagai sumber nilai etik
C. Materi pembelajaran :
• LKS Pendidikan kewarganegaran untu SMA kelas XI semeeter II
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang
dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh,
orang menanggap menolong memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilai
buruk. Woods mendefinisikan nilai sosial sebagai petunjuk umum yang telah
berlangsung lama, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan
sehari-hari.
pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional membawa
konsekuensi logis bahwa nilai-nilai pancasila dijadikan landasan pokok, landasan
fundamental bagi penyelenggaraan negara Indonesia.
Nilai-nilai pancasila selanjutnya dijabarkan dalam berbagai peraturan
perundangam yang ada. Perundang-undangan, ketetapan, keputusan, kebijaksanaan
pemerintah, program-program pembangunan, dan peraturan-peraturan lain pada
hakikatnya merupakan nilai instrumental sebagai penjabaran dari nilai-nilai
dasar pancasila.
Upaya lain dalam mewujudkan pancasila sebagai sumber nilai adalah dengan
menjadikan nilai dasar Pancasila sebagai sumber pembentukan norma etik (norma
moral) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai
pancasila adalah nilai moral
D. Metode Pembelajaran
1. Kerja kelompok
2. Presentasi
3. Diskusi
4. Tanya jawab
E. Langkah-langkah Pembelajaran :
1. Pendahuluan
1) Salam, sapa dan berdo’a bersama
2) Apersepsi tentang materi
3) Membagi kelompok yng anggotanya 4 orang secara heterogen berdasarkan
tingkat kemampuan membaca.
2. Kegiatan Inti
1) Menjelaskan pembagian tugas kelompok
2) Guru memberikan wacana / kliping sesuai topic pembelajaran
3) Siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan
memberi tanggapan terhadap wacana / kliping dan ditulis pada lembar kerja.
4) Mempresentasikan / membaca hasil kelompok.
3. Kegiatan akhir
1) Guru menyimpulkan materi bersama murid
2) Penutup
F. Sumber bahan :
– Buku paket buku paket pendidikan kewarganegaraan kelas XI semester II
– LKS Pendidikan kewarganegaran untu SMA kelas XI semeeter II
– Kliping tentang pentingnya nilai dalm kehidupan berbangsa dan bernegara
G. Penilaian
– Test perbuatan dalam kegiatan
– Tes lisan
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
inside-outside.html#ixzz2uZauLNPm
MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING (TEBAK KATA)
MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING (TEBAK KATA)
A. Pengertian
Metode ini berguna untuk kelas yang aktif dalam kelas. Pengertian aktif terdapat 2
(dua) macam, yaitu:
1. aktif dalam arti selalu atau suka berbicara meski tidak dalam pembelajaran,
2. aktif dalam arti siswa mau dan mampu berfikir dan bertanya jika menemukan
kesulitan.
Dalam buku Cooperative Learning PAIKEM oleh Agus Suprijono menjelaskan
pembelajaran aktif yaitu; Pembelajaran adalah proses belajar dengan menempatkan
peserta didik sebagai center stage performance, dengan proses pembelajaran yang
menarik sehingga siswa dapat merespon pemelajaran dengan suasana yang
menyenangkan. Sedangkan aktif adalah siswa atau peserta didik mampu dan dapat
bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Maka dari itu, berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan
lingkungan sekitar atau tidak terbatas pada empat dinding kelas. Melainkan
pembelajaran dapat terlaksana dengan pendekatan lingkungan menghapus
kejenuhan dan menciptakan peserta didik yang cinta terhadap lingkungan sekitar.
Sedikit contoh metode Pembelajaran Aktif yaitu dengan Metode Tebak kata.
Model pembelajaran tebak kata adalah model pembelajaran yang menggunakan
media kartu teka-teki yang berpasangan dengan kartu jawaban teka-teki.
Permainan tebak kata dilaksanakan dengan cara siswa menjodohkan kartu soal
teka-teki dengan kartu jawaban yang tepat. Melalui permainan tebak kata, selain
anak menjadi tertarik untuk belajar juga memudahkan dalam menanamkan konsep
pelajaran IPS dalam ingatan siswa. Jadi, guru mengajak siswa untuk bermain tebak
kata dengan menggunakan media kartu dari kertas karton dalam mata pelajaran
IPS.
Dalam menerapkan metode permainan ada beberapa hal yang harus disiapkan
adalah sebagai berikut :
1. siapkan materi yang akan di sampaikan.
2. siapkan bahan ajar yang di butuhkan.
3. siapkan kata kunci yang akan di pertanyakan.
Media: :
Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang
mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak. Buat kartu ukuran
5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti
dilipat dan ditempel pada dahi ataudiselipkan di telinga.
Langkah-langkah :
1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi ± 45 menit.
2. Guru menyuruh siswa berdiri berpasangan di depan kelas
3. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10×10 cm yang nanti dibacakan pada
pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5×2 cm
yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau
diselipkan ditelinga.
4. Sementara siswa membawa kartu 10×10 cm membacakan kata-kata yang tertulis
didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu
10×10 cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi
atau telinga.
5. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh
duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan
dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya.
6. Dan seterusnya
CONTOH KARTU:
BERDASARKAN SIKAP YANG DITUNJUKKAN.
• tidak memandang perbedaan sebagai usaha mencari alternatif
• yang dicari adalah kambing hitam bukan peraturannya yang mungkin salah.
TIPE BUDAYA POLITIK APAKAH AKU…?
JAWABAN:
TIPE BUDAYA POLITIK MILITAN
B. Prinsip atau Ciri-Ciri
• Pembelajaran berlangsung menyenangkan
• Siswa diarahkan untuk aktif
• Menggunakan media kartu
C. Kelebihan dan Kekurangan dalam Pemanfaatannya
• Kelebihannya :
a. anak akan mempunyai kekayaan bahasa.
b. Sangat menarik sehingga setiap siswa ingin mencobanya.
c. Siswa menjadi tertarik untuk belajar
d. memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran dalam ingatan siswa.
• Kekurangannya :
a. memerlukan waktu yang lama sehingga materi sulit tersampaikan.
b. Bila siswa tidak menjawab dengan benar maka tidak semua siswa dapat maju
karena waktu terbatas.
D. Kesimpulan
Jadi, mopdel pembelajaran Tebak Kata merupakan salah satu model pembelajaran
Cooperative Lerning, dengan proses pembelajaran yang menarik agar siswa
menjadi berminat atau tertarik untuk belajar, mempermudah dalam menanamkan
konsep-konsep dalam ingatan siswa. Selain itu siswa juga diarahkan untuk aktif,
yaitu siswa atau peserta didik mampu dan dapat bertanya, mempertanyakan, dan
mengemukakan gagasan.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
cooperative-learning.html#ixzz2uZaxj99D
MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE
MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE
Pengertian
Model pembelajaran Word Square merupakan pengembangan dari metode ceramah
yang diperkaya. Hal ini dapat diidentifikasi melalui pengelompokkan metode
ceramah yang diperkaya yang berorientasi kepada keaktifan siswa dalam
pembelajaran sebagaimana disebutkan oleh Mujiman (2007)
Model Pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran yang
memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam
mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Mirip seperti mengisi Teka-Teki
Silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada namun disamarkan dengan
menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf/angka penyamar atau
pengecoh. Model pembelajaran ini sesuai untuk semua mata pelajaran.Tinggal
bagaimana Guru dapat memprogram sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat
merangsang siswa untuk berpikir efektif. Tujuan huruf/angka pengecoh bukan
untuk mempersulit siswa namun untuk melatih sikap teliti dan kritis.
Word Square merupakan salah satu dari sekian banyak metode pembelajaran yang
dapat dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Metode ini
merupakan kegiatan belajar mengajar dengan cara guru membagikan lembar
kegiatan atau lembar kerja sebagai alat untuk mengukur tingkat pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan.
Instrument utama metode ini adalah lembar kegiatan atau kerja berupa pertanyaan
atau kalimat yang perlu dicari jawabannya pada susunan huruf acak pada kolom
yang telah disediakan.
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Word Square
Langkah-langkah Model Pembelajaran Word Square adalah sebagai berikut :
1. Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru membagikan lembaran kegiatan sesuai contoh.
3. Siswa menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban
secara vertikal, horizontal maupun diagonal.
4. Berikan poin setiap jawaban dalam kotak.
CONTOH JAWABAN (Untuk Mapel PKn)
S Y E N I E K K K
A G U A N D M E N
N B A R T I R T D
G A N R N R S U S
U D G T U T G R Z
I O O L S A I U I
N R P A I P A N F
I A S O L I O A U
S R I N H B C N U
CONTOH SOALNYA :
1. Asas dalam menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat
orang tersebut dilahirkan disebut asas…
2. Negara Indonesia memakai asas kewarganegaraan berdasarkan keturunan
yang disebut asas ius…
3. Seseorang yang mempunyai dua kewarganegaraan dari dua Negara yang
berbeda disebut…
4. Hak dimiliki seseorang untuk memilih kewarganegaraannya disebut hak…
5. Penentuan kewarganegaraan seseorang berdasarkan kelahiran dan…
Kekurangan dan Kelebihan Model Pmebelajaran Word Square
Beberapa kelebihan dari model pembelajaran Word Square yaitu:
1. Kegiatan tersebut mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
2. Melatih untuk berdisiplin.
3. Dapat melatih sikap teliti dan kritis.
4. Merangsang siswa untuk berpikir efektif.
Model pembelajaran ini mampu sebagai pendorong dan penguat siswa terhadap
materi yang disampaikan. Melatih ketelitian dan ketepatan dalam menjawab dan
mencari jawaban dalam lembar kerja. Dan tentu saja yang ditekankan disini adalah
dalam berpikir efektif, jawaban mana yang paling tepat.
Sedangkan beberapa kekurangan dari model pembelajaran word square yaitu:
1. Mematikan kreatifitas siswa.
2. Siswa tinggal menerima bahan mentah.
3. Siswa tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan kemampuan atau
potensi yang dimilikinya.
Dalam model pembelajaran ini siswa tidak dapat mengembangkan kreativitas
masing-masing, dan lebih banyak berpusat pada guru. Karena siswa hanya
menerima apa yang disampaikan oleh guru, dan jawaban dari lembar kerja pun
tidak bersifat analisis, sehingga siswa tidak dapat menggali lebih dalam materi
yang ada dengan model pembelajaran word square ini.
Dari penjelasan tentang model pembelajaran word square maka dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran word square adalah suatu pengembangan dari metode
ceramah namun untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang telah
disampaikan maka diberikan lembar kerja yang didalamnya berisi soal dan
jawaban yang terdapat dalam kotak kata. Membutuhkan suatu kejelian dan
ketelitian dalam mencari pilihan jawaban yang ada dengan tepat. Namun
sebagaimanan model pembelajaran yang lainnya, model pembelajaran word square
mempunyai kekurangan dan kelebihan. Kekurangan dari model pembelajaran ini
yaitu siswa hanya menerima bahan mentah dari guru dan tidak dapat
mengembangkan kreativitasnya, karena siswa hanya dituntut untuk mencari
jawaban bukan untuk mengembangkan pikiran siswa masing-masing. Sedangkan
kelebihannya yaitu meningkatkan ketelitian, kritis dan berfikir efektif siswa.
Karena siswa dituntut untuk mencari jawaban yang paling tepat dan harus jeli
dalam mencari jawaban yangada dalam lembar kerja.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-word-
square.html#ixzz2uZb6Ll3H
Model pembelajaran Scramble
Model Pembelajaran Scramble tampak seperti Model Pembelajaran Word Square,
bedanya jawaban soal tidak dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban, tetapi sudah
dituliskan namun dengan susunan yang acak, nah siswa nanti bertugas
mengkoreksi ( membolak-balik huruf ) jawaban tersebut sehingga menjadi jawaban
yang tepat/ benar.
Model pembelajaran scramble tampak seperti model pembelajaran word square,
bedanya jawaban soal tidak dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban, tetapi sudah
dituliskan, namun dengan susunan yang acak, jadi siswa bertugas mengoreksi
(membolak-balik huruf) jawaban tersebut sehingga menjadi jawaban yang tepat /
benar.
Kelebihan Model pembelajaran Scramble :
1. Memudahkan mencari jawaban
2. Mendorong siswa untuk belajar mengerjakan soal tersebut
3. Semua siswa terlibat
4. Kegiatan tersw dapat mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran
5. Melatih untuk disiplin
Kekurangan model pembelajaran scramble
1. Siswa kurang berfikir kritis
2. Bisa saja mencontek jawaban teman lainnya
3. Mematikan kreatifitas siswa
4. Siswa tinggal menerima bahan mentah
Langkah-langkah Model pembelajaran scramble :
1. Guru menyajikan materi sesuai topic, misalnya guru menyajikan materi
pelajaran tentang “Tata Surya”
2. Setelah selesai menjelaskan tentang Tata Surya, guru membagikan lembar kerja
dengan jawaban yang diacak susunannya.
3. Media yang digunakan dalam model pembelajaran scramble :
4. Buat pertanyaan yang sesuai dengan TPK
5. Buat jawaban yang diacak hurufnya
Media :
Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
Buat jawaban yang diacak hurufnya
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
Guru menyajikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
Membagikan lembar kerja sesuai contoh.
Susunlah huruf-huruf pada kolom B sehingga merupakan kata kunci (jawaban) dari
pertanyaan pada kolom A!
Kolom A
1. Sebelum mengenal uang orang melakukan pertukaran dengan cara …
2. … digunakan sebagai alat pembayaran yang sah
3. Uang … saat ini banyak dipalsukan
4. Nilai bahan pembuatan uang disebut nilai …
5. Kemampuan uang untuk ditukar dengan sejumlah barang atau jasa disebut nilai
…
6. Nilai perbandingan uang dalam negeri dengan mata uang asing disebut …
7. Nilai yang tertulis pada uang disebut nilai …
8. dorongan seseorang menyimpan uang untuk keperluan jual beli disebut …
9. perintah tertulis dari seseorang yang mempunyai rekening di bank untuk
membayar sejumlah uang disebut …
Kolom B
1. TARREB ……………………………. ( Contoh : jawaban yang benar……
BARTER )
2. GANU …………………………………
3. TRASEK ………………………………
4. KISTRINI ………………………………
5. LIRI ………………………………………
6. SRUK …………………………………
7. MINALON ………………………….
8. SAKSITRAN …………………………
9. KEC ……………………………………
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-
scramble.html#ixzz2uZbB3HCM
MODEL PEMBELAJARAN