Anda di halaman 1dari 16

20 Macam Macam Metode

Pembelajaran Lengkap
Sponsors Link

Proses belajar memerlukan metode metode khusus yang jelas untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang efektif dan efisien. Metodologi pembelajaran merupakan cara cara dalam
melakukan aktivitas antara pendidik dan peserta didik ketika berinteraksi dalam proses belajar.
Pendidik perlu mengetahui dan mempelajari metode pengajaran agar dapat menyampaian materi
dan dimengerti dengan baik oleh peserta didik. Metode pengajaran dipraktekkan pada saat
mengajar dan dibuat semenarik mungkin agar peserta didik mendapat pengetahuan dengan
efektif dan efisien. Berikut ini metode metode pengajaran dalam proses belajar:

ads

1. Metode Konvensional/ metode ceramah


Metode pengajaran dengan cara berceramah atau menyampaikan informasi secara lisan kepada
siswa. Metode ini merupakan metode yang paling praktis dan ekonomis, tidak membutuhkan
banyak alat bantu. Metode ini mampu digunakan untuk mengatasi kelangkaan literatur atau
sumber rujukan informasi karena daya beli siswa yang diluar jangkauan. Namun metode ini juga
memiliki beberapa kelemahan dan kelebihan.

A. Kekurangan metode ceramah yaitu:

 Siswa menjadi pasif.


 Proses belajar membosankan dan siswa mengantuk.
 Terdapat unsur paksaan untuk mendengarkan.
 Siswa dengan gaya belajar visual akan bosan dan tidak dapat menerima informasia tau
pengetahuan, pada anak dengan gaya belajar auditori hal ini mungkin cukup menarik.
 Evaluasi proses belajar sulit dikontrol, karena tidak ada poin pencapaian yang jelas.
 Proses pengajaran menjadi verbalisme atau berfokus pada pengertian kata- kata saja.

B. Kelebihan dari metode ini juga ada, antara lain:

 Mendorong siswa untuk menjadi lebih fokus.


 Guru dapat mengendalikan kelas secara penuh.
 Guru dapat menyampaikan pelajaran yang luas.
 Dapat diikuti oleh jumlah anak didik yang banyak.
 Mudah dilaksanakan.

2. Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan metode pengajaran yang erat hubungannya dengan belajar
pemecahan masalah. Metode ini juga biasa dilakukan secara berkelompok atau diskusi
kelompok.

A. Kelebihan metode diskusi kelompok ini, sebagai berikut:

 Memberikan pemahaman pada anak didik bahwa setiap permasalahan pasti ada
penyelesaiannya.
 Siswa mampu berfikir kritis.
 Mendorong siswa untuk dapat menyampaikan pendapatnya.
 Mengambil satu atau lebih alternatif pemecahan masalah.
 Mendorong siswa memberikan masukan untuk pemecahan masalah.
 Siswa menjadi paham tentang toleransi pendapat dan juga mendengarkan orang lain.

B. Kekurangan dari metode diskusi ini yaitu sebagai berikut:

 Cocok digunakan untuk kelompok kecil.


 Tema diskusi terbatas.
 Dikuasai oleh orang orang yang suka berbicara.
 Dibutuhkan penyampaian secara formal dalam berpendapat.

3. Metode Demostrasi
Metode demonstrasi digunakan pada pengajaran dengan proses yaitu menggunakan benda atau
bahan ajar pada saat pengajaran. Bahan ajar akan memberikan pandangan secara nyata terhadap
apa yang akan dipelajari, bisa juga melalui bentuk praktikum. Metode demonstrasi ini memiliki
manfaat antara lain siswa jadi lebih tertarik dengan apa yang diajarkan, siswa lebih fokus dan
terarah pada materi, pengalaman terhadap pengajaran lebih diingat dengan baik oleh siswa.

A. Kelebihan metode demonstrasi ini, antara lain:

 Siswa bisa memahami secara lebih jelas tentang suatu proses atau cara kerja.
 Penjelasan menjadi lebih mudah dimengerti.
 Meminimalisir kesalahan dalam menyampaikan materi lisan, karena bukti konkret bisa
dilihat.

B. Kekurangan dari metode demonstrasi ini, yaitu:

 Apabila benda yang didemonstrasikan terlalu kecil, siswa kesulitan dalam mengamati.
 Jumlah siswa yang terlalu banyak dapat menghalangi pandangan siswa secara merata.
 Tidak semua materi bisa didemonstrasikan.
 Memerlukan guru yang benar- benar paham, agar bisa mendemonstrasikan dengan baik.

4. Metode Ceramah Plus


Metode ceramah plus yaitu sistem pengajaran dengan menggunakan ceramah lisan dan disertai
metode lainnya. Metode mengajar ini menggunakan lebih dari satu metode. Misalnya:

 Metode ceramah plus tanya jawab: Metode ini secara ideal disertai dengan
penyampaian materi dari guru, pemberian peluang pada siswa untuk bertanya apa yang
tidak dimengerti, dan pemberian tugas di akhir pengajaran.
 Metode ceramah plus diskusi dan tugas: Metode ini dilakukan dengan memberikan
materi secara lisan kemudian disertai dengan diskusi dan pemberian tugas di akhir sesi.
 Metode ceramah plus demonstrasikan dan latihan: Metode ini merupakan gabungan
dari penyampaian materi dengan memperagakan atau latihan atau percobaan.

5. Metode Resitasi
Metode resitasi merupakan metode mengajar dengan siswa diharuskan membuat resume tentang
materi yang sudah disampaiakan guru, dengan menuliskannya pada kertas dan menggunakan
bahasa sendiri.

A. Kelebihan metode resitasi, sebagai berikut:

 Siswa menjadi lebih ingat dengan materi, karena telah menuliskannya dengan resume.
 Menurut Sayiful Bahri, 2000 siswa menjadi lebih berasi dalam mengambil inisiatif dan
mampu bertanggungjawab.

B. Kekurangan metode resitasi, yaitu:

 Hasil resume yang dilakukan terkadang hanya mencontek pada teman dan bukan hasil
pikirannya sendiri.
 Tugas bisa jadi dikerjakan oleh orang lain.
 Susah mengevaluasi apakah siswa benar- benar memahami hasil tulisan resumenya
sendiri.
6. Metode Percobaan
Metode percobaan merupakan metode pengajaran dengan menggunakan action berupa praktikum
atau percobaan lab. Masing masing siswa dengan ini mampu melihat proses dengan nyata dan
belajar secara langsung.

A. Kelebihan dari metode percobaan ini, yaitu:

 Metode ini membuat siswa merasa bahwa materi yang dipelajari benar adanya dengan
dibuktikan melalui percobaan.
 Siswa dapat mengembangkan diri dengan mengadakan eksplorasi dengan percobaan
percobaan.
 Metode ini akan menghasilkan siswa dengan jiwa peneliti dan suka mencaritahu dan
pengembangan keilmuan dan memberikan kesejahteraan pada masyarakat.

B. Kekurangan dari metode percobaan ini, yaitu:

 Kekurangan alat seringkali menghambat siswa untuk dapat bereksperimen lebih.


 Eksperimen dilakukan pada jam kelas yang terbatas, sehingga percobaan yang dapat
dilakukan terbatas
 Metode ini cocok untuk beberapa tipe pelajaran saja, seperti biologi, teknologi, dan
lainnya.

7. Metode Karya Wisata


Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar dengan memanfaatkan lingkungan, lokasi,
atau tempat- tempat yang memiliki sumber pengetahuan bagi siswa. Metode mengajar ini
dilakukan dengan pendampingan oleh guru ataupun orang tua jika usianya masih terlalu muda.
Pendampingan dilakukan untuk menunjukkan sumber pengetahuan yang perlu dipahami oleh
siswa. Metode karya wisata ini bisa dilakukan di tempat tempat sejarah, di alam, atau lainnya.

A. Kelebihan metode karya wisata, antara lain:

 Metode ini merupakan metode modern yang memanfaatkan interaksi dengan lingkungan
nyata.
 Bahan yang dipelajari ketika sekolah, bisa langsung dilihat secara nyata misalnya
bangunan bersejarah.
 Pengajaran dengan metode ini bisa merangsang siswa untuk lebih kreatif.
 Metode pengajan ini sangat menyenangkan dan tidak jenuh.

B. Kekurangan metode karya wisata, antara lain:

 Memerlukan perencanaan yang matang.


 Memerlukan persiapan yang disetujui oleh banyak pihak.
 Seringkali metode belajar ini lebih mengutamakan tujuan rekreasi daripada tujuan
pembelajarannya.
 Membutuhkan biaya yang cukup mahal.
 Memerlukan pengawasan dari pihak guru dan orang tua.
 Keselamatan dan perlindungan menjadi faktor penting.

8. Metode Latihan Keterampilan


Metode latihan keterampilan ini merupakan metode mengajar dengan melatih keterampilan siswa
atau soft skill dengan cara membuat, merancang, atau memanfaatkan sesuatu. Metode ini
membutuhkan kreativitas siswa yang tinggi denganmemanfaatkan suatu bahan menjadi barang
yang lebih berguna dan bermanfaat.

A. Kelebihan metode latihan ketrampilan ini, yaitu:


 Metode ini melatih kecakapan motorik dan kognitif anak dengan menggunakan alat alat
dan kemampuan mengolah bahan menjadi ide yang lebih kreatif.
 Melatih kreativitas seni siswa.
 Melatih fokus, ketelitian, kecepatan dan ketepatan.

B. Kekurangan metode latihan ketrampilan, yaitu:

 Siswa yang tidak memiliki minat akan kesulitan untuk menyesuaikan diri.
 Menghambat bakat siswa yang lainnya, sehingga lebih baik disesuaikan dengan bakat
masing- masing.
 Waktu yang terlalu lama dalam melaksanalan latihan bisa menimbulkan kebosanan dan
kehilangan minat dari siswa.

9. Metode Pemecahan Masalah (Problem Based Learning)


Metode PBL ini dilakukan dalam kelas kecil, siswa diberikan kasus untuk menstimulasi diskusi
kelompok. Kemudian siswa mengutarakan hasil pencarian materi terkait kasus dan didiskusikan
dalam kelompok.

A. Kelebihan metode problem based learning adalah:

 Siswa menjadi lebih aktif dalam mencari materi atau informasi terkait kasus.
 Siswa aktif dalam menyampaikan pendapat dan berdiskusi.
 Suasana kelas tidak membosankan dan menyita fokus siswa.

B. Kekurangan metode problem based learning, yaitu:

 Metode ini lebih tepat dilakukan dalam kelas kecil dengan jumlah siswa yang tidak
terlalu banyak.
 Perlu adanya trigger atau kasus pemicu yang baik agar diskusi dapat terarah sesuai tujuan
pembelajaran.
 Perlu adanya mentor atau pembimbing yang bertugas meluruskan alur diskusi.
 Diskusi bisa berjalan terlalu panjang lebar pada satu topik bahasan dan memakan waktu
apabila semua siswa berpendapat pada satu topik.
 Pendapat siswa mungkin sama atau mirip yang seharusnya sudah tidak perlu disampaikan
lagi.

10. Metode Perancangan


Metode perancangan merupakan metode mengajar dengan merangsang siswa untuk mampu
menciptakan atau membuat suatu proyek ayang akan dipraktekkan atau akan diteliti.

A. Kelebihan metode ini yaitu:

 Membangun pola pikir kritis dan kreatif siswa sehingga lebih luas dan mampu
memecahkan masalah.
 Metode ini mengasah siswa untuk dapat mengintegrasikan pengetahuan, sikap, dan
ketrampilan secara terpadu dan berguna nyata dalam kehidupan sehari hari.

B. Kekurangan metode perancangan ini yaitu:

 Kurikulum yang ada belum menunjang metode pengajaran ini. Metode ini hanya bisa
dipelajari atau diperoleh ketika ada event perlombaan.
 Dibutuhkan bimbingan dari guru yang khusus dalam melakukan perencanaan dan
pelaksanaan
 Membutuhkan fasilitas dan sumber yang mendukung pelaksanaan.

11. Metode Discovery


Metode discovery merupakan metode pengajaran modern yang dilakukan dengan cara
mengembangkan cara belajar siswa menjadi lebih aktif, mandiri, dan pemahaman yang lebih
baik. Siswa mencari jawaban atas pertanyaannya sendiri, sehingga dapat diingat lebih baik.
Strategi ini dinamakan strategi penemuan. Siswa menjadi lebih aktif mencari, memahami, dan
menemukan jawaban atau materi terkait. Siswa juga mampu menganalisa pengetahuan yang
diperolehnya kemudian ditransfer kepada masyarakat.

A. Kelebihan metode discovery, yaitu:

 Mengembangkan kognitif siswa dan memperbanyak penguasaan ketrampilan.


 Pengetahuan diperoleh dengan caranya sendiri sehingga menjadi lebih mandiri dan
berfikir lebih luas
 Dapat menyesuaikan kemampuan siswa itu sendiri.
 Mengarahkan siswa untuk dapat bergerak maju dan meningkatkan motivasi diri dalam
belajar.
 Meningkatkan rasa percaya diri melalui penemuan penemuannya.
 Meningkatkan interaksi antara siswa dengan guru.

B. Kekurangan metode discovery, antara lain:

 Diperlukan persiapan mental dalam proses belajar ini.


 Metode ini baik untuk kelas kecil.
 Mengejarkan tentang penemuan lebih mementingkan tentang pengertian daripada
memperhatikan yang diperolehnya dari ketrampilan dan sikap.
 Ide- ide mungkin sulit ditemukan.
 Tidak semua penemuan menjelaskan pemecahan terhadap masalah.

12. Metode Inquiry


Metode inquiry merupakan metode yang mampu membangun siswa untuk menyadari apa yang
dia dapatkan selama belajar. Guru tetap memiliki peranan penting dalam metode ini yaitu dengan
membuat design pengalaman belajar. Inquiry memiliki arti memahami apa yang telah dilalui.
Metode ini melibatkan intelektual dan menuntut siswa memahami apa yang mereka pelajari
sebagai sesuatu yang berharga.

Atrategi pelaksanaan metode inquiry ini yaitu: guru memberikan penjelasan materi yang
diajarkan, kemudian memberikan tugas pada siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan
guru sebagai evaluasi pemahaman siswa. Guru membantu memberikan jawaban yang mungkin
sulit dan membingungkan bagi siswa. Resitasi dilakukan pada akhir untuk mengevaluasi
pemahaman siswa tentang apa yang sudah dipelajari. Kemudian siswa merangkum apa saja yang
sudah dipelajari sebagai kesimpulan yang dapat dipertanggunjawabkan.

13. Mind Mapping


Mind mapping adalah metode belajar dengan menerapkan cara berfikir runtun terhadap suatu
permasalahan bagaimana bisa terjadi sampai pada penyelesaiannya. Pengajaran melalui mind
mapping disajikan dalam bentuk skema yang memiliki hubungan sebab akibat dan saling
berpengaruh. Metode belajar dengan mind mapping ini mampu meningkatkan analisis dan
berfikir kritis siswa sehingga memahami sesuatu secara keseluruhan dari awal sampai akhir.

A. Kelebihan mind mapping, antara lain:

 Cara ini lebih efektif dan efisien.


 Ide ide baru bisa muncul dengan menggambar diagram diagram.
 Digram yang terbentuk bisa menjadi alur berfikir yang efektif dan bermanfaat untuk hal
lain.

B. Kekurangan dari model mind mapping, adalah:

 Hanya siswa yang aktif yang mampu terlibat.


 Memerlukan dasar dengan banyak membaca sebelum membuat mapping.
 Beberapa detail informasi tidak masuk dalam mapping.
 Orang lain mungkin tidak dapat memahami mind mapping yang dibuat oleh orang lain
karena hanya berupa poin inti saja yang dituliskan.
 Beberapa orang kesulitan merangkai panah atau alur mind mapping dengan rapi, dan
seringkali mind mapping terkesan berantakan dan tidak dapat dipahami.

14. Role Playing/ Berbagi peran


Metode pembelajaran dengan role playing yaitu dengan metode drama atau peran. Metode ini
dengan melibatkan siswa dalam berakting sebagai suatu karakter dalam suatu situasi tertentu dan
menunjukkan respon yang seharusnya dilakukan. Pembelajaran melalui role playing ini melatih
interaksi dan mengekspresikan diri secara nyata sebagai contoh atas kejadian yang sebenarnya.
Hal ini juga bisa digunakan untuk latihan komunikasi yang baik, atau interaksi dengan orang lain
atau klien.

A. Kelebihan metode role playing:

 Siswa mampu mempraktikkan secara langsung.


 Melatih rasa percaya diri di depan kelas.
 Lebih memahami materi.

B. Kekurangan dari metode role playing ini adalah:

 Tidak semua siswa menyukai metode pembelajaran ini.


 Metode ini akan sulit diikuti untuk tipe siswa yang introvert.

15. Cooperative Script


Skrip kooperatif merupakan metode belajar dengan memasangkan siswa dan secara lisan
menuntut siswa untuk mengutarakan intisari dari bagian materi yang disampaikan. Pertama, guru
membagi siswa untuk berpasangan, guru membagikan materi pada siswa dan membuat
ringkasan, guru menentukan siapa yang akan menjadi pembicara dan pendengar. Pembicara
membacarakan ringkasannya sebaik mungkin dengan mengutarakan ide ide pokok materi,
kemudian bertukar peran antara pembicara dan pendengar. Guru pada akhir sesi memberikan
kesimpulan.

A. Kelebihan metode ini yaitu:

 Melatih kemampuan berbicara siswa dan juga kemampuan untuk mendengarkan.


 Partisipasi siswa menjadi aktif secara menyeluruh.
 Meningkatkan keberanian dan rasa percaya diri.

B. Kekurangan metode ini, yaitu:

 Hanya bisa digunakan untuk mata pelajaran tertentu.


 Hanya dapat dilakukan menjadi dua grup dan berpasangan dua orang.

16. Debat
Debat merupakan metode pembelajaran dengan mengadu argumentadi antara dua pihak atau
lebih baik perorangan maupun kelompok. Argumentasi yang dilakukan membahas tentang
penyelesaian suatu permasalahan dan memberi keputusan terhadap masalah. Debat pada
umumnya dilakukan secara formal dengan bahasa bahasa formal dan cara cara tertentu yang
sopan. Terdapat aturan aturan dalam debat informasikan yang disajikan harus memuat data yang
relevan dan berisi.

A. Kelebihan metode pembelajaran ini, yaitu:


 Melatih kemampuan berpendapat dan mempertahankan pendapat siswa.
 Melatih kerja kelompok.
 Menuntut siswa untuk mencari informasi yang kuat untuk argumentasinya.
 Melatih rasa percaya diri dalam berpendapat.

B. Kekurangan dalam metode pembelajaran ini, adalah:

 Seringkali justru berebut dalam memberikan pendapat,


 Pendapat tidak memiliki intisari yang informatif dan hanya berisi sanggahan,
 Adu argumen tidak menemukan titik penyelesaian,
 Siswa yang tidak pandai berargumen akan cenderung pasif dan hanya orang orang
tertentu saja yang aktif berbicara.

Metode Pembelajaran Lainnya (17-20)

Berikut metode pembelajaran lainnya yang efektif untuk diterapkan, antara lain:

17. Metode Mengajar Beregu (Team Teaching Method)

Metode mengajar ini dilakukan oleh lebih dari satu pengajar, materi diberikan dengan jadwal
yang berbeda oleh beberapa pengajar. Soal ujian dibuat oleh beberapa pengajar dan disatukan.
Pengajar membuat soal dengan menggunakan poin poin capaian yang sudah dibuat sehingga
jelas.

baca juga:

18. Metode Mengajar Sesama Teman (Peer Teaching Method)

Metode mengajar ini dilakukan dengan cara berdiskusi, atau juga dengan presentasihasil diskusi.
Kelompok menyampaikan materi hasil diskusi dan memberi kesempatan pada teman- temannya
untuk bertanya. Kelompok menjawab setiap pertanyaan.

19. Metode Bagian (Teileren method)

Metode pengajaran ini dilakukan denganmemberikan materi sebagian sebagian, misalnya belajar
ayat. Pengajaran dimulai dari ayat per ayat yang kemudian disambung lagi dengan ayat lain.

20. Metode Global

Metode global ini mengajarkan pada siswa keseluruhan materi, kemudian siswa membuat
resume tentang materi tersebut yang mereka serap dan diambil intisarinya.

Metode metode pembelajaran diatas bertujuan untuk menningkatkan pemahaman siswa dalam
memperoleh indormasi atau pengetahuan dengan efisien dan efektif. Metode pembelajaran
masing masing memiliki kelebihan dan kekurangannya, sehingga tidak semua metode
pembelajaran bisa diterapkan pada semua kelasa atau semua mata pelajaran.

Guru perlu mencocokkan metode pembelajaran mana yang sesuai untuk kelasnya dan seusuai
dengan materi yang akan dilakukan agar siswa merasa tertarik dalam belajar dan memiliki
pemahaman yang baik di akhir pembelajaran.

Metode pembelajaran yang baik a dalah yang mampu membuat siswa berperan aktif, memahami
materi dengan mudah, dan mampu mengerjakan tugas atau praktikum dengan baik setelah
diberikan materi. Metode pembelajaran tertentu memiliki nilai tambah soft skill, meningkatkan
rasa percaya diri, melatih kecakapan berpendapat dan berkomunikasi. Semua metode baik,
namun metode konvensional seperti metode ceramah saat ini mulai dibatasi, karena siswa
menjadi pasif dan bosan.
Langkah-Langkah Pembelajaran Discovery (Penemuan)
Diposkan oleh Admin - Matematika, Model Inkuiri

Langkah-Langkah Pembelajaran Discovery (Penemuan) - Setelah pada postingan sebelumnya blog


pembelajaran telah share tentang metode pembelajaran discovery, maka pada postingan kali ini, blog
pembelajaran akan share bagaimana langkah-langkah metode pembelajaran discovery tersebut.

Bahwa discovery ialah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip.
Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan,
membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini
siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing
dan memberikan instruksi. Dengan demikian, Pembelajaran Discovery ialah suatu pembelajaran yang
melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca
sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.

Baca juga : Metode Pembelajaran Discovery (Penemuan)

Langkah-Langkah Metode Discovery

Adapun langkah-langkah yang dalam proses pembelajaran Discovery adalah sebagai berikut:

 Identifikasi kebutuhan siswa,


 seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan,
 seleksi bahan, problema/ tugas-tugas,
 membantu dan memperjelas tugas/ masalah yang dihadapi siswa serta peranan masing-masing
siswa,
 mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan,
 mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan,
 memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan,
 membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa,
 memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan
mengidentifikasi masalah,
 merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa,
 membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.
Advertisement
Salah satu metode belajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju
adalah metode discovery. Hal ini disebabkan karena metode ini merupakan suatu cara untuk
mengembangkan cara belajar siswa aktif, dengan menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang
dipelajari, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan siswa,
pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah
digunakan atau ditransfer dalam situasi lain, dengan menggunakan strategi discovery siswa belajar
menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkan sendiri, siswa belajar berpikir
analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri dan kebiasaan ini akan ditransfer
dalam kehidupan nyata.

Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Suherman, dkk (2001) yang mengemukakan
beberapa keunggulan Metode Penemuan (Discovery):

Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan
hasil akhir, siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya.
Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat, menemukan sendiri menimbulkan rasa puas.
Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat,
siswa yang memperoleh pengetahuan dengan Metode Penemuan akan lebih mampu mentransfer
pengetahuannya ke berbagai konteks, metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.

Metode Discovery (Penemuan) yang mungkin dilaksanakan pada Siswa SMP adalah metode penemuan
terbimbing (Guided Discovery). Hal ini dikarenakan siswa SMP masih memerlukan bantuan guru
sebelum menjadi penemu murni. Oleh sebab itu metode discovery (penemuan) yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah metode penemuan terbimbing (guided discovery).

a. Definisi/Konsep
Model Discovery Learning adalah didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi
bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan
mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: “Discovery Learning can
be defined as the learning that takes place when the student is not presented with subject
matter in the final form, but rather is required to organize it him self” (Lefancois dalam
Emetembun, 1986:103). Ide dasar Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan
bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas.

Model Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses
intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery
terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk
menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi,
klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive
process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps
and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).

Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry). Tidak ada
perbedaan yang prinsipil pada kedua istilah ini, pada Discovery Learning lebih
menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui.
Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan
kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru, sedangkan pada inkuiri
masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga siswa harus mengerahkan seluruh pikiran dan
keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses
penelitian.

Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan
mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses belajar
perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan
ini dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu lingkungan dimana siswa dapat
melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian
yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan agar siswa
dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif. Untuk memfasilitasi
proses belajar yang baik dan kreatif harus berdasarkan pada manipulasi bahan pelajaran
sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa. Manipulasi bahan pelajaran
bertujuan untuk memfasilitasi kemampuan siswa dalam berpikir (merepresentasikan apa
yang dipahami) sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang
ditentukan oleh bagaimana cara lingkungan, yaitu: enactive, iconic, dan symbolic. Tahap
enaktive, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk memahami
lingkungan sekitarnya, artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan
pengetahuan motorik, misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya.
Tahap iconic, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar
dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar
melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi). Tahap symbolic,
seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat
dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia
sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan
sebagainya.

Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak simbol. Semakin matang


seseorang dalam proses berpikirnya, semakin dominan sistem simbolnya. Secara
sederhana teori perkembangan dalam fase enactive, iconic dan symbolic adalah anak
menjelaskan sesuatu melalui perbuatan (ia bergeser ke depan atau kebelakang di papan
mainan untuk menyesuaikan beratnya dengan berat temannya bermain) ini fase enactive.
Kemudian pada fase iconic ia menjelaskan keseimbangan pada gambar atau bagan dan
akhirnya ia menggunakan bahasa untuk menjelaskan prinsip keseimbangan ini fase
symbolic (Syaodih, 85:2001).

Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing


dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana
pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai
dengan tujuan (Sardiman, 2005:145). Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar
mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented. Dalam metode Discovery
Learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk melakukan
berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan,
menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan.

b. Fakta Empirik Keberhasilan Pendekatan dalam Proses dan Hasil Pembelajaran.


Berdasarkan fakta dan hasil pengamatan, penerapan pendekatan Discovery Learning
dalam pembelajaran memiliki kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan, antara lain
:

1) Kelebihan Penerapan Discovery Learning.

 Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-


keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam
proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
 Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena
menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
 Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan
berhasil.
 Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan
kecepatannyasendiri.
 Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan
akalnya dan motivasi sendiri.
 Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan
bekerja sama dengan yang lainnya.
 Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-
gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di
dalam situasi diskusi.
 Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah
padakebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
 Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
 Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar
yang baru.
 Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
 Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
 Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik.
 Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
 Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia
seutuhnya.
 Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.
 Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
 Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

2) Kelemahan Penerapan Discovery Learning.

 Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang
kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berpikir atau
mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga
pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
 Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan
waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan
masalah lainnya.
 Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini dapat buyar berhadapan
dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
 Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan
mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang
mendapat perhatian.
 Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur
gagasan yang dikemukakan oleh para siswa
 Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan ditemukan
oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.

c. Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses Pembelajaran.


Menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan Discovery Learning di kelas,ada
beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara
umum antara lain sebagai berikut :
1) Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan tanda
tanya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan
untuk menyelidiki sendiri. Di samping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan
mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang
mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

2) Problem Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah)


Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan
dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk
hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244). Permasalahan
yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis,
yakni pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan.
Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan
yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun siswa agar
mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah.

3) Data Collection (Pengumpulan Data)


Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab
pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis.
Dengan demikian siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai
informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan
narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini
adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan
permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa
menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

4) Data Processing (Pengolahan Data)


Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah,
diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta
ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002:22). Data processing
disebut juga dengan pengkodean/kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep
dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru
tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.

5) Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan
dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan
agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman
melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau
hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau
tidak, apakah terbukti atau tidak.

6) Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)


Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang
dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang
sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil
verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik
kesimpulan siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya
penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang
mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi
dari pengalaman-pengalaman itu.

d. Penilaian pada Model Pembelajaran Discovery Learning.


Dalam Model Pembelajaran Discovery Learning, penilaian dapat dilakukan dengan
menggunakan tes maupun nontes, sedangkan penilaian yang digunakan dapat berupa
penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk penilaiannya
berupa penilaian kognitif, maka dapat menggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya
menggunakan penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa dapat menggunakan
nontes.
berbagai bentuk hasil belajar.

MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING

Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model belajar yang menggunakan masalah


sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru
berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis
Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta
didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Melalui PjBL, proses inquiry
dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan
membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan
berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara
langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip
dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBLmerupakan investigasi mendalam
tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta
didik.

Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka
Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk
menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi
dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Pembelajaran Berbasis Proyek
merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga
bagi atensi dan usaha peserta didik. Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dikatakan
sebagai operasionalisasi konsep “Pendidikan Berbasis Produksi” yang dikembangkan di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK sebagai institusi yang berfungsi untuk
menyiapkan lulusan untuk bekerja di dunia usaha dan industri harus dapat membekali
peserta didiknya dengan “kompetensi terstandar” yang dibutuhkan untuk bekerja pada
bidang masing-masing. Dengan pembelajaran “berbasis produksi” peserta didik di SMK
diperkenalkan dengan suasana dan makna kerja yang sesungguhnya di dunia kerja.
Dengan demikian model pembelajaran yang cocok untuk SMK adalah pembelajaran
berbasis proyek. Pada Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki beberapa karakteristik
berikut ini, yaitu :

1. Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja;


2. Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik;
3. Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau
tantangan yang diajukan;
4. Peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan
mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan;
5. Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu;
6. Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah
dijalankan;
7. Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif; dan
8. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.

Peran pendidik atau guru dalam Pembelajaran Berbasis Proyek sebaiknya sebagai
fasilitator, pelatih, penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai
dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari siswa.
Beberapa hambatan dalam implementasi metode Pembelajaran Berbasis Proyekantara
lain berikut ini.
1. Pembelajaran Berbasis Proyek memerlukan banyak waktu yang harus disediakan
untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek.
2. Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan, karena menambah biaya
untuk memasuki system baru.
3. Banyak instruktur merasa nyaman dengan kelas tradisional ,dimana instruktur
memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit, terutama
bagi instruktur yang kurang atau tidak menguasai teknologi.
4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan, sehingga kebutuhan listrik
bertambah.

Untuk itu disarankan menggunakan team teaching dalam proses pembelajaran, dan akan
lebih menarik lagi jika suasana ruang belajar tidak monoton, beberapa contoh perubahan
lay-out ruang kelas, seperti : traditional class (teori), discussion group (pembuatan konsep
dan pembagian tugas kelompok), lab tables (saat mengerjakan tugas mandiri), circle
(presentasi). Atau buatlah suasana belajar menyenangkan, bahkan saat diskusi dapat
dilakukan di taman, artinya belajar tidak harus dilakukan di dalam ruang kelas. Ada
beberapa kelebihan dan kekurangan pada model pembelajaran Project Based Learning.
Kelebihan dan kekurangan pada penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek antara lain
sebagai berikut :

1. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek

 Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong


kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk
dihargai.
 Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
 Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-
problem yang kompleks.
 Meningkatkan kolaborasi.
 Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan
keterampilan komunikasi.
 Meningkatkan keterampilan peserta didikdalam mengelola sumber.
 Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam
mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain
seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
 Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks
dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
 Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan
menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan
dunia nyata.
 Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun
pendidik menikmati proses pembelajaran.

2. Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek

 Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.


 Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
 Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana
instruktur memegang peran utama di kelas.
 Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
 Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan
informasi akan mengalami kesulitan.
 Ada kemungkinanpeserta didikyang kurang aktif dalam kerja kelompok.
 Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda,
dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.

Dalam pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek/Project Based Learning ada beberapa


peran bagi guru/pendidik dan peserta didik dalam pelaksanaan Pembelajaran Berbasis
Proyek, antara lain :
1. Peran Guru

 Merencanakan dan mendesain pembelajaran.


 Membuat strategi pembelajaran.
 Membayangkan interaksi yang akan terjadi antara guru dan siswa.
 Mencari keunikan siswa.
 Menilai siswa dengan cara transparan dan berbagai macam penilaian.
 Membuat portofolio pekerjaan siswa.

2. Peran Peserta Didik

 Menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir.


 Melakukan riset sederhana.
 Mempelajari ide dan konsep baru.
 Belajar mengatur waktu dengan baik.
 Melakukan kegiatan belajar sendiri/kelompok.
 Mengaplikasikanhasil belajar lewat tindakan.
 Melakukan interaksi sosial (wawancara, survey, observasi, dll).

Penilaian pembelajaran dengan metode Project Based Learning harus diakukan secara
menyeluruh terhadap Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan yang diperoleh siswa dalam
melaksanakan pembelajaran berbasis proyek. Penilaian Pembelajaran Berbasis Proyek
dapat menggunakan teknik penilaian yang dikembangkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu penilaian proyek atau penilaian produk.
Penilaian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

Kunjungi juga : AKHIRNYA GOOGLE ADSENSE DISETUJUI

1. Penilaian Proyek
a. Pengertian
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak
dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.
Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan
mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta
didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.
Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:

 Kemampuan pengelolaan, yaitu kemampuan peserta didik dalam memilih topik,


mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan
laporan.
 Relevansi atau kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan
tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
 Keaslian maksudnya proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil
karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan
dukungan terhadap proyek peserta didik.

b. Teknik Penilaian Proyek


Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil
akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai,
seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan
tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster.
Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/ instrumen penilaian berupa daftar cek
ataupun skala penilaian.

2. Penilaian Produk
a. Pengertian
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk.
Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk
teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar),
barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Pengembangan produk
meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:
 Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan,
menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
 Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik
dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
 Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan
peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.

b. Teknik Penilaian Produk


Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.

 Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya


dilakukan pada tahap appraisal.
 Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap
semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.

Read more : https://www.ekaikhsanudin.net/2014/09/model-pembelajaran-project-


based.html#ixzz5o48fFfMW
Under Creative Commons License: Attribution
Follow us: @ekaikhsanudin on Twitter | blog.ekaikhsanudin on Facebook

Anda mungkin juga menyukai