SKRIPSI
disusun oleh :
i
ii
ii
iii
Motto
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai
(dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan yang lain), dan
hanya kepada Tuhan-mu lah hendaknya kamu berharap.” (QS. Al-Insyirah: 6-8)
Do all the goods you can, All the best you can, In all times you can, In
all places you can, For all the creatures you can. (Anonim)
iii
iv
Persembahan
Kedua Orang Tuaku Bapak H. Eko Soeparno dan Ibu Hj. Susinah
Kakak-Kakakku, Mba Yuyun, Mba Wiwik, Mba Yanti, Mas Helmi, Mba
Indah, dan Mba Lian
iv
v
Allah SWT. atas karunia dan hidayah-Nya, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
Kedua Orang Tuaku Bapak H. Eko Soeparno dan Ibu Hj. Susinah, yang
telah membesarkan aku dalam keluarga ini, memberikan semangat,
kasih sayang dan cinta kasih yang tulus… you’re the best parent in the
world..Love u much..
Kakak-kakakku Mba Yuyun, Mba Wiwik, Mba Yanti, Mas Helmi, Mba
Indah, dan Mba Lian, terima kasih telah menjadi kakak yang terbaik
untukku, terima kasih atas dukungan, semangat dan kasih sayang
yang sudah diberikan….Love u..
Patra Wisang Asmara..terima kasih atas cinta dan kasih sayang yang
sudah diberikan, untuk waktunya yang selalu menemaniku di saat
suka maupun duka..u’re the best! Love u!!
v
vi
vi
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
SWT yang telah memberikan anugerah, karunia dan ridha-Nya sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Isolasi Minyak Atsiri Nilam Dengan
Gas-Spektrometri Massa”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat mencapai gelar sarjana sains
pada Jurusan Ilmu Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
mahasiswa dapat mengetahui sejauh mana penerapan teori yang telah didapatkan
Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dai bantuan moril dari
berbagai pihak. Oleh karena itu sudah selayaknya bila penulis menyampaikan
1. Bapak Yandi Syukri, S.Si, M.Si, Apt, selaku Dekan Fakultas Matematika dan
vii
viii
4. Bapak Riyanto, M.Si, Ph.D, selaku pembimbing kedua, terima kasih atas
5. Ibu Dr. Is Fatimah, M.Si, selaku penguji, terima kasih atas saran masukan-
6. Bapak Tatang Shabur J., M.Si, selaku penguji, terima kasih atas saran
7. Mas Cecep Sabana, S.Si, selaku laboran Laboratorium Kimia Lanjut, terima
9. Seluruh staf dan karyawan FMIPA UII yang telah banyak membantu.
10. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu yang
skripsi ini.
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih atas terselesainya skripsi ini.
Penulis
viii
ix
DAFTAR ISI
ix
x
x
xi
Bubble …………………………………………………………… 38
LAMPIRAN ……..………………………………………………………… 60
xi
xii
DAFTAR TABEL
Internasional ……………………………………………………… 16
Indonesia ………………………………………………………..... 16
xii
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiii
xiv
xiv
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
xvi
INTISARI
Kata kunci : minyak nilam, Pogostemon cablin Benth, water bubble distilasi, KG-
SM
xvi
xvii
ABSTRACT
Isolation of patchouli oil has been done using water bubble distillation
method. The analyze of component of patchouli oil using gas chromatography-
mass spectrometry. The distillation has done using dried herb of nilam leaves
coming from Jepara, Central Java.
The result show that patchouli oil was obtained 7 mL and the yield of
patchouli oil was 1,6765 %. The distillation was repeated 4 times and used 100
gram dried herb of nilam during 4,5 hours. Analyze using gas chromatography-
mass spectrometry shown that the component of patchouli oil was caryophyllene
(2,73 %), seychellene (6,78 %), alpha-patchoulene (8,09 %), 1H-cycloprop [e]
azulene (2,87 %), alpha-guaiene (13,29 %) azulene (16,01 %), patchouli alcohol
(43,19 %). The main component of patchouli oil was patchouli alcohol (43,19 %).
The patchouli oil was liquid with yellowish colored with a density was 0,958
g/mL, and a refractive index was 1,565.
xvii
1
BAB I
PENDAHULUAN
terbesar di dunia. Minyak atsiri merupakan salah satu komoditas ekspor nonmigas
yang memiliki peluang pasar terbuka lebar dan juga sangat dibutuhkan
keberadaannya oleh berbagai industri dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini
disebabkan oleh kegunaan minyak atsiri yang semakin meningkat sesuai dengan
(Pogostemon cablin Benth) sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia yaitu
sumber devisa utama negara Indonesia yang yang sangat potensial karena pasar
minyak nilam masih terbuka lebar dan total kebutuhan dunia kurang lebih ribuan
Nilam yang berasal dari Filipina ini merupakan tumbuhan semak yang
mengitari batang, dan berbulu. Radius cabang melebar 60 cm. Batangnya berkayu
1
2
bulat lonjong dengan panjang 10 cm, lebar 8 cm, ujungnya agak meruncing dan
tanaman lainnya. Namun, nilam akan tumbuh baik pada ketinggian 10-400 m.
Nilam tidak haus air dan tahan kering, tapi nilam hanya menghendaki suhu 24-28
derajat Celcius dan mempunyai kelembaban lebih dari 75% serta curah hujan
sebagai obat-obatan seperti anti septik, anti jamur, anti jerawat, obat eksim, dan
insomnia (gangguan susah tidur). Tak hanya minyak, di India daun nilam kering
digunakan sebagai pengharum pakaian dan permadani. Air rebusan atau jus daun
nilam dapat diminum sebagai obat batuk, asma, dan remasan akarnya untuk obat
rematik dengan dioleskan pada bagian yang sakit. Remasan daunnya juga manjur
untuk obat bisul dan pening kepala. Di Eropa dan Amerika, minyak nilam
digunakan sebagai bahan baku industri pembuatan minyak wangi sebagai pengikat
nilam, sekitar 90% kebutuhan minyak nilam dunia berasal dari Indonesia. Minyak
nilam mengandung lebih dari satu senyawa. Senyawa yang terdapat dalam minyak
2
3
(Rihayat, 2001).
distilasi uap. Banyak petani minyak nilam menggunakan metode distilasi uap
karena dari segi komersial penyulingan dengan uap cukup ekonomis, akan tetapi
kelemahan dari metode ini terletak pada kadar minyak yang dihasilkan dan kadar
patchouli alkoholnya yang masih rendah atau belum memenuhi standar SNI,
begitu juga warna dari minyak nilam yang dihasilkan. Pada minyak nilam faktor
yang menentukan mutu dari minyak tersebut baik atau tidak yaitu seberapa besar
baik pula mutu minyak tersebut. Maka dari itu, untuk mengatasi kelemahan dari
metode distilasi water bubble. Distilasi water bubble merupakan metode distilasi
water bubble diharapkan dapat meningkatkan mutu minyak nilam dan kadar
mutu perdagangan masih memenuhi kriteria, antara lain dalam hal warna, berat
jenis, indeks bias, dan putran optik. Mutu minyak nilam dikatakan baik jika
3
4
distilasi water buuble dapat meningkatkan mutu minyak nilam, tetapi belum
menggunakan GC-MS?
dalam minyak nilam dari jenis Pogostemon cablin Benth dan untuk mengetahui
sifat fisika dan kimia dari minyak nilam tersebut, serta mengetahui rendemen dari
1. Manfaat yang diharapkan bagi bangsa dan industri minyak atsiri, yaitu
minyak atsiri.
4
5
5
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Nilam merupakan salah satu jenis semak tropis. Tanaman ini dikenal
Divisi : Spermatophyta
Kerajaan : Plantae
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Kelas : Angiospermae
Genus : Pogostemon
Tumbuhan ini menyukai suasana teduh, hangat, dan lembab. Mudah layu jika
terkena sinar matahari langsung atau kekurangan air. Bunga dari nilam
dilakukan secara vegetatif. Aroma yang dihasilkan dari minyak nilam dikenal
(parfum) dan bahan dupa atau setanggi pada tradisi timur. Harga jual minyak
nilam termasuk yang tertinggi apabila dibandingkan dengan minyak atsiri lainnya
(Plantus, 2007).
6
7
Karena sifat aromanya yang kuat, minyak ini banyak digunakan dalam
industri parfum. Sepertiga dari produk parfum dunia memakai minyak ini,
termasuk lebih dari separuh parfum untuk pria. Minyak ini juga digunakan
sebagai pewangi kertas tisu, campuran deterjen pencuci pakaian, dan pewangi
ruangan. Fungsi yang lebih tradisional adalah sebagai bahan utama setanggi dan
menurut persepsi orang Eropa, tetapi orang sepakat bahwa aromanya bersifat
Minyak nilam punya sifat susah dicuci sekalipun dengan air sabun, tapi
larut dalam alkohol hanya saja sukar menguap. Minyak nilam juga dapat
digunakan sebagai fiksatif terhadap bahan pewangi lain. Pemakaian minyak nilam
sebagai fiksatif (unsur pengikat) wangi-wangian dalam dunia perfume tidak dapat
digantikan dengan minyak lain, sehingga minyak ini merupakan salah satu
minyak atsiri yang cukup berperan dalam dunia perfume (Santoso, 1990).
Minyak atsiri nilam dapat juga digunakan untuk aroma terapi karena
sifat dari minyak nilam tersebut dapat menenangkan tubuh. Minyak atsiri pada
atau hewan, mencegah kerusakan tanaman oleh serangga, dan sebagai makanan
cadangan bagi tanaman. Minyak atsiri pada tanaman nilam terdapat dalam daun,
akar, dan juga pada bagian batangnya, tetapi yang paling banyak terdapat minyak
7
8
maka perlu memperpanjang waktu distilasi. Waktu distilasi yang baik berkisar
antara 12-36 jam tergantung pada tekanan dan jumlah uap yang digunakan
(Fatmawati, 2004).
Oleoresin (ITC), bahwa produksi minyak nilam dunia mencapai 500-550 ton per
tahun. Indonesia adalah salah satu negara pengekspor minyak nilam terbesar
sekira 450 ton per tahun. Dibandingkan dengan Cina yang hanya sekira 50-80 ton
per tahun.
Ada 3 jenis tanaman nilam yang dapat ditemui, yaitu jenis nilam aceh,
nilam jawa atau nilam hutan, dan nilam sabun. Semua jenis nilam ini memiliki
juga dapat dipakai untuk menghilangkan bau badan dan gatal-gatal akibat
gigitan serangga.
2. Daun nilam dapat digunakan sebagai pewangi (aroma) masakan atau kue.
asetat sehingga daun nilam menjadi tepung berwarna putih yang dapat
8
9
3. Daun nilam dapat digunakan sebagai obat antiinfeksi, dengan cara daun nilam
tersebut ditumbuk halus dan dipakai untuk kompres pada bagian yang terluka.
Penyulingan yang digunakan selama ini adalah dengan metode distilasi uap, yaitu
bahan tanaman yang akan disuling diletakkan di atas rak-rak atau saringan
tidak jauh bagian bawah saringan. Bahan tanaman yang akan disuling hanya
berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas. Metode ini banyak
digunakan oleh petani-petani minyak atsiri nilam, akan tetapi metode ini memiliki
kelemahan yaitu kadar minyak dan patchouli alkohol yang diperoleh rendah,
Distilasi water bubble merupakan salah satu metode distilasi untuk penyulingan
minyak atsiri yang belum banyak dikenal masyarakat. Pada metode ini bahan
tanaman yang akan disuling diletakkan dalam ketel yang sudah terisi air,
kemudian dihubungkan pada ketel yang lain yang berisi air agar uap air dari ketel
tersebut dapat naik ke ketel yang berisi bahan tanaman dan dipanaskan.
menggunakan metode distilasi uap yang sering digunakan yaitu sekitar 25-30%.
9
10
BAB III
DASAR TEORI
Minyak atsiri atau dikenal orang dengan nama minyak eteris (essential
oil, volatile) dihasilkan oleh tanaman tertentu. Minyak tersebut mudah menguap
pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir, berbau
wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya. Minyak tersebut pada umumnya
kosmetik, parfum, antiseptik, dan lain-lain. Minyak atsiri sendiri merupakan salah
satu hasil proses metabolisme pada tanaman, yang terbentuk karena reaksi
minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150-200 species tanaman, antara lain yang
dan Umbelliferaceae.
bertingkat atau dengan proses kimia yang sederhana. Kelompok kedua adalah
10
11
Minyak atsiri bukan merupakan zat kimia murni, tetapi terdiri dari
berbagai campuran zat yang memiliki sifat fisika dan kimia yang berbeda. Titik
didih komponen minyak mudah menguap berkisar antara 150 ºC-300 ºC pada
lebih rendah atau lebih tinggi yang berpengaruh (bersifat dominan) (Guenther,
1987).
Minyak atsiri lazim juga dikenal dengan nama minyak yang mudah
menguap atau minyak terbang. Pengertian atau definisi minyak atsiri yang ditulis
merupakan senyawa, yang umumnya berwujud cairan, yang diperoleh dari bagian
tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji maupun dari bunga dengan cara
Nilam yang sering disebut Pogostemon cablin Benth atau nilam Aceh,
merupakan tanaman yang belum banyak dikenal oleh masyarakat. Nilam banyak
ditanam orang untuk diambil minyaknya. Minyak nilam merupakan salah satu
dari beberapa jenis minyak atsiri. Minyak ini banyak digunakan oleh industri
11
12
sering juga disebut nilam Aceh dan diusahakan secara komersial. Nilai jenis
ini jarang berbunga, oleh karena itu kandungan minyaknya tinggi yaitu 2,5 –
2. Pogostemon heyneanus
Sering juga dinamakan nilam jawa atau nilam hutan. Jenis ini sering
3. Pogostemon hortensis
Disebut juga nilam sabun karena dapat digunakan untuk mencuci pakaian.
12
13
Komposisi minyak yang dihasilkan jelek, sehingga untuk jenis nilam ini
berikut :
1. Akar : Serabut
2004).
perlu memperhatikan beberapa hal. Pengelolaan ini juga bertujuan agar produksi
Tanaman nilam dapat tumbuh di dataran rendah maupun pada dataran tinggi
yang mempunyai ketinggian 2.200 meter di atas permukaan laut, dan berproduksi
tinggi pada ketinggian tempat 10-400 meter di atas permukaan laut. Tanaman
nilam menghendaki suhu yang panas dan lembap serta memerlukan curah hujan
13
14
yang merata. Curah hujan yang diperlukan berkisar 2500-3500 mm/tahun dan
dengan kelembapan lebih dari 75%. Agar pertumbuhannya optimal tanaman nilam
agak terlindung, asalkan tidak pada tempat yang sangat terlindung ( Sudaryani,
2004).
2. Tanah
Tanah yang subur dan gembur serta kaya akan humus, sangat diperlukan
oleh tanaman nilam. Pada tanah yang subur tersebut nilam dapat memberikan
hasil yang sangat baik. Pada tanah-tanah yang tergenang air atau permukaan air
tanah yang terlalu dangkal, tanaman ini akan mudah terserang penyakit busuk
akar yang disebabkan oleh cendawan Phytoptora. Keadaan fisik tanah yang berat
(tanah liat), tanah berpasir, dan berkapur kurang baik untuk pertumbuhan tanaman
pembibitan, diambil dari batang atau cabang yang sudah cukup tua, berdiameter
0,8-1 cm. Panjang stek 15-23 cm. Setidaknya berisi 3-5 mata tunas atau tiga helai
daun. Jarak tanamannya mulai dari 30 x 100 cm, 50 x 100 cm, hingga 100 x 100
cm, tergantung kesuburan dan jenis tanah. Ketika pemberian pupuk, sebaiknya
pemangkasan. Nilam dapat dianggap siap panen atau matang bila sudah
14
15
menginjak umur 6 bulan atau 5-8 bulan. Bila ingin pertumbuhan tunas barunya
cepat, maka bagian yang dipanen harus dari cabang tingkat dua ke atas, sekira 20
cm di atas tanah dan biasanya disisakan satu cabang. Agar dalam daun nilam tetap
dilakukan pagi hari, atau menjelang petang, dan ketika musim kering. Pemetikan
pada siang hari membuat daun kurang elastis dan mudah robek. Juga transpirasi
(penguapan air) daun lebih cepat sehingga kadar minyak atsirinya berkurang.
(Plantus, 2007).
dijemur selama 4 jam. Setelah itu diangin-anginkan di atas para-para yang teduh,
sambil dibolak-balik 2-3 kali sehari selama 3-4 hari hingga kadar airnya tinggal
15% (ini kondisi siap suling). Dalam pengeringan tidak boleh terlalu cepat atau
terlalu lambat. Karena akan menyebabkan daun cepat rapuh dan sulit disuling
serta daun menjadi lembab, mudah ditumbuhi jamur. Akibatnya, rendemen atau
mengemukakan dalam bukunya bahwa sifat fisika kimia minyak nilam menurut
15
16
Indonesia menurut SP-6-1975 dan revisi bulan maret dapat dilihat pada tabel 2.
16
17
1. Sukar tercuci
3.4.1 Perajangan
Dalam tanaman minyak atsiri terdapat dalam kelenjar minyak atau pada
bulu-bulu kelenjar. Minyak atsiri hanya akan keluar setelah uap menerobos
jaringan tanaman yang terdapat di permukaan. Proses lepasnya minyak atsiri ini
hanya dapat terjadi dengan hidrodifusi atau penembusan air pada jaringan
proses difusi maka sebelum penyulingan bahan tanaman harus diperkecil dengan
Guenther (1987), tujuan dari perajangan ini adalah untuk mempersiapkan bahan
siap disuling dan untuk mempermudah penguapan minyak atsiri dari bahan. Oleh
karena itu, jika bahan telah dihancurkan atau menjadi potongan kecil, maka bahan
17
18
dalam baham tanaman sehingga penyulingan belangsung lebih mudah dan lebih
singkat. Selain itu juga untuk menguraikan zat yang tidak berbau wangi menjadi
berbau wangidai daun nilam. Penyulingan daun segar tidak dibenarkan karena
rendemen minyak terlalu rendah. Hal ini disebabkan karena sel-sel yang
dalam dari daun, sedangkan hanya minyak yang berasal dari permukaan saja yang
bawah sinar matahari langsung lebih besar dari kehilangan minyak selama proses
penyimpanan. Hal ini karena pada proses pengeringan, air dalam tanaman akan
pengeringan yang terlalu cepat dapat menyebabkan daun menjadi rapuh dan sulit
untuk disuling. Bahan yang mengandung fraksi minyak yang mudah menguap
biasanya hanya dilayukan atau dikeringkan pada tingkat udara, sedangkan bahan
yang mengandung minyak atsiri yang sukar menguap, biasanya dikeringkan lebih
menjadi 3 macam, yaitu penyulingan dengan air, penyulingan dengan air dan uap,
18
19
Dapat juga disebut dengan distilasi rebus. Pada metode ini, bahan yang akan
atas air atau terendam secara sempurna tergantung dengan bobot jenis dan
jumlah bahan yang akan disuling. Air dipanaskan dengan metode pemanasan
yang biasa dilakukan, yaitu dengan panas langsung, mantel uap, pipa uap
melingkar tertutup, atau dengan memakai pipa uap melingkar terbuka atau
berlubang. Ciri khas metode ini adalah kontak langsung bahan dengan air
rendemen minyak yang hilang (tidak tersuling) dan terjadi pula penurunan
mutu minyak yang di peroleh. Rangkaian alat distilasi rebus dapat dilihat
Keterangan :
19
20
Pada metode ini, bahan diletakkan di atas rak-rak atau saringan berlubang.
Ketel suling diisi air sampai permukaan air berada tidak jauh dari saringan.
Air dapat dipanaskan dengan berbagai cara yaitu dengan uap jenuh yang
basah dan bertekanan rendah. Ciri khas dari metode ini adalah uap selalu
dalam keadaan basah, jenuh dan tidak terlalu panas, dan bahan yang disuling
hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas. Kelemahan dari
metode ini kadar minyak dan patchouli alkoholnya rendah. Rangkaian alat
distilasi uap dan air dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.
Keterangan:
Metode ini prinsipnya sama dengan penyulingan air maupun air dan uap,
hanya saja pada metode ini air tidak diisikan dalam ketel. Uap yang
digunakan adalah uap jenuh atau uap kelewat panas pada tekanan lebih dari 1
20
21
atmosfir. Uap dialirkan melalui pipa uap berlingkar yang berpori yang
terletak di bawah bahan, dan uap bergerak ke atas melalui bahan yang terletak
di atas saringan. Kelemahan dari metode ini yaitu proses penyulingan dengan
model ini memerlukan konstruksi ketel yang lebih kuat, alat-alat pengaman
yang lebih baik dan sempurna, biaya yang diperlukan pun lebih mahal.
Rangkaian alat distilasi uap dapat dilihat pada Gambar 4 dibawah ini.
Keterangan:
dapat menurunkan mutu dari minyak nilam. Agar minyak nilam nilam yang
salah satu metode yang dapat digunakan dalam penyulingan minyak atsiri nilam,
dimana bahan baku, dalam hal ini daun nilam diletakkan dalam ketel yang
21
22
dicampur dengan air dan kemudian di aduk. Kemudian pada ketel lainnya diisi air
yang akan dipanaskan dan terhubung dengan ketel yang berisi bahan dan air. Uap
panas dari ketel yang satu akan naik dan mengenai ketel berisi bahan dan air,
kemudian bersama uap air ini akan ikut terbawa minyak nilam yang dikandung
bahan. Uap air yang timbul disalurkan melalui pipa yang selanjutnya masuk ke
ketel pendingin. Dalam ketel pendingin uap air berkondensasi menjadi air dan
minyak campuran antara air dan minyak ini ditampung sebagi distilat. Rangkaian
alat distilasi water bubble dapat dilihat pada Gambar 5 dibawah ini.
Keterangan:
Sifat fisika minyak atsiri yang baru diekstrak biasanya tidak berwarna
merahan, hijau atau biru. Jika minyak dibiarkan lama di udara terkena cahaya
matahari pada suhu kamar, maka minyak tersebut akan mengabsorbsi oksigen
22
23
udara sehingga menghasilkan warna minyak yang lebih gelap, bau minyak
berubah dari bau wangi alamiahnya serta minyak menjadi lebih kental dan
Berat suatu jenis zat adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot
zat dengan bobot air dalam piknometer. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi,
udara dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Indeks bias berguna untuk
sampel antara fasa gerak dan fasa diam. Fasa gerak dapat berupa gas atau cairan,
dan fasa diam dapat berupa cairan atau padatan. Kromatografi pertama kali
ditemukan oleh kimiawan Rusia: Mikhail Tswet. Pada tahun 1900 ia memisahkan
2002).
komponennya, atau akan lebih baik lagi jika semua komponennya mempunyai
tekanan uap yang berarti pada suhu yang dipakai untuk pemisahan. Tekanan uap
23
24
dengan fasa gerak yang berupa gas. Kromatografi gas merupakan metode yang
tepat dan cepat untuk memisahkan campuran yang sangat rumit. Waktu yang
dibutuhkan beragam, mulai dari beberapa detik untuk campuran yang sederhana
(waktu retensi) yang khas pada kondisi yang tepat. Waktu tambat adalah waktu
yang mmenunjukkan berapa lama suatu senyawa tertahan dalam kolom (Gritter
dkk, 1991).
Pada kromatografi gas fasa gerak berupa gas, sedangkan fasa diamnya
umumnya suatu cairan, tetapi dapat berupa zat padat atau kombinasi zat padat dan
cair. Kromatografi gas dijajarkan sebagai cara analisis yang dapat digunakan
secara kualitatif. Ada dua jenis kromatografi gas, yaitu kromatografi gas cair dan
Prinsip kerja pada kromatografi gas cair adalah partisi (larutan). Dasar
kerjanya adalah sampel diinjeksikan ke dalam injektor. Aliran gas dari gas
pengangkut akan membawa sampel yang telah teruapkan masuk ke dalam kolom.
24
25
paling serba guna dan selektif. Kromatografi gas cair digunakan untuk
menganalisis gas, zat cair, dan zat padat (McNair dan Bonelli, 1988).
3. Kromatografi gas cair sangat sensitif. Alat yang paling sederhana dapat
sensitivitas yang tinggi, maka hanya memerlukan sejumlah kecil dari sampel,
waktu retensi, dan sebagai analisa kuantitatif yaitu dengan perhitungan luas
puncak.
6. Kromatografi gas cair dapat dipakai dalam waktu yang lama dan berulang-
25
26
1. Gas Pengangkut
tekanan dari silinder sebesar 150 atm. Tetapi tekanan ini terlalu besar untuk
harus inert, murni dan mudah diperoleh, sesuai/cocok untuk detektor, dan harus
mengurangi difusi gas. Gas-gas yang sering dipakai adalah helium, argon, H2, atau
N2.
Disebut pengatur atau pengurang Drager. Drager bekerja baik pada 2,5 atm,
dan mengalirkan massa aliran dengan tetap. Tekanan lebih pada tempat masuk
26
27
3. Tempat Injeksi
Dalam pemisahan dengan kromatografi gas cair, sampel harus dalam bentuk
fasa uap. Gas dan uap dapat dimasukkan secara langsung, tetapi kebanyakan
senyawa organik berbentuk cairan dan padatan. Hingga demikian senyawa yang
pemanasan sebelum masuk dalam kolom, panas itu terdapat pada tempat injeksi.
dengan cara menginjeksikan melalui tempat injeksi. Hal ini dapat dilakukan
dengan pertolongan jarum injeksi yang sering disebut “a gas tight syringe”.
4. Kolom
Kolom merupakan jantung dari kromatografi gas. Bentuk dari kolom dapat
kolom adalah:
b. Fasa diam berupa cairan. Pada fasa cairan inilah pemisahan komponen-
komponen dari sampel terjadi. Dasar kerjanya adalah partisi antara fasa
27
28
5. Detektor
molekul dari senyawa organik menjadi arus listrik. Arus ini diteruskan ke pencatat
6. Pencatat
Respon atau jawaban detektor yang dibuat nyata oleh pencatat. Hasil dari
7. Temperatur
Ada tiga macam temperatur yang penting untuk pemisahan yang baik dalam
kromatografi gas cair, yaitu temperatur tempat injeksi, temperatur kolom, dan
elektron dan diubah menjadi ion-ion bermuatan positif yang bertenaga tinggi (ion-
ion molekuler atau ion-ion induk), yang dapat pecah menjadi ion-ion yang lebih
kecil, lepasnya elektron dari molekul menghasilkan radikal kation dan proses ini
28
29
menghasilkan berkas ion dari suatu zat uji, memilah ion tersebut menjadi spektum
kelimpahan relatif tiap jenis ion yang ada. Umumnya hanya ion positif yang
dipelajari karena ion negatif yang dihasilkan dari sumber tumbukan umumnya
ini dapat dipergunakan untuk analisis campuran, baik senyawa organik ataupun
campuran adalah aditif sifatnya, suatu senyawa campuran dapat dianalisis jika
berada dalam kondisi yang sama, sedangkan untuk analisis kualitatif, spektrometri
dengan mengkalibrasi terhadap senyawa yang telah diketahui seperti uap merkuri
(Khopkar, 1990).
molekul senyawa secara tepat. Spektrometri massa berhasil baik hampir untuk
massa ini sering kali digabung dengan kromatografi gas cair sehingga dengan
sekali kerja akan diperoleh hasil identifikasi kualitatif dan kuantitatif dari
29
30
INJEKTOR
SAMPEL
PEREKAM
1. Gas Pembawa
gas adalah keatsiriannya, aliran gas yang melewati kolom diukur dalam satuan
mL/menit. Gas pembawa yang biasanya dipakai adalah Helium, Argon, Nitrogen,
2. Kolom
Kolom dibagi 2 macam, yaitu kolom kemasan dan kolom kapiler. Untuk
keperluan analisis sebaiknya digunakan kolom dengan fase diam yang bersfat
terdeteksi.
30
31
3. Suhu (Temperatur)
4. Sistem Injeksi
KG-SM memiliki dua sistem pemasukan injeksi, yaitu secara langsung dan
melalui sistem kromatografi gas. Untuk sampel campuran seperti minyak atsiri,
pemasukan sampel harus melalui sistem KG, sedangkan untuk sampel murni
5. Detektor
Detektor yang digunakan pada sistem KG-SM harus stabil dan tidak
spektrometri massa itu sendiri yang terdiri dari sistem ionisasi dan sistem analisis.
analisis. Dari analisis KG-SM akan diperoleh dua informasi dasar, yaitu hasil
analisis kromatografi gas yang ditampilkan dalam bentuk kromatogram dan hasil
terdapat dalam campuran yang dianalisis (sampel : cairan) yang ditunjukkan oleh
31
32
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1.1 Alat
3. Corong pisah
4. Termometer
5. Piknometer
6. Neraca analitik
7. Magnetic stirrer
8. Refraktometer
4.1.2 Bahan
1. Daun nilam jenis Pogostemon cablin Benth yang berasal dari daerah
2. Aquades
3. Na2SO4 anhydrous
32
33
sebanyak 100 gram kemudian diletakkan dalam labu alas datar berleher 2
ketel berisi ± 3000 mL air yang diletakkan di atas kompor dan dihubungkan
dengan labu alas datar yang berisi daun nilam dan air.
Alat distilasi dirangkai dengan baik dan benar kemudian air dialirkan
stirrer serta pemanasnya. Uap dari air yang didihkan tadi akan naik ke labu alas
datar yang berisi daun nilam dan air. Uap ini akan membawa minyak nilam yang
dikandung oleh daun nilam tersebut. Uap air yang timbul disalurkan melalui pipa
yang selanjutnya masuk ke ketel pendingin. Dalam ketel pendingin uap air
berkondensasi menjadi air dan minyak, campuran antara air dan minyak ini
dipisahkan dari sisa air yang ada menggunakan corong pisah. Untuk
minyak nilam yang didapat di ukur volumenya dan disimpan dalam wadah gelas
yang kering, tertutup rapat dan terlindung dari cahaya, untuk selanjutnya
dianalisis. Gambar alat distilasi water bubble dapat dilihat pada Gambar 8.
33
34
1. Hidupkan stabilizer.
5. Proses pemvakuman.
34
35
11. Aliran gas dan sampel yang keluar dari kolom dialirkan ke spektrometri
senyawa.
keadaan kosong dengan neraca analitik. Setelah itu diisi dengan aquades sebanyak
dengan alcohol dan dikeringkan kembali, kemudian diisi dengan minyak nilam
dengan cara membandingkan antara berat minyak dan berat aquades dalam
35
36
menit. Kedua prisma dipisahkan dengan memutar klem dan prisma dibersihkan
gelap dan terang. Dengan memutar sekrup akan terlihat garis cahaya yang terang.
36
37
BAB V
5.1 Penyulingan Minyak Daun Nilam dengan Metode Distilasi Water Bubble
distilasi uap, namun dalam penelitian ini untuk menyuling miyak nilam digunakan
metode distilasi water bubble. Daun nilam jenis Pogostemon cablin Benth yang
berasal dari Jepara Jawa Tengah, dikeringkan tanpa sinar matahari, kemudian
penyulingan yang sudah berisi air. Proses penyulingan dilakukan selama 4.5 jam.
Perbandingan metode distilasi uap dengan distilasi water bubble dapat dilihat
37
38
Keterangan:
9. Ketel 1 (air) 13. Ketel 2 (air + daun nilam)
10. Kompor 14. Termometer
11. Connector 15. Pendingin
12. Magnetic stirrer 16. Distilat
Pada proses penyulingan menggunakan distilasi water bubble,
temperatur ketel 1 harus lebih panas dari ketel 2, hal ini karena agar tekanan pada
ketel 1 lebih besar, sehingga uap air yang dihasilkan dapat naik ke ketel 2. Panas
pada ketel 2 hanya untuk membantu uap yang membawa minyak dapat diteruskan
ke pendingin. Jika ketel 2 temperaturnya lebih panas dari ketel 1 maka yang
terjadi adalah air beserta daun nilam akan mengalir dan masuk ke dalam ketel 1
dan penyulingan pun tidak dapat diteruskan. Maka dalam proses penyulingan ini
perlu diperhatikan panas dari ketel 2 yang mana temperaturnya harus dibawah 100
dari minyak nilam. Komponen tersebut antara lain 1 α azulene, azulene, dan
patchouli alcohol. Pada metode distilasi uap ini rendemen minyak nilam yang
38
39
minyak nilam yang dihasilkan berwarna coklat tua. Hal ini dikarenakan pada
distilasi uap, uap yang yang ada hanya sampai pada bagian bawah daun nilam
saja, sedangkan pada bagian lainnya tidak terkena uap, sehingga minyak yang
water bubble tadi dipisahkan dari air dengan menggunakan corong pisah dan
ditambah Na2SO4 anhydrous untuk menghilangkan sisa air yang masih ada. Dari
melakukan pemisahan diperoleh minyak nilam dengan warna kuning jernih dan
memiliki wangi yang khas dan kuat, seperti yang terlihat pada Gambar 11.
39
40
Hasil penyulingan minyak dari daun nilam dapat dilihat pada tabel 3 berikut :
Volume ± 7 Ml - -
Rendemen 1,6765 % - -
Warna dan bau dari minyak nilam yang dihasilkan yaitu berwarna kuning jernih
dengan bau wangi yang khas dan kuat, hal ini sudah sesuai dengan standar SNI
dan EOA, begitu juga dengan berat jenis minyak yang dihasilkan yaitu sebesar
0,958 g/mL juga sudah sesuai dengan dengan standar SNI dan EOA. Nilai indeks
bias yang dihasilkan sebesar 1,565 dan melebihi standar SNI maupun EOA, hal
distilasi water bubble, daun nilam yang akan disuling dengan metode distilasi
water bubble ukurannya diperkecil hingga sangat halus. Semakin kecil ukuran
40
41
daun, maka nilai indeks bias minyaknya semakin besar, karena penguapan minyak
dari daun yang berukuran kecil berlangsung lebih mudah. Maka dari itu indeks
bias yang dihasilkan melebihi standar SNI dan EOA, tetapi tidak mengurangi
dengan cara menginjeksikan sampel minyak ke dalam ruang injeksi yang telah
dipanasi. Sampel kemudian dibawa oleh gas pembawa melalui kolom untuk
yang yang memberi sinyal untuk kemudian dapat diamati pada sistem pembawa.
sampel dengan data spektra massa standar yang tersimpan dalam kepustakaan
kromatografi gas.
41
42
42
43
Dari 18 puncak seperti disajikan pada tabel 4, dipilih komponen penyusun minyak
43
44
(%)
Spektra massa dari masing-masing komponen minyak nilam dapat dilihat pada
16,070 mempunyai iom molekuler atau m/z 204, spektra massa ini diperkirakan
44
45
16,380 mempunyai iom molekuler atau m/z 204, spektra massa ini diperkirakan
45
46
retensi 16,501 mempunyai ion molekuler atau m/z 204, spektra massa ini
Me
Me
H C
2
R
1
R1
Me
46
47
retensi 16,704 mempunyai ion molekuler atau m/z 204, spektra massa ini
Me
Me
Me
Me
Gambar 20. Struktur alpha-Patchoulene
47
48
retensi 17,175 mempunyai ion molekuler atau m/z 204, spektra massa ini
48
49
retensi rata-rata 16,380 dan 17,347 mempunyai ion molekuler atau m/z 204,
49
50
retensi rata-rata 19,477 mempunyai ion molekuler atau m/z 222, spektra massa ini
OH
50
51
*) jenis tanaman nilam dari Cisaroni, Jawa Barat dengan distilasi uap (Nuryani,
2006).
**) jenis tanaman nilam dari Lhokseumawe, NAD dengan distilasi uap (Nuryani,
2006).
***) jenis tanaman nilam dari Sleman, DIY dengan distilasi uap (Fatmawati,
2004).
****) jenis tanaman nilam dari Jepara, Jawa Tengah oleh peneliti dengan water
bubble distilasi.
dari peneliti lain warna minyak nilam tidak jauh berbeda dan termasuk dalam
standar SNI. Begitu juga dengan berat jenis minyak nilam yang dihasilkan yaitu
51
52
sebesar 0,958 g/mL juga tidak terlalu jauh dari hasil penelitian yang lain dan
masih termasuk dalam standar SNI. Rendemen minyak nilam yang dihasilkan
cenderung lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian yang lain yaitu
sebesar 1,6765 %, hal ini dikarenakan karena faktor dari tempat tumbuh tanaman
nilam dari Jepara, Jawa Tengah yang tumbuh di daerah tinggi. Menurut Nuryani
(2006), banyak faktor yang mempengaruhi kadar minyak nilam, salah satunya
adalah tempat tumbuh tanaman nilam. Tanaman nilam yang tumbuh di dataran
tinggi kadar minyaknya lebih rendah daripada yang tumbuh di dataran rendah,
namun kadar patchouli alkoholnya lebih tinggi. Sebaliknya, nilam yang tumbuh di
Pada hasil penelitian minyak nilam dari tanaman nilam Jepara kadar
patchouli alkoholnya memiliki nilai yang tinggi dibanding hasil penelitian yang
lain dan melebihi standar SNI yaitu sebesar 43,19 %, hal ini juga dikarenakan
faktor tempat tumbuh nilam dan juga karena penyulingannya yang menggunakan
metode distilasi water bubble, sehingga mutu minyak nilam dapat dikatakan
memenuhi standar atau bermutu baik. Menurut Walker (1968), faktor yang paling
harum (odour) minyak nilam sangat ditentukan oleh kandungan patchouli alkohol
baik mutu minyak nilam tersebut. Nilai indeks bias minyak nilam yang dihasilkan
sangat berbeda dari hasil penelitian yang lain dan juga melebihi standar yang
52
53
ditentukan oleh SNI yaitu sebesar 1,565. Hal ini dikarenakan perlakuan pada
tanaman nilam, daun nilam yang akan disuling ukurannya diperkecil hingga
sangat halus. Semakin kecil ukuran daun, maka nilai indeks bias minyaknya
semakin besar, karena penguapan minyak dari daun yang berukuran kecil
metode distilasi uap air daun yang akan disuling tidak dihaluskan terlebih dahulu,
berbeda dengan metode distilasi water bubble yang mana harus memperkecil
Minyak nilam yang dihasilkan dari dau nilam ini berbentuk cairan,
wangi yang khas dan kuat, karena memiliki komponen kimia yaitu patchouli
alcohol. Dari minyak yang dihasilkan menunjukkan bahwa kualitas minyak nilam
mutu dan kemurnian minyak atsiri. Nilai berat jenis minyak atsiri pada temperatur
temperatur 25 °C dengan berat air pada volume yang sama dengan volume
Pada saat penyulingan berlangsung uap akan lebih mudah masuk pada
bahan yang berukuran kecil, karena jaringan minyak pada bahan tersebut lebih
53
54
terbuka, sehingga uap air yang kontak langsung dengan minyak akan lebih
banyak. Hal tersebut mengakibatkan fraksi berat minyak lebih mudah diuapkan.
Semakin tinggi fraksi berat minyak, maka berat jenisnya semakin tinggi.
Pada minyak atsiri daun nilam ini diperoleh nilai berat jenis sebesar
0,958 gr/mL. Nilai ini sesuai dengan standar EOA yaitu 0,950-0,975 g/mL, maka
Sebelum digunakan, lensa dibersihkan dengan aseton atau dilap sampai bersih,
Dengan mengatur slide akan diperoleh garis batas yang jelas antara
bidang yang gelap dan terang.jika garis berimpit dengan titik potong dari dua garis
bersilangan, maka indeks bias dapat dibaca pada skala. Perlakuan bahan dan lama
penyulingan berpengaruh terhadap nilai indeks bias. Semakin kecil ukuran bahan,
maka nilai indeks bias minyaknya semakin besar. Hal ini disebabkan penguapan
minyak dari bahan berukuran kecil berlangsung lebih mudah, sehingga fraksi
kerapatan molekul minyak lebih tinggi dari sinar yang menembus minyak sukar
diteruskan.
Indeks bias yang diperoleh dari minyak nilam ini adalah sebesar 1,565.
Nilai ini sesuai dengan standar yang diberikan EOA yaitu berkisar 1,507-1,510.
Hal ini berarti minyak nilam yang dihasilkan tidak banyak mengandung sisa
54
55
terpen yang dapat menurunkan nilai indeks bias dan minyak nilam ini dapat
55
56
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
berikut:
1. Dari 400 gram daun nilam kering yang diisolasi dengan metode water bubble
berwarna kuning jernih, dan memiliki aroma wangi yang khas dan kuat.
[e] azulene (2,87 %), alpha-guaiene (13,29 %), Azulene (16,01 %), Patchouli
4. Minyak nilam hasil dari isolasi dengan metode water bubble distilasi
memiliki:
a. Penampilan warna dan bau : berwarna kuning jernih dan berbau wangi
56
57
6.2 Saran
1. Hendaknya dilakukan penelitian lebih lanjut pada bagian lain dari daun nilam
2. Minyak yang diperoleh dari penelitian ini hendaknya dapat digunakan sebagai
bahan awal untuk dilakukan sintesis sehingga mempunyai kegunaan dan nilai
57
58
DAFTAR PUSTAKA
Fatmawati, T.K., 2004, Isolasi dan Karakterisasi Minyak Nilam (Patchouli oil)
dari Jenis Pogostemon cablin Benth, Skripsi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Gritter, R.J., Bobbitt, J.M., dan Schwarting, A.E., 1991, Pengantar Kromatografi,
ITB, Bandung
Ketaren, S., 1978, Minyak Atsiri I, Departemen Teknologi Hasil Pertanian, IPB,
Bogor.
Luqman, L., 1982, Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri, Swadaya, Jakarta.
McNair, H.M., dan Bonelli, E.J., 1988, Dasar Kromatografi Gas, ITB, Bandung
Nurdjanah, N., 1998, Karakteristik Minyak Nilam, Buletin Tanaman Rempah dan
Obat Monograf Nilam, Vol. V seri 1, 17.
Nuryani, Y., 2006, Karakteristik Empat Aksesi Nilam, Buletin Tanaman Plasma
Nutfah, Vol. 12, 2, 48.
Bandung.
Rihayat, 2001, Kajian Isolasi Senyawa Minyak Nilam (Patchouli Oil) dari
Pogestemon cablin Benth, UPN, Jogjakarta.
58
59
Sastrohamidjojo, H., 2004, Kimia Minyak Atsiri, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
59
60
LAMPIRAN
60
61
Lampiran 1. Perhitungan
16,68 g − 10,95 g g
Berat jenis = × 1.00 mL
16,93 g − 10,95 g
5,73 g
Berat jenis = × 1.00 mL
5,98
g
Berat jenis = 0,958 mL
Volume minyak = 7 mL
Rendemen = 1,6765 %
61
62
62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
72
73
73
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
79
80
80
81
81
82
Keterangan:
82
83
Keterangan:
2. Lensa pengamatan
5. Lampu penerang
83
84
84