Anda di halaman 1dari 12

EKOSISTEM

Pengertian Ekosistem

Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan


lingkungannya. Menurut UU No. 23 Tahun 1997, ekosistem adalah tatanan unsure
lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling
mempengaruhi dalam bentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan
hidup. Masing-masing organisme dalam ekosistem saling mempengaruhi sehingga
terjadi hubungan timbal balik, keseimbangan, keselarasan, dan keserasian alam di
bumi ini. Keanekaragaman ekosistem alam dapat terbentuk secara alami dari masa ke
masa yang awalnya ekosistem sederhana menjadi keanekaragaman ekosistem yang
lebih kompleks. Keanekaragaman ekosistem sangat penting bagi kehidupan di dunia
dikarenakan dapat menunjukkan evolusi, sebagai sumbangan pada kegembiraan
ekosistem, pendukung budaya dan perkembangan teknologi, serta sebagai sumber
inspirasi dan kedamaian manusia. Perbedaan ekosistem yang satu dengan yang lain
ditentukan oleh jumlah jenis organisme produsen, jumlah jenis organisme konsumen,
jumlah keanekaragaman mikroorganisme, kompleksita sinteraksi antar komponen,
dan berbagai proses yang berjalan dalam ekosistem. Ekosistem penting bagi
kehidupan manusia karena ekosistem mempengaruhi aliran energi. Apabila ekosistem
tidak seimbang maka aliran energi kurang baik, sehingga harus terjadi keseimbangan
dalam ekosistem supaya manusia juga dapat menikmati adanya ekosistem tersebut.
Contoh, ekosistem padi di sawah. Konsumen puncaknya adalah manusia, namun jika
ekosistem tidak seimbang, missal saja jumlah tikus yang sangat banyak karena tida
kada yang memakannya maka tikus akan menghabiskan padi, dan bias jadi manusia
tidak kebagian hasil dari padi tersebut. Perananmanusiadalamekosistem juga
akanberpengaruhterhadapkehidupan, karena manusia bisa membuat dan merusak
ekosistem. Peran tersebut diantaranya pada pola tanam. Apabila pola tanam suatu
daerah diubah, maka akan menyebabkan perubahan ekosistem di daerah tersebut.
Misalkan saja penekanan kepada penduduk Maluku untuk makan nasi. Sehingga yang
dulunya mereka menanam sagu kini beralih menanam padi, hal ini menyebabkan
terjadinya perubahan pada komponen ekosistem. Selain itu larangan menggunakan
pupuk kimia anorganik juga akan menyebabkan adanya vegetasi baru dalam
ekosistem. Global warming juga berpengaruh terhadap ekosistem dalam bentuk
struktur dan komposisi mikroba dalam tanah, yang menyebabkan perubahan
kesuburan pada tanah, ekosistem dan konsumen.

Macam - Macam Ekosistem

Ekosistem menurut proses terbentuknya dibagi menjadi dua macam yaitu


ekosistem alami dan ekosistem buatan. Ekosistem alami yaitu ekosistem yang
terbentuk secara alami tanpa campur tangan manusia. Contohnya ekosistem darat
(terestrial) dan ekosistem perairan (akuatik). Ekosistem buatan adalah ekosistem
yang sengaja dibuat oleh manusia untuk kebutuhannya. Contohnya ekosistem sawah,
waduk, tambak, kolam, perkebunan kopi, hutan tanaman produksi dan ekosistem
akuarium.
Ekosistem darat yaitu ekosistem yang sebagian besar komponen abiotiknya
terdiri dari daratan. Ekosistem darat yang khas pada wilayah tertentu dan dicirikan
oleh jenis vegetasi yang dominan di wilayah tersebut disebut bioma. Jenis - jenis
bioma dipengaruhi oleh keadaan iklim, curah hujan, intensitas cahaya matahari,
kelembapan dan posisi lintang.Jenis-jenis bioma seperti hutan hujan tropis, padang
rumput, gurun, hutan gugur, taiga dan tundra.
Ekosistem perairan atau akuatik yaitu ekosistem yang sebagian besar
komponen abiotiknya terdiri atas air. Ekosistem perairan dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu ekosistem laut atau bahari dan ekosistem air tawar. Ekosistem laut
memiliki ciri - ciri seperti salinitas garam rata-rata di atas 35/1000 gr air dan
konsentrasi zat hara rendah. Ekosistem laut dibagi menjadi beberapa zona, yaitu zona
intertidal, zona neritik, zona pelagik, zona fotik dan zona afotik. Zona intertidal
adalah zona pasang surut. Zona neritik merupakan zona laut dangkal. Zona pelagik
adalah zona laut terbuka. Zona fotik adalah area permukaan laut yang masih
menerima cahaya matahari dalam jumlah yang cukup untuk proses fotosintesis
organisme. Zona afotik merupakan area pertengahan antara permukaan dengan dasar
laut yang tidak menerima masukan cahaya matahari yang cukup untuk fotosintesis
organisme. Biota laut yang terdapat pada ekosistem laut seperti plankton
(fitoplanktondan zooplankton), bentos, perifiton, nekton dan neuston. Ekosistem air
tawar memiliki ciri salinitas garam rata-rata di bawah 35/1000 gr air dan konsentrasi
zat hara tinggi. Contohnya seperti danau, lahan basah dan sungai. Biota air tawar
yang terdapat dalam ekosistem air tawar berupa plankton (fitoplankton dan
zooplankton), tumbuhan hijau, bentos, perifiton, nekton, neuston dan bakteri.

Komponen - Komponen Ekosistem

Komponen ekosistem dibagi menjadi dua yaitu komponen biotik dan komponen
abiotik.

Komponen Biotik
Biotik adalah komponen yang terdiri dari makhluk hidup yang menyusun
ekosistem yang terdiri dari produsen, konsumen dan dekomposer.

Produsen adalah penghasil. Organisme yang berperan sebagai produsen


dalam ekosistem adalah makhluk hidup yang mampu menghasilkan bahan organik
dari bahan anorganik melalui proses fotosintesis. Produsen membuat makanan
dengan menyerap senyawa dan zat-zat anorganik untuk kemudian diubah menjadi
senyawa organik melalui proses fotosintesis. Ciri khusus organisme yang tergolong
autotrof adalah adanya klorofil dalam tubuhnya, seperti pada tumbuhan tingkat tinggi.
Dalam interaksi komponen biotik dan abiotik, organisme autotrof merupakan awal
dari terciptanya keseimbangan ekosistem.
Konsumen adalah pemakai. Organisme yang berperan sebagai konsumen
dalam ekosistem adalah makhluk hidup yang tidak mampu berbuat bahan organik
dari bahan arnorganik. Oleh karena itu makanannya bergantung pada organisme lain
sebagai sumber energi dan makanannya. Organisme autotrof tidak dapat
menghasilkan makanannya sendiri. Contoh kompenen biotik ini misalnya manusia
dan hewan yang berperan baik sebagai karnivora, herbivora, maupun omnivora.

Dekomposer adalah pengurai. Organisme yang berperan sebagai pengurai


(dekomposer) dalam suatu ekosistem adalah bakteri dan jamur yang bersifat saprofit.
Organisme saprofit artinya organisme yang menguraikan zat organik dari sisa-sisa
makhluk hidup yang telah mati menjadi zat anorganik (zat hara) yang siap diserap
oleh tumbuhan. komponen biotik ini misalnya jamur, bakteri, ganggang, cacing, dan
lain sebagainya. Beberapa pengurai yang menggunakan sisa bahan organik hasil
dekomposisi disebut juga detritivor. Contoh organisme ini misalnya kutu kayu.

Ketiga tingkatan komponen biotik mulai dari organisme autotrof, organisme


heterotrof, dan pengurai, semuanya saling berinteraksi satu sama lain untuk
membentuk suatu gejala alam biotik seperti pola rantai makanan, piramida makanan,
dan lain sebagainya.

Komponen Abiotik
Secara garis besar komponen penyusun ekosistem terdiri atas dua komponen
yaitu komponen hidup (biotik) dan komponen tak hidup (abiotik). Pada suatu
ekosistem terjadi interaksi antara kedua komponen ini. Kedua komponen ini tidak
dapat dipisahkan dan saling terkait dalam suatu ekosistem serta komponen-komponen
ini mampu memengaruhi perubahan yang terjadi di suatu ekosistem.

Komponen abiotik (komponen penyusun ekosistem) merupakan segala


sesuatu di luar makhluk hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Komponen
abiotik terdiri atas suhu, air, cahaya matahari, udara, bebatuan dan tanah,
kelembapan,  Altitude dan latitude. Komponen abiotik dapat memengaruhi komponen
biotik, begitu pula sebaliknya. Sedangkan menurut Ganjar (1999) komponen
ekosistem yang mempengaruhi kehidupan organisme yang termasuk komponen
abiotik adalah tanah, air, udara, cahaya, topografi dan segala komponen yang tak
hidup yang berbentuk dari hasil interaksi komponen abiotik, seperti curah hujan,
kelembapan, angin, gaya gravitasi sebagai media bagi berlangsungnya kehidupan.

Suhu lingkungan merupakan faktor yang sangat penting bagi distribusi atau
penyebaran suatu organisme. Hal tersebut karena suhu dapat memengaruhi proses
biologis dan kemampuan suatu organisme dalam mengatur suhu tubuhnya secara
tepat. Setiap makhluk hidup membutuhkan suhu tertentu yang sesuai untuk
melakukan aktivitas hidupnya dengan optimum. Tumbuhan dapat melakukan
fotosintesis dengan hasil optimum pada suhu yang tidak terlalu panas, tetapi juga
tidak terlalu dingin (antara 26-30 °C) meskipun di luar kisaran suhu tersebut
fotosintesis tetap dapat dilakukan, namun hasilnya kurang optimum. Sel dari suatu
makhluk hidup dapat pecah apabila suhu lingkungannya sangat jauh dari suhu
optimum (di bawah 0 °C), hal ini terjadi karena cairan di dalam sel membeku. Begitu
pun apabila suhu lingkungan berada di atas 45 °C, protein yang terdapat di sebagian
besar organisme dapat terdenaturasi atau rusak. Hanya sedikit jumlah organisme yang
dapat melakukan metabolisme pada suhu yang sangat rendah ataupun suhu yang
tinggi, contohnya burung pinguin. Burung ini dapat beradaptasi terhadap suhu
lingkungan yang sangat ekstrim di bawah nol. Suatu ekosistem dapat memiliki suhu
yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti angin dan
cahaya matahari.Beberapa makhluk hidup dapat beradaptasi apabila suhu lingkungan
tidak sesuai, seperti pada pohon jati. Pohon ini saat suhu lingkungannya tinggi akan
beradaptasi dengan mengugurkan daunnya yang bertujuan mengurangi penguapan.
Pada makhluk hidup yang dapat bergerak, jika suhu lingkungan tidak sesuai, ia dapat
berpindah tempat. Contohnya pada burung alapalap nippon (Accipiter gularis) yang
melakukan migrasi pada saat musim dingin dari daerah Jepang menuju daerah
Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Bali.

Cahaya matahari merupakan sumber energi bagi seluruh makhluk hidup.


Cahaya matahari menyediakan energi yang memengaruhi suatu ekosistem. Tumbuhan
yang ada di darat menggunakan cahaya matahari untuk melangsungkan proses
fotosintesis begitu juga dengan alga dan Cyanobacteria yang ada di laut. Tumbuhan
hijau mampu mengubah zat anorganik menjadi zat organik (melalui proses
fotosintesis) apabila ada bantuan energi sinar matahari. Energi kimia yang tersimpan
dalam senyawa organik hasil fotosintesis tumbuhan hijau sangat diperlukan sebagai
energi kehidupan bagi makhluk hidup lain. Manusia juga dapat memanfaatkan energi
sinar matahari untuk membangun pembangkit listrik yang digunakan untuk
pemenuhan kebutuhan energi dalam kehidupan sehari-hari.Cahaya juga sangat
penting bagi perkembangan dan tingkah laku beberapa spesies tumbuhan dan hewan
yang sensitif terhadap cahaya, terutama terhadap lamanya waktu siang (day time) dan
lamanya waktu malam (night time). Misalnya, waktu berbunga pada tumbuhan dan
saat beraktivitas pada hewan. Hewan yang beraktivitas pada malam hari atau
nokturnal contohnya burung hantu. Adapun pada tumbuhan, ada jenis tumbuhan yang
berbunga apabila waktu malam lebih lama dari waktu siang, begitu juga sebaliknya.

Atmosfer bumi merupakan campuran berbagai macam gas (udara) serta


partikel-partikel debu. Sekitar 78% gas di atmosfer berupa gas nitrogen, 21% gas
oksigen, 1% gas argon, serta sekitar 0,035% terdiri gas CO2, sisanya berupa uap air.
Semua makhluk hidup membutuhkan oksigen untuk bernapas serta membebaskan
CO2 ke udara. Selain membebaskan CO2 saat bernapas, tumbuhan juga menyerap
CO2 dari udara untuk fotosintesis. Hasil dari fotosintesis ini akan dilepaskan oksigen
yang nantinya akan digunakan oleh makhluk hidup lainnya. Kegiatan manusia yang
dapat meningkatkan kadar CO2 di udara, hal ini dapat menurunkan kualitas udara
bagi kehidupan.
Air merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan makhluk
hidup. Sebagian besar tubuh makhluk hidup (90%) tersusun oleh air, sehingga begitu
pentingnya air bagi metabolisme makhluk hidup. Air berfungsi sebagai zat pelarut di
dalam tubuh serta membantu proses metabolisme di dalam tubuh. Bagi tumbuhan, air
merupakan komponen penting dalam fotosintesis, sarana transportasi zat, membantu
proses pertumbuhan sel-sel, serta menjaga tekanan osmotik sel. Bahkan
mikroorganisme seperti bakteri serta jamur mempersyaratkan kondisi yang lembap
agar dapat hidup dengan baik.Persediaan air di setiap habitat berbeda secara kualitas
maupun kuantitas. Organisme yang hidup di daerah perairan maupun daratan berbeda
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Organisme yang hidup di air,
seperti air tawar maupun air laut harus beradaptasi dengan keadaan air sekitarnya.
Misalnya, organisme yang hidup di laut harus beradaptasi dengan kadar garam
(salinitas) air laut. Adapun organisme yang hidup di daratan beradaptasi sesuai
dengan habitatnya seperti gurun, hutan tropis, dan savana. Sebagai contoh yaitu
tumbuhan yang hidup pada daerah dengan curah hujan yang rendah memiliki adaptasi
akar yang panjang, lapisan lilin pada daun yang tebal dan daun yang kecil untuk
mengurangi penguapan. Di dalam suatu ekosistem, air dapat memengaruhi organisme
yang hidup di dalamnya. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi organisme dalam
suatu ekosistem tersebut, yaitu suhu air, salinitas air, dan tingkat keasaman air.

Tanah merupakan habitat sebagian besar makhluk hidup. Salah satu


komponen penting dalam faktor abiotik yaitu tanah, yang berperan penting dalam
menopang kehidupan suatu organisme (Ibrahim, 2012).Tumbuhan membutuhkan
tanah sebagai sumber unsur hara maupun air. Akar tumbuhan masuk ke dalam tanah
untuk mendapatkan air dari tanah serta mineral yang diperlukan untuk tumbuh dan
berkembang. Demikian pula hewan-hewan yang menggunakan tanah sebagai tempat
hidupnya serta melakukan segala aktivitasnya. Beberapa serangga dan cacing
meletakkan telurnya dalam tanah untuk melanjutkan kerurunannya. Setelah menetas
lalu menjadi larva, kemudian tumbuh dan berkembang menjadi dewasa. Struktur
fisik, pH dan komposisi mineral dari bebatuan dan tanah dapat memengaruhi jenis
dan distribusi makhluk hidup yang menghuninya. Beberapa tumbuhan memiliki
rentang hidup pada faktor kimia yang berbeda dan beberapa spesies tumbuhan dapat
digunakan sebagai bioindikator.

Kelembaban udara menyatakan persentase jumlah uap air di udara. Uap air
tersebut berasal dari penguapan air laut, sungai, danau, waduk dan sumber lain,
maupun dari pelepasan uap air dari tubuh makhluk hidup. Makin tinggi kadar uap air
di udara makin tinggi tingkat kelembapan udaranya. Daerah yang berhawa dingin
seperti pegunungan lebih lembap daripada daerah yang berhawa panas seperti pantai.
Tumbuhan yang hidup di dua daerah tersebut juga berbeda. Pada daerah lembap,
lebih banyak terdapat tumbuhan yang memerlukan sedikit sinar matahari seperti
paku-pakuan, lumut, dan anggrek-anggrekan yang biasanya hidup secara epifit pada
batu-batu lembap, batang kayu basah, dan lainnya. Pada daerah panas misalnya
pantai, lebih banyak ditumbuhi tumbuhan seperti bakau dan pohon kelapa. Udara
yang lembap juga sangat membantu pertumbuhan jamur dan bakteri. Bahkan udara
yang kelembabannya tinggi sangat berpeluang mendatangkan hujan, yang berarti
mengembalikan air kembali lagi ke asalnya.

Altitude  merupakan ketinggian tempat dari permukaan laut,


sedangkan latitude merupakan perbedaan letak karena perbedaan jarak dari garis
lintang. Topografi atau ketinggian tempat berpengaruh langsung terhadap kadar
oksigen dan tekanan udara. Semakin tinggi suatu tempat, tekanan udara dan kadar
oksigen akan semakin berkurang. Altitude  dan  latitude  sangat memengaruhi sebaran
atau distribusi makhluk hidup baik tumbuhan, hewan, maupun mikroorganisme.
Seekor beruang kutub tidak akan ditemukan di daerah tropis atau sebaliknya pohon
kelapa tidak mungkin tumbuh di daerah kutub. Perbedaan faktor fisik yang sangat
tajam antara daerah kutub dan daerah tropis menyebabkan perbedaan sebaran
tumbuhan. Spesies tumbuhan dan hewan pada dua daerah yang secara fisik berbeda
akan berbeda pula.

Rantai Makanan

Rantai makanan adalah peristiwa makan dan dimakan dengan urutan dan arah
tertentu. Rantai makanan selalu dimulai dari tumbuhan hijau yang berperan sebagai
produsen. Dalam rantai makanan, tumbuhan hijau akan dimakan oleh herbivora
sehingga herbivora disebut konsumen tingkat pertama. Herbivora akan dimakan oleh
karnivora sehingga karnivora disebut konsumen tingkat dua dan seterusnya. Di dalam
ekosistem perairan juga terjadi peristiwa makan dan dimakan. Dalam ekosistem
perairan terdapat makhlup hidup kecil yang disebut fitoplankton yang berperan
sebagai produsen. Fitoplankton akan dimakan oleh zooplankton dan ikan-ikan
herbivora (konsumen tingkat pertama). Sementara itu, zooplankton dan ikan-ikan
herbivora akan dimakan oleh ikan-ikan karnivora (konsumen tingkat dua) dan
seterusnya.
Jaring - jaring makanan adalah sekumpulan rantai makanan yang saling
berhubungan. Dalam kehidupan sesungguhnya, satu jenis produsen dalam suatu
ekosistem tidak hanya dimakan oleh satu jenis konsumen. Begitu juga sebaliknya,
satu jenis konsumen tidak bergantung pada satu jenis produsen saja.
Secara umum, dalam suatu ekosistem terdapat lebih banyak produsen
daripada konsumen. Bila dijabarkan lebih rinci lagi, maka produsen lebih banyak
daripada konsumen tingkat I, konsumen tingkat I lebih banyak daripada konsumen
tingkat II, konsumen tingkat II lebih banyak daripada konsumen tingkat III dan
seterusnya. Keadaan ini dapat digambarkan dalam bentuk piramida yang disebut
piramida makanan. Bentuk piramida makanan dapat dikatakan bersifat tetap. Apabila
produsen berkurang maka konsumen tingkat I juga akan berkurang. Apabila
konsumen tingkat I berkurang maka konsumen tingkat II juga akan berkurang dan
seterusnya.
Macam - Macam Simbiosis

Simbiosis adalah hubungan yang terjadi antara dua makhluk hidup atau
lebih dimana dari hubungan tersebut menghasilkan hubungan timbal balik diantara
keduanya baik itu menguntungkan ataupun merugikan. Simbiosis berasal dari bahasa
Yunani sym yang berarti dengan dan biosis yang berarti kehidupan. Secara teoritis
kata simbiosis biasa dipakai sebagai istilah untuk menjelaskan suatu interaksi antar
organisme yang hidup berdampingan. Bisa saja saling merugikan, menguntungkan
atau netral. (Singon dkk., 2017). Simbiosis dibedakan menjadi simbiosis mutualisme,
parasitisme, komensalisme.

Simbiosis Mutualisme
Simbiosis mutualisme adalah interaksi yang terjadi diantara makhluk hidup
dimana keduanya menguntungkan satu sama lain. Contohnya Hubungan anatara fungi
mikoriza dengan perakaran tanaman. Hubungan simbiosis antara inang dengan fungi
mikoriza meliputi penyediaan fotosintat (karbohidrat) oleh tanaman inang.
Sebaliknya, tanaman inang mendapatkan tambahan nutrien yang diambil fungi dari
tanah. (Simamora dkk. 2015). Kemudian ada kupu - kupu membutuhkan madu pada
bunga dan kupu-kupu membantu terjadinya proses penyerbukan. (Singon dkk., 2017).

Simbiosis Parasitisme
Simbiosis parasitisme adalah interaksi simbiosis dimana satu organisme
parasit mendapatkan makanannya dari organisme lain dan inangnya yang dirugikan
dalam prosesnya. (Campbell dkk. 2015). Contohnya Cacing pita dengan manusia.
Cacing pita sebagai parasit dan manusia sebagai inang. Cacing pita dewasa hidup
dalam usus manusia kemudian hidup dengan mengambil nutrisi dari manusia. Benalu
dengan tanaman inang atau induk. Benalu hidup menempel pada tanamanan lain dan
akarnya masuk ke pembuluh angkut untuk menyerap air dan unsur hara dari tanaman
inang tersebut sehingga merugikan tanaman inangnya.
Simbiosis Komensalisme
Simbiosis komensalisme adalah simbiosis yang terjadi antara dua makhluk
hidup dimana salah satunya diuntungkan dan yang yang lain tidak diuntungkan tidak
dirugikan. Contohnya Ikan remora dan ikan hiu. Ikan remora akan mendapatkan sisa
makanan yang dikonsumsi oleh hiu dan hal tersebut sama sekali tidak merugikan ikan
hiu. Tanaman anggrek dan pohon tempat ia hidup. Anggrek bisa menempel dan
menumpang hidup di pohon mangga misalnya, namun anggrek mampu membuat
makanannya sendiri sehingga ia sama sekali tidak merugikan pohon.

Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Ekosistem adalah


hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Masing-masing
organisme dalam ekosistem saling mempengaruhi sehingga terjadi hubungan timbal
balik, keseimbangan, keselarasan dan keserasian alam di bumi ini. Ekosistem
menurut proses terbentuknya dibagi menjadi dua macam yaitu ekosistem alami dan
ekosistem buatan sedangkan komponennya sendiri dibagi menjadi komponen abiotik
dan biotik dan disetiap hubungan tersebut terjadi peristiwa makan dan dimakan
dengan urutan dan arah tertentu yang dinamakan rantai makanan dan dari peristiwa
itu juga terjadi yang namanya simbiosis, hubungan yang terjadi antara dua makhluk
hidup.
Daftar Pustaka

Burnie, D. 2005. BengkelIlmu: EKOLOGI. Erlangga, Jakarta.

Hartono. 2007. Jelajah Bumi dan Alam Semesta. CV CITRA PRAYA, Surabaya.

Saktiyono. 2006. IPA Biologi. Erlangga, Jakarta.

Ganjar. 1999. Pedoman pembinaan Pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup


di sekolah. Jakarta: J. Pendidikan Penabur. Vol 08,No 09:46-48.

Ibrahim, Wahib. 2012. Pengaruh faktor abiotik kimia tanah terhadap supressifitas
tanah. Jakarta: J. Pendidikan Penabur. Vol 01,No 03:4-7.

Campbell, N. A., Reece, J. B. , Meyers, N. , Urry, L. A. , Cain, M. L. , Wasserman, S.


A. dan Minorsky, P. V. 2015. Campbell Biology Australian and New Zealand
Edition. Pearson Australia Group pty Ltd, Australia.

Simamora, A. S., Delvian, D. Elfiati. 2015. Keanekaragaman fungi mikoriza


arbuskula pada hutan tri dharma universitas sumatera utara. J. Peronema Forestry
Science. 4 (4).

Singon, J. S., Suryono, R. Prijadi. 2017. One stop entertainment di kota Manado
(simbiosis mutualisme). J. Arsitektur DASENG. 131-138.

Anda mungkin juga menyukai