Anda di halaman 1dari 6

POTENSI BENCANA TANAH LONGSOR

DI KAB GOWA, PROVINSI SULAWESI SELATAN


Hatifa Hauleni Lewa
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, FIS-H,Universitas Negeri Makassar
hhlipho@gmail.com

Abstrak
Kabupaten Gowa adalah salah satu daerah dengan tingkat kerawanan tinggi
terhadap tanah longsor. Bertepatan dengan awal tahun baru 2021, sebuah tebing
bermaterial tanah di Desa Lonjoboko, Kecamatan Parangloe,Kabupaten Gowa
mengalami longsor yang sebelumnya juga terjadi fenomena tanah bergerak. Salah satu
penyebab tanah longsor biasanya disebabkan oleh intensitas curah hujan yang tinggi
serta struktur tanahnya. Penyebab tanah longsor diantaranya curah hujan yang tinggi,
struktur tanah, budaya manusia, vegetasi, serta ulah manusia sendiri.
Kata kunci: Tanah, longsor, Gowa, bencana.

PENDAHULUAN
Undang-undang nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulan Bencana
menyebutkan bahwa, Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mendefinisikan tanah
longsor sebagai salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun
percampuran keduanya, yang menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya
kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng. Sementara merujuk sumber lain,
pengertian tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa
batuan, bahan rombakan, tanah, ataupun campuran material-material tersebut, yang
bergerak ke bawah atau keluar lereng.
Salah satu faktor penyebab tanah longsor yaitu getaran. Getaran dapat
melemahkan atau memutuskan hubungan antar butir partikel-partikel penyusun tanah
atau batuan pada lereng. Getaran berperan dalam menambah gaya penggerak dan
sekaligus mengurangi gaya penahan. Getaran dapat berasal dari gempa bumi
(alamiah) maupun dari ledakan atau getaran lalu lintas (non alamiah).
Tanah longsor ini cukup berbahaya dan dapat mengakibatkan adanya korban
jiwa yang tidak sedikit. Bencana longsor menimbulkan banyak kerugian terutama
kemacetan lalu lintas bagi pengguna jalan daerah setempat maupun dari daerah lain
yang akan melewati jalan tersebut. Selain itu juga, bencana longsor dapat
menimbulkan dampak negatif jangka panjang seperti hilangnya lapisan tanah (top
soil) yang subur sehingga produktivitas tanah menurun.
Kabupaten Gowa berada pada 12° 38.16' Bujur Timur dari Jakarta dan 5 °33.6'
Bujur Timur dari Kutub Utara. Sedangkan letak wilayah administrasinya antara 12
°33.19' hingga 13 °15.17' Bujur Timur dan 5 °5' hingga 5 °34.7' Lintang Selatan dari
Jakarta.Luas wilayah Kabupaten Gowa adalah 1.883,33 km2 atau sama dengan 3,01%
dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. sebagian besar berupa dataran tinggi
berbukit-bukit, yaitu sekitar 72,26%Selebihnya 27,74% berupa dataran rendah dengan
topografi tanah yang datar. Dari total luas Kabupaten Gowa, 35,30% mempunyai
kemiringan tanah di atas 40 derajat, dilalui oleh 15 sungai besar dan kecil, diantaranya
sungai terbesar di Sulawesi Selatan adalah sungai Jeneberang dengan luas 881 Km2
dan panjang 90 Km.
Kabupaten Gowa termasuk wilayah yang memiliki beberapa daerah yang
berpotensi longsor dan cukup berbahaya. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
data dari Dinas Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Gowa yaitu
pernah terjadi bencana tanah longsor di Kecamatan Bungaya sebanyak 5
kejadian, Kecamatan Parangloe 2 kejadian, Kecamatan Tombolo Pao 4 kejadian,
Kecamatan Manuju 4 kejadian, Kecamatan Tompobulu 1 kejadian, Kecamatan
Parigi 3 kejadian, Kecamatan Tinggimoncong 7 kejadian, Kecamatan Biringbulu 5
kejadian dan Kecamatan Bontolempangan sebanyak 2 kejadian. Kecamatan yang
memiliki potensi bencana longsor cukup tinggi adalah di Kecamatan Tinggimoncong
dilihat dari banyaknya jumlah kejadian. Setiap tahun terjadi longsor ketika musim
hujan tiba, khususnya pada bulan desember dengan curah hujan yang cukup
tinggi, tetapi beberapa wilayah 4 juga sering terjadi longsor. Menurut data dari
BPBD Kabupaten Gowa tahun 2019, Kecamatan Bungaya, Kecamatan Parangloe,
Kecamatan Tombolo Pao, Kecamatan Manuju, Kecamatan Tompobulu, Kecamatan
Parigi, Kecamatan Biringbulu dan Kecamatan Bontolempangan merupakan 9
kecamatan di Kabupaten Gowa yang sering mengalami bencana tanah longsor.
Kejadian tersebut menyebabkan beberapa rumah warga mengalami kerusakan
dan kerugian materi (Data Rekapitulasi Bencana BPBD Kabupaten Gowa, 2018).

PEMBAHASAN
Longsor adalah salah satu bencana alam yang disebabkan oleh perpindahan
massa tanah/batuan yang mengakibatkan kerusakan tata lingkungan hidup dan
penderitaan manusia. Gerakan tanah atau longsor disebabkan oleh adanya
perpindahan masa tanah dari bagian atas lereng ke bawah sepanjang lereng. Definisi
lain menyebutkan bahwa tanah longsor adalah perpindahan bahan pembentuk lereng
(tanah, batuan, bahan timbunan atau campuran diantaranya) bergerak ke bawah dan
keluar lereng. Tanah pelapukan yang berada diatas batuan kedap air pada perbukitan
dengan kemiringan sedang hingga terjal, jika turun hujan dengan waktu yang cukup
lama berpotensi untuk terjadinya tanah longsor. Potensi gerakan tanah
menggambarkan kecenderungan suatu lereng alam untuk terjadi gerakan tanah. Jenis
gerakan tanah secara umum yang terjadi di daerah bencana Kabupaten Gowa berupa
jatuhan batu (rock fall) dan longsoran bahan rombakan atau bahan campuran, serta
aliran bahan rombakan/campuran.
Secara umum faktor-faktor utama penyebab terjadinya gerakan tanah di daerah
ini antara lain : Tanah pelapukan yang tebal dan gembur, litologi berupa tufa,
bongkahan lava dan breksi, berada di atas lapisan lava dan breksi yang kedap air,
sehingga air terakumulasi di bagian atas dan menyebabkan terjadinya gerakan tanah.
Kemiringan lereng yang sangat terjal (> 55°) pada lereng bagian atas menyebabkan
tanah/batuan mudah bergerak, pada lokasi terjadi longsor kemiringan lereng
umumnya >70°. Kemungkinan adanya pengaruh sesar/ patahan lokal utaraselatan dan
baratlaut-tenggara. Hal-hal tersebut kemudian dipicu oleh curah hujan yang ekstrim
sebelum terjadinya bencana gerakan tanah tersebut. Mekanisme gerakan tanah di
lokasi ini terjadi akibat berkurangnya nilai kestablian lereng karena penjenuhan air,
penambahan bobot massa tanah, dan pelunakan disebabkan adanya akumulasi air
akibat Curah hujan yang tinggi dan extrim. Akibat kemiringan lereng yang sangat
terjal (>70o ), adanya bidang lemah akibat patahan, serta kontak antara tanah
pelapukan dengan lapisan yang lebih kedap air (breksi dan lava), mengakibatkan
tanah/batuan menjadi semakin mudah untuk bergerak, yang tipenya berupa runtuhan
batu, longsoran bahan rombakan/campuran dan aliran bahan rombakan/campuran.
Tataguna lahan pada punggungan bagian atas berupa ladang, kebun dan
persawahan, lereng bagian atas berupa hutan, ladang campuran dan bagian tengah
berupa pemukiman dan jalan sedangkan pada lereng bagian bawah berupa
persawahan. Kondisi keairan permukaan dilokasi gerakan tanah sangat melimpah
terutama pada musim hujan. Pada lereng bagian atas terdapat potensi keairan karena
banyak kebun dan persawahan, yang kemungkinan pembuangan air melalui alur liar
yang mengair ke lereng bawah.
Sejumlah bencana ataupun fenomena yang disebabkan tanah longsor/gerakan
tanah di kabupaten Gowa sudah sering terjadi bahkan tiap tahun. Bertepatan dengan
awal tahun baru 2021, sebuah tebing bermaterial tanah di Desa Lonjoboko,
Kecamatan Parangloe,Kabupaten Gowa mengalami longsor yang sebelumnya juga
terjadi fenomena tanah bergerak Gerakan tanah terjadi pada hari Selasa, tanggal 22
Januari 2019 di Kecamatan Tinggimoncong, Kecamatan Manuju, dan Kecamatan
Bungaya, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Jumlah titik longsor hasil
survey tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) ditemukan 59
lokasi, 14 titik di Kecamatan Tinggimoncong, 6 titik di Kecamatan Manuju, 39 titik di
Kecamatan Bungaya. Jalan Poros Gowa – Malino terdapat 13 titik longsor berada di
wilayah Kecamatan Parangloe dan 1 titik longsor berada di wilayah Kecamatan
Tinggimoncong. Di lokasi Jalan Colleng, Keluarahan Malino, Kecamatan
Tinggimoncong, secara geografi terletak pada koordinat 5° 15’ 6” LS dan 119° 51’
26” BT, Korban 2 orang meninggal dan 5 rumah rusak berat/hancur (BPBD
Kabupaten Gowa, 30/1/2019). Di Desa Patalikang, Kecamatan Manuju terdapat 6 titik
longsor, yang terparah terjadi di Dusun Pattiro, Desa Pattalikang, Kecamatan Manuju;
Desa Mangempang dan Desa Bonomanai, Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa,
Provinsi Sulawesi Selatan Secara geografi terletak pada koordinat 5° 19’ 30” LS dan
119° 38’ 48” BT, Korban (BPBD Kabupaten Gowa, 30/1/2019) 20 orang meninggal
dunia. Di Desa Mangempang, Kecamatan Bungaya ditemukan 24 titik longsor, di
Kampung Beru, Desa Mangempang 4 orang meninggal dunia dan 1 orang hilang. Di
Desa Bontomanai, Kecamatan Bungaya terdapat 12 titik longsor, di Dusun Tanetea,
Desa Bontomanai 2 orang meninggal dunia. Di Desa Sapaya, Kecamatan Bungaya
terdapat 3 titik longsor, di Dusun Ciniayo, Desa Sapaya, Desa Bonomanai (Pasar
Sapaya), Kecamatan Bungaya, Koordinat 5° 21’ 40” LS dan 119° 43’ 46” BT, Korban
27 orang meninggal (BPBD Kabupaten Gowa, 30/1/2019). Di Dusun Nyulu, Desa
Sapaya, berdasarkan informasi masyarakat setempat, 9 orang meninggal dunia, 4
orang hilang.
Dalam pengurangan resiko bencana diharapkan pemerintah Kabupaten Gowa
melakukan sosialisasi manajemen kebencanaan, mitigasi bencana, pengendalian
pemanfaatan ruang secara tertib dan tepat. Perlu peningkatan partisipasi/peran
masyarakat dalam pemanfaatan dan pengendalian tata ruang khususnya dalam
pemanfaatan daerah rawan bencana longsor menjadi lahan pertanian yang
berkelanjutan
DAFTAR PUSTAKA

Malik, D. P., & Ayusari, A. (2021). PENENTUAN NILAI INDEKS


KERENTANAN SEISMIK DAERAH RAWAN LONGSOR METODE
MIKROTREMOR DI KECAMATAN TOMBOLOPAO KABUPATENGOWA. Tolis
Ilmiah: Jurnal Penelitian, 3(1).
Tahir, H. (2019). Analisis Potensi Bahaya Tanah Longsor dan Upaya Mitigasi
Bencananya di Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa (Doctoral dissertation,
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).
Kadarsetia, E., Heriwaseso, A., & Suryadana, K. M. Bencana Gerakan Tanah,
Januari 2019, di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. PROCEEDING BOOK
VOL. 4, 140.
Tirto.id (2021, September 13). Apa itu Tanah Longsor: Pengertian, Jenis-jenis,
& Proses Terjadinya. Diakses pada 2 Desember 2021, dari https://tirto.id/apa-itu-
tanah-longsor-pengertian-jenis-jenis-proses-terjadinya-gaF3
theworldnews.net ( 2021, Januari 01). Awal Tahun Baru 2021, Longsor Tutupi
Poros Jalan Malino Gowa. Diakses pada 2 Desember 2021, dari
https://theworldnews.net/id-news/awal-tahun-baru-2021-longsor-tutupi-poros-jalan-
malino-gowa

Anda mungkin juga menyukai