Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TEKNOLOGI PENGENDALIAN GULMA

“PENGENDALIAN GULMA SECARA KIMIAWI”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

AYNI 17.40201051

NUR ZAFIKAH 17.40201053

MUHAMMAD WAHYUDI 17.40201061

SYAHRUL RAMADANI 17.40201055

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Tarakan, 21 Mei 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER..................................................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................

A. LATAR BELAKANG...............................................................................

B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................

C. TUJUAN....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................

A. PENGENDALIAN GULMA SECARA KIMAWI................................

B. HERBISIDA..............................................................................................

C. MEKANISME KERJA HERBISISDA...................................................

D. DAMPAK PENGGUNAAN HERBISIDA TERHADAP


LINGKUNGAN.........................................................................................

E. PENANGGULANGAN PENCEMARAN AKIBAT


PENGENDALIAN GULMA SECARA KIMIAWI...............................

BAB III PENUTUP...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada umumnya dipandang dari manfaat yang di dapat, tumbuhan dibagi
menjadi dua yaitu tumbuhan yang menguntungkan dan dibudidayakan dan
tumbuhan yang merugikan. Tumbuhan yang menguntungkan disebut tanaman
yaitu tumbuhan yang dibuudidayakan oleh manusia atau sengaja untuk ditanam
karena memiliki nilai ekonomi yang menjanjikan. Sedangkan tumbuhan yang
merugikan adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki keberadaannya dalam
kegiatan budidaya atau ilmu pertanian, karena dapat merugikan dalam
menurunkan hasil produksi yang bisa dicapai oleh tanaman budidaya disebut
gulma.
Kehadiran gulma sebagai organisme pengganggu tanaman (OPT) pada lahan
pertaniandapat mengakibatkan terjadinya kompetisi atau persaingan dengan
tanaman pokok (tanaman budidaya) dalam hal penyerapan unsur-unsur hara,
penangkapan cahaya,penerapan air dan ruang lingkup, mengotori kualitas
produksi pertanian, misalnya pengotoran benih biji-biji gulma, dapat
mengeluarkan xat atau cairan yang bersifat toksin atau racun serta sebagai tempat
atau inang bagi hewan-hewan kecil, insekta dan hama, sehingga memungkinkan
hewan-hewan tersebut dapat berkembang biak dengan baik, mengganggu
kesehatan manusia, menaikkan biaya-biaya usaha pertanian dan menurunkan
produktivitas.
Gulma merupakan tanaman yang tidak dikehendaki pertumbuhannya oleh
petani. Tanaman ini dirasa sangat merugikan jika sudah tumbuh diareal lapang
produksi sehingga keberadaannya harus dihilangkan. Sebuah usaha untuk
menghilangkan gulma disebut dengan pengendalian gulma. Pengendalian gulma
dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Pada hakikatnya masyarakat petani telah dimanjakan dengan keberadaan
pestisida yang menjadi solusi cepat untuk mengendalikan keberadaan gulma,
karena efek negatif akan mengakibatkan kerugian sehingga dalam penggunaan

4
pestisida harus dilakukan dengan bijak, legal dan tepat. Pestisida ini memiliki cara
kerja yang berbeda-beda sehingga sebagai seorang petani harus paham mengenai
sifat kerja dari pestisida sistemik dan non sistemik.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana cara pengendalian gulma kimiawi ?
2. Apa yang dimaksud dengan herbisida ?
3. Bagaimana mekanisme kerja herbisida ?

C. Tujuan penulisan
1. Agar dapat mengetahui bagaimana pengendalian gulma secara kimiawi
2. Untuk mengetahui apa itu herbisisa, dan
3. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme kerja herbisida.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengendalian Gulma Secara Kimiawi
Pengendalian gulma merupakan upaya untuk menekan pertumbuhan dari
suatu gulma agar tidak merugikan secara ekonomi dalam budidaya tanaman
pertanian. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara penggunaan pestisida yang
telah beredar dilingkungan masyarakat. Masyarakat sangat familiar sekali dengan
adanya penggunaan pestisida untuk mengendalikan berbagai gulma. Untuk itu
petani harus selektif dalam memilih pestisida yang tepat dan dapat digunakan
untuk mengendalikan gulma. Gulma memang cukup sulit untuk dikendalikan.
Karena kebanyakan dari gulma memiliki kemampuan berkembang biak dengan
cepat. Pengendalian gulma dilakukan secara mekanis sudah pasti tentunya banyak
membutuhkan waktu dan tenaga.
Menurut Sukman (2002) bahan kimia atau obat-obatan yang dipergunakan
sebagai pengendali gulma dikenal dengan nama herbisida. Sehingga menurutnya
herbisida berarti suatu senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan
gulma tanpa mengganggu tanaman pokok. Pengendalian gulma secara kimiawi
merupakan mengenakan bahan-bahan kimia baik berupa cairan maupun padatan
kepada bagian-bagian tanaman, bahan-bahan atau obat-obatan tersebut
disemprotkan dengan merang sebagi alat tradisional atau dengan alat penyemprot
(sprayer) dan alat pedebu (duster) (Hermawan dkk. 2010).

B. Herbisida
Herbisida merupakan suatui bahan atau senyawa kimia yang digunakan untuk
menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan.herbisida bersifat racun
bagi gulma atau tumbuhan pengganggu juga terhadap tanaman., pemberantasan
gulma terjadi karena herbisida mengubah pengaruh bahan kimia di dalam jaringan
gulma (Riadi 2011).
Herbisida rundup merupakan herbisida yang memiliki bahan aktif glifosat
yang memiliki sifat flammabilitas tidak mudah terbakar dan tidak mudah
meledak. Herbisida ini biasanya digunakan untuk mengendalikan gulma berdaun

6
lebar dan berdaun sempit. Rundup merupakan herbisida yang bersifat sistemik
yang dapat diserap dan ditranslokasikan ke jaringan gulma sehingga akan lebih
lam membasmi gulma. Sedangkan herbisida gramaxone merupakan herbisida
yang memiliki bahan aktif paraquant, setelah mengalami penetrasi ke dalam daun
dan bagian lain yang hijau bila terkena sinar matahari akan bereaksi membentuk
H2O2 yang dapat merusak membran sel dan seluruh organ tanaman sehingga
tampak gejala seperti terbakar (Johnny 2006).
Adapun keuntungan dan kerugian yang diberikan oleh herbisida adalah
sebagai berikut (Sukman 2002)
1. Dapat mengendalikan gulma sebelum mengganggu
2. Dapat mengendalikan gulma di larikan tanaman
3. Dapat mencegah kerusakan perakaran tanaman
4. Lebih efektif membunuh gulma tahunan dan semak belukar
5. Dalam dosis rendah dapat sebagai hormon tumbuh
6. Dapat menaikkan hasil panen tanaman dibandingkan dengan perlakuan
penyiangan biasa.
Disamping herbisida dapat memberikan kelebihan dan keuntungan, herbisida
juga mempunyai kekurangan-kekurangan yang dapat merugikan. Kerugian itu
antara lain adalah herbisida dapat menimbulkan:
a) efek samping,
b) spesies gulma yang resisten,
c) polusi, dan
d) residu dapat meracuni tanaman, pada pola pergiliran tanaman.

Herbisida rundup akan lebih lama memberikan reaksi kepada gulma


dibandingkan dengan herbisida gramaxone. Karena pada herbisida rundup bersifat
sistemik, dimana dalam pemngaplikasiannya harus tertranslikasikan ke seluruh
bagian gulma setelah itu baru gulma akan mati. Pada penggunaan herbisida ini
maka seluruh bagian tanaman akan mati sampaai keperakarannya. Sedangkan
pada herbisida gramaxone memberikan pengaruh yang sangat cepat karena
herbisida ini bersifat kontak dengan bantuan sinar matahari maka senyawa kimia

7
pada herbisida akan mudah bereaksi membentuk hydrogen peroksida yang
nantinya akan terbentuk gejala terbakar. Gejala ini hanya terbentuk pada bagian
gulma yang terkena dengan herbisida saja sedangkan bagian yang tidak terkena
dengan herbisida akan tetap baik-baik saja. Namun kelemahab dari herbisida ini
tidak dapat memberantas jaringan gulma secara keseluruhan sehingga
kemungkinan dikemudian hari gulma dapat hidup kembali (Johnny 2006).
Penggunaan herbisida sejauh ini menimbulkan dampak positif berupa
pengendalian dan peningkatan produksi pertanian dan perkebunan. Namun tanpa
disadari penggunaan herbisida secara terus-menerus selam 30 tahun terakhir juga
akn menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Terjadinya keracunan pada
organisme nontarget, polusi sumber-sumber air dan kerusakan tanah, juga
keracunan akibat residu herbisida pada produk pertanian dan akan berdampak
buruk bahkan berbahaya bagi setiap konsumen yang menginginkan (Riadi 2011).
Menurut gulma yang dikendalikan, herbisida dapat dikelompokkan menjadi
tiga macam.
1). Herbisida untuk golongan rumput
Herbisida golongan ini hanya efektif digunakan untuk jenis-jenis gulma
yang termasuk dalam golongan rumput. Contoh herbisida Dalapon, Diuron
2). Herbisida untuk golongan teki
Herbisida untuk golongan teki adalah herbisida yang hanya efektif bila
digunakan untuk mengendalikan gulma yang termasuk teki-tekian yaitu
yang termasuk famili Cyperaceae. Contoh herbisida Atrazin, Nitrofen.
3). Herbisida untuk golongan berdaun lebar
Herbisida ini hanya efektif bila digunakan untuk mengendalikan gulma
golongan berdaun lebar. Gulma berdaun lebar umumnya termasuk golongan
tumbuhan dikotil. Contoh herbisida Pikloram, Dicamba.

C. Mekanisme Kerja Herbisida


1). Herbisida kontak
Herbisida kontak adalah herbisida yang cara kerjanya merusak,
mematikan jaringan gulma yang kontak langsung dengan herbisida.

8
Biasanya gulma-gulma yang mempunyai bagian-bagian vegetatif di
dalam tanah mempunyai sifat resisten terhadap herbisida kontak ini.
Gulma berdaun lebar yang mempunyai tunas-tunas pada ujung cabang
mempunyai sifat yang lebih peka terhadap jenis herbisida ini. Contoh
herbisida ini adalah Paraquat, Pentaklorofenol, Asam Sulfat.
Herbisida jenis ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika digunakan
untuk memberantas gulma yang masih hijau, serta gulma yang masih
memiliki sistem perakaran tidak meluas.Di dalam jarinngan tumbuhan,
bahan aktif herbisida kontak hampir tidak ada yang ditranslokasikan.
Jika ada, bahan tersebut ditranslokasikan melalui phloem. Karena hanya
mematikan bagian gulma yang terkena, pertumbuhan gulma dapat terjadi
sangat cepat. Dengan demikian, rotasi pengendalian menjadi singkat.
Herbisida kontak memerlukan dosis dan air pelarut yang lebih besar agar
bahan aktifnya merata ke seluruh permukaan gulma dan diperoleh efek
pengendalian aktifnya yang lebih baik.Herbisida kontak juga yang
bekerja dengan cara menghasilkan radikal hidrogen peroksida yang
memecahkan membran sel dan merusak seluruh konfigurasi sel.
Herbisida kontak hanya mematikan bagian tanaman hidup yang terkena
larutan, jadi bagian tanaman dibawah tanah seperti akar atau akar
rimpang tidak terpengaruhi, dan bagian tanaman didapat kembali dan
roses kerja pada herbisida ini pun sangat cepat.
Herbisida ini hanya mampu membasmi gulma yang terkena
semprotan saja, terutama bagian yang berhijau daun dan aktif
berfotosintesis. Keistimewaannya, dapat membasmi gulma secara cepat,
2-3 jam setelah disemprot gulma sudah layu dan 2-3 hari kemudian mati.
Sehingga bermanfaat jika waktu penanaman harus segera dilakukan.
Kelemahannya, gulma akan tumbuh kembali secara cepat sekitar 2
minggu kemudian dan bila herbisida ini tidak menyentuh akar maka
proses kerjanya tidak berpengaruh pada gulma. Contoh herbisida kontak
adalah paraquat.Ada jenis-jenis herbisida kontak berdasarkan bentuk,
waktu penggunaan, dan jenis tanaman yang baik untuk dikendalikan

9
gulmanya yaitu salah satunya adalah herbisida purna tumbuh yang
bersifat kontak, berbentuk larutan dalam air berwarna hijau tua, untuk
mengendalikan gulma pada pertanaman kelapa sawit (TM) dan jagung
(TOT). Contoh-contoh herbisida kontak pada umumnya yang digunakan
adalah: Gramoxon, Herbatop dan Paracol
2). Herbisida sistemik
Herbisida sistemik adalah herbisida yang cara kerjanya harus dapat
memasuki tubuh gulma dan bergerak melalui berkas pembuluh, serta
tidak boleh merusak berkas pembuluh sebelum herbisida sampai pada
seluruh bagian tubuh gulma termasuk tunas-tunas baru. Contoh herbisida
sistemik adalah amitrol, triazin.
Cara kerja herbisida ini membutuhkan waktu 1-2 hari untuk
membunuh tanaman pengganggu tanaman budidaya (gulma) karena
tidak langsung mematikan jaringan tanaman yang terkena, namun
bekerja dengan cara menganggu proses fisiologi jaringan tersebut lalu
dialirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan mematikan jaringan
sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai ke
perakarannya.Keistimewaan dari herbisida sistemik ini yaitu dapat
mematikan tunas - tunas yang ada dalam tanah, sehingga menghambat
pertumbuhan gulma tersebut. Efek terjadinya hampir sama merata ke
seluruh bagian gulma, mulai dari bagian daun sampai perakaran. Dengan
demikian, proses pertumbuhan kembali juga terjadi sangat lambat
sehingga rotasi pengendalian dapat lebih lama (panjang).
Penggunaan herbisida sistemik ini secara keseluruhan dapat
menghemat waktu, tenaga kerja, dan biaya aplikasi. Herbisida sistemik
dapat digunakan pada semua jenis alat semprot, termasuk sistem ULV
(Micron Herbi), karena penyebaran bahan aktif ke seluruh gulma
memerlukan sedikit pelarut.Beberapa faktor yang mempengaruhi
efektivitas herbisida sistemik, yaitu: 1) Keadaan gulma dalam masa
tumbuh aktif. 2) Cuaca yang cerah serta tidak berangin pada saat
penyemprotan. 3) Tidak melakukan penyemprotan pada saat menjelang

10
hujan. 4) Areal  yang akan disemprot dikeringkan terlebih dahulu. 5)
Gunakan air bersih sebagai bahan pelarut.
D. Dampak Penggunaan Herbisida Terhadap Lingkungan
Herbisida sudah mulai digunakan di seluruh dunia sejak tahun 1960-an.
Penggunaan herbisida sejauh ini memberikan dampak positif berupa
pengendalian gulma dan peningkatan produksi pertanian dan perkebunan.
Namun tanpa disadari penggunaan herbisida secara erus menerus selama 30
tahun terakhir ini berakibat negatif bagi lingkungan. Terjadinya keracunan
pada organisme non target, polusi sumber-sumber air dan kerusakan tanah,
juga keracunan akibat residu herbisida pada produk pertanian dan akan
berpengaruh terhadap manusia dan makhluk lainnya dalam bentuk makanan
dan minuman yang tercemar, kasus-kasus tersebut merupakan dampak negatif
yang ditimbulkan dari penggunaan herbisida sebagai upaya pengendalian
gulma secara kimiawi.
Penggunaan herbisida pada dasarnya untuk mengendalikan gulma yang
tumbuh dipermukaan tanah, akan tetapi dalam aplikasinya dapat mengalami
beberapa proses salah satunya terabsorpsi oleh partikel tanah. Hal ini
menyebabkan herbisida tersebut tidak optimal dalam mengendalikan gulma,
jika herbisida paraquat tersebut terakumulasi dalam tanah dalam jumlah yang
besar dapat mencemari lingkungan.Absorpsi herbisida di dalam tanah di
pengaruhi oleh sifat tanah seperti jenis tanah, kandungan bahan organic, suhu,
kelembaban, pH tanah serta macam kandungan mineral liat tanah.
Keberadaan herbisida di dalam tanah dapat di deteksi dengan
menggunakan metode Batch. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
semakin besar konsentrasi herbisida paraquat yang diberikan, absorpsi
herbisida pada tanah Dystrudept, Dystrandept dan Psamment juga semakin
meningkat dan adsorpsi herbisida paraquat cendrung meningkat seiring
dengan menurunnya pH tanah. Aplikasi herbisida pada suatu tanah bila
melebihi kemampuan adsorpsi maksimum dapat mencemari lingkungan

11
E. Penanggulangan Pencemaran Akibat Pengendalian Gulma Secara
Kimiawi

Pencemaran dari residu zat kimia yang digunakan untuk mengendalikan


gulma sangat membahayakan bagi lingkungan dan kesehatan, sehingga perlu
adanya pengendalian dan pembatasan dari penggunaan bahan kimia tersebut
serta mengurangi pencemaran yang diakibatkan oleh residu herbisida.
Kebijakan global pembatasan penggunaan herbisida sebagai cara bahan yang
digunakan untuk pengendalian gulma yang mengarah pada pemasyarakatan
teknologi bersih (clean technology) yaitu pembatasan penggunaan herbisida
kimiawi untuk penanganan produk-produk pertanian.
Dalam hal ini berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi dampak
negatif herbisida dan mencegah pencemaran lebih berlanjut lagi. Peraturan
dan cara-cara penggunaan herbisida dan pengarahan kepada para pengguna
perlu dilakukan, karena banyak dari pada pengguna yang tidak mengetahui
bahaya dan dampak negatif herbisida terutama bila digunakan pada
konsentrasi yang tinggi, waktu penggunaan dan jenis herbisida yang
digunakan. Kesalahan dalam pemakaian dan penggunaan herbisida akan
menyebabkan pembuangan residu herbisida yang tinggi pada lingkungan
pertanian sehingga akan menganggu keseimbangan lingkungan dan mungkin
organisme yang akan dikendalikan menjadi resisten dan bertambah jumlah
populasinya. Untuk melindungi keselamatan manusia dan sumber-sumber
kekayaan alam khususnya kekayaan alam hayati, dan supaya pestisida dapat
digunakan efektif, maka peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida
(insektisida, fumisida, herbisida, dll) diatur dengan Peraturan Pemerintah No.
7 Tahun 1973.
Disamping itu dengan sernakin meningkatnya kesadaran masyarakat
akan pentingnya kelestarian lingkungan, maka semakin rneningkat pula
tuntutan masyarakat akan proses usaha tani yang ramah lingkungan dan
produk pertanian yang lebih aman. Salah satu alternatif usaha pemberantasan
gulma pertanian dan perkebunan adalah menggunakan bioherbisida.

12
Bioherbisida adalah suatu jenis herbisida yang bahan aktifnya dapat berupa
hasil metabolisme jasad renik atau jasad renik itu sendiri. Serangga yang
merupakan musuh alami dari tumbuhan pengganggu dapat juga dikategorikan
sebagai bioherbisida. Bioherbisida belum banyak digunakan dalam usaha
pertanian maupun perkebunan, tetapi sudah banyak penelitian yang dilakukan
mengenai prospek penggunaan bioherbisida.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengendalian gulma merupakan upaya untuk menekan pertumbuhan gulma.
Pengendalian gulma secara kimiawi dapat dilakukan dengan herbisida rundup dan
herbisida gramoxone. Herbisida rundup berbahan aktif berbahan aktif glifosat
memiliki sifat sistemik dan daya berantas lebih lama namun dapat mematikan
jaringan pada tubuh gulmanya. Herbisida gramoxone memiliki bahan aktif
paraquat dengan sifat kontak non selektif ketika bereaksi dengan sinar matahari
maka akan menimbulkan gejala terbakar sehingga lebih cepat membasmi gulma,
tetapi tidak mematikan gulma sampai jaringan tanaman secara keseluruhan. Dan
penggunaannya herbisida secara terus-menerus juga akan menimbulkan dampak
positif dan dampak negatif bagi lingkungan dan juga pada tanaman.
Menurut gulma yang dikendalikan herbisida dikelompokkan menjadi 3 yaitu
herbisida untuk golongan rumput contohnya herbisida Dalapon, Diuron,
sedangkan herbisida untuk golongan teki-tekian contohnya herbisida Atrazin,
Nitrofen. Dan herbisida untuk golongan berdaun lebar contohnya yaitu herbisida
Pikloram, Dicamba. Mekanisme kerja herbisida pun ada 2 yaitu secara kontak dan
sistemik.

14
DAFTAR PUSTAKA
Johny, Martin. 2006. Dasar-dasar Mata Kuliah Gulma di Jurusan Biologi.
Universitas Udayana. Bali.
Sukman, Y dan Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada. 160 hal.
Riadi, Muh. 2011. Herbisida dan aplikasinya. Universitas hasanudin. Makasar

http://eone87.wordpress.com/2008/11/13/gulma-tanaman/(diakses pada 11 mei


2019)

15

Anda mungkin juga menyukai