LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Genetika
Dosen Pengampu
Dr. H. Riandi, M.Si.
Drs. Suhara, M.Pd.
Dr. Hj. Sariwulan Diana, M.Si.
Dr. Hj. Diah Kusumawaty, M.Si.
Disusun oleh
Kelompok 3
Pendidikan Biologi B 2019 dan MKBM
Anisa Septia Gestina (1900102)
Dina Nur Permatasari (1900508)
Ghina Mufidah (1900545)
Nurul Aeni (1901662)
Muhammad Syawal (1922211008)
Muliyati (200108500010)
PENDAHULUAN
A. Dasar Teori
Banyak sifat yang dikendalikan oleh lebih dari satu gen dalam lokus yang berbeda
dalam kromosom yang sama atau bahkan dalam kromosom yang berlainan, fenomena ini
dinamakan poligen atau gen majemuk. Poligen merupakan suatu seri gen ganda yang
menentukan sifat secara kuantitatif. Dalam hal ini, pewarisan sifat dikendalikan oleh
lebih dari satu gen pada lokus yang berbeda dalam kromosom yang sama atau berlainan
(Suryo, 2005). Pendapat lain menurut Hapsari, 2016 menyatakan bahwa poligen
merupakan salah satu seri gen ganda yang menentukan pewarisan secara kuantitatif.
Dalam realitanya, kelas fenotip masih sulit dibedakan karena sering kali masih
diketahui adanya beberapa variasi di dalam suatu kelas fenotip. Misalnya adanya gradasi,
kulit hitam pada orang ada yang hitam sekali, hitam biasa, sawo matang. Tubuh orang
ada yang tinggi sekali, tinggi dan sedang. Penyelidikan mengatakan bahwa timbulnya
berbagai variasi di dalam suatu kelas fenotip itu disebabkan karena pengaruh gen-gen
ganda (Poligen atau multipel gen) (Suryo, 2005).
Sidik jari orang merupakan contoh untuk mengetahui peranan poligen. Sidik jari
(fingerprint) merupakan guratan epidermis (epidermal ridges) yang terdapat di distal
phalanx manus dan distal phalanx pedis. Karakteristik sidik jari merupakan gabungan
dari pola bukit (ridge) dan lembah (valley). DNA memberikan arah dalam pembentukan
kulit pada janin, namun pembentukan sidik jari pada kulit itu sendiri merupakan suatu
kejadian acak (random). Inilah yang menjadi alasan mengapa setiap jari seseorang
memiliki sidik jari yang berbeda dengan orang lain, bahkan pada kembar identik (Putra,
2009). Pola sidik jari terbentuk sebelum lahir dan terjadi ketika masih di dalam rahim.
Untuk setiap manusia, identitas (dermatoglifi) yang terbentuk di bawah lapisan kulit atau
dermal papillae, pola dasarnya tidak berubah, selama lapisan papila masih berada di kulit,
sidik jari akan selalu ada (Soekarto, 1978).
Berdasarkan sistem Galton, dapat dibedakan 3 pola dasar dari bentuk sidik jari,
yaitu bentuk lengkung atau arch, bentuk sosok atau loop dan bentuk lingkaran atau whorl.
Jumlah rigi dari sidik jari seseorang akan tetap pada kira-kira Minggu ke dua belas
setelah konsepsi dan tidak akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Yatim, 1996).
Sebuah sidik jari dapat dipandang dari beberapa tingkat yang berbeda, yaitu
tingkat global, tingkat lokal dan tingkat sangat baik. Pada tingkat global, sidik jari
dipandang secara menyeluruh. Pada tingkat ini dapat ditemukan titik singular yang
disebut titik inti (core point) dan titik delta (delta point). Pada tingkat global, titik singular
cocok untuk mengklasifikasikan tipe sidik jari, namun tidak cukup untuk pencocokan
sidik jari. (Burhanuddin, 2017).
Pada tingkat lokal, sidik jari dipandang lebih detail. Pada tingkat ini dapat
ditemukan detail minusi atau titik minusi. Titik minusi merupakan titik-titik informasi
yang dapat mencirikan suatu sidik jari. Beberapa bagian pada sidik jari yang dapat
dijadikan sebagai titik minusi antara lain: akhir bukit (ridge termination), percabangan
(bifurcation), pulau (island), danau (lake), taji (spur), dan persilangan (crossover)
(Burhanuddin, 2017).
Gambar 2. Tipe Titik Minusi
(Sumber : Burhanuddin, 2017)
Berdasarkan beberapa titik minusi di atas, titik percabangan dan titik akhir bukit
merupakan titik yang paling banyak digunakan dalam proses pengenalan sidik jari. Pada
tingkat sangat baik, sidik jari dipandang sangat detail. Pada tingkat ini dapat ditentukan
pori-pori pada sidik jari. Posisi dan bentuk dari pori-pori dapat digunakan untuk
mengidentifikasikan seseorang. Untuk mendapatkan informasi ini diperlukan sebuah citra
sidik jari yang baik dengan resolusi yang tinggi (Burhanuddin, 2017).
No Genotip Fenotip
1 BBGG Coklat
2 BbGG Coklat
3 BBGg Coklat
4 BbGg Coklat
5 BBgg Coklat
6 Bbgg Coklat
7 bbGG Hijau
8 bbGg Hijau
9 bbgg Biru
Dengan kombinasi seperti ini, masih ada kemungkinan kedua orang tua dengan
mata coklat memiliki keturunan biologis dengan iris hijau atau biru. Namun tidak
sebaliknya. Dua orang tua dengan mata biru tidak mungkin memiliki keturunan biologis
dengan mata coklat. Tampaknya ini yang menyebabkan frekuensi warna iris biru menjadi
dominan di kalangan orang Kaukasia. Namun konsep ini tidak menjelaskan warna mata
di luar tiga macam ini (misalnya merah pada albino, kelabu, dan hazel) serta tidak
menjelaskan gradasi coklat pada iris (dari coklat muda, amber, sampai coklat tua).
Adapun untuk memperkirakan apa jenis genotip pada seseorang, dapat ditelusuri
dari pola warna mata dalam keluarganya (orang tua dan saudara-saudara yang
berhubungan darah). Sebagai contoh, orang dengan fenotip warna mata coklat, yang
memiliki orang tua warna mata hijau (bbG_) dan coklat (B_G_), kemungkinannya
memiliki genotip BbG_ (Docshop, 2017).
B. Tujuan
1) Untuk mengetahui pola sulur atau tipe sidik jari pada anggota kelompok dan
populasi mahasiswa kelas B dan MBKM 2019
2) Untuk mengetahui jumlah rigi jari pada anggota kelompok dan populasi
mahasiswa kelas B dan MBKM 2019
3) Untuk mengetahui warna iris mata pada anggota kelompok dan populasi
mahasiswa kelas B dan MBKM 2019
4) Untuk menguji perbandingan pola sulur atau tipe sidik jari pada anggota
kelompok dan populasi mahasiswa kelas B dan MBKM 2019
5) Untuk menguji perbandingan jumlah rigi jari pada anggota kelompok dan
populasi mahasiswa kelas B dan MBKM 2019
Tabel 2. Alat dan Bahan yang digunakan untuk pengamatan Polygen (Sidik Jari)
2. Kertas Tulis 1
3. Kaca Pembesar 1
4. Jari Tangan 10
B. Cara Kerja
Ghina Mufidah - 8 2
Nurul Aeni - 5 5
Muhammad Syawal 1 5 4
Jumlah 2 31 17
Total 50
Jumlah 502
Rata-rata 125,5
X2 Hitung 0,00787
Tabel 9. Perhitungan Chi Square Tipe Sidik Jari Populasi Mahasiswa Kelas B dan MBKM
Kelas O E D = O−E D = |O−E|− X2 = (|O−E|− 0,5)2 / E
0,5
Tabel 10. Jumlah Rigi Jari Populasi Mahasiswa Kelas B dan MBKM
No. Kelompok Jumlah Rigi Jari
Kelompok 3 0 0 502 4
Kelompok 6 0 0 928 6
Kelompok 7 0 0 644 4
Kelompok 8 0 0 719 6
Kelompok 9 0 0 747 5
Tabel 11. Perhitungan Chi Square Rigi Jari Populasi Mahasiswa Kelas B dan MBKM
Kelas O E D = O−E D = |O−E|− 0,5 X2 = (|O−E|− 0,5)2 / E
X2 Hitung 0,7452
Tabel 12. Warna Iris Mata Populasi Mahasiswa Kelas B dan MBKM
No. Kelompok Warna Iris Mata
Kelompok 1 0 6 0 0 0
Kelompok 2 0 6 0 0 0
Kelompok 3 0 4 0 0 0
Kelompok 4 0 7 0 0 0
Kelompok 5 0 7 0 0 0
Kelompok 6 0 5 0 0 0
Kelompok 7 0 4 0 0 0
Kelompok 8 0 6 0 0 0
Kelompok 9 0 6 0 0 0
Kelompok 10 0 6 0 0 0
JUMLAH 0 57 0 0 0
RATA-RATA 0 5.7 0 0 0
BAB IV
PEMBAHASAN
a. Sidik Jari
Pola-pola sidik jari bermacam-macam, dan pola tersebut tidak sama antara satu
individu dengan individu lain. Dalam perkembangannya, pola-pola sulur banyak
dimanfaatkan untuk identitas, teknologi terbaru pola sulur atau yang dikenal dengan sidik
jari diaplikasikan untuk e-card, sebagai alat forensik bagi kepolisian dan hingga saat ini
berkembang penelitian yang mengkaji hubungan hubungan pola-pola khas sidik jari
dengan penyakit-penyakit yang sifatnya genetik.
Berdasarkan tabel hasil sidik jari kelompok 3 yang beranggotakan 5 orang
memiliki tipe jari loop sebagai pola sidik jari terbanyak dengan jumlah 31 jari, kemudian
pola jari whorl sebanyak 17 jari dan pola jari arch sebanyak 2 jari. Berdasarkan
perhitungan uji Chi-kuadrat didapatkan X2 Hitung < X2 Tabel, dengan nilai 2,35 < 5,991.
Jadi berdasarkan hasil percobaan tersebut H0 diterima atau tidak ada penyimpangan.
Berdasarkan data pada tabel hasil sidik jari yang dikumpulkan oleh mahasiswa
Pendidikan Biologi kelas B 2019 dan mahasiswa MBKM dengan total mahasiswa
sebanyak 57 orang, didapatkan data sejumlah mahasiswa yang memiliki tipe sidik jari
yang berbeda beda dengan hasil terbanyak yaitu pada pola jari Loop dengan jumlah 291
jari, kemudian tipe jari Whorl sebanyak 179 dan yang paling sedikit yaitu jari Arch
dengan jumlah hanya 100 jari.
Setelah dilakukan uji Chi-kuadrat dadapatkan X2 Hitung > X2 Tabel dengan nilai
masing-masing 214,93473 > 5,991, dengan kesimpulan hasil H0 ditolak atau ada
penyimpangan hasil. Penyimpangan hasil ini dapat terjadi jika adanya ketidaksesuaian
data sampel atau hasil pengamatan dengan teori.
b. Rigi Jari
Berdasarkan tabel hasil sidik jari 4 orang perempuan dari kelompok 3, memiliki
rigi jari sebanyak 502 dengan rata-rata rigi yaitu 125,5 rigi jari. Berdasarkan perhitungan
uji Chi-kuadrat didapatkan X2 Hitung < X2 Tabel, didapatkan hasil 0,00787 < 3,8415.
Jadi berdasarkan hasil percobaan tersebut H0 diterima atau tidak ada penyimpangan. Ini
berarti hasil pengamatan sudah sesuai.
Data tabel hasil pengamatan rigi jari data 7 mahasiswa dan 50 mahasiswi
didapatkan hasil rigi jari pada mahasiswa adalah 1060 dengan rata-rata tiap mahasiswa
memiliki 151,42 rigi jari dan mahasiswi sebanyak 6737 rigi jari dengan rata-rata satu
orang mahasiswa memiliki 134,74 rigi jari.
Berdasarkan perhitungan uji Chi-kuadrat didapatkan X2 Hitung < X2 Tabel,
didapatkan hasil 0,7452 < 3.841. Jadi berdasarkan hasil percobaan tersebut H0 diterima
atau tidak ada penyimpangan. Ini berarti hasil pengamatan sudah sesuai.
c. Warna Iris Mata
Berdasarkan tabel hasil pengamatan, terdapat 57 mahasiswa memiliki mata
berwarna coklat. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa semua mahasiswa memiliki
iris mata yang sama yaitu berwarna coklat.
Iris mata merupakan salah satu bagian dari biometrik yang memiliki karakteristik
pola/tekstur dan warna yang unik bagi setiap orang. Warna iris mata manusia umumnya
diklasifikasikan sebagai biru atau coklat. Biru dan coklat dianggap dua warna yang
mendominasi iris mata manusia. Namun, karena proses sosialisasi antar individu
menjadikan dunia tanpa batas, perkawinan menjadi tak terelakkan antar daerah,
antar-budaya, antar-ras, dan antar-kasta. Fakta tersebut mengakibatkan meningkatnya
jumlah warna iris mata yang hingga sekarang ini terdapat warna iris mata biru,
coklat tua, coklat muda, abu-abu, dan campuran dengan warna hitam (Syarifuddin,
2011)
Kebanyakan warna mata orang Indonesia serta orang-orang yang tinggal di daerah
tropis adalah cokelat gelap. Semakin gelap warna mata seseorang, artinya pigmen yang
dimilikinya pun semakin banyak. Warna iris yang gelap akan melindungi mata dari
kerusakan akibat sinar ultraviolet dan sinar matahari yang terlalu terang (Pratiwi, 2020).
BAB V
KESIMPULAN
1. Setelah melakukan pengamatan dan mengumpulkan data kelompok hingga kelas yang
berjumlah 57 orang, didapatkan tipe sidik jari dengan tipe pola terbanyak terbanyak yaitu
pada pola jari Loop dengan jumlah 291 jari, kemudian tipe pola jari Whorl sebanyak 179
dan yang paling sedikit yaitu jari Arch dengan jumlah hanya 100 jari. Pada perhitungan
Chi-kuadrat data kelas adanya H0 yang ditolak pada data pengamatan pola sidik jari
kelas, ini berarti adanya penyimpangan antara data hasil pengamatan dengan teori.
2. Pada perhitungan rigi jari rata-rata tiap mahasiswa memiliki 151,42 rigi jari dan
mahasiswi sebanyak rata-rata satu orang mahasiswa memiliki 134,74 rigi jari.
Berdasarkan perhitungan H0 diterima atau tidak ada penyimpangan. Ini berarti percobaan
telah sesuai dengan teori,
3. Pengamatan warna iris mata diketahui semua mahasiswa memiliki warna iris yang sama
yaitu berwarna coklat.
DAFTAR PUSTAKA
Nama Kanan
Anisa Septia
Gestina
Kiri
Nama Kanan
Dina Nur
Permatasari
Kiri
Ghina Mufidah
Kiri
Nama Kanan
Kiri
Nama Kanan
Muhammad
Syawal
Kiri