Anda di halaman 1dari 4

TUGAS ESSAY PANCASILA

KERUSUHAN MEI 1998

(Prasetya, 2018)
Gambar 1. Penjarahan sejumlah toko dan fasilitas umum di Jakarta

Tragedi Mei 1998 merupakan salah satu peristiwa kelam bangsa Indonesia.
Kerusuhan, penjarahan masal, penembakan mahasiswa Trisakti, serta adanya pemerkosaan
wanita keturunan Tionghoa merupakan serangkaian kejadian yang dapat dilihat dari Tragedi
Mei 1998. Peristiwa yang diawali oleh tertembaknya empat mahasiswa Trisakti pada 12 Mei
1998 itu menyisakan kerugian yang teramat besar bagi negeri ini. Bukan hanya materi, namun
yang paling penting rasa persamaan sebagai anak bangsa yang sama hampir terenggut.

Sabtu, 9 Mei 1998, Presiden Soeharto meninggalkan Jakarta menuju Kairo untuk
menghadiri KTT G-15. Sebelum berangkat, ia sempat mengeluarkan beberapa pernyataan
kepada pers. Intinya, Soeharto menyatakan keyakinannya bahwa rakyat Indonesia memiliki
kesadaran akan pentingnya menjaga stabilitas nasional.Tiga hari kemudian, terjadilah tragedi
penembakan mahaisrwa Trisakti. Petang 12 Mei 1998, terjadi penembakan di Kampus Trisakti
yang menewaskan empat mahasiswa. Penembakan inilah yang memicu kerusuhan masal 13-
15 Mei 1998, yang akhirnya mendongkel Soeharto dari kekuasaannya. Kalau tidak terjadi
Tragedi Trisakti, perbahan yang terjadi tidak akan sedemikian drastis (Pambudi, 2009).

1.339 warga Indonesia menderita kematian dini di beberapa supermarket yang dibakar
gerakan massa. Langit siang Jakarta menjadi gelap dan langit malam menjadi merah membara
oleh kobaran asap dan pembakaran lebih dari 5.723 bangunan, 1.948 kendaraan dan 516
fasilitas umum dengan tota kerugian material, moral dan jiwa yang tidak terhargai. Kekerasan
serupa juga terjadi di beberapa kota lainnya seperti Surabaya, Palembang, Solo dan Lampung
(Bevly, 2008). Menurut hasil penyelidikan, para pelaku kerusuan terdiri dari dua golongan.
Pertama massa pasif atau pendatang, yang karena diprovokasi berubah menjadi massa aktif.
Kedua provokator, provokator umumnya bukan dari wilayah setempat. Secara fisik tampak
terlatih. Sebagian mengenakan seragam sekolah tidak lengkap. Mereka tdak ikut menjarah,
dan segera meninggalkan lokasi setelah gedung atau barang terbakar. Para provokator ini juga
yang membawa dan menyiaplkan sejumlah barang untuk eperluan merusak dan
membakar,seperti logam pendongkel, bahan bakar cair, kedaraan dan bom molotov.

(Prasetya, 2018)
Gambar 2. Pembakaran sejumlah toko dan fasilitas umum di Jakarta

Selain aksi demonstrasi massa, juga terjadik aksi perendahan martabat manusia. Aksi
ini terjadi dari diskriminasi ringan dalam masyarakat. Etnis Tionghoa merupakan korban dari
Tragedi Mei 1998. Perempuan dari etnis Tionghoa adalah sasaran paling lemah, karena
merupakan minoritas di negeri ini. Ratusan perempuan etnis Tionghoa menjadi korban
kekerasan seksual dan pemerkosaan, selain itu parahnya terdapat juga korban yang dicekik
dan dibunuh (Sabri, 2014). Hampir lebih dari seratus perempuan Indonesia etnis Tionghoa
menderita kekerasan seksual dalam tragedi kemanusiaan 13-15 Mei 1998. Salah satu korban
dlam kasus kekerasan seksual adalah Ita Martadinata, siswi kelas 3 SMA Pakalis Jakarta. Ita
Martadinata bukan sosok perempuan biasa. Ia sempat terpuruk karena menjadi korban
pemerkosaan, namun ia bangkitdan bergabung dengan TRK untuk melakukan konseling
kepada para korban pemerkosaan Mei 1998 lainnya. Di usia mudanya ia menjelma menjadi
pejuang. Ia disebut sebagai saksi kunci dalam mengungkap rangkaian kasus pemerkosaan
yang terjadi pada perempuan Tionghoa sepanjang Mei 1998. Ita telah bersedia dan siap
bersaksi di hadapan sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Amerika Serikat
bersama dengan ibunya. Namun cerita Ita berhenti sampai disitu, sepekan sebelum
kesaksiannya di PBB, ia tewas dibunih secara sadis. Namun, kasus pembunuhan Ita sampai
sekarang tidak pernah terungkap. Aparat hanya megatakan bahwa Ita dibunuj oleh Suryasi,
pecandu obat bius yang hendak merampok rumahnya (Pragota, 2017). Menurut tim relawan
mereka berpendapat peristiwa pembunuhan Ita dimaksudnkan sebagai ancaman kepada
mereka yang terlibat dalam aktivitas kemanusiaan untukmenghentikan kegiatan mereka.

(Prasetya, 2018)
Gambar 3. Pemakaman Ita Martadinata aktivis HAM

Berdasarkan cuplikan tragedi 1998 yang telah dipaparkan, banyak peristiwa yang
betentangan dengan nilai-nilai Pancasila sebagai pengatur dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Kerusuhan peristiwa Mei 1998 bertentangan dengan sila Pancasila kedua dan
ketiga yang berbunyi “ Kemanusiaan yang adil dan beradab” dan “Persatuan Indonesia.
Makna dari sila ini adalah bagaimana manusia dapat memanusiakan manusia dan mengakui
adanya persamaan derajat antar manusia. Namun yang terjadi di Indonesia saat itu adalah
penindasan pihak tertentu yaitu etnis Tionghoa hingga demo yang memakan korban. Disisi
lain pemerintah Indonesia tidak tegas dan tidak bersungguh-sungguh dalam menangani kasus
tersebut. Selain itu peristiwa Mei 1998 apabila ditelisik lebih dalam, bukan hanya sekedar
peristiwa politik, namun juga tragedi kemanusiaan. Peritiwa kelam 1998 merupakan salah
satu kasus pelanggaran HAM terbesar yang belum terselesaikan hingga saat ini. Selain itu
dapat dilihat bahwa peristiwa ini merupakan salah satu kejahatan Genosida untuk
menghilangkan etnis Tionghoa dari bumi nusantara, yang mana kejahatan ini merupakan
kejahatan besar di dunia. Namun sangat disayangkan pelaksanaan penegakan HAM di negeri
ini masih sangat minim. Peristiwa yang menewaskan sekian ribu penduduk Indonesia ini,
lebih banyak orang yang memilih untuk menjadikannya sebagai catatan kelam sejarah
Indonesia dibandingkan memilih untuk mengungkapnya, karena berdasarkan pengalaman
utuk menyelesaikan kasus ini tidak ada hasil yang didapatkan.
Sebagai generasi muda sekarang, selain kita dapat menilai bahwa bangsa ini
mempunyai sejarah kelam yang bertentangan dengan nilai Pancasila sila kedua dan ketiga,
kita bisa mengambil sisi positif dengan menjadikan sejarah kelam tesebut sebagai pelajaran
masa kini dan masa depan, bahwasannya dengan toleransi dan saling menghargai perbedaan
dan Hak Asasi Manusia maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa dan negara yang lebih
baik dari sebelumya.

DAFTAR PUSTAKA

Prasetya, Erik. 2018. Diakses dari BBC.com pada 13 Oktober 2019


Bevly, Beni. 2008. Aku Orang Cina?. Mountain House. Jakarta
Pambudi, A. 2009. Kalau Prabowo Jadi Presiden. Penerbit Narasi. Yogyakarta
Pagota, Ardhana. 2017. Diakses dari kumparan.com pada tanggal 13 Oktober 2019
Sabri, A. 2014. Raksa Raya Malaysia. Magicreative Sd.. Selangor

Anda mungkin juga menyukai