Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM

UJI SENSORIS DAN MOTORIK


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah
Fisiologi Hewan
Dosen : Drs. R. Ading Pramadi, M.si
Asisten Praktikum : Aneu Nurhanifah

Disusun oleh :
Nama

: Ayu Agustien Maratus S.

NIM

: 1142060011

Kelompok

: I (Satu)

Kelas/ Semester : Pendidikan Biologi A/ V

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2016

PRAKTIKUM KE-5

A. Judul Praktikum : Uji Sensorik dan Motorik


B. Tanggal Praktikum : 23 Oktober 2016
C. Tujuan Praktikum :
Melakukan uji sensorik penciuman (olfactory avoidance test).
Melakukan uji motorik yang meliputi kemampuan refleks membalikkan badan,
menghindari jurang, geotaksis negatif, pada prilaku lokomosi, dan uji kemampuan
berenang.
Membandingkan kemampuan refleks sensorik dan motorik mencit kontrol, (tanpa
perlakuan) dengan mencit dan diberikan perlakuan asap rokok dan obat nyamuk bakar
secara inhalasi.
D. Hasil Pengamatan dan Analisis Pembahasan
1. Uji Sensoris
No.
Perlakuan
Uji Pakan
Uji Kayu Putih
Uji Amonia
Uji Parfum
Mencit
1
2
3

No
.
1.

Normal
Asap Rokok
Obat Nyamuk

2. Uji Motorik I
Perlakuan mencit

Perlakuan ke-

Normal

2.

Asap Rokok

Obat Nyamuk

+
+

1
2
3
Rata-rata
1
2
3
Rata-rata
1
2
3
Rata-rata

+
+

SRR
(detik)
1 detik

CAR
(detik)
21 detik

NGR
(detik)
5 detik

1 detik
1 detik
1 detik
1 detik
1 detik
1 detik
1 detik
1 05 detik
24 detik
31 detik
40 detik

2 45 detik
9 detik
65 detik
14 detik
9 detik
3 detik
9 detik
1 05 detik
1
32 detik
52 detik

21 detik
7 detik
11 detik
12 detik
12 detik
22 detik
15 detik
1 5 detik
18 detik
1 2 detik
48 detik

3. Uji Motorik II
a. Lokomosi Berjalan
No
.
1.

Perlakuan

Pola berjalan

Normal

Lurus, belok, diam,


melihat kanan kiri

2.

Asap Rokok

Lurus, diam

Waktu
t 1 +t 2+t 3 9+4 +8
=
=7 detik
3
3
t 1 +t 2+t 3 4+ 2+ 43
=
=16,3 detik
3
3

3.

Obat
Nyamuk

Lurus, Belok

b. Lokomosi Berenang
No.
Perlakuan
Arah
1
Normal
1(Terapung)

t 1 +t 2+t 3 17 +31+ 23
=
=23,6 detik
3
3

Sudut
Anggota Badan
4 (Kepala dan
3 (Menggunakan
seluruh telinga ada
kedua kaki depan saja)
diatas permukaan air)
2
Asap rokok 1(Terapung)
4 (Kepala dan
3 (Menggunakan
seluruh telinga ada
kedua kaki depan saja)
diatas permukaan air)
3
Obat
2 (Berputar4 (Kepala dan
2 (Menggunakan
nyamuk
putar)
seluruh telinga ada
keempat anggota
diatas permukaan air) badan)
Hasil dari uji sensorik dan motorik didapatkan berdasarkan Tujuan dari praktikum ini
yaitu melakukan uji sensorik penciuman (olfactory avoidance test) pada mencit tanpa
perlakuan dan mencit yang diberikan perlakuan asap rokok dan obat nyamuk bakar secara
inhalasi. Tujuan dilakukannya inhalasi asap rokok dan obat nyamuk bakar pada mencit yang
berbeda yakni untuk meneliti gejala parkinsonisme pada Mus musculus setelah ditoksikan
menunjukan perilaku kekakuan otot pada refleks menghindari jurang, refleks geotaksis
negatif, kemampuan berenang serta uji refleks sensorik berupa kemampuan penciuman.
Parkinsonisme merupakan penyakit sistem saraf (neurodegenerative) dengan perilaku salah
satunya yaitu kesulitan pada saat memulai pergerakan dan kekakuan otot (Nistico, et al.,
2011).
Taksonomi:
Kerajaan : Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Mammalia
Ordo
: Rodentia
Famili
: Muridae
Genus
: Mus
Spesies
: Mus musculus
Secara morfologi, Mus muculus memilik bentuk
badan silindris dengan warna tubuh putih atau
kelabu, badan Mus muculus ditutupi oleh rambut
dengan tekstur yang lembut dan halus. Mus muculus
betina dewasa dengan umur 35-60 hari memiliki berat baan 18-35 g. Lama hidupnya 1-2
tahun bahkan dapat mencapai 3 tahun. Mus muculus betina maupun jantan dapat dikawinkan
pada umur 8 minggu. Lamanya kehamilan selama 19-21 hari dengan jumlah anak rata-rata 8
ekor, bahkan mencapai 15 ekor (Schwiebert,2007).
Mus muculus merupakan hewan yang sangar aktif di malam hari. Hewan ini sering
dijadikan percobaan untuk pengujian pengaruh obat pada manusia dan tingkat toksisitas. Mus
muculus juga termasuk hewan yang mempunyai peranan penting terutama dalam
penggunaannya dalam studi farmakologi dan uji toksisitas. Mus muculus merupakan jenis
hewan omnivore yang memakan berbagai jenis tanaman, seperti akar, daun, batang.
Serangga, umbi-umbian, biji-bijian , kacang-kacangan dan buah ( Ballanger, 1999).
Mus muculus merupakan hewan yang sangar aktif di malam hari. Hewan ini sering
dijadikan percobaan untuk pengujian pengaruh obat pada manusia dan tingkat toksisitas. Mus
muculus juga termasuk hewan yang mempunyai peranan penting terutama dalam

penggunaannya dalam studi farmakologi dan uji toksisitas. Mus muculus merupakan jenis
hewan omnivore yang memakan berbagai jenis tanaman, seperti akar, daun, batang.
Serangga, umbi-umbian, biji-bijian , kacang-kacangan dan buah ( Ballanger, 1999). Mus
muculus merupakan hewan endoterm. Berbeda dengan hewan ektoterm yang laju
metabolismenya berubah-ubah sesuai suhu lingkungan, hewan endoterm cenderung menjaga
suhu tubuh yang konstan.
Berdasarkan hasil pengamatan uji sensoris penciuman dengan pakan dapat di
diketahui bahwa 100% negatif yang artinya ketiga mencit baik tanpa perlakuan dan mendapat
perlakuan mendekati pakan. Hal ini dikarenakan pakan yang diberikan adalah biji-bijian yang
kemungkinan disukai oleh mencit dan mungkin juga karena adanya faktor lapar sehingga
perlakuan apapun pada mencit tidak mempengaruhi indra penciuman pada pakan. Kemudian
uji sensoris penciuman dengan kayu putih , ammonia dan parfum didaptkan hasil masingmasing dengan respon positif baik kayu putih dan ammonia sekitar 66,6% dan parfum 33,3%
negatif. Pada kayu putih dan ammonia kebanyakan memberikan respon positif yang artinya
menjauhi, hal ini dikarenakan kayu putih dan ammonia merupakan suatu bahan yang
mempunyai bau yang sangat menyengat sehingga dihindari. Namun respon berbeda terjadi
pada mencit yang diberi asap rokok mendekati bau kayu putih dan mencit yang tidak diberi
perlakuan juga mendekati ammonia. Hal ini ikarenakan pada mencit yang diberi asap rokok
penciumannya terganggu akibat dari adanya inhalasi asap rokok. Pada mencit yang tidak
diberi perlakuan kemungkinan alasannya mendekati bau ammonia karena adanya bau lain
selain ammonia yakni bau tangan yang sebelumnya memegang pakan sehingga mencit ini
mendekati. Terakhir pada uji parfum, mencit yang diberi obat nyamuk memberikan respon
positif. Hal ini dikarenakan kemungkinan mencit yang tanpa dan diberi perlakuan asap rokok
menyukai bau dari parfum tersebut sehingga mendekatinya.
Tujuan kedua dari praktikum ini yakni uji motorik yang meliputi kemampuan refleks
membalikkan badan, menghindari jurang, geotaksis negatif, pada prilaku lokomosi, dan uji
kemampuan berenang pada mencit tanpa perlakuan dan mencit yang diberikan perlakuan
asap rokok dan obat nyamuk bakar secara inhalasi.Pada uji kemampuan refleks membalikkan
badan rata-rata waktu yang diperlukan hanya 1 detik saja dalam tiap kali perlakuan pada
mencit normal dan mencit yang diberi asap rokok, namun pada mencit yang diberi asap obat
nyamuk bakar memerlukan waktu 40 detik untuk membalikan badannya. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pemberian obat nyamuk pada mencit pada uji refleks membalikkan badan
memerlukan waktu yang lama. Hal ini dikarenakan kandungan dari obat nyamuk bakar yang
bersiafat toksik dan dapat mengganggu jaringan syaraf.
Uji kemampuan refleks menghindari jurang rata-rata waktu yang diperlukan pada
mencit normal untuk memutar badannya hingga menjauhi meja yaitu 65 detik. Hal ini terjadi
karena pada perlakuan ke 2 mencit membutuhkan waktu 2 menit 5 detik, kemungkinan
mencit mengalami stress saat melihat bahaya yang ada didepannya. Pada mencit yang diberi
asap rokok hanya membutuhkan rata-rata waktu 9 detik sedangkan pada mencit yang diberi
asap obat nyamuk bakar membutuhkan waktu 52 detik. Hal ini terjadi kemungkinan pada
mencit yang diberi asap rokok sudah terbiasa dengan keadaannya begitupun pada mencit
yang diberi obat nyamuk walaupun memerlukan waktu yang sedikit lebih lama karena efek
dari pemberian obat nyamuk bakar.Kemudian pada uji kemampuan refleks geotaksis negatif
didapatkan hasil bahwa pada mencit tanpa perlakuan dan mencit yang diberikan perlakuan
asap rokok dan obat nyamuk bakar membutuhkan rata-rata waktu masing-masing 11 detik, 15
detik dan 48 detik. Pada mencit normal dan mencit yang diberi asap rokok memberikan
respon tidak memutar tubuhnya sekitar 1800 pada bidang miring. Hal ini dikarenakan
kemungkinan terjadinya aksi refleks bersifat spesifik. aksi refleks bersifat spesifik ini dapat
diprediksi dimana reaksi yang ditimbulkan sama apabila rangsangan terulang (Goenarso,
2005: 8.25) gerak refleks berjalan di atas bidang miring diperkirakan tidak berbahaya karena

di hadapannya masih ada daratan yang bisa di pijaki sehingga lebih memeilih menurunkan
badannya secara berulang-ulang dalam 3 kali perlakuan. Berbeda halnya dengan mencit uang
diberi obat nyamuk dimana setiap kali perlakuan menujukan respon yang berbeda-beda
dimana pada perlakuan ke-1 dengan waktu 1 menit 5 detik memberikan respon memutar
badannya ke atas, namun pada kedua kalinya respon yang diberikan yakni hanya berdiam diri
saja tidak melakukan apapun dengan waktu yang cukup lama. Pada perlakuan ke-3 respon
yang diberikan sama halnya dengan yag perlakuan ke-1 dengan waktu 1 menit 2 detik lebih
cepat dari perlakuan ke-1. Hal ini dikarenakan mencit sudah terbiasa dengan situasi
sekitarnya.
Terakhir dilakukan uji lokomosi berjalan dan uji kemampuan berenang. Pada uji
lokomosi berjalan waktu yang diperlukan untuk berjalan lebih cepat pada mencit yang normal
dibandingkan mencit yang mendapat perlakuan. Hal ini tentunya dikarenakan adanya efek
asap rokok dan obat nyamuk bakar yang mempengaruhi kerja otot pada mencit sehingga
berjalan dengan lambat. Efek yang sangat dapat ilihat ini terjadi pada mencit yang diberi obat
nyamuk bakar yang memerlukan waktu berjalan yang cukup lama yang berarti kandungan
dari obat nyamuk ini sangat berbahaya. Pada uji kemampuan berenang di dapatkan hasil
bahwa pada mencit normal dan mencit yang diberi asap rokok memiliki arah berenang
terapung namun pada mencit yang diberi obat nyamuk memiliki arah berenang berputar. Hal
ini dikarenakan mencit yang diberi obat nyamuk kebingungan menentukan arah akibat efek
dari kandungan obat nyamuk bakar. Sudut berenang ketiganya menunjukan kepala, dan
seluruh telinga berada di atas permukaan air yang artinya baik mencit yang tanpa dan diberi
perlakuan memiliki respon yang sama dan efek dari pemberian perlakuan tidak terlalu berat
sampai menenggelamkan. Anggota badan pada mencit normal dan mencit yang diberi asap
rokok pada saat berenang hanya menggunakan kaki depan saja. Hal ini dikarenakan fungsi
kerja otot tidak mengalami gangguan pada bagian depan anggota badan serta bantuan dari
ekor untuk mempertahankan posisi anggota badan dan laju renang. Berbeda halnya dengan
mencit yang diberi obat nyamuk dimana menggunakan empat anggota badan untuk berenang.
Hal ini dikarenakan efek dari penggunaan obat nyamuk yang melemahkan fungsi kerja otot
pada anggota badan bagian depan sehingga memerlukan bantuan dari anggota badan lain
untuk mempertahankan posisi agar tidak tenggelam.
E. Daftar Pustaka
Cartono, M. P., M. T. 2004. Biologi Umum. Bandung : Prisma Press.
Goenarso, Darmadi, dkk. 2005. Fisiologi hewan. Jakarta : Universitas Terbuka
Malole MBM dan CSU Pramono. 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di
Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi.Institut Pertanian Bogor. Bogor. Dalam
Agustiyani, D.A. 2008. Pengaruh pemberian ekstrak tumbuhan Obat antimalarial quassia
indica terhadap Toksikopatologi organ hati dan ginjal mencit (mus musculus). Skripsi.
Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi FakultasKedokteran Hewan. IPB. Bogor.
Priambodo, S. 1995. Pengendalian Tikus Terpadu. Seri PHT. Penebar Swadaya. Jakarta. Dalam
Agus Pribadi, Gutama. 2008. Penggunaan mencit dan tikussebagai hewan model penelitian
nikotin. Skripsi. Program studi teknologi produksi ternak fakultas peternakan IPB. Bogor.
Nistico R, Piccirii dan Mercuri. 2011. Paraquat-and Rotenone-Induced Models of Parkinsons
Disease. Internasional Jurnal of Immunopathology and Pharmacology. University of
Calabria. Vol 24.
Ballanger, L. 1999. Mus Musculus. Animal Diversity web. http://animaldiversity.umich.edu .
Diakses pada 9 November 2016
Paraf

Nilai

Anda mungkin juga menyukai