■ Sel umumnya ditutupi oleh mantel atau lempeng kaku terbuat dari selulosa
yang tersusun artistik seperti pahatan. Susunan lempeng ini disebut
dengan armor plate atau lempeng baju baja.
■ Memiliki sel dengan ciri khas yaitu terdapat celah dan alur serta di dalam sel
terdapat plastida yang mengandung pigmen klorofil a dan c, serta karotenoid
sehingga bewarna cokelat kekuning-kuningan.
■ Bersifat yang bersifat heterotrof yang hidup dengan cara menelan materi
organik dan sel-sel hidup lain.
■ Ada juga yang bersifat sebagai parasit yang hidup dengan cara menempel
pada tubuh berbagai hewan laut, contohnya Protogonyaulax catenella.
■ Hidup bebas atau bersimbiosis pada tubuh beberapa jenis karang, anemon
laut, cacing pipih, dan kerang raksaksa.
■ Sebagian besar berhabitat di air laut tetapi adapula yang hidup di air tawar.
■ Memiliki vakuola non-kontraktil yang berfungsi untuk mengapung dan
osmoregulasi.
Klasifikasi Pyrrophyta (Dinoflagellata)
Karena dinoflagellata dapat dilihat baik sebagai seperti tanaman dan seperti
hewan, klasifikasi mereka telah diperdebatkan di kalangan ahli botani, zoologi,
dan paleontologi. Yang paling banyak diterima skema klasifikasi adalah bahwa
semua dinoflagellata adalah anggota kerajaan Protista, divisi Dinophyta, dan
kelas Dinophyceae.
Ketika terjadi gelombang merah, ribuan ikan mati lemas akibat insang mereka
tersumbat atau kekurangan oksigen oleh miliaran Dinoflagellata yang mati dan
membusuk. Akan tetapi, tiram dan remis “berpesta” dengan menyaring jutaan
makanan mereka di air. Dalam proses ini, tubuh mereka akan mengumpulkan
racun saraf yang diproduksi Dinoflagellata dalam jumlah yang cukup besar.
Pada keadaan ini, racun Dinoflagellata dapat terkumpul pada tubuh tiram atau
remis tanpa menyebabkan kematian hewan tersebut. Namun, jika moluska
tersebut termakan oleh manusia, dapat terjadi keracunan pada manusia yang
memakannya. Oleh karena itu, dalam mengkonsumsi kerang-kerangan sering
dihindari pada saat musim panas, yaitu musim ketika populasi Dinoflagellata
jumlahnya meningkat tajam.