DINI
A. Pendahuluan
Usia di bawah lima tahun (balita) adalah usia yang paling kritis atau
paling menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian seseorang.
Termasuk juga pengembangan intelegensi hampir seluruhnya terjadi pada usia di
bawah lima tahun. Kalau seseorang sudah terlanjur menjadi pencuri atau
penjahat, maka pendidikan Universitas bagi orang tersebut boleh dikatakan tidak
berarti apa-apa. Sebagaimana halnya sebatang pohon bambu, setelah tua susah
dibengkokkan.
Anak-anak pada usia di bawah lima tahun memiliki intelegensi laten
(potential intelegence) yang luar biasa. Namun pada umumnya para orangtua dan
guru hanya bisa mengajarkan sedikit hal pada anak-anak. Sesungguhnya anakanak usia muda tidak complicated (ruwet) dalam belajar, tetapi orangtua
atau guru yang bermasalah. Pada umumnya kita selalu menyalahkan anak-anak
apabila tingkah laku mereka tidak seperti yang kita inginkan. Hal ini lebih banyak
disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman kita terhadap
perkembangan jiwa anak, sehingga kita sering memperlakukannya dengan
tidak/kurang tepat.
Anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang luar biasa dan kemampuan
untuk menyerap informasi sangat tinggi. Kebanyakan orang tidak mengenali dan
memahami kemampuan 'magic' yang ada pada anak-anak. Mereka hanya bisa
berkata, "Saya tahu anak-anak belajar lebih cepat", tetapi mereka tidak tahu
seberapa cepat anak-anak bisa belajar. Karena keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan orang tua dan guru-guru maka potensi luar biasa yang ada pada
setiap anak sebagian besar tersia-siakan.
Umumnya orang siap mengorbankan waktu bertahun-tahun dan uang
berjuta-juta rupiah untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi ; untuk apa ?
--- untuk mendapatkan sedikit tambahan intelegensi, karena sedikitnya
rangsangan
pendidikan
untuk
membantu
pertumbuhan
dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan
informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan
pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan
perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir,
daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan
perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahaptahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
yang
tumbuh
dan
berkembang
sesuai
dengan
tingkat
memperlakukan
anak
tidak
sesuai
dengan
tingkat
rangsangan
pendidikan
untuk
membantu
pertumbuhan
dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.
Menyikapi perkembangan anak usia dini, perlu adanya suatu program pendidikan
yang didisain sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Kita perlu kembalikan
ruang kelas menjadi arena bermain, bernyanyi, bergerak bebas, kita jadikan ruang
kelas sebagai ajang kreaktif bagi anak dan menjadikan mereka kerasan dan secara
psikologis nyaman. Untuk lebih jelasnya dalam makalah ini dikemukan
bagaimana Mantessori mendisain program perkembangan anak usia dini.
Banyak pendapat dan gagasan tentang perkembangan anak usia dini,
Montessori yakin bahwa pendidikan dimulai sejak bayi lahir. Bayipun harus
dikenalkan pada orang-orang di sekitarnya, suara-suara, benda-benda, diajak
bercanda dan bercakap-cakap agar mereka berkembang menjadi anak yang
normal dan sehat. Metode pembelajaran yang sesuai dengan tahun-tahun
kelahiran sampai usia enam tahun biasanya menentukan kepribadian anak setelah
dewasa. Tentu juga dipengaruhi seberapa baik dan sehat orang tua berperilaku
dan bersikap terhadap anak-anak usia dini. Karena perkembangan mental usiausia awal berlangsung cepat, inilah periode yang tidak boleh disepelekan. Pada
tahun-tahun awal ini anak-anak memiliki periode-periode sensitive atau kepekaan
untuk mempelajari atau berlatih sesuatu. Sebagian besar anak-anak berkembang
pada asa yang berbeda dan membutuhkan lingkungan yang dapat membuka jalan
pikiran mereka.
anak-anak secara alamiah sesuai dengan kodrat anak di sebuah taman. Anak-anak
yang mengalami suasana kekeluargaan yang hangat, akrab, damai, baik di rumah
maupun di sekolah, serta mendapatkan bimbingan dengan penuh kasih sayang,
pelatihan kebiasaan secara alami, akan berkembang menjadi anak yang bahagia
dan sehat.
Anak-anak yang memiliki motivasi kuat untuk belajar akan mempunyai
masa depan yang cerah diwarnai penemuan, kesempatan, dan kontribusi. Mereka
memiliki kecenderungan alami untuk menguasai hal-hal tersebut yang akan
membuatnya sukses pada abad ke 21, serta mendapat manfaat dari segala
perubahan positif dalam masyarakat. Mereka yang memiliki motivasi belajar
yang kuat mungkin saja akan menghadapi kendala-kendala dari sebuah
ketidakadilan, tetapi kendala tersebut bukanlah musuhnya. Mereka akan menjadi
orang-orang yang paling cocok untuk belajar bagaimana menghadapi kendala
tersebut. Mareka akan menjadi orang yang paling mampu berkreasi dan mencapai
kesuksesan karena hasil terbaik dalam IPTEK, penelitian, dan kesenian tidak
dapat dipaksakan dari hati yang mengerdil.
Neil Postman seorang sosiolog Amerika pada tahun 80-an sangat
mencemaskan akan hilangnya masa kanak-kanak dalam kehidupan anak. Sistem
pendidikan, terutama pada pendidikan anak usia dini terjebak dalam suatu
pemikiran yang tidak memberi kesempatan pada anak untuk bertumbuh
memekarkan dirinya sesuai dengan potensi dan keunikan yang mereka miliki
sebagai anak. Padahal anak perlu menjadi anak untuk dapat menjadi manusia
dewasa. Tercerabutnya para belia ini dari masa kanak-kanaknya, dikhawatirkan
akan menggelincirkan kehidupan mereka menjadi masyarakat yang infantile,
suatu masyarakat yang kekanak-kanakan. Untuk itu akan akan dilakukan
beberapa kajian ilmiah terkait dengan teori-teori klasik dan kekinian yang
diharapkan dapat membangun pola pikir yang sama dalam memberikan
pelayanan yang terbaik bagi belia kita, anak-anak usia dini di Indonesia.
1. Teori Perkembangan
Memunculkan prinsip teoritis dalam naskah akademik ini sangat penting
untuk membangun kesepaham sebagai usaha memberikan pelayanan pendidikan
yang baik terhadap pendidikan anak usia dini. Berbagai teori klasik yang ada
hingga teori-teori kekinian yang ada merupakan sebuah perjalanan panjang
bagaimana dunia pendidikan selalu berubah memberikan solusi terbaik dalam
rangka membangun manusia yang mulia cerdas dan baik (good and smart).
Beberapa teori yang akan diungkapkan secara ringkas antara lain :
a. Teori Perkembangan Kognitif oleh Piaget
Ada beberapa tahap perkembangan kognitif yang digagas Piaget :
Tahap Sensomotoris ( usia 0 hingga 18 bulan )
Tahap Praoperasional ( usia 1 bulan hingga 6 atau 7 tahun )
Tahap Konkrit Operasional ( usia 8 tahun hingga 12 tahun )
Tahap Formal Operasional ( usia 12 tahun hingga usia dewasa )
Anak usia dini yang berusia 4 hingga 6 tahun berada pada tahapan ini. Di
mana anak mampu berfikir tentang obyek benda, kejadian, atau orang
lain. Anak sudah mulai mengenal symbol berupa kata-kata, angka,
gambar dan gerak tubuh. Namun cara berfikir ini masih tergantung pada
obyek konkrit dan rentang waktu kekinian, sserta tempat di mana ia
berada. Mereka belum mampu berfikir abstrak sehingga symbol-simbol
yang konkrit sangat dibutuhkan untuk dapat dipahami mereka. Misalnya
dalam mengenalkan angka mesti diiringi dengan obyek nyata berupa
gambar atau benda-benda lainnya yang jumlahnya sesuai dengan angka
tersebut. Selain itu anak juga belum mampu mengaitkan waktu sekarang
dengan waktu lampau.
b. Teori Perkembangan Psikososial oleh Erik Erikson
Erikson (1902-1994) membagi tahapan perkembangan psikososial ini ke
dalam delapan rentang perkembangan, yang dalam rentang usia 3 hingga
6 tahunan tengah berada dalam tahapan Inisiatif. Menurut Erikson rentang
inisiatif ini berada dalam perkembangan emosi. Peran guru sebagai
merupakan
arena
yang
mengasyikkan
bagi
tumbuhnya
10
mengembangkan
teori
perkembangan
anak
yang
11
yang
mampu
mendeteksi
anak
yang
mengalami
hambatan
perkembangan? Jawabannya adalah seorang ahli tumbuh kembang anak yang mengerti
permasalahan anak secara holistik artinya yang benar-benar mengerti secara
keseluruhan perkembangan anak dan hambatan-hambatannya dan yang memahami
bahwa tidak ada bagian dari perkembangan anak yang dapat berkembang dengan
sendirinya tanpa mendapatkan input , rangsangan/stimulasi dari luar.
Bila kita memperhatikan perkembangan anak dengan cermat, maka kita akan
melihat dengan jelas adanya satu proses pergantian perkembangan antara motorik,
persepsi, psikis, kemampuan berbicara dan berpikir. Selain itu kita juga akan melihat
12
perkembangan biologisnya yang menyangkut gizi dan perkembangan ini juga sama
pentingnya, namun tema ini tidak disinggung disini, karena terlalu khusus dan
memerlukan keahlian tentang gizi. Seorang ahli perkembangan anak harus mengetahui
permasalahan perkembangan anak sampai sekecil-sekecilnya, agar dia mudah mengerti
dan memahami tahap-tahap stimulasi yang dibutuhkan masing-masing anak. Sehingga
perkembangan anak dapat berjalan semakin lancar dan bagian-bagian yang mengalami
hambatan dapat dipulihkan, dan dengan itu membuat perkembangan anak secara
keseluruhan yang tadinya berjalan ditempat bisa berkembang normal kembali sesuai
usianya.
13
Ibnu Umar).
14
Upaya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam ini sangat erat kaitannya dengan
sistem hidup Islam. Sebagai bagian yang menyatu (integral) dari sistem kehidupan
Islam, pendidikan memperoleh masukan dari supra sistem, yakni keluarga dan
masyarakat atau lingkungan, dan memberikan hasil/keluaran bagi suprasistem tersebut.
Sementara sub-sub sistem yang membentuk sistem pendidikan antara lain adalah tujuan
pendidikan itu sendiri, anak didik (pelajar/mahasiswa), manajemen, struktur dan jadwal
waktu, materi, tenaga pendidik/pengajar dan pelaksana, alat bantu belajar, teknologi,
fasilitas, kendali mutu, penelitian dan biaya pendidikan.
Interaksi fungsional antar subsistem pendidikan dikenal sebagai proses
pendidikan. Proses pendidikan dapat terjadi di mana saja, sehingga berdasarkan
pengorganisasian serta struktur dan tempat terjadinya proses tersebut dikenal adanya
pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah. Melalui proses ini diperoleh hasil
pendidikan yang mengacu pada tujuan pendidikan yang telah ditentukan.
Untuk menjaga kesinambungan proses pendidikan dalam menjabarkan
pencapaian tujuan pendidikan, maka keberadaan kurikulum pendidikan yang integral
menjadi suatu kebutuhan yang tak terelakkan. Kurikulum pendidikan integral sangatlah
khas dan unik. Kurikulum ini memiliki ciri- ciri yang sangat menonjol pada arah, azas,
dan tujuan pendidikan, unsur-unsur pelaksana pendidikan serta pada struktur
kurikulumnya.
Azas pendidikan Islam adalah aqidah Islam. Azas ini berpengaruh dalam
penyusunan kurikulum pendidikan, sistem belajar mengajar, kualifikasi guru, budaya
yang dikembangkan dan interaksi diantara semua komponen penyelenggara pendidikan.
Yang dimaksud dengan menjadikan aqidah Islam sebagai azas atau dasar dari ilmu
pengetahuan adalah menjadikan aqidah Islam sebagai standar penilaian. Dengan istilah
lain, aqidah Islam difungsikan sebagai kaidah atau tolak ukur pemikiran dan perbuatan.
Oleh sebab itu, implementasi pendidikan anak usia dini adalah PAUD BAI.
2. Pihak-Pihak yang Berperan dalam PAUD
Pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan pendidikan anak usia dini adalah
pemerintah (negara), masyarakat dan keluarga. Keluarga adalah institusi pertama yang
melakukan pendidikan dan pembinaan terhadap anak (generasi). Disanalah pertama kali
15
16
17
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com
18