Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MACAM-MACAM HADIST

Mata Kuliah : Ulumul hadist


Dosen Pengampu : Samin Syahidin M.PD

DISUSUN OLEH :
Kelompok 4
Dalfa Khoirunnida (0106.2301.003)
Eka Pratiwi (0106.2301.004)
Nia Nuraeni (0106.2301.013)

STAI DR. KH. EZ MUTTAQIEN


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Macam-macam hadist”. Makalah ini disusun untuk
melengkapi tugas mata kuliah ulumul hadist.

Purwakarta, 12 Oktober 2023


DAFTAR ISI

Kata pengantar ………………………………………………………………… 2


Daftar isi ………………………………………………………………………. 3
BAB I Pendahuluan ………………………………………………………… 4
1.1 Latar belakang …………………………………………………………….. 5
1.2 Rumusan masalah …………………………………………………………. 5
1. Apa saja macam-macam ilmu hadist …………………………………... 5
2. Pengertian beserta contoh ilmu hadist …………………………………. 5
BAB 2 Pembahasan …………………………………………………………. 6
A. Macam-macam ilmu hadist ……………………………………… 6
B. Pengertian beserta contoh ilmu hadist …………………………… 7
BAB 3 Penutup ……………………………………………………………. 10
Kesimpulan ………………………………………………………... 11
Daftar Pustaka …………………………………………………….. 12
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu hadis merupakan bagian khazanah keilmuan Islam yang senantiasa terus digali
dan dikaji oleh para penuntut ilmu. Ia bagai berlian dari untaian berlian yang berharga.
Ilmu ini termasuk salah satu ilmu penting yang disusun dan dibangun dalam sejarah
keilmuan Islam guna memilah dan memilih suatu informasi yang disandarkan ke Nabi
‫ صلى هللا عليه وسلم‬hingga dikenal mana hadis-hadis yang sahih dan mana hadis-hadis yang
daif di saat perkara ini pada umat yang lain tidak diperhatikan hingga mereka menerima
segala informasi dari apa saja yang mereka suka dan menolak apa saja yang tidak disuka
tanpa alat yang bisa mereka jadikan ukuran untuk menyerap informasi tersebut. Terlebih
bagaimana jika informasi itu berhubungan dengan agama atau aqidah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, kami dapat menarik rumusan masalah, yaitu :
1. Apa saja macam-macam Ilmu Hadist?
2. Pengertian setiap Ilmu Hadits
BAB 2
PEMBAHASAN

1. Ilmu hadits Riwayah


Ilmu Hadits Riwayah ialah Ilmu pengetahuan yang mempelajari hadits-hadits yang di
sandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, tabi’at maupun
tingkah lakunya. Ilmu hadits Riwayah ini sudah ada sejak Nabi SAW masih hidup, yaitu
bersamaan dengan mulainya periwayatan Hadits itu sendiri. Para Sahabat Nabi SAW
menaruh perhatian yang tinggi terhadap Hadits Nabi SAW. Mereka berupaya untuk
memperoleh Hadits-Hadits Nabi SAW dengan cara mendatangi majelis Rasul SAW serta
mendengar dan menyimak pesan atau nasehat yang disampaikan beliau.
Penghimpunan Hadits secara resmi dilakukan pada masa pemerintah Khalifah ‘Umar
Ibnu ‘Abd al-‘Aziz. Usaha tersebut di antaranya dipelopori oleh Abu Bakar Muhammad Ibnu
Syihab al-Zuhri. Contohnya :

‫( سمعت رسول هللا صّلى هللا عليه وسّلم‬Saya mendengar Rasulullah saw)
2. Ilmu Hadits Jarh wa Ta’dil

Ilmu Al-Jarh wa At-Ta’dil adalah ilmu yang menerangkan tentang cacat-cacat yang
dihadapkan kepada para perawi dan tentang penta’dilannya (memandang lurus para perawi)
dengan memakai kata-kata yang khusus dan untuk menerima atau menolak riwayat mereka.

Ulama mendefenisikan al-jarh dan at-ta’dil dalam satu definisi, yaitu:

‫علم يبحث عن الرواة من حيث ماورد فى شأنهم مما يشنيهو أويزكيهم بالفاظ مخصوصة‬

“Ilmu yang membahas tentang para perawi Hadits dari segi yang dapat menunjukkan keadaan
mereka, baik yang dapat mencacatkan atau membersihkan mereka, dengan ungkapan atau
lafaz tertentu”. Contohnya :
pembohong (‫) كذاب‬, fasiq (‫ ) فاسق‬lemah (‫) ضعيف‬, tidak tsiqah ( ‫) ليس بثقة‬, tidak dianggap

(‫ ) ال يعتبر‬atau tidak ditulis haditsnya ( ‫) ال بكتب حديثه‬.

3. Ilmu ‘Ilal Al-Hadits


’Ilal adalah jamak dari ’ilah yang berarti “penyakit”. ’Illah menurut istilah ahli hadits adalah
suatu sebab yang tersembunyi yang dapat mengurangi status keshahihan hadits, padahal
dhahirnya tidaknampak kecacatan. Cara mengetahui ’illah hadits adalah dengan mengumpulkan
beberapa jalan hadits dan mencermati perbedaan perawinya dan ke-dlabith-an mereka, yang dilakukan
oleh orang yang ahli dalam ilmu ini. Dengan cara ini akan dapat diketahui apakah hadits
itu mu’tal (ada ’illat-nya) atau tidak. Jika menurut dugaan penelitinya ada ’illat pada hadits tersebut,
maka dihukumi sebagai hadits yangtidak shahih.

4. Ilmu Hadits Gharib Al-Hadits


Kata Gharib dalam etimologi bahasa Arab berasal dari kata (‫غراَبة‬- ‫َيغُرُب‬- ‫ )َغُر َب‬yang artinya
pelik susah, aneh, jarang dipakai, jarang ada, atau tidak biasa. Kata gharib juga sering
diartikan sebagai Asing karena ketidak-biasaan kata gharib dipakai dalam kehidupan sehari-
hari.

Ulama memandang Ilmu gharib hadits diperlukan sebagai sarana mengetahui maksud kata
yang diucapkan Nabi SAW namun tidak biasa dipakai dalam bahasa keseharian. Ulama
Hadits mendefinisikan ilmu gharib hadits sebagai;

‫ِع ْلٌم ُيْعَر ُف ِبِه َم ْع َنى َم اَو َقَع فى متون ْاَالَح اِدْيِث ِم َن ْاَألْلَفاِظ اْلَعَر ِبَّيِة َعْن َأْذ َهاِن اَّلِذ ْيَن َبْعَد َع ْهِدِهْم ِباْلَعَر ِبَّيِة اْلَخ اِلَصِة‬

Artinya; “Ilmu yang menerangkan makna kalimat yang terdapat dalam matan hadits yang
sukar diketahui maknanya dan yang kurang terpakai oleh umum”

Contohnya :

‫َع ْن َأِبي ُه َرْيَر َة َع ْن الَّن ِبِّي َص َّلى الَّلُه َع َلْي ِه َو َس َّلَم َقاَل ُتْنَك ُح اْلَمْر َأُة َأِلْر َب ٍع ِلَم اِلَه ا َو ِلَح َس ِبَها َو ِلَج َم اِلَه ا َو ِلِديِنَها‬
‫َفاْظ َفْر ِبَذ اِت الِّديِن َت ِر َب ْت َي َداَك‬
dari Abū Hurayrah dari Nabi ṣallallāhu ‘alayhi wa sallam, Beliau bersabda:
“Seorang wanita dinikahi karena empat perkara. Karena hartanya, keturunannya,
kecantikannya, dan karena agamanya, maka pilihlah karena agamanya, niscaya
kamu beruntung.”

5. Ilmu Hadits Mukhtalif Al-Hadits

Secara etimologi kata mukhtalif merupakan ism masdar dari fi’il ikhtalafa yang merupakan
antonim dari fi’il ittafaqa mengandung pengertian pergi ke arah yang berlawanan dengan
yang lainnya. Sedangkan secara terminologi mukhtalif alh}adi@th adalah h}adi@th yang
bertentangan secara tekstual dengan yang lain dalam konteksnya. Salah satu contoh hadits
mukhtalif adalah: Bahwa dalam masalah penyakit Nabi. mengungkapkan dua hadits
(berlawanan) di satu sisi beliau mengungkapkan bahwa ''Penyakit itu tidak ada yang
menular': namun di sisi lain beliau juga mengungkapkan bahwa kita harus menyingkir
(menjauh) dari orang yang kena penyakit kusta.

6. Ilmu Hadits Nasikh Wal Mansukh


Pengertian Hadits Nasikh

Hadits Nasikh adalah hadits yang datang belakangan yang menghapus hukum dari hadits
yang telah ada sebelumnya.
Pengertian Hadits Mansukh

Adapun hadits Mansukh adalah hadits yang hukumnya dihilangkan atau dihapus karena
adanya hadits yang datang lebih akhir yang membawa hukum baru.

Contoh Hadits Nasikh :

‫ مْن َلِبَس الَح ِر يَر في الُّد ْنيا َلْم َيْلبْسُه في اآلخَرِة‬: ‫عن عمر رضي هللا عنه أن النبي صلى هللا عليه وسلم قاَل‬

Dari Umar radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,”Siapa saja yang memakai
pakian sutera di dunia ini, dia tidak akan memakainya di akhirat nanti.” [Hadits riwayat Al-
Bukhari]

Contoh Hadits Mansukh :

‫َم ن شرَب الخمَر فاجِلدوُه فإن عاَد فاجِلدوُه فإن عاَد فاجِلدوُه فإن عاَد فاقُتلوُه‬

”Siapa saja yang minum khamr maka deralah. Bila dia mengulangi maka deralah. Bila dia
mengulangi lagi maka deralah dan bila masih mengulang lagi maka bunuhlah.”

7. Fann Al-Mubhamat
Ilmu fannil Mubhamat adalah ilmu untuk mengetahui nama orang-orang yang tidak disebut
dalam matan, atau di dalam sanad. Di antara yang menyusun kitab ini, Al-Khatib Al
Baghdady. Kitab Al Khatib itu diringkas dan dibersihkan oleh An-Nawawy dalam kitab Al-
Isyarat Ila Bayani Asmail Mubhamat. Perawi-perawi yang tidak tersebut namanya dalam
shahih bukhari diterangkan dengan selengkapnya oleh Ibnu Hajar Al-Asqallanni dalam
Hidayatus Sari Muqaddamah Fathul Bari. Contohnya :
Abu dawud meriwayatkan Berkata : menceritakan kepada kami musadad, berkata:
menceritakan kepada kami Abu ‘Awanah dari manshur dari Rab’iy bin Hirasy dari imra’atihi
(istrinya) dari ukhti (saudara perempuan) Hudzaifah, bahwa Rasulullah Saw. Bersabda:
“Wahai kaum wanita. Bukankah cukup bagi kalian menggunakan perak sebagai
perhiasannya. Sungguh tiada seorang perempuan dari kalian yang memakai perhiasan emas
untuk dipertontonkan kecuali ia akan disiksa karenanya.” Saudara perempuan Hudzaifah bin
al-Yaman yang dimaksud diatas bernama Fathimah. Sebagian Khaulah. Istri Rab’i tidak
diketahui namanya. Hal ini menjadikan hadis di atas dhaif (lemah).

8. Ilmu Hadits Ashab Wurud Al-Hadits


Asbab wurud al-hadits merupakan susunan idafah, yang terdiri dari tiga unsur kata,
yaitu asbab, wurud dan al-hadis. Asbab adalah bentuk jam‘(fulral) dari sabab, yang
berarti dengan al-habl (tali), saluran yang artinya dijelaskan sebagai segala yang
menghubungakan satu benda dengan benda lainnya sedangakan menurut istilah
adalah: “Segala sesuatu yang mengantarkan pada tujuan”. Ada juga yang
mendifinisikan dengan: suatu jalan menuju terbentuknya suatu hukum
tanpa ada pengaruh apapun dalam hukum itu. Sedangkan kata wurud bisa berarti sampai,
muncul dan mengalir seperti: “Air yang memancar atau air yang mengalir. Contohnya :

.”‫” إنكم لن تزالوا في صالة ما انتظرتم الصالة‬:‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬:‫عن أنس قال‬

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi


wasallam bersabda:”Sesungguhnya kalian senantiasa berada dalam shalat (seperti yang
sedang shalat) selama kalian menunggu shalat.”(HR. al-Bukhari di kitabul Mawaqit ash-
Shalat, Muslim di kitab al-Masajid wa Mawadhi’ ash-Shalat)

9. Ilmu Hadits Tashif Wa Tahrif


‫علم ُيعرُف به َم ا ُصِّحَف من االحاديث وما ُحِّر ف منها‬
“Ilmu yang menerangkan hadis-hadis yang sudah diubah titiknya (mushahhaf),
dan bentuknya (muharraf)”

Pengertian Tahrif
Untuk memberikan sebuah pandangan yang lebih luas, penulis jelaskan dahulu mengenai
pengertian tahrif. Hadis yang terdapat tahrif di dalamnya disebut hadis Muharraf, yang
secara bahasa, ia adalah isim maf’ul dari kata at-tahrif , yang artinya adalah berubahnya
sebuah kalimat dari maknanya (yang awal). Istilah tahrif di dalam al-Qur’an seirngkali
dilekatkan kepada umat Yahudi yang mengubah makna Taurat dengan sesuatu yang lain,
maka Allah menyifati perbuatan mereka: ‫ ُيَح ِّر ُفْو َن الَك ِلَم َع ْن َم َو اِضِع ِه‬di dalam surat al-Maidah ayat
13. Secara istilah, tahirf adalah sesuatu yang menjadi berbeda (makna atau referennya)
karena berubahnya syakl di dalam suatu kalimat dengan bentuk tulisannya yang tetap sama
(ma’a baqa’i shurat al-khathth).

Sebab terjadinya tashif kebanyakan dikarenakan oleh cara belajar yang hanya mengandalkan
materi teks saja—lebih tepatnya, teks gundul, yang tidak bertitik dan tidak berharakat padahal
yang karakter hurufnya hampir mirip seperti ba’ dengan ta’, tsa’ atau nun—tanpa bertatap
muka dengan guru yang ahli di bidangnya, atau juga karena faktor lupa.
10. Ilmu Hadits Mutshalah Al-Hadits
Mustholah hadits adalah ilmu yang mempelajari istilah-istilah dalam kajian hadits. Ilmu ini
dapat digunakan sebagai penentu tingkatan suatu hadits, apakah masyhur, shahih, hasan, dan
lain sebagainya. Sebagaimana kita pahami, sebuah hadits disebut sebagai hadits yang shahih,
apabila memenuhi 5 kriteria, yaitu:

1. Sanadnya bersambung
2. Seluruh perawinya bersifat ‘adil
3. Seluruh perawinya bersifat dhabith
4. Tidak mengandung syadz

5. Tidak mengandung ‘illah.


Bila kehilangan satu atau lebih dari kelima syarat di atas, maka suatu hadits disebut sebagai
hadits yang dha’if.

11. Ilmu Hadits Tarikh Al-Ruwah

Tarikh Al-Ruwah merupakan salah satu cabang dari ilmu Rijalul Hadits, yang di dalam
Rijalul Hadits tersebut memuat dua ilmu yaitu Tarikh Al-Ruwah itu sendiri dan ilmu jarhi wat
Ta’dil. Ilmu tarikh ar-ruwah, ialah:
.‫َاْلِع ْلُم اَّلِذ ْي ُيَع ِّر ُف ِبِر َو اَيِة اْلَحِد ْيِث ِم َنالَّناِحَيِة اَّلِتْي َتَتَع َّلُق ِبِر َو اَيِتِهْم ِلْلَحِد ْيِث‬
Artinya:
“Ilmu untuk mengetahui para perawi hadis yang berkaitan dengan usaha periwayatan mereka
terhadap hadis.”
BAB 3
KESIMPULAN

Secara global, hadist nabi di klasifikasikan oleh para ulama menjadi dua macam dengan
rincian sebagai berikut ;

1. Pembagian hadist di lihat dari segi jumlah rowi setiap thobaqoh

 Hadist mutawatir hadist yang di riwayatkan oleh banyak rowi setiap


thobaqohnya yang secara logika tidak mungkin kesemua rowi tersebut sepakat
untuk berbohong.
 Hadist Ahad hadist yang tidak memenuhi standar hadist

2. Pembagian hadist dilihat dari diterima (maqbul) dan ditolaknya (mardud)

 Hadits Shohih
 Hadits Hasan
 Hadits Dho’if

Hadits Shohih dan Hasan diterima penggunaannya sebagai hujjah.Hadits Dho’if tidak
diterima penggunaannya sebagai hujjah.
DAFTAR PUSTAKA
https://ahlulhadist.wordpress.com/2007/10/16/ilmu-%E2%80%99ilal-hadits/
https://islam.nu.or.id/ilmu-hadits/perbedaan-ulama-dalam-jarh-wa-ta-dil-perawi-hadits-SSk7j
https://ridwan202.wordpress.com/istilah-agama/hadits-riwayah/
https://pecihitam.org/ilmu-gharib-hadits/
https://tanwir.id/ilmu-gharib-al-hadis-dan-perannya-dalam-memahami-hadis/
https://jurnal.uinbanten.ac.id/
https://pabrikjammasjid.com/
MUSHAF JOURNAL : Jurnal Ilmu Al Quran dan Hadis
https://alsofwa.com/
https://gudangsemesta.blogspot.com/
https://www.ahdabina.com/
https://evielvi.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai