Anda di halaman 1dari 14

Pertemuan kali ini kita akan membicarakan tentang pembahasan yang penting dari ilmu syar`i, yaitu berkaitan

dengan adab2 yang harus dimiliki penuntut ilmu dan apa saja hal2 yang bertentangan dengan adab2 tersebut.

Para ulama memiliki perhatian khusus (perhatian besar) dalam Pembahasan adab-adab penuntut ilmu, tentang
perkara yang membuahkan hasil yang baik dari menuntut ilmu., mereka para Ulama senantiasa mengajari,
mendakwahkan dan menulis kitab2 yang berkaitan dengan adab2 menuntut ilmu, dan juga turunan dari bab
tersebut yaitu terkait penghalang2 dalam mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan semisalnya. Dan ini adalah
pembahasan yang bermanfaat dan berfaedah yang telah diwariskan dari para ulama2 kita kepada generasi2 setelah
mereka termasuk kita.

Mereka menerangkan hal2 yang berkaitan dengan sifat2 yang harus dimiliki penuntut ilmu dalam perjalanannya
menuju Allah ta`ala/ dalam perjalanannya menuntut ilmu. Agar supaya ilmu yang ia cari dan ilmu ia dapatkan
memberikan pengaruh yang kuat, baik itu di dalam Keyakinan, Aqidah, ibadah, Akhlak dan juga Adab.

Kenapa? karna ilmu yg bermanfaat itu, dapat dilihat hasilnya dalam ibadahnya kepada Allah & dalam beramal
dengan ilmu tersebut, maka haruslah penuntut ilmu mengetahui sifat2 dan adab2 apa saja yang semestinya ia miliki,
dan Waspada dengan sebab2 yang bisa menjauhkan ia dari jalan yang benar dalam menuntut ilmu atau bahkan
memalingkan ia dari ilmu itu sendiri.

Oleh karena itu Ulama menaruh perhatian yang besar terkait pembahasan ini, terkait mendidik penuntut ilmu dalam
memahami adab-adab menuntut ilmu, dan berbagai hal yg seyogyanya dimiliki oleh mereka.

Dan para ulama banyak menulis karya yang membahas bab ini, bahkan kalaupun ada ulama yg tidak menulis kitab
khusus adab menuntut ilmu, kita tetap akan dapati ada pembahasan2 adab2 di kitab2 mereka yang mereka sisipkan
disana.

Kitab2 yang menyinggung pembahasan adab banyak sekali, diantaranya

1. Miftah darussa`adah - ibnul qoyyim


2. Akhlaq ulama – al ajurri
3. Adab hamalatil quran – al ajurri
4. Iqtidzoul ilmi al amal – khotib al Baghdadi
5. Al faqih wal mutafaqih – khotib al Baghdadi
6. Bayanu fadzli ilmi salaf – ibnu rojab
7. At tibyan – an nawawi
8. Tadzkirotus sami` wal mutakalim – ibnul jamaah
9. Jami` bayanil ilmi wa fadzlihi – ibnu abdil barr
10. Al hatsu `ala tholabil ilmi – abi hilal al askary

Adapun kitab yang ada dihadapan kita ini, maka kekhususan atau ciri khas dari kitab ini diantaranya adalah:

Kitab ini Khusus menyebutkan penghalang2 menuntut ilmu, dan tidak banyak membahas hal2 yang lain terkait
adab2 menuntut ilmu. Jadi pengarang kitab akan menyebutkan hal2 buruk apa saja yg itu merupakan penghalang
dari mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Ada 10 point nanti yg disebutkan. Nah dari point2 yg disebutkan maka kita
akan faham apa saja hal buruk yang mesti kita jauhi itu.

Harapannya Kita pun bisa menjauhi hal buruk itu dan sekaligus kita bisa mengerjakan kebaikan yg merupakan lawan
dari keburukan2 yg disebutkan.

Kemudian Terkait penulis kitab ini, yaitu Syaikh Abdussalam bin Barjas, beliau meninggal pada usia yang masih muda
35 tahun, wafat tahun 1425 (2004), tapi masyaAllah berkah ilmunya, beliau meninggalkan beberapa karya tulis yang
bermanfaat bagi para penuntut ilmu. Beliau termasuk orang yang belajar kepada ulama2 kibar pada zaman ini,
diantara Guru2 beliau adalah syaikh abdul aziz bin baz & syaikh Muhammad bin sholih al utsaimin.

Kitab ini beliau awali dengan muqoddimah yg beliau tulis, kita akan baca muqoddimah singkat dri beliau sebelum
masuk ke poin2 utama yg ada di kitab. tafadzol

1
. ‫الحمد هلل وحده والصالة والسالم علي من ال نبي بعده‬
‫ تتناول بعض ما يعيق‬- ‫ هـ‬1409 ‫ كنت قد نشرت بعضها في مجلة (( المجاهد )) عام‬- ‫أما بعد فهذه كلمات موجزة‬
. ‫ بالشرح والبيان‬، ‫طالب العلم عن مواصلة سيره في تحصيل العلم النافع‬
Ini merupakan tulisan singkat yang sebagiannya pernah aku terbitkan diMajalah Al-Mujahid tahun 1409 H, yang
tulisan ini membahas beberapa hal yang bisa Menghalangi para penuntut ilmu dari Melanjutkan Perjalanan mereka
dalam upaya memperoleh ilmu yang bermanfaat, dengan disertai penjelasannya.

- ‫وكان الباعث علي تحريرها اإلشفاق على نهضتنا العلمية من الدخيل على أسسها الثابتة التى أرساها سلفنا الصالح‬
. ‫ واألخذ بيد شباب هذه النهضة المباركة نحو أفضل السبل لنيل العلوم الشرعية‬- ‫رضوان اهلل عليهم أجمعين‬
Dan Alasan yang mendorong aku untuk menyusun tulisan ini yaitu rasa Simpati (Belas Kasih) terhadap Kebangkitan
Ilmiah dari penyusup yg menyusup ke pondasi yang kokoh yg sudah dibangun oleh Salafunaa Sholih –ridhwanullah
alaihim ajma`in- , dan yg kedua yaitu aku ingin mengambil/memegang tangan para pemuda/ menolong dan
menuntun para pemuda yang ada di masa kebangkitan ilmiah yg diberkahi ini menuju kepada Jalan-jalan yang
terbaik untuk memperoleh ilmu-ilmu syar`i.

‫ على أن في ضمن هذه المعيقات ما‬، ‫ ليكون أدعى الجتنابها وأقوى في التحذير منها‬، ‫وقد سقتها على شكل معيقات‬
‫ ويعين علي التخلص منها وقد أكثرت من النقل عن السلف الصلح فيما يتعلق بهذه المعيقات ليرتبط‬، ‫يهدى إلى توقيها‬
. ‫ فإنهم أهدى وأتقي‬، ‫ ويأخذ من سيرهم منهجًا له‬، ‫بهم القارئ‬
Dan aku susun tulisan ini dalam bentuk “Penghalang2”, agar supaya itu lebih mengena (mudah dipahami) dalam
menjauhinya dan lebih kuat sebagai peringatan terhadapnya. Yang mana nantinya pada penyebutan Penghalang2 ini
juga akan disertai petunjuk agar terhindar darinya dan membantu agar bisa terbebas darinya. Dan aku banyak sekali
menyebutkan penukilan2 dari para salaf kita, terkait penghalang2 ini agar para pembaca selalu terikat dengan para
salaf mereka, dan agar para pembaca bisa mengambil pelajaran dari perjalanan hidup para salaf mereka, karena
merekalah orang2 yang telah diberi petunjuk dan merekalah orang2 yang paling bertakwa.

‫ نحن إلى أن ُنعمل أنفسنا في‬: ‫ لم ال تختار لنفسك حرفًا ؟ فقال‬: ‫ عندما قال له رجل‬- ‫ المقرئ‬- ‫ورحم اهلل ابن مجاهد‬
‫حفظ ما مضى عليه أئمتنا أحوج منا إلى اختياره‬
Dan semoga Allah merahmati Ibnu Mujahid. ketika Seseorang pernah berkata kepadanya “kenapa engkau tidak
menyebutkan perkataanmu sendiri?” maka ia menjawab “kita itu lebih butuh untuk menghafal perkataan Ulama2
kita terdahulu daripada membuat perkataan kita sendiri.”

‫ فيها جملة من الفوائد‬- ‫ رحمه اهلل‬- ‫وختمتها بصفحات مفيدة حررها العالمة الشيخ عبد الرحمن بن ناصر السعدي‬
‫ رأيت ضمها إلى هذه النبذة تكميًال للفائدة وتعميمًا للنفع‬، ‫المتعلقة بآداب المعلمين والمتعلمين‬
Dan aku mengakhiri kitab ini dengan mencantumkan lembaran2 yang bermanfaat yang disusun oleh Syaikh
Abdurrahman bin nasir ad sa`di –rahimahullah- yang mana didalamnya ada beberapa faidah terkait adab guru yg
mengajarkan ilmu dan murid yg menuntut ilmu. Aku menganggap penyertaannya di tulisan singkat ini adalah sebagai
pelengkap faidah dan agar manfaatnya menjadi menyeluruh.

. ‫واهلل الموفق والهادي إلى سواء السبيل وصلى اهلل وسلم علي نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين‬
‫عبد السالم بن برجس آل عبد الكريم‬/ ‫كتبه‬
‫ هـ‬1412 ‫ رجب‬25

2
Jadi pada muqoddimah ini ada 4 point :

1. Syaikh menjelaskan sebab penulisan kitab ini, yaitu 2 sebab.


2. Beliau sengaja hanya menyebutkan Penghalang2 menuntut ilmu, tujuannya agar dijauhi. Dan metode yg seperti
ini termasuk metode yg syar`I, sebagaimana Hudzaifah ibnul yaman pernah mengatakan :

‫كان الناس يسألون رسول اهلل عن اخلري وكنت أسأله عن الشر خمافة أن يدركين‬
“orang2 banyak bertanya kpd Rasulullah tentang amalan2 kebaikan, adapun aku aku bertanya kpd Rasulullah
tentang Keburukan agar supaya aku tidak terjatuh didalamnya.”

3. Syaikh akan banyak menukil perkataan2 ulama salaf.


4. Syaikh mencantumkan tulisan dari Syaikh as-sa`di terkait adab2 penuntut ilmu yg lebih umum pembahasannya.

Dan Syaikh disini menyebutkan Penghalang2 itu tadi nanti akan urut sesuai dengan yg terbesar bahayanya. / yg
terpenting.

‫العائق األول‬
‫طلب العلم لغير وجه اهلل تعالى‬
‫ سمعت رسول اهلل ص يقول (( إنما األعمال‬: ‫ قال‬- ‫ رضي اهلل عنه‬- ‫عن أمير المؤمنين أبي حفص عمر بن الخطاب‬
‫ فهجرته إلى اهلل ورسوله ومن كانت هجرته لدنيا‬، ‫ وإنما لكل امرٍء ما نوى فمن كانت هجرته إلى اهلل ورسوله‬، ‫بالنيات‬
)) ‫ فهجرته إلى ما هاجر إليه‬، ‫يصيبها أو امرأٍة ينكحها‬
Dari Umar radhiyallahu`anhu ia mengatakan: aku mendengar Rasulullah shallallahu`alaihi wasallam bersabda
“sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanyalah akan mendapatkan apa yang diniatkannya,
maka barangsiapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya pahalanya adalah Hijrah karena Allah dan Rasul-Nya.
Barang siapa yg Hijrahnya karena dunia yang hendak diraihnya atau wanita yg hendak dinikahinya maka dia hanya
mendapat apa yang ia niatkan ”

Penulis menyebutkan Penghalang yang pertama yaitu “Tidak ikhlas dalam menuntut ilmu”, lalu beliau menyebutkan
Hadits Umar, Hadits yg Masyhur yg mana Banyak sekali Ulama2 ketika mengarang kitab pasti memulai dengan
penyebutan Hadits ini, dengan tujuan apa? Dengan tujuan mengingatkan diri mereka agar selalu menjaga Niat
mereka ketika menulis kitab2 mereka, atau pada segala aktivitas agar melalu menjaga Niat.

Sebagaimana yg telah kita fahami bersama bahwa Setiap ibadah harus terpenuhi 2 syarat agar diterima oleh Allah.
Syarat yg pertama yaitu Niatnya harus Ikhlas, syarat ke-2 Harus mengikuti Ajaran Nabi shallallahu`alaihi wasallam.
Dan jika ditinjau dari perkara ini, maka Manusia terbagi menjadi 4 golongan:
1. Orang2 yang merealisasikan 2 hal ini, mereka ikhlas dan sesuai ajaran Nabi dalam ibadahnya, maka merekalah
golongan yang selamat. Sedangkan yg bukan termasuk golongan yg pertama maka mereka-lah orang2 yg
celaka,
2. Orang2 yang Niatnya Ikhlas tapi Ibadahnya tidak mengikuti tuntunan Nabi, maka mereka inilah Ahlu Bid`ah,
mereka telah membuka pintu2 bid`ah dan kesesatan, meskipun niat mereka ikhlas.
3. Orang2 yang ibadahnya mengikuti yg diajarkan Nabi, tapi Niatnya tidak Ikhlas Karena Allah, dia Riya`, Sum`ah,
atau bahkan Syirik.
4. Inilah Golongan yg paling buruk yaitu yg Tidak Mengikuti Ajaran Nabi & tidak Ikhlas.

3
Perkara “Ke-Ikhlasan” ini adalah Point Utama –jamaah-. Nabi shallallahu`alaihi wasallam di hadits ini bersabda
“Amalan itu tergantung Niatnya”, maksudnya bukan sekedar “seseorang telah beramal, terus karena dia tidak ikhlas
maka dia tidak dapat pahala” bukan sekedar ini. Karena jika hanya sekedar begitu maka urusannya lebih ringan (itu
perkara yg besar cuman lebih ringan), Karena Apa? Karena Maksud yg sesungguhnya adalah, selain orang tersebut
tidak dapat pahala, dia juga malah mendapat Dosa. Jadi bukan Cuma amalannya tertolak, tapi dia sekaligus dapat
Dosa karena dia tidak beribadah untuk Allah, niatnya bukan untuk Allah, tidak ikhlas.

Jadi penulis menyebutkan Hadits Umar:


‫ فهجرته إلى اهلل ورسوله ومن‬، ‫ وإنما لكل امرٍء ما نوى فمن كانت هجرته إلى اهلل ورسوله‬، ‫(( إنما األعمال بالنيات‬
)) ‫ فهجرته إلى ما هاجر إليه‬، ‫كانت هجرته لدنيا يصيبها أو امرأٍة ينكحها‬
Maka Amalan itu Tergantung Niatnya, sebagaimana ada Kaedah :
‫ فإذا كان الَم قِص د حسنا فال بد أن يكون الَم سَلك حسنا فتصل في ذلك إلى الغاية الحسنة‬، ‫األمور بمقاصدها‬
Perkara itu Tergantung Niatnya, jika Niatnya baik haruslah dilakukan dengan cara yang baik sehingga bisa sampai
pada tujuan yang baik. Yaitu beribadah kepada Allah yang akan mendatangkan pahala, mendatangkan rahmat &
Ampunan Allah.

Lalu penulis menyebutkan Atsar perkataan Ibnu Mas`ud radhiallahu`anhu. Dan ibnu Mas`ud merupakan Ulamanya
kalangan Shahabat, rujukannya para Shahabat, yang mana beliau banyak sekali memiliki Atsar perkataan2 yang di
katakan tentang perkataan beliau “seakan2 Perkataan beliau itu keluar dari cahaya kenabian” karena saking
bagusnya ucapan beliau, dari segi Keindahan Bahasa, Susunan kata dan Maknanya.

. ‫ ( لو أن أهل العلم صانوا العلم ووضعوه عند أهله لسادوا به أهل زمانهم‬: ‫ أنه قال‬- ‫ رضي اهلل عنه‬- ‫وعن ابن مسعود‬
. ) ‫ فهانوا عليهم‬، ‫ولكنهم بذلوه ألهل الدنيا لينالوا به من دنياهم‬
Dari ibnu Mas`ud radhiyallahu`anhu ia mengatakan : “seandainya seorang Alim/Ahli ilmu dia menjaga ilmunya &
memberikannya (mengajarkan) kepada penuntut ilmu haqiqi, pasti dia akan menjadi pemimpin manusia diZamannya
(dimuliakan/dijadikan rujukan/diikuti). Akan tetapi yg dia malah memberikan ilmu hanya kepada Ahli dunia agar dia
bisa mendapatkan dunia. Sehingga dia malah dihinakan”.

‫ ومن تشعبت به الهموم في‬، ‫ كفاه اهلل هم الدنيا‬، ‫ هم آخرته‬، ‫ من جعل الهموم همًا واحدًا‬: ‫سمعت نبيكم ص يقول‬
)) ‫ لم يبال اهلل في أي أوديتها هلك‬، ‫أحوال الدنيا‬
Aku mendengar Nabi shallallahu`alaihi wasallam bersabda: “siapa yang menjadikan cita2nya terfokus pada satu cita2
yaitu cita2 Akhirat, maka Allah akan mencukupkan dunianya. Dan siapa yang cita2nya bercabang-cabang pada
perkara dunia, maka Allah tidak akan perhatian (menolong) dan ia pun binasa”.

Penulis disini menyebutkan perkataan ibnu Mas`ud yaitu :


‫لو أن أهل العلم صانوا العلم‬
“seandainya seorang Alim/Ahli ilmu dia menjaga ilmunya”.
Dengan Apa Ilmu itu bisa Dijaga wahai ikhwah? Penjagaan ilmu itu yg pertama tentunya dengan “Ikhlas” lillahita`ala
dalam menuntut ilmu, dan inilah perkara terbesar dalam upaya menjaga ilmu.

Ibnu mas`ud mengatakan :


‫لو أن أهل العلم صانوا العلم ووضعوه عند أهله‬
Ahlihi artinya penuntut ilmu. Maknyanya yaitu : seandainya seorang Alim dia mengajarkan ilmu kepada penuntut
ilmu yang membutuhkan ilmu/ penuntut ilmu yg sebenarnya. Maka apa?
. ‫لسادوا به أهل زمانهم‬

4
Dia akan menjadi pemimpin manusia diZamannya (dimuliakan/dijadikan rujukan/diikuti). Sebagaimana Firman Allah
ta`ala :
‫َفِع الَّلُه اَّلِذ ي آ ُنوا ِم ْنُك اَّلِذ ي ُأوُتوا اْلِعْل َد اٍت‬
‫َم َر َج‬ ‫ْم َو َن‬ ‫َن َم‬ ‫َيْر‬
“Allah mengangkat derajat orang2 beriman dan yang berilmu beberapa derajat.”
Diangkat derajatnya didunia dan diakhirat. Didunia dengan apa? Dengan ia dimuliakan, namanya disanjung dan
dipuji, di doakan kebaikan. Adapun diakhirat Allah sediakan baginya Surga yang tinggi bagi orang yang berilmu dari
kalangan orang mukmin, karena mereka berjalan dijalannya Nabi shallallahu`alihi wasallam karena mereka adapa
pewaris ilmu Nabi, “innal anbiyaa lam yuwaritsu diinaran walaa dirhaman walaakin warrotsu Al-Ilm, faman
akhodzahu akhodza bihadzin wafir” (sesungguhnya para nabi tidak mewariskan harta benda, akan tetapi mereka
mewariskan ilmu, maka barang siapa yang mengambil warisan itu sungguh ia telah mengambil bagian yang besar
melimpah).

Lihatlah para ulama mereka mewarisi Warisan Terbesar/Teragung, yaitu ilmu.

Allah berfirman (An-Naml: 16):

}‫{َو َو ِر َث ُس َلْيَم اُن َد اُو وَد‬


‫ ورثه نبوته وملكه وعلمه‬: ‫قتادة‬
Bukan hanya kerajaanya, tapi juga Ilmunya.

Sehingga jama`ah: memperbaiki niat dalam warisan teragung ini merupakan hal yang wajib, haruslah seseorang
menuntut ilmu ikhlas karena Allah, tidak menginginkan dunia. Jika ia menginginkan dunia
(kedudukan/pekerjaan/jabatan/sum`ah/riya`/harta dunia. dll). Maka sejatinya dia telah terjatuh pada Penghalang yg
pertama dan itu adalah penghalang terbesar yaitu “tidak ikhlas”.

Lalu ibnu mas`ud berkata:


. ) ‫ فهانوا عليهم‬، ‫ولكنهم بذلوه ألهل الدنيا لينالوا به من دنياهم‬
“Akan tetapi yg dia malah memberikan ilmu hanya kepada Ahli dunia agar dia bisa mendapatkan dunia. Sehingga dia
malah dihinakan”.

Ibnu mas`ud berbicara tentang sebagian oknum ulama yang tidak ikhlas kepada Allah dalam perkara mengajarkan
ilmu. Mereka ingin jabatan, sum`ah, kekayaan, popularitas. Sehingga apa? Mereka menjadi Hina, bahkan para Ahli
dunia yang menghinakannya, tidak memuliakannya sebagaimana penuntut ilmu memuliakan guru2 mereka.

Kemudian Penulis menyebutkan Hadits Nabi yg diriwayatkan oleh ibnu Mas`ud. Nabi bersabda :
‫ لم يبال اهلل في‬، ‫ ومن تشعبت به الهموم في أحوال الدنيا‬، ‫ كفاه اهلل هم الدنيا‬، ‫ هم آخرته‬، ‫من جعل الهموم همًا واحدًا‬
)) ‫أي أوديتها هلك‬
“siapa yang menjadikan cita2nya/Tujuan/Targetnya terfokus pada satu cita2 yaitu cita2 Akhirat, maka Allah akan
mencukupkan dunianya. Dan siapa yang cita2nya bercabang-cabang pada perkara dunia, maka Allah tidak akan
perhatian (menolong) dan ia pun binasa”.

Ikhwani fillah, cita2/Target yang wajib kita kejar adalah Target akhirat, yang mana Target ini adalah target yang bisa
membangunkan kita dari tidur malam-kita, Target yang bisa Menggerakkan Hari2 kita, yaitu apa? Mendekatkan diri
kepada Allah dengan berbagai macam amalan kebaikan, Target untuk Tilawah Quran, mengerjakan ibadah2 yg
Wajib, menuntut ilmu, mengangkat kebodohan dari diri kita. Inilah target2 yang harus selalu kita hadirkan di diri kita,
yaitu Target Akhirat.

Tapi sangat disayangkan, banyak manusia yang tidak memiliki Target Tujuan yg seperti ini, yang ada dipikiran mereka
hanyalah perkara Dunia, Perkara Makanan, Jabatan, Pekerjaan, Pakaian, dan mereka menjadikan ini adalah Target
Terbesar mereka, Prioritas Terbesar Mereka.

5
Disebuah riwayat disebutkan apa?

‫من كانت الدنيا همه فرق اهلل عليه أمره وجعل فقره بين عينيه ولم يأته من الدنيا إال‬
‫ وجعل غناه في قلبه وأتته الدنيا‬. ‫ ومن كانت اآلخرة نيته جمع اهلل له أمره‬.‫ماكتب له‬
.‫وهي راغمة‬
Barang siapa yang Prioritasnya adalah Dunia, Allah akan mencerai-berai-kan urusannya dan akan menjadikan
kefakiran selalu didepan matanya dan Dunia tidak datang kepadanya melainkan sebatas apa yg telah ditetapkan
untuknya.
Dan barang siapa yang Niatnya/prioritasnya adalah Akhirat, Allah akan menghimpun urusannya untuknya,
menjadikan kekayaan didalam hatinya, dan Dunia datang kepadanya dalam keadaan rendah dihadapannya.

Kemudian Syaikh Abdussalam menyebutkan perkataannya sendiri:


. ‫ وحمايتها من الفساد‬، ‫ وتعهدها باإلصالح‬، ‫إن أحق ما اعتني طالب العلم به معالجة النية‬
Sesungguhnya hal yg harus selalu diperhatikan oleh penuntut ilmu adalah Mengobati Niatnya, selalu Memperbaiki
Niatnya dan Menjaganya dari Hal2 yg bisa Merusaknya.

Apa saja yg bisa Merusak Niat seseorang dalam Menuntut ilmu? Yg merusaknya adalah
1. Ketika dia menuntut ilmu bukan karena Allah,
2. Atau dia Riya`,
3. Sum`ah
4. `Ujub
Bisa jadi seseorang selamat dari Riya`, tapi dia `Ujub. Apa bedanya Riya` & `Ujub?
 Riya` itu : dia ingin dilihat, seseorang melakukan ibadah agar dilihat orang lain dan dipuji orang lain.
 Adapun `Ujub : mungkin dia tidak ingin dilihat orang lain ketika ibadah & tidak ingin dipuji, tapi muncul
dalam hatinya perasaan bahwa “aku lebih mulia dari orang lain, aku lebih hebat dari orang lain, aku bisa ini-
bisa itu yg orang lain tidak bisa”. Dia merasa `Ujub Sombong & berbangga diri.
Dan `ujub ini juga berbahaya ikhwah, `ujub ini bisa merusak Amal.

Oleh karena itu haruslah kita selalu bersungguh2 berusaha untuk memperbaiki Niat, Terlebih dalam menuntut ilmu.
Dalam menuntut ilmu kita harus selalu memperbaharui Niat kita, karena terkadang kita sudah berniat ikhlas di awal2
lalu dipertengahan waktu datang niat2 yg lain yg merusak keikhlasan yg sedang kita usahakan, datang Riya` Sum`ah
ingin dipuji `Ujub dll.
Dan terkadang seseorang dia memulai menuntut ilmu niatnya tidak ikhlas lalu dipertengahan dia diberi taufik dan
akhirnya bisa Ikhlas dalam menuntut ilmu.
Jadi kita harus selalu memperhatikan diri kita agar ikhlas, ikhlas ketika hadir di majelis, ikhlas ketika men-Share
ilmu/faedah yg kita dapat, Agar amalan kita tidak Rusak karena Niat yg tidak Ikhlas.

Sungguh Ironis sekali, sangat disayangkan, sangat mengenaskan. Seseorang yang dia menuntut ilmu tapi ilmu itu
justru menjadi sebab dia DiAdzab. Dia DiAdzab bukan karena Maksiatnya tapi dia DiAdzab karena Ilmunya,

‫ بل هو فتنة ووبال‬، ‫ أما إذا كان لغيره فال فضيلة فيه‬، ‫وذلك ألن العلم إنما اكتسب الفضل لكونه خالصًا لوجه اهلل تعالي‬
. ‫وسوء عاقبة‬
Karena Ilmu itu bisa menjadi sebab Kemuliaan seseorang ketika dia Ikhlas karena Allah, adapun jika Niatnya untuk
selain Allah maka tidak ada Kemuliaan baginya, bahkan hal itu merupakan Fitnah, Malapetaka, Musibah, Keburukan.

Ilmu itu memiliki Kemuliaan & keutamaan, bahkan ilmu lebih Utama dari pada Sholat Sunnah Qiyamul Lail, karena
menuntut ilmu itu hukumnya ada yg Fardhu (Fardhu `ain maupun Fardhu Kifayah). Dan kemuliaan ilmu hanya bisa
didapat ketika Niatnya Ikhlas

6
Dan diantara kemuliaan ilmu yg disebutkan adalah apa?
‫فضل العالم على العابد كفضل القمر ليلة البدر على سائر الكواكب‬
Keutamaan Ahli ilmu di banding Ahli ibadah, seperti keutamaan bulan purnama dibanding bintang-bintang.
Karena Ahli ilmu ia beribadah kepada Allah dengan didasari Ilmu yg benar kemudian ia juga menyebarkan ilmu ini.
Adapun Ahli ibadah terkadang ada yg beribadah tidak didasari ilmu, bahkan ia mengerjakan bid`ah atau keburukan,
tapi dia menganggap dia sedang melakukan Amal baik, ibadah, mendekatkan diri kepada Allah. Padahal dia berbuat
salah berbuat bid`ah, karena kebodohannya. Maka yg harus dilakukan apa? Belajar! Menuntut ilmu!
Belajar!
Imam Syafi`I berkata dalam Syairnya:

‫تعلم فليس المرء يولد عالًم ا وليس أخو علم كمن هو جاهل‬
Belajarlah karna tidak ada seorangpun yg terlahir dlm keadaan berilmu
Dan orang yg berilmu itu tidak sama seperti orang yg bodoh

‫وإن كبير القوم ال علم عنده صغير إذا التفت إليه المحافل‬
Sesungguhnya seorang pembesar kaum yang dia tidak memiliki ilmu
Maka Dia kecil tatkala ada di sebuah perkumpulan

‫وإن صغير القوم إن كان عالما كبير إذا ُر دت إليه المسائل‬


Dan Sesungguhnya orang yang kecil tapi berilmu
Dia Besar tatkala orang2 merujuk kepadanya.

Itulah kemuliaan yg ada pada ilmu.


‫ بل هو فتنة ووبال وسوء عاقبة‬، ‫أما إذا كان لغيره فال فضيلة فيه‬
“adapun jika Niatnya untuk selain Allah maka tidak ada Kemuliaan baginya, bahkan hal itu merupakan Fitnah,
Malapetaka, Musibah, Keburukan. “

: ‫وقد علم أن قبول األعمال متوقف علي إخالصها وصالحها كما قال تعالى‬
‫ )اآلية‬....‫(َو َم ا ُأِم ُر وا ِإاَّل ِلَيْع ُبُد وا الَّلَه ُمْخ ِلِص يَن َلُه الِّديَن ُح َنَف اَء‬
Dan telah diketahui bersama bahwa diterimanya sebuah amal tergantung pada keikhlasan Niat, sebagaimana Fiman
Allah: “dan tidaklah mereka diperintah melainkan untuk beribadah kepada Allah dengan memurnikan
(mengikhlaskan) ibadah hanya kepada Allah”

. ‫ ولم يأته من الدنيا إال ما كتب له‬، ‫ وباء بإثمه‬، ‫ وأتعب نفسه‬، ‫ فقد عصى ربه‬، ‫فإذا قصد الطالب بالعلم عرض الدنيا‬
Maka jika penuntut ilmu menginginkan dengan ilmunya agar memperoleh harta dunia, sungguh ia telah bermaksiat
kepada Rabb-nya, dia telah membuat lelah (menyusahkan) dirinya sendiri, dan dia kembali dengan membawa dosa,
dan dia tidak mendapatkan Dunia kecuali sebatas apa yg telah ditetapkan untuknya.

: - ‫ رحمه اهلل‬- ‫قال الحسن‬


. ) ‫ ومن طلب العلم ابتغاء الدنيا فهو حظه منه‬، ‫( من طلب العلم ابتغاء اآلخرة أدركها‬
) ‫ ( فذاك حظه منها‬: ‫وقال الزهري‬
Hasan al Basri berkata : “barang siapa yang menuntut ilmu karena menginginkan akhirat maka dia akan
”.mendapatkannya. Dan siapa yg menuntut ilmu karena menginginkan dunia maka dia hanya memperoleh dunia saja

7
: - ‫ رضي اهلل عنه‬- ‫وأبلغ من ذلك قول النبي صلى اهلل عليه وسلم فيما رواه أبو هريرة‬
. )) ‫ لم يجد عرف الجنة يوم القيامة‬، ‫ ال يتعلمه إال ليصيب به عرضًا من الدنيا‬، ‫(( من تعلم علما مما يبتغى به وجه اهلل‬
‫ ريحها‬: ‫يعني‬
Dan perkataan yg lebih jelas lagi tentang itu adalah Sabda Nabi yg diriwayatkan oleh abu Huraira:
“siapa yang menuntut ilmu yg harusnya diniatkan ikhlas karena Allah. Lalu dia menuntut ilmu agar mendapat harta
dunia, maka dia tidak akan mencium bau surga.”

: ‫ فيمن تعلم لغير اهلل‬- ‫ رحمه اهلل‬- ‫قال ابن عطاٍء‬


‫ وال يغرنك أن يكون به انتفاع‬. ‫ وسببًا في تحصيل العقوبة لديه‬، ‫( جعل اهلل العلم الذى علمه من هذا وصفه حجة عليه‬
) ‫ ( إن اهلل ليؤيد هذا الدين بالرجل الفاجر‬: ‫ وفي الخبر‬، ‫للبادي والحاضر‬
Berkata Ibnu `Atho: “Allah menjadikan ilmu yg ia pelajari menjadai boomerang baginya, dan menjadi sebab dia
mendapat hukuman, dan jangan kalian tertipu/terkecoh dengan manfaat yang dirasakan masyarakat dari ilmunya.”
Disebuah hadits dikatakan : “sesungguhnya terkadang Allah menolong Agama ini lewat orang2 fajir.”

Terkadang ada dai yg memberi manfaat ke orang2, orang2 bertaubat gara2 dakwanya, ilmunya memberi manfaat
bagi masyarakat, tapi ilmunya tidak bermanfaat baginya, tidak ia amalkan atau karena ia tidak ikhlas, dia
menginginkan popularitas agar dikenal sebagai Dai yang masyaAllah, dll.

‫ فما أشرف الوسيلة وما أخس‬، ‫ومثل من تعلم العلم الكتساب الدنيا والرفعة فيها كمن رفع العذرة بملعقة من الياقوت‬
) ‫المتوسل إليه‬
Dan perumpamaan orang yg menuntut ilmu agar mendapatkan dunia dan kedudukan jabatan duniawi, itu seperti
orang yg mengangkat kotoran hewan dengan sendok permata, betapa mulia dan berharganya Sarana tersebut (ilmu)
dan betapa Hina-nya Tujuan tersebut (dunia).

‫ مع تقوى‬- ‫ يعني العلم‬-‫ اتقوا اهلل فإن قليل هذا األمر‬: ‫وقال سحنون ( كان ابن القاسم قلما يعرض لنا إال وهو يقول‬
) ‫ وكثيره مع غير التقوى قليل‬، ‫اهلل كثير‬
Dan berkata Sahnun Al-Maliky (240H) : Ibnul Qosim (murid imam malik 20th) jarang berbicara kepada kita, tapi dia
pernah berkata menasihati kita “Bertaqwalah kalian kepada Allah, karna sesunggunya Ilmu ini, jika sedikit tapi
dibarengi dengan Taqwa maka itu sudah banyak. Sedangkan banyak ilmu tapi tanpa Taqwa maka itu nilainya sedikit.”

Jika Kamu bisa Ikhlas dalam menuntut ilmu, meskipun kamu hanya dapat sedikit ilmu tetapi kamu bertakwa kepada
Allah dengan ilmu itu, Maka sungguh Hakikatnya kamu telah memperoleh suatu Hal yg besar yg Banyak. Dan
sebaliknya meskipun ilmumu banyak sekali hafal ribuan hadits mutqin alquran tapi kamu tidak Bertaqwa kepada
Allah, maka hakikatnya kamu tidak memperoleh apa-apa, hanya sedikit, tidak bermanfaat.

Kapan ilmu seseorang diberkahi ya ikhwah? Yaitu ketika dia Ikhlas menuntut ilmu dan Mengamalkan ilmunya.

‫ ويكتب بعضهم إلى بعض‬، ‫ كان العلماء يتواعظون بثالٍث‬: ‫ ( سمعت ذا النون المصري يقول‬: ‫وقال يوسف بن الحسين‬
‫ ومن أصلح أمر‬. ‫ أصلح اهلل ما بينه وبين الناس‬، ‫ومن أصلح ما بينه وبين اهلل‬. ‫ أحسن اهلل عالنيته‬، ‫ من أحسن سريرته‬:
) ‫آخرته أصلح اهلل أمر دنياه‬
Dan berkata Yunus bin Husain ar-razi : aku pernah mendengar Dzun Nun Al Misry (abad 3H) berkata “dahulu para
Ulama saling Menasihati satu sama lain, dengan Tiga Hal, dan mereka juga saling menulis dan mengirimkannya
kepada yg lain:

8
1. Siapa yang berusaha memperbaiki Batinnya / Hatinya, Allah akan memperbaiki Dzahirnya.
2. Siapa yang berusaha memperbaiki hubungannya dengan Allah, Allah akan memperbaiki hubungan orang itu
dengan sesama manusia.
3. Siapa yang berusaha memperbaiki urusan Akhiratnya, Allah akan memperbaiki Urusan Dunianya”.

Seorang Mukmin harusnya saling menasihati satu sama lain, sebagaimana para Shahabat, mereka para Shahabat
setiap kali berkumpul maka ketika berpisah mereka membacakan surat Al-Ashr yg didalamnya terdapat Nasehat yg
Agung untuk sesama mereka.

1. Siapa yang berusaha memperbaiki Batinnya / Hatinya, Allah akan memperbaiki Dzahirnya.
Seorang mukmin harus lebih memperhatikan Batinnya, Hatinya. Adapun orang yg mementingkan perkara
Dzahir maka ia mirip seperti orang2 Munafiq.

2. Siapa yang berusaha memperbaiki hubungannya dengan Allah, Allah akan memperbaiki hubungan orang itu
dengan sesama manusia.
Dia selalu memikirkan Allah ketika hendak melalukan aktivitas, ketika hendak memutuskan ingin melakukan
sesuatu, ia memikirkan “ini dicintai Allah tidak ya?” “ini melanggar syariat tidak ya?”. Maka ketika ia
memperbaiki hubungannya dengan Allah, Allah pun memperbaiki hubungannya dengan sesame Manusia.
Apa yg dimaksud hubungan dengan Allah? “Ibadah”, Ash-Sholatu = Shilatun baina Abdi wa robbihi.

3. Siapa yang berusaha memperbaiki urusan Akhiratnya, Allah akan memperbaiki Urusan Dunianya. Sehingga
dia menjadi orang yang beruntung, bahagia, sukses dunia akhirat.

: - ‫ رحمه اهلل‬- ‫وقال ابن المبارك‬


) ‫ النشر‬: ‫ ثم‬، ‫ العمل‬: ‫ ثم‬، ‫ الحفظ‬: ‫ ثم‬، ‫ ثم الفهم‬. ‫ ثم االستماع‬، ‫( أول العلم النية‬
Dan Imam Ibnul Mubarok berkata : “hal pertama dalam Ilmu adalah Niat, lalu Mendengarkan, lalu Memahami, lalu
Menghafal, lalu Mengamalkan, lalu Menyebarkan.”

Ibnul mubarok mengatakan “hal pertama terkait ilmu adalah Niat” ini terkait hati, “kemudian mendengarkan” ini
terkait panca indra, “kemudian pemahaman” ini terkait dengan akal, “kemudian hafalan” yaitu setelah faham harus
dia hafal, “kemudian Amal” yaitu ketika kita ada dimajelis, maka yang pertama kali kita lakukan adalah
mempersiapkan niat yang benar, lalu mendengarkan pelajaran dengan baik dan fokus, lalu berusaha memahami,
kemudian dia hafal, lalu setelah itu dia amalkan ilmunya, dan kemudian dia dakwahkan ilmu tersebut.

) ‫ ( كنا نطلب العلم للدنيا فجرنا إلى اآلخرة‬: ‫ أن جماعة من السلف قالوا‬: ‫ أال وهو‬، ‫وهنا أمر ينبغي التنبيه عليه‬
‫و( طلبنا هذا األمر ليس فيه نية ثم جاءت النية بعد ) و( من طلب العلم لغير اهلل يأبي عليه حتى يصيره إلى اهلل ) ونحو‬
. ‫هذه العبارات‬
Kemudian ada Hal yang perlu di perhatikan, yaitu:
Sebagian para ulama salaf mereka berkata : “dahulu kami menuntut ilmu untuk dunia, lalu ilmu itu menyeret
(membimbing) kami kepada Akhirat”, “dahulu kami belajar tanpa niat, kemudian setelah kami jalani, Niat itu pun
datang setelahnya” , “siapa yg menuntut ilmu bukan karena Allah, maka ilmu akan enggan, sampai dia meniatkannya
untuk Allah.” Dan kalimat2 semisal itu.

Seorang penuntut ilmu terkadang diawal dia menuntut ilmu dia tidak paham tentang perkara niat ini, ia menuntut
ilmu hanya karena ia suka ilmu, suka wawasan, tapi kemudian ketika dia terus menuntutu ilmu maka dia faham akan
pentingnya niat yang dalam menuntut ilmu, akhirnya diapun berjuang untuk ikhlas dalam menuntut ilmu. Yang mana
pada awalnya dia menuntut ilmu hanya karena suka, agar dia jadi ustadz, agar dia punya jamaah yang mendengar
dia, dia senang dipuji karena kepintarannya, agar dia terkenal dll, dan ketika dia terus belajar, maka pada akhirnya
ilmu yg dia miliki membuat dia sadar dan memperbaiki niatnya lillahi ta`ala.

9
Dan cinta popularitas itu merupakan penyakit yg ada disetiap orang, senang dipuji disegani dihormati, dan jika orang
tersebut berusaha mengobati penyakit ini, berjuang menghilangkan penyakit ini, maka Allah akan memberinya taufik
dan akan menerima Amalannya. Sedangkan jika dia kalah/menyerah oleh penyakit ini maka dia akan binasa.

‫ العلم حجة لك أو حجة عليك‬ilmu itu Hujjah yang menolongmu atau Hujjah yang memberatkanmu
Dan jangan antum salah paham dan berfikir “yasudah aku gak mau nuntut ilmu agar tidak semakin berat hujjah
atasku”. Salah!! Yang harusnya kita lakukan adalah BERJUANG, terus menuntut ilmu dan terus berjuang
memperbaiki niat, BERJUANG, Allah berfirman “‫ ”والذين جاهد فينا لنهدينهم سبلنا‬dan barang siapa yang berjihad (berjuang)
untuk mencari ridha kami, maka akan kami tunjukkan dia jalan-jalan kami.

Hal terberat dalam berjihad adalah berjihad melawan diri senidri, melawan hawa nafsu, dan itu lebih berat
dibandingan jihad melawan orang-orang kafir dalam perang. Yaitu berjihad dalam memperbaiki niat, berjihad agar
hati kita istiqomah, menginginkan wajah Allah.

Berjihad, berjuang-lah, jangan menyerah, jangan kita meninggalkan ibadah karena takut Riya`, justru kita tetap harus
beramal ibadah dan berjuang memperbaiki niat dalam ibadah itu.

‫ (إن الرجل ليطلب‬: ‫ هذه العبارات شرحًا مفيدًا فقال على قول معمر بن راشد‬- ‫ رحمه اهلل تعالي‬- ‫وقد شرح الذهبي‬
)‫العلم لغير اهلل فيأبي العلم حتى يكون هلل‬
Dan imam Adz-dzahabi telah menjelaskan dengan penjelasan yang bagus, terkait perkataan Ma`mar bin Rosyid:
“sesungguhnya seseorang menuntut ilmu bukan karena Allah maka Ilmu-pun enggan kepadanya sampai dia
meniatkannya ikhlas karena Allah.”

‫نعم يطلبه أوًال والحامل له حب العلم وحب إزالة الجهل وحب الوظائف ونحو ذلك ولم يكن علم وجوب اإلخالص فيه‬
‫وال صدق النية فإذا علم حاسب نفسه وخاف من وبال قصده فتجيئه النية الصالحة كلها أو بعضها وقد يتوب من نيته‬
‫ ويزري على نفسه فإن‬،‫ ومن قصد التكثر بعلمه‬،‫ وحب المناظرة‬، ‫ أنه يقصر من الدعاوي‬: ‫ وعالمة ذلك‬.‫الفاسدة ويندم‬
.‫تكّثر أو قال أنا أعلم من فالن فبعدًا له‬
Imam Adzahabi menjelaskan : “benar, pada awalnya dia menuntut ilmu Hanya karena dia menyukai ilmu (suka
nambah wawasan) dia ingin menghilangkan kebodohannya, dia menginginkan pekerjaan dan semisalnya. Dan saat
itu dia tidak tahu tentang Wajibnya ikhlas dalam belajar. Kemudian ketika dia Tahu Wajibnya Ikhlas dia pun
muhasabah dia introspeksi, diapun takut dengan keburukan niatnya dan akibat dari itu, akhirnya Niat ikhlas pun
mulai muncul di Hatinya secara keseluruhan atapun bertahap sebagian. Diapun bertaubat dan menyesal atas Niat
salah yg selama ini ada padanya. Dan ciri dari hal itu yaitu : Dia tidak lagi berbangga-bangga, tidak lagi suka berdebat,
tidak lagi suka sekedar Nambah2 banyak wawasan, dan dia tidak lagi berucap (aku lebih pintar dari fulan)”.

Niat itu setiap waktu sering berbolak-balik, dari Ikhlas jadi Riya`, atau dari Riya` jadi Ikhlas, oleh karena itu wajib bagi
kita untuk selalu memperhatikan niat kita.
Bisa jadi awalnya dia ikhlas, tapi ketika ada yang memuji dia, akhirnya diapun terpengaruh dan akhirnya niatnya tidak
ikhlas lagi, jadinya riya` agar dia mendapat pujian lagi.
Oleh karena itu para ulama menjelaskan pengertian dari Niat Ikhlas, Ulama mengatakan “Ikhlas itu adalah ketika
Pujian dan Celaan itu sama dimatamu” engkau tidak lagi peduli pada pujian dan tidak menunggu pujian dari orang-
orang.

Maka ini menunjukkan bahwa niat itu sering berbolak-balik, oleh karena itu wajib bagi kita untuk selalu
memperhatikan niat kita.

‫ أنه يقصر من الدعاوي‬: ‫ وعالمة ذلك‬.‫وقد يتوب من نيته الفاسدة ويندم‬


Dan akhirnya dia bertaubat dan menyesal atas Niat salah yg selama ini ada padanya. Dan ciri dari hal itu yaitu : Dia
tidak lagi berbangga-bangga, yaitu mengatakan “aku punya sanad ini-itu, aku muridnya syekh ini, aku punya gelar ini-

10
itu” berbangga-bangga, dia tidak mengatakan ini semua, kita ini menuntut ilmu untuk mendekatkan diri kepada
Allah, lalu apa manfaatnya orang-orang tahu itu?

kalo kita lihat para ulama kita, pernahkah mereka membangga-banggakan diri mereka sendiri? Gk ada, yang
menceritakan dan memuji mereka adalah ulama yang lain biasanya. Dan kalaupun mereka menyebutkan tentang diri
mereka sendiri, maka hanya sekedarnya saja dan itu untuk tujuan yang lain, bukan untuk berbangga-bangga dan
sampai berlebih-lebihan.

justru sebagian mereka mengatakan, “‫”من قال أنا عالم فهو جاهل‬
justru mereka tawadhu dan menilai diri mereka belum sampai derajat ulama, meskipun hakikatnya mereka
merupakan ulama kibar senior.

‫ومن ذلك ما يذكره بعض القصاص من أن رجًال خطب إمرأة ذات منصب وجمال فأبت لفقره وقلة حسبه ففكر بأي‬
‫األمرين ينالها أبلمال أم الحسب فاختار الحساب وطلب له العلم حتى أصبح ذا مكانة فبعثت إليه المرأة تعرض نفسها‬
.‫فقال ال أوثر علي العلم شيئًا‬
Kemudian ada sebuah kisah yang dibawakan oleh para da`i bahwa ada seorang laki-laki yang dia melamar seorang
perempuan yang terpandang dan cantik, maka perempuan ini menolak karena laki-laki itu miskin dan tidak
terpandang (tidak punya kedudukan). Maka lelaki ini memikirkan dengan cara apa supaya dia bisa mendapatkan
(memikat) wanita ini, apakah dengan harta atau dengan kemuliaan (kedudukan). Maka lelaki ini memilih untuk
mendapatkan kemuliaan kedudukan agar wanita itu terpikat nantinya, lelaki inipun menuntut ilmu terus menerus
sampai suatu ketikka akhirnya dia memiliki kedudukan di masyarakat, ketika itulah akhirnya malah si wanita yg dulu
menolak dia kini malah dia sendiri yang menawarkan dirinya meminta agar dinikahi oleh lelaki ini. Lalu apa jawaban
lelaki ini? “tidak ada yang lebih aku utamakan kecuali ilmu.”

)‫وذلك ألن العلم أرشده إلي تصحيح النية واألعمال الصالحة فدخل في عداد (ِإَّنَم ا َيْخَش ى الَّلَه ِم ْن ِع َباِدِه اْلُعَلَم اُء‬
Dan itu dikarenakan ilmu tersebut telah menuntunnya kepada perbaikan niat dan beramal sholih, hingga akhirnya
diapun termasuk kedalah golongan yang difirmankan Allah “sesungguhnya hamba-hamba Allah yang paling Takut
kepada Allah adalah para Ulama.”

. ‫ إعالمًا بصدق قصده وسالمة مأربه‬، ‫فتورع بترك امرأٍة كان طلب العلم ألجلها‬
Maka iapun Waro` dengan meninggalkan wanita yg menjadi alasan dia menuntut ilmu (yang dulunya ia kejar-kejar),
dia tinggalkan sebagai pertanda kejujuran niatnya dan keselamatan niatnya saat ini dalam menuntut ilmu.

: ‫ومما قلته في هذا المعنى من األبيات‬


Dan bait syair yang aku buat yang menggambarkan kisah ini adalah sebagai berikut:

‫رجاء المن أو أخذ الفداء‬ ‫إليكم يرفع المأسور شكوى‬


Orang yang tertawan mengadu padamu
Berharap belas kasih atau menerima penebusan
‫إلى األذقان بعد العالء‬ ‫فقد غلت مباسمكم يديه‬
Sungguh Senyumanmu telah (memikat dan) mengikat tangannya
Sampai ke dagu, setelah (kamu) menjadi orang yang Mulia
‫وقد أضحى صريعًا في هواكم قعيد البيت في حر التنائي‬
Dan Sungguh dia jadi tak berdaya dalam Mengagumimu
Tinggal dalam rumah jauh ditengah panas
‫وأدمى قلبه طول العناء‬ ‫براه الشوق والهجران منكم‬

11
Kerinduannya dan Pengabaian darimu membuatnya buta
Dan membuat hatinya terluka oleh lamanya penderitaan
‫تحل العبد أطباق السماء‬ ‫فسل القلب عنهم في رياض‬
Maka tanyakan pada hati tentang mereka yang berada di taman-taman
Yang menempatkan budak berada di lapisan-lapisan langit (tempat yang tinggi)
‫وتكسوا العري أثواب الثناء‬ ‫وتسموا بالوضيع إلى المعالي‬
Dan meninggikan derajat mereka yang rendahan menjadi mulia
Dan memakaikan mereka yang telanjang dengan berbagai sanjungan
‫وتحيي رسمه طول البقاء‬ ‫وتبني للفتى ذكرًا مشيدًا‬
Dan menetapkan bagi pemuda pujian setinggi-tingginya
Dan melestarikan potret nya selama-lamanya
‫وفاق جمالها جيد الظباء‬ ‫رياض بالمعارف قد تباهت‬
Taman-taman pengetahuan yang dibanggakan
Dan keindahannya melebihi rusa yang terbaik
‫تولى عنهم عشق النساء‬ ‫إذا ما حلها العشاق يومًا‬
Jika suatu hari para pecinta datang kepadanya
Maka kecintaan terhadap wanita akan berpaling dari mereka
‫يذل لفكها شوس الدهاء‬ ‫وقد كانوا قديمًا في قيود‬
Dan sungguh dulunya mereka berada dalam belenggu
Yang merendahkan akalnya yang cemerlang
‫أناروا الكون من شرف الضياء‬ ‫تحلت بالشيوخ إذا تبدوا‬
Berpenampilan syaikh ketika muncul
Menerangi dunia dengan kemuliaan
‫وسيط الحلم في مجرى الدماء‬ ‫شيوخ بالمعارف قد تغذوا‬
Para syaikh telah tumbuh dengan pengetahuan
Perantara mimpi/kelembutan ada di aliran darah mereka
‫وفي األفعال جد في خفاء‬ ‫لهم في العلم صوالت وسبق‬
Mereka memiliki kuasa dan keunggulan dalam pengetahuan
Dan bersungguh-sungguh dalam amalan rahasia
‫أثاروا المسك من حسن البهاء‬ ‫وفيها الطالبون إذا غشوها‬
Dan disana ada para penuntut ilmu yang ketika mereka mendatanginya
Memunculkan semerbak wangi kesturi dari keindahannya
‫رجاء المن أو أخذ الفداء‬ ‫تراهم نحوها يسعون جهدًا‬
Anda melihat mereka berusaha mendatanginya dengan susah payah
Mengharap belas kasih atau menerima penebusan

Apa yang menyebabkan mereka datang ke majelis ilmu? Tidak ada harta yang dibagikan disana, tidak ada
kenikmatan dunia disana, majelis ilmu ini tidak ada padanya kenikmatan dunia, jabatan, harta, dll. Tapi kenapa masih
ada mereka yang hadir di majelsi tersebut? Mereka hadir bukan untuk dunia, tapi kecintaan mereka pada ilmu dan
niat mereka yang baik (mengangkat kebodohan dari diri, dan mengharap wajah Allah).

: - ‫ كما في الحديث القدسي‬- ‫ فإن اهلل تعالى يقول‬، ‫فالحذر الحذر أيها الطالب من الشرك في النية‬
)]12[( ‫ من عمل عمًال اشرك فيه معي غيري تركته وشركه‬. ‫(( أنا أغنى الشركاء عن الشرك‬

12
، ‫ عندئٍذ تتخطفه الشياطين‬، ‫وقد أجمع العارفون على أن استحكام الهلكة إنما يكون إذا خلى اهلل بين اإلنسان ونفسه‬
. ‫ وتكون النار أولى به‬، ‫وتتشعب به المسالك‬
Maka waspadalah dan berhati-hatilah dari Syirik yang menyerang niatmu wahai para penuntut ilmu. Karena Allah
berfirman di hadits Qudsi: “Aku sama sekali tidak butuh pada sekutu, barangsiapa yang menyekutukan-Ku dengan
yang lain, maka Aku akan meninggalkannya dgn perbuatan syiriknya.”
Dan sepakat para Ulama bahwa Kehancuran itu terjadi ketika Allah telah meninggalkan dan membiarkan seseorang,
maka ketika itulah Syaiton menguasainya, dan urusannya menjadi tercerai berai, sehingga Nerakalah tempat yang
pantas baginya.

) ‫ ( من طلب الحديث لغير اهلل مكر به‬: - ‫ رحمه اهلل‬- ‫قال حماد بن سلمة‬
Hammad bin Salamah berkata : “barangsiapa yang menuntut ilmu Hadits niatnya tidak Ikhlas, maka ia akan celaka.”

‫ والعمل‬، ‫ ( العلم موقوف علي العمل‬: ‫وإن صالح النية في العلم ألكبر معين عليه كما قال أبو عبد اهلل الروذباري‬
) ‫ واإلخالص يورث الفهم عن اهلل عز وجل‬، ‫موقوف على اإلخالص‬
Dan sesungguhnya Niat yang Benar merupakan Faktor terbesar yang membantu kita dalam menuntut ilmu,
sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Abdillah Ar-raudzabariy : “Ilmu itu bersandar pada Amalan, dan Amalan itu
bersandar pada ke-Ikhlas-an, dan Ke-Ikhlas-an mewariskan Pemahaman tentang Allah.”

: ‫ ) عن إبراهيم النخعي أنه قال‬1/71 ( ‫وفي سننن الدارمي‬


. ) ‫( من ابتغي شيئًا من العلم يبتغي به وجه اهلل آتاه اهلل منه ما يكفيه‬
Dan disebutkan di Sunan Ad-Darimy, dari Ibrohim An-Nakhoi ia berkata : “barangsiapa yang menginginkan sebuah
ilmu dan dia ikhlas, maka Allah akan memberikan ilmu yang mencukupinya.”

‫ من‬:‫ بقوله تعالي )َو اَّتُق وا الَّلَه َو ُيَعِّلُم ُك ُم الَّلُه )(البقرة‬، ‫ يستدل بعض الناس على أن العمل يورث العلم دون تعلم‬: ‫تنبيه‬
)282‫اآلية‬
Peringatan: sebagian orang mengatakan “Amal itu bisa mendatangkan ilmu meski tanpa belajar, dan mereka berdalil
dengan Ayat “dan bertakwalah kepada Allah, Allah lah yang mengajarkanmu.” (Al-Baqarah: 282)

‫ ( اشتهر على ألسنة المدعين للتصوف في معني هاتين الجملتين‬: 3/128 ‫قال في (( تفسير المنار )) نقًال عن شيخه‬
‫ وما يأتون به فيها من‬، ‫ وبنوا على ذلك أن سلوك طريقتهم‬، ‫( َو اَّتُق وا الَّلَه َو ُيَعِّلُم ُك ُم الَّلُه )أن التقوى تكون سببًا للعلم‬
. ‫ بدون تعلم‬.. ‫ تثمر لهم العلوم اإللهية‬: ‫ واألحزاب‬، ‫ وتالوة األوراد‬، ‫الرياضة‬
Disebutkan di tafsir al-mannar : [telah tersebar dikalangan orang yang mengaku Sufi bahwa makna ayat ini (“dan
bertakwalah kepada Allah, Allah lah yang mengajarkanmu.”) bahwasannya ‘Takwa itu Sebab datangnya ilmu’
sehingga mereka mengklaim bahwa dengan mengerjakan amalan2 yang mereka kerjakan berupa riyadloh/tirakat,
membaca wirid dan Hizib itu semua menjadikan mereka mendapat Ilmu dan ilham/wangsit, tanpa harus belajar.

: ‫ويرد استداللهم باآلية على ذلك من وجهين‬


‫ ألن عطف ( يعلمكم ) علي ( اتقوا اهلل ) ينافي أن يكون جزاًء‬- ‫ وله الحق في ذلك‬- ‫ أنه ال يرضى به سيبويه‬: ‫أحدهما‬
.... ‫ ومرتبًا عليه ألن العطف يقتضى المغايرة‬، ‫له‬
Dan pendalilan mereka terhadap ayat tersebut bisa dibantah dari dua aspek :

13
Pertama : Imam Sibawaih tidak setuju dengannya –dan beliau punya hak berkomentar- karena `Athof tidak
bermakna hasil, karena `Athof itu menunjukkan adanya pergantian/perbedaan.

. ‫ والنتيجة مقدمة‬، ‫ أن قولهم هذا عبارة عن جعل المسبب سببًا والفرع أصًال‬: ‫الثاني‬
‫ فالعلم هو األصل األول وعليه المعول‬، ‫ فال تقوى بال علم‬، ‫فإن المعروف المعقول أن العلم هو الذي يثمر التقوى‬
. ‫ ا هـ‬. ) ...
Kedua : perkataan mereka mengandung makna menjadikan hasil/akibat menjadi sebab, dan menjadikan cabang
sebagai pokok, dan hasil malah didahulukan.
Sesungguhnya yang telah diketahui bersama dan yang sesuai dengan akal adalah bahwa ilmu –lah yang
membuahkan takwa, maka tidak ada takwa tanpa ilmu, maka ilmu adalah pokok dan sandaran.]

، ‫ ويدرك من الفوائد‬، ‫ فيستوعب من العلوم‬، ‫ أن العمل يكسب القلب قوة إيمانية‬: ‫وهذا كالم جيد ويضاف إليه إيضاحًا‬
‫ وهذا مشاهد بالعيان ومدرك بالحس‬. ‫ما ال يدركه من تأخر عن هذه الرتبة‬
Dan bantahan ini bagus dan bisa ditambahkan pula sebagai penjelas : bahwa amalan menjadikan hati memperoleh
kekuatan iman, maka memahami ilmu-ilmu, dan mengetahui/mendapatkan faidah-faidah yang tidak didapat oleh
mereka yang tidak sampai pada derajat ini, dan ini kita bisa kita saksikan dengan mata dan kita pahami dengan panca
indra.

) ‫ وقال ( َو اَّتُقوا الَّلَه َو ُيَعِّلُم ُك ُم الَّلُه‬، ‫أما من تعبد هلل وترك العلم‬
. ‫ واهلل الحافظ‬، ‫فهو جاهل ال تجاريه الرعاع في جهله‬
Adapun orang yang beribadah kepada Allah dan meninggalkan ilmu lalu berhujjah dengan ayat Allah “dan
bertakwalah kepada Allah, Allah lah yang mengajarkanmu.”
Maka dia adalah orang yang dungu (bodoh).

Intinya adalah, bahwa firman Allah ‫الَّلُه‬ ‫َّل ِّل‬


‫ َو اَّتُق وا ال َه َو ُيَع ُم ُك ُم‬adalah Kalimat yang terpisah. Dan Maknanya adalah,
bahwasannya Allah-lah yang Mengajarkanmu hal-hal yang bisa menjadikanmu bertaqwa,
jadi maknanya bukan “engkau tidak perlu belajar, beribadah saja, nanti ilmu akan datang sendiri” bukan.
Tapi apa ? Allah-lah yang Mengajarkanmu hal-hal yang bisa menjadikanmu bertaqwa,

Yang terakhir, jika kita ingin mengetahui sudahkah kita ikhlas dalam menuntut ilmu, maka lihatlah 5 hal ini :
1) Ia tidak suka orang lain tahu apa saja yg sudah ia pelajari. (ia tidak suka menyebut-nyebut pencapaiannya)
2) Tidak terpengaruh dengan pujian dan celaan
3) Tidak berhenti belajar ketika sendirian. (kalau bersama orang-orang dia rajin belajar, kalau sendirian tidak
belajar, maka ini tanda niatnya tidak benar)
4) Dia bahagia ketika dia tahu kesalahannya, sebagaimana dia bahagia ketika dia tahu dia benar.
5) Tidak hasad kepada orang lain.

Sekian.

14

Anda mungkin juga menyukai