Disusun Oleh
Nama
Fakultas
Prodi
Semester
: Putriningtyas Perdani
Inggit Puspita Sari
Okta Afriani
Tri Handayani
Meta Mura Yana
: Tarbiyah
: PGMI
: III (Tiga)
(13260043)
(13260025)
(13260039)
(13260057)
(13260034)
METRO-LAMPUNG
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan hidayahNYA penulis
akhirnya dapat menyelesaikan makalah tentang Etos Kerja Muslim.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut menyelesaikan pembuatan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
isi maupun penulisannya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi perbaikan dan penambahan pengetahuan dimasa
mendatang.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Amiin
Metro,
Desember 2014
Penulis
ii
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................
BAB II
PEMBAHASAN ..........................................................................
A. ETOS KERJA MUSLIM ........................................................
1. Sumber Riwayat .................................................................
2. Mukharriul Hadis ...............................................................
3. Takhrijul Hadis....................................................................
4. Asbab al-Wurud ..................................................................
5. Fiqhul Hadis ........................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
)(
Diriwayatkan dari Ibnu Umar, katanya aku mendengar Rasulullah Saw
bersabda: Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah. (Hr. ad-Darimi).
1. Sumber Riwayat
Adapun sumber riwayat yang langsung mendengar dan menerima hadis
tersebut dari Nabi Saw adalah Ibnu Umar. Ibnu Umar adalah nama singkatan dan
populernya. Nama lengkapnya adalah Abdullah ibn Umar ibn Khattab.
Keturunannya bertemu dengan keturunan Nabi Saw pada kakek Nabi Saw yang
bernama Kaab ibn Luaiy ibn Ghalib ibn Fihr. Beliau termasuk salah seorang dari
al-abadalah al-arbaah (empat Abdullah) yang populer, yaitu Abdullah ibn Umar,
Abdullah ibn Abbas, Abdullah ibn Amr ibn Ash, dan Abdullah ibn Zubaer.
Sebetulnya, sahabat Nabi Saw yang mempunyai nama Abdullah itu tidak kurang
dari 543 orang.
Abdullah bin Umar lahir ketika Nabi Saw tengah berkhalwat di Gua Hira
di Jabal Nur satu tahun sebelum Muhammad dilantik menjadi Nabi atau sekitar
tahun 10 SH. Ia masuk Islam bersama-sama dengan ayahnya Umar ibn Khattab
pada tahun ke-6 dari kenabian Muhammad Saw. Usianya ketika itu sekitar 7
tahun, sedangkan ayahnya Umar ibn Khattab berusia 27 tahun. Namun ada juga
ahli sejarah yang mencatat bahwa Abdullah ibn Umar masuk Islam lebih awal
sedikit dari ayahnya, hanya karena faktor keamanan yang tidak menjamin
al-mukatstsirun
min
ar-Riwayah
(sahabat
yang
terbanyak
2. Mukharriul Hadis
Adapun mukharrij yang mengeluarkan dan meriwayatkan hadis tersebut di
atas dan dihimpun dala kitab Susunannya hingga sampai ke tangan sekarang ini
adalah ad-Darimi. Nama lengkapnya ialah Abu Muhammad Abdullah ibn Abd arRahman ibn al-Fadhl ibn Bahram at-Tamimi ad-Darimi. Lebih populer dengan
nama ad-Darimi. Lahir pada tahun 181 H dan wafat pada tahun 255 H (868 M)
dalam usia 74 tahun. Ia sezaman dengan Bukhari, karena imam Bukhari wafat
setahun setelah ad-Darimi wafat, yaitu pada tahun 256 H. Bandar berkata,
penghapal-penghapal hadis di bumi ini ialah Abu Zurah, Bukhari, Ad-Darimi dan
Muslim. Jadi, ia termasuk salah seorang tokoh hadis yang terkemuka. Kredibilitas
mendukungnya.
4. Asbab al-Wurud
Adapun latar belakang yang menyebabkan lahirnya hadis tersebut adalah
sebagaimana diriwayatkan Bukhari yang bersumber dari Hizam, katanya: Aku
pernah meminta kepada Rasulullah Saw dan beliau memberi apa yang aku minta.
Lalu aku minta lagi dan beliau memberi lagi apa yang aku minta. Sesudah itu aku
minta lagi, dan beliau memberi lagi apa yang aku minta. Sesudah itu beliau
bersabda; Ya Hakim, harta itu sangat banyak dan ada di mana-mana. Maka
barangsiapa yang bersikap dermawan ia akan diberi berkah. Dan barangsiapa yang
menghadapi harta itu dengan jiwa yang rakus, maka ia laksana orang yang makan
namun tak pernah merasa kenyang. Tangan yang di atas lebih baik dari pada
tangan di bawah. Lalu Hakim berkata; Ya Rasulullah, Demi Zat yang
mengutus Tuan dengan membawa kebenaran, aku tidak akan meminta-minta lagi
kepada siapa pun sesudah meminta kepada tuan sekarang ini hingga aku
meninggal dunia. dalam riwayat lain yang disampaikan oleh Imam Ahmad yang
juga bersumber dari Hakim ibn Hizam, kata: Aku meminta sesuatu kepada
Rasulullah Saw dan aku bersumpah. Lalu beliau bersabda kepadaku: Ya Hakim,
alangkah seringnya engkau meminta. Ya Hakim, harta itu subur dan ada di manamana, kendali pun demikian aku selalu bersikap dermawan kepada manusia. Dan
bahwasannya tangan Allah itu selalu berada di atas tangan orang yang memberi,
dan tangan orang yang memberi berada di atas tangan yang diberi. Adapun tangan
yang paling rendah adalah tangan yang menerima.
5. Fiqhul Hadis
Dilihat dari segi
hadis tersebut dia tas jelas bahwa hadis tersebut sebagai tanggapan dan protes
terhadap seorang sahabat yang sering meminta-minta. Meminta-minta merupakan
sikap tidak terpuji, dan justru memperlihatkan sikap mental lemah dan
kemalasannya serta membebanakn kebutuhannya kepada orang lain. Sikap mental
malas dan lemah ini hakekatnya adalah sikap tidak mensyukuri nikmat anugerah
Allah. Syukur dalam terminologi al-Quran, arti dasarnya adalah membuka,
menampakkan, atau memperlihatkan. Dan syukur lawannya adalah kufur yang
berarti menutup. Orang yang rajin bekerja keras adalah sama dengan orang yang
mensyukuri nikmat Allah, sebab bekerja berarti membuka dan menampakkan
jikmat itu dengan cara mengoptimalkan potensi yang ia miliki sebagai anugerah
dari Allah, baik berupa tenaga, pikiran, perasaan, dan lain-lain. Sebaliknya, malas
dan menganggur sama dengan tidak mensyukuri nikmat, karena ia menutup dan
menyia-nyiakan potensi yang ia miliki sebagai nikmat yang Alah berikan
kepadanya. Dalam Al-Quran semua dimensi waktu disumpahkan Allah, seperti
demi malam, demi siang, demi fajar, demi dhuha, demi ashar, dan lain-lain selalu
dikatkan dengan kehidupan manusia. Itu berarti bahwa waktu itu sangat penting
dan perlu diperhatikan, karena sangat besar pengaruh dan dampaknya bagi proses
perjalanan kehidupan manusia. Misalnya
Demi masa atau Dem waktu ashar. Kata ini terdiri dari huruf
-- yang
arti dasarnya adalah Menekan dengan keras sehingga apa yang terdapat pada
bagian terdalamnya tampak keluar. Misalnya kelapa yang telah diparut lalu
diperas, maka sesuatu yang tadinya tidak tampak akhirnya muncul keluar. Sesuatu
yang keluar itu disebut santan sebagai hasil dari kerja keras memeras. Allah
bersumpah
untuk
mendatangkan
dan
mendapatkan
hasil
guna
memenuhi
kebutuhannya sehingga mampu memberi kepada orang lain dan tidak hanya
menerima. Sebaliknya, sikap malas dengan tidak memanfaatkan waktu untuk
bekerja keras, pasti merugi karena mentalnya sudah rusak, dan menyia-nyiakan
potensi nikmat, serta tidak memperoleh hasil yang bisa digunakan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Miskin dilihat dari segi etimologi berasal dari
akar kata (sa-ka-na) yang arti dasarnya adalah diam, tenang, tidak bergerak.
Maksudnya, bahwa orang miskin itu disebabkan karena ia tidak bergerak, malas,
pasif, dan tidak menggerakkan dan memanfaatkan potensi yang ia miliki.
Oleh karena itu, Rasulullah Saw dalam hadis di atas memprotes dan
mencela sikap meminta-minta seperti yang dilakukan sahabat hakim ibn Hizam,
dengan menggunakan bahasa yang sangat halus, indah dan menarik, yaitu
Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah. Ungkapan bahasa seperti
ini tentu saja tidak menyinggung perasaanj, tidak menyakitkan, tidak mematahkan
semangat tetapi justru membesarkan semangat dan memotivasi supaya rajin
bekerja sehingga tidak meminta-minta dan membebankan kebutuhannya kepada
orang lain. Dalam kesempatan ini, Nabi saw sebelum bersabda sebagaimana hadis
di atas, beliau terlebih dahulu mengajak dan menasehati agar rajin bekerja untuk
mendapatkan rezeki. Artinya, beliau merangkaikan perintah dan keutamaan
bekerja dengan ungkapan hadis di atas. Maka dari hasil usaha sendiri itu jauh
lebih baik dari pada mengemis dan meminta-minta. Hadis yang dimaksud adalah
riwayat Muslim bersumber dari Abu Hurairah, Nabi Saw bersabda :
Sesungguhnya makan suatu makanan dari hasil usaha tangannya sendiri
adalah yang terbaik.
Uma Islam harus mensyukuri nikmat pemberian Allah kepadanya dengan
cara mengoptimalkan potensi yang dimiliki dengan cara bekerja keras dan
maksimal untuk mendapatkan rizki yang terdapat di berbagai bidang dan lini
kehidupan. Dengan mendapatkan rizki sebagai hasil dari bekerja keras itu, maka
ia dapat memenuhi kebutuhan, memberi dan mengeluarkan infaq dan zakat
sebagaimana yang banyak diperintahkan dalam ajaran agama, baik dalam ayat alQuran maupun hadis. Ayat al-Quran yang memerintahkan mengeluarkan zakat.
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah
maha mendengar lagi maha mengetahui. (QS. At-Taubah (9) : 103).
diharapkan. Untuk lebih jelas dan detail serta operasional kerja yang saleh di sini
akan dikemukakan rumusan Toto Tasmara mengenai kerja yang saleh yang oleh
beliau diistilahkan dengan etos kerja muslim, yaitu :
1. Memiliki jiwa kepemimpinan. Kepemimpinan berarti suatu kemampuan untuk
mengambil posisi dan sekaligus memainkan peran sehingga kehadiran dirinya
memberikan pengaruh pada orang lain dan lingkungannya.
2. Selalu berhitung. Setiap langkah dalam kehidupannya selau memperhitungkan
segala aspek resikonya dan tentu saja perhitungan yang rasional.
3. Menghargai waktu. Waktu merupakan sehelai kertas kehidupan yang harus
ditulis dengan kalimat kerja dan prestasi.
4. Tidak pernah merasa puas berbuat kebaikan. Merasa puas di dalam berbuat
kebaikan adalah tanda-tanda kematian kreativitas.
5. Hidup berhemat dan efesien. Berhemat berarti mengestimasikan apa yang
akan terjadi di masa yang akan datang.
6. Memiliki jiwa wiraswasta. Memikirkan segala fenomena yang ada di
sekitarnya,
merenung
dan
kemudian
bergelora
semangatnya
untuk
10
12. Ulet dan pantang menyerah. Keuletan merupakan modal yang sangat besar
dalam mengadapi segala macam tantangan dan tekanan.
13. Berorientasi pada produktivitas. Produktivitas artinya keluaran yang
dihasilkan berbanding dengan masukkan dalam bentuk waktu dan enerji.
14. Memperkaya
jaringan
silaturrahmi.
Dalam
pola
silaturrahmi
proses
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepadaKu. (QS. Ad-Dzariyat (51) : 56).
Prof. Dr. Quraish Shihab menafsirkan bahwa huruf lam (yang dibaca li)
pada kata (li yabudun) mengandung arti akibat, dampak, atau kesudahan,
bukan dalam arti agar oleh karena itu, dipahami bahwa segala aktivitas manusia
berakhir sebagai ibadah kepada Allah. Tentu saja aktivitas atau kerja yang
dimaksud adalah harus disertai dengan keikhlasan dan diawali dengan basmalah
untuk mengingatkan akan tujuan akhir yang ingin dicapai dari aktivitasnya itu.
Bekerja, berkarya, dan berprestasi adalah ciri khas seorang manusia.
11