TENTANG
Disusun Oleh:
Kelompok 3
Dosen Pengampu :
Edriagus Saputra, S.Th.I., M.Ag
FAKULTAS USHULLUDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM SUMATERA BARAT
2022/2023
KATA PENGANTAR
Pada kesempatan kali ini, saya sebagai pemakalah dari tugas yang telah
diberikan, untuk menyajikan makalah hasil makalah yang berjudul :“Kitab
Sunan Al-Tirmizi”. Adapun tujuan penyusunan makalah ini antara lain, Pertama:
adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak dosen mata kuliah Studi
Hadis pada semester III. Kedua, topic yang diangkat dalam makalah ini, kami fikir
cukup menarik untuk didiskusikan bersama-sama.
Penyusun juga menyadari bahwa makalah yang saya susun masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu saya tetap menerima saran dan kritik dari semua pihak
agar nantinya makalah yang disusun dapat menjadi lebih baik.
Kelompok VI
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
BAB I.PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Biografi al-Tirmizi.....................................................................................2
A. Kesimpulan..............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
1
BAB I
PENDAHULUAN
Kitab Jami’ at-Tirmizi ini mempunyai ciri khas tersendiri yang tidak
didapati pada kitab-kitab lainnya.Hal ini dikarenakan kitab ini membawa banyak
hal baru dalam khazanah keilmuan hadits.Seperti; pertama, penyajian hadist
dalam kitab ini yang diikuti dengan penjelasan tentang kualitas hadist
tersebut.Kedua, adanya istilah ‘’Hasan’’ yang sebelumnya hanya mengenal
‘’Shahih” dan “Dhaif”.
Sebagai salah satu kitab hadits yang termasuk kedalam kitab pokok yang
enam (kutub al-Sittah), sunan al-Tirmidzi mempunyai metodologi penulisan kitab
yang berbeda dengan kitab hadits pokok lainnya.Hal ini dapat dilihat dari adanya
penilaian kualitas terhadap hadits-hadits yang ditulis di dalam kitabnya, yang
jarang dilakukan oleh penulis kitab hadits lainnya.
1
Nawir Yuslem, Sembilan kitab induk hadist , (Jakarta: Hijri Pustaka Utama,2006), hlm.
102
2
Hasan Su’aidi, Mengenal Kitab Sunan Al-Tirmidzi (Kitab Hadits H̜ asan), RELIGIA
Vol. 13, No. 1, April 2010, hlm. 123
3
10
BAB II
PEMBAHASAN
Nama lengkap At-Tirmidzi adalah Abu Isa Muhammad bin Isa bin Tsurah
bin Musa bin Ad-Dahhak As-Sulamy Ad-Daris Al-Biqhi at-Tirmidzi Ad-Dariri.
Beliau dilahirkan di kota Tirmidzi kawasan Bolkaha yang terkenal juga dengan
sebutan Jihun di daerah Transoksiana di Asia Tengah. Menurut keterangan
sebagian ulama Hadits, Imam Tirmidzi dilahirkan tahun 200 H (815 M) dan
menurut sebagian ulama lagi tahun 209 H (824 M).3
Sejak kecil beliau sudah senang mempelajari ilmu hadits dan Fiqh, beliau
menimba ilmu di berbagai wilayah yang meliputi Khurasan, Iraq dan Hijaz serta
lainnya untuk mencari hadits dengan menemui guru-guru ilmu Hadits. Pada ketiga
wilayah itulah at-Tirmidzi berguru hadits pada Qutaibah bin Sa’id al-Saqofi,
Ibrahim ibn Abdullah ibn Hatim al-Harawi, Abdullah ibn Muawiyah al-Jumahi,
Ali ibn Hajr Al-Marwazi, Suwaid ibn Nashr ibn Suwaid al-Marwazi, Abu Mus’ab
Ahmad bin Abi Bakar Al-Zuhri al-Madani, Muhammad bin Abdul Malik ibn Abi
Al-Syawarib dan lain sebagainya.5
3
Depag, Ensiklopedi Islam III( Jakarta : 1993 ), hlm. 1246 – 1248
4
Syaikh Ahmad Farid ,Edisi Indonesia Biografi 60 Ulama Ahlussunnah yang paling
berpengaruh dan fenomenal dalam sejarah Islam, (Jakarta: Darul Haq, 2012), hlm. 633
5
Ash-Shiddieqy’i, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits( Jakarta : Bulan Bintang, 1987),
hlm. 196
3
4
Selain itu juga beliau belajar kepada imam Muslim, imam Abu Dawud dan
lainnya, bahkan at-Tirmidzi juga menerima hadits dari guru-guru mereka seperti
Qutaiba bin Said, Muhammad bin Basyar. Dalam pembinaan ilmu-ilmu hadits
serta periwayatan, at-Tirmidzi berhasil membina kader ulama hadits yang
terkenal, semisal Abu Hamid Ahmad Abdullah ibn Dawud al-Marwazi al-Tajir,
al-Haisam ibn Kulaib al-Syasyi, Muhammad ibn Mahbub Abu al-Abbas al-
Mahbubi al-Marwazi,Ahmad ibn Yusuf Al-nasafi, Dawud ibn Nasr Suhail Al-
Bazzawi dan lain sebagainya.7
6
Hasjim Abbas, Pengantar Studi Hadis, (Surabaya : Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan
Ampel, 2003 ),hlm. 60-61
7
Ash-Shiddieqy’i, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits( Jakarta : Bulan Bintang, 1987),
hlm. 196
8
Depag, Ensiklopedi Islam III, 1246 – 1248
9
Hasan Su’aidi, Mengenal Kitab Sunan Al-Tirmidzi (Kitab Hadits H̜ Asan), RELIGIA
Vol. 13, No. 1, April 2010. hlm. 125
5
lanjut. Hal ini karena al-Tirmidzi termasuk ke dalam ulama hadits yang mengakui
adanya periwayatan hadits bi al-ma’na (yaitu periwayatan hadits yang
redaksionalnya berbeda akan tetapi materi haditsnya sama).10
1. Juz I terdiri dari 2 kitab, yaitu tentang Thaharah dan Shalat, yang
meliputi 184 bab dan 237 hadits.
2. Juz II terdiri dari kitab Witir, Jumu'ah,‘Idayn dan Safar, meliputi 260
bab dan 355 hadits.
3. Juz III terdiri dari kitab zakat, Shiyam, Haji, Janazah, nikah, Rada`,
Talak dan Li'an, Buyu' dan al-Ahkam, yang meliputi 516 bab dan 781
hadits.
4. Juz IV terdiri dari kitab Diyat, Hudud, Sa’id, Zabi'ah, Ahkam dan
Wa'id, D̡ahi, Siyar, Fad̡ilah Jihad, Libas, Ath'imah, Asyribah, Birr wa
Silah, al-Tibb, Fara`id, Wasaya, Wali dan Hibah, Fitan, alRa`yu,
Syahadah, Zuhd, Qiyamah, Raqa`iq dan Wara`, Jannah dan
Jahannam, meliputi 734 bab dan 997 hadits.
5. Juz V terdiri dari 10 pembahasan yaitu tentang iman, ilmu, Isti`zan,
Adab, al-Nisa`, Fada`il al-Qur`an, Qira`ah, Tafsir al-Qur`an,Da`awat,
Manaqib yang kesemuanya meliputi 474 bab dan 773 hadits, ditambah
dengan pembahasan ilal.
10
Ibid
11
Ahmad Sutarmadi, Al-Imam al-Tirmidzi Peranannya Dalam Pengembangan Hadits dan
Fiqh, (Ciputat: 1988), hlm. 160
6
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa jumlah 3.956 hadits yang
diriwayatkan al-Tirmidzi tidak semuanya shahih. Oleh karena itu, di sini perlu
dijelaskan kualitas maupun kuantitas hadits yang terdapat di dalam kitab tersebut
dengan rincian sebagai berikut:13
hadits atau 1/5 %, sedangkan 344 buah atau 7,8 % merupakan hadits yang tidak
dinilai secara pasti oleh al-Tirmidzi, tetapi hanya diberi penjelasan tentang
tingkatan perawi, isnad maupun matannya yang penilaian tersebut berputar pada
istilah hadits munkar, mudtarib dan lainnya.14
1. Keadaan perawi adil, tsiqah, dabit, selalu bergaul dengan alZuhri baik
dalam bepergian maupun di rumah. Ini adalah merupakan syarat yang
dikemukakan oleh Bukhari.
2. Keadaan perawi seperti tingkatan yang pertama, tetapi kurang
pergaulannya dengan al-Zuhri, itulah syarat yang dikemukakan oleh
Muslim.
3. Keadaan perawi seperti pada tingkatan pertama, juga pergaulannya dengan
al-Zuhri, tetapi mereka belum jelas mengenai kejujurannya. Keadaan
demikian menyebabkan terjadi keraguan apakah riwayatnya ditolak atau
diterima. Abu Dawud dan al-Nasai dapat menerima keadaan perawi yang
ada pada tingkatan ketiga ini.
4. Keadaan perawi seperti tingkatan ketiga, tetapi diusahakan keterangan
lebih lanjut keadaan perawi itu sebenarnya. Apabila yang sudah
didapatkan keterangan mengenai seorang perawi yang dimaksudkan,
kemudian dijelaskan keadaan itu apakah dapat diterima ataukah ditolak. Di
14
Ibid, hlm. 165
15
Ibid,..hlm. 82
8
samping itu diusahakan adanya saksi (syƗhid) terhadap perawi itu atau
dicarikan hadits yang menyerupai (mutƗbi'). Menurut al-Hazimi syarat al-
Tirmidzi ini lebih mendalam dan ilmiah daripada syarat Abu Dawud dan
al-Nasai.
5. Keadaan perawi lemah hafalan, tidak dikenal. Abu Dawud dan lainnya
hanya dapat menerima dengan syarat banyaknya syƗhid dan adanya mutƗbi'
yang lain. Sedangkan Bukhari dan Muslim menolak hadits yang
diriwayatkan dari tingkatan kelima ini.
Al-Tirmidzi menerima riwayat dari tingkatan yang lebih tinggi dan yang
lebih rendah yakni tingkatan yang kelima dengan mengupayakan adanya syahid
dan mutabi’(padanan hadits).16Untuk lebih jelasnya dapat diterangkan bahwa para
perawi yang haditsnya terhimpun di dalam kitab Sunan al-Tirmidzi mempunyai
lima tingkatan (thabaqat) yaitu:17
1. Para perawi yang mempunyai predikat al-tsiqat al-huffaz, dalam kitab al-
Tirmidzi perawi dengan predikat yang demikian ini jumlahnya sangat
banyak, dan kebanyakan perawi-perawi tersebut juga merupakan perawi
hadits yang ada di dalam kitab shahih Bukhari dan Muslim.
2. Para perawi yang tingkatannya di bawah tingkatan perawi yang pertama,
berkaitan dengan hadits ini al-Tirmidzi kadangkala menganggap hadits
yang mereka riwayatkan shahih dan terkadang h̜ asan.
3. Para perawi yang mastnjr (tidak diketahui tingkat validitasnya) dan jujur,
akan tetapi tidak termasuk ke dalam perawi yang mempunyai hafalan yang
kuat dan terkenal sangat dapat dipercaya. Terhadap perawi yang demikian
ini al-Tirmidzi terlebih dahulu meriwayatkan hadits-hadits yang senada
dengan hadits-hadits yang diriwayatkan oleh para perawi pada tingkatan
ini, dan jika hadits-hadits yang senada tersebut dapat memperkuatnya
maka hadits yang diriwayatkan perawi pada tingkatan ini kemudian dinilai
oleh al-Tirmidzi sebagai hadits h̜ asan.
16
Hasan Su’aidi, Mengenal Kitab Sunan Al-Tirmidzi (Kitab Hadits H̜ asan),...hlm. 130
17
Ibid,..hlm. 131
9
Dengan melihat pola pikir yang diterapkan oleh al-Tirmidzi tersebut maka
tidaklah mengherankan jika pada akhirnya al-Tirmidzi mempunyai banyak
klasifikasi hadits dibandingkan dengan ulama hadits lainnya. Keistimewaan dan
keunggulan lain dari kitab Sunan al-Tirmidzi dibandingkan dengan kitab-kitab
hadits lainnya adalah adanya hadits yang diriwayatkan oleh al-Tirmidzi di dalam
kitabnya tersebut hanya dengan melalui tiga tingkatan perawi atau yang biasa
diistilahkan dengan hadits tsulasi.
Seperti yang telah menjadi kesepakatan ulama hadits bahwa kitab Sunan
al-Tirmidzi menduduki peringkat keempat dari enam kitab yang dianggap sebagai
kitab hadits yang mempunyai tingkat validitas yang tinggi dibawah kitab Sunan
Abu Dawud.
18
Ibid,..hlm.132
11
:يقولوسلمعليهاللهصلىاللهرسولسمعتقالدرداءبياعن
،فضل العا لم على العابد كفضل القمر على الكو كب،
19
Faisal Ahmad syah,dkk, Manahij Al Muhaddistin Metode dan Pendekatan Sarjana
Hadist, (Kuala Lumpur: Jabatan Alqur’an dan Al Hadist,2010), hlm.102
20
Ahmad Sutarmadi, Al Imam Al Tirmidzi, ( Ciputat: PT Logos wacana Ilmu, 1998),
hlm.160
1
2
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
3
13
13
DAFTAR PUSTAKA
Yuslem, Nawir, Sembilan kitab induk hadist , Jakarta: Hijri Pustaka Utama,2006
14