Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH STUDI KITAB HADITS

TENTANG

KITAB SUNAN AL - TIRMIZI

Disusun Oleh:
Kelompok 3

Rahmat Ridho Illahi: 210304011


Sri Wahyuni Ningsih: 210304013

Dosen Pengampu :
Edriagus Saputra, S.Th.I., M.Ag

FAKULTAS USHULLUDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM SUMATERA BARAT
2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah Swt,. Yang tetap


memberikan kita kekuatan, kesehatan, melimpahkan ilmu pengetahuan kepada
kita, dan terutama telah menurunkan Islam yang mulia sebagai agama yang
menjadi tuntutan hidup kita.

Pada kesempatan kali ini, saya sebagai pemakalah dari tugas yang telah
diberikan, untuk menyajikan makalah hasil makalah yang berjudul :“Kitab
Sunan Al-Tirmizi”. Adapun tujuan penyusunan makalah ini antara lain, Pertama:
adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak dosen mata kuliah Studi
Hadis pada semester III. Kedua, topic yang diangkat dalam makalah ini, kami fikir
cukup menarik untuk didiskusikan bersama-sama.

Penyusun mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak


yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada Dosen
Pembimbing. Demikian juga kepada pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu
persatu, yang telah banyak memberikan masukan - masukan agar makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik.

Penyusun juga menyadari bahwa makalah yang saya susun masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu saya tetap menerima saran dan kritik dari semua pihak
agar nantinya makalah yang disusun dapat menjadi lebih baik.

Pariaman, 1 November 2022

Kelompok VI
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................i

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

BAB I.PENDAHULUAN.......................................................................................1

BAB II. PEMBAHASAN.......................................................................................2

A. Biografi al-Tirmizi.....................................................................................2

B. Sistematika Penulisan Kitab al-Tirmizi.....................................................3

C. Metode al-Tirmizi Dalam Menyusun Materi Hadis...................................6

D. Jumlah Hadis Pada Kitab Sunan al-Tirmizi.............................................10

E. Penilaian Ulama Terhadap Kitab Sunan al-Tirmizi.................................11

F. Kitab-Kitab Syarah al-Tirmizi .....................................................................

BAB III. PENUTUP.............................................................................................13

A. Kesimpulan..............................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
1

BAB I
PENDAHULUAN

Imam at Tirmizimerupakan tokoh, serta penghimpun hadist yang terkenal.


Khazanah keilmuan klasik mencatat sosok Imam Tirmizi sebagai salah satu
periwayat dan ahli hadist utama,selain Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan sederet
nama lainnya.

Kitab sunan at Tirmizi adalah merupakan karya terbesar, dari imam at


Tirmizi.Terhadap kitabnya ini imam At Tirmizi mengatakan bahwa saya menulis
ini, dan selanjutnya saya menunjukkannya kepada para ulama di Hijaz, Iraq,
Khurasan.Mereka menerima dengan senang kitab tersebut.1

Karyanya Kitab Al Jami’, yang dikenal dengan Jami’ at-tarmizi atau


Sunan At-Tarmizi,2 menjadi salah satu rujukan penting yang berkaitan dengan
masalah hadist dan ilmu hadist, serta masuk kedalam Kutubus Sittah (enam kitab
pokok di bidang hadist) dan ensiklopedia hadist terkenal.

Kitab Jami’ at-Tirmizi ini mempunyai ciri khas tersendiri yang tidak
didapati pada kitab-kitab lainnya.Hal ini dikarenakan kitab ini membawa banyak
hal baru dalam khazanah keilmuan hadits.Seperti; pertama, penyajian hadist
dalam kitab ini yang diikuti dengan penjelasan tentang kualitas hadist
tersebut.Kedua, adanya istilah ‘’Hasan’’ yang sebelumnya hanya mengenal
‘’Shahih” dan “Dhaif”.

Sebagai salah satu kitab hadits yang termasuk kedalam kitab pokok yang
enam (kutub al-Sittah), sunan al-Tirmidzi mempunyai metodologi penulisan kitab
yang berbeda dengan kitab hadits pokok lainnya.Hal ini dapat dilihat dari adanya
penilaian kualitas terhadap hadits-hadits yang ditulis di dalam kitabnya, yang
jarang dilakukan oleh penulis kitab hadits lainnya.

1
Nawir Yuslem, Sembilan kitab induk hadist , (Jakarta: Hijri Pustaka Utama,2006), hlm.
102
2
Hasan Su’aidi, Mengenal Kitab Sunan Al-Tirmidzi (Kitab Hadits H̜ asan), RELIGIA
Vol. 13, No. 1, April 2010, hlm. 123

3
10

Imam at-Tirmizi meriwayatkan hadist memiliki kedalaman ilmu yang baik


dengan cara mendatangi para ulama besar, imam-imam besar dan kepada
merekalah berpuncak pemahaman dan hafalan hadistnya, serta mengambil dari
mereka. Kemudian dia menyempurakan pemahaman ilmu perolehannya dan
pendalamannya, lalu tampaak kematangannya, sehingga dia maju ke mihrab
imamah dalam hadist tanpa ada yang menyelisihi dan menghalangi.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Imam At Tirmidzi

Nama lengkap At-Tirmidzi adalah Abu Isa Muhammad bin Isa bin Tsurah
bin Musa bin Ad-Dahhak As-Sulamy Ad-Daris Al-Biqhi at-Tirmidzi Ad-Dariri.
Beliau dilahirkan di kota Tirmidzi kawasan Bolkaha yang terkenal juga dengan
sebutan Jihun di daerah Transoksiana di Asia Tengah. Menurut keterangan
sebagian ulama Hadits, Imam Tirmidzi dilahirkan tahun 200 H (815 M) dan
menurut sebagian ulama lagi tahun 209 H (824 M).3

Ahmad Muhammad Syakir menambah dengan sebutan Al-Dariri karena ia


mengalami kebutaan di masa tuanya. Sedangkan Al-Sulami adalah nisbah kepada
Bani Sulaim, sebuah kabilah dari suku ‘Aylan. At-Tirmidzi adalah nisbah kepada
tempat kelahiran beliau yaitu di Turmudz, sebuah kota kuno yang terletak di
pinggiran sungai Jihun (Amudariyah) utara Iran, di kota ini kemudian di kenal
dengan gelar at-Tirmidzi.4

Sejak kecil beliau sudah senang mempelajari ilmu hadits dan Fiqh, beliau
menimba ilmu di berbagai wilayah yang meliputi Khurasan, Iraq dan Hijaz serta
lainnya untuk mencari hadits dengan menemui guru-guru ilmu Hadits. Pada ketiga
wilayah itulah at-Tirmidzi berguru hadits pada Qutaibah bin Sa’id al-Saqofi,
Ibrahim ibn Abdullah ibn Hatim al-Harawi, Abdullah ibn Muawiyah al-Jumahi,
Ali ibn Hajr Al-Marwazi, Suwaid ibn Nashr ibn Suwaid al-Marwazi, Abu Mus’ab
Ahmad bin Abi Bakar Al-Zuhri al-Madani, Muhammad bin Abdul Malik ibn Abi
Al-Syawarib dan lain sebagainya.5

Pada usia 40 tahun at-Tirmidzi berguru kepada imam Bukhori di bidang


Hadits, Illat hadits dan Fiqh sehingga beliau dikenal sebagai korp diskusi dalam
bidang teori Illat hadits. Tampak membekas sekali pengaruh binaan imam Bukhari

3
Depag, Ensiklopedi Islam III( Jakarta : 1993 ), hlm. 1246 – 1248
4
Syaikh Ahmad Farid ,Edisi Indonesia Biografi 60 Ulama Ahlussunnah yang paling
berpengaruh dan fenomenal dalam sejarah Islam, (Jakarta: Darul Haq, 2012), hlm. 633
5
Ash-Shiddieqy’i, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits( Jakarta : Bulan Bintang, 1987),
hlm. 196

3
4

sehingga dalam kalangan muhadditsin imam at-Tirmidzi di kenal sebagai al-


Hafidz al-Naqid (kritikus Hadits).6

Selain itu juga beliau belajar kepada imam Muslim, imam Abu Dawud dan
lainnya, bahkan at-Tirmidzi juga menerima hadits dari guru-guru mereka seperti
Qutaiba bin Said, Muhammad bin Basyar. Dalam pembinaan ilmu-ilmu hadits
serta periwayatan, at-Tirmidzi berhasil membina kader ulama hadits yang
terkenal, semisal Abu Hamid Ahmad Abdullah ibn Dawud al-Marwazi al-Tajir,
al-Haisam ibn Kulaib al-Syasyi, Muhammad ibn Mahbub Abu al-Abbas al-
Mahbubi al-Marwazi,Ahmad ibn Yusuf Al-nasafi, Dawud ibn Nasr Suhail Al-
Bazzawi dan lain sebagainya.7

Sistem belajar berdiskusi serta mengarang pada akhirnya beliau hidup


sebagai tuna netra, lantas beberapa tahun kemudian beliau meninggal di kota
Buqg di dekat kota Turmudz pada tanggal 13 Rajab 279 H atau 9 Oktober 892 M
pada hari Senin.8

B. Sistematika Penulisan Kitab At-Tirmidzi

Pada generasi Atba’ atba’ al-Tabi’in,pada abad ketiga hijriyah, sistematika


seperti itu telah berubah.Para ahli hadits ternama seperti Muhammad ibn Ismail
al-Bukhari, Abu Dawud, al-Nasa`i, al-Tirmidzi, Ibn Majah dan lainnya, telah
berusaha menciptakan metode penulisan kitab hadits yang baru. Metode yang
mereka gunakan adalah dengan cara menulis hadits diurutkan dengan bab per
bab.9

At-Tirmidzi termasuk ke dalam perawi yang mengikuti metode penulisan


ini dan lebih mirip dengan metode penulisan yang digunakan oleh
Muslim.Persamaan ini dilihat dari segi pengumpulan jalur suatu hadits dengan
banyaknya perawi dengan susunan matan yang satu tanpa adanya penjelasan lebih

6
Hasjim Abbas, Pengantar Studi Hadis, (Surabaya : Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan
Ampel, 2003 ),hlm. 60-61
7
Ash-Shiddieqy’i, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits( Jakarta : Bulan Bintang, 1987),
hlm. 196
8
Depag, Ensiklopedi Islam III, 1246 – 1248
9
Hasan Su’aidi, Mengenal Kitab Sunan Al-Tirmidzi (Kitab Hadits H̜ Asan), RELIGIA
Vol. 13, No. 1, April 2010. hlm. 125
5

lanjut. Hal ini karena al-Tirmidzi termasuk ke dalam ulama hadits yang mengakui
adanya periwayatan hadits bi al-ma’na (yaitu periwayatan hadits yang
redaksionalnya berbeda akan tetapi materi haditsnya sama).10

Adapun bab-bab yang ada di dalam kitab Sunan al-Tirmidzi secara


keseluruhan terdiri dari 2.376 bab dan 3.956 hadits dengan perincian sebagai
berikut:11

1. Juz I terdiri dari 2 kitab, yaitu tentang Thaharah dan Shalat, yang
meliputi 184 bab dan 237 hadits.
2. Juz II terdiri dari kitab Witir, Jumu'ah,‘Idayn dan Safar, meliputi 260
bab dan 355 hadits.
3. Juz III terdiri dari kitab zakat, Shiyam, Haji, Janazah, nikah, Rada`,
Talak dan Li'an, Buyu' dan al-Ahkam, yang meliputi 516 bab dan 781
hadits.
4. Juz IV terdiri dari kitab Diyat, Hudud, Sa’id, Zabi'ah, Ahkam dan
Wa'id, D̡ahi, Siyar, Fad̡ilah Jihad, Libas, Ath'imah, Asyribah, Birr wa
Silah, al-Tibb, Fara`id, Wasaya, Wali dan Hibah, Fitan, alRa`yu,
Syahadah, Zuhd, Qiyamah, Raqa`iq dan Wara`, Jannah dan
Jahannam, meliputi 734 bab dan 997 hadits.
5. Juz V terdiri dari 10 pembahasan yaitu tentang iman, ilmu, Isti`zan,
Adab, al-Nisa`, Fada`il al-Qur`an, Qira`ah, Tafsir al-Qur`an,Da`awat,
Manaqib yang kesemuanya meliputi 474 bab dan 773 hadits, ditambah
dengan pembahasan ilal.

Dengan memperhatikan pembagian juz dalam kitab Sunan al-Tirmidzi


tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kitab tersebut terlihat sistematis dan
mudah, sehingga terjadinya pengulangan hadits menjadi terhindarkan.Oleh karena
itu kitab tersebut dengannya lebih dapat mencakup banyak masalah.

10
Ibid
11
Ahmad Sutarmadi, Al-Imam al-Tirmidzi Peranannya Dalam Pengembangan Hadits dan
Fiqh, (Ciputat: 1988), hlm. 160
6

C. Metode at-Tirmizi dalam Menyusun Materi Hadis


At-Tirmizi mencantumkan judul di setiap awal bab, kemudian
mencantumkan satu atau dua hadis yang dapat mencerminkan dan mencakup isi
judulnya, setelah itu beliau mengemukakan opini pribadi tentang kualitas hadis
apakah ia sahih, hasan atau da’if. Untuk tujuan ini beliau menggunakan istilah
yang tidak biasa dipakai oleh para ulama sebelumnya. Beliau juga mencantumkan
opini-opini terdahulu, para ahli hukum dan imam yang berkaitan dengan pelbagai
masalah, lebih dari itu beliau juga menunjukkan jika masih ada hadis-hadis yang
diriwayatkan oleh para sahabat lainnya yang berkenaan dengan masalah yang
sama, bahkan jika ia mempunyai hubungan dengannya.12

D. Jumlah Hadist Pada Kitab Sunan At-Tirmizi

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa jumlah 3.956 hadits yang
diriwayatkan al-Tirmidzi tidak semuanya shahih. Oleh karena itu, di sini perlu
dijelaskan kualitas maupun kuantitas hadits yang terdapat di dalam kitab tersebut
dengan rincian sebagai berikut:13

1. Hadits shahih berjumlah 158 buah = 4%


2. Hadits hasan gharib berjumlah 1.454 buah = 36%
3. Hadits shahih gharib berjumlah 8 buah = 0,2%
4. Hadits hasan shahih gharib berjumlah 254 buah = 6%
5. Hadits hasan berjumlah 705 buah = 18 %
6. Hadits hasan gharib berjumlah 571 buah = 14 %
7. Hadits gharib berjumlah 412 buah = 10 %
8. Hadits dhaif berjumlah 73 buah = 2%
9. Hadits tidak dinilai dengan jelas berjumlah 344 buah = 7,8 %

Dari keseluruhan hadits yang terdapat di dalam kitab sunan al-Tirmidzi,


yang paling banyak adalah berkualitas h̜ asan shahih, yang mencapai 1.454 buah,
kurang lebih 36 %, kemudian jumlah terbanyak kedua adalah hadits h̜ asan
mencapai 705 buah atau 18 %, sementara hadits shahih gharib berjumlah 8 buah
12
Nawir Yuslem, Sembilan Kitab Induk Hadist , (Jakarta: Hijri Pustaka Utama,2006),
hlm. 104
Ibid, hlm. 164
13
7

hadits atau 1/5 %, sedangkan 344 buah atau 7,8 % merupakan hadits yang tidak
dinilai secara pasti oleh al-Tirmidzi, tetapi hanya diberi penjelasan tentang
tingkatan perawi, isnad maupun matannya yang penilaian tersebut berputar pada
istilah hadits munkar, mudtarib dan lainnya.14

E. Penilaian Ulama Terhadap Kitab Sunan Al-Tirmizi

Untuk mengetahui nilai Al Jami’ Al Shahih atau sering disebut juga


dengan Sunan al-Tirmidzi diperlukan perbandingan syarat antara lima imam atau
setidaknya dengan Bukhari dan Muslim. Para ulama hadits telah merumuskan
pola pikir masing-masing mengenai hadits yang akan ditulis dalam kitabnya. Pola
pikir itu meliputi beberapa hal antara lain menetapkan keadaan perawi dengan
syarat-syarat tertentu, seperti harus adil, kuat hafalan (dabit), taqwa dan lain-lain.
Kemudian diteliti pula gurugurunya juga murid-muridnya.

Al-Hazimi membagi tingkatan itu menjadi lima tingkatan dan dapat


dijelaskan sebagai berikut:15

1. Keadaan perawi adil, tsiqah, dabit, selalu bergaul dengan alZuhri baik
dalam bepergian maupun di rumah. Ini adalah merupakan syarat yang
dikemukakan oleh Bukhari.
2. Keadaan perawi seperti tingkatan yang pertama, tetapi kurang
pergaulannya dengan al-Zuhri, itulah syarat yang dikemukakan oleh
Muslim.
3. Keadaan perawi seperti pada tingkatan pertama, juga pergaulannya dengan
al-Zuhri, tetapi mereka belum jelas mengenai kejujurannya. Keadaan
demikian menyebabkan terjadi keraguan apakah riwayatnya ditolak atau
diterima. Abu Dawud dan al-Nasai dapat menerima keadaan perawi yang
ada pada tingkatan ketiga ini.
4. Keadaan perawi seperti tingkatan ketiga, tetapi diusahakan keterangan
lebih lanjut keadaan perawi itu sebenarnya. Apabila yang sudah
didapatkan keterangan mengenai seorang perawi yang dimaksudkan,
kemudian dijelaskan keadaan itu apakah dapat diterima ataukah ditolak. Di

14
Ibid, hlm. 165
15
Ibid,..hlm. 82
8

samping itu diusahakan adanya saksi (syƗhid) terhadap perawi itu atau
dicarikan hadits yang menyerupai (mutƗbi'). Menurut al-Hazimi syarat al-
Tirmidzi ini lebih mendalam dan ilmiah daripada syarat Abu Dawud dan
al-Nasai.
5. Keadaan perawi lemah hafalan, tidak dikenal. Abu Dawud dan lainnya
hanya dapat menerima dengan syarat banyaknya syƗhid dan adanya mutƗbi'
yang lain. Sedangkan Bukhari dan Muslim menolak hadits yang
diriwayatkan dari tingkatan kelima ini.

Al-Tirmidzi menerima riwayat dari tingkatan yang lebih tinggi dan yang
lebih rendah yakni tingkatan yang kelima dengan mengupayakan adanya syahid
dan mutabi’(padanan hadits).16Untuk lebih jelasnya dapat diterangkan bahwa para
perawi yang haditsnya terhimpun di dalam kitab Sunan al-Tirmidzi mempunyai
lima tingkatan (thabaqat) yaitu:17

1. Para perawi yang mempunyai predikat al-tsiqat al-huffaz, dalam kitab al-
Tirmidzi perawi dengan predikat yang demikian ini jumlahnya sangat
banyak, dan kebanyakan perawi-perawi tersebut juga merupakan perawi
hadits yang ada di dalam kitab shahih Bukhari dan Muslim.
2. Para perawi yang tingkatannya di bawah tingkatan perawi yang pertama,
berkaitan dengan hadits ini al-Tirmidzi kadangkala menganggap hadits
yang mereka riwayatkan shahih dan terkadang h̜ asan.
3. Para perawi yang mastnjr (tidak diketahui tingkat validitasnya) dan jujur,
akan tetapi tidak termasuk ke dalam perawi yang mempunyai hafalan yang
kuat dan terkenal sangat dapat dipercaya. Terhadap perawi yang demikian
ini al-Tirmidzi terlebih dahulu meriwayatkan hadits-hadits yang senada
dengan hadits-hadits yang diriwayatkan oleh para perawi pada tingkatan
ini, dan jika hadits-hadits yang senada tersebut dapat memperkuatnya
maka hadits yang diriwayatkan perawi pada tingkatan ini kemudian dinilai
oleh al-Tirmidzi sebagai hadits h̜ asan.

16
Hasan Su’aidi, Mengenal Kitab Sunan Al-Tirmidzi (Kitab Hadits H̜ asan),...hlm. 130
17
Ibid,..hlm. 131
9

4. Para perawi yang dhaif dan meriwayatkan hadits secara tafarrud


(menyendiri) meskipun tidak sangat lemah, perawi yang demikian ini di
dalam kitab al-Tirmidzi jumlahnya sangat sedikit.
5. Para perawi yang tingkatannya wahi (rendah) dan matruk (yang
ditinggalkan) terhadap perawi yang demikian ini al-Tirmidzi dalam kitab
'ilal nya menjelaskan bahwa dia tidak terlalu memperhatikan hadits yang
diriwayatkan oleh perawi pada tingkatan ini, kecuali hanya sesekali
menyebutkannya dengan disertai tanbih (peringatan).

Dengan melihat pola pikir yang diterapkan oleh al-Tirmidzi tersebut maka
tidaklah mengherankan jika pada akhirnya al-Tirmidzi mempunyai banyak
klasifikasi hadits dibandingkan dengan ulama hadits lainnya. Keistimewaan dan
keunggulan lain dari kitab Sunan al-Tirmidzi dibandingkan dengan kitab-kitab
hadits lainnya adalah adanya hadits yang diriwayatkan oleh al-Tirmidzi di dalam
kitabnya tersebut hanya dengan melalui tiga tingkatan perawi atau yang biasa
diistilahkan dengan hadits tsulasi.

Kritikan itu di antaranya disampaikan oleh Abu Rayyah yang mengatakan


bahwa kitab Sunan al-Tirmidzi juga mengandung beberapa hadits yang tidak
shahih.Kritik yang lain dikemukakan oleh Muhammad ibn Sa'ad al-Maslahab
yang mempertanyakan tentang mengapa al-Tirmidzi menggunakan jalur sanad
yang masih diragukan kejujuran perawi-perawinya padahal dia mengetahui jalur
sanad yang lebih tinggi.

Sementara itu para ulama menyimpulkan bahwa kelemahan Sunan al-


Tirmidzi dalam kitabnya terdapat dalam empat hal yaitu:

1. Meriwayatkan beberapa hadits yang dhaif dan wahi’ (rendah)


2. Sangat mudah dalam memberikan predikat hadits dengan predikat shahih
atau h̜ asan.
3. Sangat mudah dalam memberikan penilaian terhadap perawi-perawi
hadits.
1
0

4. Menyebutkan hadits yang gharib (yang hanya diriwayatkan oleh seorang


perawi) dan hadits yang tidak kuat dalam permulaan setiap bab dari
kitabnya kemudian mengikutinya dengan hadits yang lebih kuat.18

Terhadap empat kelemahan ini, ulama hadits lainnya menjelaskan masing-


masing dari kelemahan tersebut, kelemahan pertama dapat dijelaskan bahwa
adanya al-Tirmidzi meriwayatkan beberapa hadits yang dha’if dan wahi
dikarenakan al-Tirmidzi tidak mensyaratkan hadits yang ada di dalam kitabnya itu
harus menduduki peringkat shahih, dan hanya mensyaratkan kepada hadits-hadits
yang diamalkan serta dijadikan hujjah oleh para fuqaha.Meskipun demikian al-
Tirmidzi selalu menjelaskan derajat dari setiap hadits yang ada.

Terhadap kelemahan kedua dapat dijelaskan bahwa hal yang berkaitan


dengan kualitas hadits merupakan masalah ijtihihad sehingga tidaklah
mengherankan jika al-Dzahabi memberikan penilaian bahwa predikat hadits
shahih dan h̜ asan yang diterapkan al-Tirmidzi adalah dhaif.Demikian juga dengan
kelemahan yang ketiga.

Adapun kelemahan yang keempat dapat dijelaskan bahwa penyebutan


hadits yang gharib atau dhaif kemudian diikuti dengan hadits yang shahih dalam
setiap bab yang ada di dalam kitabnya bukanlah merupakan cacat yang dapat
mengurangi derajat kitab tersebut. Hal ini dikarenakan al-Tirmidzi selalu
menjelaskan hadits yang shahih.Bahkan sebaliknya hal inilah yang dapat
menjelaskan keistimewaan al-Tirmidzi dan kitabnya.

Seperti yang telah menjadi kesepakatan ulama hadits bahwa kitab Sunan
al-Tirmidzi menduduki peringkat keempat dari enam kitab yang dianggap sebagai
kitab hadits yang mempunyai tingkat validitas yang tinggi dibawah kitab Sunan
Abu Dawud.

18
Ibid,..hlm.132
11

F. Kitab-Kitab Syarah Al-Tirmizi

Hasil karya Imam Al-Tirmizi adalah karena kesungguhan al-Tirmizi dalam


menggali hadis dan ilmu pengetahuaan. Adapun tercermin dalam karya-karyanya,
yaitu :19

1. Kitab Al-Jami’ al-Shahih,yang dikenal dengan al-Jami’ al-Tirmizi, atau


lebih popular dengan Sunnan al-Tirmizi.
2. Kitab al-Ilalal Shaghir, kitab ini terdapat pada akhir kitab al-Jami’ al-
Tirmizi
3. Kitab al-Ilal al-Mufrad atau al-Ilal Kabir yang mendapat bahan dari al-
Bukhari
4. Kitab al-Tarikh
5. Kitab al-Syama’il al-Muhammadiyah
6. Kitab al-Zuhud yang merupakan kitaab tersendiri, yang tidak sempat
diamankan,sehingga tidak dapat ditemukan.
7. Kitab al-Asma’ wa al-Kunya
8. Kitaab al-Ashar al-Mauqufah

Kitab al-Tirmidzi banyak memuat hadist hasan, maka membuat kitab


tersebut popular dengan kitab hadis hasan. Namun para ulama berbeda
pendapat,mengenai hadis hasan itu, termasuk guru-guru maupun murid-murid al-
Tirmizi, karena al-Tirmidzi tidak member defenisi yang pasti, terlebih al-Tirmdzi
menggabungkan dengan istila yang beraneka ragam, seperti Hasan Shahih, Hasan
Gharib, Hasan Shahih Gharib.20

Contoh Hadist Dalam Kitab Sunan At Tirmidzi

:‫يقولوسلمعليهاللهصلىاللهرسولسمعتقالدرداءبياعن‬
،‫فضل العا لم على العابد كفضل القمر على الكو كب‬،

‫وانما االعلماء ورثة اآل نبياء‬،

19
Faisal Ahmad syah,dkk, Manahij Al Muhaddistin Metode dan Pendekatan Sarjana
Hadist, (Kuala Lumpur: Jabatan Alqur’an dan Al Hadist,2010), hlm.102
20
Ahmad Sutarmadi, Al Imam Al Tirmidzi, ( Ciputat: PT Logos wacana Ilmu, 1998),
hlm.160
1
2

‫ وان اآل نبياء لم يورثوا دينارا والدرهما‬،


‫العلمانما ورثو‬،
( ‫رواه ابو داود والتر مذى(فمن اخده اخد بحظ وكفر‬

Artinya:“Dari Abi Darda ia berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW


beliau bersabda: keutamaan orang alim dibanding ahli ibadah adalah seperti
keutamaan bulan dibanding bintang-bintang, sesungguhnya para ulama itu
pewaris para Nabi, dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan
tidak pula dirham, sesungguhnya mereka mewariskan ilmu, maka barang siapa
mengambil warisan itu berarti ia mengambil bagian yang sempurna”.(H.R. Abu
Daud dan Tirmidzi).

terdapat juga pada hadis lain yaitu,


Dari Abu Darda’ R.A, beliau berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW
bersabda : Barang siapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu maka
Allah memudahkan baginya jalan menuju surga, dan sesungguhnya para malaikat
meletakkan sayapnya bagi penuntut ilmu yang ridho terhadap apa yang ia
kerjakan, dan sesungguhnya orang yang alim dimintakan ampunan oleh orang-
orang yang ada di langit dan orang-orang yang ada di bumi hingga ikan-ikan
yang ada di air, dan keutamaan yang alim atas orang yang ahli ibadah seperti
keutamaan bulan atas seluruh bintang, dan sesungguhnya ulama’ adalah pewaris
para Nabi, dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan tidak
mewariskan dirham, melainkan mewariskan ilmu, maka barang siapa yang
mengabilnya maka hendaklah ia mengambil dengan bagian yang sempurna. (H.R
Abu Daud dan Tirmidzi).
13

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kitab hadits


Sunan al-Tirmidzi merupakan kitab hadits pertama yang mengklasifikasikan
hadits sesuai dengan bab-bab yang ada di dalamdisiplin fiqh (yurisprudensi Islam)
dan lebih daripada itu mencakup pendapat para ulama fiqh dari berbagai mazhab,
maka tidaklah mengherankan jika kitab tersebut selanjutnya oleh para ulama
dianggap sebagai kitab hadits perbandingan mazhab yang pertama.

Pada masa al-Tirmidzi, perkembangan hadits (lebih khusus ilmu hadits)


mengalami perubahan yang drastis, hal ini ditandai dengan munculnya istilah-
istilah hadits yang baru, seperti hadits h̜ asan dan variannya yang baru dikenal pada
masa al-Tirmidzi, bahkan al-Tirmidzi dianggap sebagai penggagas istilah hadits h̜
asan.Atas dasar itulah, maka tidaklah mengherankan jika kitab al-Tirmidzi dianggap
sebagai kitab hadits h̜ asan.Di samping itu dengan adanya penambahan kualitas
hadits tersebut, maka penggunaan hadits-hadits sebagai dalil hukum menjadi
semakin lebar dan longgar.Hal ini tidak lepas dari adanya pengaruh
perkembangan mazhab-mazhab (aliran) fiqh yang ada pada masa al-Tirmidzi.

3
13
13

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Hasjim, Pengantar Studi Hadis, Surabaya : Fakultas Ushuluddin IAIN


Sunan Ampel, 2003
Ash-Shiddieqy’i, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Jakarta : Bulan Bintang,
1987
Depag, Ensiklopedi Islam III , Jakarta : 1993
Farid, Syaikh,Ahmad ,Edisi Indonesia Biografi 60 Ulama Ahlussunnah yang
paling berpengaruh dan fenomenal dalam sejarah Islam, Jakarta: Darul
Haq, 2012
Su’aidi, Hasan, Mengenal Kitab Sunan Al-Tirmidzi (Kitab Hadits H
̜ asan),
RELIGIA Vol. 13, No. 1, April 2010
Su’aidi,Hasan Mengenal Kitab Sunan Al-Tirmidzi (Kitab Hadits H
̜ Asan), RELIGIA
Vol. 13, No. 1, April 2010
Sutarmadi, Ahmad, Al-Imam al-Tirmidzi Peranannya Dalam Pengembangan
Hadits dan Fiqh, Ciputat: 1988

Syah, Faisal Ahmad,dkk, Manahij Al Muhaddistin Metode dan Pendekatan


Sarjana Hadist, Kuala Lumpur: Jabatan Alqur’an dan Al Hadist,2010

Yuslem, Nawir, Sembilan kitab induk hadist , Jakarta: Hijri Pustaka Utama,2006

14

Anda mungkin juga menyukai