Anda di halaman 1dari 24

MENJADI PEMIMPIN JENIUS UNTUK MENUJU SEKOLAH ATAU MADRASAH

UNGGULAN DI MIS ZAKARIA


Disusun Oleh:
Akhmaliah Siti Nailan & Asri Sulastri

Abstrak
Kaitan antara pemimpin jenius dalam mewujudkan sekolah atau madrasah yang unggul
mendorong penulis untuk melakukan penelitian di MIS Zakaria Kota Bandung. Pada
hakikatnya manusia di muka bumi ini adalah pemimpin. Kepala Sekolah/Madrasah beserta
guru adalah seorang pemimpin bagi para peserta didiknya. Menjadi pemimpin tidak cukup jika
hanya mengandalkan kecerdasan dari sisi akademis, namun harus memiliki kepekaan sosial,
emosional, serta memiliki kemampuan dalam mengatur, mengarahkan, dan mempengaruhi
tindakan seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ciri pemimpin jenius dan
kaitannya dengan sekolah atau madrasah yang unggul. Metode penelitian ini termasuk kepada
metode penelitian deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakannya berupa
angket dan wawancara. Hasil penelitian menunjukan adanya kaitan antara pemimpin jenius
dengan sekolah atau madrasah yang unggul. Hal ini dibuktikan dengan skor yang diperoleh
adalah 75 atau besarnya persentase yaitu 81%. Kualifikasi persentase skor 81% berada pada
kategori baik. Maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan di MIS Zakaria tepatnya dalam
pemimpin jenius termasuk pada kategori yang baik.
PENDAHULUAN
Menyadari bahwa persaingan yang semakin ketat diberbagai bidang termasuk salah
satunya bidang pendidikan pada era globalisasi ini maka lembaga pendidikan memiliki peran
dan menjadi fondasi yang kuat untuk membentuk generasi yang mampu bersaing dan
melakukan kontribusi untuk memajukan pembangunan masyarakat serta negara. Salah satu
proses untuk dapat mewujudkannya yaitu dengan mencerdaskan anak bangsa.
Tujuan ideal tersebut akan terealisasikan melalui sistem pendidikan nasional. Pada
sistem pendidikan dalam ruang lingkup sekolah terjadi proses interaksi anatara kepala sekolah,
pendidik, murid, dan beberapa pihak yang terlibat. Kemudian seluruh proses interaksi dapat
berlangsung disebabkan oleh adanya pengaruh fungsi pengorganisasian. Adanya harapan yang
tinggi terhadap sekolah untuk memberikan pendidikan yang berkualitas tentu hal tersebut
menjadi sebuah tantangan bagi para pemimpin. Menjadi agen perubahan, maka pemimpin
dituntut mampu menginspirasi, memotivasi, dan mengarahkan seluruh pemangku pendidikan

1
(stakeholder) untuk mengembangkan pendidikan guna mencapai madrasah/sekolah yang
unggul
Menjadi pemimpin tidak cukup jika hanya mengandalkan kecerdasan dari sisi
akademis, namun seorang pemimpin harus memiliki kepekaan sosial, emosional, serta
memiliki kemampuan dalam mengatur, mengarahkan, dan mempengaruhi tindakan seseorang.
Oleh karena itu tulisan ini akan membahas mengenai Menjadi Pemimpin Jenius untuk Menuju
Sekolah/Madrasah yang Unggul di MIS Zakaria Kota Bandung yang di dalamnya mencakup:
definisi dan hakikat kepemimpinan, ciri-ciri pemimpin jenius, keterlibatan pemimpin dalam
organisasi, strategi kepemimpinan inovatif, kurikulum dan metode pengajaran, dan evaluasi
dan pengawasan kerja.

KAJIAN TEORI
A. Definisi Dan Hakikat Kepemimpinan
Pada hakikatnya manusia di muka bumi ini adalah pemimpin. Memiliki keyakinan
bahwa setiap individu berpotensi untuk menjadi pemimpin. Pernyataan tersebut sesuai dengan
sabda Rasulullah mengenai kepemimpinan1 yang berbunyi:
“Setiap pribadi merupakan pemimpin dan kelak akan dipertanyakan tentang
kepemimpinannya:. (HR. Muslim).
Pemimpin merupakan seseorang yang diberikan kepercayaan oleh anggota karena
kemampuannya untuk menggerakan dan memiliki pengaruh pada anggota untuk melaksanakan
sesuatu.2 Kepala Sekolah/Madrasah beserta guru adalah seorang pemimpin bagi para peserta
didiknya dan kemudian akan dimintai pertanggung jawabannya sebagai pemimpin pendidikan.
Jika memahami makna mengenai kepemimpinan dari berbagai pendapat para ahli maka dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan salah satu peran yang begitu penting dalam
mengatur, mengarahkan, dan mengelola suatu organisasi.3 Selain itu kepemimpinan juga dapat
dipahami sebagai sebuah proses dalam mempengaruhi program-program seseorang maupun
kelompok dalam upayanya mencapai tujuan yang diharapkan.
Di dalam suatu organisasi tidak hanya melibatkan individu namun juga memerlukan
kerja sama untuk meraih tujuan, oleh karena itu untuk menggerakan anggota yang bekerja sama
dalam suatu organisasi diperlukan seorang pemimpin agar mengarahkan anggota intuk

1
Diding Nurdin, Kepemimpinan Mutu Pendidikan, I (Bandung: PT SARANA PANCA KARYA, 2009), 23.
2
Wahyudin Nur Nasution, “Kepemimpinan pendidikan di sekolah,” Jurnal Tarbiyah 22, no. 1 (2016): 68.
3
Nurdin, Kepemimpinan Mutu Pendidikan.

2
mewujudkan tujuan.4Kepemimpinan menjadi salah satu sarana, alat, maupun proses dalam
membujuk seseorang agar bersedia sesuatu dengan sukarela. Terdapat beberapa faktor yang
mampu menggerakan seseorang, karena ancaman, otoritas, penghargaan, serta bujukan.
Setidaknya ada tiga implikasi pada pemaknaan kepemimpinan yang mampu menggerakan dan
mempengaruhi aktivitas peekerjaan, yaitu:5
1. Proses kepemimpinan itu selalu melibatkan orang lain, dalam hal ini bisa saja bawahan
atau pengikut;
2. Kepmimpinan juga melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dengan
anggota kelompok secara seimbang;
3. Memiliki kemampuan dalam menggunakan wewenangnya untuk mempengaruhi
perilaku pengikutnya dengan berbagai cara.
Maka dari itu hakikat dari kepemimpinan adalah:
1. Sebagai panutan atau seseorang yang memberikan contoh kepada pengikutnya untuk
mencapai tujuan dalam suatu organisasi;
2. Suatu seni mengarahkan seseorang dengan cara kehormatan, kepatuhan, kepercayaan,
serta kerjasama yang memiliki semangat serta motivasi untuk mencapai tujuan;
3. Kemampuan untuk mempengaruhi dan memberikan inspirasi kepada tindakan orang
lain maupun kelompok dalam mencapai tujuan bersama;
4. Melibatkan tiga hal, antara lain, pemimpin, para pengikut, dan kondisi tertentu;
5. Berpotensi untuk mempengaruhi seseorang dan kelompok dalam mewujudkan tujuan.
Ada dua sumber pengaruh yaitu secara formal dan non formal. Pengaruh formal itu ada
ketika pemimpin memiliki posisi manajerial pada suatu organisasi, sedangkan pengaruh
non formal ialah pengaruh yang muncul di luar struktur organisasi.
6. Pemimpin formal adalah orang yang ditetapkan sebagai pemimpin berdasarkan
keputusan serta pengangkatan secara resmi untuk mengemban amanat dan jabatan pada
struktur organisasi dan memiliki hak serta kewajiban yaitu seperti:
a. Mempunyai dasar legalitas yang didapat dari penunjukan pihak yang memiliki
wewenang
b. Memenuhi beberapa persyaratan yang ditentukan
c. Direkomendasikan dari atasan
d. Mendapatkan konpensasi secara materil maupun imateril

4
Indah Suci Julia Sari, “Hakekat, Dinamika Organisasi, Dan Fungsi Pemimpin Dan Kepemimpinan Pendidikan
Islam,” Jurnal Ilmiah Iqra’ 13, no. 1 (2019): 27.
5
Nurdin, Kepemimpinan Mutu Pendidikan.

3
e. Sangat mungkin untuk memperoleh peluang, naik jabatan, dimutasikan, bahkan
diberhentikan
f. Memperoleh penghargaan dan sanksi
g. Mempunyai wewenang.6
Kembali pada pemaknaan kepemimpinan dalam dunia pendidikan, dalam hal ini kepala
sekolah yang memiliki peran begitu penting dalam usahanya meraih mutu sekolah yang
berkualitas. Kepemimpinan dalam suatu organisasi ialah ujung tombak yang dapat
menggerakan, memberdayakan warga sekolah untuk mewujdukan tujuan yang telah
dirumuskan bersama. Kepemimpinan akan berjalan dengan efektif dan efisien jika seorang
pemimpinnya bertanggung jawab, jujur, cerdas, transparan, mampu memotivasi bawahan,
memiliki pemahaman terhadap tugas dan kewajibannya, memahami para anggotanya dan sifat-
sifat baik lainnya yang melekat pada diri seorang pemimpin. Pemimpin dapat dimaknai juga
sebagai orang yang bukan hanya mampu mempengaruhi tindakan orang lain untuk melakukan
apapun yang dikehendakinya, namun bagi seorang muslim pemimpin ialah mereka yang
mampu mengarahkan suatu visi atas dasar nilai-nilai ruhaniah dan pada proses pemberian
tugasnya tidak bersifat memaksa.7
Kepemimpinan tentu harus dijalankan sesuai dengan fungsi dan tujuannya agar
kepemimpinan dapat berjalan dengan efektif. Untuk fungsi dan tujuan maka akan berlangsung
aktivitas kepemimpinan dan kemudian aktivitas tersebut akan dipilah-pilah sehingga akan
terlihat secara jelas kepemimpinan dengan pola masing-masing.8
B. Ciri-Ciri Kepemimpinan Jenius
Menjadi pemimpin yang jenius hendaklah memiliki beberapa kriteria yang dapat
melekat pada sifat kepribadian, bakatnya, keterampilan atau skill, sifat yang dimilikinya,
maupun kewenangan yang dimiliki.9
1. Sifat dan kepribadian yang dimiliki pemimpin yaitu memiliki kecerdasan serta kearifan
dalam memilih tindakan, memiliki kemauan untuk menerima tanggung jawab, mampu
memahami apa yang dibutuhkan oleh pengikutnya, kompeten dalam melaksanakan
tugasnya, memotivasi bawahan, mampu memecahkan masalah, dan memiliki pengaruh.
2. Ciri pemimpin yang berhasil yaitu memiliki orientasi, mampu bekerja sama, tegas,
percaya diri, dan mampu beradaptasi dengan situasi. Selain itu pemimpin juga harus

6
Nurdin.
7
Nurdin.
8
Besse Mattayang, “Tipe dan gaya kepemimpinan: suatu tinjauan teoritis,” JEMMA (Journal of Economic,
Management and Accounting) 2, no. 2 (2019): 46.
9
Nurdin, Kepemimpinan Mutu Pendidikan.

4
memiliki kemampuan atau keterampilan lain seperti terampil secara konseptual,
mempunyai pengetahuan terhadap tugas, kreatif, diplomatis, lancar berbahasa, dan
memiliki keterampilan sosial.
3. Seorang pemimpin juga harus memiliki bakat seperti memiliki penghayatan pada arah
atau tujuan dari organisasi, multiterampil, humoris, komunikatif, berani mengambil
risiko, integritas, kemampuan mengambil keputusan serta mampu membangun
hubungan yang baik terhadap siapapun.
Pemimpin yang baik harus mempunyai keempat macam kualitas seperti kejujuran,
pandanagn ke depan, mampu memotivasi pengikut, dan kompeten.10 Berbicara mengenai ciri-
ciri pemimpin yang jenius dan ideal tentu memiliki gaya kepemimpinan. Definisi gaya
kepemimpinan sendiri yaitu suatu ciri dan strategi yang digunakan seorang pemimpin untuk
menggerakan dan mempengaruhi pengikutnya untuk mencapai tujuan.11
Berikut ini beberapa indikator dari ciri-ciri kepemimpinan yang ideal antara lain:
1. Mempunyai pengetahuan yang luas dan mampu menganalisis, artinya seorang
pemimpin harus pengetahuan dengan cara mencari informasi untuk mengetahui banyak
hal dan mampu menganalisis suatu informasi dengan akurat dengan hal tersebut
pemimpin akan dihormati oleh tenaga pendidik lainnya
2. Memiliki integritas, komunikatif, dan terampil dalam mendidik
3. Harus rasional, objektif, dan pragmatis. Dalam hal ini pemimpin tidak berat sebelah
dalam membuat keputusan serta membuat semuanya praktis tidak berbelit
4. Harus memiliki teladan yang baik pada suatu organisasi yang dipimpin, memiliki
kemampuan adaptasi serta kemampuan dalam menerapkan pandangan-pandangan pada
saat memecahkan masalah maupun ketika mengambil keputusan
5. Tegas namun tidak menimbulkan penghinaan terhadap seseorang, dan memiliki
keberanian dalam mengambil sebuah keputusan.12
Selain dari beberapa kriteria yang disebutkan sebelumnya, konsep pemimpin ideal yang
diharapkan oleh masyarakat ialah pemimpin yang memiliki integritas, memiliki sifat jujur serta
perkataannya selaras dengan perbuatannya.13 Sedangkan dalam Islam sendiri terdapat

10
Nurdin.
11
Ni Putu Depi Yulia Peramesti dan Dedi Kusmana, “Kepemimpinan ideal pada era generasi milenial,”
TRANSFORMASI: Jurnal Manajemen Pemerintahan, 2018, 75.
12
Siti Qurrotul A’yuni dan Radia Hijrawan, “Analisis Kritis Kepemimpinan Pendidikan Islam Berdasarkan Syarat
Dan Ciri-Ciri Kepemimpinan Yang Ideal,” AL-FAHIM: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 2, no. 2 (2020): 81.
13
Christianto Dedy Setyawan, Sariyatun Sariyatun, dan Cicilia Dyah Sulistyaningrum Indrawati, “Pemimpin Ideal
dan Karakteristik yang Didambakan dalam Menjawab Tantangan Zaman,” in Social, Humanities, and Educational
Studies (SHEs): Conference Series, vol. 5, 2022, 100.

5
karakteristik seorang pemimpin yang ideal yaitu seorang pemimpin harus memiliki sikap adil,
ini berarti menunjukan pemimpin dalam Islam tidak diperbolehkan untuk memihak kepada
salah satu pihak dan tidak boleh bertindak diskriminasi
Sifat yang harus dimiliki selanjutnya ialah kesederhanaan, dalam Islam kesederhanaan
merupakan hal yang sangat dihargai. Seorang pemimpin yang ideal harus menghindari
kemewahan yang berlebihan dan tidak terpaku pada kenikmatan dunia karena seorang
pemimpin juga harus memikirkan dan mempedulikan kesejahteraan umat. Selanjutnya
ketakwaan, seorang pemimpin harus harus memiliki hubungan yang kuat dengan Allah SWT
dan menjalankan kehidupan dengan ajaran agama, dengan takwa para pemimpin diharapkan
dapat memberikan keputusan yang baik dan etis.14
C. Keterlibatan Kepemimpinan Dalam Organisasi
Salah satu indikator keberhasilan kepemimpinan dapat dibuktikan dengan adanya
keterlibatan seorang pemimpin yang memiliki kepekaan pada dua orientasi yaitu
organizational achievement yang mencakup pendanaan, produksi, mampu beradaptasi dengan
beberapa program inovatiff. Dan organizational maintenance yang berhubungan dengan
motivasi dan semangat kerja, serta variable kepuasan dari karyawan. 15 Untuk memahami
orientasi capaian organisasi dalam sebuah proses kepemimpinan sebagai sistem terbuka maka
dapat dilakukan pendekatan dengan beberapa langkah di bawah ini:16

Input Proses Output atau Hasil Outcomes

•Pengaturan •Proses •kesuksesan •keberhasilan


organisasi kepemimpinan organisasi organisasi dan
•sifat •kesuksesan •pemeliharaan
pekerjaannya organisasi organisasi
•sifat yang
dimiliki individu
•karakteristik
atau ciri-ciri
anggota
•kelompok
secara umum

Gambar 1.1 Proses kepemimpinan sebagai sistem terbuka


Seorang pemimpin yang efektif tidak akan mendekatkan diri pada perilaku yang
opportunism yaitu suatu pemahaman bahwa kepemimpinan itu dapat digunakan untuk
keuntungan pribadi tanpa memegang prinsip tertentu. Selain itu pemimpin juga akan
menghindarkan diri dari utopianism yang memberikan sebuah gambaran mengenai tatanan

14
Muhamad Arifin, “KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM: Karakteristik Pemimpin Ideal Menurut Al-Quran,”
AKADEMIK: Jurnal Mahasiswa Humanis 3, no. 3 (2023): 154.
15
Nurdin, Kepemimpinan Mutu Pendidikan.
16
Nurdin.

6
masyarakat dan politik yang begitu sempurna namun pada realitanya sulit untuk direalisasikan.
Pada intinya seorang pemimpin itu memiliki kemampuan untuk mempengaruhi bawahan
namun bahan juga mempunyai beberapa pengaruh terhadap pemimpin.17
Peran seorang pemimpin dapat dilihat dari caranya menjalankan beberapa fungsi
manajemen seperti, merencanakan perubahan, mengorganisasikan perubahan organisasi dalam
pelaksanaannya, mempengaruhi dan menggerakan sumber daya yang ada dalam suatu
organisasi untuk melakukan perubahan.18

D. Strategi Kepemimpinan Inovatif


Inovasi ialah sebuah keterampilan untuk mengubah gagasan menjadi produk, layanan,
atau proses, serta kemampuan dalam problem solving dan memanfaatkan kesempatan yang
ada.19 Kepemimpinan inovatif merupalah salah satu strategi kepemimpinan yang memiliki
tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, pemimpin pendidikan inovatif dapat
menghasilkan gagasan, konsep, dan inovasi baru.20 Terdapat 10 karakteristik/sifat pemimpin
inovatif yaitu:21
1. Unggul dalam menyampaikan visi strategis (strategic vision)
Mampu memberikan gambaran yang jelas tentang apa yang akan terjadi setelah inovasi
mereka adalah karakteristik kepemimpinan inovatif yang paling efektif. Mereka melukisnya
dengan sangat baik, yang mendorong mereka yang dipimpinnya untuk bekerja lebih keras
untuk mewujudkannya. Ia memulai segala sesuatu dengan mengingat akhir sebelum memulai.
2. Mempunyai fokus yang kuat pada customer (customer oriented)
Bagi pemimpin yang inovatif, apa yang dianggap menarik oleh pelanggan menjadi
sangat menarik. Mereka akan berupaya keras untuk melihat dari sudut pandang konsumen
(pandangan konsumen), terhubung dengan konsumen, dan terus bertanya tentang kebutuhan
dan keinginan mereka. Pemimpin yang inovatif akan melibatkan konsumen dalam inovasi dan
menjadikan konsumen sebagai orientasi.
3. Menghasilkan lingkungan kerja yang saling pecaya (mutual trust)

17
Nurdin.
18
Supardi Supardi, “Peran Kepemimpinan dan Keterlibatan Group Decission Making dalam Perubahan
Organisasi,” Tarbawi: Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan 1, no. 01 (2017): 44.
19
Lailatul Isnaini, “Strategi Kepemimpinan Abad 21: Visioner, Kreatif, Inovatif, dan Cerdas Emosi,” PRODU:
Prokurasi Edukasi Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 1, no. 2 (2020): 162–82.
20
Putri Fauziatul Fitrah dkk., “Karakteristik Kepemimpinan Inovatif dalam Mengoptimalkan Mutu Pendidikan,”
Alsys: Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan 1, no. 1 (2021): 168–77, https://doi.org/10.58578/alsys.v1i1.33.
21
J Zenger dan J Folkman, 10 Traits of Innovative Leaders (Cambridge: Bussiness Review, 2014).

7
Inovasi sering menghadapi banyak rintangan atau risiko pada berbagai tingkat, seperti
regulasi yang tidak mendukung, sumber daya yang terbatas, persaingan dengan kompetitor,
dan masalah lainnya. Rasa percaya satu sama lain sangat penting untuk mampu melalui
berbagai tantangan, resiko, kesulitan, dan persaingan. Pemimpin yang sangat kreatif ini dapat
membangun tim yang kuat, setia, tangguh, dan kuat. Ia akan menumbuhkan hubungan tim yang
kuat dan mendorong setiap anggota tim untuk melakukan yang terbaik. Dengan karakter ini,
pemimpin yang inovatif biasanya sangat baik dalam berkomunikasi.
4. Menunjukkan komitmen kepada klien dan organisasi (true)
Pemimpin yang kreatif ini akan terus mengevaluasi berbagai aspek perusahaan dan
melakukan perbaikan secara berkesinambungan (continuous improvement). Mereka akan
selalu berada di belakang untuk menilai semua lini organisasi dan menggerakkan semua
elemen pada semua level untuk mencapai visinya.22 Kepemimpinannya tegas dalam
memastikan bahwa semua tingkat organisasi harus bergerak untuk mencapai visi tersebut.
5. Mendengar inovasi dari tingkat paling bawah (listen)
Pemimpin ini tidak lagi percaya bahwa mereka inovatif dan harus membawa inovasi.
Mereka percaya bahwa ide-ide yang paling kreatif dan inovatif dapat berasal dan berkembang
dari mana saja, termasuk dari tingkat paling bawah, atau paling atas, dari struktur manajemen
perusahaan. Oleh karena itu, mereka terus menciptakan lingkungan di mana orang
mendengarkan ide-ide baru, menerima ide-ide baru, dan menghormati semua orang yang
terlibat dalam struktur organisasi. Dengan menghargai ide, gagasan, dan pemikiran, mereka
memiliki kemampuan untuk mewujudkan kesetaraan pada semua tingkat organisasi.
6. Memiliki sikap persuasive (persuasive)
Pemimpin yang inovatif dapat membuat orang lain menerima ide-ide baru. Mereka
memiliki kemampuan untuk membuat orang lain merasa takjub saat mereka berbicara tentang
inovasi. Mereka tidak memaksakan ide kreatif mereka kepada rekan satu tim, tetapi mereka
akan menceritakannya dengan antusias, tegas, dan meyakinkan sehingga rekan satu tim percaya
dan terpengaruh untuk mengikutinya secara sukarela.
7. Memiliki pengelolaan yang baik untuk mencapai tujuan (achievable)
Untuk setiap tahapan perkembangan, pemimpin yang inovatif dapat membuat tujuan
akhir dan menerjemahkannya menjadi tujuan yang dapat diukur dari ketersediaan sumber daya.
Mereka juga dapat menetapkan metrik, indikator, atau parameter yang tepat untuk setiap

22
Istanto Istanto, “Kepemimpinan Inovatif Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Daya Saing Madrasah,” Al
Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan 16, no. 6 (2022): 1991,
https://doi.org/10.35931/aq.v16i6.1256.

8
tahapan perkembangan. Mereka sangat ambisius, tapi juga realistis. Mereka mengambil risiko
yang dapat diukur.
8. Bekerja secara cepat (speed)
Inovasi memiliki nilai, tetapi menghasilkan nilai dari inovasi adalah tugas yang sulit,
sulit, dan sulit. Oleh karena itu, inovasi selalu terlambat, sumber daya terbatas, dan persaingan
yang tangkas. Akibatnya, mereka akan bekerja keras untuk membuat perusahaan atau
organisasi bergerak lebih cepat. Mereka menciptakan sistem yang efisien dan efektif,
menetapkan metrik untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan, dan kemudian membagi
sumber daya untuk mencapai tujuan tersebut dalam waktu yang singkat.
9. Memiliki keterbukaan dalam berkomunikasi (open minded comunication)
Pemimpin yang inovatif akan memberikan kritik yang tajam, kritis, dan jujur. Dengan
karakter kepemimpinan ini, orang-orang yang dipimpinnya akan memahami pola pikir
pemimpin mereka dan merasa percaya kepadanya, sehingga mereka dapat melakukan tugas
dan fungsi masing-masing dengan mengikuti pemikiran, logika, dan keyakinan pemimpin
mereka. Karakter ini juga akan membangun kepercayaan dalam tim, sehingga setiap anggota
akan memahami masalah dan tantangan yang sedang dihadapi dan dapat mengatasi mereka.
10. Memberikan inspirasi dan motivasi dalam beraktivitas (inspirative)
Pemimpin yang inovatif akan terinspirasi dan tertarik oleh ide-ide baru. Ia berpikir
tentang ide-ide inovasinya dan melibatkan hati secara emosional untuk mendorong dirinya dan
orang-orang yang dipimpinnya untuk bekerja lebih keras agar dapat segera mewujudkan ide
tersebut. Kemampuannya untuk menginspirasi, menginspirasi, dan memotivasi orang-orang
yang dipimpinnya untuk mengejar cita-cita atau ambisi inovasi yang diinginkannya bukanlah
tugas yang mudah. Kemampuan ini menghasilkan antusiasme, energi, dan daya tarik yang terus
menarik timnya untuk bekerja keras untuk mencapai inovasi.
Strategi yang dapat digunakan oleh seorang pemimpin perubahan yaitu mempunyai
percepatan perubahan di masa depan, pemimpin harus menjadi pusat atau motor perubahan,
mengambil langkah-langkah yang jelas untuk memipin perubahan, menyeimbangkan
perubahan dengan kontinuitas, dan meningkatkan kepuasan karyawan.23 Inovasi pendidikan
mencakup setiap perubahan yang dapat membantu institusi pendidikan menjalankan proses
pendidikan atau pembelajaran dengan lebih baik, yang tercermin dari prestasi lulusan dan hasil
yang bermanfaat bagi masyarakat.24

23
Wibowo, Manajemen Perubahan (Jakarta: Rajawali, 2011).
24
U Suharsaputra, Kepemimpinan Inovasi Pendidikan (Mengembangkan Spirit Enterpreneurship Menuju
Learning School) (Bandung: PT Refika Adimata, 2016).

9
Pentingnya kepemimpinan yang inovatif, ialah melakukan peran-perannya dan
memainkan tugasnya sebagai seorang pemimpin yang baik dan sukses, menuntut beberapa
persyaratan jasmani, rohani, dan moralitas yang baik, serta persyaratan sosial ekonomis yang
layak.25 Namun, yang akan dibahas di sini hanyalah sifat kepribadian seorang pemimpin yang
baik. Mereka harus rendah hati dan sederhana, suka menolong orang lain, sabar, percaya diri,
dan stabil secara emosional. Jujur, adil, dapat dipercaya, ahli, dan amanah dalam pekerjaannya.
Peningkatan kualitas sekolah sebenarnya adalah metode untuk meningkatkan kualitas
pendidikan dengan memberikan kepala sekolah kewenangan dan tanggung jawab untuk
membuat keputusan, dan melibatkan semua orang di sekolah, termasuk karyawan dan
masyarakat.Kepala sekolah perlu meningkatkan kembali keterampilannnya untuk
pengembangan sekolah agar sekolah dapat mengeluarkan siswa yang berkualitas. 26 Dengan
menggunakan teknologi untuk mempercepat belajar secara mandiri, kepala sekolah dapat
mewujudkan visi dan tujuan yang baik dan sekolah akan diakui sebagai pemimpin yang
inovatif dan efektif.
E. Peran Pemimpin dalam Inovasi Kurikulum dan Pembelajaran
Kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk berinovasi dan mengarahkan
seluruh anggotanya dan sekolah sebagai organisasi pendidikan untuk mengubah pola pikir,
meningkatkan visi dan misi, dengan memanfaatkan bakat, keterampilan, dan kemampuan
setiap anggota.27 Kualitas pendidikan di suatu negara tidak hanya ditentukan oleh seberapa
banyak fasilitas dan perlengkapan yang tersedia, tetapi juga seberapa baik kepala sekolah
menjalankan dan mengawasi proses pembelajaran.28
Terdapat empat strategi inovasi kurikulum yang dapat pemimpin lakukan yaitu: Strategi
Fasilitatif (facilitative strategies), Strategi Pendidikan (reeducative strategies), Strategi
Bujukan (persuasive strategies), dan Strategi Paksaan (power strategies).29 Pertama, strategi
fasilitatif berarti bahwa untuk mencapai tujuan perubahan sosial, penyediaan fasilitas adalah

25
Fitrah dkk., “Karakteristik Kepemimpinan Inovatif dalam Mengoptimalkan Mutu Pendidikan.”
26
Novianty Djafri, Arwildayanto Arwildayanto, dan Arifin Suking, “Manajemen Kepemimpinan Inovatif pada
Pendidikan Anak Usia Dini dalam Perspektif Merdeka Belajar Era New Normal,” Jurnal Obsesi : Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini 5, no. 2 (2020): 1441–53, https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i2.901.
27
Ihsan Maolana, Astuti Darmiyanti, dan Jaenal Abidin, “Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah Yang Efektif
Dalam Meningkatkan Kualitas Guru Di Lembaga Pendidikan Islam,” Innovative: Journal Of Social Science
Research 3, no. 4 (2023): 83–94, https://j-innovative.org/index.php/Innovative/article/view/3493.
28
Anfaur Roja dan Hakimuddin Salim, “Kepemimpinan Kepala Sekolah Meningkatkan Mutu Peserta Didik,”
Hikmah 20, no. 2 (2023): 262,
https://revistas.ufrj.br/index.php/rce/article/download/1659/1508%0Ahttp://hipatiapress.com/hpjournals/index.p
hp/qre/article/view/1348%5Cnhttp://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/09500799708666915%5Cnhttps://m
ckinseyonsociety.com/downloads/reports/Educa.
29
Ima Frima Fatimah dkk., “Strategi Inovasi Kurikulum; Sebuah Tinjauan Teoris,” EduTeach : Jurnal Edukasi
dan Teknologi Pembelajaran 2, no. 1 (2021): 16–30, https://doi.org/10.37859/eduteach.v2i1.2412.

10
faktor yang paling penting. Ini dilakukan untuk memastikan bahwa program perubahan sosial
dapat berjalan dengan mudah. 1) digunakan dengan tepat pada sasaran perubahan (misalnya,
target perubahan, perbaikan, atau menerima bantuan dari luar), 2) dilaksanakan dengan
program yang membuat orang sadar akan ketersediaan fasilitas yang diperlukan, 3) digunakan
dengan tepat sebagai kompensasi untuk motivasi yang rendah terhadap upaya perubahan sosial,
4) menciptakan peran baru dalam masyarakat, 5) menyediakan berbagai fasilitas.
Kedua, pendekatan pendidikan berarti mengubah masyarakat dengan memberi orang
informasi untuk bertindak. Tujuannya adalah agar orang dapat membedakan fakta dan
mengontrol tingkah laku mereka. Menurut Zaltman, seseorang harus belajar dan mempelajari
sikap atau tingkah laku baru. Dia menggunakan istilah "re-education". Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan saat menggunakan strategi pendidikan: 1) dapat digunakan dengan benar
dalam situasi dan kondisi tertentu; 2) strategi pendidikan untuk melaksanakan program
perubahan akan efektif jika digunakan untuk menanamkan prinsip-prinsip sebagai dasar
tindakan selanjutnya; keterlibatan berbagai pihak; penghentian seseorang untuk menolak
perubahan; dan pemahaman tentang hubungan antara masalah dan hubungan gejal; dan 3) Jika
sumber yang tersedia tidak cukup untuk mendukung kegiatan pendidikan, pendekatan tidak
akan efektif.
Ketiga, program perubahan sosial menggunakan strategi bujukan. Ini berarti bahwa
dengan melakukan program perubahan sosial melalui rayuan, sasaran perubahan diharapkan
mau mengikuti perubahan. Karena cara memberikan alasan, mendorong, atau mengajak.
Faktor-faktor berikut menentukan keberhasilan strategi bujukan: 1) tepat digunakan jika
sasaran perubahan tidak terlibat dalam proses perubahan, berada dalam proses pengambilan
keputusan untuk menerima atau menolak perubahan sosial, 2) tepat digunakan jika masalah
yang dihadapi kurang penting atau pemecahan masalah kurang efektif, atau jika pelaksana
program tidak memiliki kontrol langsung terhadap klien.
Keempat, strategi paksaan digunakan untuk melaksanakan program perubahan sosial
dengan memaksa sasaran perubahan untuk mencapai tujuan mereka. Kemampuan untuk
menerapkan strategi paksaan bergantung pada hubungan kontrol antara pelaksana perubahan
dan sasaran, dan kekuatan paksaan bergantung pada sejauh mana pelaksana perubahan dapat
memaksa klien. Disesuaikan dengan tahap pelaksanaan program, situasi dan kondisi sasaran
dalam pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak perubahan sosial, program
perubahan sosial dapat dilaksanakan dan dikombinasikan dengan berbagai strategi.

11
Kepala sekolah memiliki peran penting dalam membimbing, membina, dan memberi
pengaruh terhadap pendidik untuk melakukan aktivitas pembelajaran dengan baik. 30 Peran
mereka sebagai pemimpin sangat penting untuk mengarahkan aktivitas pembelajaran sesuai
dengan tujuan sekolah, yang bergantung pada kurikulum dan peraturan sekolah yang berlaku.
Dalam peran mereka sebagai pemimpin pembelajaran, kepala sekolah harus bekerja sama
dengan pendidik untuk memastikan bahwa program pembelajaran di sekolah terlaksana dengan
baik. Sebagai pemimpin pembelajaran, kepala sekolah bertanggung jawab untuk memberikan
motivasi, pembinaan, dan mempengaruhi pendidik untuk melaksanakan pembelajaran dengan
efektif.
Kepala sekolah diberi wewenang untuk menerapkan kepemimpinan yang diterapkan
oleh mereka untuk mengatur dan mengkondisikan sekolah untuk mencapai visi dan misi
sekolah. Pengalaman dan pemahaman kepala sekolah tentang konsep kepemimpinan yang
ideal untuk mengelola sekolah adalah dua dari banyak variabel yang memengaruhi gaya atau
pola kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah. Kepala sekolah cenderung
mengaplikasikan pengalamannya sebagai guru ke dalam aktivitas pembelajaran. 31
Proses pembelajaran membutuhkan inovasi pembelajaran. Kepala sekolah memiliki
peran yang sangat penting dalam menentukan inovasi yang akan dilakukan. Keputusan yang
dibuat oleh mereka juga berkaitan dengan arah pembelajaran yang akan diterapkan di sekolah.
Kepala sekolah bertanggung jawab untuk memberikan motivasi, pembinaan, dan juga
mempengaruhi pendidik untuk melakukan pembelajaran dengan baik32.
Selain itu, peran kepala sekolah sangat penting untuk memberikan pelatihan kepada
pendidik agar mereka memahami apa yang dimaksud dengan pembelajaran saintifik religius
dan mampu melakukan inovasi dalam pembelajaran yang sesuai dengan konsep saintifik
religius. Tentu saja, guru harus diberi kebebasan untuk memilih metode pembelajaran mereka
sendiri. Sebaliknya, kepala sekolah juga harus mengawasi aktivitas pembelajaran yang
dilakukan oleh guru.33 Kemudian sekolah-sekolah ini memiliki inovasi strategi yang hampir
sama untuk mendorong siswa untuk beribadah berjamaah sebelum kelas dimulai. Mereka juga
melibatkan pihak eksternal untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

30
Bagus Rachmad Saputra, Imron Arifin, dan Ahmad Yusuf Sobri, “Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam
Inovasi Pembelajaran Saintifik Religius,” Kelola: Jurnal Manajemen Pendidikan 8, no. 1 (2021): 94–102,
https://doi.org/10.24246/j.jk.2021.v8.i1.p94-102.
31
Saputra, Arifin, dan Sobri.
32
I Arifin dkk., “Islamic Crash Course as a Leadership Strategy of School Principals in Strengthening School
Organizational Culture,” SAGE Open 3 (8M), https://doi.org/10.1177/2158244018799849.
33
Y Zhou, “The Relationship Between School Organizational Characteristics and Reliance on Out of Field
Teachers in Mathematics and Science: Cross Ntional Evidence from TALIS 2008,” Asia Pacific Education
Researcher, 2014, https://doi.org/10.1007/s40299-013-0123-8.

12
F. Pemantauan dan Evaluasi Kerja
Kepala sekolah memiliki tujuh fungsi utama menurut kebijakan pendidikan nasional:
pendidik, manajer, administrator, manajer, supervisor, pemimpin, pencipta lingkungan kerja,
dan wirausahawan.Salah satu tanggung jawab kepala sekolah sebagai manajer dalam
mengelola tenaga kependidikan adalah melaksanakan kegiatan yang mendukung dan
mengembangkan profesionalitas pendidik.34 Dengan demikian, kepala sekolah harus lebih
memperhatikan bawahannya dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada
bawahannya untuk meningkatkan kinerjanya melalui peningkatan kemampuan dan pelatihan
yang dapat meningkatkan kualitas profesional mereka.
Kepala sekolah bertanggung jawab sebagai manajer, yang berarti mereka harus
mengelola semua sumber daya sekolah agar semua tujuan sekolah dapat dicapai secara efisien
dan efektif.Sangat penting bagi lembaga pendidikan untuk melakukan pengawasan. 35 Selain
itu, pengawasan berfungsi sebagai alat untuk memantau aktivitas kegiatan manajemen, mulai
dari memantau dan menilai perencanaan dan pelaksanaan, dan kemudian melakukan perbaikan
untuk mencegah kesalahan dan penyimpangan tersebut terulang kembali.36
Berdasarkan tindakan yang dilakukan oleh kepala sekolah, keberhasilan kepala sekolah
ditentukan oleh fungsi kontrolnya. Pengawasan, atau pengendalian, berarti mengawasi apakah
gerakan organisasi sesuai dengan rencana dan memastikan bahwa sumber daya digunakan
secara efektif dan efisien.37 Tidak mungkin untuk mengetahui sejauh mana organisasi telah
melakukan perubahan menuju organisasi yang berkinerja tinggi jika tidak ada proses kontrol
kinerja. Kontrol kinerja organisasi pada dasarnya adalah upaya untuk mengetahui dan
mengukur keberhasilan kinerja, apakah itu berhasil atau tidak. Dengan melakukan kontrol ini,
pemimpin dapat menemukan kesalahan dalam mencapai tujuan organisasi dan melakukan
tindakan yang diperlukan untuk memperbaikinya.
Salah satu tujuan evaluasi kinerja guru adalah untuk dua tujuan utama. Pertama,
evaluasi dilakukan untuk menilai kemampuan guru untuk menerapkan semua kemampuan dan
keterampilan yang diperlukan dalam proses pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan
tugas tambahan yang berkaitan dengan fungsi sekolah atau madrasah. Dengan demikian, profil

34
Agustinos Hermino, Kepemimpinan Pendidikan di Era Globalisasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014).
35
S Hidayat dan M.P.S Asroi, Implementasi dalam Praktik Pendidikan di Indonesia (Tanggerang: Pustaka
Mandiri, n.d.).
36
F Fitriani dan A Sakban, “Penerapan Pendidikan Karakter Terhadap Efektifitas Penggunaan Kurikulum 2013
Dalam Persepektif Moral Bangsa di SMA Nurul Jannah NW Ampenan,” Civ. Pendidikan-Penelitian-Pengabdian
Pendidik. Pancasila dan Kewarganegaraan 6, no. 1 (2018): 4.
37
Saryati Saryati dan Abdul Sakban, “Fungsi Controlling dan Evaluasi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di
SMPN 1 Lembar Lombok Barat,” CIVICUS : Pendidikan-Penelitian-Pengabdian Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan 8, no. 2 (2020): 142, https://doi.org/10.31764/civicus.v8i2.2980.

13
kinerja guru akan menggambarkan kekuatan dan kelemahan guru dan ditafsirkan sebagai
analisis kebutuhan atau audit keterampilan masing-masing guru, yang memungkinkan mereka
untuk mencapai tujuan Setiap tahun, sebagai bagian dari proses pengembangan karir dan
promosi guru untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsional, dilakukan penilaian kinerja.
Evaluasi kinerja memiliki banyak manfaat karena dapat membantu dalam pengambilan
keputusan yang berbeda. Penilaian kinerja karyawan dapat digunakan sebagai dasar untuk
pembayaran upah, gaji, bonus, penentuan latihan dan pengembangan, pemberian insentif, dan
memberi saran kepada karyawan.
Untuk menilai kinerja guru, ada evaluasi jangka panjang, menengah, dan pendek.
Evaluasi jangka panjang berhubungan dengan kualitas pendidikan di sekolah, termasuk
kurikulum, prestasi, kualitas, pengembangan kompetensi guru, dan pengembangan fasilitas.
Evaluasi jangka menengah berhubungan dengan kualitas pembelajaran. Hasil evaluasi
menunjukkan bahwa kepala sekolah lebih banyak memberikan pedoman dan saran untuk
meningkatkan kualitas sekolah.
Semakin sering guru menerima arahan, semakin baik kinerja mereka.38 Kinerja guru
dapat dilihat dan diukur melalui penguasaan kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian,
dan sosial. Evaluasi kinerja guru dapat digunakan sebagai upaya untuk menjamin kualitas
sekolah, karena berkaitan dengan (1) pengembangan pribadi, (2) pembelajaran, (3)
peningkatan kemampuan profesional, dan (4) interaksi sosial dengan pihak berwenang.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini termasuk kepada metode penelitian deskriptif kuantitatif. Suatu
penelitian yang yang menggambarkan, memaparkan, dan meneliti sesuatu dengan dipelajari
apa adanya, dan memberikan kesimpulan dari kejadian yang mampu diamati dengan
menggunakan angka-angka merupakan defenisi dari penelitian deskriptif kuantitatitf. 39
Penelitiannya hanya mendeskripsikan isi dari suatu variabel dalam penelitian, dengan kata lain
tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu. Penelitian ini dilaksanakan di MIS
Zakaria, tepatnya kepada kepala sekolah/madrasahnya.
Teknik pengumpulan data yang digunakannya berupa angket dan wawancara. Angket
merupakan datar pertanyaan yang dibagikan untuk diisi dan dijawab oleh objek penelitian dan

38
Saryati dan Sakban.
39
Wiwik Sulistyawati, Wahyudi, dan Trinuryono, “Analisis (Deskriptif Kuantitatif) Motivasi Belajar Siswa
Dengan Model Blended Learning Di Masa Pandemi Covid-19,” Kadikma 13, no. 1 (2022): 70,
https://doi.org/10.19184/kdma.v13i1.31327.

14
diawasi oleh penelitian dalam pengerjaannya. 40 Wawancara atau dikenal dengan interview
secara umum dapat diartikan sebagai suatu percakapan antara dua atau lebih orang yang
dilakukan oleh pewawancara atau disebut narasumber. 41
Selanjutnya data yang diperoleh
dilakukan analisis deskriptif kuantitatif terhadap pemimpin jenius untuk menuju sekolah atau
madrasah unggulan.
Menurt Gayla Hodge (2009) menjelaskan bahwa indikator pemimpinan yang jenius
terdiri dari sepuluh indikator yaitu 1) memiliki misi; 2) memiliki fokus untuk mencapai tujuan-
tujuan yang akan membuat visi menjadi kenyataan; 3) memenangi dukungan untuk visinya
dengan memanfaatkan gaya dan aktivitas yang paling cocok untuk mereka sebagai individu; 4)
lebih terfokus untuk menjadi daripada melakukannya; 5) mengetahui bagaimana mereka
bekerja paling efisien dan efektif; 6) mengetahui bagaimana memanfaatkan kekuatan mereka
untuk mencapai tujuan; 7) tidak mencoba untuk menjadi orang lain; 8) mampu mencari orang-
orang dengan berbagai ciri efektivitas alam; 9) mampu menarik orang lain dan; 10) selalu
mengembangkan kekuatan dalam rangka memenuhi kebutuhan baru dan mencapai tujuan baru.
Berikut adalah ketentuan skor setiap indikator hasil data yang diperoleh berupa kriteria
ketercapaian data sembilan belas indikator :
Tabel 3.1 Kriteria Perolehan Skor
No. Kriteria Indikator Keterangan Skor
1. A Unggul 4
2. B Baik 3
3. C Cukup 2
4. D Kurang 1
Berdasarkan kriteria penskoran tersebut makan nilai maksimum yang diperoleh adalah
4x23 = 92. Untuk melakukan perhitungan persentase pada setiap nilai adalah dengan
𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑘𝑜𝑟
menggunakan rumus 𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑒𝑡𝑒𝑟𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖𝑎𝑛 = 𝑥 100%. Selanjutnya
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑚𝑢𝑚

untuk menetapkan kualifikasi persentase ketercapaian dapat menggunakan perhitungan pada


tabel berikut:
Tabel 3.2 Kualifikasi Persentase Ketercapaian Skor
No. Persentase Ketercapaian Kualifikasi
1. 91% - 100% Unggul

40
S Nasution, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara, 1996).
41
Asep Nanang Yuhana dan Fadlilah Aisah Aminy, “Optimalisasi Peran Guru Pendidikan Agama Islam Sebagai
Konselor dalam Mengatasi Masalah Belajar Siswa,” Jurnal Penelitian Pendidikan Islam 7, no. 1 (2019): 92,
https://doi.org/10.36667/jppi.v7i1.357.

15
2. 81% - 90% Baik
3. 71% - 80% Cukup
4, 61% - 70% Kurang
5. Kurang dari 61% Sangat Kurang

Untuk menentukan rata-rata dari setiap indikator dapat menggunakan rumus 𝜒̅ =


Σfx/y
Berikut adalah tabel skala interpretasi variabel yaitu :
Ν

Tabel 1.3 Skala Interpretasi Variabel 42


Penafsiran
Rentang Kategori
X Y
1 – 1,74 Rendah Rendah Tidak Terampil
1,75 – 2,49 Cukup Cukup Cukup Terampil
2,50 – 3,24 Baik Baik Terampil
3,25 – 4,00 Sangat Baik Sangat Baik Sangat Terampil

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Angket
Berikut hasil penelitian di MIS Zakaria dengan penyebaran angket dengan jumlah item
soalnya adalah 23 yang memuat pernyatan dari setiap indikator, diperoleh hasil rata-rata beserta
kriteria pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Kriteria Tiap Indikator Pemimpin Jenius
No Indikator Rata-Rata Kriteria

1. Memiliki misi 3,30 Sangat Baik

Memiliki fokus untuk mencapai tujuan-tujuan yang


2. 3,00 Baik
akan membuat visi menjadi kenyataan
Memenangi dukungan untuk visinya dengan
3. memanfaatkan gaya dan aktivitas yang paling cocok 3,30 Sangat Baik
untuk mereka sebagai individu
Lebih terfokus untuk menjadi daripada
4. 4,00 Sangat Baik
melakukannya

42
Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurrahman, Analisis Korelasi, Regresi, Dan Jalur Dalam Penelitian
Dilengkapi Aplikasi Program SPSS (Bandung: Pustaka Setia, 2007).

16
No Indikator Rata-Rata Kriteria
Mengetahui bagaimana mereka bekerja paling efisien
5. 3,00 Baik
dan efektif
Mengetahui bagaimana memanfaatkan kekuatan
6. 2,50 Baik
mereka untuk mencapai tujuan

7. Tidak mencoba untuk menjadi orang lain 3,00 Baik

Mampu mencari orang-orang dengan berbagai ciri


8. 3,00 Baik
efektivitas alam

9. Mampu menarik orang lain dan 3,50 Sangat Baik

Selalu mengembangkan kekuatan dalam rangka


10. 4,00 Sangat Baik
memenuhi kebutuhan baru dan mencapai tujuan baru

Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil bahwasanya secara keseluruhan kepemimpinan


di MIS Zakaria sudah tergolong baik. Jika dilihat dari aspek tiap indikator pemimimpin jenius,
idnikator yang memiliki kriteria sangat baik terdiri dari 5 indikator yaitu indikator pertama,
ketiga, keempat, kesembilan, dan kesepuluh. Sedangkan indikator yang memiliki kriteria baik
terdiri dari 5 indikator yaitu indikator kedua, kelima, keenam, ketujuh, dan kedelapan.
Indikator yang memiliki nilai sempurna atau 4,00 dengan kriteria sangat baik terdapat
pada indikator ketiga, yaitu memenangi dukungan untuk visinya dengan memanfaatkan gaya
dan aktivitas yang paling cocok untuk mereka sebagai individu, dan indikator kesepuluh, yaitu
selalu mengembangkan kekuatan dalam rangka memenuhi kebeutuhan baru dan mencapai
tujuan baru. Jika dihitung secara keseluruhan peroleh skor yang diperoleh adalah 75 atau
besarnya persentase yaitu 81%. Dilihat dari tabel 2, kualifikasi persentase skor 81% berada
pada kategori baik. Maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan di MIS Zakaria tepatnya
dalam pemimpin jenius termasuk pada kategori yang baik.
Indikator yang memiliki nilai sempurna terdapat pada indikator lebih terfokus untuk
menjadi daripada melakukannya dan indikator selalu mengembangkan kekuatan dalam rangka
kebutuhan baru dan mencapai tujuan baru. Keteladanan pemimpin organisasi merupakan faktor
penting dalam keberhasilan organisasi. Pemimpin memiliki peran besar dalam menentukan

17
arah organisasi, visi misi, dan tujuan.43 Dengan menjadi garda terdepan dan memberikan
contoh dalam bertindak, perubahan ke arah visi dan tujuan semakin mudah. Karena contoh
yang ditunjukkan oleh pemimpin, anggota organisasi termotivasi untuk mencapai tujuan.
Dengan memberi contoh yang baik, pemimpin dapat memberi contoh kepada bawahannya.44
Pemimpin sekolah yang baik akan membangun lingkungan sekolah yang mendukung
pengajaran dan pembelajaran yang baik serta meningkatkan kemampuan siswa. ,
kepemimpinan bahkan dapat digunakan sebagai katalisator untuk perbaikan sekolah ke depan.
45
Di MIS Zakaria esuai dengan visi yang dibangun yaitu terwujudnya madrasah yang
berkualitas dan unggul ditingkat nasional pada tahun 2025. ⁠Hal tersebut tercermin dari para
peserta didiknya yang berprestasi dan mampu bersaing di tingkat Nasional. Kepala Madrasah
yang mampu mendorong tim (dalam hal ini para tenaga pendidik) untuk mengembangkan
potensi/kemampuan.
Indikator dengan nilai rata-rata terdapat pada indikator mengetahui bagaimana
memanfaatkan kekuatan mereka untuk mencapai tujuan. Hal tersebut terlihat dari pemimpin
dalam tingkatan cukup menggunakan kekuatan pribadinya untuk mencapai tujuan. Konsep
kepemimpinan yang menggunakan kekuatan pribadi atau karakteristik individu pemimpin
untuk mencapai tujuan tertentu. Ini menyoroti peran pemimpin dalam memanfaatkan atribut
pribadi mereka, seperti kepribadian, kemampuan komunikasi, keberanian, integritas, dan
keterampilan lainnya, untuk mempengaruhi dan memotivasi orang lain dalam mencapai tujuan
bersama. Pendekatan ini sering kali menekankan karisma dan pengaruh pribadi pemimpin
dalam menggerakkan orang lain menuju visi atau target yang ditetapkan. Namun, penting untuk
dicatat bahwa cara pemimpin menggunakan kekuatan pribadinya dapat bervariasi secara
signifikan, dan pendekatan yang efektif dapat berbeda tergantung pada situasi dan konteks
tertentu.

43
Marinu Waruwu dan Muh Takdir, “Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Perspektif Servant Leadership,”
Improvement: Jurnal Ilmiah untuk Peningkatan Mutu Manajemen Pendidikan 8, no. 02 (2021): 146,
https://doi.org/10.21009/improvement.v8i2.22483.
44
Budiyono dan Y Harmawati, “Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Nilai-Nilai Keteladanan Guru dan Orang
Tua Pada Siswa Sekolah Dasar,” Prosiding Seminar Nasional PPKn III (2020): 1–10.
45
Eklopas Dakabesi Dakabesi dan Luhur Wicaksono, “Kepemimpinan Kolaborasi Kepala Sekolah Dalam
Membangun Tim Kinerja Guru Di Era Society 5.0,” JISIP (Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan) 6, no. 4 (2022):
2654, https://doi.org/10.36312/jisip.v6i4.3899/http.

18
Kualifikasi Pencapaian Pemimpin Jenius Per Item Soal
A B C D

0%
3%

37%

60%

Gambar 4.2 Kualifikasi Pencapaian Pemimpin Jenius Per Item Soal

Diagram gambar di atas menunjukkan hasil dari kualifikasi pencapaian pemimpin


jenius di MIS Zakaria per item soalnya. Jumlah item soal yang memperoleh nilai A dengan
kriteria sangat baik yaitu 7 item soal, besarnya persentase yang diperoleh yaitu 37%.
Banyaknya item soal yang memperoleh nilai B dengan kriteria baik ialah 15 item soal, besarnya
persentase yang diperoleh yaitu 60%. Selanjutnya jumlah item soal pada nilai C kategori cukup
yaitu 1 item soal dengan persentase sebesar 3%. Terakhir untuk nila D termasuk kategori
kurang nol atau tidak ada yang memilih item tersebut. Secara keseluruhan nilai yang
diperolehnya adalah B dengan skor 3.
Hasil Wawancara
Hasil wawancara yang telah dilakukan pada hari Senin tanggal 26 Maret 2024 dengan
Kepala Madrasah MIS Zakaria Kota Bandung yaitu Ibu Yanti Nuryanti, S.Ag penulis mendapat
beerbagai informasi mengenai kepemimpinan. Madrasah Ibtidaiyah Zakaria ini berlokasi di Jl.
Cijawura Girang V Soekarno Hatta, Margasari, Kec. Buahbatu Kota Bandung. Memiliki visi
yaitu terwujudnya madrasah yang berkualitas dan unggul ditingkat nasional pada tahun 2025.
Disampaikan oleh Kepala Madrasah MIS Zakaria bahwa yang dimaksud madrasah
yang berkualitas itu termasuk dengan para lulusannya, beserta para pendidik yang berkualitas
dan memiliki akhlak yang baik, karena mengacu pada penamaan madrasah di mana istilah
tersebut terdapat nuansa keagamaan dan keislamannya sangat melekat. Salah satu program
unggulan di MIS Zakaria ini adalah program tahfidz bermakna yaitu tidak hanya banyaknya
surat yang dihafalkan melainkan para peserta didik harus mampu memahami makna dari ayat

19
per-ayat. Hal tersebut dilakukan bukan tanpa tujuan, salah satu alasan kuat yang mendasari
pihak madrasah mengembangkan tahfidz bermakna yaitu bukan tentang seberapa banyak
hafalan yang dapat diraih oleh siswa jika tidak dapat memaknai ayat. Oleh karena itu
pemaknaan tersebut dipandang lebih penting untuk peserta didik agar mampu
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mampu membangun akhalak,
moral yang baik dengan berlandaskan nilai-nilai keislaman.
Jika dilihat dari prestasi yang diraih oleh para peserta didiknya seperti menjuarai lomba
di bidang tahfidz setiap tahun, aktif mengikuti olimpiade sains dan mampu meraih juara di
tingkat provinsi. Dari beberapa capaian yang diraih oleh madrasah tersebut bisa dikatakan
sebagai madrasah terbaik dari MI, MTs, dan MA. Setiap program atau kegiatan yang dirasa
telah tercapai tujuannya, pihak madrasah aktif dalam melaporkan hasil capaiannya kepada tim
pengawas juga Penmad Kementerian Agama.
Berkaitan dengan regulasi visi, misi dan tujuan dari Madrasah Ibtidaiyah Zakaria ini
dilakukan setiap lima tahun sekali. Hal ini dibantu oleh para guru sebagai Tim Pengembang
Madrasah (TPM) untuk merumuskan kembali dan mengevaluasi suatu visi, misi, dan tujuan
untuk membangun madrasah yang unggul dan maju. Visi misi dibuat mengikuti perkembangan
yang dialami dalam dunia pendidikan dan beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Berbicara mengenai hambatan yang berhubungan dengan isu kebijakan pendidikan saat
ini terutama kaitannya terhadap kurikulum yang tidak jarang selalu mengalami perubahan.
Namun adanya perubahan tersebut tidak dijadikan sebuah hambatan karena setiap perubahan
yang terjadi dapat dianalisa dan dipahami esensinya.
Sebagai seorang pemimpin dilembaganya, untuk mewujudkan madrasah yang
berkualitas dan unggul, Kepada Madrasah MIS Zakaria melakukan kolaborasi dengan
beberapa pihak. Seperti hal nya dengan membangun kemitraan yang kuat dengan para orang
tua murid, dan penerbit buku. Adapun hambatan atau tantangan yang dihadapi oleh seorang
pemimpin dalam menghadapi isu pendidikan yaitu mengenai kompetensi pendidik pada
pengembangan ilmu teknologi, karena rata-rata rata para guru di MIS Zakaria banyak yang
sudah usia lanjut dan harus terus meng-upgrade kemampuan. Hal yang dilakukan oleh seorang
pemimpin kepada para tenaga pendidiknya adalah mengikutsertakan pada pelatihan yang
dibutuhkan guru tersebut. Bahkan terdapat empat guru yang telah berhasil mencetak sebuah
buku yang berkaitan dengan pengalaman mengajar selama masa covid-19.
Di samping para peserta didiknya yang banyak memiliki prestasi, tentu ada peran
seorang pemimpin yang mampu menggerakan dan mengarahkan para tenaga pendidiknya. Hal
tersebut tidak terlepas dari strategi yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Selain strategi,

20
seorang pemimpin juga penting untuk memiliki sebuah prinsip. Kepala Madrasah di MIS
Zakaria berprinsip pada sebuah hadits tentang amal sholeh, pada hadits tersebut menyatakan
bahwa apabila anak adam telah meninggal dunia maka terputuslah amal darinya, kecuali tiga
perkara yaitu amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak sholeh. Di MIS Zakaria selalu
ada pembukaan sebelum para guru memulai bertugas dari situlah seorang pemimpin selalu
mengingatkan orientasi madrasah kepada para pendidik sebelum melaksanakan tugasnya.
Sebagai seorang pemimpin tidak menjadikan kepala madrasah MIS Zakaria memiliki
sekat dengan para tenaga pendidiknya. Kepala madrasah selalu menjaga interaksi dengan
mengadakan kumpulan para guru setiap satu bulan sekali untuk membahas perkembangan
proses pembelajaran, supervisi, dan hal-hal yang berkaitan lainnya.

KESIMPULAN
Secara keseluruhan peroleh skor yang diperoleh adalah 75 atau besarnya persentase
yaitu 81%. Kualifikasi persentase skor 81% berada pada kategori baik. Maka dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan di MIS Zakaria tepatnya dalam pemimpin jenius termasuk
pada kategori yang baik. Besarnya persentase item soal kategori sangat baik yaitu 37%,
kategori baik 60%, kategori cukup 1% dan kategori kurang 0%. Pemimpin sekolah yang baik
akan membangun lingkungan sekolah yang mendukung pengajaran dan pembelajaran yang
baik serta meningkatkan kemampuan siswa. penting untuk dicatat bahwa cara pemimpin
menggunakan kekuatan pribadinya dapat bervariasi secara signifikan, dan pendekatan yang
efektif dapat berbeda tergantung pada situasi dan konteks tertentu.
Salah satu program unggulan di MIS Zakaria ini adalah program tahfidz bermakna yaitu
tidak hanya banyaknya surat yang dihafalkan melainkan para peserta didik harus mampu
memahami makna dari ayat per-ayat. Setiap program atau kegiatan yang dirasa telah tercapai
tujuannya, pihak madrasah aktif dalam melaporkan hasil capaiannya kepada tim pengawas juga
Penmad Kementerian Agama. Sebagai seorang pemimpin dilembaganya, untuk mewujudkan
madrasah yang berkualitas dan unggul, Kepada Madrasah MIS Zakaria melakukan kolaborasi
dengan beberapa pihak. Seperti hal nya dengan membangun kemitraan yang kuat dengan para
orang tua murid, dan penerbit buku.

21
DAFTAR PUSTAKA

A’yuni, Siti Qurrotul, dan Radia Hijrawan. “Analisis Kritis Kepemimpinan Pendidikan Islam
Berdasarkan Syarat Dan Ciri-Ciri Kepemimpinan Yang Ideal.” AL-FAHIM: Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam 2, no. 2 (2020): 68–83.
Arifin, I, Juharyanto, Mustiningsih, dan A Taufiq. “Islamic Crash Course as a Leadership
Strategy of School Principals in Strengthening School Organizational Culture.” SAGE
Open 3 (8M). https://doi.org/10.1177/2158244018799849.
Arifin, Muhamad. “KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM: Karakteristik Pemimpin
Ideal Menurut Al-Quran.” AKADEMIK: Jurnal Mahasiswa Humanis 3, no. 3 (2023):
151–60.
Budiyono, dan Y Harmawati. “Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Nilai-Nilai
Keteladanan Guru dan Orang Tua Pada Siswa Sekolah Dasar.” Prosiding Seminar
Nasional PPKn III (2020): 1–10.
Dakabesi, Eklopas Dakabesi, dan Luhur Wicaksono. “Kepemimpinan Kolaborasi Kepala
Sekolah Dalam Membangun Tim Kinerja Guru Di Era Society 5.0.” JISIP (Jurnal Ilmu
Sosial dan Pendidikan) 6, no. 4 (2022): 2654.
https://doi.org/10.36312/jisip.v6i4.3899/http.
Djafri, Novianty, Arwildayanto Arwildayanto, dan Arifin Suking. “Manajemen
Kepemimpinan Inovatif pada Pendidikan Anak Usia Dini dalam Perspektif Merdeka
Belajar Era New Normal.” Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 5, no. 2
(2020): 1441–53. https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i2.901.
Fatimah, Ima Frima, Rida Nurfarida, Agus Salim Mansyur, dan Qiyi Yuliati Zaqiah. “Strategi
Inovasi Kurikulum; Sebuah Tinjauan Teoris.” EduTeach : Jurnal Edukasi dan Teknologi
Pembelajaran 2, no. 1 (2021): 16–30. https://doi.org/10.37859/eduteach.v2i1.2412.
Fitrah, Putri Fauziatul, Hairunnisa Hairunnisa, Indah Ayuningtyas, dan Tasya Dewi Anantia.
“Karakteristik Kepemimpinan Inovatif dalam Mengoptimalkan Mutu Pendidikan.” Alsys:
Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan 1, no. 1 (2021): 168–77.
https://doi.org/10.58578/alsys.v1i1.33.
Fitriani, F, dan A Sakban. “Penerapan Pendidikan Karakter Terhadap Efektifitas Penggunaan
Kurikulum 2013 Dalam Persepektif Moral Bangsa di SMA Nurul Jannah NW Ampenan.”
Civ. Pendidikan-Penelitian-Pengabdian Pendidik. Pancasila dan Kewarganegaraan 6,
no. 1 (2018): 4.
Hermino, Agustinos. Kepemimpinan Pendidikan di Era Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka

22
Pelajar, 2014.
Hidayat, S, dan M.P.S Asroi. Implementasi dalam Praktik Pendidikan di Indonesia.
Tanggerang: Pustaka Mandiri, n.d.
Isnaini, Lailatul. “Strategi Kepemimpinan Abad 21: Visioner, Kreatif, Inovatif, dan Cerdas
Emosi.” PRODU: Prokurasi Edukasi Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 1, no. 2
(2020): 162–82.
Istanto, Istanto. “Kepemimpinan Inovatif Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Daya Saing
Madrasah.” Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan 16, no. 6 (2022):
1991. https://doi.org/10.35931/aq.v16i6.1256.
Maolana, Ihsan, Astuti Darmiyanti, dan Jaenal Abidin. “Strategi Kepemimpinan Kepala
Sekolah Yang Efektif Dalam Meningkatkan Kualitas Guru Di Lembaga Pendidikan
Islam.” Innovative: Journal Of Social Science Research 3, no. 4 (2023): 83–94. https://j-
innovative.org/index.php/Innovative/article/view/3493.
Mattayang, Besse. “Tipe dan gaya kepemimpinan: suatu tinjauan teoritis.” JEMMA (Journal
of Economic, Management and Accounting) 2, no. 2 (2019): 45–52.
Muhidin, Sambas Ali, dan Maman Abdurrahman. Analisis Korelasi, Regresi, Dan Jalur Dalam
Penelitian Dilengkapi Aplikasi Program SPSS. Bandung: Pustaka Setia, 2007.
Nasution, S. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
Nasution, Wahyudin Nur. “Kepemimpinan pendidikan di sekolah.” Jurnal Tarbiyah 22, no. 1
(2016).
Nurdin, Diding. Kepemimpinan Mutu Pendidikan. I. Bandung: PT SARANA PANCA
KARYA, 2009.
Peramesti, Ni Putu Depi Yulia, dan Dedi Kusmana. “Kepemimpinan ideal pada era generasi
milenial.” TRANSFORMASI: Jurnal Manajemen Pemerintahan, 2018, 73–84.
Roja, Anfaur, dan Hakimuddin Salim. “Kepemimpinan Kepala Sekolah Meningkatkan Mutu
Peserta Didik.” Hikmah 20, no. 2 (2023): 262.
https://revistas.ufrj.br/index.php/rce/article/download/1659/1508%0Ahttp://hipatiapress.
com/hpjournals/index.php/qre/article/view/1348%5Cnhttp://www.tandfonline.com/doi/a
bs/10.1080/09500799708666915%5Cnhttps://mckinseyonsociety.com/downloads/report
s/Educa.
Saputra, Bagus Rachmad, Imron Arifin, dan Ahmad Yusuf Sobri. “Kepemimpinan Kepala
Sekolah Dalam Inovasi Pembelajaran Saintifik Religius.” Kelola: Jurnal Manajemen
Pendidikan 8, no. 1 (2021): 94–102. https://doi.org/10.24246/j.jk.2021.v8.i1.p94-102.
Sari, Indah Suci Julia. “Hakekat, Dinamika Organisasi, Dan Fungsi Pemimpin Dan

23
Kepemimpinan Pendidikan Islam.” Jurnal Ilmiah Iqra’ 13, no. 1 (2019): 26–37.
Saryati, Saryati, dan Abdul Sakban. “Fungsi Controlling dan Evaluasi Kepala Sekolah
Terhadap Kinerja Guru di SMPN 1 Lembar Lombok Barat.” CIVICUS : Pendidikan-
Penelitian-Pengabdian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 8, no. 2 (2020):
142. https://doi.org/10.31764/civicus.v8i2.2980.
Setyawan, Christianto Dedy, Sariyatun Sariyatun, dan Cicilia Dyah Sulistyaningrum Indrawati.
“Pemimpin Ideal dan Karakteristik yang Didambakan dalam Menjawab Tantangan
Zaman.” In Social, Humanities, and Educational Studies (SHEs): Conference Series,
5:96–103, 2022.
Suharsaputra, U. Kepemimpinan Inovasi Pendidikan (Mengembangkan Spirit
Enterpreneurship Menuju Learning School). Bandung: PT Refika Adimata, 2016.
Sulistyawati, Wiwik, Wahyudi, dan Trinuryono. “Analisis (Deskriptif Kuantitatif) Motivasi
Belajar Siswa Dengan Model Blended Learning Di Masa Pandemi Covid-19.” Kadikma
13, no. 1 (2022): 70. https://doi.org/10.19184/kdma.v13i1.31327.
Supardi, Supardi. “Peran Kepemimpinan dan Keterlibatan Group Decission Making dalam
Perubahan Organisasi.” Tarbawi: Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan 1, no. 01
(2017): 37–48.
Waruwu, Marinu, dan Muh Takdir. “Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Perspektif Servant
Leadership.” Improvement: Jurnal Ilmiah untuk Peningkatan Mutu Manajemen
Pendidikan 8, no. 02 (2021): 146. https://doi.org/10.21009/improvement.v8i2.22483.
Wibowo. Manajemen Perubahan. Jakarta: Rajawali, 2011.
Yuhana, Asep Nanang, dan Fadlilah Aisah Aminy. “Optimalisasi Peran Guru Pendidikan
Agama Islam Sebagai Konselor dalam Mengatasi Masalah Belajar Siswa.” Jurnal
Penelitian Pendidikan Islam 7, no. 1 (2019): 92. https://doi.org/10.36667/jppi.v7i1.357.
Zenger, J, dan J Folkman. 10 Traits of Innovative Leaders. Cambridge: Bussiness Review,
2014.
Zhou, Y. “The Relationship Between School Organizational Characteristics and Reliance on
Out of Field Teachers in Mathematics and Science: Cross Ntional Evidence from TALIS
2008.” Asia Pacific Education Researcher, 2014. https://doi.org/10.1007/s40299-013-
0123-8.

24

Anda mungkin juga menyukai