Pendahuluan
Kepemimpinan dapat dipelajari dari buku, melalui pendidikan formal dan non
formal ataupun melalui kursus dan seminar. Tetapi seseorang tidak akan dapat menjadi
pemimpin hanya dengan membaca buku atau mengikuti pendidikan, kursus dan seminar,
karena kepemimpinan merupakan produk dari sifat perangai, watak dan bakat seseorang
yang telah dimantapkan dalam proses pengaruh timbal balik dengan lingkungannya.
Selain itu kepemimpinan tidak dapat “diciptakan”, tetapi dapat “ditimbulkan”. Oleh karena
itu tidak mudah untuk menjadi pemimpin yang sejati, seperti yang pernah dikatakan oleh
seorang penulis asing, bahwa : No Man is a leader until his appointment is ratified in the
minds and hearts of his men : (Command Performance, The Infantery Journal).
Perkembangan TNI seperti yang dicapai sekarang ini sebagian adalah karena
kemampuan TNI yang memiliki azas dan sifat kepemimpinan yang diimprovisasikan dan
diimplementasikannya kedalam kehidupan masyarakat dan kehidupan bernegara.
Implementasi azas dan sifat kepemimpinan TNI ini akan sangat besar pengaruhnya
terhadap peningkatan kredibiltas TNI dan mendukung keberhasilan tugas TNI, yaitu
sebagai motivator pembangunan bangsa dan negara, serta integrator masyarakat dengan
semua lembaga sosial kemasyarakatan. Indikator kualitas kepemimpinan seorang
Komandan, dapat dilihat dari bagaimana kondisi moril, disiplin, jiwa korsa dan
keterampilan teknis anggotanya. Dihadapkan dengan Kasus yang terjadi di wilayah OKU
Martapura, dimana adanya tindakan pengrusakan dan pembakaran Mapolres OKU dan
pos polisi oleh anggota Yon Armed 15/76 Tarik, hal ini disebabkan salahsatunya oleh
aspek kepemimpinan Danyon Armed.
Berdasarkan uraian diatas, untuk lebih mengetahui kondisi situasional di wilayah
OKU martapura, identifikasi persoalan yang muncul adalah : 1) Bagaimana Peran
Kepemimpinan Danyon Armed 15/76 Tarik, 2) Apa yang menjadi akar persoalan
terjadinya pembakaran Mapolres OKU dan 4 buah Pos Polisi ?, 3) Bagaimana upaya
/langkah yang diambil agar permasalahan konflik perselisihan antara anggota TNI dan
Polri tidak terulang kembali ditinjau dari kepemimpinan Danyon ?. Dihadapkan dengan
kondisi tersebut, maka rumusan permasalahan yang muncul adalah “Bagaimana peran
kepemimpinan Danyon Armed 15/76 Tarik dalam mengatasi konflik perselisihan
antara anggota TNI dan Polri di satuannya” ?.
Pemimpin yang baik diciptakan bukanlah dilahirkan secara natural tetapi
dikembangkan melalui suatu proses panjang yang tidak pernah berhenti dari
pembelajaran sendiri, pendidikan dan latihan serta pengalaman yang luas dalam rangka
meningkatkan kemampuan. Dengan demikian pentingnya penulisan essai tentang peran
kepemimpinan Danyon Armed 15/76 Tarik dalam mengatasi konflik perselisihan antara
anggota TNI dan Polri di satuannya. Metode yang digunakan dalam penulisan essay ini
adalah metode deskriptif analisis dengan sumber data yang didapat dari jurnal, kajian dan
literature lainnya dari internet.
Nilai guna dari penulisan essai ini adalah memberikan pemahaman kepada kita
tentang peran kepemimpinan Danyon Armed 15/76 Tarik dalam mengatasi konflik
perselisihan antara anggota TNI dan Polri di satuannya. Maksud penulisan essai ini untuk
memberikan gambaran tentang peran kepemimpinan Danyon Armed 15/76 Tarik dalam
mengatasi konflik perselisihan antara anggota TNI dan Polri di satuannya. sedangkan
tujuannya untuk memberikan saran ke Komando Atas dalam rangka meningkatkan
kepemimpinan TNI kedepan. Penulisan essai ini dibatasi pada peran kepemimpinan
Danyon Armed 15/76 Tarik dalam mengatasi konflik perselisihan antara anggota TNI dan
Polri di satuannya.
Pembahasan
Berbagai bentuk aktivitas dalam kehidupan manusia sangat di tentukan oleh
berbagai aspek, salah satu aspek yang sangat besar pengaruhnya terhadap usaha
pencapaian keberhasilan tujuan adalah aspek kepemimpinan. Di dalam tubuh TNI AD
proses kepemimpinan sudah berlangsung sejalan dengan perkembangan organisasi,
akan tetapi kepemimpinan senantiasa selalu menjadi topik kajian yang hangat, hal itu
mencerminkan bahwa kualitas dan efektifitas kepemimpinan dari waktu ke waktu dituntut
untuk selalu ditingkatkan agar tidak terjadi penurunan. Dimensi Kepemimpinan
merupakan peran sentral dalam setiap upaya pembinaan, hal ini telah banyak dibuktikan
dan dapat dilihat dalam gerak langkah setiap organisasi, dimana peran kepemimpinan
menjadi begitu menentukan bahkan seringkali menjadi ukuran dalam mencari sebab-
sebab jatuh bangunnya suatu organisasi.
Analisa terkait dengan Peran Kepemimpinan Danyon Armed 15/76 Tarik, menulis
mencoba melakukan pendekatan teori peran, Peran diartikan pada karakterisasi yang
disandang untuk dibawakan oleh seorang aktor dalam sebuah pentas drama, yang dalam
konteks sosial peran diartikan sebagai suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika
menduduki suatu posisi dalam struktur sosial. Peran seorang aktor adalah batasan yang
dirancang oleh aktor lain, yang kebetulan sama- sama berada dalam satu penampilan/
unjuk peran (role perfomance).1
Teori Peran (Role Theory) adalah teori yang merupakan perpaduan berbagai teori,
orientasi, maupun disiplin ilmu. Istilah “peran” diambil dari dunia teater. Dalam teater,
seseorang aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya
sebagai tokoh itu ia diharapkan untuk berperilaku secara tertentu. Menurut Stewart,
dalam bukunya yang berjudul: “Empowering People”2, dikatakan bahwa “Empowering
others is essentially a matter of cultural change”. Artinya, pemberdayaan orang lain
adalah persoalan yang sangat penting dari sebuah proses perubahan budaya. Guna
memberdayakan seluruh program dan kegiatan yang dilakukan oleh suatu organisasi,
diperlukan peran seorang pemimpin organisasi. Peran yang harus dilakukan oleh
pemimpin organisasi dalam menjalankan program dan kegiatan supaya berhasil sesuai
yang direncanakan adalah sebagai berikut: 3 1) Peran dalam membuat mampu
(Enabling). 2) Peran dalam memperlancar (Facilitating); 3) Peran dalam menyediakan
sarana konsultasi (Consulting); dan 4) Peran dalam mendorong kerja sama
(Collaborating);
Peran kepemimpinan Danyon Armed 15/76 Tarik dihadapkan pada konflik antara
TNI dengan Polri, memiliki peran sentral yang dapat dituangkan pada dimensi peran
sebagaimana yang dikemukakan oleh stewart, antara lain : Pertama, Peran dalam
membuat mampu (Enabling). Menurut Stewart (1988:77) membuat mampu (enabling)
berarti memastikan bahwa staf atau bawahan mempunyai segala sumber daya yang ada
yang diperlukan untuk dapat diberdayakan secara penuh. Kemampuan menurut Robins
(2001:46) adalah suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam
1
Edy Suhardono, Teori Peran (Konsep, Derivasi dan Implikasinya), (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
1994), Hal. 3
2
Stewart, Empowering People (Oxfortd University Press 1994), hal 53
3
Ibid, hal 55
suatu pekerjaan. Seluruh kemampuan seseorang pada hakikatnya tersusun dari dua
perangkat faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Kemempuan
intelektual yaitu kemampuan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan mental,
sedangkan kemampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan
tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan keterampilan serupa,
Kedua. Peran dalam memperlancar (Facilitating); Dimensi kelancaran artinya
mempermudah dan merupakan kecakapan yang sangat dibutuhkan pimpinan yang
memberdayakan bawahannya. Pimpinan yang memberdayakan memandangnya sebagai
tugas pokok manajemen untuk menjadikan halangan ataupun hambatan yang dialami
para bawahannya atau aparatur untuk melaksanakan pekerjaan dan tugas-tugas yang
diberikan. Halangan itu berupa kurang memadainya informasi, kecakapan atau
pengetahuan. Disini pelatihan mempunyai peranan yang sangat penting, akan tetapi
kerapkali masalah-masalah itu disebabkan karena peraturan dan prosedur yang lebih
bersifat menghambat daripada membantu tercapainya prestasi puncak. Stewart
(1998:79) selanjutnya mengemukakan bahwa memperlancar (facilitating) berarti
memperhatikan apa yang perlu dilakukan oleh staf kita, lalu menyediakan jalannya
selapang mungkin.
Ketiga, Peran dalam menyediakan sarana konsultasi (Consulting); Stewart
(1988:86) menyatakan bahwa penting dilakukan konsultasi yang langsung, aktif, dan
teratur dengan para staf. Jika kita menemui staf secara bertatap muka, maka briefing dua
arah sangat efektif. Bentuk-bentuk konsultasi langsung lain terbentang dari pertemuan
formal tim penasehat hingga metodemetode informal seperti secara sistimatis dan teratur
melakukan inspeksi dan menanyakan masalah-masalah yang muncul. Konsultasi ini tidak
hanya menyangkut kegiatan atau pekerjaan yang dilaksanakan setiap hari tapi juga
harus dengan masalah-masalah strategis.
Keempat, Peran dalam mendorong kerja sama (Collaborating); Kerjasama
menurut Steward sepenuhnya antara manajer dan staf harus menjadi tujuan akhir setiap
program pemberdayaan. Hanya dengan bekerjasama secara bebas, terbuka dan dan
seluruh kekayaan kecakapan dan pengetahuan dalam organisasi dapat dimanfaatkan
untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan kerjasama akan membuktikan tidak hanya
seberapa besar kecakapan pimpinan dalam pemberdayaan, melainkan juga seberapa
kuat kemauannya untuk melaksanakannya secara penuh. Kerjasama menurut Stewart
(1998:90) akan memberikan jalan yang lebih efektif untuk itu tanpa komitmen staf secara
penuh dan sebulat hati, segala perubahan strategis akan tersendat-sendat atau mungkin
akan gagal, sebaliknya jika staf merasa mereka telah dilibatkan dalam proses
pengambilan keputusan, dukungan mereka juga akan lebih penuh dan bergairah jika
gagasan-gagasan hanya datang dari atas saja.
Keputusan yang diambil oleh Danyon sepatutnya merupakan keputusan yang telah
ditimbang baik buruknya atau dalam kata lain telah dianalisa dengan seksama yang
bertujuan untuk kepentingan bersama. Pengambilan keputusan dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain pengalaman bertugas ataupun teori-teori tentang kepemimpinan yang
dimiliki oleh seorang Komandan. Kepemimpinan bukan merupakan pembawaan sejak
lahir dan bukan pula keturunan, tetapi merupakan kepandaian/kecakapan yang dapat
dimiliki oleh siapa saja yang mempunyai kepandaian memahami azas-azas
kepemimpinan yang sehat, penggunaan prinsip-prinsip serta tehnik serta metode yang
sebaik-baiknya dan ini merupakan konsep dasar kepemimpinan.
Akar persoalan terjadinya pembakaran Mapolres OKU dan 4 buah Pos Polisi
Dari data fakta yang ada, Keributan yang terjadi antara oknum Polisi dan TNI
berujung maut. Pratu Heru, anggota Yon Armed 15/76 Tarik Martapura OKU, tewas
tertembak di bagian punggung kanan tembus ke leher. Korban tewas dalam perjalanan
menuju rumah sakit setelah ditembak oleh oknum Polisi berinisial BW yang sedang piket
di Pos Polisi Ogan II Sukajadi Kecamatan Baturaja Timur, Minggu (27 Januari 201C)
pukul 00.23 dini hari. Beberapa saat sebelum kejadian BW yang sedang dinas piket di
Pos Polisi Ogan II bersama 2 (dua) rekannya sedang main gaple. Tiba-tiba melintas Pratu
Heru dan teman-temannya di depan Pos Polisi sambil meneriakan kata-kata ejekan
kepada anggota Polisi. Mendengar kata-kata ejekan itu BW tersinggung dan mengejar
Pratu Heru Oktavianus dan sekitar 50 meter dari Pos Polisi Ogan II terjadi keributan. Info
yang diperoleh BW sempat mendorong sepeda motor Pratu Heru. Setelah terjadi adu
mulut kemudian terdengar bunyi letusan senjata api dan Pratu Heru mengalami luka
tembak. Korban langsung dilarikan ke RS Antonio Baturaja pukul 01.00. Tetapi pada
pukul 03.00 dikirim ke RSMH Palembang. Namun pada akhirnya korban meninggal dunia.
Sementara itu pimpinan Polri dan pimpinan TNI sepakat untuk saling memaafkan dan
berjanji sama-sama menciptakan iklim yang kondusif pasca tewasnya anggota Yon
Armed Baturaja. Hal tersebut terungkap dalam pertemuan antara Kapolda Sumsel dan
Pangdam II/Sriwijaya yang masing-masing diwakili Kapolres OKU dan Dandim 0403/OKU
didampingi Danyon Armed 15/76 Tarik Martapura, dalam jumpa pers di ruang Kapolres
OKU, Sumsel.
Pada kesempatan itu Kapolres OKU menyatakan turut berduka yang sedalam-
dalamnya dan mendoakan almarhum semoga diterima disisi-Nya. Sedangkan keluarga
yang ditinggalkan diberi kesabaran dan bisa menerima ujian berat ini. “Saya atas nama
pimpinan mohon maaf atas musibah ini. Semoga insiden ini tidak terulang lagi," kata
Kapolres OKU yang langsung menyalami dan memeluk Danyon Armed 15/76/Tarik
Martapura. Sementara Dandim OKU atas nama Pangdam dikesempatan itu mengatakan,
pihaknya ikut membantu proses hukum yang sedang berjalan. “Sepakat Polisi dan Armed
tidak ada dendam,” tandas Dandim. Ia juga mengajak masyarakat dan semua pihak
khususnya media agar turut membantu terciptanya situasi yang kondusif untuk
membangun daerah dalam bingkai NKRI.
Namun seruan dan arahan dari para pemimpinan baik Kapolres, Danyon Armed
maupun dandim OKU yang mengatasnamakan Pangdam tidak dapat membenduk
terjadinya pengrusakan dan pembakaran Mako serta pos polisi. Sekira pada tanggal 7
Maret 201C sekira pukul 08.00 WIB telah terjadi pengrusakan dan pembakaran Mapolres
OKU, Mapolsek Martapura dan 4 buah Pos Polisi yang dilakukan oleh anggota Yonarmed
15/76 Tarik hingga menyebabkan kerugian personel dan materiil yang cukup besar.
Berdasarkan data fakta yang diuraikan diatas, keinginan atau harapan penulis
agar pembaca mampu memahami akar persoalan terjadinya pembakaran Mapolres OKU
dan 4 buah Pos Polisi.
Penutup
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan, Peran kepemimpinan Danyon Armed
15/76 tarik sangat sentral, Peran dalam membuat mampu, Peran dalam memperlancar,
Peran dalam menyediakan sarana konsultasi, dan Peran dalam mendorong kerja sama
dapat diaplikasikan secara optimal oleh danyon Armed 15/76 Tarik. Akar permasalahan
konflik yang terjadi antara TNi-Polri disebabkan karena perbedaan individual berupa
perbedaan kepentingan, yang disebabkan karena permasalahan sepele. Upaya kedepan
agar tidak terjadi permasalahan serupa perlu melakukan upaya mulai dari peningkatan
kemampuan kepemimpinan Danyon/Dansat, memberikan pemahaman esprit de corp
secara baik dan melakukan pembinaan personel (mental) secara optimal sehingga
didapat anggota yang memiliki mental yang kuat.
Agar peran kepemimpinan Danyon Armed 15/76 tarik dalam mengatasi konflik
perselisihan antara anggota TNI dan Polri di satuannya, lebih optimal, disarankan agar
memberikan Pemahaman lebih luas mengenai Esprit de corp dilingkungan satuan TNI,
Selain itu pentingnya merubah paradigma dan perilaku kepemimpinan sesuai tuntutan
etika perubahan. Adanya proses globalisasi membawa dampak yang sangat besar dalam
berbagai sendi-sendi kehidupan bangsa, tidak terkecuali dengan kehidupan militer,
dimana etika didalam kepemimpinan mengalami perubahan.
Demikian penulisan essai peran kepemimpinan Danyon Armed 15/76 tarik dalam
mengatasi konflik perselisihan antara anggota TNI dan Polri di satuannya ini dibuat,
semoga bermanfaat bagi kita semua.
Lampiran
1. Alur Pikir
2. Daftar Pustaka
Lampiran – 1
ALUR PIKIR
PERAN KEPEMIMPINAN DANYON ARMED 15/76 TARIK DALAM MENGATASI KONFLIK PERSELISIHAN ANTARA ANGGOTA TNI
DAN POLRI DI SATUANNYA
Peran
Kepemimpinan
- Danyon
PANCASILA
- Optimal
UUD 1945
- UU NO.34 TAHUN
Persoalan
1. Bagaimana tinjauan
Kepemimpinan Danyon Armed
76/15 Tarik ?
2. Apa yang menjadi akar
Peran
Peran Kepemimpinan
Kepemimpinan
Danyon saat ini
persoalan terjadinya konflik TNI
dengan Polri di Martapura ?, PROSES
Danyon
3. Bagaimana upaya /langkah yg diharapkan
yang diambil agar permasalahan
konflik perselisihan antara
anggota TNI dan Polri tidak
terulang kembali pada masa-
masa yang akan datang ?
- KEKUATAN - PELUANG
- KELEMAHAN - KENDALA
Lampiran – 2
DAFTAR PUSTAKA