Anda di halaman 1dari 14

PERAN KEPEMIMPINAN DANYON ARMED 15/76 TARIK DALAM MENGATASI

KONFLIK PERSELISIHAN ANTARA ANGGOTA TNI DAN POLRI


DI SATUANNYA

Pendahuluan
Kepemimpinan dapat dipelajari dari buku, melalui pendidikan formal dan non
formal ataupun melalui kursus dan seminar. Tetapi seseorang tidak akan dapat menjadi
pemimpin hanya dengan membaca buku atau mengikuti pendidikan, kursus dan seminar,
karena kepemimpinan merupakan produk dari sifat perangai, watak dan bakat seseorang
yang telah dimantapkan dalam proses pengaruh timbal balik dengan lingkungannya.
Selain itu kepemimpinan tidak dapat “diciptakan”, tetapi dapat “ditimbulkan”. Oleh karena
itu tidak mudah untuk menjadi pemimpin yang sejati, seperti yang pernah dikatakan oleh
seorang penulis asing, bahwa : No Man is a leader until his appointment is ratified in the
minds and hearts of his men : (Command Performance, The Infantery Journal).
Perkembangan TNI seperti yang dicapai sekarang ini sebagian adalah karena
kemampuan TNI yang memiliki azas dan sifat kepemimpinan yang diimprovisasikan dan
diimplementasikannya kedalam kehidupan masyarakat dan kehidupan bernegara.
Implementasi azas dan sifat kepemimpinan TNI ini akan sangat besar pengaruhnya
terhadap peningkatan kredibiltas TNI dan mendukung keberhasilan tugas TNI, yaitu
sebagai motivator pembangunan bangsa dan negara, serta integrator masyarakat dengan
semua lembaga sosial kemasyarakatan. Indikator kualitas kepemimpinan seorang
Komandan, dapat dilihat dari bagaimana kondisi moril, disiplin, jiwa korsa dan
keterampilan teknis anggotanya. Dihadapkan dengan Kasus yang terjadi di wilayah OKU
Martapura, dimana adanya tindakan pengrusakan dan pembakaran Mapolres OKU dan
pos polisi oleh anggota Yon Armed 15/76 Tarik, hal ini disebabkan salahsatunya oleh
aspek kepemimpinan Danyon Armed.
Berdasarkan uraian diatas, untuk lebih mengetahui kondisi situasional di wilayah
OKU martapura, identifikasi persoalan yang muncul adalah : 1) Bagaimana Peran
Kepemimpinan Danyon Armed 15/76 Tarik, 2) Apa yang menjadi akar persoalan
terjadinya pembakaran Mapolres OKU dan 4 buah Pos Polisi ?, 3) Bagaimana upaya
/langkah yang diambil agar permasalahan konflik perselisihan antara anggota TNI dan
Polri tidak terulang kembali ditinjau dari kepemimpinan Danyon ?. Dihadapkan dengan
kondisi tersebut, maka rumusan permasalahan yang muncul adalah “Bagaimana peran
kepemimpinan Danyon Armed 15/76 Tarik dalam mengatasi konflik perselisihan
antara anggota TNI dan Polri di satuannya” ?.
Pemimpin yang baik diciptakan bukanlah dilahirkan secara natural tetapi
dikembangkan melalui suatu proses panjang yang tidak pernah berhenti dari
pembelajaran sendiri, pendidikan dan latihan serta pengalaman yang luas dalam rangka
meningkatkan kemampuan. Dengan demikian pentingnya penulisan essai tentang peran
kepemimpinan Danyon Armed 15/76 Tarik dalam mengatasi konflik perselisihan antara
anggota TNI dan Polri di satuannya. Metode yang digunakan dalam penulisan essay ini
adalah metode deskriptif analisis dengan sumber data yang didapat dari jurnal, kajian dan
literature lainnya dari internet.
Nilai guna dari penulisan essai ini adalah memberikan pemahaman kepada kita
tentang peran kepemimpinan Danyon Armed 15/76 Tarik dalam mengatasi konflik
perselisihan antara anggota TNI dan Polri di satuannya. Maksud penulisan essai ini untuk
memberikan gambaran tentang peran kepemimpinan Danyon Armed 15/76 Tarik dalam
mengatasi konflik perselisihan antara anggota TNI dan Polri di satuannya. sedangkan
tujuannya untuk memberikan saran ke Komando Atas dalam rangka meningkatkan
kepemimpinan TNI kedepan. Penulisan essai ini dibatasi pada peran kepemimpinan
Danyon Armed 15/76 Tarik dalam mengatasi konflik perselisihan antara anggota TNI dan
Polri di satuannya.

Pembahasan
Berbagai bentuk aktivitas dalam kehidupan manusia sangat di tentukan oleh
berbagai aspek, salah satu aspek yang sangat besar pengaruhnya terhadap usaha
pencapaian keberhasilan tujuan adalah aspek kepemimpinan. Di dalam tubuh TNI AD
proses kepemimpinan sudah berlangsung sejalan dengan perkembangan organisasi,
akan tetapi kepemimpinan senantiasa selalu menjadi topik kajian yang hangat, hal itu
mencerminkan bahwa kualitas dan efektifitas kepemimpinan dari waktu ke waktu dituntut
untuk selalu ditingkatkan agar tidak terjadi penurunan. Dimensi Kepemimpinan
merupakan peran sentral dalam setiap upaya pembinaan, hal ini telah banyak dibuktikan
dan dapat dilihat dalam gerak langkah setiap organisasi, dimana peran kepemimpinan
menjadi begitu menentukan bahkan seringkali menjadi ukuran dalam mencari sebab-
sebab jatuh bangunnya suatu organisasi.

Peran Kepemimpinan Danyon Armed 15/76 Tarik

Untuk memahami kepemimpinan Danyon Armed 15/76 Tarik dihadapkan pada


kasus penyerangan Mapolres OKU dan perusakan pos polisi, terdapat data dan fakta
yang tertuang dalam kronologis kejadian sebagai berikut : 1) Pada 7 Maret 201C sekira
pukul 06.00 WIB seluruh anggota Yonarmed 15/76 Tarik sudah berkumpul di lapangan
apel Baterai Tempur B dipimpin oleh Serma Fathoni selanjutnya Serma Fathoni
melaporkan melalui HP kepada Perwira Piket untuk melaporkan kepada Danyonarmed
15/76 Tarik bahwa sekitar 195 orang anggota siap bergerak menuju Polres OKU untuk
melakukan aksi damai dalam rangka meminta penjelasan tentang penyelesaian proses
hukum pelaku penembakan terhadap anggota Yonarmed 15/76 A.n. Pratu Heru. Dimana
pada malam sebelumnya Serma Fathoni mendapat masukan dari salah satu anggota
untuk melakukan aksi damai ke Mapolres OKU dengan berseragam PDL yang
seharusnya pada hari tersebut kegiatan menggunakan pakaian olah raga, 2) Kemudian
Perwira Piket menuju ke lapangan apel Raipur B untuk menanyakan kepada Serma
Fathoni tentang maksud dan tujuan Serma Fathoni beserta anggota lainnya yang akan
mendatangi Mapolres OKU. Tidak lama kemudian Serma Fathoni diikuti anggota
langsung menuju kediaman Danyon untuk meminta ijin berangkat menuju Mapolres OKU
dalam rangka melakukan aksi damai sambil meminta kejelasan tuntutan terhadap
anggota Polres OKU yang melakukan penembakan terhadap Pratu Heru, 3) Saat itu juga
Danyonarmed 15/76 Tarik menjelaskan bahwa permasalahan tersebut sudah ditangani
dan diproses di Polda Sumsel, namun anggota tetap bersikeras untuk berangkat ke
Mapolres OKU, atas desakan anggota, Danyon akhirnya memberikan ijin untuk berangkat
ke Mapolres OKU dengan menyiapkan 4 (empat) unit kendaraan truk, namun secara
diam-diam anggota berangkat menggunakan sepeda motor, sehingga Danyon beserta 5
orang Perwira bergerak mengejar anggota menuju Mapolres OKU (± 35 Km)
menggunakan 1 unit kendaraan truk.
Selanjutnya, 4) Saat melintas di depan Makodim 0403/OKU, Kasdim beserta
beberapa anggota Kodim sudah berupaya menghentikan anggota Yonarmed 15/76 Tarik
yang sedang bergerak menuju Mapolres OKU. Namun karena jumlah anggota Yonarmed
15/76 Tarik lebih besar sehingga tidak dapat dicegah, selanjutnya Kasdim 0403/OKU
beserta anggota mengejar anggota Yonarmed 15/76 Tarik ke Mapolres OKU, 5) Sekira
pukul 07.45 WIB anggota Yonarmed 15/76 Tarik tiba di Mapolres OKU yang semula akan
disambut oleh Kabagops dan beberapa Perwira Polres OKU lainnya, namun karena
anggota Yonarmed 15/76 melakukan pengrusakan sehingga Kabagops beserta Perwira
menghindar masuk ke Mapolres. Kasdim 0403/OKU langsung melaporkan kejadian
tersebut kepada Dandim 0403/OKU, 6) Sekitar pukul 07.50 WIB, Danyonarmed 15/76
Tarik melaporkan tindakan anarkis anggotanya kepada Pangdam II/Swj yang saat itu
sedang berada di Lampung, sehingga Pangdam memutuskan untuk menuju ke TKP
dengan menggunakan heli, 7) Kemudian Danyonarmed 15/76 Tarik dan beberapa
Perwira serta Kasdim 0403/OKU dan beberapa anggotanya berusaha mencegah anggota
Yonarmed 15/76 Tarik yang mulai melakukan tindakan pengrusakan. Kegiatan tersebut
sempat bisa dihentikan sesaat, kemudian tiba anggota Subdenpom Baturaja yang masuk
ke halaman Mapolres OKU, beberapa saat kemudian anggota Yonarmed 15/76 Tarik
yang semula duduk mulai terlihat emosi bahkan mulai melakukan pengejaran serta
penganiayaan terhadap anggota Subdenpom Baturaja dan anggota Kodim 0403/OKU
yang berada di halaman Polres OKU, 8) Selanjutnya seluruh anggota Yonarmed 15/76
Tarik tanpa komando langsung melakukan tindakan anarkis berupa pemukulan terhadap
anggota TNI maupun Polri yang berusaha mencegah pengrusakan dan pembakaran
kendaraan. Dampak dari kebakaran kendaraan tersebut api menjalar ke gedung utama
Mapolres OKU. Kemudian Danyon dan Kasdim memerintahkan anggota Yonarmed 15/76
untuk kembali ke satuan dan secara berangsur-angsur anggota Yonarmed 15/76
meninggalkan Mapolres OKU menuju ke beberapa arah secara berkelompok, kemudian
mereka melakukan pembakaran Pos Polisi Jembatan Ogan 2 (TKP penembakan anggota
Yonarmed 15/76 oleh oknum Polisi pada 27 Januari 201C), sementara kelompok lainnya
melakukan pengrusakan Pos Polisi yang berada di Pasar Atas dan depan Mall
Ramayana.
Kasdim 0403/OKU yang masih berada di Mapolres OKU langsung memerintahkan
Pasi Intel Kodim 0403/OKU untuk menghubungi Pemadam Kebakaran, kemudian Kasdim
0403/OKU dan anggotanya beserta anggota Polres OKU melakukan evakuasi sisa
anggota Polres OKU, tahanan dan senjata serta munisi ke Koramil 403-12/Baturaja (± 50
meter dari Polres OKU). Saat pelaksanaan evakuasi, mobil pemadam kebakaran tiba di
TKP dan langsung melaksanakan pemadaman api yang sudah menjalar ke gedung
utama Mapolres.
Setelah melakukan pengrusakan dan pembakaran 4 buah Pos Polisi seluruh
anggota Yonarmed 15/76 Tarik bergerak ke Martapura (mengarah ke Makoyon) namun
mereka justru mendatangi Mapolsek Martapura (± 3 Km dari Makoyon) dan langsung
melakukan pengrusakan terhadap kendaraan di halaman Mapolsek Martapura,
memecahkan kaca-kaca kantor Polsek serta penganiayaan terhadap Kapolsek
Martapura. Selanjutnya seluruh anggota Yonarmed 15/76 Tarik bergerak kembali ke arah
Mapolres OKU Timur namun berhasil dihadang oleh Danyonarmed 15/76 di perjalanan,
kemudian seluruh anggota mengikuti perintah Danyon untuk kembali ke Batalyon. Sekira
pukul 10.00 WIB Danyon memberikan pengarahan kepada seluruh anggota Batalyon
Armed 15/76 Tarik di aula meriam 76 Raipur B. Sekira pukul 10.30 WIB Pangdam II/Swj
mendarat di Makoyon Armed 15/76 Tarik kemudian memberikan pengarahan dan
penekanan kepada seluruh anggota Yonarmed 15/76 Tarik di Aula meriam 76 Raipur B.
Dari uraian cerita diatas, merupakan data dan fakta dilapangan, penulis memiliki
keinginan dan harapan agar pembaca memahami peran Kepemimpinan Danyon Armed
15/76 Tarik dihadapkan pada kasus pembakaran dan pengrusakan Mapolres serta Pos
polisi di OKU Martapura.

Analisa terkait dengan Peran Kepemimpinan Danyon Armed 15/76 Tarik, menulis
mencoba melakukan pendekatan teori peran, Peran diartikan pada karakterisasi yang
disandang untuk dibawakan oleh seorang aktor dalam sebuah pentas drama, yang dalam
konteks sosial peran diartikan sebagai suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika
menduduki suatu posisi dalam struktur sosial. Peran seorang aktor adalah batasan yang
dirancang oleh aktor lain, yang kebetulan sama- sama berada dalam satu penampilan/
unjuk peran (role perfomance).1
Teori Peran (Role Theory) adalah teori yang merupakan perpaduan berbagai teori,
orientasi, maupun disiplin ilmu. Istilah “peran” diambil dari dunia teater. Dalam teater,
seseorang aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya
sebagai tokoh itu ia diharapkan untuk berperilaku secara tertentu. Menurut Stewart,
dalam bukunya yang berjudul: “Empowering People”2, dikatakan bahwa “Empowering
others is essentially a matter of cultural change”. Artinya, pemberdayaan orang lain
adalah persoalan yang sangat penting dari sebuah proses perubahan budaya. Guna
memberdayakan seluruh program dan kegiatan yang dilakukan oleh suatu organisasi,
diperlukan peran seorang pemimpin organisasi. Peran yang harus dilakukan oleh
pemimpin organisasi dalam menjalankan program dan kegiatan supaya berhasil sesuai
yang direncanakan adalah sebagai berikut: 3 1) Peran dalam membuat mampu
(Enabling). 2) Peran dalam memperlancar (Facilitating); 3) Peran dalam menyediakan
sarana konsultasi (Consulting); dan 4) Peran dalam mendorong kerja sama
(Collaborating);
Peran kepemimpinan Danyon Armed 15/76 Tarik dihadapkan pada konflik antara
TNI dengan Polri, memiliki peran sentral yang dapat dituangkan pada dimensi peran
sebagaimana yang dikemukakan oleh stewart, antara lain : Pertama, Peran dalam
membuat mampu (Enabling). Menurut Stewart (1988:77) membuat mampu (enabling)
berarti memastikan bahwa staf atau bawahan mempunyai segala sumber daya yang ada
yang diperlukan untuk dapat diberdayakan secara penuh. Kemampuan menurut Robins
(2001:46) adalah suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam

1
Edy Suhardono, Teori Peran (Konsep, Derivasi dan Implikasinya), (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
1994), Hal. 3
2
Stewart, Empowering People (Oxfortd University Press 1994), hal 53
3
Ibid, hal 55
suatu pekerjaan. Seluruh kemampuan seseorang pada hakikatnya tersusun dari dua
perangkat faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Kemempuan
intelektual yaitu kemampuan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan mental,
sedangkan kemampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan
tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan keterampilan serupa,
Kedua. Peran dalam memperlancar (Facilitating); Dimensi kelancaran artinya
mempermudah dan merupakan kecakapan yang sangat dibutuhkan pimpinan yang
memberdayakan bawahannya. Pimpinan yang memberdayakan memandangnya sebagai
tugas pokok manajemen untuk menjadikan halangan ataupun hambatan yang dialami
para bawahannya atau aparatur untuk melaksanakan pekerjaan dan tugas-tugas yang
diberikan. Halangan itu berupa kurang memadainya informasi, kecakapan atau
pengetahuan. Disini pelatihan mempunyai peranan yang sangat penting, akan tetapi
kerapkali masalah-masalah itu disebabkan karena peraturan dan prosedur yang lebih
bersifat menghambat daripada membantu tercapainya prestasi puncak. Stewart
(1998:79) selanjutnya mengemukakan bahwa memperlancar (facilitating) berarti
memperhatikan apa yang perlu dilakukan oleh staf kita, lalu menyediakan jalannya
selapang mungkin.
Ketiga, Peran dalam menyediakan sarana konsultasi (Consulting); Stewart
(1988:86) menyatakan bahwa penting dilakukan konsultasi yang langsung, aktif, dan
teratur dengan para staf. Jika kita menemui staf secara bertatap muka, maka briefing dua
arah sangat efektif. Bentuk-bentuk konsultasi langsung lain terbentang dari pertemuan
formal tim penasehat hingga metodemetode informal seperti secara sistimatis dan teratur
melakukan inspeksi dan menanyakan masalah-masalah yang muncul. Konsultasi ini tidak
hanya menyangkut kegiatan atau pekerjaan yang dilaksanakan setiap hari tapi juga
harus dengan masalah-masalah strategis.
Keempat, Peran dalam mendorong kerja sama (Collaborating); Kerjasama
menurut Steward sepenuhnya antara manajer dan staf harus menjadi tujuan akhir setiap
program pemberdayaan. Hanya dengan bekerjasama secara bebas, terbuka dan dan
seluruh kekayaan kecakapan dan pengetahuan dalam organisasi dapat dimanfaatkan
untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan kerjasama akan membuktikan tidak hanya
seberapa besar kecakapan pimpinan dalam pemberdayaan, melainkan juga seberapa
kuat kemauannya untuk melaksanakannya secara penuh. Kerjasama menurut Stewart
(1998:90) akan memberikan jalan yang lebih efektif untuk itu tanpa komitmen staf secara
penuh dan sebulat hati, segala perubahan strategis akan tersendat-sendat atau mungkin
akan gagal, sebaliknya jika staf merasa mereka telah dilibatkan dalam proses
pengambilan keputusan, dukungan mereka juga akan lebih penuh dan bergairah jika
gagasan-gagasan hanya datang dari atas saja.
Keputusan yang diambil oleh Danyon sepatutnya merupakan keputusan yang telah
ditimbang baik buruknya atau dalam kata lain telah dianalisa dengan seksama yang
bertujuan untuk kepentingan bersama. Pengambilan keputusan dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain pengalaman bertugas ataupun teori-teori tentang kepemimpinan yang
dimiliki oleh seorang Komandan. Kepemimpinan bukan merupakan pembawaan sejak
lahir dan bukan pula keturunan, tetapi merupakan kepandaian/kecakapan yang dapat
dimiliki oleh siapa saja yang mempunyai kepandaian memahami azas-azas
kepemimpinan yang sehat, penggunaan prinsip-prinsip serta tehnik serta metode yang
sebaik-baiknya dan ini merupakan konsep dasar kepemimpinan.

Akar persoalan terjadinya pembakaran Mapolres OKU dan 4 buah Pos Polisi
Dari data fakta yang ada, Keributan yang terjadi antara oknum Polisi dan TNI
berujung maut. Pratu Heru, anggota Yon Armed 15/76 Tarik Martapura OKU, tewas
tertembak di bagian punggung kanan tembus ke leher. Korban tewas dalam perjalanan
menuju rumah sakit setelah ditembak oleh oknum Polisi berinisial BW yang sedang piket
di Pos Polisi Ogan II Sukajadi Kecamatan Baturaja Timur, Minggu (27 Januari 201C)
pukul 00.23 dini hari. Beberapa saat sebelum kejadian BW yang sedang dinas piket di
Pos Polisi Ogan II bersama 2 (dua) rekannya sedang main gaple. Tiba-tiba melintas Pratu
Heru dan teman-temannya di depan Pos Polisi sambil meneriakan kata-kata ejekan
kepada anggota Polisi. Mendengar kata-kata ejekan itu BW tersinggung dan mengejar
Pratu Heru Oktavianus dan sekitar 50 meter dari Pos Polisi Ogan II terjadi keributan. Info
yang diperoleh BW sempat mendorong sepeda motor Pratu Heru. Setelah terjadi adu
mulut kemudian terdengar bunyi letusan senjata api dan Pratu Heru mengalami luka
tembak. Korban langsung dilarikan ke RS Antonio Baturaja pukul 01.00. Tetapi pada
pukul 03.00 dikirim ke RSMH Palembang. Namun pada akhirnya korban meninggal dunia.
Sementara itu pimpinan Polri dan pimpinan TNI sepakat untuk saling memaafkan dan
berjanji sama-sama menciptakan iklim yang kondusif pasca tewasnya anggota Yon
Armed Baturaja. Hal tersebut terungkap dalam pertemuan antara Kapolda Sumsel dan
Pangdam II/Sriwijaya yang masing-masing diwakili Kapolres OKU dan Dandim 0403/OKU
didampingi Danyon Armed 15/76 Tarik Martapura, dalam jumpa pers di ruang Kapolres
OKU, Sumsel.
Pada kesempatan itu Kapolres OKU menyatakan turut berduka yang sedalam-
dalamnya dan mendoakan almarhum semoga diterima disisi-Nya. Sedangkan keluarga
yang ditinggalkan diberi kesabaran dan bisa menerima ujian berat ini. “Saya atas nama
pimpinan mohon maaf atas musibah ini. Semoga insiden ini tidak terulang lagi," kata
Kapolres OKU yang langsung menyalami dan memeluk Danyon Armed 15/76/Tarik
Martapura. Sementara Dandim OKU atas nama Pangdam dikesempatan itu mengatakan,
pihaknya ikut membantu proses hukum yang sedang berjalan. “Sepakat Polisi dan Armed
tidak ada dendam,” tandas Dandim. Ia juga mengajak masyarakat dan semua pihak
khususnya media agar turut membantu terciptanya situasi yang kondusif untuk
membangun daerah dalam bingkai NKRI.
Namun seruan dan arahan dari para pemimpinan baik Kapolres, Danyon Armed
maupun dandim OKU yang mengatasnamakan Pangdam tidak dapat membenduk
terjadinya pengrusakan dan pembakaran Mako serta pos polisi. Sekira pada tanggal 7
Maret 201C sekira pukul 08.00 WIB telah terjadi pengrusakan dan pembakaran Mapolres
OKU, Mapolsek Martapura dan 4 buah Pos Polisi yang dilakukan oleh anggota Yonarmed
15/76 Tarik hingga menyebabkan kerugian personel dan materiil yang cukup besar.
Berdasarkan data fakta yang diuraikan diatas, keinginan atau harapan penulis
agar pembaca mampu memahami akar persoalan terjadinya pembakaran Mapolres OKU
dan 4 buah Pos Polisi.

Analisa mengenai akar persoalan terjadinya pembakaran Mapolres OKU dan 4


buah Pos Polisi, dilakukan melalui pendekatan definsi konflik. Konflik berasal dari kata
kerja latin configure yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan
sebagai suatu proses sosial antara dua atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah
satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya. Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami
konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan
hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik merupakan suatu bentuk interaksi sosial ketika dua individu mempunyai
kepentingan yang berbeda dan kehilangan keharmonisan di antara mereka. Pada
dasarnya konflik merupakan hal yang alamiah dan sering terjadi dalam kehidupan sehari-
hari. Konflik manusia mempunyai derajat kompleksitas dan intensitas yang dapat di temui
dalam individu, kelompok dan negara-negara seluruh dunia. Konflik sosial biasanya
timbul ketika dua belah pihak atau lebih mencapai tujuan yang tidak kompatibel dan pada
tahap berikutnya keduanya melakukan perjuangan untuk mencapai tujuan dan saling
mengalahkan. Potensi konflik akan meningkat seiring dengan meningkatnya pertisipasi
sosial dan perubahan budaya yang cepat. Variasi budaya menyebabkan bervariasi
tingkatan dan bentuk konflik.
Teori konflik sebagian berkembang sebagai reaksi terhadap fungsionalisme
struktur dan akibat berbagai kritik seperti dalam pembahasan dibawah ini. Teori konflik ini
berasal dari berbagai sumber lain seperti teori Marxian dan pemikiran konflik sosial dari
Simmel. Pada 1950-an dan 1960-an, teori konflik menyediakan alternative terhadap
fungsionalisme struktural, tetapi dalam beberapa tahun terakhir telah digantikan oleh
berbagai macam teori neo-Marxian, salah satu kontribusi utama teori konflik adalah
meletakan landasan untuk teori-teori yang lebih memanfaatkan pemikiran Marx. Masalah
mendasar dalam teori konflik adalah teori itu tak pernah berhasil memisahkan dirinya dari
akar struktural-fungsionalnya. Teori ini lebih merupakan sejenis fungsionalisme struktural
yang angkuh ketimbang teori yang benar-benar berpandangan kritis terhadap
masyarakatnya.
Dalam sosiologi, konflik merupakan gambaran tentang terjadinya perselisihan,
ketegangan atau pertentangan sebagai akibat dari perbedaan yang muncul dalam
kehidupan masyarakat, baik perbedaan secara individual maupun perbedaan kelompok.
Perbedaan tersebut dapat berupa perbedaan pendapat, pandangan, penafsiran,
pemahaman, kepentingan atau perbedaan yang lebih luas dan umum, seperti perbedaan
agama, ras, suku bangsa, bahasa, profesi, golongan politik, dan kepercayaan.
Dikaitkan dengan konflik yang terjadi antara TNI-Polri di wilayah Oku Martapura,
konflik yang terjadi disebabkan karena perbedaan individu. Perbedaan individu terjadi
berdasarkan perbedaan antar anggota maasyarakat secara perseorangan, yang
disebabkan karena Perbedaan Kepentingan. Dalam memenuhi kebudayaan hidupnya,
manusia memiliki kepentingan dan usaha yang berbeda, baik kebutuhan dasar maupun
kebutuhan sosial, yang dapat menimbulkan pertentangan antarindividu atau kelompok.
Pada masyarakat nomaden sering terjadi pertikaian antar kelompok untuk mendapatkan
daerah yang subur, sedangkan pada masyarakat industry sering terjaadi perselisihan
untuk mendapatkan bahan baku atau konsumen dan dalam aspek kehidupan politik
terjadi perselisihan antar kelompok untuk mendapatkan partisipan.
Penyebab terjadinya pengrusakan dan pembakaran Pos Polisi di daerah OKU
diakibatkan penembakan yang dilakukan oleh anggota Polres OKU terhadap Pratu Heru
Oktavianus yang mengakibatkan kematian. Untuk meredam agar tidak menimbulkan
permasalahan yang lebih besar Pimpinan Polri dan TNI sepakat untuk saling memaafkan
dan berjanji sama-sama menciptakan iklim yang kondusif. Diawali dari keinginan teman –
teman korban untuk menanyakan sejauhmana proses hukum terhadap anggota Polres
OKU yang berinisial BW, maka diadakan aksi damai ke Polres OKU. Aksi ini dapat
persetujuan dari Danyon, walaupun pada awalnya tidak diberi ijin.Pada hari H sekitar 195
orang anggota siap bergerak menuju Polres OKU untuk melakukan aksi damai dengan
menggunakan 4 unit kendaraan truk (1 Reo, 3 NPS) namun secara diam-diam anggota
berangkat menggunakan sepeda motor.Sesampai ke Polres OKU, anggota Yon Armed
15/76 Tarik tanpa dikomandoi langsung melakukan pengrusakan dan pemukulan
terhadap beberapa anggota Polres OKU.
Akar permasalahan yang terjadi antara anggota Polres OKU dengan
anggota Yon Armed 15/76 Tarik meliputi : 1) Lambannya penanganan proses hukum
terhadap anggota Polres OKU yang berinisial BW, 2) Semangat kebersamaan yang
disalahartikan oleh rekan korban, 3) Kurang mampunya Danyon meredam dan
memberikan penjelasan mengenai kasus yang menimpa rekan anggota Yon Armed
15/76 Tarik.

Upaya/langkah yang diambil agar permasalahan konflik perselisihan antara anggota


TNI dan Polri tidak terulang kembali ditinjau dari kepemimpinan Danyon
Kerugian yang diakibatkan konflik perselisihan antara anggota TNI dan Polri
memberikan kerugian yang cukup besar, mulai dari kerugian personel maupun materill.
Kerugian personel dari dua belah pihak meliputi , 1) Pihak TNI : a) Dansubdenpom II/4-4
Baturaja mengalami luka bagian belakang kepala saat mengamankan di TKP dipukul oleh
anggota Yonarmed 15/76, b) Koptu Setiawan anggota Subdenpom II/4-4 Baturaja lecet
tangan kiri, memar di bagian telinga kiri, c) Praka Hendra anggota Yonarmed 15/76
mengalami luka robek pergelangan tangan kanan, dan (4) Pratu Erlan anggota Yonarmed
15/76 luka robek di pergelangan tangan kanan, 2) Pihak Polisi. a) Kapolsek Martapura
dievakuasi ke RS Bhayangkara Palembang karena mengalami luka memar di kepala dan
luka robek pada tangan kiri dan kanan yang diduga akibat sabetan sangkur, b) Aipda Aidi
anggota Polres Martapura mengalami luka lebam muka sebelah kanan dan kaki kiri luka
tusuk, c) Briptu Mandala anggota Polres OKU luka tusuk dada kiri, luka lengan bawah
kanan, d) Aipda Solahudin anggota Polres OKU sesak nafas, e) Aiptu Asrul mengalami
luka lecet pada dahi kanan, f) Sdr. Slamet karyawan honorer Polres OKU mengalami luka
bakar hampir seluruh tubuh. Sedangkan Kerugian Materiil mencakup Gedung Mapolres
OKU terbakar, Satu Pos Polisi Polres OKU terbakar, 3 Pos Polisi dirusak, 5 unit
kendaraan roda empat dirusak, 2 unit terbakar dan 70 unit roda dua terbakarm, dan
Mapolsek Martapura dirusak, 4 unit SPM dibakar.
Berdasarkan data fakta yang diuraikan diatas, keinginan atau harapan penulis
agar pembaca mampu memahami upaya/langkah yang disarankan oleh penulis agar
permasalahan konflik perselisihan antara anggota TNI dan Polri tidak terulang kembali
ditinjau dari kepemimpinan Danyon.
Kepemimpinan merupakan faktor penting yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat, baik dalam masyarakat tradisional maupun dalam kehidupan masyarakat
modern. Adapun seorang pemimpin akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik
apabila mempunyai kemampuan dan kelebihan sebagai seorang pemimpin, dan mampu
menerapkan azas, prinsip dan sifat-sifat kepemimpinan TNI di lingkungan satuan.
Kepemimpinan yang baik membangkitkan ketaatan yang ikhlas terhadap komando.
Kejadian penghancuran dan pembakaran Pos – Pos Polisi menyisakan beberapa
permasalahan, adapun langkah – langkah yang akan diambil, apabila menjadi Danyon
Armed 76/15 Tarik yang baru, meliputi : 1) Segera memperbaiki mental dan kejiwaan
personel anggota Yon Armed 76/15 Tarik, agar bisa menahan emosi dan mengembalikan
kondisi satuan ke kondisi sebelum kejadian, 2) Memberikan pemahaman tentang makna
esprit de Corps secara baik dan mengarahkan kea rah yang positif, 3) Membantu Polres
OKU untuk memperbaiki pos – pos Polisi maupun kantor Polres OKU yang terkena
pengrusakan, 4) Menjaga soliditas dan integritas antara personel Yon Armed 76/15 Tarik
dengan anggota Polres OKU dengan mengadakan kegiatan-kegiatan bersama seperti
kegiatan olahraga maupun bhakti sosial, dan 5) Mengawal proses hukum terhadap
anggota Polres OKU berinisial BW secara benar dan adil, 6) Tegas. Tegas merupakan
salahsatu modal dasar seorang Komandan Satuan sebagai bentuk kualitas pribadi
seorang pemimpin/komandan, karena sifat-sifat kepemimpinan adalah sikap dan tingkah
laku yang dapat dilihat serta dicontoh oleh lingkungan sekitarnya. Karena kepemimpinan
adalah ilmu, maka sifat-sifat kepemimpinan dapat dipelajari, dihafalkan, dihayati
kemudian diamalkan dalam rangka melaksanakan kepemimpinan. Salahsatu bagian dari
sifat-sifat kepemimpinan adalah tegas yang diartikan mampu mengambil keputusan
dengan cepat dan tepat, dan menyatakan dengan jelas tanpa ragu-ragu. Ketegasan
merupakan kemampuan mengambil keputusan atau tindakan yang tepat didasarkan
kepada keyakinan bahwa keputusan atau tindakan itu akan membawa keuntungan dalam
kepentingan atau pelaksanaan tugas; 7) Pengawasan. Kegiatan pengawasan merupakan
upaya untuk mencegah dan menghindari pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh
anggota satuan. Selain itu, kegiatan pengawasan ini diarahkan untuk memberikan
arahan/instruksi agar mampu menyelesaikan tugas pokok dengan baik; dan 8)
Melakukan pembinaan personel dengan cara memberikan pengarahan melalui jam
komandan tentang pemahaman dan aplikasi nyata Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan 8
wajib TNI kepada seluruh anggota Yon Armed 15/76 Tarik .

Penutup
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan, Peran kepemimpinan Danyon Armed
15/76 tarik sangat sentral, Peran dalam membuat mampu, Peran dalam memperlancar,
Peran dalam menyediakan sarana konsultasi, dan Peran dalam mendorong kerja sama
dapat diaplikasikan secara optimal oleh danyon Armed 15/76 Tarik. Akar permasalahan
konflik yang terjadi antara TNi-Polri disebabkan karena perbedaan individual berupa
perbedaan kepentingan, yang disebabkan karena permasalahan sepele. Upaya kedepan
agar tidak terjadi permasalahan serupa perlu melakukan upaya mulai dari peningkatan
kemampuan kepemimpinan Danyon/Dansat, memberikan pemahaman esprit de corp
secara baik dan melakukan pembinaan personel (mental) secara optimal sehingga
didapat anggota yang memiliki mental yang kuat.
Agar peran kepemimpinan Danyon Armed 15/76 tarik dalam mengatasi konflik
perselisihan antara anggota TNI dan Polri di satuannya, lebih optimal, disarankan agar
memberikan Pemahaman lebih luas mengenai Esprit de corp dilingkungan satuan TNI,
Selain itu pentingnya merubah paradigma dan perilaku kepemimpinan sesuai tuntutan
etika perubahan. Adanya proses globalisasi membawa dampak yang sangat besar dalam
berbagai sendi-sendi kehidupan bangsa, tidak terkecuali dengan kehidupan militer,
dimana etika didalam kepemimpinan mengalami perubahan.
Demikian penulisan essai peran kepemimpinan Danyon Armed 15/76 tarik dalam
mengatasi konflik perselisihan antara anggota TNI dan Polri di satuannya ini dibuat,
semoga bermanfaat bagi kita semua.

Lampiran
1. Alur Pikir
2. Daftar Pustaka
Lampiran – 1
ALUR PIKIR
PERAN KEPEMIMPINAN DANYON ARMED 15/76 TARIK DALAM MENGATASI KONFLIK PERSELISIHAN ANTARA ANGGOTA TNI
DAN POLRI DI SATUANNYA

Peran
Kepemimpinan
- Danyon
PANCASILA
- Optimal
UUD 1945
- UU NO.34 TAHUN
Persoalan

1. Bagaimana tinjauan
Kepemimpinan Danyon Armed
76/15 Tarik ?
2. Apa yang menjadi akar
Peran
Peran Kepemimpinan
Kepemimpinan
Danyon saat ini
persoalan terjadinya konflik TNI
dengan Polri di Martapura ?, PROSES
Danyon
3. Bagaimana upaya /langkah yg diharapkan
yang diambil agar permasalahan
konflik perselisihan antara
anggota TNI dan Polri tidak
terulang kembali pada masa-
masa yang akan datang ?

FAKTOR YANG BERPENGARUH

FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL

- KEKUATAN - PELUANG
- KELEMAHAN - KENDALA
Lampiran – 2
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Dasar 1945


2. Undang – Undang No. 3 tahun 2002 Tentang pertahanan Negara
3. Undang – Undang No.34 Tahun 2004 tentang TNI
4. Naskah Departemen Seskoad tentang Kepemimpinan TNI
5. Naskah Departemen Seskoad tentang Manajemen Konflik
6. Naskah Departemen Seskoad tentang Teori-Teori Konflik

Anda mungkin juga menyukai