Pendahuluan
TERBATAS
TERBATAS
ekonomi dengan latar belakang krisis energi, telah beralih pada krisis pangan yang
dapat memunculkan ancaman non tradisional. Pemerintah menyadari bahwa setiap
krisis yang terjadi pada satu aspek akan berdampak dan berimplikasi kepada aspek
yang lain. Masalah yang mungkin timbul disamping masalah keamanan nasional,
masalah ketahanan pangan juga dapat mengancam keutuhan dan kedaulatan
negara. TNI AD, sebagai salah satu komponen bangsa bertugas menjamin keutuhan
dan keselamatan bangsa, perlu mengambil langkah sebagai wujud kepedulian
terhadap bangsa. TNI AD harus mampu menjawab tantangan dengan
mengaplikasikan tugas pokoknya dalam melaksanakan pemberdayaan wilayah
pertahanan di darat. Upaya yang paling efektif dalam pemberdayaan wilayah
pertahanan darat adalah melalui pembinaan teritorial.
TNI AD melaksanakan tugas-tugas, sesuai Undang-Undang RI Nomor 34
tahun 2004 tentang TNI, pasal 8, ayat (d), melaksanakan pemberdayaan wilayah
pertahanan di darat.2 Implementasi dari Undang-Undang TNI tersebut adalah
dengan menyiapkan RAK Juang yang tangguh. Dimana hal tersebut secara spesifik
dilakukan melalui pengawalan dan pendampingan program ketahanan pangan oleh
TNI AD khususnya satuan komando kewilayahan. Tugas tersebut dilakukan guna
mendukung tugas Kementerian Pertanian dalam mewujudkan ketahanan pangan
yang berpengaruh langsung terhadap ketahanan nasional.
Pelibatan prajurit TNI AD di khususkan dalam program peningkatan produksi
pertanian untuk mewujudkan swasembada pangan. TNI AD perlu dilandasi dengan
suatu pemahaman tentang batasan ruang keterlibatan agar pelibatan tersebut dapat
terlaksana secara efisien serta berhasil guna. Peran TNI AD dalam pencapaian
program swasembada pangan, dilakukan melalui pelaksanaan pengawalan dan
pendampingan.
Pengawalan dan pendampingan oleh TNI AD lebih banyak dilakukan oleh
satuan Kowil sampai tingkat Koramil beserta jajaran Babinsanya. Tugas pengawalan
dan pendampingan yang dilakukan diawali dengan hubungan kerja antara instansi
eselon I lingkup pertanian dan Markas Besar Angkatan Darat. Dalam tim pembina
pusat memiliki hubungan koordinasi fungsional sesuai dengan tugas fungsinya
masing-masing pada pelaksanaan pendampingan dan pengawalan dalam rangka
peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai.
2
UU RI Nomor 34 Tahun 2004 tanggal 16 Oktober 2004 pasal 8
TERBATAS
TERBATAS
Pembahasan
TERBATAS
TERBATAS
TERBATAS
TERBATAS
yang bersifat teknis koordinatif. Ketentuan lain yang bersifat teknis koordinatif
dilakukan sesuai tingkatan, mulai tingkat pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan dan
desa. Aturan tersebut di atas dalam pelaksanaannya diimplementasikan secara
koordinatif di lapangan sesuai dengan tataran kewenangannya.
Menteri Pertanian dalam kegiatan Rapim TNI AD 2015 menyampaikan, ada
lima permasalahan utama yang dihadapi Indonesia untuk mencapai swasembada
pangan. Lima permasalahan tersebut adalah bibit, irigasi, pupuk, alat mesin
pertanian, dan penyuluhan. Apabila kelima permasalahan tersebut dapat diatasi,
maka diperkirakan dalam jangka tiga tahun kedepan, Indonesia mampu mencapai
swasembada pangan. Swasembada pangan yang dimaksud adalah padi, jagung
dan kedelai. Disamping permasalahan seperti bibit, irigasi, pupuk, alat mesin
pertanian dan penyuluhan juga tidak terlepas masalah transportasi untuk distribusi
hasil pertanian. Infrastuktur jalan yang belum baik di daerah produksi pertanian
dapat menyebabkan biaya distribusi dan produksi menjadi tinggi. Permasalahan
lainnya yang signifikan adalah “marketing” atau penjualan hasil produksi pasca
panen. Ketika produksi seperti beras mengalami peningkatan signifikan dan melebihi
kebutuhan masyarakat, maka secara otomatis akan terjadi penurunan harga.
Penurunan harga yang signifikan mengakibatkan para petani akan mengalami
kerugian dihadapkan biaya operasional yang tinggi. Peran stabilisasi harga
merupakan tugas dari pemerintah guna mencegah kerugian petani dalam
mengembangkan produksi pertanian. Pengendalian stabilisasi harga seperti di atas
merupakan masalah di luar jangkauan prajurit TNI AD yang melaksanakan tugas
pendampingan dan pengawalan di lapangan.
Dihadapkan program pemerintah mengenai ketahanan pangan nasional serta
adanya perintah dari presiden untuk membantu pencapaian program swasembada
pangan, maka TNI AD melalui satuan Kowil memiliki peran untuk mewujudkan
swasembada pangan di daerah dalam rangka mencapai ketahanan pangan
nasional. Peran Satkowil dalam mendukung program tersebut, dibatasi melalui
peran sebagai pengawal dan pendamping. Menurut Stewart, dalam bukunya yang
berjudul: “Empowering People”3, dikatakan bahwa “Empowering others is essentially
a matter of cultural change”. Artinya, pemberdayaan orang lain adalah persoalan
yang sangat penting dari sebuah proses perubahan budaya. Guna
3
Stewart, Empowering People, Oxfortd University Press, 1994, hal 53
TERBATAS
TERBATAS
4
Ibid, hal 55
TERBATAS
TERBATAS
Kualitas para petani perlu juga perhatian untuk mengolah sumber daya alam
yang ada. Para petani tersebut perlu diberikan pengetahuan agar mampu
memajukan jumlah komoditi pertanian. Seperti contohnya diberikan pelatihan bagi
para petani agar mereka dapat memberi perlindungan lebih aman dan efektif
tanaman mereka dari serangan hama, penyakit, dan lainnya. Semua upaya untuk
menangani permasalahan ketahanan pangan ini harus melibatkan semua pihak. Hal
ini dimaksudkan agar seluruh rencana penanganan ini dapat terlaksana dengan baik
sehingga tidak ada lagi masalah pangan; Kedua. Peran dalam memperlancar
(Facilitating). Seorang Dansat memiliki pengetahuan dan kemampuan yang melebihi
bawahannya, oleh karena itu pada saat Aparat Kowil memiliki permasalahan
dilapangan, maka Dansat harus mampu memberikan arahan dan solusi terhadap
permasalahan yang ada, dengan kemampuan dan kekuasaan yang dimiliki
komandan, dapat melakukan terobosan dan berkoordinasi dengan pemerintah
daerah untuk mempelancar setiap kendala yang dihadapi; Ketiga. Peran dalam
menyediakan sarana konsultasi (Consulting). Hampir sama dengan peran yang
kedua diatas, pada peran ini Dansat harus membekali diri dengan ilmu tentang
ketahanan pangan dan pertanian sehinga bisa menjadi sarana konsultasi bagi
bawahannya. Permasalahan ketahanan pangan begitu komplek, oleh karena itu
Dansat harus bisa memberikan solusi dan jalan keluar atas masalah yang tidak
dimengerti oleh anggotanya saat bertugas dalam pengawalan dan pendampingan
pertanian; Keempat. Peran dalam mendorong kerja sama (Collaborating).
Pelaksanaan pekerjaan apapun apabila dilaksanakan secara perorangan tidak akan
tercapai secara optimal, apalagi yang membutuhkan waktu secepatnya untuk
penyelesaian pekerjaan. Kerja sama merupakan solusi dalam melaksanakan
pekerjaan, namun dihadapkan perbedaan pendapat dari setiap individu tidak jarang
kerja sama akan gagal, sehingga berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas. Disini
peran Dansat adalah mendorong kerja sama bawahannya, agar tetap fokus pada
tujuan dan sasaran pelaksanaan tugas, perbedaan pendapat yang ada harus bisa
disikapi dengan baik oleh Dansat dan dijadikan peluang/kekuatan untuk pencapaian
tugas. Kompleknya penugasan dan perbedaan pendapat merupakan ujian penting
bagi Dansat mengatur bawahannya, oleh karena itu Dansat harus dibekali
pengetahuan dan kemampuan yang memadai dalam melaksanakan tugasnya
tersebut; Kelima. Peran dalam membimbing (Mentoring). Sebaik-baiknya pemimpin
TERBATAS
TERBATAS
adalah yang mampu membimbing bawahannya tanpa ada tekanan atau perintah
yang berlebihan. Pemimpin yang baik bisa memberikan suri tauladan yang baik
mulai dari kehidupan sehari-hari ataupun dalam pekerjaan. Peran disini adalah
peran untuk membimbing para bawahannya untuk melaksanakan pekerjaan secara
baik dan benar, untuk mencapai itu, Dansat perlu dibekali oleh sifat dan perilaku
yang bisa menaikan kinerja bawahan tanpa harus diperintah, sehingga pelaksanaan
tugas dilaksanakan secara sungguh-sungguh dan ikhlas. Permasalahan ketahanan
pangan sangat komplek, sehingga Dansat pun harus mau turun kebawah bersama-
sama dengan bawahannya, sehingga Dansat bisa membimbing bawahan untuk
bekerja secara maskimal, baik dan benar; Keenam. Peran dalam mendukung
(Supporting). Dukungan dari Dansat sangat besar terhadap kinerja bawahan, oleh
karena itu Dansat harus bisa tetap konsisten untuk mendukung bawahannya agar
mampu bekerja secara baik. Dukungan ini bisa dilakukan melalui pemberian reward
kepada bawahan yang memberikan kinerja optimal dan memberikan Punishment
kepada bawahan yang memberikan kinerja rendah. Pelaksanaan Reward and
Punishment dilaksanakan sebagai dukungan moril kepada para bawahan yang
sedang melaksanakan tugas dilapangan. Dengan adanya reward and punishment
tersebut secara tidak langsung moril bawahan terangkat dan dapat melaksanakan
pekerjaan secara optimal.
Peran Dansat diatas diarahkan untuk menciptakan dan membentuk aparat
Kowil yang siap mendukung ketahanan pangan di daerah dalam rangka
mewujudkan ketahana pangan nasional. Pembekalan melalui pendidikan dan
pelatihan yang didapat, agar mampu diaplikasikan dilapangan secara optimal.
permasalahan yang dihadapi dalam rangka meningkatkan swasembada pangan
adalah bibit, irigasi, pupuk, alat mesin pertanian dan penyuluhan. Masalah lain diluar
itu adalah transportasi untuk distribusi hasil pertanian; infrastuktur jalan yang belum
baik di daerah dan “marketing” atau penjualan hasil produksi pasca panen.
Dihadapkan permasalahan diatas, peran Aparat Kowil dilapangan adalah
dengan cara : Pertama. Mengawal dan Mendampingi para petani untuk
mendapatkan dan menghasilkan bibit, dengan cara : 1) Menghasilkan Bibit. Bibit
padi, jagung dan kedelai didapat dari hasil panen sebelumnya yang dibiarkan tanpa
diproses yang dijadikan konsumsi pokok. Untuk mendapatkan hasil bibit yang baik,
petani memisahkan hasil tani yang akan diproses dan dijadikan bibit bertani
TERBATAS
TERBATAS
selanjutnya. Pemisahan bibit tersebut tidak berhenti sampai disimpan saja, setelah
itu disemai dan menjadi bibit-bibit yang nantinya dipisahkan dan disimpan sesuai
dengan kebiasaan ataupun aturan dalam bercocok tanam. Peran aparat kowil disini
adalah mendampingi para petani untuk memisahkan calon bibit tersebut ketempat
yang telah disiapkan baik di rumah masing-masing ataupun gudang yang tersedia.
Pengawalan dan penjagaan bibit dilakukan koordinasi dengan masyarakat, tokoh
masyarakat dll yang terlbat didalamnya; 2) Mendapatkan Bibit. Tidak semua petani
menyimpan dan menghasilkan bibit sendiri, oleh karena itu, perlu penyuplai bibit
kepada petani tersebut. Peran aparat Kowil disini mengawal harga agar tidak terlalu
mahal dan menjaga agar ketersediaan bibit tidak dipermainkan oleh orang yang
tidak bertanggung jawab; Kedua. Mengawal dan Mendampingi para petani menjaga
irigasi. Permasalahan yang sering terjadi dalam bercocok tanam atau proses dalam
bertani adalah kurangnya suplai air yang mengakibatkan gagal panen. Irigasi
merupakan sarana untuk mendapatkan air secara konsisten dan berkelanjutan
sampai pada batas tertentu proses pertanian. Pada dasarnya kedelai dan jagung
tidak perlu konsistensi air, namun tanaman padi proses awal sampai sebelum
proses panen memerlukan air yang cukup. Peran aparat Kowil disini adalah
mengawaldan mendampingi para petani untuk menjaga irigasi agar tetap diisi oleh
air, penjagaan ini bisa dilaksanakan melalui penjagaan pemakaian irigasi baik untuk
pertanian maupun untuk digunakan hal lainnya. Irigasi merupakan tempat air,
permasalahan utama disini bukan irigasinya tapi airnya, bagaimana aparat Kowil
dengan masyarakat setempat mampu menjaga air tersebut tetap ada. Degradasi air
diakibatkan oleh berbagai faktor seperti illegal loging, banyaknya bangunan,
berkurangnya daerah resapan dll. Oleh karena itu bagaimana caranya Aparat Kowil
dan masyarakat menjaga lingkungannya dengan baik. Untuk menumbuhkan sikap
itu aparat kowil bekerjasama dengan Tokoh Masyarakat dan para ahli lingkungan
untuk memberikan penyuluhan tentang pentingnya lingkungan bagi kelanjutan hidup
manusia. Peran aparat Kowil selanjutnya adalah bekerja sama dengan tokoh
masyarakat, petani untuk mengatur pemakaian irigasi melalui penentuan jadwal,
sehingga pemanfaatan irigasi dapat dirasakan oleh semua; Ketiga. Pengawalan dan
pendampingan terhadap ketersediaan pupuk. Pupuk pertanian didapat dari koperasi
petani maupun individual yang menjual pupuk secara pribadi. Peran aparat Kowil
adalah bekerjasama dengan koperasi, tokoh masyarakat dan pemerintah daerah
TERBATAS
TERBATAS
untuk memberikan pupuk harga murah namun kualitas bagus, murah disini bukan
murahan, namun dapat terjangkau oleh seluruh petani agar tidak menjadi beban.
Pengaturan harga pupuk dapat dikelola dengan cara satu pintu melalui pemanfaatan
koperasi petani agar setiap pupuk yang datang dikelola sedemikian rupa dengan
cara membedakan harga untuk petani dan penjual pupuk namun penjualan kepada
petani dengan harga yang sama. Penyediaan pupuk tidak saja harus membeli pupuk
kimia seperti yang dijual dipasaran, ada upaya lain yang dapat dilaksanakan yaitu
dengan cara memanfaatkan sampah organik untuk dijadikan pupuk organik bagi
tanamannya. Pupuk organik ini dari segi harga lebiih murah daripada pupuk kimia
yang ada, oleh karena itu diperlukan peran pemerintah daerah, koperasi petani,
tokoh masyarakat dan lainnya untuk mengembangkan pembuatan pupuk organik di
daerahnya; Keempat. Pengawalan dan Pendampingan Alat mesin pertanian.
Pengawalan disini diarahkan agar alat mesin pertanian yang sudah ada dapat dijaga
dan dipastikan tidak ada yang mengambil untuk menjualnya. Pemanfaatan teknologi
di wilayah pelosok masih jauh dari yang diharapkan, oleh karena itu apabila
diberikan alat mesin pertanian ini, akan mengalami kendala seperti bentuk
penolakan dan tidak bisa memakainya. Disini peran aparat Kowil beserta
Pemerintah Daerah untuk memberikan sosialisasi tentang alat mesin pertanian.
Sosialisasi ini diarahkan agar semua petani dapat menggunakannya dengan baik
dan benar, dengan menggunakan alat mesin pertanian biaya yang akan dikeluarkan
akan lebih murah dan lebih cepat. Namun demikian, penolakan akan tetap ada
mengingat alat mesin pertanian ini diarahkan untuk menggantikan peran kerbau
untuk membajak sawah yang notabene tujuannya sama dengan alat mesin
pertanian. Permasalahan ini tidak bisa dianggap mudah karena akan berpengaruh
terhadap ketahanan pangan, penolakan yang dilakukan oleh pemilik kerbau bisa jadi
bumerang untuk sosialisasi alat meisn pertanian. Solusi yang dapat dilakukan
adalah dengan cara memberikan pengarahan dan sosialisasi kepada seluruh petani,
dengan adanya alat mesin pertanian akan dapat membantu, namun pemanfaatan
kerbau untuk membajak sawah tidak boleh dhilangkan, karena pada kenyataannya
alat mesin pertanian disetiap daerah maksimal ada 3 alat berbanding dengan
banyaknya lahan pertanian yang ada; Kelima. Mengawal dan mendampingi
penyuluhan. Sudah bukan rahasia lagi, apabila transmigrasi pekerjaan saat ini
menyulitkan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional. Berpindahnya status
TERBATAS
TERBATAS
petani menjadi karyawan pabrik atau lainnya, merupakan kondisi nyata saat ini.
Diakibatkan berpindahnya lahan pertanian menjadi pabrik ataupun perumahan
warga, kondisi ini dipersulit dengan kurangnya pasokan air untuk pengairan
tanaman. Seiring dengan program pemerintah untuk mewujudkan ketahanan
pangan nasional, maka penyuluhan kepada masyarakat Indonesia untuk
meningkatkan dan mengembalikan minat untuk bertani kembali. Tujuan dalam
penyuluhan pertanian yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan jangka
pendek hanya menumbuhkan perubahan yang lebih terarah pada usaha tani yang
meliputi : perubahan pengetahuan, kecakapan, sikap, dan tindakan petani.
Sedangkan tujuan jangka panjang yaitu meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
petani Sasaran dalam penyuluhan pertanian diarahkan agar mampu meningkatkan
kesejahteraan para petani, oleh karena itu materi penyuluhan harus sesuai dengan
kebutuhan para petani untuk menjawab segala permasalahan dilapangan. Menurut
Mardikanto (1993) “materi penyuluhan adalah pesan-pesan yang ingin disampaikan
dalam proses pembangunan pertanian yang terdiri dari tiga macam materi
penyuluhan yaitu : 1) Berisikan pemecahan masalah yang sedang dan akan
dihadapi. Filosofi penyuluhan yang berusaha untuk membantu orang lain agar
mereka dapat membantu dirinya sendiri, materi yang berisikan pemecahan masalah
merupakan kebutuhan utama yang diperlukan oleh masyarakat sasaran. Oleh
karena itu, dalam setiap kegiatan penyuluhan materi ini harus lebih diutamakan
terlebih dahulu sebelum menyampaikan materi yang lainnya; 2) Berisikan petunjuk
atau rekomendasi yang harus dilaksanakan. Materi penyuluhan yang bersifat
petunjuk atau rekomendasi yang harus dilaksanakan sering kali sangat diharapkan
oleh masyarakat sasaran, meskipun kurang memperoleh prioritas dibandingkan
dengan materi yang berisi pemecahan masalah. Oleh karena itu, materi seperti ini
hanya dibatasi pada petunjuk atau rekomendasi yang harus segera dilaksanakan; 3)
Materi yang bersifat instrumental. Berbeda dengan kedua materi yang dikemukakan
di atas, materi penyuluhan seperti ini tidak harus dikonsumsi dalam waktu cepat,
tetapi merupakan materi yang perlu diperhatikan dan mempunyai manfaat jangka
panjang, seperti : kewirausahaan.
Sementara itu Setiana (2005) menyatakan bahwa, materi penyuluhan
pertanian adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan baik
menyangkut ilmu dan teknologi yang sesuai kebutuhan, menarik, dapat
TERBATAS
TERBATAS
Penutup
TERBATAS
TERBATAS
Widodo, pada apel Danrem Dandim TA 2014 tanggal 2 s.d. 5 Desember 2014 di
Pangkalan Bun, menegaskan agar TNI AD membantu pencapaian program
swasembada pangan RI dalam 3 tahun ke depan. Peran TNI AD melalui Satuan
Kowil diwilayah untuk mendukung program tersebut dilakukan melalui pengawalan
dan pendampingan berupa penyediaan bibit, irigasi, ketersediaan pupuk, sosialisasi
alat mesin pertanian dan bekerja sama dengan pemerintah daerah, LSM dll untuk
melakukan penyuluhan pertanian. Selain itu membantu penjualan hasil panen
dengan memanfaatkan alat transportasi satuan yang bisa digunakan untuk
membawa hasil panen keluar daerah.
Darwin Alif
Nosis 54167
Referensi :
TERBATAS
TERBATAS
TERBATAS