Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KONSEP TEORI DAN KONSEP ASKEP IBU HAMIL

DENGAN PRE EKLAMSI

Dosen Pengampu : Ns.Desi Ari MY, M.Kep. Sp.Kep.Mat

Disusun Oleh :Kelompok 5


NamaAnggota :
1. Andry Agus Hermawan 2019206203005
2. Indah Yulistiani 2019206203019
3. M Depi Setiawan 2019206203021
4. Miftah Sabila Alfianti 2019206203023
5. Putrid Miliana 2019206203030
6. Siti Rohani 2019206203035
7. Vega Nindi Larasati 2019206203036

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
segala puji syukur kami ucapkan atas kehadirat allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah konsep teori dan
askep keperawatan preklampsia pada ibu hamil ini dengan tepat waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini dibuat dengan judul “MAKALAH KONSEP TEORI DAN KONSEP
ASKEP IBU HAMIL DENGAN PRE EKLAMSI” diajukan sebagai salah satu tugas dalam
menyelesaikan tugas kelompok maternitas II program studi S1 Ilmu keperawatan.
Berdasarkan makalah ini kelompok mengucapkan terimakasih kepada semua anggota
kelompok yang sudah membantu laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari
penulisan maupun bahasa.Kritik dan saran dari pembaca sangan kami butuhkan untuk
menyempurnakan makalah ini, terimakasih.

Pringsewu, Maret 2021


Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Preeklampsia merupakan sindrom yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah
dan proteinuria yang muncul ditrimester kedua kehamilan yang selalu pulih diperiode
postnatal. Preeklampsia dapat terjadi pada masa antenatal, intranatal, dan postnatal. Ibu yang
mengalami hipertensi akibat kehamilan berkisar 10%, 3-4 % diantaranya mengalami
preeklampsia, 5% mengalami hipertensi dan 1-2% mengalami hipertensi kronik (Robson dan
Jason, 2012).
Preeklampsia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaituprimigravida atau >10 tahun
sejak kelahiran terakhir, kehamilan pertamadengan pasangan baru, riwayat preeklampsia
sebelumnya, riwayatkeluarga dengan preeklampsia, kehamilan kembar, kondisi medis
tertentu,adanya proteinuria, umur >40 tahun, obesitas, dan fertilitas in vivo(Bothamley dan
Maureen, 2012). Perempuan yang memiliki banyak faktorresiko dengan riwayat penyakit
yang buruk dan sebelumnya mengalamiawitan resiko preeklampsia sejak dini meningkatkan
resiko 20% (Robson dan Jason, 2012).
Ibu yang mengalami preeklampsia, 26% anak perempuannya akan mengalami
preeklampsia pula, sedangkan hanya 8% anak menantu mengalami preeklampsia
(Prawirohardjo, 2009). Preeklampsia sepuluh kali lebih sering terjadi pada primigravida,
kehamilan ganda memiliki resiko dua kali lipat, perempuan obesitas dengan indeks massa
tubuh > 29 meningkatkan resiko empat kali lipat terjadi preeklampsia dan ibu yang memiliki
riwayat preeclampsia sebelumnya akan meningkatkan 20% resiko mengalami kekambuhan
(Chapman, 2006:162).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari preeklampsia ?
2. Apa saja etiologi dari preeklampsia ?
3. Bagaimana patofisiologi dari preeklampsia ?
4. Apa saja manifestasi klinik preeklampsia ?
5. Apa saja klasifikasi dari preeklampsia ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang preeklampsia ?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari preeklampsia ?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan yang diberikan pada psien preeklampsia ?
C. Tujuan
1. Pembaca mengetahui pengertian dari preeklampsia
2. Pembaca dapat mengetahui etiologi dari preeklampsia
3. Pembaca mengetahui patofisiologi dari preeklampsia
4. Pembaca mengetahui manifestasi dari preeklampsia
5. Pembaca mengetahui apa saja klasifikasi dari preeklampsia
6. Pembaca mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang bagi pasien preeklampsia
7. Mengetahui bagaimana penatalaksanaan tindakan kepada pasien preeklampsia
8. Mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan dari preeklampsia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep dasar preeklamsia

1. Pengertian preeklamsia
Menurut Nita dan Mustika (2013) Preeklamsia adalah sekumpulan gejala yang
secara spesifik hanya muncul selama kehamilan dengan usian lebih dari 20
minggu (kecuali pada penyakit trofoblastik) dan dapat didiagnosis dengan kriteria
sebagai berikut:
a. Ada peningkatan tekanan darah selama kehamilan ( sistolik ≥ 140 mmHg atau
diastolic ≥ 90 mmHg ), yang sebelumnya normal, disertai proteinuria ( ≥ 0,3
gram protein selama 24 jam atau ≥ 30 mg/dl dengan hasil reangen urine ≥ + 1)
b. Apabila hipertensi selama kehamilan muncul tanpa protein uria perlu dicurigai
adanya preeklamsia seiring kemajuan kehamilan, jika muncul gejala nyeri
kepala, gangguan penglihatan, nyeri pada abdomen, nilai trombosit rendah dan
kadar enzim ginjal abnormal.

Preeklamsia adalah suatu gejala yang khas kehamilan berupa penurunan perfusi
organ akibat vasopasme dan pengkajian endotel (Leveno,2009). Preeklamsia
merupakan suatu penyakit vasopastik, melibatkan banyak system dan ditandai
oleh hemokonsentrasi, hipertensi yang terjadi setelah minggu ke-20 dan protein
uria ( Nita dan mustika 2013)

2. Etiologi

Menurut Nita dan Mustika (2013) Ada beberapa factor risiko tertentu yang
berkaitan dengan perkembangan penyakit :
a. Primigravida, kira-kira 85% preeklamsia terjadi pada kehamilan pertama
b. Grand multigravida
c. Janin besar
d. Distensi rahim berlebihan: hindramnion, hamil ganda, mola hidatidosa.
Preeklamsia terjadi pada 14% samapai 20% kehamilan dengan janin lebih dari
Satu
e. Morbid obesitas atau kegemukan dan penyakit yang menyertai hamil seperti
diabetes mellitus
f. Pada ibu yang mengalami hipertensi kronis atau penyakit ginjal, insiden dapat
mencapai 25%
g. Jumlah umur ibu di atas 35 tahun

3. Tanda dan gejala


Gejala klinis preeklamsi meliputi:
c. Hipertensi sistolik / diastolik > 140/90 mmHg
d. Proteinuria : Secara kuantitatif lebih 0,3 gr/l dalam 24 jam atau secara
kualitatif positif 2 (+2).
e. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah, atau tangan.
f. Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeklamsia berat.

4. Patofisiologi preeklamsia
Menurut Leveno (2009) Semua teori mengenai patofisiologi preeklamsia harus
memepertimbangkan pengamatan bahwa gangguan hipertensif akibat kehamilan
jauh lebih besar kemungkinan terjadi pada wanita:
a. Terpajan ke vilus korion untuk pertama kali
b. Terpajan ke vilus korion dalam jumlah besar, seperti pada kehamilan kembar
atau mola hidatidiformis
c. Telah mengidap penyakit vascular
d. Secara genetis memiliki predisposisi mengalami hipertensi yang timbul selama
kehamilan

Menurut Manuaba (2010), perubahan patologis berbagai organ penting


dijabarkan sebagai berikut :
a. Perubahan hati. Perdarahan yang tidak teratur, terjadi nekrosis,
thrombosis pada lobus hati
b. Rasa nyeri di epigastrium karena perdarahan subkapsuler
c. Retina spasme arteriol, edema sekitar diskus optikus, ablasio retina
( lepasnya retina), menyebabkan penglihatan kabur.
d. Otak spasme pembuluh darah arterior otak menyebabkan anemia
jaringan otak, perdarahan dan nekrosis, menimbulkan nyeri kepala yang
berat
e. Paru- paru berbagai tingkat edema, bronkcpneumonia sampai abses,
menimbulkan sesak nafas sampai sianosis
f. Jantung perubahan degenerasi lemak dan edema, perdarahan
subendokardial, menimbulkan dekompensasi kordis sampai terhentinya
fungsi jantung
g. Aliran darah ke plasenta. Spasme arteriol yang mendadak menyebabkan
asfiksia berat sampai kematian janin. Spasme yang berlangsung lama,
mengganggu pertumbuhan janin.
h. Perubahan ginjal. Spasme arteriol menyebabkan aliran darah ke ginjal
menurun sehingga filtrasi glomelurus berkurang penyerapan air dan
garam tubulus tetap, terjadi retensi air dan garam, edema pada tungkai
dan tangan, paru dan organ lain.
i. Perubahan oembuluh darah. Permeabilisnya terhadap protein makin
tinggi sehingga terjadi vasasi protein ke jaringan, protein ekstra vaskuler
menarik air dan garam menimbulkan edema, hemokonsentrasu darah
yang menyebabkan gangguan fungsi metabolism tubuh dan thrombosis.

Pathway
5. Komplikasi
Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi
antara lain:
a. Pada Ibu
 Eklapmsia
 Solusio plasenta
 Pendarahan subkapsula hepar
 Kelainan pembekuan darah ( DIC )
 Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low platelet count )
 Ablasio retina
 Gagal jantung hingga syok dan kematian.
b. Pada Janin
 Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
 Prematur
 Asfiksia neonatorum
 Kematian dalam uterus
 Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal

6. Manifestasi Klinik
Menurut Icemi dan Wahyu (2013), Biasanya tanda- tanda preeklamsia timbul
dalam urutan: pertambahan berat badan yang berlebihan, diikuti edema,
hipertensi,dan akhirnya proteinuria. Pada preeklamsia ringan tidak ditemukan
gejala-gejala subyektif. Pada Pre eklamsia berat didapatkan sakit kepala di daerah
prontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau
muntah. Gejala-gejala ini sering ditemukan pada preeklamsia yang meningkat dan
merupakan petunjuk bahwa eklamsia timbul.

Hipertensi yang berbahaya dapat menyebabkan perdarahan serebrovaskular,


enselofati hipertensif dan dapat memicu kejang eklamptik pada perempuaan
dengan preeklamsia. (Nova Muhani 2015). Hal ini juga di tunjang dengan teori
(Andalas et al 2017) eklamsia adalah kejang yang terjadi pada ibu hamil dengan
tanda – tanda preeklamsia, preeklamsia sendiri merupakan kumpulan gejala yang
terdiri dari hipertensi ( tekanan darah ≥140/90 mmHg) bersama dengan
proteinurinariamasif yang terdiri pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu,
kejang pada eklamsia terdiridari beberapa fase. Fase pertama terjadi adanya
twitching pada wajah pada 20 detik pertama diikuti pada fase kedua timbulnya
sentakan tonik – klonik pada badan dan ekstremitas pasien diikuti dengan fase
penurunan kesadaran saat setelah kejang pasien dapat menjadi agitasi serta terjadi
hiperventilasi.
7. Klasifikasi Preeklamsia
Menurut nita dan Mustika (2013) Preeklamsia digolongkan ke dalam preeklamsia
ringan dan preeklamsia berat dengan gejala dan tanda sebegai berikut:
a. Preeklamsia ringan
1) Tekan darah
Kenaikan tekanan darah systole ≥ 30mmHg atau diastole > 15 mmHg
( dari tekanan darah sebelum hamil). Pada kehamilan 20 minggu atau lebih
dari atau sistole ≥ 140 ( < 160 mmHg) diastole ≥ 90 mmHg (≤ 110 mmHg)
dengan interval pemeriksaan 6 jam.
2) Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu
3) Protein uria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai 2 pada
urin kateter atau urin aliran pertengahan.
4) Edema dependen, bengkak di mata, wajah, jari, bunyi pulmoner tidak
terdengar
5) Hiperefleksi + 3, tidak ada klonus di pergelangan kaki
6) Pengeluaran urine sama dengan masukan ≥ 30 ml/jam
7) Nyeri kepala sementara, tidak ada gangguan penglihatan, tidak ada nyeri
ulu hati

b. Preeklamsia berat
1) Tekanan darah 160/110 mmHg
2) Oliguria, urin kurang dari 400 cc/ 24 jam
3) Proteinuria lebih dari 3 gr/liter
4) Keluhan subjektif seperti nyeri epigastrium gangguan penglihatan, nyeri
kepala, edema paru dan sianosis, gangguan kesadaran.
5) Pemeriksaan kadar enzim hati meningkat disertai ikterus, perdarahan pada
retina, trombosit kurang dari 100.000/mm

8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Amin (2016), Pemeriksaan Laboraratorium;
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk
wanita hamil adalah 12-14 gr%), hemaktrokit meningkat ( nilai rujukan 37- 43
vol%), trombosit menurun ( nilai rujukan 150- 450 ribu/ mm3).
b. Urinalisis
Ditemukan protein dalam urine
c. Pemeriksaan fungsi hati
Bilirubin meningkat ( N = < 1 mg/dl), aspartat aminomtrasferase (AST) > 60
ul, serum Glutamat pirufat trasaminase (SGPT) meningkat ( N= 15-45 u/ml),
serum glutamate oxaloacetix trasaminase ( SGOT) meningkat ( N = < 31 u/l),
total Protein serum menurun ( N = 6,7- 8,7 g/dl)
d. Tes kimia darah
Asam urat meningkat ( N = 2,4 – 2,7 mg/dl)
e. Radiologi
1) Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus, pernafasn intrauterus
lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit
2) Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.

9. Penatalaksaan
Menurut Amin (2016) ;
a. Preeklamsia
Tujuan utama penangan preeklamsia adalah mencegah terjadinya eklamsia,
melahirkan bayi tanpa asfiksia dengan skor APGAR baik, dan mencegah
mortalitas maternal dan parietal
1) Preeklamsia ringan
Istirahat di temmpat tidur merupakan terapi utama dalam penganan
preeklamsia ringan. Istirahat dengan berbaring pada sisi tubuh
menyebabkan aliran darah ke plasenta dan aliran darah ke ginjal
meningkat, tekanan vena pada ekstermitas bawah menurun dan reabsorpsi
cairan bertambah. Selain itu dengan istirahat di tempat tidur menurunkan
tekanan darah. Apabila preeklamsia tersebut tidak membaik dengan
penanggan konservatif, dalam hal ini kehamilan harus diterminasi jika
mengancam nyawa maternal.
2) Preeklamsia berat
Pada pasien preeklamsia berat secara harus diberi obat sedative kuat untuk
mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12-24 jam bahaya akut
sudah diatasi , tindakan terbaik adalah menghentikan kehamilan sebagai
pengobatan mencegah timbulnya kejang, dapat diberikan larutan
magnesium sulfat ( MgSO4) 20% dengan dosis 4 gram secara intravena
loading dose dalam 4-5 menit. Kemudian dilanjutkan dengan MgSo4 40%
sebanyak 12 gram dalam 500cc ringer laktat (RL) atau sekitar 14 tetes/
menit. Tambahan magnesium sulfat hanya dapat diberikan jika dieresis
pasien baik, reflex patella positif dan frekuensi pernafasan lebih dari 16
kali/ menit. Obat ini memiliki efek menenangkan, munurunkan tekanan
darah dan meningkatkan dieresis selaian magnesium sulfat, pasien dengan
preeklamsia dapat juga diberikan klorpromazin dengan dosis 50 mg secara
intramuscular ataupun diazepam 20 mg secara intramuscular.

b. Eklamsia
Tujuan utama penangan eklmasia adalah menstabilisasi fungsi vital penderita
dengan terapi suportif Airwy, Breathing, Circulasion (ABC), mengendalikan
kejang, mengendalikan tekanan darah khususnya jika terjadi krisis hipertensi
sehingga penderita mampu melahirkan janin dengan selamat pada kondisi
optimal. Pengendalian kejang dapat diterapikan dengan pemberian magnesium
sulfat pada dosis muatan ( loding dose) 4-6 gram IV diikuti 1,5-2 g/jam dalam
100 ml infuse rumatan IV. Hal ini dilakukan untuk mencapai efek terapeutik
4,8-8,4 mg/dl sehingga kadar magnesium serum dapat dipertahankan dari efek
toksik.

B. Kehamilan Dengan Preeklamsi


1. Konsep Kehamilan
Kehamilan adalah kondisi di mana seorang wanita memiliki janin yang sedang
tumbuh di dalam tubuhnya. Kehamilan biasanya berkisar 40 minggu atau 9 bulan,
dihitung dari awal periode menstruasi sampai melahirkan kehamilan merupakan
suatu proses reproduksi yang perlu perawatan khusus, agar dapat berlangsung
dengan baik kehamilan mengandung kehidupan ibu maupun janin resiko
kehamilan ini bersifat dinamis, karena ibu hamil yang pada mulanya normal,
secara tiba-tiba dapat menjadi beresiko tinggi.( Purwaningsih dan fatmawati,
2010)
2. Cara Mengatasi
Upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi hipertensi pada ibu hamil yaitu
dengan farmakologi. Menurut Anomi (2009) adalah: secara farmakologi yaitu
dengan obat-obatan penurunan tekanan darah untuk tekanan darah tinggi yaitu
dengan: (1) a-metildopa untuk hipertensi kronik pada kehamilan ( tekanan
diastolic lebih dari 110 mmHg ) yang dapat menstabilkan aliran darah
uteroplasenta dan hemodinamik janin. Metildopa aman bagi ibu dan anak, dimana
telah digunakan jangka waktu yang lama dan belum ada laporan efek samping
pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Metildopa nama dagang: Dopamer
(Alpharma) tablet salut selaput 250 mg. Medopa (Armoxindo) tablet salut selaput
250 mg. tensipas (Kalbe Farma) tablet salut selaput 125 mg. 250 mg Hypermax
(soho) tablet salut 100 mg. (2) Labetalol. Merupakan antihipertensi non
kardioselektif yang memiliki kerja penghambat beta lebih dominan dibandingkan
antagonis alfa. Melalui penggunaan labetalol. Tekanan darah dapat diturunkan
dengan pengurangan tahanan sistemik vascular tanpa perubahan curah jantung
maupun frekuensi jantung yang nyata sehingga hipotensi yang terjadi kurang
disertai efek takikardia pemberian labetalol dapat diberikan secara oral maupun
injeksi bolus intravena.

Secara non-farmakologis yaitu menggunakan teknik rendam kaki dengan air


hangat merupakan salah satu terapi alamiah yang bertujuan untuk meningkatan
sirkulasi darah. Mengurangi, edema meningkatkan relaksasi otot menyehatkan
jantung, mengendorkan otot-otot, menghilangkan stress, meningkatkan
permeabilitas kapiler, sehingga sangat bermanfaat untuk terapi penurunan tekanan
darah pada ibu hamil penderita preeklamsia. Secara ilmiah rendam kaki
khususnya dengan air hangat mempunyai banyak manfaat bagi tubuh, khususnya
dalam memperlancar peredaran darah (Chiristin et al 2016)

Banyak metode yang dapat diterapkan dengan merendam kaki dalam air hangat
yang bertemperatur 37°-39°C karena dapat terjadi pergantian panas dingin yang
akan menstabilkan kerja jantung dan aliran darah. Teknik rendam kaki dengan air
hangat langkah yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut: klien duduk di
atas kursi dengan rileks dan bersandar.kemudian tuang air hangat dalam
ember/baskom hingga suhu 37°-39°C kira – kira 2 liter dari kom tersebut.rendam
kaki sampai batas pergelangan ke dalam ember/baskom tersebut selama 15-20
menit, setelah itu keluarkan kedua kaki, bilas dengan air dingin, kemudian
keringkan kaki menggunakan dan tidak kering, oleskan krim pelembut (body
lotion) (Lalage, 2015)

Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan tubuh meretensi cairan yang dapat
meningkatkan volume darah. Asupan natrium yang berlebih dapat mengecilkan
diameter arteri, yang menyebabkan jantung harus memompa keras untuk
mendorong volume darah melalui ruang yang makin sempit. Sehingga tekanan
darah meningkat ( Ella febriana et al 2017)

3. Pengalaman ibu
Pengalaman pribadi sebelumnya ibu hamil sudah mendapatkan informasi cara
melakukan pencegahan preeklamsia/eklamsia sehingga saat ini sudah bisa
melakukan pencegahan lebih awal kebudayaan akan memberikan pengalaman
pada seorang untuk berhati hati dalam melakukan suatu tindakan, tindakan
pencegahan ini lah yang dilakukan ibu hamil dalam pencegahan
preeklamsia/eklamsia dalam kehamilan. Dalam kelas ibu hamil telah di berikan
materi dalam melakukan pencegahan preeklamsia/eklamsia, materi yang
didapatkan merupakan pendidikan sebagai suatu system yang mempunyai
pengaruh dalam pembentukan sikap yang nantinya akan berdampak pada perilaku
ibu hamil.(Fathur et al 2015)
C. Konsep Dasar Asuhan keperawatan Teori
1. PENGKAJIAN
Data yang dikaji pada ibu dengan pre eklampsia adalah :

a. Data subyektif :
- Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun
- Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri
epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
- Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,
hipertensi kronik, DM
- Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta
riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya
- Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun
selingan
- Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan,
oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya

b. Data Obyektif :
- Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
- Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
- Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
- Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika
refleks + )
- Pemeriksaan penunjang ;
 Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali
dengan interval 6 jam
 Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya
meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar
hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric
acid biasanya > 7 mg/100 ml
 Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
 Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
 USG ; untuk mengetahui keadaan janin
 NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi
organ ( vasospasme dan peningkatan tekanan darah )
 Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan
pada plasenta
 Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan
pembukaan jalan lahir
 Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif
terhadap proses persalinan

3. INTERVENSI

A. Diagnosa keperawatan I :
Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi
organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah).
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu
Kriteria Hasil :
 Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )
 Tanda-tanda vital :
 Tekanan Darah : 100-120/70-80 mmHg
 Suhu : 36-37 C
 Nadi : 60-80 x/mnt
 RR :16-20 x/mnt

Intervensi :
1) Monitor tekanan darah tiap 4 jam
R/. Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan indikasi dari
PIH
2) Catat tingkat kesadaran pasien
R/. Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak
3) Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan
nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )
R/. Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal, jantung
dan paru yang mendahului status kejang
4) Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi uterus
R/. Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan memungkinkan terjadinya
persalinan
5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM
R/. Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk mencegah
terjadinya kejang

B. Diagnosa keperawatan II :
Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan
pada plasenta

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal distress pada janin
Kriteria Hasil :
- DJJ ( + ) : 12-12-12
- Hasil NST :
- Hasil USG ;

Intervensi :
1) Monitor DJJ sesuai indikasi
R/. Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan solusio
plasenta
2) Kaji tentang pertumbuhan janin
R/. Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi sehingga
timbul IUGR
3) Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim tegang,
aktifitas janin turun )
R/. Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu akibat hipoxia
bagi janin
4) Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM
R/. Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi jantung serta
aktifitas janin
5) Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST
R/. USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin

C. Diagnosa keperawatan III :


Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan
pembukaan jalan lahir

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan ibu mengerti penyebab nyeri dan dapat
mengantisipasi rasa nyerinya
Kriteria Hasil :
- Ibu mengerti penyebab nyerinya
- Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya

Intervensi :
1) Kaji tingkat intensitas nyeri pasien
R/. Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan dapat menentukan
tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien terhadap nyerinya
2) Jelaskan penyebab nyerinya
R/. Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga bisa kooperatif
3) Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul
R/. Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi vasodilatasi pembuluh
darah, expansi paru optimal sehingga kebutuhan 02 pada jaringan terpenuhi
4) Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri
R/. untuk mengalihkan perhatian pasien

D. Diagnosa keperawatan IV :
Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif
terhadap proses persalinan

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :\
- Ibu tampak tenang
- Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
- Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang

Intervensi :
1) Kaji tingkat kecemasan ibu
R/. Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan pemberian
pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan medikamentosa
2) Jelaskan mekanisme proses persalinan
R/. Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan dapat mengurangi emosional
ibu yang maladaptive
3) Gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif
R/. Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki ibu efektif
4) Beri support system pada ibu
R/. ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi keadaan yang sekarang secara
lapang dada asehingga dapat membawa ketenangan hati
BAB III
KESIMPULAN SARAN

A. Kesimpulan
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin
dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan
tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya
muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu.
Tingginya kejadian pre-eklamsia di negara-negara berkembang dihubungkan
dengan masih rendahnya status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan yang dimiliki
kebanyakan masyarakat. Oleh karena itu perlu tindakan segera terhadap kasus
Preeklamsia.

B. Saran
1. Kepada Pelayanan Kesehatan
Agar dapat meningkatkan pelayanan ibu hamil dan bersalin, khususnya pada
penderita Preeklamsi
2. Kepada pihak Akademis
Agar dapat membimbing para tenaga dan calon tenaga kesehatan dan meningkatkan
kualitas pelayanan terhadap ibu hamil.
3. Kepada tenaga kesehatan
Agar dapat lebih mengoptimalkan pelayanan kesehatan mengingat preeklamsi
merupakan suatau gejala penyakit yang cukup mempengaruhi kesehatan ibu hamil
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad, F. (2015). Model - Model Pembelajaran Inovatif Keperawatan Profe. 53(9),


1689–1699.

Mansjor A, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Jakarta: Media
Aeusculapius.
Prawirohardjo S. 2000.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai