B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari preeklampsia ?
2. Apa saja etiologi dari preeklampsia ?
3. Bagaimana patofisiologi dari preeklampsia ?
4. Apa saja manifestasi klinik preeklampsia ?
5. Apa saja klasifikasi dari preeklampsia ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang preeklampsia ?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari preeklampsia ?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan yang diberikan pada psien preeklampsia ?
C. Tujuan
1. Pembaca mengetahui pengertian dari preeklampsia
2. Pembaca dapat mengetahui etiologi dari preeklampsia
3. Pembaca mengetahui patofisiologi dari preeklampsia
4. Pembaca mengetahui manifestasi dari preeklampsia
5. Pembaca mengetahui apa saja klasifikasi dari preeklampsia
6. Pembaca mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang bagi pasien preeklampsia
7. Mengetahui bagaimana penatalaksanaan tindakan kepada pasien preeklampsia
8. Mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan dari preeklampsia
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian preeklamsia
Menurut Nita dan Mustika (2013) Preeklamsia adalah sekumpulan gejala yang
secara spesifik hanya muncul selama kehamilan dengan usian lebih dari 20
minggu (kecuali pada penyakit trofoblastik) dan dapat didiagnosis dengan kriteria
sebagai berikut:
a. Ada peningkatan tekanan darah selama kehamilan ( sistolik ≥ 140 mmHg atau
diastolic ≥ 90 mmHg ), yang sebelumnya normal, disertai proteinuria ( ≥ 0,3
gram protein selama 24 jam atau ≥ 30 mg/dl dengan hasil reangen urine ≥ + 1)
b. Apabila hipertensi selama kehamilan muncul tanpa protein uria perlu dicurigai
adanya preeklamsia seiring kemajuan kehamilan, jika muncul gejala nyeri
kepala, gangguan penglihatan, nyeri pada abdomen, nilai trombosit rendah dan
kadar enzim ginjal abnormal.
Preeklamsia adalah suatu gejala yang khas kehamilan berupa penurunan perfusi
organ akibat vasopasme dan pengkajian endotel (Leveno,2009). Preeklamsia
merupakan suatu penyakit vasopastik, melibatkan banyak system dan ditandai
oleh hemokonsentrasi, hipertensi yang terjadi setelah minggu ke-20 dan protein
uria ( Nita dan mustika 2013)
2. Etiologi
Menurut Nita dan Mustika (2013) Ada beberapa factor risiko tertentu yang
berkaitan dengan perkembangan penyakit :
a. Primigravida, kira-kira 85% preeklamsia terjadi pada kehamilan pertama
b. Grand multigravida
c. Janin besar
d. Distensi rahim berlebihan: hindramnion, hamil ganda, mola hidatidosa.
Preeklamsia terjadi pada 14% samapai 20% kehamilan dengan janin lebih dari
Satu
e. Morbid obesitas atau kegemukan dan penyakit yang menyertai hamil seperti
diabetes mellitus
f. Pada ibu yang mengalami hipertensi kronis atau penyakit ginjal, insiden dapat
mencapai 25%
g. Jumlah umur ibu di atas 35 tahun
4. Patofisiologi preeklamsia
Menurut Leveno (2009) Semua teori mengenai patofisiologi preeklamsia harus
memepertimbangkan pengamatan bahwa gangguan hipertensif akibat kehamilan
jauh lebih besar kemungkinan terjadi pada wanita:
a. Terpajan ke vilus korion untuk pertama kali
b. Terpajan ke vilus korion dalam jumlah besar, seperti pada kehamilan kembar
atau mola hidatidiformis
c. Telah mengidap penyakit vascular
d. Secara genetis memiliki predisposisi mengalami hipertensi yang timbul selama
kehamilan
Pathway
5. Komplikasi
Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi
antara lain:
a. Pada Ibu
Eklapmsia
Solusio plasenta
Pendarahan subkapsula hepar
Kelainan pembekuan darah ( DIC )
Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low platelet count )
Ablasio retina
Gagal jantung hingga syok dan kematian.
b. Pada Janin
Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
Prematur
Asfiksia neonatorum
Kematian dalam uterus
Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal
6. Manifestasi Klinik
Menurut Icemi dan Wahyu (2013), Biasanya tanda- tanda preeklamsia timbul
dalam urutan: pertambahan berat badan yang berlebihan, diikuti edema,
hipertensi,dan akhirnya proteinuria. Pada preeklamsia ringan tidak ditemukan
gejala-gejala subyektif. Pada Pre eklamsia berat didapatkan sakit kepala di daerah
prontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau
muntah. Gejala-gejala ini sering ditemukan pada preeklamsia yang meningkat dan
merupakan petunjuk bahwa eklamsia timbul.
b. Preeklamsia berat
1) Tekanan darah 160/110 mmHg
2) Oliguria, urin kurang dari 400 cc/ 24 jam
3) Proteinuria lebih dari 3 gr/liter
4) Keluhan subjektif seperti nyeri epigastrium gangguan penglihatan, nyeri
kepala, edema paru dan sianosis, gangguan kesadaran.
5) Pemeriksaan kadar enzim hati meningkat disertai ikterus, perdarahan pada
retina, trombosit kurang dari 100.000/mm
8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Amin (2016), Pemeriksaan Laboraratorium;
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk
wanita hamil adalah 12-14 gr%), hemaktrokit meningkat ( nilai rujukan 37- 43
vol%), trombosit menurun ( nilai rujukan 150- 450 ribu/ mm3).
b. Urinalisis
Ditemukan protein dalam urine
c. Pemeriksaan fungsi hati
Bilirubin meningkat ( N = < 1 mg/dl), aspartat aminomtrasferase (AST) > 60
ul, serum Glutamat pirufat trasaminase (SGPT) meningkat ( N= 15-45 u/ml),
serum glutamate oxaloacetix trasaminase ( SGOT) meningkat ( N = < 31 u/l),
total Protein serum menurun ( N = 6,7- 8,7 g/dl)
d. Tes kimia darah
Asam urat meningkat ( N = 2,4 – 2,7 mg/dl)
e. Radiologi
1) Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus, pernafasn intrauterus
lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit
2) Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.
9. Penatalaksaan
Menurut Amin (2016) ;
a. Preeklamsia
Tujuan utama penangan preeklamsia adalah mencegah terjadinya eklamsia,
melahirkan bayi tanpa asfiksia dengan skor APGAR baik, dan mencegah
mortalitas maternal dan parietal
1) Preeklamsia ringan
Istirahat di temmpat tidur merupakan terapi utama dalam penganan
preeklamsia ringan. Istirahat dengan berbaring pada sisi tubuh
menyebabkan aliran darah ke plasenta dan aliran darah ke ginjal
meningkat, tekanan vena pada ekstermitas bawah menurun dan reabsorpsi
cairan bertambah. Selain itu dengan istirahat di tempat tidur menurunkan
tekanan darah. Apabila preeklamsia tersebut tidak membaik dengan
penanggan konservatif, dalam hal ini kehamilan harus diterminasi jika
mengancam nyawa maternal.
2) Preeklamsia berat
Pada pasien preeklamsia berat secara harus diberi obat sedative kuat untuk
mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12-24 jam bahaya akut
sudah diatasi , tindakan terbaik adalah menghentikan kehamilan sebagai
pengobatan mencegah timbulnya kejang, dapat diberikan larutan
magnesium sulfat ( MgSO4) 20% dengan dosis 4 gram secara intravena
loading dose dalam 4-5 menit. Kemudian dilanjutkan dengan MgSo4 40%
sebanyak 12 gram dalam 500cc ringer laktat (RL) atau sekitar 14 tetes/
menit. Tambahan magnesium sulfat hanya dapat diberikan jika dieresis
pasien baik, reflex patella positif dan frekuensi pernafasan lebih dari 16
kali/ menit. Obat ini memiliki efek menenangkan, munurunkan tekanan
darah dan meningkatkan dieresis selaian magnesium sulfat, pasien dengan
preeklamsia dapat juga diberikan klorpromazin dengan dosis 50 mg secara
intramuscular ataupun diazepam 20 mg secara intramuscular.
b. Eklamsia
Tujuan utama penangan eklmasia adalah menstabilisasi fungsi vital penderita
dengan terapi suportif Airwy, Breathing, Circulasion (ABC), mengendalikan
kejang, mengendalikan tekanan darah khususnya jika terjadi krisis hipertensi
sehingga penderita mampu melahirkan janin dengan selamat pada kondisi
optimal. Pengendalian kejang dapat diterapikan dengan pemberian magnesium
sulfat pada dosis muatan ( loding dose) 4-6 gram IV diikuti 1,5-2 g/jam dalam
100 ml infuse rumatan IV. Hal ini dilakukan untuk mencapai efek terapeutik
4,8-8,4 mg/dl sehingga kadar magnesium serum dapat dipertahankan dari efek
toksik.
Banyak metode yang dapat diterapkan dengan merendam kaki dalam air hangat
yang bertemperatur 37°-39°C karena dapat terjadi pergantian panas dingin yang
akan menstabilkan kerja jantung dan aliran darah. Teknik rendam kaki dengan air
hangat langkah yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut: klien duduk di
atas kursi dengan rileks dan bersandar.kemudian tuang air hangat dalam
ember/baskom hingga suhu 37°-39°C kira – kira 2 liter dari kom tersebut.rendam
kaki sampai batas pergelangan ke dalam ember/baskom tersebut selama 15-20
menit, setelah itu keluarkan kedua kaki, bilas dengan air dingin, kemudian
keringkan kaki menggunakan dan tidak kering, oleskan krim pelembut (body
lotion) (Lalage, 2015)
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan tubuh meretensi cairan yang dapat
meningkatkan volume darah. Asupan natrium yang berlebih dapat mengecilkan
diameter arteri, yang menyebabkan jantung harus memompa keras untuk
mendorong volume darah melalui ruang yang makin sempit. Sehingga tekanan
darah meningkat ( Ella febriana et al 2017)
3. Pengalaman ibu
Pengalaman pribadi sebelumnya ibu hamil sudah mendapatkan informasi cara
melakukan pencegahan preeklamsia/eklamsia sehingga saat ini sudah bisa
melakukan pencegahan lebih awal kebudayaan akan memberikan pengalaman
pada seorang untuk berhati hati dalam melakukan suatu tindakan, tindakan
pencegahan ini lah yang dilakukan ibu hamil dalam pencegahan
preeklamsia/eklamsia dalam kehamilan. Dalam kelas ibu hamil telah di berikan
materi dalam melakukan pencegahan preeklamsia/eklamsia, materi yang
didapatkan merupakan pendidikan sebagai suatu system yang mempunyai
pengaruh dalam pembentukan sikap yang nantinya akan berdampak pada perilaku
ibu hamil.(Fathur et al 2015)
C. Konsep Dasar Asuhan keperawatan Teori
1. PENGKAJIAN
Data yang dikaji pada ibu dengan pre eklampsia adalah :
a. Data subyektif :
- Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun
- Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri
epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
- Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,
hipertensi kronik, DM
- Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta
riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya
- Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun
selingan
- Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan,
oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya
b. Data Obyektif :
- Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
- Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
- Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
- Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika
refleks + )
- Pemeriksaan penunjang ;
Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali
dengan interval 6 jam
Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya
meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar
hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric
acid biasanya > 7 mg/100 ml
Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
USG ; untuk mengetahui keadaan janin
NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi
organ ( vasospasme dan peningkatan tekanan darah )
Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan
pada plasenta
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan
pembukaan jalan lahir
Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif
terhadap proses persalinan
3. INTERVENSI
A. Diagnosa keperawatan I :
Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi
organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah).
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu
Kriteria Hasil :
Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )
Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 100-120/70-80 mmHg
Suhu : 36-37 C
Nadi : 60-80 x/mnt
RR :16-20 x/mnt
Intervensi :
1) Monitor tekanan darah tiap 4 jam
R/. Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan indikasi dari
PIH
2) Catat tingkat kesadaran pasien
R/. Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak
3) Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan
nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )
R/. Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal, jantung
dan paru yang mendahului status kejang
4) Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi uterus
R/. Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan memungkinkan terjadinya
persalinan
5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM
R/. Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk mencegah
terjadinya kejang
B. Diagnosa keperawatan II :
Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan
pada plasenta
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal distress pada janin
Kriteria Hasil :
- DJJ ( + ) : 12-12-12
- Hasil NST :
- Hasil USG ;
Intervensi :
1) Monitor DJJ sesuai indikasi
R/. Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan solusio
plasenta
2) Kaji tentang pertumbuhan janin
R/. Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi sehingga
timbul IUGR
3) Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim tegang,
aktifitas janin turun )
R/. Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu akibat hipoxia
bagi janin
4) Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM
R/. Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi jantung serta
aktifitas janin
5) Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST
R/. USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan ibu mengerti penyebab nyeri dan dapat
mengantisipasi rasa nyerinya
Kriteria Hasil :
- Ibu mengerti penyebab nyerinya
- Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya
Intervensi :
1) Kaji tingkat intensitas nyeri pasien
R/. Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan dapat menentukan
tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien terhadap nyerinya
2) Jelaskan penyebab nyerinya
R/. Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga bisa kooperatif
3) Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul
R/. Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi vasodilatasi pembuluh
darah, expansi paru optimal sehingga kebutuhan 02 pada jaringan terpenuhi
4) Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri
R/. untuk mengalihkan perhatian pasien
D. Diagnosa keperawatan IV :
Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif
terhadap proses persalinan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :\
- Ibu tampak tenang
- Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
- Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang
Intervensi :
1) Kaji tingkat kecemasan ibu
R/. Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan pemberian
pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan medikamentosa
2) Jelaskan mekanisme proses persalinan
R/. Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan dapat mengurangi emosional
ibu yang maladaptive
3) Gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif
R/. Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki ibu efektif
4) Beri support system pada ibu
R/. ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi keadaan yang sekarang secara
lapang dada asehingga dapat membawa ketenangan hati
BAB III
KESIMPULAN SARAN
A. Kesimpulan
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin
dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan
tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya
muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu.
Tingginya kejadian pre-eklamsia di negara-negara berkembang dihubungkan
dengan masih rendahnya status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan yang dimiliki
kebanyakan masyarakat. Oleh karena itu perlu tindakan segera terhadap kasus
Preeklamsia.
B. Saran
1. Kepada Pelayanan Kesehatan
Agar dapat meningkatkan pelayanan ibu hamil dan bersalin, khususnya pada
penderita Preeklamsi
2. Kepada pihak Akademis
Agar dapat membimbing para tenaga dan calon tenaga kesehatan dan meningkatkan
kualitas pelayanan terhadap ibu hamil.
3. Kepada tenaga kesehatan
Agar dapat lebih mengoptimalkan pelayanan kesehatan mengingat preeklamsi
merupakan suatau gejala penyakit yang cukup mempengaruhi kesehatan ibu hamil
DAFTAR PUSTAKA
Mansjor A, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Jakarta: Media
Aeusculapius.
Prawirohardjo S. 2000.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka