Anda di halaman 1dari 21

Tugas Kelompok

Nama Dosen : Rismawati, S.ST.,M.Keb

Mata Kuliah : Kegawat Daruratan

MIOMA UTERI

Disusun Oleh

Kelompok 3

Siti Harningsih Safitri A1 B1 19093


Mutiara Ulfah Mardhal A1 B1 19165
Nina Karnina A1 B1 19172
Remi Sarliyani A1 B1 19180
Hastuti A1 B1 19187
Denna Pratiwi S A1 B1 19250

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS MEGA RESKY MAKASSAR

T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala Puji Bagi Allah SWT. Yang telah menciptakan kami dengan akal dan budi,
kehidupan yang patut kami syukuri, keluarga yang mencintai kami, dan teman-
teman yang menginspirasi. Karena berkat Rahmat-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Mioma Uteri. Shalawat beriring salam
kami sampaikan juga kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Sebagai suri tauladan
atas umatnya.

Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : Ibu
Rismawati, S.ST.,M.Keb.

Makalah ini dibuat untuk membantu mempermudah pemahaman dalam


memahami mata Kegawatdaruratan.

Penulis menadari segala keterbatasan yang dimiliki, oleh karena itu penulis
memohon saran dan kritik kepada semua piak agar makala ini mejadi sempurna.
Atas saran dan kritiknya, penulis mengucapkan banyak terima kasih. Semoga
makala ini dapat bermanfaat, memberikan kelancaran dan barokah. Aamiin
Allahumma aamiin.

Makassar, Maret 2020

Kelompok 3

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………. 1

DAFTAR ISI ……………………………………………………………… 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………….. 3

B. Rumusan Masalah ……………………………………………… 4

C. Tujuan Penulisan ………………………………………………. 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi dari Mioma Uteri ………………………………………… 5


B. Tanda dan gejala mioma uteri ……………………………………. 5
C. Etiologi mioma uteri ……………………………………………… 7
D. Epidemiologi moima uteri ……………………………………….. 9
E. Klasifikasi mioma uteri ………………………………………….. 9
F. Patofisologi mioma uteri ………………………………………… 11
G. Diagnosis mioma uteri …………………………………………... 12
H. komplikasi mioma uteri …………………………………………. 13
I. faktor predisposisi mioma uteri …………………………………. 14
J. diagnosis banding mioma uteri ………………………………… 15
K. penatalaksaan mioma uteri …………………………………….. 15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………… 19

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 20

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mioma Uteri merupakan tumor jinak dari otot rahim. Jumlah penderita
mioma uteri ini sulit diketahui secara akurat karena banyak yang tidak
menimbulkan keluhan sehingga penderita tidak memeriksakan dirinya ke
dokter. Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan
diduga merupakan penyakit multifaktorial. Secara umum angka kejadian
mioma uteri diprediksi mencapai 20-30% terjadi pada wanita berusia di atas
35 tahun
Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvik rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan
apa-apa dan tidak sadar bahwa mereka sedang mengandung satu tumor dalam
uterus.
Penyakit mioma uteri berasal dari otot polos rahim. Beberapa teori
menyebutkan pertumbuhan tumor ini disebabkan rangsangan hormon
estrogen. Pada jaringan mioma jumlah reseptor estrogen lebih tinggi
dibandingkan jaringan otot kandungan (miometrium) sekitarnya sehingga
mioma uteri ini sering kali tumbuh lebih cepat pada kehamilan (membesar
pada usia reproduksi) dan biasanya berkurang ukurannya sesudah menopause
(mengecil pada pascamenopause) Sering kali mioma uteri membesar ke arah
rongga rahim dan tumbuh keluar dari mulut rahim. Ini yang sering disebut
sebagai Myoma Geburt (Geburt berasal dari bahasa German yang berarti
lahir). Tumor yang ada dalam rahim dapat tumbuh lebih dari satu, pada
perabaan memiliki konsistensi kenyal, berbentuk bulat dan permukaan
berbenjol-benjol seperti layaknya tumor perut. Beratnya bervariasi, mulai dari
beberapa gram saja, namun bisa juga mencapai 5 kilogram atau lebih.
Mioma uteri dapat ditemukan melalui pemeriksaan ginekologi
rutin.Diagnosis mioma uteri dicurigai bila dijumpai gangguan kontur uterus
oleh satu atau lebih massa yang lebih licin, tetapi sering sulit untuk

3
memastikan bahwa massa seperti ini adalah bagian dari uterus. Sedangkan
untuk pemeriksaan untuk mengetahui adanya mioma dapat dilakukan
Ultrasonografi, Histeroskopi dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) yang
Akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi mioma tetapi jarang
diperlukan karena keterbatasan ekonomi dan sumber daya. MRI dapat menjadi
alternatif ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat disimpulkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari Mioma Uteri
2. Bagaimana saja tanda dan gejala mioma uteri?
3. Apa etiologi mioma uteri?
4. Apa epidemiologi moima uteri?
5. Apa klasifikasi mioma uteri?
6. Bagaimana patofisiologi mioma uteri?
7. Apa diagnosis mioma uteri
8. Apa komplikasi mioma uteri
9. Apa faktor predisposisi mioma uteri?
10. Apa diagnosis banding mioma uteri?
11. Apa saja penatalaksaan mioma uteri?
C. Tujuan Penulisan
Mampu memahami dan menyusun Asuhan Kebidanan Mioma Uteri

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Perngertian mioma uteri dari beberapa sumber sebagai berikut:


1. Mioma Uteri lebih di kenal di kalangan masyarakat awam dengan sebutan
myom. Secara kedokteran disebut juga adenomyosis atau fibroid atau
leiomyoma. (Yatim F. 2005:60)
2. Mioma uteri adalah tumor jinak yang struktur utamanya adalah otot polos
rahim. Mioma uteri terjadi pada 20% - 25% perempuan di usia reproduktif
( Sarwono,2011).
3. Mioma uteri adalah tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya,
sehingga dapat dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya dominan dan
lunak karena otot rahimnya dominan. (Marmi,2015)

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa, mioma uteri lebih di
kenal dengan sebutan myom dalam bahasa medis di kenal atau disebut dengan
adenomyosis atau fibroid atau leiomyoma, mioma uteri yaitu tumor jinak yang
struktur utamanya adalah otot dan di sertai jaringan ikat bertempat pada rahim
sehingga berbentuk padat karena jaringannya dominan dan lunak karena otot
rahim mioma terjadi pada 20% - 25% perempuan usia reproduktif.

B. Tanda dan Gejala


Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Tanda dan

5
gejala dari mioma uteri hanya terjadi pada 50% pasien. Gejala yang
dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada (serviks,
intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi
yang terjadi, serta jumlah mioma. Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai
berikut.
1. Perdarahan abnormal. Perdarahan uterus yang abnormal merupakangejala
klinis yang paling sering terjadi dan paling penting (Fortner, Gibbs).
Gejala ini terjadi pada 30% pasien dengan mioma uteri. Wanita dengan
mioma uteri mungkin akan mengalami siklus perdarahan haid yang teratur
dan tidak teratur. 0angguan perdarahan yang terjadi umumnyaadalah
hipermenore, menoragia dan dapat juga terjadi metroragia. Patofsiologi
perdarahan uterus yang abnormal yang berhubungandengan mioma uteri
masih belum diketahui dengan pasti. Ada berapa penelitian menerangkan
bahwa adanya disregulasi dari beberapa faktor pertumbuhan dan reseptor-
reseptor yang mempunyai efek langsungpada fungsi vaskuler dan
angiogenesis. Perubahan-perubahan ini menyebabkan kelainan
vaskularisasi akibat disregulasi struktur vaskuler didalam uterus. Beberapa
Faktor yang menjadi penyebab perdarahanini, antara lain adalah:
a. Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia
endometriumsampai adenokarsinoma endometrium.
b. Peningkatan Vaskularisasi aliran vaskuler ke uterus.
c. Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa.
d. Atrof dan ulserasi endometrium di atas mioma submukosum.
e. Kompresi pada pleksus venosus didalam miometrium.
f. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya
sarangmioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat
menjepitpembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
2. Rasa nyeri. Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas. Nyeri dapatdisebabkan
oleh karena degenerasi akibat oklusi vaskuler, in!eksi, torsi dari mioma
yang bertangkai maupun akibat kontraksi miometrium yang disebabkan
mioma subserosum. Pada pengeluaran miomasubmukosum yang akan

6
dilahirkan, pertumbuhannya yangmenyempitkan kanalis servikalis dapat
menyebabkan dismenore. Tumor yang besar dapat mengisi rongga pelvik
dan menekan bagiantulang pelvik yang dapat menekan saraf sehingga
menyebabkan rasanyeri yang menyebar ke bagian punggung dan
ekstremitas inferio
3. Gejala dan tanda penekanan. Gangguan ini tergantung dari besar
dantempat mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih
akanmenyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio
urine,pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidrone!rosis,
padarektum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada
pembuluhdarah dan pembuluh lim!e di panggul dapat menyebabkan
edema tungkai dan nyeri panggul.
4. Disfungsi reproduksi. Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebabin
infertilitas masih belum jelas. Diilaporkan sebesar 27 – 40% wanita
dengan mioma uteri mengalami infertilitas. Mioma yang terletak didaerah
kornu dapat menyebabkan sumbatan dan gangguantransportasi gamet dan
embrio akibat terjadinya oklusi tuba bilateral. Mioma uteri dapat
menyebabkan gangguan kontraksi ritmik uterusyang sebenarnya
diperlukan untuk motilitas sperma didalam uterus. Perubahan bentuk
ka"um uteri karena adanya mioma dapatmenyebabkan disfungsi
reproduksi. Mioma submukosum jugamemudahkan terjadinya abortus oleh
karena distorsi rongga uterus gangguan implantasi embrio dapat terjadi
pada keberadaan miomaakibat perubahan histologi endometrium dimana
terjadi atrof karena kompresi massa tumor apabila penyebab lain
infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma merupakan penyebab infertilitas
tersebut,maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi
C. Etiologi
Walaupun mioma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti, namun
dari hasil penelitian Miller dan Lipschlutz dikatakan bahwamioma uteri terjadi
terjadi tergantung pada sel-sel imatur yang terdapat pada “cell Nest ” yang
selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh hormon estrogen. Namun

7
demikian, beberapa faktor yang dapat menjadifaktor pendukung terjadinya
mioma adalah wanita usia 35-45 tahun, hamil pada usia muda, genetik, zat-zat
karsinogenik, sedangkan yang menjadi pencetus dari terjadinya mioma uteri
adalah adanya sel yang imatur.
Teori Mayer dan Snoo, rangsangan “ sell nest” oleh estrogen, faktor:
1. Tak pernah dijumpai sebelum menstruasi
2. Atropi setelah menopause
3. Cepat membesar saat hamil
4. Sebagian besar masa reproduktif (Bagus, 2002).

Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui, namun ada 2 teoriyang


berpendapat :

1. Teori stimulasi
Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi, mengingat bahwa:
a. Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
b. Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche
c. Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause
d. Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama denganmioma
uteri.

Penyebab dari mioma pada rahim masih belum diketahui. Beberapa


penelitian mengatakan bahwa masing-masing mioma munculdari 1 sel
neoplasma soliter (satu sel ganas) yang berada diantara otot polos
miometrium (otot polos di dalam rahim). Selain itu didapatkan juga
adanya faktor keturunan sebagai penyebab mioma uteri.Pertumbuhan dari
leiomioma berkaitan dengan adanya hormoneestrogen. Tumor ini
menunjukkan pertumbuhan maksimal selamamasa reproduksi, ketika
pengeluaran estrogen maksimal. Mioma uterimemiliki kecenderungan
untuk membesar ketika hamil dan mengecilketika menopause berkaitan
dengan produksi dari hormon estrogen.Apabila pertumbuhan mioma
semakin membesar setelah menopausemaka pertumbuhan mioma ke arah

8
keganasan harus dipikirkan.Pertumbuhan mioma tidak membesar dengan
pemakaian pil kontrasepsi kombinasi karena preparat progestin pada pil
kombinasimemiliki efek anti estrogen pada pertumbuhannya. Perubahan
yangharus diawasi pada leiomioma adalah perubahan ke arah keganasan.
D. Epidemiologi
Mioma terjadi pada kira kira 5 persen wanita selama masa reproduksi.
Tumor ini tumbuh dengan lambat dan mungkin baru dideteksi secara klinis
pada kehidupan decade keempat. Pada dekade ke empat ini insidennya
mencapai kira kira 20%. Mioma lebih sering pada wanita nulipara atau wanita
yang mempunya 1 anak. 
Mioma pada kehamilan menurut perkiraan frekuensi  dalam kehamilan
dan persalinan berkisar sekitar 1 persen, banyak mioma kecil tidak di kenal.
Dalam banyak kasus kombinasi mioma dengan kehamilan tidak mempunyai
arti apa apa. Di pihak lain kombinasi itu dapat menyebabkan komplikasi 
obstetric yang besar artinya. Hal itu tergantung besarnya dan lokalisasinya.
Secara umum angka kejadian mioma uteri diprediksi mencapai 20-30% terjadi
pada wanita berusia di atas 35 tahun.
E. Klasifikasi

Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena.

1. Lokasi
a. Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan
infeksi.
b. Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus
urinarius.
c. Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa
gejala.
2. Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya dibagi menjadi
tiga jenis yaitu :
a. Mioma Uteri Subserosa

9
1) Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai
tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan
dengan uterus melalui tangkai. 
2) Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum
latum dan disebut sebagai mioma intraligamenter. 
3) Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai
suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau
mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah
diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin
mengecil dan terputus, sehingga mioma akan terlepas dari uterus
sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma
jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.
b. Mioma Uteri Intramural
1) Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel
apabila masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar
akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar
dan berubah bentuknya. 
2) Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali
rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah
bawah. 
3) Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa dan kadang-
kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot rahim dapat
besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim
dominan).
c. Mioma Uteri Submukosa
1) Terletak di bawah endometrium. Dapat pula bertangkai maupun
tidak. Mioma bertangkai dapat menonjol melalui kanalis servikalis,
dan pada keadaan ini mudah terjadi torsi atau infeksi. Tumor ini
memperluas permukaan ruangan rahim.
2) Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang
lebih penting dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma

10
uteri subserosa ataupun intramural walaupun ditemukan cukup
besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak berarti. 
3) Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu
memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit
untuk dihentikan sehingga sebagai terapinya dilakukan
histerektomi
F. Patofiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan
sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel
neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom,
khususnya pada kromosom lengan 12q13-15.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor
predisposisi genetik, adalah estrogen, progesteron dan human growth
hormone.
1. Estrogen
a. Mioma uteri dijumpai setelah menarke.
b. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang cepat selama kehamilan
dan terapi estrogen eksogen.
c. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause dan pengangkatan
ovarium.
d. Adanya hubungan dengan kelainan lainnya yang tergantung estrogen
seperti endometriosis (50%), perubahan fibrosistik dari payudara
(14,8%), adenomyosis (16,5%) dan hiperplasia endometrium (9,3%).
e. Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium
dan wanita dengan sterilitas.
f. 17B hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol (sebuah
estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini
berkurang pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah
reseptor estrogen yang lebih banyak daripada miometrium normal.
2. Progesteron

11
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan
17B hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada
tumor.
3. Hormon pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon
yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat
pada periode ini, memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari
leiomioma selama kehamilan mingkin merupakan hasil dari aksi
sinergistik antara HPL dan Estrogen.
G. Diagnosis
Diagnosis mioma uteri ditegakkan berdasarkan:
1. Anamnesis
a. Timbul benjolan di perut bagian bawah dalam waktu yang relatif lama.
b. Kadang-kadang disertai gangguan haid, buang air kecil atau buang air
besar.
c. Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir, pecah.
2. Pemeriksaan fisik
a. Palpasi abdomen didapatkan tumor di abdomen bagian bawah.
b. Pemeriksaan ginekologik dengan pemeriksaan bimanual didapatkan
tumor tersebut menyatu dengan rahim atau mengisi kavum Douglasi.
c. Konsistensi padat, kenyal, mobil, permukaan tumor umumnya rata.

Gejala klinis

a. Adanya rasa penuh pada perut bagian bawah dan tanda massa yang
padat kenyal.
b. Adanya perdarahan abnormal.
c. Nyeri, terutama saat menstruasi
d. Infertilitas dan abortus.

Pemeriksaan luar

12
a. Teraba massa tumor pada abdomen bagian bawah serta pergerakan
tumor dapat terbatas atau bebas.
b. Pemeriksaan dalam
c. Teraba tumor yang berasal dari rahim dan pergerakan tumor dapat
terbatas atau bebas dan ini biasanya ditemukan secara kebetulan.
3. Pemeriksaan penunjang
a. USG, untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan
endometriium dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis.
b. Mioma juga dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi
kedua pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus
sebaik USG. Untungnya, leiomiosarkoma sangat jarang karena USG
tidak dapat membedakannya dengan mioma dan konfirmasinya
membutuhkan diagnosa jaringan.
c. Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola
gemanya pada beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga
bergabung dengan uterus; lebih lanjut uterus membesar dan berbentuk
tak teratur.
d. Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga
pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
e. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa
disertai dengan infertilitas.
f. Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
H. Komplikasi
1. Perdarahan sampai terjadi anemia.
2. Torsi tangkai mioma dari : mioma uteri subserosa dan mioma uteri
submukosa.
3. Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi.
4. Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan.

Pengaruh mioma terhadap kehamilan.

1. Infertilitas.

13
2. Abortus.
3. Persalinan prematuritas dan kelainan letak.
4. Inersia uteri.
5. Gangguan jalan persalinan.
6. Perdarahan post partum.
7. Retensi plasenta.

Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri

1. Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen


2. Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai. 2,3,8,9,10
I. Faktor Predisposisi
Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga
kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
1. Umur: mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun,
ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini
paling sering memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.
2. Paritas: lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanirta yang relatif
infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakan infertilitas
menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang
menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling
mempengaruhi.
3. Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita
berkulit hitam, angka kejadian mioma uteri tinggi. 14 Terlepas dari faktor
ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada
yang menderita mioma.
4. Fungsi ovarium: diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan
pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke,
berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.
Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi
hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada

14
pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh
estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain.
Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor
pertumbuhan epidermal dan insulin-like growth factor 1 yang distimulasi
oleh estrogen. Anderson dkk, telah mendemonstrasikan munculnya gen
yang distimulasi oleh estrogen lebih banyak pada mioma daripada
miometrium normal dan mungkin penting pada perkembangan mioma.
Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan karena tumor ini tidak
mengalami regresi yang bermakna setelah menopause sebagaimana yang
disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang berkembang setelah
menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral pada usia dini.
J. Diagnosis Banding
1. Kehamilan
Uterus membesar merata. Tes Kehamilan positif
2. Pseudosiesis
Terdapat Amonorhea, perut membesar tetapi uterus sebesar biasa, tanda
tanda kehamilan dan reaksi kehamilan negatif.
3. Kistoma Ovarii
Mungkin ada amenorrhea , perut penderita membesar tetapi ukuran uterus
biasa.
4. Vesica Urinariae dengan retensio urinae
Uterus biasanya membesar
5. Menopause
Terdapat Amenorrhea. Umur wanita kira kira di atas 43 tahun. Uterus
sebesar biasa, tanda tanda kehamilan dan reaksi kehamilan negatif
K. Penatalaksaan Mioma Uteri
Penatalaksanaan Mioma Uteri Menurut Nanda 2016:120. Penatalaksanaan
mioma uteri ada 2 jenis, yaitu ;
1. Terapi Medisinal (Hormonal)
a. Pemakaian agonis gonadotropin-releasing hormone (GnRH)
memeberikan hasil untuk memperbaiki gejalagejala klinis yang

15
ditimbulkan oleh mioma uteri dan agonis bertujuan untuk mengurangi
ukuran mioma dengan jalan mengurangi produksi estrogen dari
ovarium.
b. Efek maksimal pemberian GnRH agonis baru terlihat setelah 3 bulan.
Pada 3 bulan berikutnya tidak terjadi pengurangan volume mioma
secara bermakna.
c. Pemberian GnRH agonis sebelum dilakukan tindakan pembedahan
akan mengurangi vaskularisasi pada tumot sehingga akan
memudahkan tindakan pembedahan.
d. Terapi hormonal lainnya seperti kontrasepsi oral dan preparat
progesteron akan mengurangi gejala pendarahan uterus yang abnormal
manum tidak dapat mengurangi ukuran dari mioma.
2. Terapi Pembedahan Terapi pembedahan pada mioma uteri dilakukan
terhadap mioma yang menimbulkan gejala. Menurut American College Of
Obstetricians And Gynecologists (ACOG) dan American Society For
Reproductive Medicine (ASRM) indikasi pembedahan pada pasien dengan
mioma uteri adalah:
a. Pendarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif.
b. Sangkaan adanya keganasan.
c. Pertumbuhan mioma pada masa menopouse.
d. Infertilitas karena gangguan pada cavum uteri maupun karena oklusi
tuba.
e. Nyeri dan penekanan yang sangat menganggu .
f. Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius.
g. Anemia akibat pendarahan.

Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah miomektomi maupun


histrektomi.

a. Miomektomi
Miomektomi sering di lakukan pada wanita yang ingin
mempertahankan fungsi reproduksinya dan tidak ingin dilakukan

16
histrektomi. Maka ada beberapa pilihan tindakan untuk melakukan
miomektomi, berdasarkan ukuran dan lokasi dari mioma. Tindakan
miomektomi dapat dilakukan dengan laparotomi, histeroskopi maupun
laparoskopi.
b. Histerektomi
Histerektomi tindakan pembedahan untuk mengangkat uterus dapat
dilakukan dengan 3 cara yaitu dengan pendekatan abdominal
(laparotomi), vaginal, dan pada beberapa kasus secara laparoskopi.
Tindakan histerektomi pada pasien dengan mioma uteri merupakan
indikasi bila didapati keluhan menorrhagia, metrorrhagia, keluhan
obstruksi pada traktus urinarius dan ukuran uterus sebesar usia
kehamilan 12-14 minggu.
L. Contoh Kasus Mioma Uteri
1. Jurnal
Hubungan Faktor Risiko dan Kejadian Mioma Uteri di Rumah
Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang

Abstract
Latar belakang: Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri
dari sel-sel jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan
kolagen. Kejadian mioma uteri di Indonesia sebesar 2,39%-11,70% pada
semua penderita ginekologi yang dirawat. Faktor-faktor risiko
seperti umur, paritas, umur menarche dan status haid dapat menyebabkan
terjadinya mioma uteri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko
dengan kejadian mioma uteri di RSUD Tugurejo Semarang.
Metode: Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitic
dengan pendekatan retrospective. Waktu penelitian dimulai dari bulan Oktober
hingga Desember 2011. Berdasarkan perhitungan, besar sampel minimal
dalam penelitian ini adalah 68 orang yang diambil menggunakan teknik
pengambilan sampel simple random sampling. Analisis yang digunakan
adalah uji statistik Chi Square/ Fisher’s Exact Test.

17
Hasil: Terdapat hubungan bermakna antara umur dengan kejadian mioma uteri
(p = 0,007), tidak terdapat hubungan bermakna antara paritas
dengan kejadian mioma uteri (p = 0,186), terdapat hubungan bermakna antara
umur menarche dengan kejadian mioma uteri (p = 0,007) dan
terdapat hubungan bermakna antara status haid dengan kejadian mioma uteri
(p = 0,004).
Kesimpulan: Hasil penelitian membuktikan bahwa faktor-faktor risiko seperti
umur ≥40 tahun, umur menarche normal (≥10 tahun) dan
juga wanita yang masih haid merupakan faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya mioma uteri.
Kata kunci: Mioma Uteri, Faktor Risiko

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang sering terjadi pada wanita berusia
lebih dari 35 tahun yaitu sekitar 20 hingga 30 persen Hampir separuh dari
kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan pelvik rutin.
Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan tidak sadar
bahwa mereka sedang mengandung satu tumor dalam uterus. Karenanya
sangat penting untuk melakukan deteksi pribadi secara dini untuk menghindari
dan mencegah timbulnya penyakit ini, kalaupun penyebabnya genetik pada
keluarga paling tidak dapat di deteksi secara dini sebelum penyakit ini
bertambah hebat dan menyebabkan komplikasi yang serius bagi organ organ
disekelilingnya yakni dengan melakukan pemeriksaan ginekologis rutin dan
USG, sedangkan Histeroskopi dan MRI merupakan pilihan lain untuk hasil
lebih akurat, namun dengan USG saja sudah bisa dideteksi Mioma yang
berkembang pada rahim seseorang.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://www.laparoskopiginekologi.com/maps/102-mioma-uteri.html

http://www.emir-fakhrudin.com/2010/02/mioma-uteri.html

Hanifa Wiknjosastro. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Jakarta: Yayasan Nina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo ; 1997.

Derek Llewellyn-Jones. Fundamentals of Obstetry and Gynaecology. Edisi 6.


Syney ; 1994

Devy, isella, Muhammad. 2012. Hubungan Faktor Risiko dan Kejadian Mioma
Uteri di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang

20

Anda mungkin juga menyukai