Disusun Kelompok 5:
Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepeda kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
“ASUHAN KEPERAWATAN IBU DENGAN GANGGUAN REPRODUKSI MYOMA
UTERI” . Makalah ini diharapkan mampu membantu kita dalam memperdalam Keperawatan
Maternitas dalam kegiatan belajar. Selain itu makalah ini diharapkan agar dapat menjadi
bacaan para pembaca agar menambah wawasan yang luas dan bertanggungjawab karena
materi disajikan mengarah pada topik permasalahan yang berkaitan dengan keperawatan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya penyusunan
makalah seperti ini kita dapat memepelajari kembali pada kesempatan yang lain untuk
kepentingan proses belajar kita terutama dalam ilmu keperawatan.
Bersama ini kami juga menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikannya tugas ini, terutama pada Ibu Agus
Sulistyowati,S.Kep.,M.Kes sebagai Dosen pengampu yang telah memberikan banyak saran,
petunjuk dan dorongan dalam melaksanakan tugas ini, juga teman-teman anggota kelompok
kami. Semoga segala yang telah kita kerjakan merupakan bimbingan yang lurus dari Yang
Maha Kuasa.
Dalam penyusunan makalah ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena ini segala kritik dan
saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini dan untuk
pelajaran bagi kita semua dalam pembuatan tugas-tugas yang lain di masa mendatang.
Semoga dengan adanya tugas ini dapat belajar bersama demi kemajuan kita dan kemajuan
ilmu keperawatan.
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penulisan 4
1.4 Manfaat Penulisan 4
BAB II PEMBAHASAN 4
2.1 Definisi 5
2.2 Etiologi 5
2.3 Patofisiologi Myoma Ueri 6
2.4 Manifestasi Klinis 7
2.5 Pemeriksaan Diagnostik 7
2.6 Asuhan Keperawatan Myoma Uteri 8
BAB III PENUTUPAN 13
3.1 Kesimpulan 13
3.2 Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 14
3
BAB I
PENDAHULUAN
Myoma Uteri umumnya terjadi pada usia lebih dari 35 tahun. Dikenal ada dua tempat
asal myoma uteri yaitu pada serviks uteri (2%) dan korpus uteri (97%), belum pernah
ditemukan myoma uteri terjadi sebelum menarche.
Menurut Office on Women’s Health (2021), faktor risiko yang mempengaruhi seperti
umur, riwayat keluarga, makanan yang dikonsumsi, asal atau etnis, obesitas, penyakit
komorbid, dan paritas.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Myoma uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga Leiomioma, fibromioma, atau fibroid.
(Ilmu Kandungan,1999).
Sebagian besar myoma uteri tidak mmenimbulkan gejala, namun beberapa wanita
dapat memiliki gejala seperti pendarahan yang mengakibatkan anemia, sakit didaerah
panggul atau perut bagian bawah, sering buang air kecil, nyeri saat berhubungan seks,
nyeri punggung bagian bawah, dan komplikasi se;ama kehamilan dan persalinan
(Aspiani, 2017).
Maka dari itu, penderita myoma uteri memiliki risiko jika tidak segera diberi
tindakan, yaitu bisa mengalami anemia defisiensi zat besi karena terjadinya pendarahan
yang abnormal pada uterus. Manakala terjadi saat usia reprodiksi, dapat menyebabkan
infertilitas serta dapat mengakibatkan degenerasi keganasan dan mengalami torsi
sehingga bisa menimbulkan nikrosis, nyeri akut dan infeksi (Fitriyanti & Machmudah,
2020).
2.2 Etiologi
Walaupun myoma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti, namun dari
hasil penelitian Militer dan Lipschlutz dikatakan bahwa myoma uteri terjadi tergantung
pada sel – sel otot imatur yang terdapat pada “Cell Nest” yang selanjutnya dapat
dirangsang terus menerus oleh hormon estrogen.
Myoma terdiri dari reseptor estrogen drngan konsentrasi yang lebih tinggi
dibanding miometrium sekitarnya namun kosentrasinya lebih rendah dibanding
endometrium. Hormon prosgestron meningkatkan aktivitas mitotik dari myoma pada
wanita muda namun mekanisme dan faktor pertumbuhan yang terlibat tidak diketahui
secara pasti. Progestron memungkinkan pembesaran tumor dengan cara down-regulation
apopcosis dari tumor. Estrogen berperan dalam pembesaran tumor dengan meningkatkan
reproduksi matriks ekstraseluler.
5
6
2.3 Patofisiologi Myoma Uteri
Herediter
Pola Hidup
Hormonal
Myoma Uteri
Tanda/Gejala
Perdarahan
Pervagina ↑ Massa ↓ Informasi
Tindakan
↑ Suhu Tubuh mengenai penyakit
operasi
HB ↓ Hipertermi
Gangguan Proses Infeksi/
keseimbangan nekrosis
cairan Cemas
Anemia
Syok
Hipovokem
Penekanan
organ
Pola Pola
Eliminasi Eliminasi
7
Lokasi Myoma Uteri
1. Myoma intramural : Apabila tumor itu dalam pertumbuhannya tetap tinggal dalam
dinding uterus.
2. Myoma submukosum : Myoma yang tumbuh kearah kavum uteri dan menonjol pada
kavum itu.
3. Myoma subserosum : Myoma yang tumbuh ke arah luar dan menonjol pada
permukaan uterus.
8
6. ECG
Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan
operasi.
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun informasi (data –
data) dari klien. Data yang dapat dikumpulkan pada klien sesudah pembedahan Total
Abdominal Hysterektomy and Bilateral Salphingo Ooprecthomy (TAH – BSO)
adalah sebagai berikut:
a. Myoma biasanya terjadi pada usia reproduktif, paling sering ditemukan pada usia
35 tahun keatas.
b. Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri akan berkurang.
c. Orang dewasa mempunyai dan mengetahui cara efektif dalam menyesuaikan diri
terutama terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya akibat tindakan TAH –
BSO.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang timbul pada hampir tiap jenis operasi adalah rasa nyeri karena
terjadi torehant tarikan, manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah biasanya
berlangsung 24 – 48 jam. Adapun yang perlu dikaji pada rasa nyeri tersebut adalah :
a. Lokasi nyeri
b. Intensitas nyeri
c. Waktu dan durasi
d. Kwalitas nyeri
3. Riwayat Reproduksi
a. Haid
9
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab myoma uteri tidak
pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami atrofi pada masa
menopause.
b. Hamil dan persalinan
1) Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan myoma, dimana myoma uteri tumbuh
cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon estrogen, pada masa ii
dihasilkan dalam jumlah yang besar.
2) Jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi psikologi klien dan
keluarga terhadap hilangnya organ kewanitaan.
4. Data Psikologi
Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruh terhadap emosional
klien dan diperlukan waktu untuk memulai perubahan yang terjadi. Organ reproduksi
merupakan komponen kewanitaan, wanita melihat fungsi menstruasi sebagai lambang
feminitas, sehingga berhentinya menstruasi bisa dirasakan sebagai hilangnya perasaan
kewanitaan.
Perasaan seksualitas dalam arti hubungan seksual perlu ditangani. Beberapa
wanita merasa cemas bahwa hubungan seksualitas terhalangi atau hilangnya
kepuasan. Pengetahuan klien tentang dampak yang akan terjadi sangat perlu persiapan
psikologi klien.
5. Status Respiratori
Respirasi bisa meningkat atau menurun. Pernafasan yang ribut dapat terdengar
tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh kebelakang atau akibat terdapat
secret. Suara paru yang kasar merupakan gejala terdapat secret pada saluran nafas.
Usaha batuk dan bernafas dalam dilaksanakan segera pada klien yang memakai
anestesi general.
6. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana yang harus
dijawab oleh klien atau disuruh untuk melakukan perintah. Variasis tingkat kesadaran
dimulai dari siuman sampai ngantuk, harus diobservasi dan penurunan tengkat
kesadaran merupakan gejala syok.
10
7. Status Urinari
Retensi urin paling umum terjadi setelah pembedahan ginekoligi, klieb yang
hidrasinya baik, biasanya baik biasanya kencing setelah 6 sampai 8 jam setelah
pembedahan. Jumlah output urin yang sedikit akibat kehilangan cairan tubuh saat
operasi, muntah akibat anestesi.
8. Status Gastrointestinal
Fungsi gastroinestinal biasanya pulih pada 24 – 74 jam setelah pembedahan,
tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan intestinal. Ambulatori dan
kompres hangat perlu diberikan untuk menghilangkan gas dalam usus.
B. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan otot dan
sistem syaraf yang di tandai dengan keluhan nyeri, ekspresi wajah menyeringai,
2) Gngguan eleminasi miksi (retensi urine) berhubungan dengan trauma mekanik,
manipulasi pembedahan adanya edema pada jaringan sekitar dan hematom,
kelemahan pada saraf sensorik dan motorik.
3) Gangguan konsep diri berhubungan dengan kekawatiran tentang ketidak
mampuan memiliki anak, perubahan dalam masalah kewanitaan, akibat pada
hubungan seksual.
4) Kurang pengetahuan tentang efek pembedahan dan perawatan selanjutnya
berhubungan dengan salah dalam menafsirkan informasi dan sumber informasi
yang kurang benar.
C. Rencana Tindakan
Intervensi keperawatan pada diagnosa gangguan rasa nyaman (nyeri)
berhubungan dengan gangguan jaringan otot dan system saraf :
1) Kaji tingkat rasa tidak nyaman sesuai tingkat nyeri.
2) Beri posisi fowler atau posisi datar atau miring kesalah satu sisi.
3) Ajarkan teknik releksasi seperti menarik nafas dalam, bimbing untuk
membayangkan sesuatu. Kaji tanda vital : takikardi, hipertensi, pernafasan cepat.
4) Motifasi klien untuk mobilisasi dini setelah pembedahan bila sudah
diperbolehkan.
5) Lakukan pengobatan sesuai indikasi seperti analgetik intravena.
11
6) Observasi efek analgetik (narkotik)
7) Observasi tanda vital : nadi, tensi, pernafasan.
1) Beritahu klien tentang siapa saja yang bisa dilakukan histerektomi dan anjurkan
untuk klien mngepresikan tentang histerektomi.
2) Kaji apakah klien mempunyai konsep diri yang negatif.
3) Libatkan klien dalam perawatannya.
4) Kontak dengan klien sesering mungkin dan ciptakan suasana yang hangat dan
menyenangkan.
5) Memotivasi klien untuk mengungkapkan perasaannya mengenai tindakan
pembedahan dan pengaruhnya terhadap diri klien.
12
6) Berikan dukungan emosional dalam teknik perawatan, misalnya perawatan luka
dan mandi.
7) Ciptakan lingkungan atau suasana yang terbuka bagi klien untuk membicarakan
keluhan – keluhannya.
13
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Perlunya setiap pasangan suami – istri untuk memeriksa dan merawat organ
reproduksinya agar dapat berfungsi dengan baik dan normal terutama di usia
produktif untuk dapat terhindar dari penyakit seperti myoma uteri (Kementrian
Pemberdayaan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, 2016). Pemberian
asuhan keperawatan yang tepat dapat mengatasi masalah keperawatan yang
ditemukan pada pasien.
3.2 Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, Reny Yuli. (2017). Buku ajar asuhan keperawatan maternitas aplikasi nanda, nic,
dan noc. Jakarta : Trans Info Media.
Fitriyanti & Machmudah. (2020). Penurunan internsitas nyeri pada pasien mioma uteri
menggunakan teknik relaksasi dan distraksi. Ners Muda, 1(1), 40-45.
Anggraini, Anggi. (2022). Studi Kasus: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Mioma
Uteri Disertai Diabetes Miletus. https://www.akper-pasarrebo.e-journal.id. Diakses pada
tanggal 22 Oktober 2023.
Wikjosastro dkk. (1999). Ilmu kandungan, Edisi II, Cetakan 3, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Arif Mansjoer dkk. (1999). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1,. Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
15