Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN GANGGUAN REPRODUKSI


MYOMA UTERI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Keperawatan Maternitas

Dosen Pengampu : Agus Sulistyowati,S.Kep.,M.Kes

Disusun Kelompok 5:

1. Eka Rengga Kusuma Wardani 2201049


2. Chrisna Andraina Sukma Ayu 2201051
3. Imfitahul Mawaddah 2201052
4. M. Wibowo Pranoto 2201067
5. Inayatul Wulandari 2201076

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA
2023
2
KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepeda kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
“ASUHAN KEPERAWATAN IBU DENGAN GANGGUAN REPRODUKSI MYOMA
UTERI” . Makalah ini diharapkan mampu membantu kita dalam memperdalam Keperawatan
Maternitas dalam kegiatan belajar. Selain itu makalah ini diharapkan agar dapat menjadi
bacaan para pembaca agar menambah wawasan yang luas dan bertanggungjawab karena
materi disajikan mengarah pada topik permasalahan yang berkaitan dengan keperawatan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya penyusunan
makalah seperti ini kita dapat memepelajari kembali pada kesempatan yang lain untuk
kepentingan proses belajar kita terutama dalam ilmu keperawatan.

Bersama ini kami juga menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikannya tugas ini, terutama pada Ibu Agus
Sulistyowati,S.Kep.,M.Kes sebagai Dosen pengampu yang telah memberikan banyak saran,
petunjuk dan dorongan dalam melaksanakan tugas ini, juga teman-teman anggota kelompok
kami. Semoga segala yang telah kita kerjakan merupakan bimbingan yang lurus dari Yang
Maha Kuasa.

Dalam penyusunan makalah ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena ini segala kritik dan
saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini dan untuk
pelajaran bagi kita semua dalam pembuatan tugas-tugas yang lain di masa mendatang.
Semoga dengan adanya tugas ini dapat belajar bersama demi kemajuan kita dan kemajuan
ilmu keperawatan.

Sidoarjo, 18 Oktober 2023

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penulisan 4
1.4 Manfaat Penulisan 4
BAB II PEMBAHASAN 4
2.1 Definisi 5
2.2 Etiologi 5
2.3 Patofisiologi Myoma Ueri 6
2.4 Manifestasi Klinis 7
2.5 Pemeriksaan Diagnostik 7
2.6 Asuhan Keperawatan Myoma Uteri 8
BAB III PENUTUPAN 13

3.1 Kesimpulan 13
3.2 Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Myoma Uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
sehingga dalam kepustakaan disebutjuga Leimioma, fibromioma, atau fibroit (Kapita
Selekta Kedokteran, 2001).

Myoma Uteri umumnya terjadi pada usia lebih dari 35 tahun. Dikenal ada dua tempat
asal myoma uteri yaitu pada serviks uteri (2%) dan korpus uteri (97%), belum pernah
ditemukan myoma uteri terjadi sebelum menarche.

Menurut Office on Women’s Health (2021), faktor risiko yang mempengaruhi seperti
umur, riwayat keluarga, makanan yang dikonsumsi, asal atau etnis, obesitas, penyakit
komorbid, dan paritas.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud definisi myoma uteri?
1.2.2 Bagaimana etiologi dari myoma uteri?
1.2.3 Bagaimana patofisiologi dari myoma uteri?
1.2.4 Bagaimana manifestasi klinis dari myoma uteri?
1.2.5 Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari myoma uteri?
1.2.6 Bagaimana asuhan keperawatan dari myoma uteri?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengidentifikasi definisi myoma uteri
1.3.2 Untuk mengidentifikasi etiologi dari myoma uteri
1.3.3 Untuk mengidentifikasi patofisiologi dari myoma uteri
1.3.4 Untuk mengidentifikasi manifestasi klinis dari myoma uteri
1.3.5 Untuk mengidentifikasi pemeriksaan diagnostik dari myoma uteri
1.3.6 Untuk mengidentifikasi asuhan keperawatan dari myoma uteri

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Myoma uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga Leiomioma, fibromioma, atau fibroid.
(Ilmu Kandungan,1999).

Sebagian besar myoma uteri tidak mmenimbulkan gejala, namun beberapa wanita
dapat memiliki gejala seperti pendarahan yang mengakibatkan anemia, sakit didaerah
panggul atau perut bagian bawah, sering buang air kecil, nyeri saat berhubungan seks,
nyeri punggung bagian bawah, dan komplikasi se;ama kehamilan dan persalinan
(Aspiani, 2017).

Maka dari itu, penderita myoma uteri memiliki risiko jika tidak segera diberi
tindakan, yaitu bisa mengalami anemia defisiensi zat besi karena terjadinya pendarahan
yang abnormal pada uterus. Manakala terjadi saat usia reprodiksi, dapat menyebabkan
infertilitas serta dapat mengakibatkan degenerasi keganasan dan mengalami torsi
sehingga bisa menimbulkan nikrosis, nyeri akut dan infeksi (Fitriyanti & Machmudah,
2020).

2.2 Etiologi
Walaupun myoma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti, namun dari
hasil penelitian Militer dan Lipschlutz dikatakan bahwa myoma uteri terjadi tergantung
pada sel – sel otot imatur yang terdapat pada “Cell Nest” yang selanjutnya dapat
dirangsang terus menerus oleh hormon estrogen.

Myoma terdiri dari reseptor estrogen drngan konsentrasi yang lebih tinggi
dibanding miometrium sekitarnya namun kosentrasinya lebih rendah dibanding
endometrium. Hormon prosgestron meningkatkan aktivitas mitotik dari myoma pada
wanita muda namun mekanisme dan faktor pertumbuhan yang terlibat tidak diketahui
secara pasti. Progestron memungkinkan pembesaran tumor dengan cara down-regulation
apopcosis dari tumor. Estrogen berperan dalam pembesaran tumor dengan meningkatkan
reproduksi matriks ekstraseluler.

5
6
2.3 Patofisiologi Myoma Uteri

Herediter
Pola Hidup
Hormonal

Myoma Uteri

Myoma Intramural Myoma Submukosum Myoma Subserosum

Tanda/Gejala

Perdarahan
Pervagina ↑ Massa ↓ Informasi
Tindakan
↑ Suhu Tubuh mengenai penyakit
operasi

HB ↓ Hipertermi
Gangguan Proses Infeksi/
keseimbangan nekrosis
cairan Cemas
Anemia

Syok
Hipovokem

Penekanan
organ

Vesika Urinaria Rectum

Pola Pola
Eliminasi Eliminasi

Retensio Urin Kontipasi

7
Lokasi Myoma Uteri
1. Myoma intramural : Apabila tumor itu dalam pertumbuhannya tetap tinggal dalam
dinding uterus.
2. Myoma submukosum : Myoma yang tumbuh kearah kavum uteri dan menonjol pada
kavum itu.
3. Myoma subserosum : Myoma yang tumbuh ke arah luar dan menonjol pada
permukaan uterus.

2.4 Manifestasi Klinis


Gejala yang dikeluhkan tergantung letak mioma, besarnya, perubahan skunder, dan
komplikasi. Tanda dan gejala dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Perdarahan abnormal seperti disminore, menoragi, metroragi.
2. Rasa nyeri karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai nekrosis
dan peradangan.
3. Gejala dan tanda penekanan seperti retensio urine, hidronofrosis, hodroureter, poliuri.
4. Abortus spontan karena distrosi rongga uterus pada myoma submukosum.
5. Infertilitas bila sarang myoma menutup atau menekan pars intertitialis tuba.

2.5 Pemeriksaan Diagnostik


1. Pemeriksaan darah lengkap
Haemoglobin : turun
Albumin : turun
Lekosit : turun/meningkat
Eritrosit : turun
2. USG
Terlihat massa pada daerah uterus
3. Vaginal Toucher
Didapatkan pendarahan pervagina, teraba masa konsistensi dan ukurannya.
4. Sitologi
Menentukan tingkat keganasan dari sel – sel neoplasma tersebut.
5. Rontgen
Untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat tindakan
operasi.

8
6. ECG
Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan
operasi.

2.6 Asuhan Keperawatan Myoma Uteri


A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dalam melakukan asuhan keperawatan secara
keseluruhan. Pengkajian terdiri dari tiga tahapan yaitu : pengumpulan data,
pengelompokan data atau analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan (Depkes
RI, 1991).

1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun informasi (data –
data) dari klien. Data yang dapat dikumpulkan pada klien sesudah pembedahan Total
Abdominal Hysterektomy and Bilateral Salphingo Ooprecthomy (TAH – BSO)
adalah sebagai berikut:
a. Myoma biasanya terjadi pada usia reproduktif, paling sering ditemukan pada usia
35 tahun keatas.
b. Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri akan berkurang.
c. Orang dewasa mempunyai dan mengetahui cara efektif dalam menyesuaikan diri
terutama terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya akibat tindakan TAH –
BSO.

2. Keluhan Utama
Keluhan yang timbul pada hampir tiap jenis operasi adalah rasa nyeri karena
terjadi torehant tarikan, manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah biasanya
berlangsung 24 – 48 jam. Adapun yang perlu dikaji pada rasa nyeri tersebut adalah :
a. Lokasi nyeri
b. Intensitas nyeri
c. Waktu dan durasi
d. Kwalitas nyeri

3. Riwayat Reproduksi
a. Haid

9
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab myoma uteri tidak
pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami atrofi pada masa
menopause.
b. Hamil dan persalinan
1) Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan myoma, dimana myoma uteri tumbuh
cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon estrogen, pada masa ii
dihasilkan dalam jumlah yang besar.
2) Jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi psikologi klien dan
keluarga terhadap hilangnya organ kewanitaan.

4. Data Psikologi
Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruh terhadap emosional
klien dan diperlukan waktu untuk memulai perubahan yang terjadi. Organ reproduksi
merupakan komponen kewanitaan, wanita melihat fungsi menstruasi sebagai lambang
feminitas, sehingga berhentinya menstruasi bisa dirasakan sebagai hilangnya perasaan
kewanitaan.
Perasaan seksualitas dalam arti hubungan seksual perlu ditangani. Beberapa
wanita merasa cemas bahwa hubungan seksualitas terhalangi atau hilangnya
kepuasan. Pengetahuan klien tentang dampak yang akan terjadi sangat perlu persiapan
psikologi klien.

5. Status Respiratori
Respirasi bisa meningkat atau menurun. Pernafasan yang ribut dapat terdengar
tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh kebelakang atau akibat terdapat
secret. Suara paru yang kasar merupakan gejala terdapat secret pada saluran nafas.
Usaha batuk dan bernafas dalam dilaksanakan segera pada klien yang memakai
anestesi general.

6. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana yang harus
dijawab oleh klien atau disuruh untuk melakukan perintah. Variasis tingkat kesadaran
dimulai dari siuman sampai ngantuk, harus diobservasi dan penurunan tengkat
kesadaran merupakan gejala syok.

10
7. Status Urinari
Retensi urin paling umum terjadi setelah pembedahan ginekoligi, klieb yang
hidrasinya baik, biasanya baik biasanya kencing setelah 6 sampai 8 jam setelah
pembedahan. Jumlah output urin yang sedikit akibat kehilangan cairan tubuh saat
operasi, muntah akibat anestesi.

8. Status Gastrointestinal
Fungsi gastroinestinal biasanya pulih pada 24 – 74 jam setelah pembedahan,
tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan intestinal. Ambulatori dan
kompres hangat perlu diberikan untuk menghilangkan gas dalam usus.

B. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan otot dan
sistem syaraf yang di tandai dengan keluhan nyeri, ekspresi wajah menyeringai,
2) Gngguan eleminasi miksi (retensi urine) berhubungan dengan trauma mekanik,
manipulasi pembedahan adanya edema pada jaringan sekitar dan hematom,
kelemahan pada saraf sensorik dan motorik.
3) Gangguan konsep diri berhubungan dengan kekawatiran tentang ketidak
mampuan memiliki anak, perubahan dalam masalah kewanitaan, akibat pada
hubungan seksual.
4) Kurang pengetahuan tentang efek pembedahan dan perawatan selanjutnya
berhubungan dengan salah dalam menafsirkan informasi dan sumber informasi
yang kurang benar.

C. Rencana Tindakan
Intervensi keperawatan pada diagnosa gangguan rasa nyaman (nyeri)
berhubungan dengan gangguan jaringan otot dan system saraf :
1) Kaji tingkat rasa tidak nyaman sesuai tingkat nyeri.
2) Beri posisi fowler atau posisi datar atau miring kesalah satu sisi.
3) Ajarkan teknik releksasi seperti menarik nafas dalam, bimbing untuk
membayangkan sesuatu. Kaji tanda vital : takikardi, hipertensi, pernafasan cepat.
4) Motifasi klien untuk mobilisasi dini setelah pembedahan bila sudah
diperbolehkan.
5) Lakukan pengobatan sesuai indikasi seperti analgetik intravena.

11
6) Observasi efek analgetik (narkotik)
7) Observasi tanda vital : nadi, tensi, pernafasan.

Intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan gangguan eleminasi miksi


(retensi urine) berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi pembedahan, edema
jaringan setempat, hemaloma, kelemahan sensori dan kelumpuhan saraf.

1) Catat pola miksi dan monitor pengeluaran urine


2) Lakukan palpasi pada kandung kemih, observasi adanya ketidak nyamanan dan
rasa nyeri.
3) Lakukan tindakan agar klien dapat miksi dengan pemberian air hangat, mengatur
posisi, mengalirkan air keran.
4) Jika memakai kateter, perhatikan apakah posisi selang kateter dalam keadaan
baik, monitor intake output, bersihkan keadaan selang kateter (kekakuan,
tertekuk).
5) Perhatikan kateter urine : warna, kejernihan, dan bau.
6) Kolaborasi dalam pemberian cairan perperental dan obat –obat untuk
me;ancarkan urine.
7) Ukur dan catat urine yang keluar dan volume residual urine 750cc perlu
pemasangan kateter tetap sampai tonus otot kandung kemih kuat kembali.

Intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan gangguan konsep diri


berhubungan dengan kekawatiran tentang ketidak mampuan memiliki anak,
perubahan dalam masalah kewanitaan, akibat pada hubungan seksual.

1) Beritahu klien tentang siapa saja yang bisa dilakukan histerektomi dan anjurkan
untuk klien mngepresikan tentang histerektomi.
2) Kaji apakah klien mempunyai konsep diri yang negatif.
3) Libatkan klien dalam perawatannya.
4) Kontak dengan klien sesering mungkin dan ciptakan suasana yang hangat dan
menyenangkan.
5) Memotivasi klien untuk mengungkapkan perasaannya mengenai tindakan
pembedahan dan pengaruhnya terhadap diri klien.

12
6) Berikan dukungan emosional dalam teknik perawatan, misalnya perawatan luka
dan mandi.
7) Ciptakan lingkungan atau suasana yang terbuka bagi klien untuk membicarakan
keluhan – keluhannya.

Intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan, kurangnya pengetahuan


tentang perawatan luka operasi, tanda – tanda komplikasi, batasan aktivitas,
menopause, therapy hormon dan perawatan selanjutnya berhubungan dengan
terbatasnya informasi.

1) Jelaskan bahwa tindakan histerektomi abdominal mempunyai kontra indikasi


yang sedikit tapi membutuhkan waktu yang lama untuk pulih, menggunakan
anastesi yang banyak dan memberikan rasa nyeri yang sangat setelah operasi.
2) Jelaskan dan ajarkan cara perawatan luka bekas operasi yang tepat.
3) Motivasi klien melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
4) Jelaskan efek dari pembedahan terhadap menstruasi dan ovulasi.
5) Jelaskan aktivitas yang tidak boleh dilakukan.
6) Jelaskan bahwa uterus secara total menyebabkan tidak bisa hamil dan menstruasi.
7) Jika klien memakai therapy estrogen maka ajari klien :
 Bahwa estrogen itu biasanya diberikan dengan dosis rendah, dengan
sirklus penggunaannya adalah selama 5 hari kemudian berhenti selama 2
hari begitu seterusnya sampai umur menopause.
 Diskusi tentang rasional penggunaan therapy yaitu memberikan rasa sehat
dan mengurangi osteoporosis.
 Jelaskan resiko penggunaan therapy
 Ajarkan untuk melapor jika terjadi perubahan sikap (depresi), tanda
troboplebitis, retensi cairan berlebihan, kulit kuning, rasa mual atau
muntah, pusing dan sakit kepala, rambut rontok, gangguan penglihatan,
benjolan pada payudara.

13
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Perlunya setiap pasangan suami – istri untuk memeriksa dan merawat organ
reproduksinya agar dapat berfungsi dengan baik dan normal terutama di usia
produktif untuk dapat terhindar dari penyakit seperti myoma uteri (Kementrian
Pemberdayaan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, 2016). Pemberian
asuhan keperawatan yang tepat dapat mengatasi masalah keperawatan yang
ditemukan pada pasien.

3.2 Saran

14
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Reny Yuli. (2017). Buku ajar asuhan keperawatan maternitas aplikasi nanda, nic,
dan noc. Jakarta : Trans Info Media.

Fitriyanti & Machmudah. (2020). Penurunan internsitas nyeri pada pasien mioma uteri
menggunakan teknik relaksasi dan distraksi. Ners Muda, 1(1), 40-45.

Anggraini, Anggi. (2022). Studi Kasus: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Mioma
Uteri Disertai Diabetes Miletus. https://www.akper-pasarrebo.e-journal.id. Diakses pada
tanggal 22 Oktober 2023.

Wikjosastro dkk. (1999). Ilmu kandungan, Edisi II, Cetakan 3, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Arif Mansjoer dkk. (1999). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1,. Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai