OLEH :
Nama : Shinta Rachel Nababan
Kelas : VII
Menurut proyeksi yang dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan menilik
populasi absolut Indonesia di masa depan, maka negeri ini akan memiliki penduduk lebih dari
250 juta jiwa pada tahun 2015, lebih dari 270 juta jiwa pada tahun 2025, lebih dari 285 juta jiwa
pada tahun 2035 dan 290 juta jiwa pada tahun 2045. Baru setelah 2050 populasi Indonesia akan
berkurang. Menurut proyeksi PBB pada tahun 2050 dua pertiga populasi Indonesia akan tinggal
di wilayah perkotaan. Sejak 40 tahun yang lalu Indonesia sedang mengalami sebuah proses
urbanisasi yang pesat makanya sekarang sekitar separuh dari jumlah total penduduk Indonesia
tinggal di wilayah perkotaan. Proses ini menunjukkan perkembangan positif bagi perekenomian
Indonesia karena urbanisasi dan industrialisasi akan membuat pertumbuhan ekonomi lebih maju
dan menjadikan Indonesia negeri dengan tingkat pendapatan menengah ke atas.
Jumlah Penduduk Indonesia yang tinggi bisa menjadi keuntungan karena tersedianya banyak
tenaga kerja tetapi bisa menjadi bumerang jika tidak diimbangi dengan kualitas sumber daya
manusia yang tinggi.
Jadi setiap tahunnya lahir empat sampai lima juta bayi atau kurang lebih 10.000 bayi lahir setiap
hari. Yang perlu menjadi perhatian adalah rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia
seperti ditunjukkan oleh Indeks Pembangunan Manusia Indonesia yang hanya mampu
menempati urutan ke-124 dari 182 negara.
Ini tentunya suatu tantangan yang sangat berat dimasa depan. Jika tidak segera dikendalikan
maka diperkirakan jumlah penduduk indonesia bisa mencapai 321 juta jiwa pada tahun 2025.
Jika sumber Jika sumber daya manusianya tidak ditingkatkan bisa menjadi beban yang
menghambat pertumbuhan ekonomi. Masalah lahan, pangan, energi dan ketersediaan lapangan
pekerjaan merupakan masalah yang harus ditanggung pemerintah.
Masalah lainnya adalah sebaran penduduk yang tidak merata dimana 58% penduduk berada di
pulau jawa meskipun luas pulau jawa hanya 7% dari luas Indonesia. Padatnya penduduk di Jawa
menyebabkan lahan pertanian akan semakin sempit dirubah menjadi pemukiman dan industri.
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut perlu pengendalian jumlah penduduk di Indonesia,
mengingkatkan kualitas sumber daya manusia agar lebih produktif serta transmigrasi dari pulau
jawa ke Pulau-pulau lain.
Kepadatan penduduk tahun 2000
REPUBLIKA.CO.ID,
CV
TEMPO Interaktif, Jakarta - Jumlah penduduk Indonesia diperkirakan bakal meledak hingga
mencapai angka 300 juta jiwa pada 2015. Angka ini akan muncul jika pengendalian penduduk
tak berjalan baik.
Sekarang ini sudah 237 juta, hingga akhir tahun mungkin 241 juta jiwa. Jika tak berjalan sesuai
rencana akan mencapai jumlah itu, ujar Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional DR. dr. Sugiri Syarif, MPA dalam acara konferensi pers peringatan Hari Kontrasepsi
Sedunia, di Hotel Gran Melia, Senin, 26 September 2011.
Salah satu pengendalian jumlah penduduk ini adalah dengan alat kontrasepsi. Diperkirakan
angka rata-rata pengguna kontrasepsi modern sebanya 60 persen dari penduduk Indonesia.
Targetnya pada tahun depan mencapai 62-63 persen. Dia mengatakan data Survei Demografi dan
Kesehatan (SDKI) 2007 memperlihatkan pengetahuan laki-laki dan perempuan tentang alat
kontrasepsi mencapai 98 persen.
Tetapi, tentang metode alat kontrasepsi jangka panjang seperti tubektomi hanya 39 persen,
vasektomi hanya 66 persen, dan IUD 85 persen. Sedangkan pada orang muda, pengetahuannya
sedikit lebih rendah, yakni 93 persen pada pria muda dan 96 pada perempuan muda. Meski
mengetahui tentang kontrasepsi, tetapi sebagian dari mereka tak pernah mendiskusikan masalah
seks kepada siapapun.
Angkanya 15 persen perempuan muda dan 29 persen pada laki-laki muda. Hasil survei lainnya
juga mengatakan 71 persen perempuan muda dan 58 persen laki-laki muda pernah berdiskusi
mengenai isu kesehatan reproduksi dengan kelompok sebayanya. Untuk menunjang program
pengendalian penduduk ini, BKKBN menjalin kerja sama dengan organisasi DKT Indonesia.
Dengan produk alat kontrasepsi Andalan, mereka menyediakan pilihan metode perencanaan
kehamilan. Harapan kami konsep One Stop Shop ini bisa memberikan pilihan KB yang
berkualitas, ujar Country Director DKT Indonesia Todd Callahan. Dia memperkirakan program
Andalan ini bisa mencegah 6,3 juta kehamilan dan 12 ribu perempuan terselamatkan dari
komplikasi persalinan.
Bersama Marie Stopes Internasional, mereka akan mengundang Dr Khazi Golam Rasul dari
Bangladesh untuk mendongkrak sosialisasi penggunaan kontrasepsi jangka panjang. Kami ingin
berbagi pengalaman keberhasilan di Bangladesh dan semoga bisa ditiru di Indonesia,
Jumlah tersebut naik dari 2014 yang berjumlah 252 juta jiwa,
demikian seperti keterangan tertulis BPS, Jumat (20/11/2015) dikutip
finansial.bisnis.com.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2011 ini
adalah 237.641.326 jiwa. Dengan populasi sebesar itu Indonesia menduduki peringkat ke
empat negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia di bawah RRC, India dan
Amerika Serikat.
Dari 230 juta penduduk Indonesia berdasarkan komposisi gender, terdiri dari 119,5 juta
berjenis kelamin lelaki dan 118 juta adalah wanita. Dari tahun ke tahun rasio
perbandingan antara pria dan wanita terus meningkat. Propinsi Nusa Tenggara Barat
adalah propinsi dengan jumlah wanita terbanyak dengan rasio 94 : 100, sedangkan
Kabupaten Lombok Timur menduduki peringkat terendah dengan rasio 87 : 100.
Dari jumlah penduduk sebanyak itu, 58 % di antaranya menempati Pulau Jawa yang
mempunyai luas wilayah hanya 7 % dari keseluruhan luas wilayah Indonesia. Tiga
propinsi dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Jawa Barat 43 juta, Jawa Timur 37,4
juta dan Jawa Tengan dengan 32,3 juta.
Meski menjadi pulau terpadat di Indonesia, menariknya laju pertumbuhan di Jawa adalah
yang terendah, dengan dua propinsi mempunyai laju pertumbuhan terendah yaitu Jawa
Tengah (0,37 %) dan Jawa Timur (0,76 %). Sebaliknya jumlah penduduk di Nusa
Tenggara, Maluku dan Papua bila digabungkan hanyalah sebesar 7 % dari keseluruhan
luas penduduk Indonesia.
Laju pertumbuhan penduduk tertinggi terdapat di Propinsi Kepulauan Riau dengan (4,99
%), Riau (3,59 %) dan Papua (5,46 %). Khusus untuk Papua, jika dibandingkan dengan
data pada tahun 1970, propinsi ini mencatat kenaikan laju pertambahan penduduk yang
cukup fantastis, yaitu dari 2,6 % menjadi 5,46 %. Sedangkan Lampung turun dari 5,77 %
menjadi 1,23 %.
Rata-rata tingkat kepadatan penduduk Indonesia adalah 124 orang per km2, naik
sebanyak dua kali lipat dibandingkan dengan 1971 yaitu 62 orang per km2. Tentu saja
Pulau Jawa adalah yang terpadat, dengan pusatnya di DKI Jakarta yaitu 14.440
orang/km2, disusul di tempat kedua adalah Bali dengan kepadatan 673 orang/km2.
Pertambahan penduduk Indonesia setiap 10 tahun adalah rata-rata 30 juta jiwa atau 3 juta
per tahun. Dengan demikian pada setiap tahunnya pertambahan penduduk negara kita
adalah sebesar negara Singapura.
Pada 2035, jumlah penduduk Indonesia meningkat sebesar 28,6 persen. Dengan
peningkatan ini, Indonesia menempati posisi kelima sebagai negara dengan jumlah
penduduk terbesar, setelah China, India, Amerika, dan Nigeria, kata Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Armida Alisjahbana dalam acara peluncuran buku Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-
2035 di Istana Negara, Jakarta, Rabu (29/1/2014).
Perihal proyeksi peningkatan jumlah penduduk itu merupakan sebagian isi buku Proyeksi
Penduduk Indonesia 2010-2035. Menurut Armida, proyeksi penduduk yang dikerjakan
Bappenas bersama dengan lembaga terkait lainnya menggunakan berbagai asumsi di
antaranya perpindahan penduduk, fertilitas, dan mortalitas.
Angga kelahiran total diasumsikan turun menjadi 1,9 anak per perempuan usia reproduksi
pada 2035 dari angka semula 2,5 pada 2010.
Dia juga menyampaikan bahwa Indonesia sedang memasuki masa di saat penduduk usia
produktifnya terus meningkat jumlah dan proporsinya. Meningkatnya penduduk usia
produktif, katanya, akan menyebabkan turunnya angka ketergantungan.
Armida juga berharap, buku Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 ini dapat
dimanfaatkan pemerintah dalam menyusun perencanaan pembangunan di berbagai
bidang.
Di sektor pendidikan misalnya, ada proyeksi penduduk akan menunjukkan data anak
usia sekolah. Di bidang pangan, kita bisa memanfaatkannya untuk memperkirakan
kebutuhan pangan di masa mendatang, lalu di bidang tenaga kerja, kita berpotensi
memiliki jumlah tenaga kerja besar sehingga saat ini kita bisa mampu meningkatkan
kualitas tenaga kerja, tuturnya.
Buku Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 diresmikan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dengan didampingi Wakil Presiden Boediono. Seusai peresmian, buku
tersebut diberikan Presiden secara simbolik kepada sejumlah menteri Kabinet Indonesia
Bersatu II, di antaranya Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar dan
Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi.