Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan hampir semua jenis
organisme atau toksin yang cenderung merusak jaringan dan organ tubuh. Kemampuan itu
disebut imunitas. Dari sebagian besar imunitas merupakan imunitas didapat yang tidak
timbul sampai tubuh pertama kali diserang oleh bakteri yang menang menyebabkan
penyakit atau toksin, seringkali memerlukan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan
untuk membentuknya.
Selain imunitas bawaan, tubuh juga mampu membentuk imunitas spesifik yang
sangat kuat untuk melawan agen penyerbu yang bersifat mematikan, seperti bakteri, virus,
toksin, dan bahkan jaringan asing yang berasal dari binatang lain. Imunitas semacam ini
disebut imunitas didapat. Imunitas didapat dihasilkan oleh sistem imun khusus yang
membentuk antibodi dan mengaktifkan limfosit yang mampu menyerang dan
menghancurkan organisme spesifik atau toksin.
Maka untuk lebih memahami tentang peran sistem imun spesifik yang membahas
tentang humoral / sel B dalam sistem imun tubuh manusia, dibuatlah makalah ini.

I.2 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yakni untuk mengetahui lebih mendalam
tentang peran humoral/ sel B dalam sistem imun tubuh manusia.
I.3 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yakni :
a) Apakah yang dimaksud dengan sel humoral/ sel B?
b) apakah peran dari humoral/ sel B t dalam sistem imun manusia ?
c) Bagaimana cara kerja dari humoral/ sel B ?
d) Bagaimana pembentukan humoral/ sel B ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEL B
1. Pengertian Sel B.
Sel B adalah limfosit yang memainkan peran penting pada imunitas humoral,
sedangkan limfosit lain yaitu sel T memainkan peran penting imunitas seluler. Fungsi
utama sel B adalah untuk membuat antibodi melawan antigen. Sel B adalah komponen
sistem imun adaptif. Reseptor antigen pada sel B, biasa disebut reseptor sel B,
merupakan imunoglobulin. Pada saat sel B teraktivasi oleh antigen, sel B terdiferensiasi
menjadi sel plasma yang memproduksi molekul antibodi. Antibodi yang diproduksi
berupa imunoglobulin dengan tipe:

IgG yang mengikat mikroba dengan sangat efisien


IgM yang mengikat bakteri
IgA yang terdapat pada interstitium, saliva, lapisan mukosa dan saluran pencernaan
untuk mencegah infeksi oleh antigen.
IgE yang mengikat parasit dan merupakan penyebab utama terjadinya gejala alergi
IgD yang selalu terikat pada sel B dan memainkan peran untuk menginisiasi respon
awal sel B
Imunitas humoral berperan dalam sistem imun spesifik humoral adalah limfosit B
atau sel B. Sel B tersebut berasal dari sel asal multipoten dalam sumsum tulang. Bila sel
B dirangsang benda asing sel tersebut akan berpoliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel
plasma yang dapat membentuk antibodi. Antibodi yang dilepas dapat ditemukan di dalam
serum. Fungsi utama antbodi ialah mempertahankan tubuh terhadap infeksi bakteri,virus
dan menetralsas toksin.

2. Mekanisme Kerja
Kekebalan humoral melibatkan aktivitas sel B dan antibodi yang beredar dalam
cairan darah dan limfe. Ketika antigen masuk ke dalam tubuh untuk pertama kali, sel B
pembelah akan membentuk sel B pengingat dan sel B plasma. Sel B plasma akan
menghasilkan antibodi yang mengikat antigen sehingga makrofag akan mudah
menangkap dan menghancurkan patogen. Setelah infeksi berakhir, sel B pengingat akan
tetap hidup dalam waktu lama. Serangkaian respons ini disebut respons kekebalan
primer. Apabila antigen yang sama masuk kembali dalam tubuh, sel B pengingat akan
mengenalinya dan menstimulasi pembentukan sel Bplasma yang akan memproduksi
antibodi. Respons tersebut dinamakan respons kekebalan sekunder.
Sel B dapat berdiferensisasi menjadi sel B memori dan sel B plasma. Sel B
memori bertugas untuk menyimpan atau mengingat gen dari zat asing. Sementara sel B
plasma bertugas menghasilkan antibodi.
Sel B dilapisi pula oleh protein yang disebut immunoglobulin. Protein ini sangat
spesifik terhadap antigen. Immunoglobulin disebut juga antibodi. Jenis anti bodi yang
bekerja di tubuh meliputi : IgA, IgD, IgE, IgG, IgM. Mereka memiliki fungsi masing
masing yang berbeda reseptornya.
Respon kekebalan yang diperantarai oleh sel B disebut Respon Humoral. Namun
dalam respon ini sel B tidak bekerja sendiri. Sel B akan dibantu oleh sel T helper. Sel T
helper akan memanggil sel B untuk datang dan berdiferensiasi membentuk sel B
memori dan sel B plasma yang menghasilkan antibodi.
Antibodi memiliki empat rantai polipeptida yang terdiri dari dua rantai panjang
dan tebal serta dua rantai pendek dan tebal yang identik, dan dihubungkan oleh
jembatan sulfida sehungga membentuk molekul seperti huruf Y. Struktur tersebut akan
memudahan antibodi untuk menangkap zat asing dan mematikannya.
Dalam mematikan zat asing, antibodi melakukan salah satu cara meliputi:
membentuk kompleks antigen antibodi, netralisasi, opsonisasi, aglutinasi, presipitasi,
fiksasi komplemen, umpan balik positif. Dalam netralisasi antibodi berikatan dan
menghambat aktivitas zat asing. Dalam opsonisasi, antibodi yang terikat dengan
antigen akan meningkatkan petautan makrofag ke mikroba yang juga meningkatkan
fagositosis. Aglutinasi merupakan penggumpalan antigen yang dperantarai oleh
antibodi yang secara efektif menetralkan dan mengopsonisasi antigen tersebut.
Salah satu mekanisme terpenting yang diperantarai antibodi yang paling penting
dalam pelumpuhan zat asing adalah fiksasi komplemen, yaitu aktivasi sistem
komplemen oleh kompleks antigen-antibodi. Sehingga terjadi pelisisan zat asing.
Pelisisan tersebut dicapai melalui dua cara yaitu jalur klasik dan jalur alternatif. Sel B
berasal dari sel punca yang berada pada jaringan hemopoietik di dalam sumsum tulang

3. Jenis Jenis Sel B


Sel B terbagi menjadi dua jenis:
- Sel B-1 atau sel B CD5, merupakan sel B yang ditemukan pada ruang peritoneal
dan pleural dan memiliki kemampuan untuk berproliferasi.
- Sel B-2 atau sel B konvensional, merupakan sel B hasil sintesis sumsum tulang
yang memenuhi plasma darah dan jaringan sistem limfatik dan tidak memiliki
kemampuan untuk berproliferasi.
-
4. Pembentukan Sel B :
Limfosit B terbentuk dan dimatangkan di dalam sumsum tulang dan masuk ke
dalam aliran darah menuju jaringan limfatik. Sel B bertanggung jawab terhadap
produksi antibodi sebagai kekebalan humoral. Sel B dapat dibedakan menjadi 3 jenis
yaitu:
(1) Sel B plasma, berfungsi untuk memproduksi antibodi.
(2) Sel B pengingat, berfungsi mengingat antigen yang pernah masuk ke dalam tubuh
dan menstimulasi sel Limfosit B plasma jika terjadi infeksi kedua.
(3) Sel B pembelah, berfungsi membentuk sel B plasma dan sel B pengingat dalam
jumlah yang banyak serta cepat.

5. Macam Sel Limfosit


Limfosit B, terdiferensiasi menjadi :
a. Sel limfosit B memori : menyimpan mengingat antigen yang pernahmasuk ke
dalam tubuh.
b. Sel limfosit plasma : sel pembentuk antibody
c. Sel limfosit B pembelah : menghasilkan sel limfosit B dalam jumlah banyak
dan cepat

B. Sifat-sifat khusus sistem limfosit B dalam imunitas humoral dan antibodi.

1. Pembentukan antibodi oleh sel plasma.


Sebelum terpajan dengan antigen yang spesifik, klon limfosit B tetap dalam
keadaan dormant di dalam jaringan limfoid. Bila ada antigen asing yang masuk,
makrofag dalam jaringan limfoid akan memfagositosis antigen dan kemudian
membawanya ke limfosit B didekatnya. Disamping itu, antigen tersebut dapat juga
dibawa ke sel T pada saat bersamaan, dan sel T pembantu yang teraktifasi kemudian
juga membantu mengaktifkan limfosit B. Limfosit B yang bersifat spesifik terhadap
antigen segera membesar dan tampak seperti gambaran limfoblas. Beberapa limfoblas
berdiferensiasi lebih lanjut untuk membentuk plasmablas, yang merupakan prekursor dari
sel plasma. Dalam sel-sel ini sitoplasma meluas dan retikulum endoplasma kasar akan
berproliferasi dengan cepat. Sel-sel ini kemudian membelah dengan kecepatan satu kali
setiap 10 jam, sampai sekitar sembilan pembelahan, sehingga dari satu plasmablas dapat
terbentuk kira-kira 500 sel dalam waktu 4 hari. Sel plasma yang matur kemudian
menghasilkan antibodi gamma globulin dengan kecepatan tinggi kira-kira 2000 molekul
per detik untuk setiap sel plasma. Antibodi yang disekresikan kemudian masuk kedalam
cairan limfe dan diangkut ke darah sirkulasi. Proses ini berlanjut terus selama beberapa
hari atau beberapa minggu sampai sel plasma kelelahan dan mati.

2. Pembentukan sel memori.


Beberapa limfoblas yang terbentuk oleh pengaktifan suatu klon limfosit B, tidak
berlanjut membentuk sel plasma, melainkan membentuk sel limfosit B baru dalam jumlah
yang cukup dan serupa dengan yang terdapat pada klon asal. Dengan kata lain, populasi
sel B dari klon yang teraktifasi secara spesifik menjadi sangat meningkat. Dan limfosit B
baru tersebut ditambahkan ke limfosit asal pada klon. Limfosit B yang baru ini juga
bersirkulasi ke seluruh tubuh untuk mendiami seluruh jaringan limfoid, tetapi secara
imunologis, mereka tetap dalam keadaan dormant sampai diaktifkan lagi oleh sejumlah
antigen baru yang sama. Limfosit ini disebut sel memori. Pajanan berikutnya oleh antigen
yang sama akan menimbulkan respon antibodi yang jauh lebih cepat dan jauh lebih kuat.

3. Sifat antibodi.
Antibodi merupakan globulin gamma yang disebut immunoglobulin, dan berat
molekulnya antara 160.000 dan 970.000. Imunoglobulin biasanya merupakan sekitar 20%
dari seluruh protein plasma. Semua imunoglobulin terdiri atas kombinasi rantai
polipeptida ringan dan berat, kebanyakan merupakan kombinasi 2 rantai berat dan 2
rantai ringan. Meskipun begitu, ada imunoglobulin yang mempunyai kombinasi sampai
10 rantai berat dan 10 rantai ringan. Yang menghasilkan imunoglobulin dengan berat
molekul besar. Dalam semua imunoglobulin tiap rantai berat terletak sejajar dengan satu
rantai ringan pada salah satu ujungnya, jadi membentuk satu pasangan berat dan ringan.
Serta selalu terdapat sedikitnya 2 pasang dan sebanyak-banyaknya 10 pasang dalam
setiap molekul imunoglobulin.

4. Spesifikasi antibodi.
Setiap antibodi bersifat spesifik untuk antigen tertentu, hal ini disebabkan oleh
struktur uniknya yang tersusun atas asam-asam amino pada bagian yang dapat berubah
dari kedua rantai ringan dan berat. Susunan asam amino ini memiliki bentuk sterik-sterik
yang berbeda untuk setiap spesifisitas antigen, sehingga bila suatu antigen berkontak
dengan bagian ini, maka berbagai kelompok prostetik antigen tersebut seperti sebuah
bayangan cermin dengan asam amino yang terdapat dalam antibodi, sehingga terjadilah
ikatan yang cepat antara antibodi dan antigen. Ikatan itu bersifat nonkovalen, tapi bila
antibodi bersifat sangat spesifik, maka akan ada banyak tempat ikatan yang dapat
membuat pasangan antibodi-antigen itu sangat kuat terikat satu sama lain, yaitu dengan
cara (1) ikatan hidrofobik, (2) ikatan hidrogen, (3) daya tarik ionik, dan (4) kekuatan van
der Waals. Ikatan ini juga mematuhi hukum kerja massa termodinamik.

5. Penggolongan antibodi.
Terdapat lima golongan umum antibodi, masing-masing diberi nama IgM, IgG,
IgA, IgD, dan IgE. Ig singkatan dari imunoglobulin, dan kelima huruf di atas
menunjukkan masing-masing golongan. Ada dua golongan antibodi yang sangat penting:
IgG yang merupakan antibodi bivalen dan kira-kira 75% dari seluruh antibodi pada orang
normal, dan IgE yang merupakan antibodi dalam jumlah kecil tapi khususnya terlibat
dalam peristiwa alergi. Golongan IgM juga penting sebab sebagian besar antibodi yang
terbentuk sewaktu terjadi respons primer adalah golongan ini. Antibodi ini mempunyai
10 tempat ikatan sehingga membuatnya menjadi sangat efektif dalam melindungi tubuh
terhadap agen penyebab penyakit, walaupun antibodi IgM jumlahnya tak begitu banyak.

6. Mekanisme kerja antibodi


Antibodi bekerja terutama melalui dua cara untuk mempertahankan tubuh
terhadap agen penyebab penyakit:
(1) dengan langsung menyerang penyebab penyakit tersebut
(2) dengan mengaktifkan sistem komplement yang kemudian dengan berbagai
cara yang dimilikinya akan merusak penyebab penyakit tersebut.

7. Kerja langsung antibodi terhadap agen penyebab penyakit.


Akibat sifat bivalen dari antibodi dan banyaknya tempat antigen pada sebagian
besar agen penyebab penyakit, maka antibodi dapat mematikan aktifitas agen penyebab
penyakit tersebut dengan salah satu cara berikut ini:
1) Aglutinasi, dimana berbagai partikel besar dengan antigen pada permukaannya
seperti bakteri atau sel darah merah, terikat bersama-sama menjadi satu
kelompok.
2) Presipitasi, dimana kompleks molekular dari antigen yang larut (misalnya racun
tetanus) dan antibodi menjadi begitu besar sehingga berubah menjadi tak larut
dan membentuk presipitat.
3) Netralisasi, dimana antibodi menutupi tempat-tempat yang toksik dari agen yang
bersifat antigenik.
4) Lisis, dimana beberapa antibodi yang sangat kuat kadang-kadang mampu
langsung menyerang membran sel agen penyebab penyakit sehingga
menyebabkan sel tersebut robek.
Dalam keadaan normal, kerja antibodi yang langsung menyerang penyebab
penyakit yang bersifat antigenik mungkin tak cukup kuat untuk berperan dalam
mempertahankan tubuh terhadap penyebab penyakit tersebut. Kebanyakan sifat
pertahanan didapat melalui efek penguatan dari sistem komplemen.

8. Sistem komplemen pada kerja antibodi.


Komplemen merupakan istilah gabungan yang menggambarkan suatu sistem yang
terdiri dari kira-kira 20 protein yang kebanyakan merupakan prekursor enzim. Pemeran
utama dalam sistem ini adalah 11 protein yang ditandai dengan C1 sampai C9, B, dan D.
dalam keadaan normal, semua protein ini terdapat diantara protein-protein plasma dan
juga dalam protein plasma yang bocor keluar dari kapiler masuk kedalam ruang jaringan.
Biasanya prekursor enzim ini bersifat inaktif, namun dapat diaktifkan dengan dua cara:
(1) jalur klasik, (2) jalur alternative.
a. Jalur Klasik.
Jalur ini diaktifkan oleh suatu reaksi antigen-antibodi. Yaitu, bila suatu antibodi
berikatan dengan suatu antigen, maka tempat reaktif yang spesifik pada bagian yang tetap
dari antibodi akan menjadi tak tertutup, atau diaktifkan, dan gabungan ini kemudian
langsung berikatan dengan molekul C1 dari sistem komplemen, masuk dalam rangkaian
reaksi-reaksi, yang diawali dengan pengaktifan proenzim C1 itu sendiri. Untuk
mengaktifkan banyak molekul pada tahap pertama dari sistem komplemen ini hanya
dibutuhkan sedikit gabungan antigen-antibodi. Enzim C1 yang terbentuk kemudian
secara berturut-turut mengaktifkan enzim yang jumlahnya meningkat pada tahapakhir
dari sitem ini, sehingga dari awal yang kecil terjadilah reaksi penguat yang besar sekali.
Produk akhir dan beberapa di antaranya menimbulkan efek penting yang membantu
mencegah kerusakan akibat organisme yang menyerbu atau oleh toksin. Efek-efek yang
penting tersebut adalah sebagai berikut:
1. Opsonisasi dan fagositosis. Salah satu produk dari rangkaian komplemen yaitu
C3b, dengan kuat mengaktifkan fagositosis oleh netrofil dan makrofag,
menyebabkan sel-sel ini menelan bakteri yang telah dilekati oleh kompleks
antigen-antibodi. Proses ini disebut opsonisasi. Proses ini seringkali mampu
meningkatkan jumlah bakteri yang dapat dirusak, sampai 100 kali lipat.
2. Lisis. Produkyang paling penting adalah kompleks litik. Yang merupakan
gabungan dari banyak faktor komplemen dan ditandai dengan C5b6789. Produk ini
mempunyai pengaruh langsung untuk merobek membran sel bakteri atau
organisme penyerbu lainnya.
3. Aglutinasi. Komplemen juga mengubah permukaan organisme penyerbu, sehingga
saling melekat satu sama lain, jadi meningkatkan proses aglutinitas.
4. Netralisasi virus-virus. Enzim komplemen dan produk komplemen dapat
menyerang struktur beberapa virus dan dengan demikian mengubahnya menjadi
nonvirulen.
5. Kemotaksis. Fragmen C5a menyebabkan kemotaksis dari netrofil dan makrofag,
jadi menyebabkan sebagian besar sel fagosit ini bermigrasi kedalam regio lokal
dari agen antigenik.
6. Pengaktifan sel mast dan basofil. Fragmen C3a, C4a dan C5a semuanya
mengaktifkan sel mast dan basofil, sehingga menyebabkan sel-sel tersebut
melepaskan histamin, heparindan substansi lainnya ke dalam cairan setempat.
Bahan-bahan ini kemudian menyebabkan peningkatan aliran darah setempat,
meningkatkan kebocoran cairan dan protein plasma ke dalam jaringan, dan reaksi
jaringan setempat lainnya yang membantu menginaktifkan atau mengimobilisasi
agen antigenik. Faktor-faktor yang sama juga berperan dalam proses peradangan.
7. Efek inflamasi. Disamping efek peradangan yang disebabkan oleh pengaktifan sel
mast dan basofil, ada beberapa produk komplemen lain yang turut menimbulkan
peradangan setempat. Produk-produk ini meningkatkan aliran darah yang
sebelumnya telah meningkat, meningkatkan kebocoran protein dari kapiler, dan
kemudian protein akan berkoagulasi dalam ruang jaringan, jadi menghambat
pergerakan organisme yang menyerbu melewati jaringan.

b. Jalur alternatif.
Sistem komplemen kadang-kadang diaktifkan tanpa diperantarai oleh suatu reaksi
antigen-antibodi. Hal ini terjadi dalam respons terhadap molekul-molekul polisakarida
besar dalam membran sel mikro-organisme yang menyerbu masuk, yang bereaksi dengan
faktor komplemen B dan D, menghasilkan bahan pengaktif yang mengaktifkan faktor C3,
untuk memulai rangkaian komplemen yang tersisa, diluar tingkat C3. Jadi pada dasarnya
semua hasil akhir yang dihasilkan itu sama dengan yang dihasilkan dalam jalur klasik,
dan ini juga menghasilkan pengaruh yang sama terhadap penyerbu dalam
mempertahankan tubuh. Karena jalur alternatif tidak melibatkan reaksi antigen-antibodi,
maka jalan ini juga merupakan garis pertahanan pertama terhadap mikro-organisme
penyerbu, bahkan mampu berfungsi sebelum orang tersebut terimunisasi terhadap
organisme.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang ada maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Sel B adalah limfosit yang memainkan peran penting pada imunitas humoral,
sedangkan limfosit lain yaitu sel T memainkan peran penting imunitas seluler.
Fungsi utama sel B adalah untuk membuat antibodi melawan antigen. Sel B adalah
komponen sistem imun adaptif.
Kekebalan humoral melibatkan aktivitas sel B dan antibodi yang beredar dalam
cairan darah dan limfe.
Ketika antigen masuk ke dalam tubuh untuk pertama kali, sel B pembelah akan
membentuk sel B pengingat dan sel B plasma.
Limfosit B terbentuk dan dimatangkan di dalam sumsum tulang dan masuk ke
dalam aliran darah menuju jaringan limfatik. Sel B bertanggung jawab terhadap
produksi antibodi sebagai kekebalan humoral.
Dalam keadaan normal, kerja antibodi yang langsung menyerang penyebab
penyakit yang bersifat antigenik mungkin tak cukup kuat untuk berperan dalam
mempertahankan tubuh terhadap penyebab penyakit tersebut.\
Komplemen merupakan istilah gabungan yang menggambarkan suatu sistem yang
terdiri dari kira-kira 20 protein yang kebanyakan merupakan prekursor enzim.
DAFTAR PUSTAKA

C. Elizabeth J, buku saku patofisiologi edisi tiga, buku kedokteran, EGC : 2009.
W.F. Ganong, Buku ajar fisiologi kedokteran edisi 22, buku kedokteran, EGC:2008

Dorland. 1995. Pocket Medical Dictionary. Philadelphia: Saunders Company

Firmansyah, Rikky, dkk. 2009. Mudah Dan Aktif Belajar Biologi. Jakarta: PT Setia Purna Inves

Gershon RK. 1987. The immunological. Sunderland: Mass Sinauer Associat ion

http://blog.ub.ac.id/cdrhfitria/2012/09/19/sistem-imun-spesifik-seluler/ di unduh tanggal 1


Oktober pukul 20.54 WIB

http://eprints.undip.ac.id/29074/3/Bab_2.pdf diunduh tanggal 1 Oktober pukul 20.43 WIB

Karnen Garna, 2006, Imunologi Dasar edisi tujuh, Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.

Kresno, Siti Boedina. 1996. Imunologi : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Priadi, Arif. 2009. Biology 2 For Senior High School Year XI. Jakarta: Yudhistira

Rachmawati, Faidah, dkk. 2009. Biologi. Jakarta: Ricardo CV

Anda mungkin juga menyukai