PENDAHULUAN
A. SEL B
1. Pengertian Sel B.
Sel B adalah limfosit yang memainkan peran penting pada imunitas humoral,
sedangkan limfosit lain yaitu sel T memainkan peran penting imunitas seluler. Fungsi
utama sel B adalah untuk membuat antibodi melawan antigen. Sel B adalah komponen
sistem imun adaptif. Reseptor antigen pada sel B, biasa disebut reseptor sel B,
merupakan imunoglobulin. Pada saat sel B teraktivasi oleh antigen, sel B terdiferensiasi
menjadi sel plasma yang memproduksi molekul antibodi. Antibodi yang diproduksi
berupa imunoglobulin dengan tipe:
2. Mekanisme Kerja
Kekebalan humoral melibatkan aktivitas sel B dan antibodi yang beredar dalam
cairan darah dan limfe. Ketika antigen masuk ke dalam tubuh untuk pertama kali, sel B
pembelah akan membentuk sel B pengingat dan sel B plasma. Sel B plasma akan
menghasilkan antibodi yang mengikat antigen sehingga makrofag akan mudah
menangkap dan menghancurkan patogen. Setelah infeksi berakhir, sel B pengingat akan
tetap hidup dalam waktu lama. Serangkaian respons ini disebut respons kekebalan
primer. Apabila antigen yang sama masuk kembali dalam tubuh, sel B pengingat akan
mengenalinya dan menstimulasi pembentukan sel Bplasma yang akan memproduksi
antibodi. Respons tersebut dinamakan respons kekebalan sekunder.
Sel B dapat berdiferensisasi menjadi sel B memori dan sel B plasma. Sel B
memori bertugas untuk menyimpan atau mengingat gen dari zat asing. Sementara sel B
plasma bertugas menghasilkan antibodi.
Sel B dilapisi pula oleh protein yang disebut immunoglobulin. Protein ini sangat
spesifik terhadap antigen. Immunoglobulin disebut juga antibodi. Jenis anti bodi yang
bekerja di tubuh meliputi : IgA, IgD, IgE, IgG, IgM. Mereka memiliki fungsi masing
masing yang berbeda reseptornya.
Respon kekebalan yang diperantarai oleh sel B disebut Respon Humoral. Namun
dalam respon ini sel B tidak bekerja sendiri. Sel B akan dibantu oleh sel T helper. Sel T
helper akan memanggil sel B untuk datang dan berdiferensiasi membentuk sel B
memori dan sel B plasma yang menghasilkan antibodi.
Antibodi memiliki empat rantai polipeptida yang terdiri dari dua rantai panjang
dan tebal serta dua rantai pendek dan tebal yang identik, dan dihubungkan oleh
jembatan sulfida sehungga membentuk molekul seperti huruf Y. Struktur tersebut akan
memudahan antibodi untuk menangkap zat asing dan mematikannya.
Dalam mematikan zat asing, antibodi melakukan salah satu cara meliputi:
membentuk kompleks antigen antibodi, netralisasi, opsonisasi, aglutinasi, presipitasi,
fiksasi komplemen, umpan balik positif. Dalam netralisasi antibodi berikatan dan
menghambat aktivitas zat asing. Dalam opsonisasi, antibodi yang terikat dengan
antigen akan meningkatkan petautan makrofag ke mikroba yang juga meningkatkan
fagositosis. Aglutinasi merupakan penggumpalan antigen yang dperantarai oleh
antibodi yang secara efektif menetralkan dan mengopsonisasi antigen tersebut.
Salah satu mekanisme terpenting yang diperantarai antibodi yang paling penting
dalam pelumpuhan zat asing adalah fiksasi komplemen, yaitu aktivasi sistem
komplemen oleh kompleks antigen-antibodi. Sehingga terjadi pelisisan zat asing.
Pelisisan tersebut dicapai melalui dua cara yaitu jalur klasik dan jalur alternatif. Sel B
berasal dari sel punca yang berada pada jaringan hemopoietik di dalam sumsum tulang
3. Sifat antibodi.
Antibodi merupakan globulin gamma yang disebut immunoglobulin, dan berat
molekulnya antara 160.000 dan 970.000. Imunoglobulin biasanya merupakan sekitar 20%
dari seluruh protein plasma. Semua imunoglobulin terdiri atas kombinasi rantai
polipeptida ringan dan berat, kebanyakan merupakan kombinasi 2 rantai berat dan 2
rantai ringan. Meskipun begitu, ada imunoglobulin yang mempunyai kombinasi sampai
10 rantai berat dan 10 rantai ringan. Yang menghasilkan imunoglobulin dengan berat
molekul besar. Dalam semua imunoglobulin tiap rantai berat terletak sejajar dengan satu
rantai ringan pada salah satu ujungnya, jadi membentuk satu pasangan berat dan ringan.
Serta selalu terdapat sedikitnya 2 pasang dan sebanyak-banyaknya 10 pasang dalam
setiap molekul imunoglobulin.
4. Spesifikasi antibodi.
Setiap antibodi bersifat spesifik untuk antigen tertentu, hal ini disebabkan oleh
struktur uniknya yang tersusun atas asam-asam amino pada bagian yang dapat berubah
dari kedua rantai ringan dan berat. Susunan asam amino ini memiliki bentuk sterik-sterik
yang berbeda untuk setiap spesifisitas antigen, sehingga bila suatu antigen berkontak
dengan bagian ini, maka berbagai kelompok prostetik antigen tersebut seperti sebuah
bayangan cermin dengan asam amino yang terdapat dalam antibodi, sehingga terjadilah
ikatan yang cepat antara antibodi dan antigen. Ikatan itu bersifat nonkovalen, tapi bila
antibodi bersifat sangat spesifik, maka akan ada banyak tempat ikatan yang dapat
membuat pasangan antibodi-antigen itu sangat kuat terikat satu sama lain, yaitu dengan
cara (1) ikatan hidrofobik, (2) ikatan hidrogen, (3) daya tarik ionik, dan (4) kekuatan van
der Waals. Ikatan ini juga mematuhi hukum kerja massa termodinamik.
5. Penggolongan antibodi.
Terdapat lima golongan umum antibodi, masing-masing diberi nama IgM, IgG,
IgA, IgD, dan IgE. Ig singkatan dari imunoglobulin, dan kelima huruf di atas
menunjukkan masing-masing golongan. Ada dua golongan antibodi yang sangat penting:
IgG yang merupakan antibodi bivalen dan kira-kira 75% dari seluruh antibodi pada orang
normal, dan IgE yang merupakan antibodi dalam jumlah kecil tapi khususnya terlibat
dalam peristiwa alergi. Golongan IgM juga penting sebab sebagian besar antibodi yang
terbentuk sewaktu terjadi respons primer adalah golongan ini. Antibodi ini mempunyai
10 tempat ikatan sehingga membuatnya menjadi sangat efektif dalam melindungi tubuh
terhadap agen penyebab penyakit, walaupun antibodi IgM jumlahnya tak begitu banyak.
b. Jalur alternatif.
Sistem komplemen kadang-kadang diaktifkan tanpa diperantarai oleh suatu reaksi
antigen-antibodi. Hal ini terjadi dalam respons terhadap molekul-molekul polisakarida
besar dalam membran sel mikro-organisme yang menyerbu masuk, yang bereaksi dengan
faktor komplemen B dan D, menghasilkan bahan pengaktif yang mengaktifkan faktor C3,
untuk memulai rangkaian komplemen yang tersisa, diluar tingkat C3. Jadi pada dasarnya
semua hasil akhir yang dihasilkan itu sama dengan yang dihasilkan dalam jalur klasik,
dan ini juga menghasilkan pengaruh yang sama terhadap penyerbu dalam
mempertahankan tubuh. Karena jalur alternatif tidak melibatkan reaksi antigen-antibodi,
maka jalan ini juga merupakan garis pertahanan pertama terhadap mikro-organisme
penyerbu, bahkan mampu berfungsi sebelum orang tersebut terimunisasi terhadap
organisme.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang ada maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Sel B adalah limfosit yang memainkan peran penting pada imunitas humoral,
sedangkan limfosit lain yaitu sel T memainkan peran penting imunitas seluler.
Fungsi utama sel B adalah untuk membuat antibodi melawan antigen. Sel B adalah
komponen sistem imun adaptif.
Kekebalan humoral melibatkan aktivitas sel B dan antibodi yang beredar dalam
cairan darah dan limfe.
Ketika antigen masuk ke dalam tubuh untuk pertama kali, sel B pembelah akan
membentuk sel B pengingat dan sel B plasma.
Limfosit B terbentuk dan dimatangkan di dalam sumsum tulang dan masuk ke
dalam aliran darah menuju jaringan limfatik. Sel B bertanggung jawab terhadap
produksi antibodi sebagai kekebalan humoral.
Dalam keadaan normal, kerja antibodi yang langsung menyerang penyebab
penyakit yang bersifat antigenik mungkin tak cukup kuat untuk berperan dalam
mempertahankan tubuh terhadap penyebab penyakit tersebut.\
Komplemen merupakan istilah gabungan yang menggambarkan suatu sistem yang
terdiri dari kira-kira 20 protein yang kebanyakan merupakan prekursor enzim.
DAFTAR PUSTAKA
C. Elizabeth J, buku saku patofisiologi edisi tiga, buku kedokteran, EGC : 2009.
W.F. Ganong, Buku ajar fisiologi kedokteran edisi 22, buku kedokteran, EGC:2008
Firmansyah, Rikky, dkk. 2009. Mudah Dan Aktif Belajar Biologi. Jakarta: PT Setia Purna Inves
Gershon RK. 1987. The immunological. Sunderland: Mass Sinauer Associat ion
Karnen Garna, 2006, Imunologi Dasar edisi tujuh, Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
Kresno, Siti Boedina. 1996. Imunologi : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Priadi, Arif. 2009. Biology 2 For Senior High School Year XI. Jakarta: Yudhistira