Anda di halaman 1dari 17

Obat adalah senyawa kimia unik yang dapat berinteraksi secara selektif dengan system

biologi. Obat dapat memacu suatu system dan menghasilkan efek. Untuk menghasilkan efek,
obat harus melewati berbagai proses yang menentukan, yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme,
dan eliminasinya, namun yang terpenting adalah bahwa obat harus dapat mencapai tempat
aksinya.
Ada beberapa tempat yang bisa menjadi target aksi obat, yaitu kanal ion, enzim, suatu
transporter ( carrier atau protein pembawa ), atau pada reseptor.
Reseptor merupakan target aksi obat yang utama dan paling banyak. Reseptor
didefinisikan sebagai suatu makromolekul seluler yang secara spesifik dan langsung berikatan
dengan ligan (obat, hormon, neurotransmiter ) untuk memicu proses biokimia antara dan di
dalam sel yang akhirnya menimbukan efek. Suatu senyawa atau ligan dapa bereaksi sebagai
agonis dan antagonis. Dalam hal ini agonis dikatakan memiliki afinitas ( kemampuan berikatan )
dengan reseptor dan efikasi ( kemampuan menghasilkan efek ). Sedangkan antagonis memiliki
afinitas tetapi tidak memiliki efikasi.
Berdasarkan transduksi sinyalnya, maka reseptor dapat dikelompokkan menjadi 4, yaitu :
1.
2.
3.
4.

I.

Ligand-gated ion channel receptor (reseptor kanal ion)


G-protein coupled receptor (reseptor yang terkait dengan protein G)
Tyrosine kinase-linked receptor (reseptor yang terkait dengan aktivitas kinase)
Reseptor inti (nuclear receptor)

KANAL ION SEBAGAI TARGET AKSI OBAT


Keberadaan kanal ion pertama kali dihipotesiskan oleh ahli biofisika dari Inggris
Alan Hodgkin dan Andrew Huxley sebagai bagian dari teori mereka mengenai impuls
saraf yang dipublikasikan tahun 1952 dan memenangkan hadiah Nobel. Keberadaan
kanal ini kemudian dikonfirmasikan pada tahun 1970-an menggunakan teknik
perekaman eektrik yang disebut patch clamp oleh Erwin Nehe dan Bert Sakmann
yang membawanya memenangkan hadiah Nobel. Kanal ion memainkan peranan
penting dalam banyak tipe sel. Beberapa penyakit terjadi disebabkan karena adanya
Page 1 of 17

disfungsi kanal ion, antara lain penyakit aritmia jantung, diabetes, hipertensi, angina
pectoris, dan epilepsi. Untuk memahami bagaimana kanal ion dapat menjadi target
aksi obat, perlu dikenai lebih dahulu mengenai macam kanal ion, bagaiman
aktivasinya, dan pengertian-pengertian yang terkait dengan aktivasi kanal seperti :
resting potential, depolarisasi, dan hiperpolarisasi membran.
Pada dasarnya kanal ion adalah suatu protein membran yang terdapat pada lapisan
lipid membran sel. Ia terdiri dari beberapa sub unit protein yang tersusun membentuk
porus. Berdasarkan aktivasinya dikenal sedikitnya lima macam kanal ion, yaitu :
1. Kanal ion teraktivasi voltase (voltage-gated channels)
Kanal ion jenis ini berespon terhadap adanya perubahan potensial
transmembran. Kanal akan membuka sebagai respons terhadap terjadinya
depolariasasi, dan akan menutup jika terjadi hiperpolarisasi. Contohnya adalah
kanal ion Na+ dan K+ pada sel saraf dan otot, dan kanal Ca ++ yang mengontrol
pelepasan neurotransmiter pada ujung saraf presinaptik.
2. Kanal ion teraktivasi ligan (ligand-gated channels)
Kanal ion ini berespon terhadap adanya molekul ligan spesifik yang
berada di daerah ekstraseluer di mana kanal berada. Kanal ini memiliki tempat
ikatan untuk ligan,dan disebut juga reseptor kanal ion. Contohnya adalah reseptor
asetilkolin nikotinik, reseptor AMPA, dan reseptor GABA, dll.
3. Kanal ion teraktivasi molekul intrasel atau signal
Kanal ion jenis ini adalah kanal yang berespon terhadap suatu molekul
yang berada di bagian intra sel yang merupakan bagian dari proses signaling,
misalnya terhadap second messenger seperti Ca, cAMP, dan cGMP. Contohnya
adalah foto reseptor di retina mata.
4. Kanal ion teraktivasi oleh kekuatan mekanik (stretch-activated channel)
Kanal ini membuka dan menutup sebagai respon terhadap kekuatan
mekanis yang timbul dari peregangan atau pengerutan okal membran disekitar
kanal tersebut, misalnya jika sel tersebut mengembang atau mengerut.
5. Kanal ion terkait Protein G (G-Protein-gated channel)
Kanal ini terkait dengan protein G dan teraktivasi jika protein G teraktiasi.
Contohnya adalah reseptor asetilkolin muskarinik.
A. CARA KANAL ION DAPAT MENJAGA POTENSIAL SEL DALAM
KONDISI ISTIRAHAT (RESTING POTENTIAL) ?

Page 2 of 17

Setiap sel disahkan dari lingkungannya oleh membrane sel. Kompartemen


intrasel dan ekstrasel memiliki perbedaan muatan yang disebabkan oleh
adanya ion di dalam masing-masing kompartemen. Ion diluar sel didominasi
oleh Na+ dan Cl-, sedangkan didalam sel didominasi oleh K+. Perbedaan
muatan listrik antara kompartemen intrasel dan ekstrasel adalah 60 - 80 mV.
Karena bagian intrasel lebih negative, sedangkan kompartemen ekstrasel
sangat besar sehingga perubahannya menjadi tidak signifikan, dapat dikatan
bahwa muatan intra sel adalah -60 sampai -80 mV, sedangkan muatan ekstra
sel adalah 0 mV. Muatan negative yang terdapat pada intra sel ketika sel
dalam keadaan istirhat itulah yang disebut resting potential atau potensial
istirahat.
B. APA

YANG

DISEBUT

DEPOLARISAI

DAN

HIPERPOLARISAI

MEMBRANE?
Sebelumnya kita telah mengenal bahwa sel harus menjaga polaritasya
dengan menjaga keseimbangan ion Na+ dan K+ di kompartemen luar dan
dalam sel. Jika kanal ion Na+ membuka dan menyebabkan ion Na + masuk ke
dalam sel, maka gradient konsentrasi Na+ di luar dan di dalam sel akan
berkurang. Karena ion Na+ bermuatan positif, maka dia akan menambah
muatan positif didalam kompartemen sel, sehingga perbedaan polaritas
menjadi berkurang, misalnya yang semula -80 mV menjadi -40 mV.
Berkurangnya perbedaan polaritas pada membrane sel antar intra dan ekstra
sel ini disebut depolarisasi membrane.
Secara normal, kanal ion K+ selanjutnya akan membuka dan menyebabkan
kembalinya polaritas atau repolarisasi. Teapi jika kanal ion K+ membuka
secara berlebihan , maka ion K+ akan keluar, dan menyebabkan kompartemen
di dalam sel semakin negative, sehingga perbedaan polaritas meningkat.
Meningkatnya perbedaan polaritas ini disebut hiperpolarisai membrane.
C. TINJAUAN MOLEKUAR SETIAP KANAL
Page 3 of 17

Terdapat sedikitnya 4 kanal ion yang memiiki eran penting dalam system
biologi, yaitu kanal ion Na+, K+, Ca++, dan Cl-.

a. Kanal ion Na+


Kanal ion Na+ bertanggung jawab meneruskan potensial aksi
dengan membuka jika terjadi depolarisasi membrane.
b. Kanal ion Ca++
Berbeda dengan kation lainnya, Ca++ merupakan molekul signaling
dan second messenger yang penting. Kanal Ca ++ diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. L channels (L-type) yang berarti long open time. Kanal ini diaktivasi
oleh depolarisasi yang besar, dan dapat tetap terbuka sampai agak lama
sebelum kemudian inaktif (500mdetik atau lebih). Kanal ini banyak
dijumpai pada otot jantung, sel otot polos, dan otak.
2. T channels (T-type) yang berarti tiny atau transient current. Kanal ini
dapat diaktivasi oleh depolarisasi yang kecil dan juga terjadi secara
singkat.
3. N channels (N-type) yang berarti neuronal. Kanal ini diaktivasi oleh
depolarisasi yang besar, dan utamanya berperan dalam pelepasan
neurotransmitter pada ujung saraf.
4. P channes (P-type), dinamakan demikian karena pertama kali
dideskripsikan pada sel Purkinje. Kanal ini juga berperan dalam
pelepasan neurotransmitter dari ujung saraf.
Page 4 of 17

Obat-obat yang beraksi pada kanal ion Ca++ ada beberapa


golongan, antara lain :
1. Obat anti hipertensi dan vasodilator golongan antagonis Ca++ atau
Calcium channel blocker
Obat-obat antianginal dan antihipertensi golongan dihidropiridin
seperti verapamil, nifedipin, felodipin, amilodipin, nikardipin, dan
diltiazem bekerja menyekat kanal Ca tipe L.

2. Obat anti epilepsi


Obat anti epilepsi etosuksimid, yang digunakan khususnya untuk
jenis epilepsy petil mal, adalah contoh obat yang bekerja pada kanal
Ca tipe T.
3. Obat analgesic
Obat analgetik yang relative baru yaitu ziconotid (Prialt) bekerja
memblok kanal Ca++ tipe N yang berada pada ujung saraf dan berperan
dalam pelepasan neurotransmitter.
c. Kanal ion K+
Kanal ion K+ umumnya berperan sebagai kekuatan penstabil
(stabilizing force). Beberapa fungsinya antara lain repolarisasi setelah
terjadinya potensial aksi dan mengatur potensial istirahat (resting
potential) sel.

Page 5 of 17

Obat-obat yang beraksi pada kanal K+ dapat digolongkan menjadi


dua kelompok, yaitu obat pemblokade kanal dan pembuka kanal.
1. Obat-obat pemblokade kanal K
Beberapa senyawa yang dapat menyekat kanal K+ antara lain :
senyawa ammonium kuartener seperti aminopiridin, toksin alam
seperti

apamin

(dari

lebah),

karibdotoksin(dari

laba-laba),

dendrotoksin(dari ular), dan lain-lain. Blockade kanal ion K + dapat


menyebabkan kontraksi pada otot polos vaskuler maupun nonvaskuler. Contoh obat lain yang beraksi sebagai pemblokade kanal K +
dan memicu pelepasan senyawa endrogen adalah obat antidiabetes
golongan sulfonylurea, seperti glibenklamid, tolbutamid, glipizide, dan
gliklazid.

Dan

obat-obat

antiaritmia

kelas

III

seperti

amiodarone,bretilium, betanidin, klofilium, sotalol, ibutilid, defitlid,


dll.
2. Obat pembuka kanal K
Sebaliknya, beberapa senyawa dapat beraksi membuka kanal ion
K+. pembukaan kanal K+ merupakan prinsip baru penemuan obat pada
penyakit-penyakit

kardiovaskuler.

Pembukaan

kanal

K+

akan

menyebabkan enfluks K+ keluar sel, sehingga terjadi hiperpolarisasi


membrane. Contoh obat-obat yang membuka kanal ion K + antara lain
adalah diazoksida, minoksidil, kromakalim, aprikalim, pinasidil, dll.
Mereka berefek merelaksasi otot polos vaskuler dan digunakan pada
hipertensi.
d. Kanal ion ClKanal ion Cl- cukup berperan dalam berbagai proses fisiologis.
Ada tiga fungsi utama kanal Cl-, yaitu : 1. Regualsi volume dan

Page 6 of 17

homeostatis ion, 2. Transport trans-epitelial, dan 3. Regulasi eksitabilitas


elektrik.
Dibandingkan dengan kanal ion lainnya, obat-obat yang beraksi
pada kanal ion Cl- masih sangat sedikit ditemukan. Salah satunya yang
cukup baru pada saat buku ini disusun adalah lubiproston.

II.

ENZIME SEBAGAI TARGET AKSI OBAT


Enzyme adalah protein yang memiliki aktivitas katalis, yaitu mempercepat reaksi
kimia pada system biologis. Suatu enzim tidak mempengaruhi konstanta ekuilibrium
reaksi yang dikatalisisnya, tetapi menurunkan ambang energy yang dibutuhkan
sehingga reaksi bisa bekerja dengan lebih mudah.
Ciri khas enzyme adalah aksinya yang spesifik, yaitu bahwa dia bekerja pada
hanya substrat tertentu saja. Enzyme merupakan salah satu target aksi obat yang
cukup luas aplikasinya. Aksi obat pada enzyme diperantarai oleh sedikitnya 2
mekanisme, yaitu :
a. Molekul obat bertindak menjadi substrat analog yang beraksi sebagai inhibitor
kompetitf bagi enzyme.
b. Molekul obat bertindak sebagai substra yang salah/palsu (false substrate),
sehingga molekul obat mengalami transformasi kimia oleh kerja enzyme, tetapi
membentuk produk yang abnormal (yang tidak diharapkan). Hal ini membuat
jalur metabolic terganggu/berubah.

Page 7 of 17

III.

TRANPORTER SEBAGAI TARGET AKSI OBAT


Pergerakan berbagai ion, nutrient, maupun senyawa metabolit difasilitasi oleh
adanya protein transporter atau molekul pembawa spesifik. Protein yang bertindak
sebagai pembawa biasanya berbobot molekul besar dan berada di membrane sel
(melintasi membrane). Protein pembawa ini bekerja dengan cara berubah
konformasinya, dimana salah satu sisinya dapat berikatan dengan senyawa yang akan
dibawanya, sehigga suatu senyawa dapat menyebrang dari satu sisi membrane sel ke
sisi yang lain. Umumnya adalah transport dari luar sel masuk ke dalam sel.
Klasifikasi molekul pembawa/transporter bervariasi antar referensi. Pada buku ini,
molekul pembawa diklasifikasikan berdasarkan energy yang digunakan untuk
menjalankan fungsinya, sehingga digolongkan dalam dua kelompok besar, yaitu :
1. Transporter pasif (yang bekerja menggunakan energy dari gradient konsentrasi
atau gradient elektrokimia)
2. Transporter aktif (yang bekerja dengan energy dari ATP atau ATP-powered ion
pumps)

A. TRANSPORTER PASIF
Transporter pasif dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu uniport, simport,
dan antiport. Uniport adalah molekul pembawa yang hanya membawa satu
macam senyawa (bukan ion) ke satu arah searah dengan gradien konsentrasi,
contohnya transporter glukosa GLUT1, transporter GABA, dan transporter
kolin. Simport dapat mengantar dua macam senyawa ke arah yang sama melawan
gradient konsentrasi, misalnya simport glucose Na+, yang mengantar glukosa dan
ion Na ke dalam sel, atau simport Na+/Cl-, yang menyeberangkan ion Na+ dan Clke dalam sel. Sedangkan, antiport dapat menyeberangkan dua senyawa yang
berbeda dengan arah berlawanan. Contohnya adalah Adenine nucleotide
Page 8 of 17

translocase (ADP/ATP exchanger) yang mengkatalisis pertukaran 1:1 ADP


dengan ATP menyeberangi membrane dalam mitokondria.
B. TRANSPORTER AKTIF (ATP-POWERED ION PUMPS)
Pompa ion ini bekerja dengan bantuan energy ATP. Beberapa contoh
pompa ion yang termasuk dalam golongan ini adalah:
1. Na+/K+-ATPase, terdapat di plasma membrane pada hamper sebagian besar
sel makhluk hidup. Berdasarkan arah ion yang ditransport, pompa ini bisa
disebut pompa anntiport. Pompa ini mengatalisis transport ion Na++ keluar
dari sel, bertukar dengan ion K+ yang akan masuk ke dalam sel. Pompa ini
menjadi target aksi obat digoksin, suatu kardiotonik.
2. Ca++-ATPase, terdapat pada permukaan reticulum endoplasma dan membrane
sel. Ia mengkatalisis transport Ca++ keluar dari sitosol, baik amsuk ke dalam
lumen ER atau keluar dari sel. Pompa ini sangat penting untuk menjaga kadar
Ca++ sitosol tetap rendah.
3. H+/K+-ATPase, terdapat pada membrane sel parietal lambung dan teribat
dalam sekresi asam lambung. Ia juga suatu pompa antiport, mengkatalisis ion
H+ keluar dari sel parietal menuju ke rongga lambung, bertukar dengan ion
K+ yang masuk ke dalam sel. Pompa ini menjadi target aksi obat tukak
lambung golongan penghambat pompa proton yang bekerja menekan
sekresi asam lambung.

IV.

RESEPTOR KANAL ION SEBAGAI TARGET AKSI OBAT


Reseptor kana ion (ligand-gated ion channel receptor) disebut juga reseptor
ionotropic. Reseptor ini merupakan glikoprotein yang melintasi membrane sel dan
merupakan suatu kompleks multi subunit yang tersusun membentuk porus/kanal.
Reseptor ini umumnya berada dalam 3 kondisi fungsional, yaitu: istirahat, terbuka
Page 9 of 17

dan terdesensitisasi. Contoh reseptor jenis ini adalah reseptor asetilkolin nikotonik,
reseptor GABAA, reseptor glutamate NMDA, dan reseptor serotonin 5-HT3.
A. RESEPTOR ASETILKOLIN NIKOTINIK
Reseptor asetilkolin nikotinik adalah suatu protein pentameter yang terdiri
dari 5 subunit yaitu : 2, yang masing-masing berkontribusi membentuk kanal
ion, dengan 2 tempat ikatan untuk molekul asetilkolin. Reseptor ini berlokasi di
neuromuscular junction, ganglia otonom, medulla adrenal, dan susunan saraf
pusat.
Reseptor ini diidentifikasi pertamakali dengan kemampuannya mengikat nikotin,
sehingga diberi nama nikotinik. Reseptor ini juga memiliki beberapa tempat
ikatan dengan senyawa lain, sehingga menjadi target aksi beberapa obat. Obat
yang beraksi langsung pada reseptor asetilkolin nikotinik dapat berupa antagonis
dan agonis.

B. RESEPTOR GABAA
Reseptor ini merupakan tempat aksi neurotransmitter GABA (gamma
amino butyric acid). GABA disintesis pada ujung saraf presinaptik, dan disimpan
di dalam vesikel sebelum dilepaskan. Sekali dilepaskan, GABA berdifusi
menyeberangi celah sinaptik dan akan mengalami sedikitnya 3 peristiwa.
Pertama, Gaba dapat berinteraksi dengan reseptornya menimbulkan aksi
penghambatan fungsi CNS. Kedua, GABA akan mengalami degradasi oeh enzim
GABA-transaminase. Ketiga, GABA akan diambil kembali (re-uptake) ke dalam
ujung presinaptik atau ke dalam sel glial dalam bentuk GABA dengan bantuan
transporter GABA.
Reseptor GABA terdapat dalam tiga tipe, yaitu reseptor GABAA, GABAB,
GABAC. Reseptor GABAA dan GABAC merupakan keluarga reseptor ionotropic,
Page 10 of 17

sedangkan GABAB adalah reseptor metabotropic (terkait dengan protein G).


Reseptor GABAA secara selektif dapat diblok oleh alkaloid bicucuclin dan
dimodulasi oleh obat golongan benzodiazepine, barbiturate, dan steroid.
Aktivasi

reseptor

GABA

oleh

neurotransmitternya

menyebabkan

membukanya kanal Cl- dan lebih lanjut akan memicu terjadinya hiperpolarisasi
yang akan menghambat penghantaran potensial aksi. Dengan cara itulah GABA
melakukan aksinya sebagai neurotransmitter inhibitor. Aktivasi reseptor GABA
tadi menyebabkan efek-efek depresi system saraf pusat, seperti efek sedative,
hipnotik, dan antikonvulsan. Karena itu, dapat dipahami bahwa beberapa
antagonis reseptor GABA dapat menyebabkan konvulsi, seperti pitrazepin,
securinin, dan gabazin.

C. RESEPTOR GLUTAMAT
Glutamate adalah asam amino non-esensial yang berfungsi sebagai
neurotransmitter pemicu (excitatory) utama di otak. Mereka tidak dapat
menembus sawar darah otak dan tidak disuplai dari system sirkulasi. Karena itu,
dia disintesis di otak dari prekursornya yaitu glutamin dengan bantuan
glutaminase, atau dari aspartate dengan bantuan transaminase. Setelah
dilepaskan ke celah sinaptik, glutamin dapat diambil kembali ke dalam
presinaptik dengan bantuan suatu transporter glutamate, atau diambil oleh sel
glia untuk diubah menjadi glutamin di dalam sel glia. Glutamin didalam sel glia
kemudian dipompa keluar menuju saraf presinaptik untuk disintesis kembali
menjadi glutamate.
Reseptor glutamate terdiri dari dua family besar yaitu respetor glutamate
metabotropic dan ionotropic. Berdasrkan kemiripan sekuens, farmakologi,
maupun mekanisme signaling intaselnya, reseptor glutamate metabotropic terbagi
lagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok I, II, dan III. Reseptor glutamate

Page 11 of 17

ionotropic juga terbagi lagi menjadi 3 kelompok berdasarkan sekuens sub unit
reseptor dan farmakologinya. Yaitu :
1. Reseptor N-methyl D-aspartat (NMDA)
2. Reseptor

-amino-3-hydroxy-5-methyl-4-isoxazile

propionic acid (AMPA)


3. Reseptor Kainate
D. RESEPTOR 5-HT3 (SEROTONIN)
Serotonin atau 5-hydroxytriptamine (5-HT) tepatnya reseptor 5-HT3
merupakan senyawa neurotransmitter monoamina yang terlibat dalam berbagai
penyakit yang cukup luas akupannya, meliputi penyakit psikiatrik : depresi,
kecemasan, skizoprenia, dan gangguan obsesif kompulsif ; sampai migraine,
gangguan makan, dan gangguan pencernaan. Serotonin dijumpai jaringan
kardiovaskular, system saraf perifer, sel darah, dan system saraf pusat.
Seorotonin berfungsi sebagai penghambat jalur nyeri di medulla spinalis
dan memiliki aksi inhibisi pada system saraf pusat yang dipercaya mengontrol
perasaan dan mengontrol tidur. Serotonin juga bisa menyebabkan kontraksi pada
sel otot polos saluran pernapasan dan pembuluh darah. Serotonin disintesis dari
prekursornya triptofan dengan bantuan enzim triptofan hidroksilase dan asam
amino aromatic dekarboksilase. Serotonin yang terbentuk akan disimpan di
dalam vesikel penyimpanan prasinaptik dengan bantuan protein transporter
monoamine vesikuler (VMAT).

V.

RESEPTOR TERGANDENG PROTEIN G SEBAGAI TARGET AKSI OBAT


Reseptor tergandeng protein G, disebut juga reseptor metabotropic,
merupakan family terbesar dar reseptor membran sel. Reseptor ini menjadi mediator
Page 12 of 17

dari resppon selular berbagai molekul, seperti : hormone, neurotransmitter, mediator


lokal, dll.
Dari bentuknya reseptor tergandeng protein G merupakan rantai polipeptida
tunggal yang melewati membran sebanyak 7 kali. Reseptor ini terutama mengaktivasi
rangkain peristiwa yang mengubah konsentrasi satu atau lebih molekul signaling
intraseluler atau yang disebut second messenger untuk menimbulkan respon seluler.
Beberapa second messenger yang terlibat dalam transduksi signal melalui reseptor ini
adalah siklik AMP (cAMP), protein kinase A (PKA), diasil gliserol (DAG),
inositol trifosfat (IP3), protein kinase C (PKC), dan kalsium (Ca++).
Jalur transduksi signal pada GPCR (G-Protein-coupled Reseptor) ada dua,
yaitu jalur adenilat siklase dan jalur fosfolipase, tergantung pada macam protein G
yang terlibat. Berdasarkan aksinya, protein G ada 3 jenis, yaitu :
1. Gs (stimulatory G protein), yang bekerja mengaktifkan enzim adenilat siklase,
2. Gi (inhibitory G protein), yang bekerja menghambat enzim adenilat siklase, dan
3. Gq, yang bekerja mengaktifkan fosfolipase pada jalur fosfolipase.
Dari ratusan reseptor yang tergolong GCPR, dalam buku ini hanya akan
dibahas contoh reseptor, yaitu : reseptor musarinik, reseptro adrenergic, reseptor
dopamine, dan reseptor angiotensin.
A. RESEPTOR ASETILKOLIN MUSKARINIK
Reseptor ini pertama kai dikenal karena kemampuannya mengikat
muskarinik. Reseptor ini terdistribusi luas di seluruh bagian tubuh dan
mendukung berbagai fungus vital, baik diotak maupun system saraf tonom,
utamanya saraf parasimpatis. Aktivasi reseptor ini pada saraf perifer
menyebabkan berkurangnya frekuensi denyut jantung, relaksasi pembuluh darah,
konstriksi saluran pernapasan, peningkatan sekresi dari kelenjar keringat dan
lakrimasi, dan kontriksi pada otot spinker bola mata dan otot siliar mata. Di otak,
Page 13 of 17

reseptor muskarinik dijumpai pada cerebral cortex, striatum, hippocampus,


thalamus, dan brainstem, dan berpatisipasi dalam banyak fungsi penting seperti
belajar, ingatan, dan control postur tubuh.
Reseptor asetilkolin muskarinik terdiri dari 5 subtipe, yang semuanya
tergandeng dengan protein G, yaitu reseptor : M1, M2, M3, M4, dan M5.
B. RESEPTOR ADRENERGIK
Reseptor adrenergic merupakan reseptor yang memperantarai berbagai
aksi saraf simpatik (flight, fright or fight responses), meliputi pelepasan energy
dan glukosa, denyut jantung, dilatasi saluran pernapasan, dan pengaturan sirkulasi
perifer. Selama kondisi normal ( tanpa stress) reseptor adrenergic berperan dalam
fungsi berbagai system dalam tubuh. Reseptor ini merupakan reseptor bagi
neurotransmiiter

golongan

katekolamin

yaitu

adrenalin/epinefrin

dan

noradrenalin/norepinefrin. Epinefrin terutama menstimulasi resptor adrenergic,


sedangkan norepinefrin menstimulasi terutama reseptor adrenergic.
Dari enzim-enzim yang terlibat dalam proses sintesis dan degradasi
noradrenalin, yang banyak menjadi target aksi obat adalah
1. Tirosin hidroksilase (TH)
2. Monoamine oksidase (MAO)
3. Catechol-O-methyl transferase (COMT).
Reseptor adrenergic terbagi menjadi dua subtype yaitu dan yang
semuanya merupakan reseptor metabotropic. Masing-masing subtype ini masih
terbagii lagi menjadi 1 dan 2, serta 1, 2, dan 3.
C. RESEPTOR DOPAMINE

Page 14 of 17

Dopamine adalah senyawa katekolamin yang penting pada otak mamalia,


di mana ia mengontrol berbagai fungsi meliputi aktifitas locomotor, kognisi,
emosi, reinforcement positif, dan regulasi endokrin. System dopaminergic
menarik perhatian sejak lebih dari 30 tahun yang lalu karena banyak terlibat
dalam

patofisiologi

berbagai

penyakit

Parkinson,

skizoprenia,

dan

hiperprolaktinemia.
Reseptor dopamine terbagi menjadi 5 subtip.e yaitu reseptor D1, D2, D3, D4, dan
D5.

D. RESEPTOR ANGIOTENSIN
Angiotensin adalah hormone peptide yang berasal dari protein
angiotensinogen. Angiotensinogen diubah menjadi angiotensin I dengan katalis
rennin. Selanjutnya angiotensin I akan diubah menjadi angiotensin II dengan
dikatalisis oeh enzim ACE (angiotensin-converting enzyme).
Beberapa aksi angiotensin II di berbagai organ antara lain adalah :
menyebabkan kontraksi arteri, memicu seksresi aldosterone, meningkatnkan
reabsorbsi Na pada ginjal, dan meningkatkan pelepasan epinefrin dari adrenal.
Semua aksi tersebut meningkatkan tekanan darah dan mempengaruhi fungsi
ginjal. Reseptor angiotensin terdiri dari dua subtype, yaitu reseptor AT1, dan AT2.
VI.

RESEPTOR TIROSIN KINASE SEBAGAI TARGET AKSI OBAT


Protein tirosin kinase (PTK) adalah enzim yang mengkatalisis proses
fosforilasi dari residu tirosin, yaitu proses transfer ion fosfat dari ATP ke gugus
hidroksil (OH) tirosin pada protein targetnya. Protein tirosin kinase sendiri terbagi
Page 15 of 17

menjadi dua golongan, yaitu reseptor tirosin kinase dan tirosin kinase seluler (nonreseptor). Reseptor tirosin kinase adalah suatu protein trans-membran plasma dan
hanya memiliki tempat ikatan ligan pada sisi luar membrane plasma dan hanya
memiliki satu segmen transmembrane, atau dikatakan berbentuk monomer.
Beberapa contoh reseptor tirosin kinase yang menjadi target aksi obat yaitu :
reseptor factor pertumbuhan (growth factor), reseptor cytokines, dan reseptor insulin.
A. RESEPTOR FACTOR PERTUMBUHAN (GROWTH FACTOR)
Reseptor growth factor adalah reseptor yang bertanggung jawab terhadap
pertumbuhan berbagai bagian dari sel. Jika suatu growth factor berikatan dengan
reseptornya, ia akan memicu serangkaian peristiwa molekuler yang berujung pada
transkripsi gen.
Reseptor ini merupakan salah satu target aksi obat-obat ani kanker.
Diketahui bahwa kanker adalah suatu penyakit yang ditandai oleh pertumbuhan
dan poliferasi se yang berlebihan dan terus-menerus secara abnormal. Karena itu,
kini dikembangkan obat-obat yang dapat menghambat reseptor tirosin kinase.
Salah satu yang telah banyak diteliti dan telah mencapai uji klinik fase II dan III
adalah antagonis terhadap reseptor EGF (epithelial growth factor).
B. RESEPTOR SITOKIN (CYTOKINES RECEPTOR)
Sitokin adalah senyawa protein endrogen yang dilepaskan oleh sel-sel
untuk saling berkomunikasi. Protein ini dapat memperantai berbagai fungsi yang
terkait dengan system imunitas dan berbagai organ dalm tubuh, seperti : poliferasi
dan diferensiasi sel, fibrosis, hematopoises, inflamasi dan perbaikan jaringan yang
cedera.
Transduksi signal reseptor sitokin adalah jalur JAKSTAT. Interaksi sitokin
dengan reseptornya akan memicu perubahan konformasi reseptor dan pengikatan
dengan protein JAK (janus kinase). Seperti disampaikan sebelumnya, sitokin
Page 16 of 17

banyak terlibat dalam patofisiologi penyakit inflamasi. Mereka banyak disintesis


dan dilepaskan oleh sel-sel inflamasi seperi : eosinophil, makrofag, sel mast, dll.
Pada dasarnya inflamasi adalah respon tubuh terhadap adanya serangan pathogen.
Tetapi, dalam beberapa hal, respon inflamasi yang terjadi dapat menjadi
berlebihan, dan bahkan merugikan hostnya, seperti pada penyakit asma.
Dengan demikian, sitokin maupun reseptor sitokin mulai dikembangkan
menjadi target aksi obat-obat anti inflamasi.
C. RESEPTOR INSULIN
Insulin merupakan protein kecil (6000 dalton) yang disekresi oleh sel pankreas, yang terkait erat dengan transport glukosa dari darah ke daam sel.
Kurangnya produksi insulin menyebabkan penyakit diabetes mellitus yang
dikarakterisir oleh tingginya kadar gula darah.
Reseptor insulin termasuk reseptor tirosin kinase, namun tidak sama
dengan RTK lainnya yang berbentuk monomer, reseptor ini berbentuk dimer.
Reseptor insulin terdiri dari 2 subunit dan 2 subunit yang dihubungkan dengan
ikatan sulfide.
VII.

RESEPTOR INTI SEBAGAI TARGET AKSI OBAT


Reseptor ini memiliki dua tempat ikatan, yaitu tempat ikatan dengan
hormon/ligand an tempat ikatan dengan bagian spesifik DNA yang dapat secara
langsung mengaktifkan transkripsi gen. ketika terjasi pengikatan dengan suatu agonis,
reseptor akan berpindah (translokasi) ke nucleus, dimana reseptor akan meregulasi
ekspresi gen-gen tertentu dengan mengikat hormone response element (HRE)
spesifik.
Beberapa contoh reseptor inti yaitu reseptor glukokortiroid, reseptor PPAR,
dan reseptor estrogen.

Page 17 of 17

Anda mungkin juga menyukai