biologi. Obat dapat memacu suatu system dan menghasilkan efek. Untuk menghasilkan efek,
obat harus melewati berbagai proses yang menentukan, yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme,
dan eliminasinya, namun yang terpenting adalah bahwa obat harus dapat mencapai tempat
aksinya.
Ada beberapa tempat yang bisa menjadi target aksi obat, yaitu kanal ion, enzim, suatu
transporter ( carrier atau protein pembawa ), atau pada reseptor.
Reseptor merupakan target aksi obat yang utama dan paling banyak. Reseptor
didefinisikan sebagai suatu makromolekul seluler yang secara spesifik dan langsung berikatan
dengan ligan (obat, hormon, neurotransmiter ) untuk memicu proses biokimia antara dan di
dalam sel yang akhirnya menimbukan efek. Suatu senyawa atau ligan dapa bereaksi sebagai
agonis dan antagonis. Dalam hal ini agonis dikatakan memiliki afinitas ( kemampuan berikatan )
dengan reseptor dan efikasi ( kemampuan menghasilkan efek ). Sedangkan antagonis memiliki
afinitas tetapi tidak memiliki efikasi.
Berdasarkan transduksi sinyalnya, maka reseptor dapat dikelompokkan menjadi 4, yaitu :
1.
2.
3.
4.
I.
disfungsi kanal ion, antara lain penyakit aritmia jantung, diabetes, hipertensi, angina
pectoris, dan epilepsi. Untuk memahami bagaimana kanal ion dapat menjadi target
aksi obat, perlu dikenai lebih dahulu mengenai macam kanal ion, bagaiman
aktivasinya, dan pengertian-pengertian yang terkait dengan aktivasi kanal seperti :
resting potential, depolarisasi, dan hiperpolarisasi membran.
Pada dasarnya kanal ion adalah suatu protein membran yang terdapat pada lapisan
lipid membran sel. Ia terdiri dari beberapa sub unit protein yang tersusun membentuk
porus. Berdasarkan aktivasinya dikenal sedikitnya lima macam kanal ion, yaitu :
1. Kanal ion teraktivasi voltase (voltage-gated channels)
Kanal ion jenis ini berespon terhadap adanya perubahan potensial
transmembran. Kanal akan membuka sebagai respons terhadap terjadinya
depolariasasi, dan akan menutup jika terjadi hiperpolarisasi. Contohnya adalah
kanal ion Na+ dan K+ pada sel saraf dan otot, dan kanal Ca ++ yang mengontrol
pelepasan neurotransmiter pada ujung saraf presinaptik.
2. Kanal ion teraktivasi ligan (ligand-gated channels)
Kanal ion ini berespon terhadap adanya molekul ligan spesifik yang
berada di daerah ekstraseluer di mana kanal berada. Kanal ini memiliki tempat
ikatan untuk ligan,dan disebut juga reseptor kanal ion. Contohnya adalah reseptor
asetilkolin nikotinik, reseptor AMPA, dan reseptor GABA, dll.
3. Kanal ion teraktivasi molekul intrasel atau signal
Kanal ion jenis ini adalah kanal yang berespon terhadap suatu molekul
yang berada di bagian intra sel yang merupakan bagian dari proses signaling,
misalnya terhadap second messenger seperti Ca, cAMP, dan cGMP. Contohnya
adalah foto reseptor di retina mata.
4. Kanal ion teraktivasi oleh kekuatan mekanik (stretch-activated channel)
Kanal ini membuka dan menutup sebagai respon terhadap kekuatan
mekanis yang timbul dari peregangan atau pengerutan okal membran disekitar
kanal tersebut, misalnya jika sel tersebut mengembang atau mengerut.
5. Kanal ion terkait Protein G (G-Protein-gated channel)
Kanal ini terkait dengan protein G dan teraktivasi jika protein G teraktiasi.
Contohnya adalah reseptor asetilkolin muskarinik.
A. CARA KANAL ION DAPAT MENJAGA POTENSIAL SEL DALAM
KONDISI ISTIRAHAT (RESTING POTENTIAL) ?
Page 2 of 17
YANG
DISEBUT
DEPOLARISAI
DAN
HIPERPOLARISAI
MEMBRANE?
Sebelumnya kita telah mengenal bahwa sel harus menjaga polaritasya
dengan menjaga keseimbangan ion Na+ dan K+ di kompartemen luar dan
dalam sel. Jika kanal ion Na+ membuka dan menyebabkan ion Na + masuk ke
dalam sel, maka gradient konsentrasi Na+ di luar dan di dalam sel akan
berkurang. Karena ion Na+ bermuatan positif, maka dia akan menambah
muatan positif didalam kompartemen sel, sehingga perbedaan polaritas
menjadi berkurang, misalnya yang semula -80 mV menjadi -40 mV.
Berkurangnya perbedaan polaritas pada membrane sel antar intra dan ekstra
sel ini disebut depolarisasi membrane.
Secara normal, kanal ion K+ selanjutnya akan membuka dan menyebabkan
kembalinya polaritas atau repolarisasi. Teapi jika kanal ion K+ membuka
secara berlebihan , maka ion K+ akan keluar, dan menyebabkan kompartemen
di dalam sel semakin negative, sehingga perbedaan polaritas meningkat.
Meningkatnya perbedaan polaritas ini disebut hiperpolarisai membrane.
C. TINJAUAN MOLEKUAR SETIAP KANAL
Page 3 of 17
Terdapat sedikitnya 4 kanal ion yang memiiki eran penting dalam system
biologi, yaitu kanal ion Na+, K+, Ca++, dan Cl-.
Page 5 of 17
apamin
(dari
lebah),
karibdotoksin(dari
laba-laba),
Dan
obat-obat
antiaritmia
kelas
III
seperti
kardiovaskuler.
Pembukaan
kanal
K+
akan
Page 6 of 17
II.
Page 7 of 17
III.
A. TRANSPORTER PASIF
Transporter pasif dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu uniport, simport,
dan antiport. Uniport adalah molekul pembawa yang hanya membawa satu
macam senyawa (bukan ion) ke satu arah searah dengan gradien konsentrasi,
contohnya transporter glukosa GLUT1, transporter GABA, dan transporter
kolin. Simport dapat mengantar dua macam senyawa ke arah yang sama melawan
gradient konsentrasi, misalnya simport glucose Na+, yang mengantar glukosa dan
ion Na ke dalam sel, atau simport Na+/Cl-, yang menyeberangkan ion Na+ dan Clke dalam sel. Sedangkan, antiport dapat menyeberangkan dua senyawa yang
berbeda dengan arah berlawanan. Contohnya adalah Adenine nucleotide
Page 8 of 17
IV.
dan terdesensitisasi. Contoh reseptor jenis ini adalah reseptor asetilkolin nikotonik,
reseptor GABAA, reseptor glutamate NMDA, dan reseptor serotonin 5-HT3.
A. RESEPTOR ASETILKOLIN NIKOTINIK
Reseptor asetilkolin nikotinik adalah suatu protein pentameter yang terdiri
dari 5 subunit yaitu : 2, yang masing-masing berkontribusi membentuk kanal
ion, dengan 2 tempat ikatan untuk molekul asetilkolin. Reseptor ini berlokasi di
neuromuscular junction, ganglia otonom, medulla adrenal, dan susunan saraf
pusat.
Reseptor ini diidentifikasi pertamakali dengan kemampuannya mengikat nikotin,
sehingga diberi nama nikotinik. Reseptor ini juga memiliki beberapa tempat
ikatan dengan senyawa lain, sehingga menjadi target aksi beberapa obat. Obat
yang beraksi langsung pada reseptor asetilkolin nikotinik dapat berupa antagonis
dan agonis.
B. RESEPTOR GABAA
Reseptor ini merupakan tempat aksi neurotransmitter GABA (gamma
amino butyric acid). GABA disintesis pada ujung saraf presinaptik, dan disimpan
di dalam vesikel sebelum dilepaskan. Sekali dilepaskan, GABA berdifusi
menyeberangi celah sinaptik dan akan mengalami sedikitnya 3 peristiwa.
Pertama, Gaba dapat berinteraksi dengan reseptornya menimbulkan aksi
penghambatan fungsi CNS. Kedua, GABA akan mengalami degradasi oeh enzim
GABA-transaminase. Ketiga, GABA akan diambil kembali (re-uptake) ke dalam
ujung presinaptik atau ke dalam sel glial dalam bentuk GABA dengan bantuan
transporter GABA.
Reseptor GABA terdapat dalam tiga tipe, yaitu reseptor GABAA, GABAB,
GABAC. Reseptor GABAA dan GABAC merupakan keluarga reseptor ionotropic,
Page 10 of 17
reseptor
GABA
oleh
neurotransmitternya
menyebabkan
membukanya kanal Cl- dan lebih lanjut akan memicu terjadinya hiperpolarisasi
yang akan menghambat penghantaran potensial aksi. Dengan cara itulah GABA
melakukan aksinya sebagai neurotransmitter inhibitor. Aktivasi reseptor GABA
tadi menyebabkan efek-efek depresi system saraf pusat, seperti efek sedative,
hipnotik, dan antikonvulsan. Karena itu, dapat dipahami bahwa beberapa
antagonis reseptor GABA dapat menyebabkan konvulsi, seperti pitrazepin,
securinin, dan gabazin.
C. RESEPTOR GLUTAMAT
Glutamate adalah asam amino non-esensial yang berfungsi sebagai
neurotransmitter pemicu (excitatory) utama di otak. Mereka tidak dapat
menembus sawar darah otak dan tidak disuplai dari system sirkulasi. Karena itu,
dia disintesis di otak dari prekursornya yaitu glutamin dengan bantuan
glutaminase, atau dari aspartate dengan bantuan transaminase. Setelah
dilepaskan ke celah sinaptik, glutamin dapat diambil kembali ke dalam
presinaptik dengan bantuan suatu transporter glutamate, atau diambil oleh sel
glia untuk diubah menjadi glutamin di dalam sel glia. Glutamin didalam sel glia
kemudian dipompa keluar menuju saraf presinaptik untuk disintesis kembali
menjadi glutamate.
Reseptor glutamate terdiri dari dua family besar yaitu respetor glutamate
metabotropic dan ionotropic. Berdasrkan kemiripan sekuens, farmakologi,
maupun mekanisme signaling intaselnya, reseptor glutamate metabotropic terbagi
lagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok I, II, dan III. Reseptor glutamate
Page 11 of 17
ionotropic juga terbagi lagi menjadi 3 kelompok berdasarkan sekuens sub unit
reseptor dan farmakologinya. Yaitu :
1. Reseptor N-methyl D-aspartat (NMDA)
2. Reseptor
-amino-3-hydroxy-5-methyl-4-isoxazile
V.
golongan
katekolamin
yaitu
adrenalin/epinefrin
dan
Page 14 of 17
patofisiologi
berbagai
penyakit
Parkinson,
skizoprenia,
dan
hiperprolaktinemia.
Reseptor dopamine terbagi menjadi 5 subtip.e yaitu reseptor D1, D2, D3, D4, dan
D5.
D. RESEPTOR ANGIOTENSIN
Angiotensin adalah hormone peptide yang berasal dari protein
angiotensinogen. Angiotensinogen diubah menjadi angiotensin I dengan katalis
rennin. Selanjutnya angiotensin I akan diubah menjadi angiotensin II dengan
dikatalisis oeh enzim ACE (angiotensin-converting enzyme).
Beberapa aksi angiotensin II di berbagai organ antara lain adalah :
menyebabkan kontraksi arteri, memicu seksresi aldosterone, meningkatnkan
reabsorbsi Na pada ginjal, dan meningkatkan pelepasan epinefrin dari adrenal.
Semua aksi tersebut meningkatkan tekanan darah dan mempengaruhi fungsi
ginjal. Reseptor angiotensin terdiri dari dua subtype, yaitu reseptor AT1, dan AT2.
VI.
menjadi dua golongan, yaitu reseptor tirosin kinase dan tirosin kinase seluler (nonreseptor). Reseptor tirosin kinase adalah suatu protein trans-membran plasma dan
hanya memiliki tempat ikatan ligan pada sisi luar membrane plasma dan hanya
memiliki satu segmen transmembrane, atau dikatakan berbentuk monomer.
Beberapa contoh reseptor tirosin kinase yang menjadi target aksi obat yaitu :
reseptor factor pertumbuhan (growth factor), reseptor cytokines, dan reseptor insulin.
A. RESEPTOR FACTOR PERTUMBUHAN (GROWTH FACTOR)
Reseptor growth factor adalah reseptor yang bertanggung jawab terhadap
pertumbuhan berbagai bagian dari sel. Jika suatu growth factor berikatan dengan
reseptornya, ia akan memicu serangkaian peristiwa molekuler yang berujung pada
transkripsi gen.
Reseptor ini merupakan salah satu target aksi obat-obat ani kanker.
Diketahui bahwa kanker adalah suatu penyakit yang ditandai oleh pertumbuhan
dan poliferasi se yang berlebihan dan terus-menerus secara abnormal. Karena itu,
kini dikembangkan obat-obat yang dapat menghambat reseptor tirosin kinase.
Salah satu yang telah banyak diteliti dan telah mencapai uji klinik fase II dan III
adalah antagonis terhadap reseptor EGF (epithelial growth factor).
B. RESEPTOR SITOKIN (CYTOKINES RECEPTOR)
Sitokin adalah senyawa protein endrogen yang dilepaskan oleh sel-sel
untuk saling berkomunikasi. Protein ini dapat memperantai berbagai fungsi yang
terkait dengan system imunitas dan berbagai organ dalm tubuh, seperti : poliferasi
dan diferensiasi sel, fibrosis, hematopoises, inflamasi dan perbaikan jaringan yang
cedera.
Transduksi signal reseptor sitokin adalah jalur JAKSTAT. Interaksi sitokin
dengan reseptornya akan memicu perubahan konformasi reseptor dan pengikatan
dengan protein JAK (janus kinase). Seperti disampaikan sebelumnya, sitokin
Page 16 of 17
Page 17 of 17