Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kasus


1. Kala 1 Persalinan
a. Definisi
Pasien dikatakan dalam tahap persalinan kala I, jika sudah terjadi
pembukaan serviks dan kontraksi teratur minimal 2 kali dalam 10
menit selama 40 detik. Kala I adalah kala pembukaan yang
berlangsung antara pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap)
(Sulistyawati, 2010).
Proses ini terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten (8 jam) dimana
servik membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) dimana servik
membuka dari 3-10 cm. kontraksi lebih kuat dan lebih sering terjadi
pada fase aktif. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung
tidak begitu kuat sehingga parturient (ibu yang sedang bersalin) masih
dapat berjalan-jalan, lamanya kala I untuk primigravida sekitar 8 jam.
Berdasarkan Kurve Friedman, diperhitungkan pembukaan
primigravida 1 cm per jam dan pembukaan multigravida 2 cm per
jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan dapat
diperhitungkan (Manuaba, 2010).

b. Fase Kala 1 Persalinan


Menurut Sondakh (2013) kala I persalinan dibagi menjadi 2 fase,
yaitu fase laten dan fase aktif, yaitu :
1) Fase laten adalah periode watu dari awal persalinan hingga ke titik
ketika pembukaan mulai berjalan secara progresif, yang umumnya
dimulai sejak kontraksi mulai muncul hingga pembukaan 3-4 cm
atau permulaan fase aktif. Selama fase laten, bagian presentasi
mengalami penurunan sedikit hingga tidak sama sekali.
Seiring dengan peningkatan frekuensi, durasi, dan intensitas,
kontraksi menjadi lebih stabil selama fase laten. Dari mulai terjadi

5
setiap 10-20 menit, berlangsung 15-20 detik, dengan intensitas
ringan hingga kontraksi dengan intensitas sedang (rata-rata
40mmHg) pada puncak kontraksi dan tonus uterus dasar (10
mmHg) yang terjadi setiap 5-7 menit dan berlangsung selama 30-
40 detik.
2) Fase aktif adalah periode waktu dari awal kemajuan aktif
pembukaan hingga pembukaan menjadi lengkap. Pembukaan
umumnya dimulai dari 3-4 cm (akhir fase laten) hingga 10 cm
(akhir kala I persalinan). Kontraksi selama fase aktif menjadi lebih
sering, dengan durasi yang lebih panjang dan intensitas kuat.
Kontraksi yang efektif adalah kontraksi yang memiliki pola
gradient kelipatan 3 normal, mencapai tekanan uterus 40-50
mmHg pada puncak kontraksi dan kembali ke tonus uterus
istirahat, yaitu 10 mmHg. Menjelang akhir fase aktif, kontraksi
biasanya muncul setiap 2-3 menit setiap 60 detik, dan mencapai
intensitas yang kuat (lebih dari 40 mmHg) dengan rata- rata 55
mmHg.

c. Perubahan Fisiologis dan Psikologis Kala I


Perubahan fisiologis menurut Sumarah dkk (2008) adalah
1) Kontraksi Uterus
Adanya rangsangan pada otot polos uterus dan penurunan
hormone progresteron yang menyebabkan keluarnya hormone
oksitosin. Kontraksi otot uterus dimulai dan fundus uteri menjalar
kebawah, fundus uteri bekerja kuat dan lama untuk mendorong
janin ke bawah pasif hanya mengikuti tarikan dan segmen atas
rahim, akhirnya menyebabkan serviks menjadi lembek dan
membuka.
2) Perubahan Gastrointestinal
Kemampuan pergerakan serta penyerapan makanan padat
berkurang akan menyebabkan pencernaan hamper berhenti selama
persalinan dan menyebabkan konstipasi. Lambung yang penuh

6
dapat meyebabkan ketidaknyamanan.
3) Perubahan Tekanan Darah
Kenaikan sistolik selama kontraksi uterus rata-rata 10-20 mmHg,
dan diastolic rata-rata 5-10 mmHg. Kenaikan tekanan darah dapat
dipengaruhi oleh rasa takut/khawatir ibu. Posisi tidur terlentang
akan menyebabkan penekanan uterus terhadap pembulih darah
besar (aorta) sehingga menyebabkan hipotensi dan janin dapat
afiksia. Denyut jantung meningkat karena adanya kerja jantung
yang meningkat (kenaikan metabolism).
4) Perubahan Metabolisme
Adanya kenaikan metabolism karbohidrat aerobic maupun
anaerobic secara perlahan yang disebakan oleh kecemasan serta
kegiatan otot kerangka tubuh. Kegiatan metabolism yang
meningkat dicerminkan dengan kenaikan suhu badan, denyut nadi,
pernafasan, cardiac output dan kehilangan cairan.
5) Perubahan Suhu Badan
Suhu akan meningkat selama persalinan, suhu mencapai tertinggi
selama persalinan dan segera setelah kelahiran. Kenaikan dianggap
normal jika tidak melebihi 0.5-1 derajat celcius. Kenaikan suhu
berlebih menandakan terjadinya dehidrasi.
6) Perubahan Renal
Poliuri sering terjadi selama persalinan, hal ini disebabkan oleh
kardiak output yang meningkat, serta disebabkan karena filtrasi
glomerulus serta aliran plasma ke renal. Kandung kemih harus
dikosongkan untuk mencegah terhambatnya penurunan bagian
terbawah janin dan trauma pada kandung kemih serta menghindari
retensi urine setelah melahirkan.
Sifat kontraksi otot rahim (his) kala I menurut
Manuaba (2010) adalah:
1) Kontraksi bersifat simetris.
2) Fundal dominan, artinya bagian fundus uteri sebagai
pusatdan mempunyai kekuatan yang paling besar.

7
3) Involunter artinya tidak dapat diatur oleh parturien (ibu).
4) Intervalnya makin lama makin pendek.
5) Kekuatannya makin besar dan pada kala II diikuti dengan
refleks mengejan.
6) Diikuti retraksi, artinya panjang otot rahim yang telah
berkontraksi tidak akan kembali ke panjang semula.
7) Setiap kontraksi mulai dari miring pace maker yang
terletak di sekitar insersi tuba, dengan arah penjalaran ke
daerah serviks uteri dengan kecepatan 2 cm per detik.
8) Kontraksi rahim menimbulkan rasa sakit pada pinggang,
dareah perut, dan dapat menjalar ke arah paha.
Distribusi susunan otot rahim ke arah serviks yang
semakin berkurang menyebabkan serviks bersifat pasif,
sehingga terjadi keregangan (penipisan), seolah-olah janin
terdorong ke arah jalan lahir. Bagian rahim yang berkontraksi
dengan yang menipis dapat diraba atau terlihat, tetapi tidak
melebihi batas setangah pusat- simfisis. Pada kala pertama,
amplitudo sebesar 40 mmHg, menyebabkan pembukaan
serviks, interval 3–4 menit dan lamanya berkisar antara 40–60
detik. akhir kala pertama ditetapkan dengan kriteria, yaitu
pembukaan lengkap, ketuban pecah, dan dapat disertai refleks
mengejan.
Sedangkan perubahan psikologi yang dapat terjadi menurut
Sumarah dkk (2008), adalah :
1) Perasaan tidak enak.
Takut dan ragu-ragu akan persalinan yang akan dihadapi.
2) Ibu dalam mengahadapi persalinan sering
memikirkan antara lainapakah persalinan akan
berjalan normal.
3) Menganggap persalinan sebagai percobaan.
4) Apakah penolong persalinan dapat sabar dan
bijaksana dalammenolongnya.

8
5) Apakah bayinya normal atau tidak.
6) Apakah ia sanggup merawat bayinya.
7) Ibu merasa cemas.

d. Etiologi
Menurut Sulistyawati (2010), tanda-tanda masuk dalam persalinan,
yaitu :
1) Terjadinya his persalinan
2) Pengeluaran lendir dan darah (penanda persalinan)
3) Pengeluaran cairan
Sebagian pasien mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya selaput
ketuban.
Sedangkan menurut Sumarah (2008), sebab-sebab mulainya persalinan
antara lain :
1) Teori Penurunan Hormon
a) Hormon Esterogen
Berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim dan
memudahkan penerimaan rangsangan dari luar sepertirangsangan
oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis.
b) Hormone Progresteron
Berfungsi menurunkan sensitivitas otot rahim, menyulitkan
penerimaan rangsangan dari luar seperti oksitosin, rangsangan
prostaglandin, rangsangan mekanis, dan menyebabkan otot- otot
rahim dan otot polos relaksasi.
Pada kehamilan kedua hormone tersebut berada dalam keadaan
seimbang, sehngga kehamilan bisa dipertahankan. Perubahan
keseimbangan kedua hormone menyebabkan oksitosin yang
dikeluarkan oleh hipofise parsi posterior dapat menimbulkan
kontraksi dalam bentuk Braxton Hicks.

9
e. Tahap Persalinan
Tahapan persalinan menurut Sondakh (2013), tahapan persalinan
terdiri atas :
Kala I (pembukaan)
Kala I dimulai dari saat persalinan mulai (pembukaan nol) sampai
pembukaan lengkap (10 cm). proses ini terbagi dalam 2 fase, yaitu:
a) Fase laten
Berlangsung selama 8 jam, serviks membuka sampai 3 cm
b) Fase aktif
Berlangsung selama 7 jam, servik membuka dari 4 cm sampai 10
cm, kontraksi lebih kuat dan sering, dibagi menjadi 3 fase :
(1) Fase akselerasi
Dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 4 cm.
(2) Fase dilatasi maksimal
Dalam 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 cm
menjadi 9 cm.
(3) Fase deselerasi
Pembukaan menjadi lambat sekali, dalam waktu 2 jam pembukaan
9 cm menjadi 10 cm (lengkap).

f. Tanda-Tanda Persalinan
Menurut Asri H, dkk (2010) persalinan dimulai bila sudah dalam
inpartu (saat uterus berkontraksi menyebabkan perubahan pada serviks
membuka dan menipis), berakhir dengan lahirnya plasenta secara
lengkap. Tanda dan gejala menjelang persalinan antara lain : perasaan
distensi berkurang (lightening), perubahan serviks, persalinan palsu,
ketuban pecah, blood show, lonjakan energy, gangguan pada saluran
cerna.
1) Lightening yang mulai dirasakan kira-kira 2 minggu menjelang
persalinan, adalah penurunan bagian presentasi ke dalam pelvis
minor. Pada presentasi sefalik, kepala bayi biasanya menancap
(enganged) setelah lightening. Lightening adalah sebutan sebutan

10
bahwa kepala janin sudah turun. Sesak nafas yang dirasakan
sebelumnya selama trimester ke III kehamilan akan berkurang
karena kondisi ini akan menciptakan ruang yang lebih besar di
dalam abdomen atas untuk ekspansi paru. Namun lightening tetap
menimbulkan rasa tidak nyaman yang lain akibat tekanan bagian
presentasi pada struktur di area pelvis minor. Hal-hal spesifik
berikut akan dialami ibu : ibu jadi sering berkemih, karena
kandung kemih ditekan sehingga ruang yang tersisa untuk ekspansi
berkurang, perasaan tidak nyaman karena tekanan pada panggul
yang menyeluruh, yang mebuat ibu merasa tidak enak dan timbul
sensasi terus menerus bahwa sesuatu perlu dikeluarkan atau
defekasi. Kram pada tungkai, yang disebabkan oleh tekanan bagian
presentasi pada syaraf yang menjalar melalui foramen ischiadikum
mayor dan menuju ke tungkai. Peningkatan statis vena yang
menghasilkan edema dependen akibat tekanan pada bagian
presentasi pada pelvis minor menghambat aliran balik darah dari
ektermitas bawah. Lightening menyebabkan tinggi fundus menurun
ke posisi yang sama dengan fundus pada usia kehamilan 8 bulan.
2) Mendekati persalinan servik melunak dan menipis serta sedikit
dilatasi. Perubahan servik akibat peningkatan intensitas Braxton
hicks. Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat
nyeri, yang memberikan pengaruh signifikan terhadap serviks
akibat Braxton hicks yang telah terjadi sejak enam minggu
persalinan.
3) Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala I persalinan,
apabila terjadi sebelum awitan persalinan, disebut ketuban pecah
dini (KPADA). Plak lendir disekresi serviks sebagai hasil
proliferasi kelenjar lendir serviks pada awal kehamilan. Plak ini
menjadi sawar pelindung dan menutup jalan lahir selama
kehamilan. Pengeluaran plak inilah yang dimaksud bloody show.
4) Bloody show paling sering terlihat sebagai rabas lendir bercampur
darah yang lengket dan harus dibedakan dengan cermat dari

11
perdarahan murni.

g. Faktor Yang Memengaruhi Persalinan


Menurut Sondakh (2013), factor-faktor yang mempengaruhi
jalannya proses persalinan adalah :
1) Penumpang (Passenger)
Penumpang dalam persalinan adalah janin dan plasenta.
Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai janin adalah ukuran
kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin, sedangkan
yang perlu diperhatikan dalam plasenta adalah letak, besar dan
luasnya.

2) Jalan Lahir (Passage)


Jalan lahir terbagi atas dua, yaitu jalan lahir keras dan jalan
lahir lunak. Hal-ha yang perlu diperhatikan dari jalan lahir keras
adalah ukuran dan bentuk tulang panggul, sedangkan yang perlu
diperhatikan pada jalan lahir lunak adalah segmen bawah uterus
yang dapat meregang, servik, otot dasar panggul, vagina dan
introitus vagina.
3) Kekuatan (Power)
Factor kekuatan dalam persalinan dibagi atas dua, yaitu :
a) Kekuatan primer (kontraksi involunter)
Kontraski dari segmen atas uterus yang menebal dan
dihantarkan ke uterus bawah dalam bentuk gelombang. Istilah
yang digunakan untuk menggambarkan kontraksi involunter ini
antara lain frekuensi, durasi, dan intensitas kontraksi. Kekuatan
primer ini mengakibatkan serviks menipis (effacement) dan
berdilatasi sehingga janin turun.
b) Kekuatan sekunder (kontraksi volunter)
Pada kekuatan ini, otot-otot diagfragma dan abdomen
ibu berkontraksi dan mendorong keluar isi jalan lahir sehingga
menimbulkan tekanan intraabdomen. Tekanan ini menekan

12
uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan dalam
mendorong keluar. Kekuatan sekunder tidak memengaruhi
dilatasi servik lengkap, kekuatan ini cukup penting untuk
mendorong keluar dari uterus dan vagina.
4) Posisi Ibu (Positioning)
Posisi ibu dapat memengaruhi adaptasi anatomi dan
fisiologi persalinan. Perubahan posisi yang diberikan pada ibu
bertujuan untuk menghilangkan rasa letih, member rasa nyaman,
dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak (contoh : posisi berdiri,
berjalan, duduk dan jongkok) member sejumlah keuntungan,
salah satunya adalah memungkinkan gaya gravitasi membantu
penurunan janin. Selain itu, posisi ini dianggap dapat mengurangi
kejadian penekanan tali pusat.
5) Respon Psikologi(Psychology Response) Respon psikologi ibu
dapat dipengaruhi oleh :
a) Dukungan ayah bayi/pasangan selama proses persalinan.
b) Dukungan kakaek nenek (saudara dekat) selama persalinan.
c) Saudara kandung bayi selama persalinan.
h. Manajemen Kala I
Menurut Kuswanti (2013) manajemen kala 1, yaitu :
1) Mengidentifikasi masalah
2) Mengkaji riwayat kesehatan
3) Pemeriksaan fisik
4) Pemeriksaan janin
5) Menilai data dan membuat diagnosis
6) Menilai kemajuan persalinan
7) Membuat rencana asuhan keperawatan kala I
i. Asuhan Kebidanan Kala I
1) Pengkajian
Menurut Dermawan (2012) pengkajian merupakan pengumpulan
data klien agar dapat mengenal masalah-masalah kebutuhan
kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, social dan

13
lingkungan. Pengkajian yang dilakukan antara lain :

a) Wawancara
(1) Biodata klien
(2) Gravida (kehamilan),para(persalinan), abortus (keguguran),
jumlah anak yang hidup.
(3) HPHT (hati pertama haid terakhir)
(4) HPL (hari perkiraan lahir)
(5) Riwayat penyakit (sebelum dan selama kehamilan)
termasuk alergi
(6) Riwayat persalinan
b) Pengkajian Kala I
Menurut Mitayani (2013) pengkajian yang dilakukan pada
Kala I yaitu :
(1) Pemeriksaan fisik
(2) Tanda-tanda vital
(3) Auskultasi DJJ
(4) Kontraksi uterus, dilatasi uterus, penurunan presentasi
terendah dan kemajuan persalinan
(5) Perineum
c) Pemeriksaan Abdomen
(1) Inspeksi
Adalah suatu proses observasi yang dilakukan secara
sistematis dengan menggunakan penglihatan.
(2) Palpasi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara meraba :
(a) Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir
Untuk mengetahui berapa kali janin bergerak dalam 24
jam (Wiknjosastro, 2007).
(b) Kontraksi
Untuk mengetahui sejak kapan kontraksi dimulai,
frekuensi, durasi dan lokasinya, sehingga dapat

14
diketahui sejak kapan berlangsung.
Pemeriksaan abdomen menurut Romauli (2011), yaitu:
(a) Pemeriksaan Leopold I
Untuk mengetahui tinggi fundus uteri dan bagian yang
berada di fundus.
(b) Pemeriksaan Leopold II
Untuk mengetahui batas kiri/kanan pada uterus ibu,
yaitu punggung pada letak bujur dan kepala pada letak
lintang.
(c) Pemeriksaan Leopold III
Untuk mengetahui presentasi/bagian terbawah janin
yang ada di simpisis ibu.
(d) Pemeriksaan Leopold IV
Untuk mengetahui seberapa jaun masuknya bagian
terendah janin kedalam PAP (Pintu Atas Panggul).
(3) Auskultasi
Normal terdengar denyut jantung dibawah pusat ibu (baik
kiri atau kanan) mendengarkan denyut jantung janin
meliputi frekuensi dan keteraturannya. DJJ dihitung selama
1 menit penuh. Jumlah DJJ normal antara 120 sampai
140x/menit (Ramouli, 2011). Pada persalinan dengan
induksi DJJ harus dilakukan setiap 15 menit apabila sudah
memasuki fase aktif (Prawiroharjo, 2009).
d) Riwayat yang harus diperhatikan
(1) KPD (ketuban pecah dini)
(2) Riwayat bedah sesar
(3) Riwayat perdarahan
(4) Prematuritas atau tidak cukup bulan(Chapman, 2006)
e) Pemeriksaan Fisik
(1) Edema
(2) Jaringan parut pada abdomen
(3) Palpasi TFU (tinggi fundus uterus)(Mitayani, 2013)

15
2) Diagnose Kebidanan
a) Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus
b) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional akibat proses
persalinan
3) Perencanaan
a) Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus Tujuan dan
criteria hasil :
(1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi
nyeri).
(2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan manajemen
nyeri.
(3) Mampu mengenali (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri).
(4) Skala nyeri berkurang 5 menjadi 2.
(5) Ny. N nyaman setelah nyeri berkurang.
(6) Vital sign dalam batas normal.

Intervensi :
(1) Kaji kontraksi uterus dan ketidaknyamanan (awitan,
frekuensi, durasi, intensitas dan gambaran nyeri)
Rasional : untuk mengetahui tingkat
nyeri dan ketidak nyamanan
(2) Kurangi dan hilangkan factor yang meningkatkan nyeri
Rasional : tidak menambah persepsi nyeri klien
(3) Jelaskan metode pereda nyeri yang ada seperti relaksasi,
nafas dalam, massage, pemberian posisi, obat-obatan
Rasional : memungkinkan lebih banyak alternative
yangdimiliki ibu dalam mengendalikan rasa nyeri
(4) Lakukan perubahan posisi sesui keinginan ibu, anjurkan
miring ke kiri
Rasional : rasa nyeri bersifat individual, sehingga

16
posisinyaman setiap orang berbeda

b) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional akibat proses


persalinan
Tujuan dan criteria hasil :
(1) Ny.N mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala
cemas.
(2) Mengidentifikasi, mengungkapkan, menunjukkan teknik
untuk mengontrol cemas.
(3) Vital sign dalam batas normal.
Intervensi :
(1) Berikan informasi tentang perubahan psikologis dan
fisiologis pada persalinan sesuai kebutuhan
Rasional : pendidikan dapat menurunkan
Stress dan ansietas
(2) Anjurkan klien untk mengungkapkan perasaan, masalah
dan rasa takut
Rasional : sress, rasa takut dan ansietas mempunyai efek
yang dalam pada proses persalinan, sering memperlama
karena penggunaan cadangan glukosa; menyebabkan
kelebihan epinefrin yang dilepaskan dan stimulasi adrenal
yang menghambat aktivitas miometrial; dan meningkatkan
kadar norepinefrin yang cenderung meningkatkan aktivitas
uterus.

2. Nyeri Persalinan
a. Definisi
Menurut Potter & Perry (2005) dalam Judha, dkk (2012), nyeri adalah
suatu sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus spesifik bersifat
subjektif dan berbeda antara masing-masing individu karena dipengaruhi
oleh factor psikososial, sehingga orang tersebut lebih merasakan nyeri.
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan.

17
Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap
orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah
yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya
(Uliyah, 2015).
Association for the Study of pain mendefinisikan bahwa nyeri
merupakan pengalaman emosional dan sensori yang tiadak
menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan secara actual atau
potensial atau menunjukkan adanya (Judha,dkk 2012).
Rasa nyeri yang dialami selama masa persalinan bersifat unik
pada setiap ibu dapatt dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain
budaya, takut, kecemasan, pengalaman persalinan sebelumnya, persiapan
persalinan dan dukungan (Judha, dkk 2012).
Rasa nyeri pada persalinan adalah manifestasi dari adanya
kontraksi (pemendekan) otot rahim. Kontraksi inilah yang menimbulkan
rasa sakit pada pinggang, daerah perut dan menjalar ke arah paha.
Kontraksi ini menyebabkan adanya pembukaan mulut rahim (serviks).
Dengan adanya pembukaan servik ini maka akan terjadi persalinan
(Judha, dkk 2012)

b. Penyebab Nyeri
Menurut Judha, dkk (2012), rasa nyeri persalinan muncul karena :
1. Kontraksi otot rahim
Kontraksi rahim menyebabkan dilatasi dan penipisan
serviks serta iskemia rahim akibat konraksi arteri miometrium.
Karena rahim merupakan organ internal maka nyeri yang timbul
disebut nyeri visceral. Nyeri visceral juga dapat dirasakan pada
organ lain yang bukan merupakan asalnya disebut nyeri alih
(reffered pain). Pada persalinan nyeri alih dapat dirasakan pada
punggung bagian bawah dan sacrum. Biasanya ibu hanya
mengalami nyeri ini hanya selama kontraksi dan bebas dari rasa
myeri pada interval antar kontraksi.
2. Regangan otot dasar panggul

18
Jenis nyeri ini timbul pada saat mendekati kala II, tidak
seperti nyeri visceral, nyeri ini terlokalisir di daerah vagina,
rectum dan perineum, sekitar anus. Nyeri klinis ini disebut nyeri
somatic dan disebabkan peregangan struktur jalan lahir bagian
bawah akibat penurunan bagian terbawah janin.
3. Episiotomy
Pada peristiwa episiotomy, nyeri dirasakan apabila ada
tindakan episiotomy, tindakan ini dilakukan sebelum jalan lahir
mengalami laserasi maupun rupture pada jalan lahir.
4. Kondisi Psikologis
Nyeri dan rasa sakit yang berlebihan akan menimbulkan
rasa cemas,. Takut, cemas, dan tegang memicu produksi hormone
prostaglandin sehingga timbul stress. Kondisi stress dapat
memengaruhi kamampuan tubuh menahan rasa nyeri.

c. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri menurut Price & Wilson (2005) dalam buku Judha,
dkk (2012) dibedakan berdasarkan lokasi atau sumber, yaitu :
1. Nyeri Somatic Superficial (kulit)
Berasal dari struktur superficial kulit dan jaringan subkutis.
Stimulus yang efektif untuk menimbulkan nyeri di kulit dapat
berupa rangsang mekanis, suhu, kimiawi, atau listrik. Apabila kulit
hanya yang terlibat, nyeri sering dirasakan sebagai penyengat,
tajam, meringis atau seperti terbakar, tetapi apabila pembulu darah
ikut berperan menimbulkan nyeri, sifat nyeri menjadi berdenyut.
2. Nyeri Somatic Dalam
Nyeri berasal dari otot, tendon, ligamentum, tulang, sendi dan
arteri. Struktur ini memiliki sedikit reseptor nyeri sehingga
lokalisasi nyeri kulit dan cenderung menyebar ke daerah
sekitarnya.
3. Nyeri Visera

19
Berasal dari organ tubuh, terletak di dinding otot polos organ-
organ berongga. Mekanisme yang menimbulkan nyeri visera
adalah peregangan atau distensi abnormal dinding atau kapsul
organ, iskemia dan peradangan.
4. Nyeri Alih
Berasal dari salah satu daerah tubuh, tapi dirasakan di daerah lain.
5. Nyeri Neuropati
Nyeri neuropati sering memiliki kualitas seperti terbakar, perih
atau seperti tersengat listrik. Nyeri sering bertambah parah oleh
stress emosi atau fisik dan mereda oleh relaksasi.

d. Proses Terjadinya Nyeri


Price & Wilson (2005), menjelaskan bahwa proses fisiologi nyeri
terdapat empat proses tersendiri : transduksi, transmisi, modulasi dan
persepsi. Transduksi nyeri adalah proses rangsangan yang
mengganggu sehingga menimbulkan aktivitas listrik di reseptor nyeri.
Transmisi nyeri melibatkan proses penyaluran impuls dari tempat
transduksi melewati saraf perifer sampai ke terminal di medulla
spinalis dan jaringan neuron-neuron pemancar yang naik dari medulla
spinalis ke otak. Medulasi nyeri melibatkan aktivitas saraf melalui
jalur-jalur saraf desenden dari otak yang dapat memengaruhi transmisi
nyeri setinggi medulla spinalis.modulasi juga melibatkan factor-faktor
kimiawi yang menimbulkan atau meningkatkan aktivitas di reseptor
nyeri afteren primer. Jadi, persepsi nyeri adalah pengalaman subjektif
nyeri yang bagaimanapun juga dihasilkan oleh aktivitas transmasi atau
saraf (Judha, dkk 2012).
Proses terjadinya nyeri adalah dimulai ketika bagian tubuh terluka oleh
tekanan, potongan, sayatan, dingin atau kekurangan oksigen pada sel,
maka bagian tubuh yang terluka akan mengeluarkan berbagai macam
substansi seluler dilepaskan ke luar ruang ekstraseluler maka akan
mengiritasi nosiseptor. Saraf ini akan merangsang dan bergerak
sepanjang serabut saraf atau neurotransmisi yang akan menghasilkan

20
substansi yang disebut dengan neurotransmitter seperti prostaglandin
dan epineprin, yang membawa pesan nyeri dari medulla spinalis
ditransmisikan ke otak dan dipersepsikan sebagai nyeri (Judha,dkk
2012).

e. Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri


Faktor-faktor yang dapat memengaruhi nyeri, yaitu :
1. Usia
Menurut Potter & Perry (2005) usia merupakan variable penting
yang memengaruhi nyeri, perbedaam perkembangan diantara
kelompok usia dapat memengaruhi respon nyeri.
2. Budaya
Persepsi dan ekspresi terhadap nyeri persalinan dipengaruhi oleh
budaya individu.
3. Emosi
Stress atau rasa takut dapat merangsang hormon katekolamin dan
adrenalin, katekolamin dilepaskan dalam konsentrasi tinggi saat
persalinan yang dapat menyebabkan menegangnya uterus sehingga
aliran darah dan oksigen ke dalam-dalam otot uterus berkurang
karena arteri mengecil dan menyempit, akibatnya adalah rasa nyeri
yang terelakan. Apabila ibu dalam keadaan rileks dapat memancing
keluarnya hormone endorphin, penghilang rasa sakit yang alami
didalam tubuh.
4. Pengalaman Persalinan
Pengalaman melahirkan sebelumnya juga dapat memengaruhi
respon ibu terhadap nyeri. Bagi ibu yang mempunyai pengalaman
yang menyakitkan dan sulit pada persalinan sebelumnya, perasaan
cemas dan takut pada pengalaman lalu akan memengaruhi
sensitifitasnya rasa nyeri (Judha, dkk 2012).
5. Support System

21
Dukungan dari pasangan, keluarg maupun pendamping persalinan
dapat membantu memenuhi kebutuhan ibu bersalin, juga membantu
mengatasi rasa nyeri (Judha, dkk 2012).

6. Persiapan Persalinan
Persiapan persalinan tidak menjamin persalinan akan berlangsung
tanpa nyeri. Namun, persiapan persalinan diperlukan untuk
mengurangi perasaan cemas dan takut akan nyeri persalinan
sehingga ibu dapat memilih berbagai teknik atau metode latihan
agar ibu dapat mengatasi ketakutannya.

f. Pengukuran skala nyeri dengan Numeric Rating Scale (Skala


Numerik)
Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scale, NRS) lebih
digunakan sebagai pengganti pada alat pendeskripsian kata. Dalam hal
ini, responden menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala
paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan
setelah intervensi.

Gambar 1
Skala Nyeri Numeric Rating Scale (Suryono & Edi, 2008)
Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara objektif klien dapat berkomunikasi
dengan baik
4-6 : Nyeri sedang : secara objektif klien mendesis,
menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat
mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan
baik

22
7-10 : Nyeri berat : secara objektif klien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih
posisi nafas panjang.

g. Pengurangan Rasa Nyeri


Beberapa metode pengurangan rasa nyeri :
1) Terapi farmakologis
Menurut Judha, dkk (2012) penatalaksanaan farmakologis pada
nyeri persalinan meliputi analgesia yang menurunkan dan
mengurangi rasa nyeri dan anesthesia yang menghilangkan sensasi
bagian tubuh baik parsial maupun total.
Berbagai pilihan penatalaksanaan farmakologis antara lain:
a) Analgesia narkotik (Merepidine, Nalbuphine, Butorphanol,
Morfin Sulfate Fentanyln)
b) Analgesia regional (Epidural, Spinal dan kombinasinya)
c) ILA (Intra Thecal Labor Analgesia)
2) Terapi non farmakologis menurut Judha,dkk (2012)
a) Posisi, postur dan ambulasi
Posisi persalinan, perubahan posisi dan pergerakan yang tepat
akan membantu meningkatkan kenyamanan atau menurunkan
rasa nyeri, meningkatkan kepuasan akan kebebasan untuk
bergerak, dan meningkatkan control diri ibu.
b) Kompres hangat
Tindakan ini akan meningkatkan aktivitas rahim, kompres
hangat meningkatkan suhu kulit local, mengurangi
spasme otot dan meningkatkan ambang nyeri.
c) Kompres dingin
Untuk mengurangi ketegangan nyeri sendi otot,
mengurangi pembengkakan dan menyejukkan kulit.

23
Kompres dingin akan memperlambat transmisi nyeri
melalui neuron sensorik.

d) Hipnobirthing
Merupakan salah satu teknik otohipnosis (selfhypnosis)
atau swasugesti, dalam menghadapi kehamilan dan
persiapan melahirkan yang berfungsi membantu para
wanita hamil melalui masa persalinannya dengan cara
yang alami, lancar dan nyaman (tanpa rasa sakit).
e) Aromatherapy
Bau-bauan dapat memberikan rasa nyaman serta relaksasi
pada tubuh dan pikiran ibu, rasa nyeri dan cemas akan
tereduksi. Sehingga nyeri akan berkurang.
f). Massage
Dengan melakukan tekanan pada daerah jaringan lunak
biasanya otot, tendon, atau limen dapat menghasilkan
relaksasi dan memperbaiki sirkulasi darah sehingga rasa
nyeri dalam persalinan dapat berkurang.

3. Prosedur Penggunaan Teknik Deep Back Massage


a. Definisi
Deep back massage adalah penekanan pada sacrum yang dapat
mengurangi ketegangan pada sendi sakroiliakus dari posisi oksiput
posterior janin.
b. Teknik Deep Back Massage
Massage yang dilakukan sebagai proses pengurangan rasa nyeri
dengan melakukan penekanan pada daerah sacrum pada saat ada
kontraksi selama 20 menit, sekitar 6-8 kali penekanan dengan
menggunakan telapak tangan bagian bawah, dengan kekuatan tekanan
bertumpu pada pangkal lengan. Metode Deep Back Massage efektif
dilakukan saat kontraksi pada kala I fase aktif pembukaan 4-10 cm.
Pada saat interval antar kontraksi lakukan pengusapan pada daerah

24
sacrum. Penekanan yang dilakukan dapat menstimulasi kutaneus,
sehingga dapat menghambat impuls nyeri tidak sampai ke thalamus.
Hal ini sesuai dengan teori Gate Control dan Melzack. Selain itu juga
akan membantu meningkatkan kontraksi miometrium yang akan
mempercepat proses pembukaan.
c. Prinsip dan Tujuan Teknik Deep Back Massage
Prinsip dan tujuan teknik deep back massage yaitu mengurangi
atau menghentikan penghantaran impuls nyeri. Pelaksanaan massage
yang benar dapat meredakan ketengan otot serta memberi rasa relaks.
Sirkulasi darah menjadi lancer sehingga nyeri berkurang (Judha,dkk
2012).
Selain itu deep back massage juga memberikan manfaat memberi
rasa nyaman pada punggung atas dan punggung bawah, menurunkan
nyeri dan kecemasan, mempercepat persalinan, menghilangkan
tegangan otot pada paha diikuti ekspansi tulang pelvis karena relaksi
pada otot-otot sekitar pelvis dan memudahkan bayi turun dan melewati
jalan lahir, dan menurunkan tegangan otot akibat kontraksi,
menormalkan fisiologi tubuh, melancarkan sirkulasi darah dan
menstimulasi pembuluh darah (Rukma,2014).
4. Anatomi Sacrum
Sacrum atau tulang kelangkang berbentuk seitia dengan bagian
atas melebar dan bagian bawah meruncing. Yang terletak diantara tulang
pangkal paha terdiri atas lima ruas tulang yang bergabung. Permukaan
depan cekung bagian kiri dan kanan dari garis tengah tampak lima buah
lubang biasa disebut foramina sacralia anterio, lubang ini dilalui syaraf
yang membentuk plexus sacralis dan pembulh darah kecil.

25
Sumber : flexfreeclinik.com
Gambar 2.
Anatomi Sakrum
Bagian-bagian sakrum
1). Facies velvika (lengkungan sakrum)
2). Foramina sacralis
3). Crista sacralis

26
B. Kewenangan Bidan Terhadap Kasus tersebut
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019
tentang Kebidanan, meliputi :
1. Bagian Kedua Pasal 46 Ayat 1 huruf a
Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, bidan bertugas
memberikan pelayanan kesehatan ibu.
2. Bagian kedua Pasal 47 huruf a
Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan dapat berperan
sebagai pemberi pelayanan kebidanan.
3. Bagian kedua Pasal 49 huruf c
Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan ibu
sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 (1) huruf b, Bidan berwenang
memberikan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan dan menolong
persalinan normal.

27
C. Hasil Penelitian Terkait
Dalam penyusunan tugas akhir penulis ini, penulis sedikit banyak terinspirasi
dari penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan latar belakang
masalah pada laporan tugas akhir ini yang berhubungan dengan laporan tugas
akhir ini yaitu
1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Taqiyah, Y & Jama, F. (2021)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang melahirkan pada kelompok
intervensi mengalami perubahan adaptasi dengan p-value 0,000,
sedangkan p-value untuk perubahan pada kelompok kontrol adalah
0,0669. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa terapi deep back massage
efektif untuk meningkatkan adaptasi nyeri persalinan di RDUD Kota
Makassar.
2. Penelitian Nafiah, T. (2018)
Dengan judul pengaruh metode Deep Back Massage terhadap intensitas
nyeri pada persalinan kala I fase aktif di Klinik Pratama Mutiara Bunda
Kawalu Kota Tasikmalaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata
nyeri persalinan setelah dilakukan Deep Back Massage sebesar 5,6 berada
pada kateori nyeri sedang dan ada pengaruh pada pemberian Deep Back
Massage terhadap penurunan intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif
dengan p value sebesar 0,001<0,05.
3. Berdasarkan hasil penelitian Lestari, dkk (2012)
Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari 13 responden yang merasakan
nyeri (skor 6-10) sebelum deep back massage mengalami penurunan nyeri
(skor 0-4) sesudah deep back massagee sebanyak 9(42,9%) responden
sedangkan ibu yang mengalami nyeri (skor 6-10) sebelum deep back
massage tidak mengalami penurunan nyeri (skor 6- 10) setelah dilakukan
deep back massage sebanyak 4 (19%) responden. Hal ini menggambarkan
penurunan rasa nyeri persalinan ibu. Berdasarkan uji statistik didapatkan
nilai p-value adalah 0,004 (p<0,05).

28
D. Kerangka Teori

Persalinan Kala
I Fase Aktif

Kontraksi

Tanda Persalinan : Nyeri


Persalinan

- His persalinan Deep Back


- Bloody Show Massage
- Lightening

Nyeri
Persalinan
Berkurang

Gambar 5 Kerangka Teori


Sumber : Nurmalitasari, 2016

29

Anda mungkin juga menyukai