Anda di halaman 1dari 2

SGD 3 NO 6

Fluorosis gigi adalah salah satu penyebab paling sering dari perubahan warna gigi intrinsik.
Ini dapat didefinisikan sebagai “hipomineralisasi enamel, yang disebabkan oleh kelebihan
fluoride di lingkungan sekitar enamel selama pembentukan gigi.” Ini adalah defek
perkembangan enamel, karena paparan berturut-turut gigi selama tahap perkembangan
pembentukan ke konsentrasi fluoride yang lebih tinggi, menghasilkan enamel dengan
kandungan mineral yang lebih rendah dan peningkatan porositas. Asupan fluorida harian 0,05
hingga 0,7 mg F/kg/hari atau 1 bagian per juta (ppm) adalah tingkat yang direkomendasikan.
Asupan harian lebih dari tingkat yang aman ini mengarah pada peningkatan risiko fluorosis
gigi.
Penampilan klinis fluorosis gigi bervariasi dalam intensitas dari striasi putih yang hampir
tidak terlihat hingga pitting dan pewarnaan yang konfluen. Enamel berfluor tidak berubah
warna saat erupsi ke dalam mulut; perubahan warna nantinya berkembang karena difusi ion
eksogen ke dalam enamel berpori. Gigi yang berkembang di kemudian hari lebih rentan
terhadap fluorosis gigi. Thylstrup dan Fejerskov mencatat peningkatan keparahan yang
progresif dari gigi anterior ke gigi posterior di rahang atas serta rahang bawah.
Sumber: Patidar, D et al. 2021. ‘Enlightening Diagnosis and Differential Diagnosis of Dental
Fluorosis—A Hidden Entity in a Crowd’. Dental Journal of Advance Studies:2021;9:14–21
DOI https://doi.org/ 10.1055/s-0041-1725218 ISSN 2321-1482.

SGD 4 NO 1
Diskolorasi gigi adalah suatu kondisi dimana gigi mengalami perubahan karna berbagai
faktor penyebab yang dapat diklasifikasikan menjadi diskolorasi ekstrinsik dan diskolorasi
intrinsik. Diskolorasi ekstrinsik dapat disebabkan oleh faktor-faktor luar atau eksternal seperti
konsumsi teh, kopi, penggunaan tembakau yang berlebihan. Diskolorasi intrinsik disebabkan
karna perubahan warna gigi berasal dari dalam atau internal seperti gangguan perkembangan
gigi antara lain dentinogenesis imperfekta atau amelogenesis imperfekta. Perkembangan
suatu perawatan dalam bidang kedokteran gigi modern saat ini telah dikenal teknik
pemutihan gigi atau biasa disebut teknik bleaching. Teknik bleaching ini adalah suatu teknik
yang dapat mengembalikan fungsi estetik gigi seseorang menjadi lebih putih dan menarik.
Teknik-teknik bleaching tersebut dibagi menjadi teknik bleaching secara internal yaitu teknik
walking bleach dan teknik termokatalitik.
Teknik termokatalitik menggunakan sepotong kapas kecil yang telah dibasahi dengan bahan
pemutih yang ditempatkan dalam kamar pulpa, kemudian dilakukan pemanasan selama dua
menit. Bila perlu dapat juga pemanasan dilakukan pada sepotong kapas yang dibasahi larutan
pemutih dan ditempatkan di bagian labial gigi. Sumber panas yang dapat digunakan adalah
lampu pemanas, alat pemanas listrik atau instrumen kecil yang ujungnya dipanaskan.
Sumber:
- Kholisa, N. 2014. Jurnal UMY
- Grossman, L.I. et all, 1998. Endodontic Practice. Eleventh Edition.
Philadelphia,Pennsylvania, U.S.A : Lea & Febiger.
SGD 6 NO 6
Resin komposit light-activated digunakan secara ekstensif untuk restorasi fungsional
konservatif dan peningkatan estetik gigi anterior dan posterior. Resin komposit modern
menghadirkan sifat estetika dan fisik yang sangat baik, relatif mudah digunakan untuk
berbagai aplikasi sederhana dan kompleks, tidak memerlukan peralatan canggih dan di luar
lokasi untuk pembuatannya, dan menawarkan pilihan perawatan yang relatif murah untuk
pasien dari segala usia. Jika dibandingkan dengan restorasi keramik, umur panjang klinis
resin komposit tampaknya menjadi faktor penting dalam pemilihan bahan restorasi baik
untuk dokter maupun pasien. Meskipun ada tumpang tindih dalam indikasi klinisnya, perlu
dipertimbangkan bahwa resin komposit dan keramik adalah bahan yang berbeda dalam sifat
fisik dan mekaniknya dan karenanya harus dievaluasi secara terpisah sehubungan dengan
manfaat yang ditawarkannya. Jika umur panjang relatif dari laminasi keramik dibandingkan
dengan resin komposit, hasil yang diamati dapat sangat bervariasi.

Sumber: Jr, Newton Fahl & Ritter, Andre V. 2020. Composite Veneers: The Direct-Indirect
Technique

Anda mungkin juga menyukai