Gambar 1. Kurva Stephan menunjukan mekanisme kerja dari fluoride menurut level pH
5.5 Sealants, primers, adhesives dan material ortodontik lain nya yang
mengandung fluoride
Perawatan ortodontik yang berkepanjangan meningkatkan resiko lesi white
spot dan pembentukan karies. Oleh karena itu, pelepasan fluoride dari bonding
system di sekitar bracket dapat berguna. Sealant adalah pelindung permukaan
yang membentuk pelindung terhadap asam. Ada dua jenis sealant sebagai bahan
kimia dan light curing. Chemical-curing sealants mempunyai kerugian seperti
tidak semua lapisan bisa terkena sealent. Studi menunjukkan bahwa light-curing
sealants lebih terpolimerisasi dengan baik dan memiliki sifat barrier yang lebih
baik untuk demineralisasi karena menutupi permukaan sepenuhnya.
Glass ionomer cement adalah bahan yang memiliki sifat yang diinginkan
seperti pelepasan fluoride dan adanya ikatan kimia. Namun, ikatan dengan glass
ionomer meningkatkan akumulasi plak di sekitar braket, selain itu mempunyai
kemampuan yang rendah sebagai bahan bonding bracket. Resin-modified glass
ionomer cements dikembangkan untuk mengatasi efek samping tersebut dengan
menambahkan partikel resin ke dalam semen. Sistem perekat ini melepaskan
fluoride seperti glass ionomer cement konvensional dan memiliki gaya adhesi
yang lebih tinggi.
Fluoride harus ditambahkan ke dalam bahan untuk pelepasan fluoride
secara terus menerus, untuk mencegah pembentukan lesi white spot selama
perawatan ortodontik. Dilaporkan bahwa fluoride releasing adhesives
memberikan perlindungan untuk area seluas 1 mm di sekitar bracket (Temel &
Kaya, 2019).
6.5 Mikroabrasi
Mikroabrasi adalah metode yang didasarkan pada pengambilan enamel.
Karena permukaan luar enamel kaya akan fluoride dan lebih tahan terhadap faktor
eksternal, sedikit enamel yang dapat dihilangkan pada langkah pertama
mikroabrasi.
Metode mikroabrasi yang paling umum untuk menghilangkan lesi white
spot adalah permukaan labial / bukal gigi yang terdapat lesi dipoles dengan
rotating device dengan menggunakan campuran berbentuk gel dari hydrochloric
acid 18% (HCl) dan medium grained pumice.
Proses mikroabrasi menghilangkan sejumlah kecil enamel dari permukaan
gigi dan membentuk tekstur enamel yang lebih halus. Mineral kalsium dan fosfat
menutup ruang interprismatik akibat mikroabrasi dan permukaan email menjadi
lebih tahan terhadap faktor eksternal (Temel & Kaya, 2019).
6.7 Laser
Penerapan laser untuk mencegah karies dimulai pada tahun 1972. Sinar
laser meningkatkan kekerasan mikro enamel dan ketahanan terhadap asam. Laser
utama yang digunakan dalam kedokteran gigi pencegahan termasuk laser argon,
CO2, Nd-YAG, dan erbium YAG (Khoroushi, M. & Kachuie, M., 2017).
Iradiasi enamel dengan sinar laser argon menurunkan jumlah
demineralisasi hingga 30% ‒50%. Fox melaporkan bahwa, selain menurunkan
demineralisasi enamel, sinar laser menurunkan nilai pH ambang disolusi. Sinar
laser mengakibatkan perubahan morfologi permukaan tetapi mempertahankan
permukaan email yang utuh. Beberapa mekanisme telah disarankan untuk
menjelaskan peningkatan resistensi enamel terhadap karies setelah iradiasi laser,
tetapi mekanisme pastinya belum dijelaskan. Mekanisme yang paling mungkin
muncul adalah melalui pembentukan ruang mikro di dalam enamel setelah
terpapar sinar laser. Ruang mikro ini menjebak ion yang dilepaskan dan berfungsi
sebagai tempat untuk remineralisasi di dalam permukaan email. Penerapan sinar
laser argon (488 nm) secara signifikan menurunkan kedalaman lesi rata-rata
dibandingkan dengan kontrol cahaya tampak, mendukung fakta bahwa iradiasi
dengan sinar laser argon dapat mencegah perkembangan WSL selama perawatan
(Khoroushi, M. & Kachuie, M., 2017).
Temel SS, Kaya B (2019) Diagnosis, Prevention and Treatment of White Spot
Lesions Related to Orthodontics. Int J Oral Dent Health 5:085.
doi.org/10.23937/2469-5734/1510085
Resin komposit terdiri dari tiga komponen yaitu matriks resin (kandungan
organik), fillers (kandungan inorganik), dan coupling agent. Resin-based oligomer
matrix yang menyusun komposit seperti bisphenol A-glycidyl methacrylate
(BISGMA), urethane dimethacrylate (UDMA) atau semi-crystalline polyceram
(PEX). Resin matrix sebagian besar terdiri dari Bis-GMA (bisphenol-
Aglycidyldimethacrylate). Karena Bis-GMA sendiri sangat kental, dicampur
dalam kombinasi yang berbeda dengan monomer rantai pendek seperti TEGDMA
(triethylenglycol-dimethacrylate). Semakin rendah kandungan Bis-GMA dan
semakin tinggi proporsi TEGDMA, semakin tinggi polymerisation shrinkage.
Mengganti Bis-GMA dengan TEGDMA meningkatkan tensile tetapi mengurangi
flexural strength material. Monomer dapat terlepas dari bahan restoratif.
Polimerisasi dengan cahaya yang lebih lama meningkatkan laju konversi
(penghubung rantai monomer individu) dan dengan demikian menyebabkan
pelepasan monomer yang lebih sedikit (Zimmerli, et. al. 2010).
Kandungan filler komposit terbuat dari kuarsa, keramik dan atau silika.
Dengan meningkatnya kandungan filler pada komposit maka polymerisation
shrinkage, koefisien ekspansi linier, penyerapan air dapat berkurang, serta
memberikan sifat translusensi, dan fluoresensi yang lebih baik. Di sisi lain,
dengan meningkatnya kandungan filler, compressive dan tensile strength,
modulus elastisitas dan wear resistance meningkat. Sifat komposit terkadang
ditentukan oleh bentuk pengisi. Dalam studi dengan berbagai jenis komposit,
material dengan filler komposit prapolimerisasi terbukti memiliki kandungan
filler terendah dan dengan demikian juga memiliki flexural strength dan
kekerasan terendah. Komposit dengan filler berbentuk bulat memiliki kandungan
filler tinggi, sehingga kekerasan yang lebih tinggi dan flexural strength yang
tinggi. Untuk partikel filler campuran (komposit hybrid) tidak ada hubungan linier
antara konten filler dan flexural strength. Volume filler pada komposit memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap sifat mekanik (Zimmerli, et. al. 2010).
Ikatan stabil antara filler dan matriks selanjutnya mempengaruhi sifat
material. Kualitas ikatan mempengaruhi ketahanan abrasi dari bahan restorasi.
Coupling agent seperti silane digunakan untuk meningkatkan ikatan dari dua
komponen ini. Molekul fase senyawa memiliki gugus silane di satu ujung dan
gugus metakrilat di ujung lain dan dapat terikat dengan filler dan matriks resin.
Silanisasi pengisi penting untuk kekuatan material (Zimmerli, et. al. 2010).
Inisiator (seperti: camphorquinone (CQ), phenylpropanedione (PPD) atau lucirin
(TPO)) memulai reaksi polimerisasi resin saat cahaya biru dipaparkan ke resin
komposit. Berbagai bahan tambahan dapat mengontrol laju reaksi (Bonsor, 2012).
Matriks seperti Bis HPPP dan BBP, yang terdapat dalam perekat universal
BiSGMA, telah terbukti meningkatkan kariogenisitas bakteri yang menyebabkan
terjadinya karies sekunder pada composite-dentin interface. BisHPPP dan BBP
menyebabkan meningkatnya glikosiltransferase pada S. mutans, yang
menghasilkan peningkatan produksi glukan yang lengket sehingga S. mutans
dapat menempel pada gigi. Hal ini menghasilkan biofilm kariogenik pada
composite-dentin interface. Aktivitas kariogenik bakteri meningkat dengan
konsentrasi bahan matriks. BisHPPP selanjutnya telah terbukti mengatur gen
bakteri, membuat bakteri lebih kariogenik, sehingga membahayakan keawetan
restorasi komposit. Para peneliti menyoroti kebutuhan untuk bahan komposit baru
yang akan dikembangkan yang menghilangkan produk kariogenik yang saat ini
terkandung dalam resin komposit dan bahan adhesif (Sadeghinejad, et. al. 2017).
Ada upaya untuk meningkatkan sifat antimikroba dan penghambat karies
dari bahan pengisi menggunakan modifikasi khusus. Efek proteksi karies dari
fluoride telah diketahui selama beberapa waktu dalam kedokteran gigi. Garam
fluoride seperti NaF, KF, SrF2, dan SnF2 ditambahkan ke matriks. Garam-garam
ini melepaskan fluoride pada awalnya, kemudian efek ini berkurang dengan cepat.
Di samping itu, fluoride berpengaruh buruk pada sifat mekanik bahan restoratif.
Kemudian bahan filler yang mengandung fluoride digunakan (kaca
fluoroaluminiumsilikat, YbF3). Saat ini hampir semua komposit dan kompomer
yang mengandung fluoride menggunakan jenis filler ini. Penggunaan filler yang
mengandung fluoride dengan bahan tetrabutylammonium fluoride (TBAF) dalam
matriks monomer telah menyebabkan peningkatan pelepasan dan penyimpanan
fluoride dalam bahan pengisi dalam uji in-vitro. Penambahan TBAF pada matriks
mengakibatkan kerusakan sifat mekanik dan fisik bahan restorasi. Juga telah
dicoba untuk memasukkan zat antimikroba ke dalam bahan pengisi. Penambahan
klorheksidin memiliki efek negatif pada sifat mekanik material (Zimmerli, et. al.
2010).
Filler resin bisa terbuat dari gelas atau keramik. Filler kaca biasanya
terbuat dari kristal silika, silikon dioksida, kaca litium / barium-aluminium, dan
kaca borosilikat yang mengandung seng / strontium / litium. Filler keramik terbuat
dari zirkonia-silika, atau zirkonium oksida (Bonsor, 2012). Pengisi dapat dibagi
lagi berdasarkan ukuran dan bentuk partikelnya seperti:
1. Macrofilled filler
Macrofilled filler mempunyai ukuran partikel 5 - 10 µm. Filler ini
mempunyai kekuatan mekanik yang baik tetapi wear resistance yang
kurang baik. Pada tahap akhir restorasi akan sulit untuk di poles dan
meninggalkan permukaan yang kasar. Sehingga jenis resin ini dapat
menyebabkan retensi plak (Bonsor, 2012).
2. Microfilled filler
Microfilled fillers terbuat dari silica koloid dengan ukuran partikel
0.4 µm. Resin dengan filler ini lebih mudah dipoles dibandingkan dengan
macrofilled. Namun, sifat mekaniknya kurang karena beban pengisi lebih
rendah daripada konvensional (hanya 40-45% berat), sehingga mempunyai
sifat wear resistance yang kurang baik. Oleh karena itu, kontra indikasi
untuk bagian gigi yang digunakan untuk menahan beban (Bonsor, 2012).
3. Hybrid filler
Hybrid filler mengandung ukuran partikel yang bervariasi dengan
beban filler 75-85% dari berat nya. Dirancang untuk mendapatkan sifat
yang baik dari macrofilled and microfilled. Resin dengan hybrid filler
mengurangi ekspansi termal dan kekuatan mekanik yang lebih tinggi.
Tetapi, memiliki polymerisation shrinkage yang tinggi karena volume
monomer pengencer yang tinggi yang mengontrol viskositas resin
(Bonsor, 2012).
Microhybrid telah berhasil digunakan untuk menggantikan struktur
gigi yang hilang, memiliki sifat mekanik yang sangat baik, mudah
diaplikasikan dan menghasilkan permukaan lebih halus setelah dipoles.
Microhybrid telah banyak digunakan sebagai bahan restoratif untuk gigi
posterior (Enone, et. al. 2017).
Partikel pengisi nano digabungkan dalam komposit resin untuk
lebih meningkatkan kekuatan, estetika dan karakteristik kerja. Komposit
resin nanohybrid mengambil pendekatan menggabungkan partikel pengisi
nanomer dengan pengisi konvensional. Komposit resin yang mengandung
partikel nano memiliki sifat estetika yang sangat bagus dan sifat fisik dan
mekanik yang baik (Enone, et. al. 2017).
Beberapa penulis telah mencatat keberhasilan dengan penggunaan
komposit resin microhybrid dan nanohybrid dalam restorasi oklusal dan
proximo-oklusal. Celik et. al., setelah evaluasi kinerja klinis dari
nanohybrid dan komposit mikrohybrid dalam restorasi permukaan oklusal
dan proximo-oklusal melaporkan bahwa kedua komposit masih berfungsi
secara klinis dan menunjukkan kinerja yang dapat diterima selama periode
penelitian tiga tahun (Enone, et. al. 2017).
4. Nanofilled filler
Komposit nanofilled mempunya ukuran partikel filler 20-70 nm.
Nanopartikel membentuk unit nanocluster dan bertindak sebagai satu
kesatuan. Nanofilled memiliki kekuatan mekanik yang tinggi mirip dengan
material hybrid, wear resistance yang tinggi, dan mudah dipoles. Namun,
resin nanofilled sulit untuk beradaptasi dengan margin rongga karena
volume filler yang tinggi (Bonsor, 2012).
5. Bulk filler
Bulk filler terdiri dari partikel silika dan zirkonia yang tidak
diaglomerasi. Filler ini memiliki partikel nanohibrid dan beban pengisi
77% berat. Dirancang untuk mengurangi langkah-langkah klinis dengan
kemungkinan perawatan ringan melalui kedalaman lapisan 4-5mm, dan
mengurangi stres di dalam jaringan gigi yang tersisa. Sayangnya, bahan ini
tidak sekuat kompresi dan wear resistance yang lebih rendah
dibandingkan dengan material konvensional (Chesterman, et. al. 2017).
3.1.3 Klasifikasi komposit resin menurut karakteristik penanganannya
1. Flowable
Komposit flowable memiliki kandungan filler yang lebih sedikit (37-53%)
sehingga konsistensi nya cair yang menunjukkan kemudahan penanganan,
viskositas yang lebih rendah, compressive strength yang rendah, wear resistance
yang rendah, dan polymerisation shrinkage yang lebih besar. Karena sifat
mekanik yang lebih buruk, komposit flowable harus digunakan dengan hati-hati di
area yang menahan tegangan tinggi. Namun, karena sifat pembasahannya yang
menguntungkan, ia dapat beradaptasi erat dengan permukaan enamel dan dentin.
Indikasi penggunaan komposit flowable adalah untuk restorasi yang sangat kecil
meliputi restorasi rongga kelas I yang kecil, restorasi resin preventif (PRR),
fissure sealant, pelapis kevitas, dan lesi kelas V yang disebabkan oleh abfraksi.
Kontraindikasi penggunaan komposit ini adalah penggunaan di area yang
menahan tekanan tinggi, dan restorasi kavitas dengan melibatkan permukaan yang
luas.
2. Packable
Komposit packable mempunyai viskositas yang lebih tinggi sehingga
membutuhkan gaya yang lebih besar pada aplikasi untuk menempatkan material
ke dalam kavitas yang dipreparasi dibandingkan komposit flowable. Karakteristik
penanganannya lebih mirip dengan amalgam gigi, di mana gaya yang lebih besar
dibutuhkan untuk memadatkan material ke dalam kavitas.. Viskositas yang
meningkat dicapai dengan kandungan filler yang lebih tinggi (> 60% volume)
sehingga membuat bahan lebih kaku dan lebih tahan terhadap patah. Kerugian
dari peningkatan filler adalah potensi risiko adanya ruang kavitas yang tidak terisi
di sepanjang dinding kavitas dan di antara lapisan komposit. Untuk menutup
kekurangan ini, penggunaan selapis komposit flowable di dasar kavitas
dianjurkan, terutama saat melakukan restorasi komposit posterior kelas II.
3.1.4 Aplikasi Resin Komposit
Resin komposit saat ini memiliki penyusutan polimerisasi yang rendah dan
koefisien penyusutan termal yang rendah, yang memungkinkannya untuk
diaplikasikan dalam jumlah besar dengan tetap mempertahankan adaptasi yang
baik terhadap dinding rongga. Pada penempatan komposit membutuhkan prosedur
yang harus diperhatikan sehingga tidak terjadi kegagalan restorasi. Gigi harus
dijaga tetap kering sempurna selama penempatan atau kemungkinan resin gagal
menempel pada gigi. Komposit ditempatkan saat masih dalam keadaan lunak,
seperti adonan (dough-like). Ketika terkena cahaya dengan panjang gelombang
biru tertentu (light cured memiliki panjang gelombang 470 nm) komposit akan
berpolimerisasi dan mengeras menjadi padat (Kubo, 2011).
Cahaya dari light cured tidak dapat menembus lebih dari 2-3 mm ke dalam
komposit konvensional. Jika lapisan komposit terlalu tebal, bagian komposit
paling dalam akan tetap lunak sebagian. Komposit yang tidak berpolimerisasi ini
dapat menyebabkan monomer terlepas dengan potensi toksisitas dan kebocoran
yang menyebabkan terjadinya karies berulang. Operator disarankan menempatkan
komposit pada kavitas dengan teknik layering, light cured setiap lapisan setebal 2
mm sebelum memasukan tumpatan berikutnya. Operator juga harus
memperhatikan oklusi, terutama restorasi oklusal. Jika restorasi terlalu tinggi
dapat menyebabkan trauma oklusi (Kubo, 2011).