Anda di halaman 1dari 19

DIST R IBU SI G L O B A L D A RI

SIFAT M A L O K LU S I:
TINJAUAN S I ST E M A T IS OR
T HOD
O NSIA

ING
YON ADITAMA
D
REA
g: AL
Dosen Pembimbin R N
JOU
drg. A k hy a r Dy n i Za k yah (04034881921022)
PENDAHULUAN
Maloklusi

Klasifikasi Angle (1899)

Genetik
Faktor etiologi Lingkungan Multifaktorial
Etnis

Studi Epidemiogi Masalah Kesehatan Tujuan


menyajikan perkiraan yang komprehensif
tentang prevalensi maloklusi di berbagai
populasi dan benua.
BAHAN & METODE
• Mesin pencari :PubMed, Embase, dan Google Scholar (dilakukan hingga
Desember 2016)
METODE PENCARIAN • Terminologi penelusuran berikut digunakan: 'Prevalensi', 'Maloklusi', 'Geligi
bercampur', dan 'Geligi permanen'.
KRITERIA INKLUSI • Pencarian elektronik di situs web jurnal : Angle Orthodontist, American
• 1) Penelitian berbasis kependudukan. Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopaedics, Journal of
Orthodontics, dan European Journal of Orthodontics.
• 2) Ukuran sampel lebih besar dari 200 subjek.

• 3) Penelitian yang mengevaluasi maloklusi selama geligi bercampur dan / atau permanen.

• 4) Penelitian yang menggunakan klasifikasi Maloklusi Angle.

• 5) Penelitian yang dianggap memenuhi sifat maloklusi spesifik berikut diikutsertakan dalam penelitian :"overjet abnormal";
“Reverse overjet”; “Overbite abnormal” dan "posterior crossbite“. Ciri-ciri maloklusi yang termasuk adalah: Klasifikasi Angle
(Kelas I / II / III), overjet (increased /reversed), overbite (deep bite / open bite), crossbite posterior, berdasarkan definisi yang
disebutkan untuk sifat-sifat ini.

Sebuah penelitian diekslusikan jika dilakukan dalam tempat klinik / rumah sakit dan / atau prevalensi
KRITERIA EKSLUSI maloklusi yang ditargetkan pada gigi sulung atau pada populasi dengan masalah medis tertentu.
TABEL 1. KARAKTERISTIK DARI PENELITIAN YANG DIIKUTSERTAKAN
TABEL 1. KARAKTERISTIK DARI PENELITIAN YANG DIIKUTSERTAKAN
TABEL 1. KARAKTERISTIK DARI PENELITIAN YANG DIIKUTSERTAKAN
TABEL 1. KARAKTERISTIK DARI PENELITIAN YANG DIIKUTSERTAKAN
MODIFIKASI STROBE
DAFTAR PERIKSA STROBE YANG TERDIRI DARI TUJUH ITEM YANG BERKAITAN DENGAN: DESAIN STUDI, PENGATURAN STUDI, KRITERIA
PESERTA, UKURAN SAMPEL, DESKRIPSI VARIABEL, DAN PENGUKURAN HASIL. KUALITAS PENELITIAN DIKATEGORIKAN MENJADI LEMAH
(≤ 3), SEDANG (4 ATAU 5) DAN KUALITAS TINGGI (≥ 6)
TABEL 2. Analisis berbasis STROBE
ANALISIS STATISTIK

UJI NORMALITAS Tidak normal UJI NONPARAMETRIK


(KOLMOGOROV-SMIRNOV) (KRUSKAL-WALLIS)

Perbandingan berpasangan
IBM® SPSS® Statistics
for Windows, versi 21 (MANN-WHITNEY U)
(Armonk, NY: IBM
Corp.)

KOEFISIEN SPEARMAN

Menentukan korelasi antara


variable yang berbeda
HASIL
DIAGRAM ALIR PROSES PEMILIHAN LITERATUR
PREVALENSI GLOBAL MALOKLUSI PADA GELIGI
PERMANEN & BERCAMPUR
Tabel 3.
PREVALENSI GLOBAL MALOKLUSI PADA LOKASI GEOGRAFIS YANG BERBEDA Tabel 4
PREVALENSI MALOKLUSI PADA RAS YANG BERBEDA
Tabel 5
PEMBAHASAN
Penilaian epidemiologi global, regional dan rasial dari maloklusi sangat penting, karena menyediakan data penting
untuk menilai tipe dan distribusi karakteristik oklusal. Data tersebut akan membantu dalam menentukan dan mengarahkan
prioritas terkait dengan kebutuhan perawatan maloklusi, dan sumber daya yang diperlukan untuk menawarkan perawatan -
dalam hal kapasitas kerja, keterampilan, ketangkasan, dan bahan yang akan digunakan.
Prevalensi global Kelas I yang dikumpulkan adalah yang tertinggi (74,7%), berkisar dari 31% (Belgia) hingga 96,6%
(Nigeria). Hal tersebut lebih tinggi di antara penduduk Afrika (89.44%), tetapi setara di antara ras Kaukasia dan Mongoloid
(masing-masing 71.61% dan 74.87%).
Prevalensi global keseluruhan Kelas II adalah 19,56%. Namun, menarik untuk melihat kisaran yang luas dari 1,6%
(Nigeria) hingga 63% (Belgia). Prevalensi terendah dilaporkan untuk penduduk Afrika 6,76% dan tertinggi dilaporkan untuk
ras Kaukasia (22,9%); prevalensi yang dilaporkan untuk ras Mongoloid berada di antara (14,14%). Pola distribusi global
maloklusi Kelas II berdasarkan ras agak mirip pada geligi bercampur dan geligi permanen.
PEMBAHASAN
Prevalensi global Kelas III adalah yang terendah diantara semua Kelas Maloklusi Angle (5,93%). Kisarannya cukup
menarik: 0,7% (Israel) hingga 19,9% (Cina). Angka yang sesuai untuk ras Kaukasia, penduduk Afrika dan Mongoloid
masing-masing adalah 5,92, 3,8% dan 9,63%. Pola distribusi global Kelas III ini berlaku untuk geligi bercampur dan geligi
permanen. Kecenderungan untuk mengembangkan jenis maloklusi ini tampaknya meningkat saat transisi dari geligi
bercampur menjadi geligi permanen di antara penduduk Afrika dan ras Kaukasia, daripada di antara ras Mongoloid. Peran
genetika harus ditekankan. Faktanya, maloklusi Kelas III pada penduduk Asia lebih disebabkan oleh defisiensi bagian
tengah wajah, daripada prognatisme mandibula.
Korelasi positif yang ditemukan antara Kelas II dan peningkatan overjet adalah logis. Sederhananya, hal ini disebabkan
oleh fakta bahwa maloklusi Kelas II yang paling umum secara global adalah Kelas II divisi 1. Demikian pula, korelasi
positif dari maloklusi Kelas III dengan reversed overjet terkait dengan ketidaksesuaian dasar kerangka dengan kompensasi
dentoalveolar minimal.
Sifat maloklusi dengan prevalensi terendah secara global adalah reversed overjet dan open bite (masing-masing 4,56
dan 4,93). Ada variasi yang tinggi dalam prevalensi kedua sifat seperti yang dilaporkan dalam literatur. Sebagian besar
penelitian melaporkan bahwa sifat open bite sangat lazim pada populasi Afrika dan rendah pada populasi ras Kaukasia,
berbeda dengan reversed overjet, yang dilaporkan lazim pada ras Mongoloid. Secara umum, kedua sifat tersebut ditentukan
secara genetik.
PEMBAHASAN
Temuan yang menarik menunjukkan prevalensi maloklusi Kelas II yang lebih tinggi pada geligi bercampur
dibandingkan pada geligi permanen. Hal ini dapat dijelaskan oleh fakta bahwa koreksi diri dari masalah Kelas II skeletal
dapat terjadi pada tahap akhir geligi bercampur dan awal geligi permanen sebagai akibat dari potensi percepatan
pertumbuhan mandibula. Namun, kesimpulan yang masuk akal tidak dapat ditarik, karena penelitian ini tidak prospektif.
Data yang dikumpulkan saat ini menunjukkan penurunan prevalensi deep bite pada masa transisi dari geligi bercampur ke
geligi permanen. Thilander dkk, juga menunjukkan bahwa peningkatan overbite lebih umum terjadi pada geligi bercampur.
Penurunan overbite dari geligi bercampur ke geligi permanen disebabkan oleh stabilisasi oklusal yang melibatkan erupsi
penuh premolar dan molar kedua, dan pertumbuhan mandibula yang lebih menonjol. Hal ini juga menjelaskan penurunan
kasus Kelas II serta peningkatan kasus Kelas III (reversed overjet juga) selama periode pergantian gigi.
Selain pentingnya melaporkan maloklusi global, adalah sama pentingnya untuk melaporkan kebutuhan perawatan
ortodontik di seluruh dunia. Kami berencana untuk melakukannya jika studi yang disertakan telah mencakup kedua masalah
tersebut. Namun, ini bukanlah masalahnya, dan karenanya kami merekomendasikan untuk menangani masalah terakhir ini
dengan tinjauan sistematis serupa.
KESIMPULAN
• Konsisten dengan sebagian besar studi individu yang disertakan, maloklusi Kelas I dan II adalah
yang paling umum, sedangkan Kelas III dan open bite adalah maloklusi yang paling tidak lazim.

• Populasi Afrika menunjukkan prevalensi Maloklusi Kelas I dan open bite tertinggi, sedangkan
populasi ras Kaukasia menunjukkan prevalensi tertinggi Maloklusi Kelas II.

• Benua Eropa menunjukkan prevalensi Kelas II tertinggi di antara semua benua.


• Maloklusi Kelas III lebih banyak terjadi pada geligi permanen dibandingkan dengan geligi
bercampur, dan sebaliknya pada maloklusi Kelas II, sedangkan semua variabel maloklusi lainnya
tidak menunjukkan perbedaan antara kedua tahap tersebut.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai