PENDAHULUAN
manusia, termasuk kesehatan gigi dan mulut. Salah satu penyakit gigi dan mulut yang
paling banyak ditemukan di masyarakat luas adalah karies gigi. Karies gigi adalah
penyakit infeksi yang bersifat progresif serta akumulatif pada jaringan keras gigi yang
ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (email) hingga
1
meluas ke pulpa. Karies gigi yang dibiarkan berlanjut akan menjadi sumber infeksi
dalam rongga mulut sehingga menyebabkan nyeri, tanggalnya gigi, infeksi, dan
Karies gigi dapat terjadi karena beberapa faktor. Faktor utama penyebab karies
2
ada empat, yaitu host, mikroorganisme, substrat, dan waktu. Selain itu, terdapat faktor
lain yang dapat memengaruhi keparahan karies, antara lain pengalaman karies, sosial
ekonomi, usia, jenis kelamin, pendidikan, geografis, dan perilaku terhadap kesehatan
3
gigi. Pada anak-anak, karies lebih rentan terjadi karena anak-anak sering
Missing Filling Tooth).4 Pengukuran pada anak kelompok usia 12 tahun merupakan
indikator utama dalam kriteria penghitungan DMFT. Menurut WHO, pada usia 12
tahun anak lebih muda diajak berkomunikasi dan diperkirakan semua gigi permanen
telah erupsi kecuali gigi molar tiga, serta usia tersebut merupakan kelompok yang
1
mudah dijangkau oleh usaha kesehatan gigi sekolah. Oleh karena itu, usia 12 tahun
4,5
ditetapkan sebagai usia pemantauan global untuk karies.
hasil Riset
Indonesia mencapai 72,1% dan skor DMFT mencapai 4,8. Menurut WHO, skor DMFT
di Indonesia tergolong tinggi. Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2009
Hingga saat ini, penelitian mengenai gambaran status karies gigi pada anak usia
12 tahun di belum pernah dilakukan. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk mengetahui
Bagaimana gambaran status karies gigi pada anak usia 12 tahun di SMPN
Palembang ?
Untuk mengetahui gambaran status karies gigi pada anak usia 12 tahun di
SMPN Palembang ?
2
1.4. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan masukan bagi tenaga kesehatan
pada anak.
2. Sebagai data dan informasi untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut pada
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karies
Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang terdiri dari email,
dentin, dan sementum.6 Karies merupakan proses demineralisasi yang disebabkan oleh
suatu interaksi antara host, substrat, mikroorganisme, dan waktu. Karies disebabkan
jaringan keras gigi akibat kerusakan bahan organik gigi. Mikroorganisme yang dapat
menyebabkan karies ini umumnya yaitu bakteri.7 Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan
menyebabkan nyeri.6 Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses
demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan mahkota dan akar gigi
yang dapat dicegah.7 Karies gigi adalah penyakit jaringan keras gigi ditandai dengan
kerusakan jaringan yang dimulai dari permukaan gigi meluas ke arah pulpa.8
Ada yang membedakan faktor etiologi atau penyebab karies atas faktor penyebab
primer yang langsung mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan
gigi yang berasal dari saliva) dan faktor modifikasi yang tidak langsung mempengaruhi
4
biofilm. Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit
menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa
kurun waktu. Pada tahun 1860-an karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial
yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada tiga
faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau
mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah faktor waktu, yang digambarkan
sebagai tiga lingkaran yang bertumpang-tindih (Gambar 1).7 Kondisi setiap faktor
tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang
kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama sehingga dapat terbentuk karies
gigi.6,7
Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap
karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur email, faktor kimia
5
dan kristalografis.7 Pit dan fisur pada gigi molar sangat rentan terhadap karies karena
sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang
dalam. Permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat dan
susunan kimia kompleks yang mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat,
fluor), air 1% dan bahan organik 2%. Bagian luar email mengalami mineralisasi yang
lebih sempurna dan mengandung banyak fluor, fosfat dan sedikit karbonat dan air.
Kepadatan kristal email sangat menentukan kelarutan email. Semakin banyak email
mengandung mineral maka kristal email semakin padat dan email akan semakin
resisten. Gigi desidui lebih mudah terserang karies daripada gigi tetap.6,7 Hal ini
disebabkan karena email gigi desidui mengandung lebih banyak bahan organik dan air
sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit daripada gigi tetap. Selain itu, secara
Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak
adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang
berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada
mikroorganisme dalam plak berbeda-beda. Pada awal pembentukan plak, kokus Gram
positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptococcus mutans,
beberapa strain lainnya.6,7 Selain itu, ada juga penelitian yang menunjukkan adanya
6
Lactobasillus pada plak gigi. Pada penderita karies aktif, jumlah Lactobasillus pada
plak gigi berkisar 104– 105 sel/mg plak. Walaupun demikian, S. mutans yang diakui
dan asidodurik (mampu tinggal pada lingkungan asam) dan menghasilkan suatu
polisakarida yang lengket disebut dekstran. Oleh karena kemampuan ini, S. mutans bisa
menyebabkan lengket dan mendukung bakteri lain menuju ke email gigi, pertumbuhan
bakteri asidodurik yang lainnya, dan asam yang dapat melarutkan email gigi.9
permukaan email. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak
bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies.7 Hasil penelitian
cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang
banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak
mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat
D. Faktor Waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang
berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan
7
karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48
bulan.7
faktor risiko karies. Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko adalah
pengalaman karies, penggunaan fluor, oral hygiene, jumlah bakteri, saliva, dan pola
makan.7
A. Pengalaman Karies
parameter ini hampir mencapai 60%. Prevalensi karies pada gigi desidui dapat
B. Penggunaan Fluor
Mekanisme kerja fluor berkaitan dengan pengaruhnya pada gigi sebelum dan
sesudah gigi erupsi. Pemberian fluor yang teratur baik secara sistemik maupun lokal
merupakan hal yang penting diperhatikan dalam mengurangi terjadinya karies karena
air minum dan makanan harus diperhitungkan pada waktu memperkirakan kebutuhan
fluorosis.7 Pada tahun 1838, Dr. Trendly Dean melaporkan bahwa ada hubungan timbal
8
balik antara konsentrasi fluor dalam air minum dengan prevalensi karies. Penelitian
epidemiologis Dean ditandai dengan perlindungan terhadap karies secara optimum dan
terjadinya mottled email yang minimal apabila konsentrasi kurang dari 1 ppm.6,7
C. Oral Hygiene
Salah satu komponen dalam pembentukan karies adalah plak. Insiden karies
dapat dikurangi dengan melakukan pembersihan plak secara mekanis dari permukaan
gigi, namun banyak pasien tidak melakukannya secara efektif. Peningkatan oral
dikombinasi dengan pemeriksaan gigi secara teratur. Pemeriksaan gigi rutin ini dapat
membantu mendeteksi dan memonitor masalah gigi yang berpotensi menjadi karies.6,7
D. Jumlah Bakteri
Segera setelah lahir akan terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas berbagai jenis
bakteri. Kolonisasi bakteri di dalam mulut disebabkan transmisi antar manusia, yang
paling banyak dari ibu atau ayah. Bayi dengan jumlah S. mutans yang banyak, maka
pada usia 2-3 tahun akan mempunyai risiko karies yang lebih tinggi pada gigi
bakteri ini ditemukan meningkat pada orang yang mengonsumsi makanan mengandung
E. Saliva
9
Selain mempunyai efek buffer, saliva juga berguna untuk membersihkan sisa-sisa
makanan di dalam mulut. Aliran saliva pada anak-anak meningkat sampai anak
tersebut berusia 10 tahun, namun setelah dewasa hanya terjadi sedikit peningkatan.
Pada individu yang berkurang fungsi salivanya, maka aktivitas karies akan meningkat
secara signifikan.7,10
F. Pola Makan
Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat lokal daripada
sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan. Setiap kali seseorang
bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi asam sehingga
terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan. Saat
makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi.7
Namun, apabila makanan dan minuman berkarbonat terlalu sering dikonsumsi, maka
email gigi tidak akan mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan
karies pada masing-masing individu. Ada juga yang disebut faktor risiko demografi
seperti usia, jenis kelamin, sosial ekonomi dan lain-lain. Beberapa ahli menggunakan
istilah faktor predisposisi atau faktor modifikasi untuk menjelaskan faktor risiko
demografi.6-9
G. Usia
10
Penelitian epidemiologis menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi karies
sejalan dengan bertambahnya usia. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap
karies. Kerentanan ini meningkat karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang
erupsi sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan gigi
antagonisnya. Anak-anak mempunyai risiko karies yang paling tinggi ketika gigi
mereka baru erupsi sedangkan orangtua lebih berisiko terhadap terjadinya karies akar.7
H. Jenis Kelamin
yang lebih tinggi daripada pria.7 Walaupun demikian, umumnya oral hygiene
perempuan lebih baik sehingga komponen gigi yang hilang M (Missing) yang lebih
sedikit daripada pria. Pria mempunyai komponen F (filling) yang lebih banyak dalam
skor DMFT.7
I. Sosial Ekonomi
Karies dijumpai lebih tinggi pada kelompok sosial ekonomi rendah dan
sebaliknya. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada kelompok
sosial ekonomi tinggi. Ada dua faktor sosial ekonomi yaitu pekerjaan dan
pendidikan.6,10 Pendidikan adalah faktor kedua terbesar dari faktor sosial ekonomi yang
akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan
mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat.11 Jumlah gigi yang tinggal di rongga
mulut di usia 35 tahun sebesar 26.6% pada pendidikan tinggi sedangkan pada
11
pendidikan rendah sebesar 17.8%. Pada sekelompok ibu-ibu rumah tangga berusia 20-
lebih rendah daripada kelompok pendidikan rendah. Selain itu, skor filling lebih
banyak dijumpai pada kelompok pendidikan tinggi sedangkan skor decay dan missing
A. Berdasarkan Kedalaman
1. Karies Superfisial yaitu karies yang hanya mengenai email. Biasanya pasien belum
merasa sakit.
2. Karies Media yaitu karies yang mengenai email dan telah mencapai setengah dentin.
Menyebabkan reaksi hiperemi pulpa, gigi biasanya ngilu, nyeri bila terkena
rangsangan panas atau dingin dan akan berkurang bila rangsangannya dihilangkan.
3. Karies Profunda yaitu karies yang mengenai lebih dari setengah dentin dan
1. Klas I : Karies ini terjadi pada pit dan fisur dari semua gigi, meskipun lebih
ditujukan pada gigi molar atau pada 2/3 oklusal, baik pada permukaan
2. Klas II : Kavitas yang terdapat pada permukaan proksimal gigi posterior, karies
Klas II dapat mengenai permukaan mesial dan distal atau hanya salah satunya
12
sehingga dapat digolongkan menjadi kavitas MO (mesio-oklusal) atau MOD
(mesio-oklusal-distal).
3. Klas III : Karies ini terdapat pada permukaan proksimal dari gigi-geligi depan dan
4. Klas IV : Kavitas ini adalah kelanjutan dari kavitas Klas III. Lesi ini pada
permukaan proksimal gigi anterior yang telah meluas sampai ke sudut insisal. Jika
karies ini luas atau abrasi hebat dapat melemahkan sudut insisal dan menyebabkan
terjadinya fraktur.
5. Klas V : Karies yang terdapat pada 1/3 servikal dari permukaan bukal/labial atau
kavitas ini terjadi pada ujung tonjol gigi posterior dan tepi insisal gigi anterior.
Pembentukan yang tidak sempurna pada ujung tonjol atau edge insisal seringkali
C. Berdasarkan Lokasi
dengan menggosok gigi, proses terjadinya paling lambat. Karies dimulai sebagai bintik
putih buram (white spot) yang terjadi karena telah terjadi pelarutan email oleh asam
Terbentuk pada gigi molar, yaitu pada permukaan gigi untuk mengunyah dan pada
bagian gigi yang berhadapan dengan pipi. Daerah ini sulit dibersihkan karena
Berawal sebagai jaringan yang menyerupai tulang, yang membungkus permukaan akar
pembusukan yang paling sulit dicegah. Pembusukan akan menyebar lebih cepat dan
masuk ke dalam pulpa setelah menembus ke dalam lapisan kedua (dentin, lebih
lunak).14
pengalaman karies seseorang atau dalam suatu populasi.10 Skor DMFT adalah skor
untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut dalam hal karies gigi permanen. Karies
gigi umumnya disebabkan karena kebersihan mulut yang buruk, sehingga terjadilah
masih dapat ditambal, M (Missing) adalah jumlah gigi tetap yang telah/harus dicabut
karena karies, dan F (Filling) adalah jumlah gigi yang telah ditambal. Angka DMFT
menggambarkan banyaknya karies yang telah diderita seseorang dari dulu sampai
sekarang.15 Semua gigi diperiksa kecuali gigi molar tiga karena biasanya gigi tersebut
pasien menggunakan kaca mulut, sonde, pinset, ekskavator dan nierbeken. Untuk
Kategori penilaian:
b. 1,2-2,6 : rendah
c. 2,7-4,4 : sedang
d. 4,5-6,5 : tinggi
15
e. ≥6,6 : sangat tinggi.16
Komponen:
16
2. Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan permanen masuk kategori
D.
4. Semua gigi yang hilang atau dicabut karena karies masuk kategori M.
5. Gigi yang hilang akibat penyakit periodontal, dicabut untuk kebutuhan perawatan
8. Pencabutan normal selama masa pergantian gigi geligi tidak masuk kategori M.6
Gigi yang tidak dihitung dalam pemeriksaan DMFT adalah sebagai berikut:
4. Gigi yang hilang bukan karena karies, seperti impaksi atau perawatan ortodonti
Penelitian yang dilakukan oleh Diana dkk pada anak usia 12 tahun memiliki
prevalensi karies yang tinggi, yaitu sebesar 77%. Pada Negara berkembang lain seperti
Negara India, sebanyak 23% anak usia 12 tahun terkena karies dan terdapat
peningkatan presentase karies dari 80% ke 85%. Menurut WHO usia 12 tahun adalah
usia yang sangat penting untuk dijadikan subjek penelitian. Banyak negara yang
17
menggunakan Last Birthday Call (usia terakhir anak) untuk dijadikan sampel, anak
usia 12 tahun merupakan kelompok usia yang mudah dijangkau oleh usaha kesehatan
gigi sekolah. Selain itu, anak usia 12 tahun lebih mudah diajak berkomunikasi dan
diperkirakan semua gigi permanen telah erupsi kecuali gigi molar tiga. Anak usia 12
tahun telah dipilih sebagai indikator kelompok usia secara global untuk perbandingan
Karies
Tingkat keparahan
karies
Indeks DMFT
18
BAB 3
METODE PENELITIAN
cross sectional untuk melihat gambaran status karies gigi pada anak usia 12 tahun di
SMPN
Populasi penelitian ini adalah siswa/i kelas VII SMPN Palembang yang berusia 12
tahun.
Penelitian ini menggunakan teknik total sampling yaitu teknik pengambilan skor
indeks DMFT pada semua anak kelas VII berusia 12 tahun di SMPN
3.6.1 Alat
20
Tissue
Lembaran hasil pemeriksaan
Peneliti menjelaskan kepada responden tentang apa saja yang akan dilakukan
pada saat penelitian berlangsung dan responden mengisi formulir informed consent
menggunakan alkohol 70%. Responden diminta untuk duduk di kursi dengan posisi
tegak, kepala agak tengadah, dan membuka mulut. Peneliti berdiri di depan atau di
Seluruh gigi diperiksa dengan menggunakan sonde dan kaca mulut untuk mendapatkan
berapa jumlah gigi berlubang, ditambal atau dicabut karena karies. Hasil kemudian
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif yaitu dengan
memaparkan data secara numerik dan grafis (dalam bentuk tabel dan grafik) status
21
3.9 Alur Penelitian
Pengumpulan data
Kesimpulan
22
23