Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan suatu faktor yang penting dalam kelangsungan hidup

manusia, termasuk kesehatan gigi dan mulut. Salah satu penyakit gigi dan mulut yang

paling banyak ditemukan di masyarakat luas adalah karies gigi. Karies gigi adalah

penyakit infeksi yang bersifat progresif serta akumulatif pada jaringan keras gigi yang

ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (email) hingga
1
meluas ke pulpa. Karies gigi yang dibiarkan berlanjut akan menjadi sumber infeksi

dalam rongga mulut sehingga menyebabkan nyeri, tanggalnya gigi, infeksi, dan

berbagai kasus berbahaya.

Karies gigi dapat terjadi karena beberapa faktor. Faktor utama penyebab karies
2
ada empat, yaitu host, mikroorganisme, substrat, dan waktu. Selain itu, terdapat faktor

lain yang dapat memengaruhi keparahan karies, antara lain pengalaman karies, sosial

ekonomi, usia, jenis kelamin, pendidikan, geografis, dan perilaku terhadap kesehatan
3
gigi. Pada anak-anak, karies lebih rentan terjadi karena anak-anak sering

mengonsumsi makanan yang bersifat kariogenik.

Pengukuran tingkat keparahan karies dinyatakan dengan indeks DMFT (Decay

Missing Filling Tooth).4 Pengukuran pada anak kelompok usia 12 tahun merupakan

indikator utama dalam kriteria penghitungan DMFT. Menurut WHO, pada usia 12

tahun anak lebih muda diajak berkomunikasi dan diperkirakan semua gigi permanen

telah erupsi kecuali gigi molar tiga, serta usia tersebut merupakan kelompok yang

1
mudah dijangkau oleh usaha kesehatan gigi sekolah. Oleh karena itu, usia 12 tahun
4,5
ditetapkan sebagai usia pemantauan global untuk karies.

Data indeks Decay, Missing, Filled Teeth (DMF-T) Indonesia berdasarkan

hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 adalah 4,6 yang menunjukkan bahwa

Indonesia termasuk kategori karies tinggi menurut klasifikasi WHO.Hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2007 melaporkan prevalensi karies di

Indonesia mencapai 72,1% dan skor DMFT mencapai 4,8. Menurut WHO, skor DMFT

di Indonesia tergolong tinggi. Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2009

juga menunjukkan bahwa 73% penduduk Indonesia menderita karies gigi.5

Hingga saat ini, penelitian mengenai gambaran status karies gigi pada anak usia

12 tahun di belum pernah dilakukan. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk mengetahui

gambaran status karies gigi anak usia 12 tahun di SMPN

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran status karies gigi pada anak usia 12 tahun di SMPN

Palembang ?

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran status karies gigi pada anak usia 12 tahun di

SMPN Palembang ?

2
1.4. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan masukan bagi tenaga kesehatan

gigi dalam merencanakan program kesehatan kepada masyarakat khususnya

pada anak.

2. Sebagai data dan informasi untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut pada

masa yang akan datang.

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karies

2.1.1 Pengertian Karies

Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang terdiri dari email,

dentin, dan sementum.6 Karies merupakan proses demineralisasi yang disebabkan oleh

suatu interaksi antara host, substrat, mikroorganisme, dan waktu. Karies disebabkan

aktivitas fermentasi karbohidrat oleh mikroorganisme sehingga terjadi demineralisasi

jaringan keras gigi akibat kerusakan bahan organik gigi. Mikroorganisme yang dapat

menyebabkan karies ini umumnya yaitu bakteri.7 Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan

kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapikal yang dapat

menyebabkan nyeri.6 Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan mahkota dan akar gigi

yang dapat dicegah.7 Karies gigi adalah penyakit jaringan keras gigi ditandai dengan

kerusakan jaringan yang dimulai dari permukaan gigi meluas ke arah pulpa.8

2.1.2 Faktor Etiologi Karies

Ada yang membedakan faktor etiologi atau penyebab karies atas faktor penyebab

primer yang langsung mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan

gigi yang berasal dari saliva) dan faktor modifikasi yang tidak langsung mempengaruhi
4
biofilm. Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit

menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa

kurun waktu. Pada tahun 1860-an karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial

yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada tiga

faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau

mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah faktor waktu, yang digambarkan

sebagai tiga lingkaran yang bertumpang-tindih (Gambar 1).7 Kondisi setiap faktor

tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang

kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama sehingga dapat terbentuk karies

gigi.6,7

Gambar 1. Faktor Etiologi Karies.8

A. Faktor Host atau Tuan Rumah

Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap

karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur email, faktor kimia

5
dan kristalografis.7 Pit dan fisur pada gigi molar sangat rentan terhadap karies karena

sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang

dalam. Permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat dan

membantu perkembangan karies gigi.7,9 Email merupakan jaringan tubuh dengan

susunan kimia kompleks yang mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat,

fluor), air 1% dan bahan organik 2%. Bagian luar email mengalami mineralisasi yang

lebih sempurna dan mengandung banyak fluor, fosfat dan sedikit karbonat dan air.

Kepadatan kristal email sangat menentukan kelarutan email. Semakin banyak email

mengandung mineral maka kristal email semakin padat dan email akan semakin

resisten. Gigi desidui lebih mudah terserang karies daripada gigi tetap.6,7 Hal ini

disebabkan karena email gigi desidui mengandung lebih banyak bahan organik dan air

sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit daripada gigi tetap. Selain itu, secara

kristalografis kristal-kristal gigi desidui tidak sepadat gigi tetap. 6,7

B. Faktor Agen atau Mikroorganisme

Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak

adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang

berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada

permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Hasil penelitian menunjukkan komposisi

mikroorganisme dalam plak berbeda-beda. Pada awal pembentukan plak, kokus Gram

positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptococcus mutans,

Streptococcus sanguis, Streptococcus mitis dan Streptococcus salivarius serta

beberapa strain lainnya.6,7 Selain itu, ada juga penelitian yang menunjukkan adanya
6
Lactobasillus pada plak gigi. Pada penderita karies aktif, jumlah Lactobasillus pada

plak gigi berkisar 104– 105 sel/mg plak. Walaupun demikian, S. mutans yang diakui

sebagai penyebab utama karies.7 S. mutans bersifat asidogenik (menghasilkan asam)

dan asidodurik (mampu tinggal pada lingkungan asam) dan menghasilkan suatu

polisakarida yang lengket disebut dekstran. Oleh karena kemampuan ini, S. mutans bisa

menyebabkan lengket dan mendukung bakteri lain menuju ke email gigi, pertumbuhan

bakteri asidodurik yang lainnya, dan asam yang dapat melarutkan email gigi.9

C. Faktor Substrat atau Diet

Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena

membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada

permukaan email. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak

dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta

bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies.7 Hasil penelitian

menunjukkan bahwa orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa

cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang

banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak

mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat

memegang peranan penting dalam terjadinya karies.6,7

D. Faktor Waktu

Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang

berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan
7
karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48

bulan.7

2.1.3 Faktor Risiko Karies

Adanya hubungan sebab akibat terjadinya karies sering diidentifikasi sebagai

faktor risiko karies. Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko adalah

pengalaman karies, penggunaan fluor, oral hygiene, jumlah bakteri, saliva, dan pola

makan.7

A. Pengalaman Karies

Penelitian epidemiologis telah membuktikan adanya hubungan antara

pengalaman karies dengan perkembangan karies di masa mendatang. Sensitivitas

parameter ini hampir mencapai 60%. Prevalensi karies pada gigi desidui dapat

memprediksi karies pada gigi permanennya.6,7

B. Penggunaan Fluor

Mekanisme kerja fluor berkaitan dengan pengaruhnya pada gigi sebelum dan

sesudah gigi erupsi. Pemberian fluor yang teratur baik secara sistemik maupun lokal

merupakan hal yang penting diperhatikan dalam mengurangi terjadinya karies karena

dapat meningkatkan remineralisasi. Namun demikian, jumlah kandungan fluor dalam

air minum dan makanan harus diperhitungkan pada waktu memperkirakan kebutuhan

tambahan fluor, karena pemasukan fluor yang berlebihan dapat menyebabkan

fluorosis.7 Pada tahun 1838, Dr. Trendly Dean melaporkan bahwa ada hubungan timbal
8
balik antara konsentrasi fluor dalam air minum dengan prevalensi karies. Penelitian

epidemiologis Dean ditandai dengan perlindungan terhadap karies secara optimum dan

terjadinya mottled email yang minimal apabila konsentrasi kurang dari 1 ppm.6,7

C. Oral Hygiene

Salah satu komponen dalam pembentukan karies adalah plak. Insiden karies

dapat dikurangi dengan melakukan pembersihan plak secara mekanis dari permukaan

gigi, namun banyak pasien tidak melakukannya secara efektif. Peningkatan oral

hygiene dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembersih interdental yang

dikombinasi dengan pemeriksaan gigi secara teratur. Pemeriksaan gigi rutin ini dapat

membantu mendeteksi dan memonitor masalah gigi yang berpotensi menjadi karies.6,7

D. Jumlah Bakteri

Segera setelah lahir akan terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas berbagai jenis

bakteri. Kolonisasi bakteri di dalam mulut disebabkan transmisi antar manusia, yang

paling banyak dari ibu atau ayah. Bayi dengan jumlah S. mutans yang banyak, maka

pada usia 2-3 tahun akan mempunyai risiko karies yang lebih tinggi pada gigi

desiduinya. Bakteri Lactobasillus bukan merupakan penyebab utama karies, tetapi

bakteri ini ditemukan meningkat pada orang yang mengonsumsi makanan mengandung

karbohidrat dalam jumlah banyak.6,9

E. Saliva

9
Selain mempunyai efek buffer, saliva juga berguna untuk membersihkan sisa-sisa

makanan di dalam mulut. Aliran saliva pada anak-anak meningkat sampai anak

tersebut berusia 10 tahun, namun setelah dewasa hanya terjadi sedikit peningkatan.

Pada individu yang berkurang fungsi salivanya, maka aktivitas karies akan meningkat

secara signifikan.7,10

F. Pola Makan

Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat lokal daripada

sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan. Setiap kali seseorang

mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka beberapa

bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi asam sehingga

terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan. Saat

makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi.7

Namun, apabila makanan dan minuman berkarbonat terlalu sering dikonsumsi, maka

email gigi tidak akan mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan

sempurna sehingga terjadi karies.7 Faktor-faktor tersebut akan menentukan risiko

karies pada masing-masing individu. Ada juga yang disebut faktor risiko demografi

seperti usia, jenis kelamin, sosial ekonomi dan lain-lain. Beberapa ahli menggunakan

istilah faktor predisposisi atau faktor modifikasi untuk menjelaskan faktor risiko

demografi.6-9

G. Usia
10
Penelitian epidemiologis menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi karies

sejalan dengan bertambahnya usia. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap

karies. Kerentanan ini meningkat karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang

erupsi sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan gigi

antagonisnya. Anak-anak mempunyai risiko karies yang paling tinggi ketika gigi

mereka baru erupsi sedangkan orangtua lebih berisiko terhadap terjadinya karies akar.7

H. Jenis Kelamin

Perempuan selama masa kanak-kanak dan remaja menunjukkan nilai DMFT

yang lebih tinggi daripada pria.7 Walaupun demikian, umumnya oral hygiene

perempuan lebih baik sehingga komponen gigi yang hilang M (Missing) yang lebih

sedikit daripada pria. Pria mempunyai komponen F (filling) yang lebih banyak dalam

skor DMFT.7

I. Sosial Ekonomi

Karies dijumpai lebih tinggi pada kelompok sosial ekonomi rendah dan

sebaliknya. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada kelompok

sosial ekonomi tinggi. Ada dua faktor sosial ekonomi yaitu pekerjaan dan

pendidikan.6,10 Pendidikan adalah faktor kedua terbesar dari faktor sosial ekonomi yang

mempengaruhi status kesehatan. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi

akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan

mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat.11 Jumlah gigi yang tinggal di rongga

mulut di usia 35 tahun sebesar 26.6% pada pendidikan tinggi sedangkan pada
11
pendidikan rendah sebesar 17.8%. Pada sekelompok ibu-ibu rumah tangga berusia 20-

45 tahun membuktikan bahwa kelompok pendidikan tinggi mempunyai skor DMFT

lebih rendah daripada kelompok pendidikan rendah. Selain itu, skor filling lebih

banyak dijumpai pada kelompok pendidikan tinggi sedangkan skor decay dan missing

lebih banyak pada kelompok pendidikan rendah.7

2.1.4 Klasifikasi Karies

A. Berdasarkan Kedalaman

1. Karies Superfisial yaitu karies yang hanya mengenai email. Biasanya pasien belum

merasa sakit.

2. Karies Media yaitu karies yang mengenai email dan telah mencapai setengah dentin.

Menyebabkan reaksi hiperemi pulpa, gigi biasanya ngilu, nyeri bila terkena

rangsangan panas atau dingin dan akan berkurang bila rangsangannya dihilangkan.

3. Karies Profunda yaitu karies yang mengenai lebih dari setengah dentin dan

bahkan menembus pulpa. Menimbulkan rasa sakit yang spontan.12

B. Menurut Sistem Black

1. Klas I : Karies ini terjadi pada pit dan fisur dari semua gigi, meskipun lebih

ditujukan pada gigi molar atau pada 2/3 oklusal, baik pada permukaan

labial/lingual/palatal dari gigi-geligi.

2. Klas II : Kavitas yang terdapat pada permukaan proksimal gigi posterior, karies

Klas II dapat mengenai permukaan mesial dan distal atau hanya salah satunya

12
sehingga dapat digolongkan menjadi kavitas MO (mesio-oklusal) atau MOD

(mesio-oklusal-distal).

3. Klas III : Karies ini terdapat pada permukaan proksimal dari gigi-geligi depan dan

belum mengenai tepi insisal.

4. Klas IV : Kavitas ini adalah kelanjutan dari kavitas Klas III. Lesi ini pada

permukaan proksimal gigi anterior yang telah meluas sampai ke sudut insisal. Jika

karies ini luas atau abrasi hebat dapat melemahkan sudut insisal dan menyebabkan

terjadinya fraktur.

5. Klas V : Karies yang terdapat pada 1/3 servikal dari permukaan bukal/labial atau

lingual palatinal dari seluruh gigi-geligi.

6. Klas VI : Klasifikasi klas VI ini merupakan klasifikasi karies tambahan. Tipe

kavitas ini terjadi pada ujung tonjol gigi posterior dan tepi insisal gigi anterior.

Pembentukan yang tidak sempurna pada ujung tonjol atau edge insisal seringkali

membuat daerah tersebut rentan terhadap karies.12,13

Gambar 2. Klasifikasi Karies Menurut G.V Black.41

C. Berdasarkan Lokasi

1. Karies pada permukaan licin/rata


13
Merupakan jenis karies yang terjadi pada permukaan yang licin dan paling bisa dicegah

dengan menggosok gigi, proses terjadinya paling lambat. Karies dimulai sebagai bintik

putih buram (white spot) yang terjadi karena telah terjadi pelarutan email oleh asam

sebagai hasil metabolisme bakteri.14

2. Karies pada pit dan fisur

Terbentuk pada gigi molar, yaitu pada permukaan gigi untuk mengunyah dan pada

bagian gigi yang berhadapan dengan pipi. Daerah ini sulit dibersihkan karena

lekukannya lebih sempit dan tidak terjangkau oleh sikat gigi.14

3. Karies pada akar gigi

Berawal sebagai jaringan yang menyerupai tulang, yang membungkus permukaan akar

(sementum). Pembusukan ini sering terjadi karena penderita mengalami kesulitan

dalam membersihkan daerah akar gigi. Pembusukan akar merupakan jenis

pembusukan yang paling sulit dicegah. Pembusukan akan menyebar lebih cepat dan

masuk ke dalam pulpa setelah menembus ke dalam lapisan kedua (dentin, lebih

lunak).14

2.2 Indeks DMFT

Skor DMFT yang dikeluarkan oleh WHO bertujuan untuk menggambarkan

pengalaman karies seseorang atau dalam suatu populasi.10 Skor DMFT adalah skor

untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut dalam hal karies gigi permanen. Karies

gigi umumnya disebabkan karena kebersihan mulut yang buruk, sehingga terjadilah

akumulasi plak yang mengandung berbagai macam bakteri. DMFT merupakan


14
singkatan dari Decay Missing Filling-Teeth. D (Decay) adalah jumlah gigi karies yang

masih dapat ditambal, M (Missing) adalah jumlah gigi tetap yang telah/harus dicabut

karena karies, dan F (Filling) adalah jumlah gigi yang telah ditambal. Angka DMFT

menggambarkan banyaknya karies yang telah diderita seseorang dari dulu sampai

sekarang.15 Semua gigi diperiksa kecuali gigi molar tiga karena biasanya gigi tersebut

sudah dicabut dan kadang-kadang tidak berfungsi.7,10,16

2.2.1 Rumus DMFT

Rumus yang digunakan untuk menghitung DMFT:7,16

Perhitungan Skor DMFT: D+M+F

Jumlah Skor DMFT semua sampel


Perhitungan Skor DMFT Rata-rata:
Jumlah sampel penelitian

2.2.2 Cara Pemeriksaan dan Kategori Penilaian DMFT

Pemeriksaan dilakukan dengan melihat keadaan gigi geligi masing-masing

pasien menggunakan kaca mulut, sonde, pinset, ekskavator dan nierbeken. Untuk

penerangan hanya menggunakan lampu pada ruangan.

Kategori penilaian:

a. 0,0-1,1 : sangat rendah

b. 1,2-2,6 : rendah

c. 2,7-4,4 : sedang

d. 4,5-6,5 : tinggi

15
e. ≥6,6 : sangat tinggi.16

2.2.3 Kode Pemeriksaan DMFT

Pemeriksaan gigi permanen menggunakan skor DMFT perlu memperhatikan

kode status gigi sebagai berikut: 6

Tabel 1. Kondisi Status dan Kode Gigi


Kondisi/status Kode Gigi Tetap
Gigi sehat 0
Gigi karies 1
Tumpatan dengan karies 2
Tumpatan tanpa karies 3
Gigi dicabut sebab karies 4
Gigi dicabut oleh sebab lain 5
Sealant, varnish 6
Abutment, mahkota khusus 7
Gigi tidak tumbuh 8
Gigi tidak termasuk kriteria, diatas 9

Komponen:

D (Decay)  Meliputi gigi Kode 1 dan 2

M (Missing)  Meliputi gigi Kode 4 dan 5

F (Filling)  Meliputi gigi Kode 3 dan 6.6

2.3.4 Kriteria Pemeriksaan DMFT

Beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Semua gigi yang mengalami karies masuk kategori D.

16
2. Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan permanen masuk kategori

D.

3. Gigi dengan tumpatan sementara masuk kategori D.

4. Semua gigi yang hilang atau dicabut karena karies masuk kategori M.

5. Gigi yang hilang akibat penyakit periodontal, dicabut untuk kebutuhan perawatan

ortodonti tidak masuk kategori M.

6. Semua gigi dengan tumpatan permanen masuk kategori F.

7. Gigi yang sedang dalam perawatan saluran akar masuk kategori F.

8. Pencabutan normal selama masa pergantian gigi geligi tidak masuk kategori M.6

Gigi yang tidak dihitung dalam pemeriksaan DMFT adalah sebagai berikut:

1. Gigi molar ketiga

2. Gigi yang belum erupsi

3. Gigi yang tidak ada karena kelainan kongenital

4. Gigi yang hilang bukan karena karies, seperti impaksi atau perawatan ortodonti

5. Gigi tiruan yang disebabkan trauma, estetik, dan jembatan

6. Gigi desidui yang belum tanggal.6

2.3 Anak Sekolah Berusia 12 Tahun

Penelitian yang dilakukan oleh Diana dkk pada anak usia 12 tahun memiliki

prevalensi karies yang tinggi, yaitu sebesar 77%. Pada Negara berkembang lain seperti

Negara India, sebanyak 23% anak usia 12 tahun terkena karies dan terdapat

peningkatan presentase karies dari 80% ke 85%. Menurut WHO usia 12 tahun adalah

usia yang sangat penting untuk dijadikan subjek penelitian. Banyak negara yang
17
menggunakan Last Birthday Call (usia terakhir anak) untuk dijadikan sampel, anak

usia 12 tahun merupakan kelompok usia yang mudah dijangkau oleh usaha kesehatan

gigi sekolah. Selain itu, anak usia 12 tahun lebih mudah diajak berkomunikasi dan

diperkirakan semua gigi permanen telah erupsi kecuali gigi molar tiga. Anak usia 12

tahun telah dipilih sebagai indikator kelompok usia secara global untuk perbandingan

dan pengawasan karies.17

2.4 Kerangka Teori

Host Mikroorganisme Substrat Waktu

Karies

Tingkat keparahan
karies

Indeks DMFT

18
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif dengan pendekatan

cross sectional untuk melihat gambaran status karies gigi pada anak usia 12 tahun di

SMPN

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah siswa/i kelas VII SMPN Palembang yang berusia 12

tahun.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah semua populasi.


19
3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan teknik total sampling yaitu teknik pengambilan skor

indeks DMFT pada semua anak kelas VII berusia 12 tahun di SMPN

3.5 Definisi Operasional

Tabel 2. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Ukur
Status Karies Gigi Angka yang Kaca mulut, - 0,0-1,1 : sangat rendah Ordinal
menyatakan lubang, sonde dan - 1,2-2,6 : rendah
kehilangan gigi, dan formulir - 2,7-4,4 : sedang
tumpatan yang baik DMFT - 4,5-6,5 : tinggi
pada gigi permanen - ≥6,6 : sangat tinggi

3.6 Alat dan Bahan

3.6.1 Alat

 Alat diagnostik (kaca mulut, sonde, pinset, ekskavator)


 Nierbeken
 Gelas plastik
 Alat tulis
3.6.2 Bahan
 Triad barrier (Masker, handscoon)
 Kapas dan alkohol 70% (bahan desinfektan)

20
 Tissue
 Lembaran hasil pemeriksaan

3.7 Prosedur Penelitian

3.7.1 Persiapan Pasien

Peneliti menjelaskan kepada responden tentang apa saja yang akan dilakukan

pada saat penelitian berlangsung dan responden mengisi formulir informed consent

apabila telah mengerti dan bersedia untuk ikut dalam penelitian.

3.7.2 Pengukuran DMFT

Sebelum pengukuran dilakukan, peneliti mensterilkan sonde dan kaca mulut

menggunakan alkohol 70%. Responden diminta untuk duduk di kursi dengan posisi

tegak, kepala agak tengadah, dan membuka mulut. Peneliti berdiri di depan atau di

samping responden sambil memegang senter yang diarahkan ke mulut responden.

Seluruh gigi diperiksa dengan menggunakan sonde dan kaca mulut untuk mendapatkan

berapa jumlah gigi berlubang, ditambal atau dicabut karena karies. Hasil kemudian

dicatat pada bagian skor DMFT.

3.8 Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif yaitu dengan

memaparkan data secara numerik dan grafis (dalam bentuk tabel dan grafik) status

karies gigi pada anak usia 12 tahun di SMPN

21
3.9 Alur Penelitian

Pemeriksaan skor indeks DMFT pada anak usia 12


tahun di SMPN Palembang

Pengumpulan data

Penghitungan skor indeks DMFT

Tabulasi dan Penyajian Data

Pembahasan data secara deskriptif

Kesimpulan

22
23

Anda mungkin juga menyukai