Anda di halaman 1dari 9

1

Tinjauan Pustaka

Tatalaksana Trombositopenia Dengan Embolisasi Lien


Parsial Pada Sirosis Hati
Septia Harma Putri, Arnelis, Najirman, Roza Mulyana, Dwitya Elvira

Abstrak
Trombositopenia adalah komplikasi yang sering terjadi pada pasien dengan sirosis. Trombositopenia secara
umum dibagi menjadi trombositopenia ringan, sedang dan berat. Trombositopenia pada sirosis hati tidak hanya
meningkatkan risiko perdarahan pada saat dilakukan tindakan pembedahan, namun juga dapat memberikan
dampak pada pengelolaan pasien seperti tindakan biopsi hati, pemberian terapi antiviral, dan penundaan tindakan
operasi elektif. Patofisiologi trombositopenia pada penyakit hati kronik dapat disebabkan oleh penurunan produksi
trombosit, sekuesterasi di lien, dan peningkatan destruksi trombosit. Embolisasi lien parsial (ELP) adalah salah
satu pilihan tatalaksana trombositopenia pada penyakit hati kronik. ELP merupakan prosedur efektif dalam
mengatasi komplikasi yang berhubungan dengan hipersplenismus dan hipertensi portal, seperti varises esofagus,
pansitopenia, gastropati hipertensi porta dan asites.

Kata kunci: Trombositopenia, Embolisasi Lien Parsial, Sirosis Hati

Abstract
Thrombocytopenia is a frequent complication in patients with liver cirrhosis. Thrombocytopenia is generally
divided into mild, moderate and severe thrombocytopenia. Thrombocytopenia in liver cirrhosis not only increases the
risk of bleeding during surgery, but can also have an impact on patient management such as liver biopsy, antiviral
therapy, and delaying elective surgery. The pathophysiology of thrombocytopenia in chronic liver disease can be
caused by decreased platelet production, sequestration in the spleen, and increased platelet destruction. Partial
splenic embolization (PSE) is one of the treatment options for thrombocytopenia in chronic liver disease. ELP is an
effective procedure in treating complications associated with hypersplenism and portal hypertension, such as
esophageal varices, pancytopenia, portal hypertensive gastropathy and ascites.

Keywords: Thrombocytopenia, Partial Splenic Embolization, Liver Cirrhosis

Affiliasi penulis : Program Studi Pendidikan Profesi Dokter Spesialis- dengan morbiditas yang signifikan. Trombositopenia
1 Ilmu Penyakit Dalam FK Unand/ RSUP Dr. M. Djamil Padang.
berhubungan dengan komplikasi penyakit hati kronik
Subbagian Gastroenterohepatologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK
Unand/ RSUP Dr. M. Djamil Padang seperti hipertensi porta, varises esofagus, dan
1,3
Korespondensi : Jl. Perintis Kemerdekaan, RSUP Dr. M. Djamil karsinoma hepatoselular.
Padang gehipdpadang@yahoo.com Telp: 0751 – 37771 Patofisiologi trombositopenia pada penyakit
hati kronik dapat disebabkan oleh penurunan produksi
Pendahuluan trombosit, sekuesterasi di lien, dan peningkatan
Trombositopenia adalah komplikasi yang destruksi trombosit. Hipotesis hipersplenismus dimana
sering terjadi pada pasien dengan sirosis. terjadi hipertensi portal yang menyebabkan pooling
Trombositopenia didefenisikan secara umum dengan dan sekuesterasi semua elemen korpuskular darah,
jumlah trombosit dibawah normal yaitu terutama trombosit didalam pembuluh darah lien yang
trombositopenia ringan <150 000/μL, trombositopenia mengalami sumbatan dan kongesti juga dapat
sedang 50-100.000/μL dan trombositopenia berat <50 menurunkan jumlah trombosit. Mekanisme lain berupa
000/μL. Sebanyak 84% pasien dengan sirosis peningkatan destruksi trombosit dapat terjadi akibat
mengalami trombositopenia, dan merupakan variabel destruksi imunologik, kondisi stress, translokasi
2,4
independen yang menunjukkan penyakit lanjut dan bakterial dan sepsis.
1,2
prognosis yang buruk. Trombositopenia berhubungan dengan
Trombositopenia pada sirosis hati tidak beratnya kerusakan sel hati yang mengindikasikan
hanya meningkatkan risiko perdarahan pada saat meningkatnya derajat fibrosis pada hati. Pada hepatitis
dilakukan tindakan pembedahan, namun juga dapat C, trombositopenia paling sering disebabkan oleh
memberikan dampak pada pengelolaan pasien seperti splenomegali. Peningkatan splenomegali juga
tindakan biopsi hati, pemberian terapi antiviral, dan berhubungan erat dengan fibrosis hati yang progresif.
penundaan tindakan operasi elektif. Derajat Infeksi hepatitis C dapat menyebabkan supresi
trombositopenia dapat berperan sebagai marker sumsum tulang, selain itu penggunaan antivirus
prognosis pada sirosis hati, hal ini ditandai dengan interferon pada hepatitis C menunjukkan penurunan
3
trombositopenia berat < 50.000/ mm berhubungan jumlah trombosit setelah pemberian terapi. Sehingga
2

trombositopenia berat menjadi kontraindikasi dalam Embolisasi lien parsial (ELP) adalah salah
pemberian antivirus interferon. Penggunaan alkohol satu pilihan tatalaksana trombositopenia pada
yang berlebihan memiliki dampak sebagai toksik penyakit hati kronik. Dahulunya ELP sudah dilakukan
langsung pada megakariosit yang menurunkan jumlah pada pasien dengan trombositopenia pada pasien
5
trombosit. sirosis yang disebabkan oleh hepatitis C dan pada
pasien hipersplenismus yang akan mendapatkan
terapi interferon karena pemberian terapi ini akan
menimbulkan penurunan jumlah trombosit yang lebih
berat. ELP merupakan prosedur efektif dalam
mengatasi komplikasi yang berhubungan dengan
hipersplenismus dan hipertensi portal, seperti varises
esofagus, pansitopenia, gastropati hipertensi porta
dan asites. ELP juga efektif untuk menurunkan serum
amoniak pada kondisi ensepalopati hepatikum.
Tindakan embolisasi lien parsial memiliki keuntungan
yang lebih baik dibandingkan laparaskopik
splenektomi karena risiko yang lebih rendah terhadap
sepsis dan mortalitas. Embolisasi lien parsial tetap
memiliki risiko komplikasi seperti pneumonia,
2,6,11
peritonitis, abses lien, dan thrombosis vena porta.

Isi
Embolisasi lien parsial (ELP) adalah tindakan
embolisasi yang bertujuan untuk menurunkan volume
dari lien fungsional dengan dilakukannya injeksi
material emboli pada ujung arteri dari lien. Secara
umum, ELP diindikasikan untuk semua kondisi
komplikasi yang disebabkan oleh hipersplenismus dan
hipertensi porta, seperti varises esofagus,
pansitopenia, gastropati hipertensi porta, asites dan
Gambar 1 Mekanisme multipel menyebabkan ensepalopati. Indikasi ELP juga dapat dilakukan pada
2
trombositopenia pada penyakit hati kronis penyakit hematologi seperti idiopatik trombositopenia
purpura dan sferositosis herediter. Prosedur ini
Terdapat beberapa terapi trombositopenia merupakan metode embolisasi transkateter, dan
pada pasien sirosis, baik secara nonfarmakologis keberhasilan embolisasi dari arteri terlihat dari
maupun farmakologis seperti pemberian transfusi devaskularisasi lesi fokal atau reduksi aliran darah ke
trombosit, splenektomi, embolisasi lien parsial dan vaskular target atau seluruh organ. Penurunan aliran
pemberian agen trombopoetin. Pemberian transfusi darah ke lien mengakibatkan nekrosis iskemik dan
trombosit memiliki efek samping dalam prakteknya dapat memperbaiki hipersplenismus. Tindakan ini
sehari – hari. Selain itu, belum ada ada nilai cutoff ditujukan pada hipersplenismus yang telah dilakukan
yang ditetapkan untuk memulai pemberian transfusi sejak tahun 1979 dan lebih diterima dibandingkan
7,8,10,11
trombosit. Transfusi trombosit dapat meningkatkan tindakan pembedahan splenektomi.
risiko terjadinya penularan infeksi. Pemberian Efikasi ELP untuk tatalaksana
trombosit juga dapat menyebabkan terjadinya trombositopenia sudah terbukti nyata, namun belum
trombosit refrakter yaitu tidak dapat tercapainya nilai ada literatur khusus yang membahas mengenai
trombosit yang diharapkan setelah pemberian konsensus penggunaan material emboli. Beberapa
28
transfusi trombosit. material emboli telah digunakan dalam ELP termasuk
Tindakan nonfarmakologis seperti tindakan agen temporer seperti Gelfoam dan agen permanen
splenektomi dapat dipertimbangkan pada semua seperti partikel polyvinyl alcohol (PVA), mikrosfer
pasien dengan penyakit hati kronik dan trisakril gelatin (embosphere) dan lain-lain. Gelfoam
trombositopenia akibat hipertensi portal. Tindakan diserap tubuh sangat cepat dan merupakan agen
pembedahan ini memiliki risiko seperti perdarahan pilihan untuk ELP, namun jumlah ketersediaannya
dan/atau trombosis vena porta ataupun vena lienalis. terbatas. Dibandingkan dengan gelfoam, agen
Operasi splenektomi terbuka memiliki risiko terjadinya permanen seperti partikel embosphere dan PVA
infeksi dan injuri pada pankreas. Sehingga memiliki ukuran spesifik yang lebih kecil. Partikel PVA
splenektomi terbuka tidak direkomendasikan memiliki diameter 300-500 μm, dapat mencapai sinus
sedangkan laparaskopik splenektomi masih lien lebih dekat dibanding gelfoam sehingga ELP
kontroversial karena berhubungan dengan risiko menggunakan partikel PVA lebih efisien dalam
6
morbiditas pasien. mengatasi hipersplenismus dibanding gelfoam. Selain
itu terdapat material lain berupa jaring stainless steel
3

yang memiliki efek samping nyeri dan efek samping unit diberikan sebelum tindakan. Pemberian antibiotik
lainnya yang lebih rendah, namun memiliki angka ini berguna untuk mencegah terjadinya komplikasi
7,9 7,10,25
relaps lebih tinggi terjadinya hipersplenismus. sepsis dan infeksi paska tindakan.
Tidak semua trombositopenia diberikan Prosedur ELP dapat dilakukan oleh radiologis
tatalaksana. Sampai saat ini belum ada batas yang intervensi menggunakan unit angiografi. Setelah
spesifik dari jumlah trombosit yang harus diberikan dilakukan anestesi lokal pada femoral dilakukan
tatalaksana. Pasien dengan trombositopenia yang insersi menggunakan introduser ukuran 6-F dan
memiliki gejala seperti perdarahan dan ptekie akibat menggunakan kateter ukuran 4 atau 5-F. Sebelum
trombositopenia perlu evaluasi segera. Sedangkan embolisasi dilakukan, dilakukan angiogram pada arteri
pasien dengan trombositopenia tanpa gejala, dapat lienalis dan seliaka untuk menilai anatomi arteri lienalis
dilakukan pemantauan setiap 1 – 4 minggu kemudian dan rute kolateral. Kateter diletakkan pada cabang
berdasarkan derajat trombositopenia. Embolisasi lien pankreatik untuk menginjeksikan material emboli
parsial dapat menjadi salah satu pilihan tatalaksana secara perlahan dengan panduan fluoroskopi. Saat
yang efektif pada komplikasi yang berhubungan kateter mencapai hilum lien, arteri lienalis dibagi
dengan hipersplenismus dan hipertensi portal seperti menjadi cabang superior dan inferior, masing –
pansitopenia, varises esofagus, gastropati hipertensi masing cabang dibagi menjadi 4 – 6 cabang
5, 11
porta, dan asites serta ensepalopati akibat sirosis. segmental intralien. Injeksi antibiotik dan steroid
Pasien yang akan dilakukan tindakan ELP seperti hidrokortison 500 mg diinjeksikan melalui arteri
harus dalam kondisi stabil untuk dilakukan prosedur lienalis. Lien dapat dibagi menjadi beberapa segmen
endovaskular. Sehari sebelum tindakan dilakukan, kecil dan terdapat cabang antara masing – masing
pasien harus mendapatkan hidrasi yang baik. segmen. Material emboli dicampurkan dengan
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan sebelum gentamisin 80 mg sebagai profilaksis dan menurunkan
7,9,11
tindakan mencakup gambaran darah lengkap, tes risiko terbentuknya abses lien.
fungsi hati termasuk nilai albumin dan bilirubin, profil Angiogram dilakukan setelah embolisasi
koagulasi yaitu prothrombin time, partial untuk menilai parenkim lien yang terjadi ablasi.
thromboplastin time, dan international normalized Angiografi dilakukan beberapa kali selama tindakan
ratio, tes fungsi ginjal, dan alfa fetoprotein (AFP). untuk menjaga tidak terjadinya infark yang sangat
Semua pasien harus menjalani endoskopi luas. Zoitoun et al (2021) menyatakan embolisasi yang
gastrointestinal untuk mencari ataupun tatalaksana sukses secara teknik dan dapat dinyatakan selesai jika
jika terdapat varises esofagus. Pemeriksaan telah terjadi ablasi sekitar 60-70% parenkim.
ultrasound abdomen harus dilakukan untuk menilai Sedangkan Talwer et al (2019) menyatakan volume
ukuran lien, tekstur echo hepar, menilai patensi dan infark dari lien yang optimal yaitu 50-70% dari volume
kaliber vena porta dan vena linealis, varises abdominal lien. Infark yang terjadi dibawah 50% memiliki efek
dan derajat asites jika ada. Penilaian terhadap jumlah jangka pendek dalam mencapai perbaikan trombosit
trombosit untuk mempertimbangkan pemberian dan leukosit. Setelah dilakukan prosedur ELP, pasien
transfusi trombosit sebelum tindakan jika dibutuhkan. menjalani rawat inap dan dilakukan observasi selama
Pemberian transfusi trombosit dilakukan pada kasus 5-7 hari serta mendapatkan antibiotik profilaksis. Rata
dengan trombositopenia berat yaitu jika jumlah – rata waktu yang dibutukan untuk pengerjaan
3 7 7,8
trombosit kecil dari 30.000/mm . prosedur ini yaitu 16 menit.
Semua pasien yang akan menjalani prosedur
ELP, harus mendapatkan vaksin pneumokokus,
hemofilus influenza dan meningokokus sebelum
tindakan dilakukan. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi resiko pasien mengalami komplikasi
paska tindakan dilakukan. Sebagai pencegahan
komplikasi sepsis pada ELP, dapat diberikan antibiotik
profilaks. Zaitoun et al (2021), memberikan antibiotik
profilaks sepalosporin generasi ketiga 1 gram dua kali
dalam satu hari dan pemberian infus metronidazole
500 mg intravena setiap hari. Pemberian antibiotik ini
dilakukan 3 hari sebelum tindakan dan dilanjutkan 7
hari setelah tindakan kemudian dilanjutkan dengan
pemberian antibiotik oral yaitu ciprofloxasin 500 mg
setiap 12 jam dalam minggu berikutnya. Sedangkan
Amir et al (2019) dalam penelitiannya memberikan
antibiotik profilaks yaitu ceftriaxone 2 gram intravena
setiap 24 jam dan dikombinasikan dengan
metronidazole intrave 500 mg setiap 8 jam. Arisar et al
(2018) memberikan antibiotik Ceftriaxone 2 gr Gambar 2 (a) Arteri dan vena pada angiografi lien
intravena satu kali sehari dan pemberian trombosit 6 sebelum ELP, (b) arteri dan vena pada angiografi lien
11
setelah ELP
4

3
Terdapat beberapa teknik embolisasi lien 134.000/ mm setelah 1 bulan tindakan ELP dilakukan.
14,16
yaitu yang pertama embolisasi trunkus arteri lienalis
yaitu meletakkan jaring stainless steel atau balon pada Kogure et al (2017) menunjukkan nilai
3
cabang utama arteri lienalis yang menyebabkan trombosit meningkat dari 57.000/ mm menjadi
3
penurunan vena porta dan mencegah perdarahan 153.000/ mm dalam 7 hari setelah pasien dilakukan
varises esofagus, yang memiliki efek yang sama tindakan ELP. Kemudian terjadi penurunan trombosit
3
dengan tindakan ligasi. Teknik ini juga menurunkan setelah 1 tahun tindakan berkisar 81.000/ mm dan
risiko tindakan operasi dengan meningkatkan jumlah bertahan pada nilai pemeliharaan tersebut. Asar et al
trombosit sebelum splenektomi. Tindakan ini tidak (2019) membandingkan keefektifitasan tindakan ELP
menyebabkan infark yang luas namun dibandingkan dengan ablasi microwave perkutaneus,
hipersplenismus dapat relaps setelah perkembangan disimpulkan bahwan tindakan ELP memiliki dampak
9
sirkulasi kolateral. efektif yang sama dengan ablasi microwave
Teknik yang kedua yaitu ELP non-selektif perkutaneus dalam tatalaksana hipersplenismus pada
yaitu tindakan ELP dengan protokol kontrol aliran pasien sirosis hati. Tampak peningkatan hemoglobin,
tekanan rendah. Material diinjeksikan pada cabang leukosit dan trombosit dari rata – rata 9.47 g/dL,
3 3
arteri lien utama menggunakan kateter dan mengikuti 2.600/mm , 42.750/mm menjadi 9,95 g/dL,
3 3
aliran darah hingga material terhenti dan tidak 6.880/mm dan 313.500/ mm pada pasien yang
17,19
mengikuti aliran darah lagi. Tindakan ini lebih sulit dilakukan tindakan ELP
dalam evaluasinya. Teknik ketiga yaitu embolisasi Jumlah leukosit secara normal terjadi
arteri lien superior dan inferior. Tindakan ini termasuk peningkatan setelah tindakan splenektomi pada hari
metode selektif yaitu ujung kateter diletakkan di pertama dan puncaknya hari ketiga setelah operasi.
cabang utama arteri lienalis inferior. Metode ini Splenektomi dan ELP sama - sama efektif untuk
9
memiliki komplikasi yang lebih rendah. meningkatkan jumlah leukosit dan trombosit. Meskipun
splenektomi mampu meningkatkan jumlah leukosit dan
trombosit yang lebih tinggi, tindakan ELP merupakan
tindakan sederhana dan minimal invasif dan dapat
menjadi pilihan yang efektif untuk pasien yang berisiko
untuk tindakan pembedahan atau pada pasien yang
kontraindikasi dilakukan splenektomi. Pada penelitian
oleh Taniai et al (2019) jumlah leukosit meningkat
Gambar 3. Embolisasi pada kombinasi arteri hingga 51% dalam bulan pertama dan 30% dalam 6
9
superior dan inferior untuk infark perifer bulan. Jumlah eritrosit meningkat ditemukan pada 3
bulan setelah ELP, meningkat secara signifikan pada
Setelah dilakukan prosedur ELP, pasien 6 bulan setelah tindakan dan bahkan bisa meningkat
9,11,29
dilakukan pemantauan total hari rawatan dan dinilai hingga 7,5 tahun.
apakah ada komplikasi yang terjadi setelah prosedur. Penelitian oleh Zaitoun et al tahun 2021 pada
Evaluasi efek terapeutik dapat dilihat dari beberapa 179 pasien yang dibagi menjadi 3 grup dilakukan ELP
indikator, antara lain jumlah trombosit, jumlah leukosit, untuk tatalaksana hipersplenismus. Masing – masing
eritrosit, perubahan hemodinamik, perubahan ukuran grup dibagi diberikan material emboli yang berbeda
lien, perbaikan mukosa gaster. Peningkatan jumlah yaitu terdiri dari kelompok yang menggunakan
trombosit dapat ditemukan 12 hingga 24 jam setelah Gelfoam, Embosphere dan Countour SE. Tidak
tindakan ELP, sedangkan mencapai puncaknya pada ditemukan perbedaan yang signifikan antara umur,
1 hingga 2 minggu setelah tindakan. Jumlah trombosit jenis kelamin, klasifikasi Child-Pugh, adanya varises
sebaiknya stabil dalam 2 bulan sekitar 2 kali lebih esofagus dan adanya Hepatocellular Carcinoma pada
tinggi dibandingkan trombosit sebelum ELP dilakukan. ketiga grup tersebut. Angka keberhasilan teknis
7
Terdapat korelasi yang positif antara jumlah trombosit mencapai 100%.
9,11
dan volume infark lien. Dawoud et al (2018) membandingkan
Wu et al (2017) menemukan peningkatan penggunaan material emboli antara Gelfoam dan
trombosit yang drastis setelah hari ke 7 dilakukan Microsphere. Dalam penelitiannya menunjukkan
tindakan ELP dengan rata – rata peningkatan dari bahwa efikasi yang hampir sama antara kedua materi
3
trombosit sebelum tindakan 35.077/mm meningkat emboli dan tidak memiliki perbedaan yang signifikan
3
hingga 134.833/mm . Nilai trombosit rata – rata dalam terhadap hasil laboratorium setelah tindakan
3
masa pemeliharaan berkisar pada 80.000/mm dapat dilakukan. Namun penggunaan kedua material emboli
dipertahankan dalam 1 tahun setelah tindakan ELP. ini berbeda dalam kejadian terjadinya komplikasi.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Ishikawa et al Penggunaan microsphere tampak lebih sedikit
(2019), dalam penelitiannya terdapat peningkatan menimbulkan komplikasi serius dibandingkan dengan
18
trombosit yang signifikan setelah dilakukan tindakan penggunaan gelfoam.
ELP. Rata – rata trombosit sebelum tindakan yaitu Loffroy et al (2019) menggunakan material
3
48.000/ mm dan meningkat hingga rata – rata lain untuk tatalaksana hipersplenismus pada pasien
yang membutuhkan kemoterapi yaitu penggunaan
5

cyanoacrylate glue, menunjukkan keamanan dan Ukuran lien mengalami penurunan yang signifikan
keefektifitasan untuk manajemen trombositopenia pada kelompok yang mendapatkan embosphere dan
yang berhubungan dengan hipersplenismus. PVA. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh
Penggunaannya mampu meningkatkan trombosit. material embosphere dan PVA yang lebih kecil
Pang et al (2018) menilai penggunaan balloon untuk dibandingkan material Gelfoam sehingga memiliki
embolisasi lien parsial, menunjukkan hasil yang performa yang lebih baik mencapai embolisasi distal
memuaskan dengan peningkatan trombosit dan dari cabang arteri lienalis. Selain itu, material Gelfoam
leukosit secara signifikan setelah dilakukan embolisasi bersifat temporer sehingga dapat terjadi rekanalisasi
22,23
menggunakan balloon. arteri lienalis setelah dilakukan tindakan ELP. Tidak
Pemantauan yang dilakukan secara ditemukan perbedaan yang signifikan pada diameter
laboratorium menunjukkan peningkatan hasil leukosit vena porta sebelum dan sesudah tindakan ELP pada
7
dan trombosit secara signifikan setelah dilakukan ketiga grup.
prosedur ELP pada ketiga kelompok dari minggu Pemeriksaan radiografi setelah prosedur ELP
kedua hingga satu tahun setelah prosedur dilakukan. yaitu dilakukan CT scan abdomen pada semua pasien
Peningkatan ini juga sesuai dengan hasil penelitian setelah 1 bulan prosedur ELP dilakukan. Dilakukan
Talwer et al (2019) yang menyatakan bahwa prosedur pengukuran volume lien dan lien residual yang tampak
ELP secara umum efektif dalam meningkatkan jumlah pada fase vena yang dilakukan oleh radiologis.
trombosit dan leukosit. Peningkatan leukosit dan Sedangkan pemeriksaan ultrasound abdomen
trombosit ditemukan paling tinggi pada kelompok yang dilakukan saat pasien diperbolehkan rawat jalan untuk
mendapatkan material Embosphere dan PVA menilai komplikasi dari prosedur yang telah dilakukan.
dibanding kelompok yang mendapatkan Gelfoam. Pemeriksaan follow-up dilakukan setelah 3 bulan, 6
Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan terhadap bulan dan 1 tahun untuk menilai ukuran lien dan
nilai leukosit dan trombosit pada kelompok kaliber dari vena porta sebagai indikator hipertensi
6,8 6
embosphere dan PVA. porta.

18
Gambar 5. Follow up setelah 1 bulan tindakan
Tindakan ELP juga memiliki manfaat dalam
menurunkan kejadian terjadinya varises esofagus
rekuren. Ishikawa et al (2019) menyatakan bahwa
terdapat penurunan yang signifikan dari kejadian
varises esofagus rekuren pada pasien yang dilakukan
tatalaksana endoskopi dikombinasikan dengan
Gambar 4. Devaskularisasi parsial lien setelah tindakan ELP dibandingkan tatalaksana varises
26
embolisasi esofagus menggunakan tatalaksana endoskopi saja.
Volume lien dinilai secara radiologik Kogure et al (2017) dalam sebuah laporan kasus
menggunakan pemeriksaan CT setelah prosedur ELP pasien dengan perdarahan variseal berulang yang
dilakukan. Zaitoun et al (2021) menyatakan tidak dilakukan tindakan ELP menunjukkan tidak ada tanda
terdapat perbedaan yang signifikan antara ketiga grup varises rekuren dalam 2 tahun setelah tindakan ELP
material emboli, namun didapatkan volume lien yang dilakukan. Terdapat penurunan ukuran lien dalam 5
mengalami infark lebih kecil pada kelompok yang tahun setelah ELP dan hingga 13 tahun setelah
mendapatkan Gelfoam. Tidak ditemukan perbedaan dilakukan ELP bahkan sampai pasien meninggal dunia
ukuran lien sebelum dan 1 bulan sesudah tindakan dengan karsinoma hepatoseluler, pasien tidak
ELP. Ukuran lien mengalami penurunan setelah 1 menunjukkan adanya perdarahan variseal berulang
tahun pada ketiga kelompok yang diteliti oleh Zoitoun. ataupun varises esofagus. Buechter et al (2017) juga
6

menyatakan bahwa ELP merupakan tindakan alternatif tindakan ELP. Grading Child’s Pugh juga tampak
yang bermakna pada pasien dengan hipertensi porta mengalami perbaikan secara signifikan pada grup
rekuran yang menyebabkan perdarahan yang dilakukan ELP dibandingkan pada kondisi
gastrointestinal bagian atas rekuren. Hal ini terlihat preoperatif. Ishikawa et al (2019) menyatakan dalam
dalam penelitiannya tidak ada pasien yang mengalami penelitiannya, terdapat perubahan stadium Child’s
14
perdarahan berulang ataupun yang memerlukan Pugh pada 1 bulan setelah tindakan ELP dilakukan.
transfusi darah selama total follow up 159 bulan Hal yang serupa juga dikemukakan oleh
14,17,26
setelah dilakukan tindakan ELP. Assal et al (2017) yang membandingkan tindakan ELP
dengan ablasi microwave, memperlihatkan efek
perubahan yang signifikan terhadap bilirubin, albumin,
kreatinin dan prothrombin time pada kelompok yang
mendapatkan prosedur ELP sedangkan pada
kelompok ablasi microwave tidak terjadi perubahan
terhadap indikator tersebut. Ishikawa et al (2020)
mengemukakan pada pasien yang dilakukan ELP
setelah tindakan obliterasi transvena retrograde
menggunakan ballon, menunjukkan penurunan
Gambar 6. A. Varises gaster ukuran besar pada tekanan vena hepatik, perbaikan skor Child’s Pugh,
fundus gaster sebelum ELP. B. Regresi varises 6 dan level amoniak darah setelah semua terapi
26 11,20,27
bulan setelah ELP dilaksanakan.
Pemantauan jangka panjang dilakukan
hingga 1 tahun setelah prosedur untuk menilai respon
seperti perdarahan variseal rekuren, perdarahan di
tempat lain seperti gingiva ataupun epistaksis dan
kemampuan untuk intervensi yang direncanakan.
Pemeriksaan laboratorium setelah prosedur ELP
berupa gambaran darah lengkap untuk menilai jumlah
sel eritrosit, leukosit dan jumlah trombosit yang dinilai
setiap 2 mingggu, 1 bulan, 6 bulan dan 1 tahun
7
setelah prosedur ELP.
Gambar 6 A. Varises gaster ukuran besar pada fundus Tindakan ELP kontraindikasi pada hipersplenismus
gaster sebelum ELP. B. Regresi varises 6 bulan dengan penyakit utama dalam keadaan terminal,
26 piemia, atau infeksi berat lainnya yang berdampak
setelah ELP
pada tingginya risiko terjadinya abses lien setelah
Perubahan hemodinamik dapat terjadi pada prosedur. Pada pasien dengan waktu protrombin
pasien setelah dilakukan ELP. Pasien dengan sirosis dibawah 70% dari kontrol normal, memerlukan terapi
Child’s C memiliki kecepatan aliran porta yang lebih ulangan jika dibutuhkan sebelum dilakukan tindakan
rendah dibandingkan dengan sirosis Child’s A. ELP. Pasien yang memiliki alergi terhadap zat kontras
Penurunan aliran darah dan peningkatan kongesti juga kontraindikasi terhadap prosedur ini. Pasien
pada vena porta dan vena lienalis berhubungan dengan riwayat asma dan gangguan ginjal harus
9,11
dengan gangguan fungsi hati pada pasien sirosis. ELP diberikan zat kontras yang sudah disesuaikan.
mampu membuat kondisi hiperdinamik pada area lien, Komplikasi tindakan berupa komplikasi minor
serta dapat menurunkan aliran darah vena pada lien dapat berupa nyeri, demam, muntah dan komplikasi
dan menurunkan tekanan vena porta serta mayor dapat berupa asites, efusi pleura, abses lien,
menurunkan rasio ukuran lien dan hati. Perubahan peritonitis bakterial, perdarahan variseal, dan
ukuran lien sekitar 50-80% terjadi devaskularisasi trombosis vena porta. Sehingga dalam pemantauan
akibat embolisasi. Volume lien 30-40% setelah post prosedur harus dilakukan pemeriksaan gejala dan
embolisasi berdampak penurunan morbiditas. tanda yng mungkin muncul berhubungan dengan
Nekrosis lien lebih dari 70% berhubungan dengan komplikasi tersebut. Nyeri dapat diklasifikasikan
9,13 sebagai komplikasi mayor jika terdapat nyeri yang
abses lien dan berisiko pada kematian.
Tindakan ELP juga memiliki efek yang baik membutuhkan terapi lebih dari 24 jam. Berikut
7
terhadap fungsi hati untuk jangka lama. Tajiri beberapa komplikasi tindakan ELP:
melaporkan bahwa aktifitas kolinesterase dan albumin Sindrom post-embolisasi merupakan kejadian
serum mengalami peningkatan sejak 6 bulan setelah yang sering terjadi, dilaporkan terjadi sebanyak 30%
dilakukan ELP dan dapat bertahan hingga beberapa kasus dan biasanya dapat diatasi tanpa meninggalkan
tahun. ELP juga memiliki dampak yang positif bagi gejala sisa. Sindrom ini biasanya ditandai dengan
pasien sirosis dalam meningkatkan sintesis protein demam yang intermiten setiap hari dibawah 39 derjat
hati. Jiao menyampaikan level serum albumin celcius, nyeri perut, mual, muntah, perut terasa penuh,
meningkat secara signifikan dan nilai bilirubin, INR dan dan penurunan nafsu makan. Gejala terbanyak yaitu
globulin menurun secara tajam setelah 6 bulan demam 94% dan nyeri perut 82%. Demam intermiten
7

dapat terjadi akibat dilepaskannya pirogen oleh sel gangguan hemodinamik intrarenal. Media kontras
inflamasi yang terdapat di dalam area infark. Namun menurunkan aliran darah medulla dan tekanan
demam yang terus menerus hingga lebih 7 hari dan oksigen yang menyebabkan hipoperfusi dan hipoksia.
berkisar 39 derjat celcius menandakan adanya infeksi. Pada banyak kasus kerusakan fungsi ginjal bersifat
Nyeri perut disebabkan oleh edema pada area infark reversibel dan dapat dicegah dengan penggunaan
dan harus ditatalaksana dengan pengobatan antinyeri beberapa agen seperti adenosisne receptor
9
yang efektif dalam 3 hingga 10 hari. Ukuran partikel antagonist.
embolisasi merupakan faktor utama yang Evaluasi kerusakan fungsi hati setelah ELP
9
mempengaruhi insiden sindrom post-embolisasi. dapat dilakukan dengan metode yang berguna
Hegazy et al (2019) mengemukakan sebelum tindakan menggunakan grading Child-Pugh.
komplikasi yang tersering terjadi yaitu sindrom post Meskipun nekrosis terjadi pada area emboli,
emboli (93,3%). Hal ini juga ditemukan oleh Morsy et penurunan aliran vena porta, trombosis vena porta
al (2018) dalam penelitiannya sindrom post embolisasi dan pemberian zat kontras berhubungan dengan
9
terjadi pada semua pasien (100%). Komplikasi ini kerusakan hati setelah ELP.
dapat ditatalaksana secara koservatif menggunakan Penurunan aliran vena porta dan peningkatan jumlah
antipiretik dan antibiotik. Pasien diperbolehkan rawat trombosit yang cepat setelah embolisasi dapat
jalan saat gejala – gejala ini sudah berkurang. Taniai menimbulkan kondisi hiperkoagulabel aliran vena
et al (2019) menemukan komplikasi yang paling sering porta. Hal ini berhubungan dengan komplikasi yang
terjadi yaitu nyeri perut sebelah kiri (77,6%), demam dapat terjadi setelah prosedur ELP dilakukan yaitu
(94,8), asites (5,2%), efusi pleura kiri (3,4%), abses terjadinya trombosis vena porta. Risiko ini dapat
lien (1,7%). Asites dapat diatasi dalam 1 bulan dengan diatasi dengan pemberian heparin. Hegazy et al
penggunaan diuretik dan pengobatan suportif hati. (2019) menemukan dua kasus (13,3%) yang
11,21,23
mengalami komplikasi berupa trombosis vena porta.
Komplikasi tindakan ELP pada paru dapat Ogawa et al (2021) menyatakan pentingnya asesmen
terjadi antara lain pneumonia, atelektasis, dan efusi sebelum tindakan untuk menilai risiko terjadinya
pleura. Komplikasi ini biasanya terjadi pada sisi kiri trombosis vena porta. Faktor risiko yang berpengaruh
tubuh dan setelah embolisasi dilakukan. Hal ini antara lain, ukuran vena lienalis sebelum tindakan,
berhubungan dengan keterbatasan pernafasan akibat persentase lien yang infark setelah tindakan dan
nyeri pada kuadran kiri atas, reaksi pleura dan volume dari infark lien. Semakin besar ukuran
drainase efusi inflamasi yang tidak adekuat. Efusi diameter vena lien akan meningkatkan risiko
pleura ringan dan sedang dapat diserap setelah terjadinya thrombosis, demikian juga dengan semakin
antibiotik efektif dan terapi antinyeri, sedangkan tinggi persentase lien yang mengalami infark juga
9,15,21
torakosintesis perlu dilakukan jika terdapat efusi pleura meningkatkan risiko terbentuknya trombus.
9
yang berat. Dalam penelitian Zoitoun et al, pasien yang
Komplikasi berat dari ELP yaitu peritonitis mendapatkan Gelfoam memiliki masa rawat inap yang
dan abses lien yang berhubungan dengan volume lebih lama setelah prosedur dilakukan untuk
embolik yang besar, kerusakan fungsi imun, proses mengatasi komplikasi prosedur. Beberapa komplikasi
aseptik yang buruk dan retroinfeksi oleh bakteri minimal seperti sindrom post embolisasi yaitu nyeri,
anaerobik intestinal. Perlu diberikan terapi antibiotik demam dan muntah muncul lebih sering namun tidak
yang adekuat dan pada beberapa kasus dibutuhkan terdapat perbedaan yang signifikan antara grup yang
intervensi surgikal. Komplikasi abses lien setelah ELP mendapat Gelfoam, Embosphere ataupun Countour
4
dipengaruhi beberapa hal yaitu gangguan fungsi SE. Kelompok yang mendapatkan Gelfoam
imunitas dari lien, pasien sirosis yang memiliki membutuhkan analgesik lebih 24 jam sebanyak 20%,
kerentanan lebih dibandingkan hipertensi porta yang Embosphere 31% dan PVA grup 32,3%. Insiden
disebabkan oleh penyebab lain, atau akibat infark terjadinya demam terjadi pada grup Gelfoam yaitu
9,30 7
yang masif dengan kontaminasi bakteri. 24,6%.

Gambar 7. Abses lien setelah tindakan embolisasi


12
arteri lien
Pemberian zat kontras, redistribusi aliran
Gambar 8. A. CT Abdomen sebelum ELP
darah menuju organ dan hipoperfusi ginjal
tidak menunjukkan adanya thrombus pada vena lien.
berhubungan dengan kerusakan fungsi ginjal setelah
B. CT Abdomen setelah ELP menunjukkan thrombus
tindakan ELP. Patogenesis nefropati kontras 15
yang besar pada vena lien
berhubungan erat dengan hipoksia sellular dan
8

Komplikasi mayor ditemukan pada 3 pasien DAFTAR PUSTAKA


yang mendapatkan Gelfoam yaitu peritonitis
bakterialis dalam 10 hari setelah prosedur ELP 1. Sigal SH, Zachary S, Arun J. Clinical Implications
dilakukan, dan dua diantaranya menderita abses lien of Thrombocytopenia for the Cirrhotic Patient.
yang membutuhkan terapi antibiotik dan drainase Hepatic Medicine: Evidence and Research
abses menggukanan kateter pigtail. Sedangkan 2020:12. 49–60.
masing - masing 1 pasien dari ketiga grup mengalami 2. Radosalvjevic MP. Thrombocytopenia in Chronic
abses lien yang membutuhkan terapi antibiotic intensif Liver Disease. Wiley Liver International. 2017;37.
dan drainase kateter pigtail. Ditemukan komplikasi 778 – 93
berupa hematemesis pada 5 orang pasien dan perlu 3. Hayashi H, Toru B, Ken S, Yoshibiko M, Hideo B.
dilakukan tindakan berupan intervensi endoskopi. Management of Thrombocytopenia Due To Liver
Trombosis vena porta ditemukan pada 5 orang pasien Cirrhosis : A Review. World J Gastroenterol. 2014
saat dilakukan follow-up menggunakan ultrasound dan : 20 (10). 2595 – 605
CT dalam bulan pertama setelah prosedur dilakukan. 4. Mitchell O, David MF, Marla D, Samuel HS. The
Pasien dengan asites dan/ atau efusi pleura yang Patophysiology of Thrombocytopenia in Chronic
menyebabkan ketidaknyamanan abdomen dan/ atau Liver Disease. Hepatic Medicine : Evidence and
sesak nafas dilakukan torakosintesis dan Research. 2016 : 6 (8). 39 -50
7
peritoneosintesis. 5. Matar M, Mohammed G, Khaled S. Splenectomy
Pemantauan jangka panjang yang dilakukan Versus Partial Splenic Artery Embolization
pada penelitian Zoitoun et al menunjukkan adanya Management In Hypersplenism. Ain Shams J
kejadian hematemesis berulang pada 10 dari 36 Surg. 2017 : 10 (1). 42 – 7
pasien (27,7%) yang mendapatkan Gelfoam, 5 pasien 6. Saab S. Robert SB. Management of
dari 30 (16,6) pasien yang mendapatkan Embosphere, Thrombocytopenia in Patients with Chronic Liver
dan 5 pasien dari 32 pasien (15,6%) yang Disease. Digestive Disease and Sciences. 2019.
mendapatkan PVA. Talwer et al (2019) dalam studinya 1 – 12
menyatakan bahwa beberapa pasien yang 7. Zaitoun MMA, Mohammad AAB, Saeed BE, Dalia
mendapatkan prosedur ELP mengalami komplikasi SED, Nahla AZ, Husain A, Alaa AF, et al.
post prosedur seperti demam, mual, dan nyeri perut. Comparison of three embolic materials at partial
Komplikasi minor terjadi lebih sering dibandingkan splenic artery embolization for hypersplenism:
komplikasi mayor yaitu sekitar 73,4%. Komplikasi clinical, laboratory, and radiological outcomes.
mayor yang sering terjadi yaitu perdarahan Insights imaging. 2021: 12(85). 1 – 11
gastrointestinal 0,6%, abses lien 1,3%, peritonistis 8. Talwar A, Ahmed G, Ahsun R, Kush D, Bartley T,
bakterialis 1,3%, asites 8m1%, dan efusi pleura 9,4%. Samdeep M, et al. Adverse Events Related to
Angka kematian sangat jarang terjadi, mortalitas Partial Splenic Embolization for the Treatment of
biasanya disebabkan oleh sepsis yang diakibatkan Hypersplenism: A Systematic Review. J Vasc
7,8
oleh abses lien atau peritonitis bakterialis. Interv Radiol 2019. 1 – 14
Komplikasi yang terjadi berhubungan dengan 9. Guan YS, Ying H. Clinical Application of Partial
luas infark yang terjadi pada lien yang telah dilakukan Splenic Embolization. The Scientific World
tindakan embolisasi. Komplikasi meningkat pada infark Journal. 2014. 1 – 10
yang lebih dari 70% dari volume lien. Komplikasi juga 10. Amir AM, Eisha RM, Lobna KS, Ahmes SS. Role
berhubungan dengan penyakit dasar pada hati. Talwer of Partial Splenic Artery Embolization (PSE) in the
et al menyatakan bahwa angka komplikasi meningkat Treatment of Hypersplenismus. Med J Cairo Univ.
seiring dengan tingginya kelas Child-Pugh pada 2019: 87 (8). 1 – 12
8
pasien. 11. Taniai N, Hiroshi Y, Eiigi U. Interventional
KESIMPULAN Radiology : Partial Splenic Embolization. In
Embolisasi lien parsial adalah salah satu Clinical Investigation of Portal Hypertension.
tindakan pilihan sebagai tatalaksana trombositopenia Japan. 2019. 417 – 28
pada penyakit hati kronik. Embolisasi lien parsial 12. Ibrahim MHH, Shrief HMA, Ahmed SAA. The
dapat mengatasi trombositopenia yang disebabkan Effect of Partial Splenic Artery Embolization in
oleh hipersplenismus. Target parenkim lien yang The Control of Hypersplenism. The Egyptian
diharapkan mengalami infark setelah embolisasi yaitu Journal of Hospital Medicine. 2017 : 68 (3). 1475
60 – 70%. Embolisasi lien parsial memiliki risiko yang – 80
lebih rendah dibandingkan dengan tindakan 13. Chikamori F, Niranjan S, Sathosi I, Kai M, Koji U,
splenektomi. Embolisasi lien parsial tidak hanya Haruka T, et al. Stepwise Partial Splenic
berguna untuk meningkatkan trombosit paska Embolization for Portal Hypertension Based On A
tindakan, namun juga memberikan manfaat lain yaitu New Concept : Splanchnic Caput Medusae.
peningkatan eritrosit, leukosit, perbaikan mukosa Radiology Case Report. 2021 : 16. 564 – 70
gaster, dan menurunkan kejadian varises esofagus 14. Ishikawa T, Ryo S, Tatsuro N, Yuki A, Issei S,
rekuren. Takuyo I, et al. A Novel Therapeutic Strategy For
Esophageal Varices Using Endoscopic Treatment
Combined With Splenic Artery Embolization
9

According to The Child Pigh Classification. Plos Risk of Portal Hypertension-Induced Upper
One. 1029 : 14 (9). 1 – 13 Gastrointestinal Bleeding in Patients Not Eligible
15. Ogawa S, Akira Y, Atsushi J, Mariko MN, Ken K, For TIPS Implantation. Plos One. 2017. 1 – 11
Etsuji S, Norifumi N, et al. Splenic Vein Diameter 27. Ishikawa T, Kaori H, Ryo S, Tatsuro N, Takashi
Is A Risk Factor For Portal Venous System M, Takuya I, Taro T, Isao S. Significant
Thrombosis After Partial Splenic Artery Improvement in Portal-Systemic Liver Failure
Embolization. Cardiovac Intervent Radiol. 2021 : Symptoms And Successful Management of
44. 921 – 30 Portal-Splenic Venous Hemodynamics by The
16. Wu BG, Andy SBC, Guan JH, Ming CL. Eighty Combination of Interventional Radiology and
Percent Pasrtial Splenic Embolization Is A Safe Pharmacotherapy. Hepatol Res. 2020 : 50 (10).
And Effective Procedure In Management Of 1201 – 208
Cirrhotic Hypersplenism. Formosan Journal of 28. Nurwidda APD, Poernomo BS, Iswan AN, Herry
Surgery. 2017 : 50. 101 – 6 P, Titong S, Ummi M, et al. Trombocytopenia in
17. Kogure T, Jun I, Eiji K, Masashi N, Tooru S. Chronic Hepatitis C. In Proceeding of Surabaya
Gastroesophageal Variceal Bleeding Successfully International Physiology Seminar. 2017. 446 – 52
Controlled by Partial Splenic Embolization. Intern 29. Moore AH. Trombocytopenia in Cirrhosis : A
Med. 2017 : 56. 1339 – 43 Review of Pathophysiology and Management
18. Dawoud MF, Manal H, Ahmed EB, Osama EA. Options. Clinical Liver Disease. 2019. 1 – 9
Gel Foam or Microsphere Particles For Partial
Splenic Artery Embolization In Managing Patients Zhang L, Zhan GZ, Xin L, Fei LL, Wan GZ.
With Hypersplenism. The Egyptian Journal Of Severe Complication After Splenic Artery
Radiology And Nuclear Medicine. 2018. 1 – 11 Embolization for Portal Hypertension Due to
19. Asar YM, Mostafa SEK, Hatem SA, Waleed AEA, Hepatic Cirrhosis. Risk Management and
Tamer EE. Wessam MAEL. Percutaneus Healthcare Policy. 2020. 135 – 40
Microwave Ablation versus Partial Splenic
Embolization for Treatment of Hypersplenism in
Patients With Liver Cirrhosis. Afro – Egypt J Infect
Endem Dis. 2019 : 9 (3). 230 – 40
20. Assal F, Mohamed EK, Eslam E, Amr AE, Sabry
A, Reem M, Asem E. Microwave Ablation In The
Spleen Verus Partial Splenic Artery Embolisation :
A New Technique for Hypersplenism in Cirrhosis.
Arab Journal of Gastroenterology. 2017. 1 – 5
21. Hegazy MM, Sameh AW, Yosra AI. Platelet
Changes Following Partial Splenic Artery
Embolization In Cirrhotic Patients With
Hyersplenism. Med J Cairo Uiv. 2019 : 87. 2735 –
42
22. Loffroy R, Nicolas F, Motoki N, Lorenzo P, Serge
AG, Sophie G, et al. Partial splenic embolization
with Glubran®2/Lipiodol® mixture for oncological
patients with hypersplenism-related
thrombocytopenia requiring systemic
chemotherapy. Quant Imaging Med Surg. 2019 : 9
(3). 409 – 17
23. Pang X, Tengyu L, Cheng’en W. Splenic Artery
Embolization with Detachable Bolloons for
Hypersplenism. Journal of International Medical
Research. 2018 : 46 (10). 4111 – 20
24. Morsy MAM, Amr MA, Ahmed SAA, Wael MFES.
Partial Splenic Artery Embolization in Chronic
Liver Disease. The Egyptian Journal of Hospital
Medicine. 2018 : 7 (2). 2429 – 33
25. Arisar FAQ, Syed HAS, Tanveer UH. Partial
Splenic Artery Embolization in Cirrhosis Is A Safe
And Useful Procedure. Open Journal of
Gastroenterology. 2018 : 8. 327 – 36
26. Buechter M, Alisan K, Paul M, Guido G,
Alexander D, Ali Canbay, Axel W, Lale U, Jens
MT. Partial Spleen Embolization Reduces The

Anda mungkin juga menyukai