(sirkulasi inhibitor : antitrombin dan protein c teraktivasi) , Bersihan faktor koagulasi teraktivasi dan kompleks polymer fibrin (Fagosit mononuklear dan hati) dan Fibrin Lisis (Enzim fibrinolitik : Plasma dan sel endotel) Faktor Resiko Manifestasi Klinis • Nyeri Tungkai • Bengkak • Palpable cord • Perubahan warna kulit • Distensi vena • Vena superfisial menonjol • Sianosis
Phlegmasia cerulea dolens
Homan’s Sign
Lutut dalam keadaan ekstensi , Dorsofleksi pada kaki
dan remas pada daerah calf/betis • Diagnosis secara klinis sangat tidak spesifik karena tanda & gejala dapat disebabkan kelainan nonthrombotik.
• 50-85% yang dicurigai secara klinis DVT tidak
terkonfirmasi secara objektif.
• Walaupun secara klinis tak spesifik, dalam studi prospektif
dikategorikan low, moderate & high probability DVT yang menggunakan clinical prediction rule (tanda, gejala dan faktor resiko). • Systematic riview, Prevalensi DVT pada low probability 5%, moderate probability 17%, High Probability 53%.
• Pada kategori low probability tidak cukup rendah untuk
menunda pemeriksaan diagnostik dan tatalaksana, High Probability tidak cukup tinggi untuk memberikan antikoagulan tanpa pemeriksaan diagnostik lanjutan.
• Kuncinya, pengelompokan ini digunakan untuk strategi
diagnostik terintegrasi yang menggunakan pengukuran D-Dimer dan pencitraan vena. Laboratorium • Fibrinogen dan Faktor VIII ↑ • Leukosit dan trombosit ↑ • Aktivasi koagulasi sistemik • Pembetukan dan kerusakan fibrin (D Dimer) • Fragmen protrombin 1.2 ↑ • Fibrinopeptide A ↑ • TAT ↑ • Produk degradasi fibrin ↑ D Dimer • D Dimer banyak digunakan pada penderita kecurigaan DVT. • Pemeriksaan D Dimer dengan cara ELISA, Tes cepat ELISA kuantitatif, Latex agglutination, Whole-blood agglutination mempunyai sensitifitas dan spesifitas berbeda. • D Dimer dengan cara ELISA dan Tes cepat ELISA kuantitatif mempunyai sensitifitas 96% dan rasio kemungkinan negatif 0.10 untuk simptomatik DVT • D Dimer juga dipakai untuk evaluasi terapi yang mendapatkan antikoagulan jangka panjang. • Ultrasonografi dan Venografi sebagai alat penunjang dalam penegakan DVT. • Compression ultrasonography efeketif untuk mendeteksi trombosis vena proksimal. • Pemeriksaan ini dapat diulang 5-7 hari untuk menegakan kecurigaan DVT. • Diagnosis DVT akut yang rekuren menjadi suatu tantangan karena keluhan nyeri dan bengkak meskipun sudah diberikan antikoagulan dan usg dan venografi mempunyai keterbatasan dalam menegakan DVT rekuren akut. Diagnosis Banding • Muscle Strain • Selulitis • Limfangitis • Venous Reflux • Kista poplitea • Edema tungkai pada kelumpuhan Perjalanan klinis Trombosis Vena Proksimal • Trombosis vena proksimal merupakan keadaan yang serius dan berpotensi menjadi letal. • Pada kondisi yang tidak ditatalaksana akan meningkatkan kejadian Emboli Paru sebesar 10% dan 20%-50% akan timbul kembali bila tatalaksana tidak adekuat. • Bila pada usg didapatkan trombosis vena proksimal dikaitkan dengan 2-7x beresiko kematian • Pada kondisi simptomatik maupun asimptomatik diindikasikan penggunaan antikoagulan. Calf Vein Thrombosis • Angka kejadian timbulnya emboli paru rendah sekitar ≤1%
• Pada kasus yang tidak ditatalaksana maka akan meluas
kearah proksimal atau vena poplitea dengan angka kejadian 15%-25%
• Antikoagulan & monitoring usg (proksimal)
Sindrom Posttrombotik • Suatu komplikasi yang sering terjadi
• Gejala ; nyeri, terasa berat, bengkak, keram, gatal dan
kesemutan pada tungkai.
• Dalam studi prospektif, Sindrom Posttrombotik dengan
gejala sedang-berat mempunyai insidensi 25% pada pasien yang mendapatkan terapi Heparin dan antikoagulan oral selama 3 bulan..
• Trombosis vena ipsilateral sangat berkaitan dengan
sindrom posttrombotik Terapi Antitrombotik • Tujuan : • Mencegah kematian akibat Emboli Paru
• Mencegah Morbiditas akibat DVT/Emboli Paru berulang,
khususnya sindrom posttrombotik dan hipertensi pulmonal kronik • Pada umumnya, diberikan antikoagulan.
• Trombolitik diindikasikan pada beberapa pasien saja.
• Penggunaan filter IVC yang diindikasikan untuk
mencegah kematian terhadap emboli paru pada pasien yang mendapatkan antikoagulan adalah suatu kontraindikasi. Antikoagulan • Antikoagulan adalah pilihan terapi pada Trombosis vena proksimal atau Emboli Paru
• Pada DVT proksimal dibutuhkan kedua antikoagulan yang
adekuat, Heparin / LMWH dan terapi antikoagulan jangka panjang untuk mencegah vena trombosis berulang.
• Terapi antikoagulan minimal 3 bulan untuk mencegah
perpanjang trombosis ke proksimal dan vena trombosis berulang. Kontraindikasi Absolut Relatif • Perdarahan intrakranial • Pembedahan mayor • Serebrovaskular akut • Perdarahan aktif : otak, • Perdarahan sal cerna aktif mata, pembedahan spinal • Hipertensi berat cord • Gagal ginjal dan hati • Trombositopenia berat ( <50.000) Parenteral Antikoagulan Heparin dan LMWH 1970-1980 IV Heparin Selama 1990 ,LMWH subkutan , 1-2x sehari. Clinical trial : sama efektif dan aman pada DVT Proksimal dan Emboli Paru Submasif. • LMWH : tidak perlu monitoring antikoagulan, dapat diberikan untuk rawat jalan. • IV UFH : dapat diberikan pada gagal ginjal. • Pemberian LMWH dan Heparin dilanjutkan minimal 5 hari. Durasi Antikoagulan • Antikoagulan dilanjutkan minimal 3 bulan pada semua pasien vena trombosis.
• Menghentikan 4-6 minggu, meningkatkan vena trombosis
berulang Efek Samping • Perdarahan • Trombositopenia • Osteoporosis • Peningkatan transaminase • Alergi • Hiperkalemia Trombolitik • Diberikan pada Emboli Paru dengan • Hipotensi / syok • Gagal jantung kanan
• rTPA 100mg selama 2 jam , dapat dilanutkan iv heparin
1000u/hr ketika TT dan aPTT < 2x nilai kontrol. Filter IVC • Filter IVC diindikasikan pada pasien vena trombosis akut dan pada kontraindikasi absolut antikoagulan atau pada vena trombosis berulang