Dr Hendra Saputra
NIM 2150302204
Ilmu Penyakit Dalam – SMT 2
Pendahuluan
Trombosis adalah terbentuknya bekuan darah dalam pembuluh darah. Trombus atau
bekuan darah ini dapat terbentuk pada vena arteri, jantung, dan mikrosirkulasi dan menyebabkan
komplikasi akibat distruksi atau emboli.
Risiko tromboemboli pada [pasien dengan defisiensi antitrombin III dapat mencapai
80%, 70% pada gagal jantung kongestif dan 40% pada infark miokard akut.
Patogenesis
Virchow mengungkapkan suatu triad yang merupakan dasar terbentuknya thrombus yang
dikenal sebagai triad Virchow.
Terdiri dari:
1. Gangguan pada aliran darah yang stasis
2. Gangguan pada keseimbangan antara prokoagulan dan antikoagulan yang menyebabkan
aktifasi factor pembekuan
3. Gangguan pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan prokoagulan
Tromobosis terjadi jika keseimbangan antara factor trombogenik dan mekanisme proteaktif
terganggu. Thrombus terdiri dari fibrin dan sel – sel darah.
Diagnosis
Emboli Paru
Pada emboli paru pasien umumnya mengeluh nyeri dada mendadak (seperti nyeri
pleuritik), sesak napas, hemoptysis, banyak berkeringat dan gelisah.
Gejala klasik emboli paaru berupa sesak ( dengan atau tanpa disertai nyeri dada pleuritik atau
hemoptysis); takipneau, takikardia dan banyak berkeringat.
Pemeriksaan foto thorax tidak spesifik.
EKG dapat menunjukkan gambaran normal atau sinus takikardia. Pemeriksaan ventrikel-
perfusion (V/Q) Lung Scanning merupakan prosedur baku untuk mendiagnosis emboli paru.
Penatalaksanaan
a. Antikoagulan
Unfractioned Heparin (UFH) merupakan antikoagulan yang sudah lama digunakan untuk
penatalaksanaan DVT
Terapi ini diberikan dengan bolus 80 IU/KgBB intravena dilanjutkan dengan infus 18
IU/KgBB/jam dengan pemantauan nilai APTT sekitar 6 jam setelah bolus mencapai target
1,5-2,5 kali nilai kontrol.
LMWH dapat diberikan satu atau dua kali sehari secara subkutan. Keuntungan resiko
perdarahan mayor yang lebih kecil. Pemberian UFH atau LMWH ini dilanjutkan dengan
antikoagulan oral yaitu warfarin.
Lama pemberian selama 6 minggu hingga 3 bulan, jika mempunyai factor risiko yang
reversible atau sedikitnya 6 bulan jika factor risiko idiopatik.
b. Terapi Trombolitik
Tujuan melisiskan thrombus secara cepat.
Hanya efektif pada fse awal dan penggunaannya harus dipertimbangkan karena memiliki
factor risiko perdarahan 3x lipat dibandingkan terapi antikoagulan saja.
c. Tromboektomi, terutama dengan fistula arteriovena sementara
d. Filter Vena Kava Inferior. Digunakan pada thrombosis diatas lutut pada kasus dimana
antikoagulan merupakan kontraindikasi atau gagal.
Emboli Paru
Pasien dengan kesakitan pertimbangkan pemberian analgetik namun hati – hati memberikan
opiate pada pasien hipotensi.
Hipoksemia refrakter meskipun sudah diberikan oksigen pertimbangkan dilakukan intubasi dan
ventilasi mekanik.
a. Antikoagulan
UFH merupakan terapi standar yang bisa dioberikan secara intravena atau subkutan. Dosis
awal 17.500 IU (atau 250 IU/KgBB) setiap 12 jam.
b. Terapi trombolitik
Diberikan untuk pasien dengan gangguan sirkulasi berat seperti hipotensi, oliguria, dan
hipoksemia berat.
Pencegahan
Untuk mencegah, dapat diberikan Low Dose Unfractionated Heparin (LDUH) yaitu UFH
5.000 IU subkutan setiap 8-12 jam yang dimulai 1-2 jam sebelum operasi.
ADH yaitu UFH subkutan setiap 8 jam, mulai sekitar 3500 IU subkutan atau disesuaikan
± 500 IU dengan target nilai APTT normal, atau dapat diberikan sesuai dengan jenis operasi dan
risiko tromboemboli prosedut tersebut.