Anda di halaman 1dari 35

Kegawatdaruratan Obstetri

Kelompok 1
Afifatun Mukarromah
Ashri Nabilah Putrie
Fidratul Khasanah
Fitriyah Yatmi
Ika Septia Yulianti
Nurfauzia
Nur Lailatun Ni’mah
Siti Hanifah
Siti Munawaroh
Syadza Rose Mawaddah
Tiara Indriani
Yuni Triwardani
Patofisiologi
Masa kehamilan, volume darah ibu meningkat kurang lebih 50% (dari 4 L menjadi 6 L).
Volume plasma meningkat melebihi jumlah total sel darah merah, yang mengakibatkan
 penurunan konsentrasi hemoglobin dan hematokrit. Peningkatan volume darah
digunakan untuk memenuhi kebutuhan perfusi dari uteroplasenta dan persiapan
terhadap hilangnya darah saat  persalinan (Cunningham, 2001). Diperkirakan aliran
darah ke uterus sebanyak 500-800 mL/menit, yang berarti 10-15% dari curah jantung.
Kebanyakan dari aliran ini melewati plasenta yang memiliki resistensi yang rendah.
Pembuluh darah uterus menyuplai sisi plasenta melewati serat miometrium. Ketika
serat ini berkontraksi pada saat persalinan, terjadi retraksi miometrium. Retraksi
merupakan karakteristik yang unik pada otot uterus untuk melakukan hal tersebut serat
memendek mengikuti tiap kontraksi. Pembuluh darah terjepit pada proses kontraksi ini,
dan normalnya perdarahan akan terhenti. Hal ini merupakan ’ligasi hidup’ atau ’jahitan
fisiologis’ dari uterus (Baskett,1999).
Jenis-Jenis
1. Abortus
1. Abortus
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi yang usia kehamilannya kurang dari 20 minggu. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan adanya amenore, tanda-tanda kehamilan, perdarahan hebat per vagina, pengeluaran
jaringan plasenta dan kemungkinan kematian janin.
Abortus pun dibagi bagi lagi menjadi beberapa bagian, • Missed Abortion
antara lain :
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus
• Abortus Komplet
terlah meninggal dalam kandungan sebelum
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari rahim pada kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi
kehamilan kurang dari 20 minggu.
seluruhnya masih dalam kandungan.
• Abortus Inkomplet
• Abortus Habitualis
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari rahim dan masih
ada yang tertinggal. Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut
• Abortus Insipiens turut atau lebih.
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan • Abortus Infeksius
serviks yang telah mendatar, sedangkan hasil konsepsi Abortus yang disertai infeksi organ genitalia.
masih berada lengkap di dalam rahim.
• Abortus Iminens
• Abortus Septik
Abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan per • Abortus yang terinfeksi dengan penyebaran
vaginam, sedangkan jalan lahir masih tertutup dan hasil mikroorganisme dan produknya kedalam
konsepsi masih baik di dalam rahim. sirkulasi sistemik ibu.
Abortus pada wanita hamil bisa terjadi karena beberapa sebab diantaranya :
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.
Kelainan inilah yang paling umum menyebabkanabortus pada kehamilan sebelum umur
kehamilan 8 minggu. Beberapa faktor yangmenyebabkan kelainan ini antara lain : kelainan
kromoson/genetik, lingkungan tempatmenempelnya hasil pembuahan yang tidak bagus
atau kurang sempurna dan pengaruh zat-zat yang berbahaya bagi janin seperti radiasi, obat
obatan, tembakau, alkohol dan infeksivirus.
Kelainan pada plasenta.
Kelainan ini bisa berupa gangguan pembentukan pembuluhdarah pada plasenta yang
disebabkan oleh karena penyakit darah tinggi yang menahun.
Faktor ibu seperti penyakit penyakit kronis yang diderita oleh sang ibu seperti
radang paru-paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus toxoplasma.
Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut
rahim,kelainan bentuk rahim terutama rahim yang lengkungannya ke belakang
(secara umumrahim melengkung ke depan), mioma uteri, dan kelainan bawaan
pada rahim.
Jenis-Jenis (cont’)
2. Mola Hidatidosa (Kista Vesikular)
• Mola Hidatidosa (Hamil Anggur) adalah suatu massa atau pertumbuhan di dalam
rahim yang
• Menurut Varney (2007) mola hidatidosa merupakan kehamilan yan secara genetik
tidak normal, yang muncul dalam bentuk kelainan perkembangan plasenta.
Kehamilan mola hidatidosa biasanya dianggap sebagai satu tumor jinak, tetapi
berpotensi menjadi ganas.
• Terjadi pada awal kehamilan. Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dimana
seluruh villi korialisnya mengalami perubahan hidrofobik. Mola hidatidosa juga
dihubungkan dengan edema vesikular dari vili khorialis plasenta dan biasanya tidak
disertai fetus yang intak. Secara histologist, ditemukan proliferasi trofoblast dengan
berbagai tingkatan hiperplasia dan displasia. Vili khorialis terisi cairan,
membengkak, dan hanya terdapat sedikit pembuluh darah.
Penyebab pasti mola hidatidosa tidak diketahui, namun menurut
Rustam (1998), faktor-faktor yang mungkin dapat menyebabkan dan
mendukung terjadinya mola antara lain:
Faktor ovum, di mana ovum memang sudah patologik sehingga mati,
tetapi terlambat dikeluarkan
Imunoselektif dari trofoblast
Keadaan sosioekonomi yang rendah
Paritas tinggi
Kekurangan protein
Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
Jenis-Jenis (cont’)
3. Kehamilan Ekstrauteri (Ektopik)
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil
konsepsi diluar endometrium kavum uteri.
• Penyebab
Gangguan ini adalah terlambatnya transport ovum karena
obstruksi mekanis pada jalan yang melewati tuba uteri. Kehamilan
tuba terutama di ampula, jarang terjadi kehamilan di ovarium.
Menurut Sujiyatini (2009) kehamilan ektopik terjadi
karenahambatan pada perjalanan sel telur dari indung telur
(varium) ke rahim (uterus).
Jenis-Jenis (cont’)
4. Plasenta Previa
Plasenta Previa adalah Plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir
Menurut penelitian Wardana (2007) yang menjadi faktor risiko plasenta previa yaitu:
– Risiko plasenta previa pada wanita dengan umur 35 tahun 2 kali lebih besar
dibandingkan dengan umur < 35.
– Risiko plasenta previa pada multigravida 1,3 kali lebih besar dibandingkan
primigravida.
– Risiko plasenta previa pada wanita dengan riwayat abortus 4 kali lebih besar
dibandingkan dengan tanpa riwayat abortus.
– Riwayat seksio sesaria tidak ditemukan sebagai faktor risiko terjadinya plasenta previa
Jenis-Jenis (cont’)
Penyebab utama dari solusio plasenta masih belum
5. Solusio (Abrupsio) diketahui pasti. Meskipun demikian adabeberapa
Plasenta factor yang diduga mempengaruhinya, antara lain :
– Penyakit hipertensi menahun
– Pre-eklampsia
Solusio plasenta adalah – Tali pusat yang pendek

lepasnya sebagian atau –



Trauma
Tekanan oleh rahim yang membesar pada vena cava

seluruh jaringan plasenta inferior uterus yang sangatmengecil ( hidramnion pada


waktu ketuban pecah, kehamilan gandapada waktu anak
pertama lahir
yang berimplantasi Di samping hal-hal di atas, ada juga pengaruh dari:
normal pada kehamilan –

Usia lanjut
Multiparitas
di atas 22 minggu dan –

Ketuban pecah sebelum waktunya
Defisiensi asam folat
sebelum anak lahir. –

Merokok, alkohol, kokain
Mioma uteri
Jenis-Jenis (cont’)

6. Retensio Plasenta (Plasenta Inkompletus)


Adalah keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu 1 jam
setelah bayi lahir. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya
plasenta tidak lahir spontan dan tidak yakin apakah plasenta
lengkap.
Jenis-Jenis (cont’)

7. Ruptur Uteri
Ruptur uterus adalah robekan pada uterus, dapat meluas ke seluruh
dinding uterus dan isi uterus tumpah ke seluruh rongga abdomen
(komplet), atau dapat pula ruptur hanya meluas ke endometrium dan
miometrium, tetapi peritoneum di sekitar uterus tetap utuh
(inkomplet).
Jenis-Jenis (cont’)

8. Perdarahan Pascapersalinan
Pendarahan pasca persalinan (post partum) adalah pendarahan
pervaginam 500 ml atau lebih sesudah anak lahir. Penyebab
gangguan ini adalah kelainan pelepasan dan kontraksi, rupture
serviks dan vagina (lebih jarang laserasi perineum), retensio sisa
plasenta, dan koagulopati. Perdarahan pascapersalinan tidak
lebih dari 500 ml selama 24 jam pertama, kehilangan darah 500
ml atau lebih berarti bahaya syok.
Jenis-Jenis (cont’)
9. Syok Hemoragik
Semua keadaan perdarahan diatas, dapat menyebabkan syok
pada penderita, khususnya syok hemoragik yang di sebabkan
oleh berkurangnya volume darah yang beredar akibat
perdarahan atau dehidrasi.
Jenis-Jenis (cont’)

10. Syok Septik (Bakteri, Endotoksin)


Penyebab gangguan ini adalah masuknya endotoksin bakteri gram
negative (coli, proteus, pseudomonas, aerobakter, enterokokus). Toksin
bakteri gram positif (streptokokus, Clostridium welchii) lebih jarang
terjadi. Pada abortus septic, sering terjadi amnionitis atau pielonefritis.
Adanya demam sering didahului dengan menggigil, yang diikuti
penurunan suhu dalam beberapa jam, jarang terjadi hipotermi. Tanda
lain adalah takikardia dan hipotensi yang jika tidak diobati hamper
selalu berlanjut ke syok yang tidak reversible. Gangguan pikiran
sementara (disorientasi) sering tidak diperhatikan.
Jenis-Jenis (cont’)

11. Preeklampsia Berat


Suatu komplikasi pada kehamilan lebih dari 22 minggu dijumpai :
• a. Tekanan darah sistolik > 160 mmhg, diasnolis > 110 mmhg
• b. Proteinuri lebih dari 5 gram /24 jam
• c. Gangguan selebral atau visual
• d. Edema pulmonum
• e. Nyeri epigastrik atau kwadran atas kanan
• f. Gangguan fungsi hati tanpa sebab yang jelas
• g. Trobosisfeni
• h. Pertumbuhan janin terhambat
• i. Peningkatan serum creatinin
Jenis-Jenis (cont’)

12. Hiperemesis Gravidarum


• Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan
selama kehamilan. dan berlangsung selama trimester pertama
kehamilan (Varney, 2007). Hiperemesis gravidarum sering
disertai dengan dehidrasi, gangguan elektrolit, dan ketosis.
Sebaiknya penyebab dari mual muntah segera dievaluasi.
Komplikasi Kehamilan
Komplikasi kehamilan adalah kegawat daruratan
obstetrik yang dapat menyebabkan kematian
pada ibu dan bayi (Prawirohardjo, 1999). Jenis
jenis komplikasi kehamilan antara lain;

• Perdarahan
• Pre-eklamsi
• Infeksi
Pencegahan
Adapun pelayanan kesehatan selama masa kehamilan seorang seorang ibu yang
diberikan sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang telah ditentukan
(Mandriwati, 2008
1. AnamnesisPengukuran tinggi badan i dan penimbangan berat badan
2. Pengukuran tinggi fundus uteri untuk menaksir usia kehamilan,
3. Pememriksaan panggul,.
4. Penghitungan denyut jantung janin (DJJ)
5. Pemeriksaan kesehatan secara umum, meliputi pengukuran tekanan darah dan denyut
jantung ibu, dan pemeriksaan faal tubuh.
6. Pemerikasaan Hb dengan menggunakan metode sahli
7. Penyuluhan kesehatan pada kehamilan, yang ditujukan pada pemeliharaan kebersihan
perorangan, dan status gizi
8. Suplemen gizi dengan pemberian tablet zat besi (Fe)
9. Pemberian suntikan Tetanus Toksoid (TT) lengkap 2 kali untuk mencegah terjadinya tetanus
neonatorum.
Prinsip Umum Penanganan Kasus
Kegawatdaruratan Kehamilan
1. Pastikan Jalan Napas Bebas
Harus diyakini bahwa jalan napas tidak tersumbat. Jangan
memberikan cairan atau makanan ke dalam mulut karena pasien
sewaktu-waktu dapat muntah dan cairan muntahan dapat terisap
masuk ke dalam paru-paru. Putarlah kepala pasien dan kalau perlu
putar juga badannya ke samping dengan demikian bila ia muntah,
tidak sampai terjadi aspirasi. Jagalah agar kondisi badannya tetap
hangat karena kondisi hipotermia berbahaya dan dapat memperberat
syok. Naikkanlah kaki pasien untuk membantu aliran darah balik ke
jantung. Jika posisi berbaring menyebabkan pasien merasa sesak
napas, kemungkinan hla ini dikarenakan gagal jantung dan edema
paru-paru. Pada kasus demikian, tungkai diturunkan dan naikkanlah
posisi kepala untuk mengurangi cairan dalam paru-paru.
2. Pemberian Oksigen
Oksigen diberikan dengan kecepatan 6-8 liter / menit. Intubasi
maupun ventilasi tekanan positif hanya dilakukan kalau ada indikasi
yang jelas.
3. Pemberian Cairan Intravena
Cairan intra vena diberikan pada tahap awal untuk persiapan mengantisipasi
kalau kemudian penambahan cairan dibutuhkan. Pemberian cairan infus
intravena selanjutnya baik jenis cairan, banyaknya cairan yang diberikan, dan
kecepatan pemberian cairan harus sesuai dengan diagnosis kasus. Misalnya
pemberian cairan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang pada syok
hipovolemik seperti pada perdarahan berbeda dengan pemberian cairan
pada syok septik. Pada umumnya dipilih cairan isotonik, misalnya NaCl 0.9 %
atau Ringer Laktat. Jarum infus yang digunakan sebaiknya nomor 16-18 agar
cairan dapat dimasukkan secara cepat.
4. Pemberian Tranfusi Darah
Pada kasus perdarahan yang banyak, terlebih lagi apabila disertai syok,
transfusi darah sangat diperlukan untuk menyelamatkan jiwa penderita.
Walaupun demikian, transfusi darah bukan tanpa risiko dan bahkan dapat
berakibat kompliksai yang berbahaya dan fatal. Oleh karena itu, keputusan
untuk memberikan transfusi darah harus dilakukan dengan sangat hati-hati.
Risiko yang serius berkaitan dengan transfusi darah mencakup penyebaran
mikroorganisme infeksius ( misalnya human immunodeficiency virus atau HIV
dan virus hepatitis), masalah yang berkaitan dengan imunologik ( misalnya
hemolisis intravaskular), dan kelebihan cairan dalam transfusi darah.
5. Pasang Kateter Kandung Kemih
Kateter kandung kemih dipasang untuk mengukur banyaknya urin yang keluar
guna menulai fungsi ginjal dan keseimbangan pemasukan dan pengeluaran
cairan tubuh. Lebih baik dipakai kateter foley. Jika kateterisasi tidak mungkin
dilakukan, urin ditampung dan dicatat kemungkinan terdapat peningkatan
konsesntrasi urin ( urin berwarna gelap) atau produksi urin berkurang sampai
tidak ada urin sama sekali. Jika produksi urin mula-mula rendah kemudian
semakin bertambah, hal ini menunjukan bahwa kondisi pasien membaik.
Diharapkan produksi urin paling sedikit 100 ml/4 jam atau 30 mL/ jam.
6. Pemberian Antibiotika
Antibiotika harus diberikan apabila terdapat infeksi, misalnya pada kasus
sepsis, syok septik, cidera intraabdominal, dan perforasi uterus. Pada kasus
syok, pemberian antibiotika intravena lebih diutamakan sebab lebih cepat
menyebarkan obat ke jaringan yang terkena infeksi. Apabila pemberian
intravena tidak memungkinkan, obat dapat diberikan intramuskular.
Pemberian antibiotika per oral diberikan jika pemberian intra vena dan
intramuskular tidak memungkinkan, yaitu jika pasien dalam keadaan syok,
pada infeksi ringan, atau untuk mencegah infeksi yang belum timbul, tetapi
diantisipasi dapat terjadi sebagai komplikasi.
7. Obat Pengurang Rasa Nyeri
Pada beberapa kasus kegawatdaruratan obstetri, penderita dapat mengalami
rasa nyeri yang membutuhkan pengobatan segera. Pemberian obat pengurang
rasa nyeri jangan sampai menyembunyikan gejala yang sangat penting untuk
menentukan diagnosis. Hindarilah pemberian antibiotika pada kasus yang
dirujuk tanpa didampingi petugas kesehatan, terlebih lagi petugas tanpa
kemampuan untuk mengatasi depresi pernapasan.
8. Penanganan Masalah Utama
Penyebab utama kasus kegawatdaruratan kasus harus ditentukan diagnosisnya
dan ditangani sampai tuntas secepatnya setelah kondisi pasien memungkinkan
untuk segera ditindak. Kalau tidak, kondisi kegawatdaruratan dapat timbul lagi
dan bahkan mungkin dalam kondisi yang lebih buruk.
9. Rujukan
Apabila fasilitas medik di tempat kasus diterima tidak memadai untuk
menyelesaikan kasus dengan tindakan klinik yang adekuat, maka kasus harus
dirujuk ke fasilitas kesehatan lain yang lebih lengkap. Sebaiknya sebelum pasien
dirujuk, fasilitas kesehatan yang akan menerima rujukan dihubungi dan
diberitahu terlebih dahulu sehingga persiapan penanganan ataupun perawatan
Penatalaksanaan Kegawatdaruratan
Kehamilan
Resusitasi Jantung Paru Pada
Kehamilan
1. Periksa kesadaran ibu dengan
memanggil atau menggoyang-
goyangkan tubuh ibu. Bila ibu tidak
sadar, lakukan langkah-langkah
selanjutnya.
2. Panggil bantuan tenaga kesehatan
lain dan bekerjalah dalam tim.
3. Khusus untuk ibu dengan usia
kehamilan >20 minggu (uterus di
atas umbilikus), miringkan ibu
dalam posisi berbaring ke sisi kiri
dengan sudut 15-30° atau bila tidak
memungkinkan, dorong uterus ke
sisi kiri (lihat gambar berikut).
• Bebaskan jalan napas. Tengadahkan kepala
ibu ke belakang (head tilt) dan angkat dagu
(chin lift). Bersihkan benda asing di jalan
napas.
• Bila ada sumbatan benda padat di jalan
napas, sapu keluar dengan jari atau lakukan
dorongan pada dada di bagian tengah
sternum (chest thrust). Hindari menekan
prosesus xifoideus!

• Sambil menjaga terbukanya jalan napas,


“lihat – dengar – rasakan” napas ibu
(lakukan cepat, kurang dari 10 detik)
dengan cara mendekatkan kepala penolong
ke wajah ibu. Lihat pergerakan dada,
dengar suara napas, dan rasakan aliran
udara dari hidung/mulut ibu.
• Jika ibu bernapas normal, pertahankan
posisi, berikan oksigen sebagai tindakan
suportif. Lanjutkan pemantauan untuk
memastikan ibu tetap bernapas normal
• Jika ibu tidak bernapas atau bernapas tidak normal,
periksa pulsasi arteri karotis dengan cepat (tidak
lebih dari 10 detik).

• Bila nadi teraba namun ibu tidak bernapas atau megap-megap (gasping), berikan
bantuan napas (ventilasi) menggunakan balon-sungkup atau melalui mulut ke
mulut dengan menggunakan alas (seperti kain, kasa) sebanyak satu kali setiap 5-6
detik. Pastikan volume napas buatan cukup sehingga pengembangan dada terlihat.
Cek nadi arteri karotis tiap 2 menit.
• Bila nadi tidak teraba, segera lakukan resusitasi
kardiopulmoner.
• Resusitasi kardiopulmoner pada ibu dengan
usia kehamilan >20 minggu dilakukan
dalam posisi ibu miring ke kiri sebesar 15-
300.
• Penekanan dada dilakukan di pertengahan
sternum. Kompresi dilakukan dengan cepat
dan mantap, menekan sternum sedalam 5
cm dengan kecepatan 100-120x/menit.
• Setelah 30 kompresi, buka kembali jalan
napas lalu berikan 2 kali ventilasi
menggunakan balonsungkup atau melalui
mulut ke mulut dengan alas. Tiap ventilasi
diberikan dalam waktu 1 detik. Berikan
ventilasi yang cukup sehingga
pengembangan dada terlihat.
• Kemudian lanjutkan kompresi dada dan ventilasi
dengan perbandingan 30:2
• Pasang kanul intravena (2 jalur bila mungkin)
menggunakan jarum ukuran besar (no. 16 atau
18 atau ukuran terbesar yang tersedia) dan
berikan cairan sesuai kondisi ibu.
• Tindakan resusitasi kardiopulmoner diteruskan hingga:
• Tim yang lebih terlatih untuk menangani henti nafas dan henti jantung telah datang
dan mengambil alih tindakan, ATAU
• Tidak didapatkannya respon setelah 30 menit, ATAU
• Penolong kelelahan, ATAU
• Ibu menunjukkan tanda-tanda kembalinya kesadaran, misalnya batuk, membuka
mata, berbicara atau bergerak secara sadar DAN mulai bernapas normal. Pada
keadaan tersebut, lanjutkan tatalaksana dengan:
• Berikan oksigen
• Pasang kanul intravena (bila sebelumnya tidak berhasil dilakukan) dan
berikan cairan sesuai kondisi ibu
• Lanjutkan pemantauan untuk memastikan ibu tetap bernapas
normal.
• Setelah masalah jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi teratasi, pikirkan dan evaluasi
kemungkinan penyebab hilangnya kesadaran ibu, di antaranya:
• perdarahan hebat (paling sering), penyakit tromboemboli , penyakit jantung,
sepsis, keracunan obat (contoh: magnesium sulfat, anestesi lokal), eklampsia,
perdarahan intrakranial, anafilaktik, gangguan, metabolik/elektrolit (contoh:
hipoglikemia), hipoksia karena gangguan jalan napas dan/atau penyakit paru
• Lakukan pemeriksaan lanjutan, misalnya USG abdomen untuk melihat perdarahan
intraabdomen tersembunyi.
• Atasi penyebab penurunan kesadaran atau rujuk bila fasilitas tidak memungkinkan
Tatalaksana Umum Syok pada Kehamilan

• Pastikan jalan napas bebas dan berikan oksigen.


• Miringkan ibu ke kiri.
• Hangatkan ibu.
• Pasang infus intravena (2 jalur bila mungkin) dengan menggunakan jarum
terbesar (no. 16 atau 18 atau ukuran terbesar yang tersedia).
• Berikan cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat) sebanyak 1 liter dengan
cepat (15-20 menit).
• Pasang kateter urin (kateter Folley) untuk memantau jumlah urin yang keluar.
• Lanjutkan pemberian cairan sampai 2 liter dalam 1 jam pertama, atau hingga 3
liter dalam 2-3 jam (pantau kondisi ibu dan tanda vital).
• WASPADAI KEMUNGKINAN SYOK KARDIOGENIK! Pada syok kardiogenik,
pemberian cairan berlebihan akan memperburuk kondisi pasien (ditandai
dengan ibu tampak makin sesak dan frekuensi nadi yang makin cepat
dibanding kondisi awal syok)
• Cari penyebab syok dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap
secara simultan (lihat tabel 3.2.1), kemudian beri tatalaksana yang tepat sesuai
penyebab
• Pantau tanda vital dan kondisi ibu setiap 15 menit.
• Bila ibu sesak dan pipi membengkak, turunkan kecepatan infus menjadi 0,5
ml/menit (8-10 tetes/menit), pantau keseimbangan cairan.
• Tanda-tanda bahwa kondisi ibu sudah stabil atau ada perbaikan adalah
sebagai berikut:
• Tekanan darah sistolik >100 mmHg
• Denyut nadi <90 kali/menit
• Status mental membaik (gelisah berkurang)
• Produksi urin >30 ml/jam
• Setelah kehilangan cairan dikoreksi (frekuensi nadi < 100 kali/menit dan
tekanan darah sistolik > 100 mmHg), pemberian infus dipertahankan dengan
kecepatan 500 mL tiap 3-4 jam ( 40-50 tetes/menit)
• CATATAN: Infus dengan kecepatan yang lebih tinggi mungkin dibutuhkan
dalam penatalaksanaan syok akibat perdarahan. Usahakan untuk
mengganti 2-3 kali lipat jumlah cairan yang diperkirakan hilang.
• Pertimbangkan merujuk ibu ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang
lebih lengkap
Tatalaksana Khusus
SYOK HEMORAGIK
• Jika perdarahan hebat dicurigai sebagai penyebab syok, cari tahu dan atasi
sumber perdarahan:
• Perdarahan sebelum usia kehamilan 22 minggu
• Perdarahan setelah usia kehamilan 22 minggu dan saat persalinan,
• Perdarahan setelah persalinan
• Transfusi dibutuhkan jika Hb < 7 g/dl atau secara klinis ditemukan keadaan
anemia berat

SYOK SEPTIK
• Ambil sampel darah, urin, dan pus/nanah untuk kultur mikroba lalu mulai
terapi antibiotika sambil menunggu hasil kultur
• Berikan kombinasi antibiotika kepada ibu dan lanjutkan sampai ibu tidak
demam selama 48 jam:
• Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam, DITAMBAH
• Gentamisin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam, DITAMBAH
• Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
SYOK ANAFILAKTIK
• Hentikan kontak dengan alergen yang dicurigai.
• Koreksi hipotensi dengan resusitasi cairan yang agresif (lihat
tatalaksana syok di awal bab ini) dan berikan epinefrin/adrenalin
1:1000 (1 mg/ml) dengan dosis 0,2-0,5 mlIM atau subkutan.
• Berikan terapi suportif dengan antihistamin (difenhidramin 25-50
mg IM atau IV), penghambat reseptor H2 (ranitidin 1 mg/kgBB
IV) dan kortikosteroid (metilprednisolon 1-2 mg/kgBB/hari,
diberikan tiap 6 jam).
• Askep
Daftar Pustaka
• Mangkuji Betty dkk. 2013. Asuhan Kebidanan
7 Langkah SOAP. Jakarta; EGC.
• Asrinah P SS dkk. 2010. Asuhan Kebidanan
Masa Kehamilan. Yogyakarta ; Graha Ilmu.
• Kusmiyati Yuni dkk. 2008. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta; Fitramaya.
• Varney H dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Ed. 4 Vol. 1. Jakarta ; EGC.
• Hollyngworth Tony. 2012. Diagnosis Banding dalam Obstetri & Ginekologi. Jakarta ;
EGC.
• Fadlun dan Feryanto A. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta ; Salemba Medika.
• Cunningham F G dkk. 2013. Obstetri Williams. Jakarta; EGC
• Repository.usu.ac.id. diakses pada 22 november 2016. Pukul 12:00 WIB
• Edukia. 2013. Bagian Ketiga: Kegawatdaruratan Pada Kehamilan Dan Persalinan.
World Health Organization Country Office For Indonesia.
http://www.edukia.org/web/kbibu/4-3-1-resusitasi-jantung-paru-pada-kehamilan/
diakses: 22 November 2016 pukul 15.02

Anda mungkin juga menyukai