Anda di halaman 1dari 16

Judul Bab (jenis font Garmond 12 italic)

DETEKSI DINI
KEGAWATDARURATAN
MATERNAL DAN NEONATAL
BAB 2
A. Kegawatdaruratan Maternal pada Masa Kehamilan
1. Abortus
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan yang
terjadi oleh akibat-akibat tertentu pada saat kehamilan
atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau
buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar
kandungan atau di lahirkan.
Abortus pada wanita hamil bisa terjadi karena
beberapa sebab, antara lain adanya kelainan pertumbuhan
hasil konsepsi, kelainan plasenta, kelainan traktus
genetalia, adanya trauma selama kehamilan muda, faktor-
faktor hormonal atau adanya faktor maternal lain yang
menyebabkan terhentinya proses kehamilan, contohnya
adanya penyakit atau infeksi pada ibu.
Klasifikasi abortus secara klinis di bagi menjadi
beberapa bagian, yaitu:
a. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah abortus permulaan dengan
kondisi yang bersifat mengancam dan masih dapat di
pertahankan. Kondisi ini terjadi pada kehamilan yang
belum mencapai usia 20 minggu. Abortus ini terjadi
perdarahan per vagina, sedangkan jalan lhir masih
tertutup dan hasil konsepsi masih dalam keadaan baik

((Ganti nama penulis dengan nama Anda) Fitri Wahyuni - Riana Kesuma Ayu | 1
Judul Bab (jenis font Garmond 12 italic)

di dalam rahim.
b. Abortus Insipiens merupakan kondisi keguguran
yang sudah berlangsung, tidak dapat dicegah,
terdapat dilatasi uterus dan biasanya terjadi dalam
kurun waktu beberapa jam saja dan terjadi sebelum
usia kehamilan 20 minggu.
c. Abortus Inkomplit sebagian besar hasil konsepsi
telah keluar dari rahim dan masih ada yang
tertinggal dan kondisi ini terjadi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu.
d. Abortus Kompletus seluruh hasil konsepsi telah
keluar dari rahim pada kehamilan kurang dari 20
minggu sehingga kavum uteri kosong. Proses
keluarnya hasil konsepsi secara lengkap dapat
terjadi hingga 10 hari.
e. Missed Abortus adalah berhentinya proses
kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu dan
hasil konsepsi seluruhnya masih ada di dalam
kadungan.
f. Abortus Habitualis adalah abortus yang terjadi
sebayak tiga kali berturut-turut atau lebih.
g. Abortus Infeksius adalah abortus yang disertai
infeksi pada orga genitalia.
h. Abortus Septik adalah abortus yang terinfeksi
dengan penyebaran mikroorganisme dan produknya
ked alam sirkulasi sitemik ibu.
2. Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan
pertumbuhan hasil konsepsi diluar endometrium kavum

2 | Fitri Wahyuni - Riana Kesuma Ayu (Ganti nama penulis dengan nama Anda)
Judul Bab (jenis font Garmond 12 italic)

uteri. Hal ini disebabkan oleh terlambatnya transport


ovum karena obstruksi mekanis pada jalan yang melewati
tuba falopi. Tanda dan gejala yang terjadi antara lain
adanya nyeri seperti nyeri melahirkan, sering unilateral
(abortus tuba) hebat dan akut (rupture tuba), adanya nyeri
tekan abdomen yang jelas dan menyebar, kavum duoglas
menonjol dan sensitive terhadap tekanan. Kehamilan
ektopik dapat di diagnose dengan adanya menore 3-10
minggu yang jarang dan lebih lama, perdarahan
pervaginam yang tidak teratur.
3. Plasenta Previa
Plasenta pervia adalah plasenta yang letaknya
abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus yang dapat
menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Ada beberapa
gambaran klinis dari placenta previa, yaitu:
a. perdarahan tanpa nyeri
b. perdarahan berulang
c. warna perdarah merah segar
d. anemia dan rejatan yang sesuai dengan keluarnya
darah
e. waktu terjadi saat hamil
f. tidak ada his
g. Denyut jantung janin masih ada
h. penurunan kepala tidak masuk PAP
i. presentasi janin abnormal
Jenis-jenis plasenta previa antara lain:
a. plasenta previa totalis yaitu seluruh jalan lahir
tertutup oleh jaringan plasenta.

((Ganti nama penulis dengan nama Anda) Fitri Wahyuni - Riana Kesuma Ayu | 3
Judul Bab (jenis font Garmond 12 italic)

b. plasenta previa parsialis yaitu sebagian pembukaan


tertutup oleh jaringan plasenta.
c. plasenta previa marginalis yaitu pinggir plasenta
berada tepat pada pinggir jalan lahir.
d. plasenta letak rendah yaitu plasenta yang letaknya
abnormal pada segmen bawah uterus tetapi belum
menutupi jalan lahir.
4. Solusio Plasenta
Solusio plasenta merupakan lepasnya sebagian atau
seluruh jaringan plasenta yang berimplantasi normal pada
kehamilan lebih dari 22 minggu dan sebelum bayi di
lahirkan. Solusio plasenta di pengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu penyakit hipertensi menahun, pre-eklamsia,
tali pusat pendek, trauma, tekanan oleh rahim yang
membesar, usia lanjut, multiparitas, ketuban pecah dini,
desfisiensi asam folat, merokok, mengkonsumsi alcohol
dan kokain, mioma uteri. Gejala klinis dari solusio
plasenta, antara lain:
a. perdarahan disertai nyeri
b. anemia dan syok
c. uterus keras seperti papan
d. palpasi sukar karena rahim keras
e. fundus uteri semakin naik
f. DJJ bayi tidak ada
Solusio plasenta didiganosa berdasarkan adanya
perdarahan antepartum yang bersifat nyeri, uterus yang
tegang dan nyeri.
5. Retensio Plasenta

4 | Fitri Wahyuni - Riana Kesuma Ayu (Ganti nama penulis dengan nama Anda)
Judul Bab (jenis font Garmond 12 italic)

Retensio plasenta merupakan keadaan dimana plasenta


belum lahir dalam waktu 1jam setelah bayi lahir. Diagnosa
ditegakkan berdasarkan adanya plasenta tidak lahir secara
spontan dan tidak yakin plasenta legkap atau tidak. Retensio
plasenta di pengaruhi oleh kelainan dari uterus itu sendiri,
kelainan dari plasenta dan sifat perlekatan plasenta pada
uterus, kesalahan manajemen kala III persalinan. Menurut
perlengkapan plasenta previa dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:
a. plasenta adhesiva: melekat pada endometrium dan tidak
sampai membrane basal.
b. plasenta inkreta: vili khorialis tumbuh lebih dalam dan
menembus desidua sampai ke myometrium.
c. plasenta akreta: menembus lebih dalam ke myometrium
tetapi belum menembus ke dalam serosa.
d. plasenta perkreta: menembus sampai serosa atau
peritometrium dinding rahim.
6. Pre-Eklamsia
Pre-eklamsia merupakan hipertensi yang timbuh setelah
kehamilan berusia 20 minggu yang disertai dengan
proteinuria. Pre eklamsia diikuti dengan timbulnya
hipertensi disertai protein urine dan oedema akibat
kehamilan setelah usia 20 mingggu atau segera setelah
persalinan. Pre eklamsia dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Pre eklamsia ringan ditandai dengan kenaikan tekanan
darah diastolisk 15 mmHg atau > 90 mmHg dengan 2x
pengukuran berjarak 1 jam atau tekanan darah diastolic
sampai 110 mmHg, kenaikan tekanan darah sistolik 30
mmHg atau tekanan lebih dari 140 mmHg, protein urine

((Ganti nama penulis dengan nama Anda) Fitri Wahyuni - Riana Kesuma Ayu | 5
Judul Bab (jenis font Garmond 12 italic)

positif 1, adanya edema umum pada kaki, jari tangan dan


muka, kenaikan BB > 1kg/minggu.
b. Pre eklamsia berat ditandai dengan kenaikan tekanan
darah diatolik > 110 mmHg, protein urine positif 3,
terjadi oliguria (urine 5gr/L), terjadi hiperlefleksia,
gangguan penglihatan, nyeri epigastrik, edema dan
sianosis, nyeri kepala, dan bisa sampai terjadi gangguan
kesadarann.
B. Kegawatdaruratan pada Masa Persalinan dan Nifas
1. Distosia Bahu
Distosia bahu adalah kegagalan persalinan bahu
setelah kepala bayi lahir dengan mencoba salah satu
metode persalinan bahu. Komplikasi yang dtimbul akibat
distosia bahu, yaitu:
a. Komplikasi pada janin bisa berakibat bayi dan ibu
meninggal, paralisis plexus brachialis, fraktur clavicula.
b. Komplikasi pada ibu bisa berjadi robekan perineum dan
vagina yang luas.
Faktor resiko yang memiliki hubungan dengan distosia
bahu, antara lain: makrosomia atau BB bayi > 4000 gram,
ibu obesitas, penambahan berat badan berlebih, panggul
ibu sempit, diabetes maternal, kala II lama, riwayat distosia
bahu sebelumnya. Distosia bahu dapat ditangani dengan
beberapa langkah, yaitu:
a. Manuver McRobert yaitu ibu dalam posisi terlentang,
memfleksikan kedua paha sehingga lutut sedekat
menjadi sedekat mungkin ke dada, dan kedua kaki di
rotasikan kea rah luar (abduksi).

6 | Fitri Wahyuni - Riana Kesuma Ayu (Ganti nama penulis dengan nama Anda)
Judul Bab (jenis font Garmond 12 italic)

b. Manuver Rubin yaitu posisi masih sama dengan posisi


McRobert, kemudia masukkan tangan pada bagian
posterior vagina, tekanlah daerah ketiak bayi sehingga
bahu berputar menjadi posisi oblik atau transversa.
c. Manuver Woods dilakukan dengan menggunakan dua
jari tangan dan berseberangan dengan punggung bayi
yang diletakkan dibagian depan bahu posterior menjadi
bahu anterior.
2. Perdarahan Postpartum
Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi
setelah bayi lahir melewati batas fisiologis normal.
Kehilangan darah total 1000 ml atau kehilangan darah
yang bersamaan dengan adanya tanda dan gejala
hipovolemia dalam waktu 24 jam setelah bayi dilahirkan
atau intrapartum. Faktor resiko dari perdarahan postpartum
antara lain perdarahan antepartum, korioamnionitis,
makrosomia, anemia pada ibu, ibu obesitas, kehamilan
multifetal, preeklamsia, partus lama. Komplikasi yang
mungkin timbul adalah anemia, iskemia hipofisis anterior
dengan penundaan atau kegagalan laktasi (sindrom
Sheehan atau nekrosis hipofisis postpartum), transfuse
darah, kematian, koagulopati dilusi, kelelahan, iskemia
miokard, hipotensi ortostatik, dan depresi parcapersalinan.
Perdarahan postpartum di sebabkan oleh beberapa hal,
antara lain:
a. Atonia uteri yaitu kondisi lemahnya kontraksi rahim
yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup
perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta
setelah bayi dan plasenta lahir.

((Ganti nama penulis dengan nama Anda) Fitri Wahyuni - Riana Kesuma Ayu | 7
Judul Bab (jenis font Garmond 12 italic)

b. Retensio plasenta yaitu kondisi dimana plasenta tetap


tertinggal didalam uterus atau belum lahir selama 30
menit setelah bayi lahir.
c. Robekan jalan lahir yaitu robekan yang terjadi setelah
bayi dan plasenta telah lahir spontan dan lengkap dan
kontraksi rahim dalam keadaan baik. Perdarahan
tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir.
3. Infeksi
Infeksi masa nifas merupakan infeksi atau peradangan
pada semua alat genetalia pada masa nifas oleh sebab
apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan
melebihi 38oC tanpa menghitung hari pertama dan
berturut-turut selama 2 hari. Infeksi dapat terjadi karena
beberapa mekanisme, antara lain:
a. Manipulasi penolong, penolonge terlalu sering
melakukan pemeriksaan dalam, alat yang dipakai
kurang steril atau bersih.
b. Infeksi yang didapat di rumah sakit.
c. Hubungan seks menjelang persalinan.
d. Sudah terdapat infeksi intrapartum.
C. Deteksi Kegawatdarutana Neonatal
1. Asfiksia
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara
spontan dan teratur pada saat bayi lahir atau beberapa saat
setelah lahir yang ditandai dengan adanya hipoksia,
hiperkarbia, dan asidosis. Neonatus yang mengalami
asfiksia mengalami beberapa kondisi sebagai berikut:
a. Nilai APGAR menit kelima 0-3

8 | Fitri Wahyuni - Riana Kesuma Ayu (Ganti nama penulis dengan nama Anda)
Judul Bab (jenis font Garmond 12 italic)

b. Ditemukan asidosis pada pemeriksaan darah tali pusat


(pH <7).
c. Gangguan neurologis (misalnya: kejang, hipotonia
atau koma).
d. Adanya gangguan system multiorgan (misalnya:
gangguan kardiovaskuler, gastrointestinal, hematologi,
pulmoner, atau system renal).
Berdasarkan nilai APGAR, asfiksia dibagi menjasi 3 jenis,
yaitu Asfiksia ringan dengan nilai APGAR 7-9, asfiksia ringan-
sedang dengan nilai APGAR 4-6, asfiksia berat dengan nilai
APGAR 0-3.
Aspek Pengamatan SKOR
BBL 0 1 2
Appearance/ Warna kulit Seluruh tubuh bayi Warna kulit normal, Warna kulit
berwarna kebiruan tetapi tangan dan kaki seluruhnya normal
atau pucat kebiruan
Pulse/ Nadi Denyut jantung < 100 x/menit >100 x/menit
tidak ada
Grimace/ Reflek Tidak ada respon Wajah meringis saat di Meringis, menarik,
terhadap stimulasi stimulasi batuk atau bersin saat
di stimulasi
Activity/ Tonus Otot Lemah, tidak ada Lengan dan kaki Bergerak aktif dan
gerakan dalam posisi fleks spontan
dengan sedikit gerakan
Respiratory/ Pernapasan Tidak bernapas, Menangis lemah, Menangis kuat,
pernapasan lambat terdengar seperti pernapasan baik dan
dan tidak teratur merintih teratur

2. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)


Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang
lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa
memperhatikan usia gestasi. BBLR dapat di golongkan
menjadi 2, yaitu:
a. BBLR prematuritas murni adalah BBLR yang
memiliki masa gestasi < 37 mingggu dengan BB

((Ganti nama penulis dengan nama Anda) Fitri Wahyuni - Riana Kesuma Ayu | 9
Judul Bab (jenis font Garmond 12 italic)

sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu


sendiri atau biasa disebut dengan neonatus kurang
bulan.
b. BBLR dismatur adalah bayi ayng lahir dengan BB kurang
dari seharusnya untuk masa kehamilan. BBLR dismatur
dapat lahir pada kondisi preterm (kurang bulan), aterm
(cukup bulan), dan post-term (lebih bulan).
3. Kejang
Kejang merupakan perubahan secara tiba-tiba fungsi
neurologis baik fungsi motoric maupun fungsi autonomic
karena kelebihan pancaran listrik pada otak. Kejang
merupakan gangguan saraf pusat, lokal atau sistemik dan
bukan merupakan suatu penyakit. Kejang pada neonatus
dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Kejang Subtle, gerakan yang ditimbulkan bermacam-
macam, misalnya menghisap, gerakan bola mata yang
tidak terkoordinasi, dan apnea berulang.
b. Kejang Tonik, kejang tonik ini dijumpai pada bayi
dengn berat lahir rendah. Kejang ini memiliki
manifestasi berupa ekstensi kedua tungkai sering dan
disertai dengan gerakan fleksi anggota gerak atas.
c. Kejang Klonik Multifokal yaitu gerakan klonik pada
satu atau beberapa anggota gerak yang berpindah-
pindah.
d. Kejang Mioklonik yaitu gerakan seperti reflek moro
dengan refleksi kepala dan tubuh yang tiba-tiba,
disertai ekstensi lengan kedepan dan fleksi pada paha,
atau ekstensi kepala dan tubuh yang tiba-tiba disertai
abduksi dan ekstensi lengan.

10 | Fitri Wahyuni - Riana Kesuma Ayu (Ganti nama penulis dengan nama Anda)
Judul Bab (jenis font Garmond 12 italic)

Kejang neonatus di sebabkan oleh beberapa hal,


antara lain: trauma (luka hipoksik-iskemik dan luka
intrakarnial), biokimia (hipoglikemi, hiperglikemi, kern
icterus, hipokalsemia, hiperkelasemia, dan dependesi
piridoksin), infeksi (demam tinggi, meningitis, TORCH,
dan tetanus), latogenik (stimulasi respirasi, obat analeptic,
keracunan obat, dan efek lepas obat), dan lain-lain
(mlformasi serebral dan hipertermia).
4. Hipotermia/ Hipertermia
Hipotermia pada bayi merupakan kondisi dimana
bayi beresiko mengalami penurunan suhu tubuh terus
menerus dibawah 35,5oC. Gejala awal hipotermia adalah
suhu tubuh dibawah 36oC atau kedua kaki dan tangan
teraba dingin, bayi kurang aktif, tampak mengantuk atau
lesu, dan menangis lemah. Hipotermia di bedakan
menjadi 3 jenis, yaitu:
a. Hipotermia ringan (cold stress), jika suhu tubuh bayi
36-36,4oC.
b. Hipotermia sedang, jika suhu tubuh bayi 32-35,9oC.
c. Hipotermia berat, jika suhu tubuh bayi berada di
bawah 32oC.
Hipertermia pada BBL adalah suatu kondisi dimana
suhu tubuh bayi berada terus menerus diatas 37,8oC per
oral atau 38,8oC per rektal. Hipertermia pada BBL dapat
disebabkan oleh lingkungan yang panas, pajanan
matahari yang lama, infeksi sistemik, dehidrasi, dan
sepsis. Tanda dan gejala hipertermia antara lain suhu
tubuh > 37,8oC per oral atau 38,8oC per rekta, frekuensi
pernapasan 60x/menit, terdapat tanda dehidrasi seperti

((Ganti nama penulis dengan nama Anda) Fitri Wahyuni - Riana Kesuma Ayu | 11
Judul Bab (jenis font Garmond 12 italic)

BB turun, turgor kulit kurang, serta keluaran urine


berkurang.
5. Hipoglikemi
Hipoglikemi pada neonatus adalah konsentrasi glukosa
darah bayi yang lebih rendah daripada konsentrasi rata-rata
pada populasi bayi dengan usia dan BB yang sama. Kadar
glukosa pada bayi cukup bulan sebanyak 1,7 mmol/L
(30mg/dL), pada bayi kurang bulan 1,1 mmol/L (20mg/dL).
Pada bayi berusia 3 hari atau lebih, kadar glukosa darah
harus > 2,2 mmol/L (40mg/dL).
Tanda dan gejala hipoglikemia pada bayi tidak spesifik
dan mencakup gerakan gelisah, iritabilitas, letargi, kejang,
apnea, berkeringat banyak, pucat, kelainan perilaku, dan
suara tangis lemah.
6. Tetanus Nonatorum
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang
terjadi pada neonatus yang diinduksi oleh eksotoksin
(tetanospasmin dan tetanolisin) dari Clostridium tetani.
Masa inkubasi Clostridium tetani berkisar antara 3-14 hari,
akan tetapi juga bisa lebih pendek atau lebih panjang masa
inkubasinya. Semakin pendek masa inkubasi maka
prognosisnya semakin buruk. Beberapa gejala tetanus
neonatorum adalah bayi tiba-tiba demam atau panas, bayi
tiba-tiba sulit menyusu, mulut mecucu seperti mulut ikan,
otot dahi kaku dalam keadaan mengkerut sehingga mata
agak tertutup dan sudut mulut keluar dan kebawah
menggambarkan wajah menahan sakit, kekakuan otot yang
menunjang tubuh, otot dinding perut kaku.
7. Ikterus

12 | Fitri Wahyuni - Riana Kesuma Ayu (Ganti nama penulis dengan nama Anda)
Judul Bab (jenis font Garmond 12 italic)

Ikterus merupakan kondisi dimana terdapat bilirubin


dalam jumlah yang berlebih di dalam darah yang
menyebabkan warna kuning pada kulit neonatus, membrane
mukosa dan sclera. Ikterus disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain:
a. Prahepatik (ikterus hemolitik), disebabkan oleh produksi
bilirubin yang meningkat pada proses hemolysis sel darah
merah yang disebabkan oleh infeksi, kelainan sel darah
merah, dan toksin yang berasal dari luar tubuh maupun
dari dalam tubuh.
b. Pasca hepatic (ikterus obstruktif), terjadi kerena adanya
obstrusi pada saluran empedu yang menyebabkan
peningkatan bilirubin konjugasi yang larut dalam aliran
darah, dan kemudia masuk ke ginjak dan diseksresikan
dalam urine.
c. Hepatoselular (ikterus hepatic), kerusakan pada sel hati
yang menyebabkan konugasi bilirubin terganggu yang
berakhiat bilirubin direk meningkat di dalam aliran darah.
Rumus Kraemer untuk menentukan kadar bilirubin
neonatus
Daerah Luas Ikterus Kadar Bilirubin
1 Kepala dan leher 5,0 mg%
2 Daerah 1 + badan bagian atas 9,0 mg%
3 Daerah 1,2 + badan bagian bawah dan tungkai 11,4 mg%
4 Daerah 1,2,3 + lengan dan kaki di bawah lutut 12,4 mg%
5 Daerah 1,2,3,4 + tangan dan kaki 16,0 mg%

((Ganti nama penulis dengan nama Anda) Fitri Wahyuni - Riana Kesuma Ayu | 13
Judul Bab (jenis font Garmond 12 italic)

Gambar penentu kadar bilirubin dengan rumus Kraemer

14 | Fitri Wahyuni - Riana Kesuma Ayu (Ganti nama penulis dengan nama Anda)
Judul Bab (jenis font Garmond 12 italic)

Daftar Pustaka

Purwoastuti, Endang dan Elisabeth Siwi Walyani. 2020. Asuhan


Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal. Putaka
Baru Press: Yogayakarta.
Sudarti dan Afroh Fauziah. 2013. Asuhan Neonatus Resiko
Tinggi dan Kegawatan. Nuha Medika: Yogyakarta.
Saputra, Lyndon. 2014. Pengantar Asuhan Neonatus, Bayi dan
Balita. Binarupa Aksara Publisher: Tangerang Selatan.
Fontaine, A. E. (2017). Postpartum Hemorrhage: Prevention
anda Treatment. American Family Physicia, 442-449.

((Ganti nama penulis dengan nama Anda) Fitri Wahyuni - Riana Kesuma Ayu | 15
Foto Anda

Judul Bab (jenis font Garmond 12 italic)

Tentang Penulis

B. Intan Arum Anjar Wati, S.Tr.Keb., lahir di Sukoharjo, 19


Juni 1996. Jenjang Pendidikan D3 Kebidanan ditempuh di
Akademi Kebidanan Duta Dharma Pati lulus tahun 2016.
Pendidikan DIV Kebidanan di STIKES Karya Husada Semarang,
lulus tahun 2017 yang sekarang sudah menjadi Universitas Karya
Husada Semarang dan saat ini sedang menempuh pendidikan S2
Kebidanan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Awal karir
bekerja di BPM Kusmiati di Wedarijaksa Pati dan terakhir di RS
Budi Agung Juwana. Saat ini sedang bekerja sebagai tenanga
kependidikan di STIKES Bakti Utama Pati. Email yang dapat di
hubungi intanarum04@gmail.com dan nomor HP/WA:
082324817559

16 | Fitri Wahyuni - Riana Kesuma Ayu (Ganti nama penulis dengan nama Anda)

Anda mungkin juga menyukai