OLEH
CI INSTITUSI CI LAHAN
(.............................) (..............................)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program pembangunan ksehatan di Indonesia masih diprioritaskan pada
upaya peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak. Program tersebut merujuk
pada tujuan dari Sustainanable Development Goals (SDG’s) yaitu menjamin
kehidupan yang sehat serta mendorong kesejahteraan bagi semua orang di
segala usia ada 17 tujuan dengan 169 target SDGs. tujuan ke 3 merupakan
sektor kesehatan terdapat 4 goals 19 target dan 31 indikator. Goals ke 3 fokus
mengurangi angka kematian ibu (AKI) hingga dibawah 70 per 100.000
kelahiran hidup (KH) dan mengakhiri angka kematian bayi (AKB) 25 per
1.000 KH (Kemenkes RI, 2014).
Berdasarkan data kemenkes RI tahun 2013 Salah satu upaya untuk
menurunkan angka kematian bayi yaitu melalui program air susu ibu (ASI)
eksklusif. Pemerintah telah menetapkan peraturan pemerintah No 33 tahun
2012 tentang pemberian ASI eksklusif peraturan pemerintah tersebut
menyatakan bahwa setiap bayi harus mendapatkan ASI eksklusif yaitu ASI
yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan tanpa
menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain
kecuali obat, vitamin dan mineral (Pilaria & Sopiatun, 2017).
Menurut laporan world Health Organization (WHO) tahun (2011)
menemukan bahwa pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama sangat
rendah terutama di Afrika Tengah dan utara, Asia dan Amerikan Latin. Hal
ini disebabkan karena 46% ketidaklancaran ASI terjadi akibat perawatan
payudara yang kurang 25% akibat frekuensi menyusui yang kurang dari
8x/hari, 14% akibat BBLR dan 5% akibat penyakit akut maupun kronis. Oleh
karena itu WHO mengajukan agar bayi diberikan ASI eksklusif selama 6
bulan pertama sebab terbukti bahwa menyusui eksklusif selama 6 bulan
menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi. Hal ini karena selain
sebagai nutrisi yang ideal dengan komposisi yang tepat serta disesuaikan
dengan kebutuhan bayi ASI juga mengandung nutrisi khusus yang diperlukan
otak bayi agar tumbuh optimal. Data WHO (2016), cakupan ASI eksklusif
diseluruh dunia hanya sekitar 36% selama dunia hanya sekitar 36% selama
periode 2007-2014 (Wiyani & Istiqumah, 2019).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) pemberian ASI
eksklusif pada bayi usia 0-1 bulan 48,7% pada usia 2-3 bulan menurun
menjadi 42,2% dan semakin menurun seiring dengan meningkatnya usia bayi
yaitu 36,6% pada bayi berusia 4-5 bulan dan 30,2% pada bayi usia 6 bulan.
Pada tahun 2009 pencapaian cekupan ASI eksklusif sebesar 34,3% dan
menurun pada 2010 menjadi 33,6% BPS (Susenas, 2010). Sedangkan Hasil
Riset kesehatan Dasar tahun 2013 jauh lebih rendah lagi yaitu 30,2% Angka
tersebut masih jauh dari target cakupan ASI nasional yaitu sebesar 80%
(Suharti Buhari, 2018).
Cakupan ASI eksklusif di Sulawesi Selatan pada tahun 2015 sebesar
71,5% sedangkan untuk wilayah kota Makassar cakupan pemberian ASI
eksklusif pada tahun 2012 sebesar 63,68% kemudian meningkat pada tahun
2013 sebesar 67,79% akan tetapi mengalami penurunan sebesar 63,6% di
tahun 2014. Sementara cakupan pemberian ASI eksklusif di wilayah
puskesmas mangasa pada tahun 2015 sebesar 70,05% kemudian meningkat di
tahun 2016 sebesar 80% dan menurun pada tahun 2017 sebesar 76.30%.
Jumlah tersebut belum memenuhi target pemberian ASI eksklusif selama
enam bulan yang ditetapkan secara nasional oleh pemerintah yaitu 80%
bahkan harus mencapai 100% (Noer, 2019).
Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena
mengadung kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan selama enam bulan
pertama kehidupan bayi. Salah satu kandung dalam ASI yang dibutuhkan
oleh bayi adalah kolostrum dimana kolostrum mengandung banyak zat anti
infeksi dan dapat meningkatkan kekebalan tubuh sehingga bayi terlindungi
dari berbagai penyakit menyebabkan kematian bayi seperti diare, ISPA dan
radang paru-paru. ASI akan melindungi bayi terhadap infeksi dan ASI dapat
merangsang pertumbuhan bayi. Antibodi yang terkandung dalam air susu
adalah imunoglobin A (Ig A). bersama dengan berbagai sistem komplemen
yang terdiri dari makrofag, limfosit, laktoferin, laktoperisidase, lisozim,
laktoglobulin dan interleukin sitokin.
Rendahnya cakupan ASI eksklusif di seluruh Indonesia tidak terlepas
dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengeluaran dan produksi
kolostrum atau ASI diantaranya dukungan psikologis perawatan payudara
kondisi psikis ibu, frekuensi bayi menyusui, status gizi. jenis alat kontrasepsi
dan jenis persalinan menurut penelitian Dian nur hadianti salah satu penyebab
Penurunan produksi ASI juga dialami oleh ibu yang melahirkan dengan
operasi section caesaria (SC). sehingga ibu mengalami kesulitan pada saat
menyusui bayinya. Hal ini disebabkan karena penggunaan obat-obatan yang
digunakan pada saat operasi maupun setelah operasi. Produksi ASI dan ejeksi
ASI yang sedikit pada hari-hari pertama setelah melahirkan menjadi kendala
dalam pemberian ASI secara dini yang disebabkan oleh kurangnya
rangsangan hormon prolaktin dan oksitosin (Hadianti & Resmana, 2017).
Proses diproduksi ASI dimulai saat rangsangan oleh isapan mulut bayi
pada putting isapan tersebut merangsang kelenjar Pituitary Anterior untuk
memproduksi sejumlah prolaktin yaitu hormon yang membuat keluarnya air
susu. Proses pengeluaran air susu dapat merangsang kelenjar Pituitary
Posterior untuk menghasilkan hormon oksitosin yang dapat merangsang
serabut otot halus di dalam dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat
mengalir lancar selama periode menyusui, produksi ASI sangat ditentukan
oleh prinsip supplyand demand artinya semakin sering payudara diisap dan
dikosongkan maka akan semakin sering dan semakin banyak ASI yang akan
diproduksi. Namun hal ini, tidak berlaku pada 1-3 hari setelah kelahiran bayi
pada saat tersebut produksi ASI lebih ditentukan oleh kerja hormon prolaktin
sehingga bayi perlu tetap sering menyusu untuk mendapatkan kolostrum
secara maksimal pada saat kolostrum berubah menjadi ASI transisi (sekitar
hari ke-2 atau ke -3) maka mulailah prinsip supply and demand tersebut dan
di masa-masa awal ini terkadang antara supply dan demand belum selesai
(Sutanto, 2012).
B. Tujuan
a) Tujuan Umum
Agar mahasiswa/i dapat meningkatkan wawasan dan ilmu
pengetahuan serta untuk pegangan dalam memberikan bimbingan dan
asuhan keperawatan pada klien dengan depresi postpartum serta untuk
memenuhi tugas mata kuliah keperawatan gawat darurat.
b) Tujuan Khusus
1. Agar mahasiswa/i mampu memahami dan menjelaskan dan tentang
depresi postpartum
2. Agar mahasiswa memahami konsep dari depresi postpartum
3. Agar mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada
penderita depresi postpartum
4. Agar mahasiswa mampu mengaplikasikannya di dalam kehidupan
depresi postpartum.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Ketidakseimbangan hormone
menetap
Estrogen Estrogen
CRH
Kemampuan mengatur Anergia, anhedonia,
ekspresi emosi anhedonia libido menurun
Kortisol
Gangguan neurogenestis
hipoarpus
DEPRESI
Simptom depresi dan
gangguan Kognitif
percaya diri.
digunakan.
alternative.
depresi postpartum.
DAFTAR PUSTAKA
Buhari, S. (2018). perbandingan pijat oketani dan pijat oksitosin terhadap
produksi air susu ibu pada ibu postpartum hari pertama sampai hari ketiga di
Rumah sakit II Tk pelamonia makassar. Kesehatan Delima Pelamonia, 9.
Hadianti, D. N., & Resmana, R. (2017). Pijat oksitosin dan frekuensi menyusui
berhubungan dengan waktu pengeluaran kolostrum pada ibu post sectio
caesarea di RS kota bandung. Jurnal Ners Dan Kebidanan Indonesia, 4(3),
148. https://doi.org/10.21927/jnki.2016.4(3).148-156
Noer, N. (2019). Faktor prediktor pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui
wilayah kerja puskesmas mangasa kota makassar article history : Public
Health Faculty Received 23 May 2018 Universitas Muslim Indonesia
Received in revised form 12 December 2018 Address : Email : . 2(1), 12–17.
Pilaria, E. (2018). Pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu
postpartum di wilayah kerja puskesmas pejeruk kota mataram Tahun 2017.
Jurnal Kedokteran Yasri 26 (1), 26(1), 27–33.
Sutanto, A. vita. (2018). Asuhan kebidanan nifas dan menyusui teori dalam
praktik kebidanan profesional. yogyakarta: pustaka baru press.
Wiyani, R., & Istiqumah. (2019). (The Effect Of Papaya Leaf Powder (Carica
Papaya) Provision To Smooth Breastfeeding In Posrtpartum Babies ).
Pengaruh pemberian serbuk daun pepaya (carica papaya) terhadap
kelancaran ASI ibu nifas, 7(1), 45–53.