Anda di halaman 1dari 9

KEARIFAN LOKAL MENUJU PENGUATAN KARAKTER SOSIAL:

SUATU TANTANGAN DARI KEMAJEMUKAN BUDAYA DI SUMATERA BARAT1

2
Nursyirwan Effendi

Abstract

This paper introduces a general understanding of local wisdom that may strengthen
social identity to sustain social integrity in a plural society. Local wisdom may
become a buzzword in modern societies where social and cultural diversity
challenges the existence of society as a whole. West Sumatra Province deals with
kind of social development where people from different ethnic groups background in
Indonesia have already settled among local people in the provice. The Minangkabau,
as people of origin and already enjoyed their majority, cannot avoid the pluralistic
social interactions taking place in their own home land. Is this current social
development sensitive? How local wisdom may play a role of avoiding social
sensistivity?.

Results of this study show that plurality is unavoidablesocial consequences among


Minangkabau people today and local wisdom become richer in terms of variations as
before due to each community of different ethnic groups bringing it with them as long
as living in the area of Minangkabau people. Hence the local wisdom may vary socal
characteristics among communities. Main conclusion is local wisdom may play an
important role of providing an alternative way of avoiding crisis of social integration
in the context of west Sumatra province.

Keywords: Plurality, Cultural diversity, Local wisdom, Social integration, Adat

A. Pendahuluan

umatera Barat merupakan salah Sifat homogen ini dipersatukan dalam

S satu dari 34 provinsi di Indonesia


yang memiliki
kemajemukan budaya. Hal ini ditandai
tantangan
suatu entitas sosial setingkat desa yang
sangat lokal sifatnya, seperti desa di Aceh
disebut gampong, desa di Batak disebut
dengan beragamnya identitas sosial, huta, desa di Minangkabau disebut nagari,
variasi suku bangsa yang bermukim di desa di Palembang (daerah Lahat) disebut
daerah ini dan gaya hidup masyarakat marga, di Bali disebut banjar, di Minahasa
yang berorientasi global. Pendapat ini disebut puak, atau juga kawanua, di suku
dapat dikatakan sebagai representasi dayak Panyadu, Kalimantan Barat, desa
karakter masyarakat Indonesia yang disebut bandong, dsb. Sifat homogen
bersifat sangat variatif mulai dari homogen, masyarakat desa terutama dikuatkan
heterogen, majemuk sampai dengan dengan modal sosial berbasis genealogis.
multikultural. Sifat homogen biasanya Biasanya pada level suku dan
tergambarkan dalam pola kehidupan di kekerabatan, identitas sosial mudah
masyarakat desa melalui penandaan dikenali dari perwujudan perilaku dan nilai
aspek kekerabatan, kesukuan dan asal budaya yang dianut.
usul nenek moyang yang membentuk Bergerak ke tingkat yang lebih
jalinan sosial yang erat dari generasi ke luas, setaraf kabupaten dan kota, maka
generasi. karakter masyarakat lebih bersifat

1
Tulisan ini merupakan sebuah makalah yang pernah disampaikan pada acara Workshop Internalisasi Nilai
Budaya Pada Komunitas Remaja yang diselenggarakan oleh Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi
Budaya Ditjen Kebudayaan Kemendikbud RI bekerjasama dengan Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB)
Padang di The Hill Hotel, Bukittinggi pada tanggal 15-17 Desember 2013
2
Penulis adalah Dosen Tetap Jurusan Antropologi FISIP Universitas Andalas, Padang

107 | P a g e
heterogen. Tidak dapat dielakkan lagi dipergunakan dalam kajian masyarakat
bahwa komposisi masyarakat yang majemuk di seluruh dunia. Istilah ini
bervariasi pada level ini dilihat dari mengandung pengertian bahwa
perbedaan asal usul, strata sosial ekonomi keanekaragam budaya diwakilkan oleh
dan pendidikan, penguasaan property dan keberadaan suku bangsa yang berbeda
sebagainya, menyumbang gagasan dan kelompok minoritas lainnya yang
kepada tidak dapat dinyatakannya secara hidup berdampingan dalam
sederhana gambaran utama karakter mempertahankan identitas masing-masing
sosialnya. Sifat masyarakat yang dalam suatu masyarakat (lihat Theodorson
heterogen memberikan ruang bagi dan Theodorson 1969: 94). Pandangan
terciptanya perbedaan kepentingan, kemajemukan budaya lebih menekankan
orientasi nilai dan gaya hidup yang kepada upaya membangun terus menerus
semakin diverjen (terbelah). Tantangan tata kehidupan yang harmonis dan saling
terbesar dalam masyarakat yang pengertian dari berbagai komunitas
heterogen setingkat kota atau kabupaten daripada upaya membangun asimilasi
adalah, pada satu sisi, konflik sosial, dan, (pembauran) sosial. Eksistensi masyarakat
di sisi lain, tuntutan terhadap terwujudnya majemuk seringkali menyandar kepada
integrasi sosial. Perbedaan suku bangsa, sistem nilai dan norma budaya dari
ras dan agama adalah isu yang acapkali komunitas yang dominan. Dengan kata
diketengahkan dalam berbagai diskusi lain, terdapat komunitas yang dianggap
tentang asal penyebab terjadinya konflik. mayoritas secara kuantitas dan
Dalam konteks Indonesia, konflik yang berdasarkan pemilikan kekuasaan.
terjadi pada 3 tahun terakhir (sejak tahun Bersamaan dengan itu terdapat komunitas
2010) adalah 351 peristiwa konflik. Baik yang tergolong minoritas, sehingga dalam
konflik yang bernuansa SARA, bentrokan kemajemukannya, kelompok minoritas ini
warga dengan organisasi kemasyarakatan, menunjang kuat perbedaan etnik,
aksi kekerasan unjuk rasa menolak kekhususan ekologi dan ketergantungan
kenaikan bahan bakar minyak, bentrokan ekonomi antar komunitas (Kottak, 2006:
antar massa pendukung calon kepala 303).
daerah dan aksi massa terkait sengketa Di tingkat yang lebih luas,
1
pertanahan. Konflik-konflik besar pernah setingkat bangsa dan negara, istilah
mencabik integrasi sosial bangsa yang luar masyarakat multikultural mengacu kepada
biasa memprihatinkan, semisal kerusuhan pemahaham tentang eksistensi
Ambon tahun 1999. keanekaragaman budaya dalam suatu
Di tingkat yang lebih luas yaitu negara, dimana keanekaragamannya ini
negara, karakter masyarakat yang tidak dapat dihindari, namun juga
majemuk sudah menjadi fakta umum. Hal diharapkan hidup terus berdampingan satu
ini didukung oleh keanekaragaman suku dengan lainnya. Dalam masyarakat
bangsa yang menjadi pembentuk multikultural, komunitas yang mayoritas
keanekaragaman kebudayaan dari satu maupun minoritas tidak diarahkan untuk
komunitas di suatu daerah kepada berasimilasi, atau terjadinya pembauran
komunitas di daerah lain. dari budaya minoritas ke dalam budaya
Keanekaragaman ini terbentang mayoritas. Upaya mempertahankan tradisi
gambarannya dari Sabang sampai budaya dari masing-masing komunitas
Merauke. Secara sosiologis, masyarakat yang berbedalah yang sangat
majemuk adalah tipikal resmi wajah diperhatikan, sehingga keanekaragaman
masyarakat Indonesia dan secara ras telah tetap terjaga dibawah kesadaran dan sifat
menentukan wajah keseluruhan saling menghargai terhadap perbedaan
keanekaragaman tersebut. Secara tradisi budaya etnik yang dijalankan oleh
etimologis, kata kemajemukan budaya masing-masing komunitas. Pandangan
(cultural pluralism) lebih tepat dan sering multikulturalisme menekankan kepada
interaksi dari berbagai kelompok etnik dan
1 kontribusi mereka kepada
(Data Kemendagri dalam rapat kooordinasi keanekaragaman budaya dalam suatu
nasional Komunitas Intelijen Daerah negara. Kelompk etnik tersebut diarahkan
(Kominda) tahun 2013 di Jakarta). untu saling menawarkan tradisi budaya

108 | P a g e
masing-masing dan saling belajar untuk Cara-cara hidup yang menghargai
hidup bersama dalam segala bentuk perbedaan tradisi suku bangsa dari
perbedaannya. masing-masing suku bangsa yang
Faktanya, karakter masyarakat di berdomisili di wilayah Sumatera Barat
atas dalam konteks negara Indonesia sangat penting untuk diciptakan.
dapat ditemui dan dipahami di berbagai Konsekuensi logis dari ni adalah
tipe masyarakat, mulai dari desa sampai paradigma multikulturalisme sangat
ke kota. Namun, realitas sosial di penting untuk diimplementasi didalam
Indonesia masih belum menampakkan membangun pola kehidupan yang saling
implementasi tentang kemajemukan di menghargai dari keberadaan berbagai
dalam tataran pandangan multikulturalisme suku bangsa di provinsi Sumatera Barat.
yang dapat menjamin adanya jaminan Berdasarkan asumsi sosiologis, maka
integrasi sosial. Kenapa kemajemukan karakter sosial mayoritas provinsi
yang sudah niscaya berlangsung dalam Sumatera Barat diwakili oleh budaya suku
masyarakat Indonesia justru menjadi isu bangsa Minangkabau, dan selajutnya
sensitif terhadap harmoni sosial? Apakah secara berbeda diwakili oleh karakter
kearifan lokal dapat diambil sebagai unsur budaya suku bangsa Mentawai, dan
atau karakter budaya guna kemudian karakter-karakter komunitas dari
mempertahankan keutuhan/integrasi suku-suku bangsa lain yang ada di wilayah
sosial? ini, seperti Jawa, Sunda, Batak dll.
Berbasis kepada realitas sosial tersebut,
B. Konteks Kajian pemikiran untuk memahami karakter
masyarakat di provinsi ini sangat

U
ntuk kepentingan tulisan ini, dibutuhkan.
persoalan kemajemukan masyara Konsep yang dipakai untuk
kat dicermati pada konteks provinsi menggambarkan karakter masyarakat
Sumatera Barat. Dewasa ini, secara tipikal, Sumatera Barat adalah karakter
masyarakat di provinsi Sumatera Barat masyarakat yang majemuk.
bersifat majemuk yang mengacu kepada Argumentasinya adalah (1) meskipun
fakta keberadaan budaya dominan sejumlah suku bangsa di Indonesia dapat
(mayoritas) dan budaya sub dominan ditemukan di wilayah provinsi Sumatera
(minoritas). Jumlah penduduk sampai data Barat, namun secara faktual, interaksi
bulan Maret 2013 adalah 5.617.977 jiwa antar budaya dalam masyarakat masih
(data KPU Sumbar 2013), data BPS menunjukkan strata mayoritas berhadapan
berdasarkan hasil sensus tahun 2010 dengan strata sosial yang minoritas; (2)
sebanyak 4.846.909 jiwa. Dapat dikatakan dalam gaya hidup, budaya suku-suku
bahwa dari jumlah penduduk tersebut, bangsa minoritas belum mampu
lebih dari 80% penduduk yang bermukim membangun variasi perilaku budaya yang
di provinsi ini berasal dari suku bangsa signifikan dalam kesatuan sosial
Minangkabau, sisanya berdomisili masyarakat provinsi Sumatera Barat; (3)
sejumlah suku bangsa yang tergolong secara kultural, masyarakat mayoritas
minoritas yaitu (yang terbesar) suku Minangkabau di provinsi ini, masih terlalu
bangsa Mentawai, kemudian suku-suku kuat untuk mempertahankan keberadaan
bangsa Cina, Nias, Jawa, Sunda, Batak, nilai budaya yang dominan dan berbasis
Aceh, Palembang, Lampung, Makassar, kepada suku bangsa Minangkabau; (4)
2
Maluku dan Papua. Secara sosiologis, secara politis pemerintahan, pemerintah
kemajemukan budaya telah tergambar provinsi Sumatera Barat masih
dalam gaya hidup sosial di Sumatera mempertahankan orientasi pengembangan
Barat, sehingga tantangan untuk pembangunan untuk masyarakat yang
membangun harmoni sosial menjadi logis. berbasis Minangkabau, misalnya sebagian
besar memakai sebutan komunitas adat
2
dengan nama Nagari, sebagai sistem
Belum didapat secara pasti hasil sensus tahun pemerintahan terdepan/terendah dalam
2010 dan data sampai tahun 2013, tentang masyarakat Sumatera Barat.
jumlah pasti dari masing-masing penduduk
yang berasal dari suku-suku bangsa minoritas
tersebut.
109 | P a g e
C. Temuan Umum tidak harus disatukan untuk melahirkan
1. Kemajemukan Budaya dan satu identitas, melainkan identitas dari
Konsekuensi Sosial sukubangsa yang berbeda dibiarkan
berada dalam keanekaragaman

P
ada pendahuluan di atas, penulis identitasnya masing-masing. Hal ini
telah menunjukkan fakta sosial dikarenakan penyatuan identitas akan
budaya bahwa di Sumatera Barat berhadapan dengan perbedaan yang
kehidupan masyarakat memiliki variasi sangat kontradiktif, yang tidak mudah
budaya dan sosial menurut identitas suku- disatukan. Tantangan yang mungkin
suku bangsa yang berdomisili di wilayah dihadapi adalah konflik sosial. Bagi
provinsi ini. Selain itu, interakasi sosial Sumatera Barat, meskipun secara
antar individu dan antar kelompok di menyeluruh tidak ada upaya penyatuan
provinsi ini lebih menggambarkan identitas yang direkayasa dan
hubungan sosial dari kelompok mayoritas direncanakan oleh masyarakat maupun
dan minoritas, atau antara orang pemerintah, namun terdapat upaya
Minangkabau dan komunitas suku bangsa penggabungan, bukan asimilasi, dari
lainnya. Hal ini memperkuat sifat dan beberapa budaya suku bangsa dalam
karakter sosial masyarakat yang berbasis suatu tradisi yang berlangsung di
kemajemukan sosial dan budaya. Sumatera Barat. Tradisi ronggeng
Konsekuensi dari eksistensi masyarakat pasaman, misalnya, adalah suatu potret
yang majemuk ini adalah mencari upaya budaya gabungan antara budaya Jawa
pengenalan identitas sosial, yang pada dan Minangkabau.
masyarakat homogen tidak menjadi Karakter masyarakat Sumatera
tantangan besar untuk mengenalinya. Barat yang majemuk membutuhkan
Pada masyarakat yang majemuk, identifikasi keberadaan kelompok-
perbedaan sosial tidak dapat dihindari, kelompok sosial yang membangun
selain juga tradisi gaya hidup yang juga perbedaan nilai budaya, norma sosial dan
mencerminkan identitas masing-masing gaya hidup. Identifikasi nilai budaya ini
akan memperkuat perbedaan tersebut. memerlukan pengenalan lebih jauh dari
Woodward (1997) berpendapat bahwa budaya suku suku bangsa yang ada di
identitas dan perbedaan adalah dua sisi Sumatera Barat. Nilai budaya dominan
yang tidak terpisahkan dari satu adalah Minangkabau, yang diungkapkan
pembicaraan tentang masyarakat yang dalam berbagai tradisi kehidupan.
berkembang heterogen sampai dengan Adagium adat basandi syarak, syarak
majemuk dewasa ini baik di tingkat basandi kitabullah, dapat mewakili
nasional maupun tingkat global. orientasi nilai budaya pada kehidupan
Identitas menjadi penting dikenali orang Minangkabau, yakni berbasis
melalui upaya rekonstruksi sosial dari kepada adat dan agama. Norma sosial di
kondisi sosial yang berbeda secara Sumatera Barat pun mengacu kepada
budaya. Upaya ini dilakukan melalui norma umum yang berlaku dalam
pemahaman satu istilah yaitu lingkaran lingkaran budaya Minangkabau.
budaya (circuit of culture) (Woodward, Sementara gaya hidup yang berlangsung
1997: 2). Sirkuit budaya adalah suatu di Sumatera Barat lebih dinamis
interaksi konseptual antara produksi, eksistensinya, oleh karena hal ini
konsumsi, representasi dan aturan sosial menyangkut kebiasaan hidup yang
untuk melahirkan identitas yang mencau kontemporer dan dipegaruhi oleh faktor
kepada lingkup budaya tertentu (lihat globalisasi dan produk teknologi
Woodward, 1997:2). Dengan kata lain, komunikasi.
suatu identitas dihasilkan, dipergunakan Karakter masyarakat Sumatera
dan diatur dalam kebudayaan. Dalam Barat berkait dengan upaya mengenali
masyarakat yang berbeda secara budaya, identitas sosial yang tumbuh dalam
identitas bersifat relasional dan suasana perbedaan, lebih dapat dideteksi
diungkapkan dalam penandaan yang pada konteks kehidupan perkotaan.
simbolik saat interaksi budaya yang Beberapa kota dan kabupaten di Sumatera
berbeda tersebut terjadi. Dalam Barat, berdasarkan pengamatan,
masyarakat yang berbeda, identitas sosial cenderung memiliki dinamika pemunculan

110 | P a g e
identitas baru, seperti di kota Padang, 2. Kemajemukan Kearifan Lokal
Bukittinggi, Dharmasraya dan Pasaman.

T
Keempat wilayah ini memiliki tingkat ipikal masyarakat yang majemuk
kemajemukan yang lebih tinggi dari kota- adalah variasi prinsip dan
kota dan kabupaten lainnya di Sumatera pandangan hidup, yang dapat
Barat. Kota Padang, sebagai ibukota dipahami dari konsep kearifan lokal.
provinsi, merupakan wilayah yang paling Kearifan lokal (local wisdom) merupakan
kentara menjalani heterogenitas sosial. istilah yang hangat dibicarakan
Identitas mayoritas masih dikendalikan (buzzword) dan yang sering diketengahkan
oleh budaya Minangkabau, sementara oleh banyak kalangan mulai dari rakyat
identitas minoritas berasal dari berbagai biasa sampai dengan pemerintah akhir-
kelompok migran yang datang dari akhir ini. Kata local wisdom ini sendiri
beberapa suku bangsa yang ada di sebenarnya muncul dari persoalan
Indonesia. Di Padang terdapat himpunan kepedulian masyarakat terhadap
kerukunan keluarga yang berbeda asal kerusakan lingkungan yang diakibatkan
suku bangsa seperti Kerukunan Keluarga oleh dampak industrialisasi yang
3
Kerinci, Kerukunan Keluarga Cina (HBT cenderung eksploitatif. Kemunculannya
dan HTT), kerukunan Keluarga Sunda juga berawal dari kegagalan diplomasi
dikenal dengan Perkumpulan Warga politik ketika berhadapan dengan kekuatan
Sunda (PWS), Perkumpulan Keluarga ekonomi pasar bebas dan kapitalisme
4
Jawa, dsb. ekonomi global. Hal lain adalah juga
Berdasarkan realitas sosial yang karena local wisdom menjadi penting
bervariasi secara kultural di wilayah setelah terjadi ketidakseimbangan berpikir
Sumatera Barat ini, maka pemenuhan dalam pengelolaan konflik sosial, antara
karakter masyarakat berbasis kepada satu pendekatan represif militer dan diplomasi
identitas budaya menjadi tidak masuk akal. politik yang cenderung mekanistis. Oleh
Oleh karena itu, Sumatera Barat dapat karena itu, pendekatan kultural adalah
dikatakan sebagai suatu wilayah budaya salah satu yang dipakai untuk
yang telah bergeser kepada gambaran penyelesaian tersebut, dan kearifan lokal
identitas masyarakat budaya yang dibangkitkan sebagai model dan solusi
heterogen kepada yang berskala alternatif yang penting.
majemuk. Perbedaan tradisi dari para Kearifan lokal menjadi penting
penduduknya yang berbeda secara untuk mempertahankan karakter, baik
budaya perlu diberi jalan untuk ditumbuh pada tingkat individu maupun kelompok.
kembangkan dan diberi kesempatan untuk Keberadaan kearifan lokal dapat diamati
tetap eksis. Beberapa konsekuensi pada beberapa konteks, yaitu:
kemajemukan yang terimplementasi dalam 1. Interaksi antar kelompok.
kehidupam masyarakat adalah 2. Penguatan tradisi suku bangsa
(1) Rukun warga 3. Identitas kelompok
(2) SDM lembaga pemerintahan dan Pertama, di konteks interaksi sosial,
sistem kepemimpinan masyarakat heterogen mengalami
(3) Bidang ekonomi, khususnya tantangan besar yaitu konflik sosial
jaringan bisnis dan pelaku bisnis. horizontal. Hal ini terjadi oleh karena
(4) Akses pendidikan terdapat potensi penyebab konflik pada
bidang komunikasi, pemahaman makna
interaksi simbolik, dan media penyaluran
pendapat. Posisi kearifan lokal menjadi
penting dalam hal pemanfaatan nilai-nilai
budaya universal untuk suatu integrasi
3
sosial. Salah satu kearifan lokal dari
Himpinan Keluarga Kerinci di Padang perbedaan budaya adalah nilai
tercatat berjumlah sekitar 30 ribu orang yang penyesuaian diri yang diungkapkan dalam
terdiri dari keturunan Minang Kerinci, JAwa istilah “dimana bumi dipijak, disitu langit di
Kerinci dan Cina Kerinci junjung”. Kearifan lokal lain adalah
(http://padangtime.com/read-729) penghargaan terhadap orang lain yang
4
Persatuan Jawatimuran, adalah persatuan berbeda budaya, seperti kasus pemberian
perantau Jawa yang berada di Bukittinggi.
111 | P a g e
gelar “Abah” dari perkumpulan warga masyarakat Minangkabau adalah
Sunda Sumatera Barat kepada gubernur kesenian, baik dalam bentuk tarian,
Irwan Prayitno beberapa waktu lalu. nyanyian rakyat (folksong), atau baju
Pemberian gelar “sako” dari orang tradisional. Mempertahankan tradisi adalah
Minangkabau kepada tokoh-tokoh politik melanggengkan nilai dan norma budaya
penting negara ini mulai dari pengusaha sebagai wujud dari budaya tidak benda
sampai kepada presiden. Model (intangible culture). Penguatan tadisi bagi
penghargaan terhadap orang lain yang masyarakat Minangkabau dapat disimak
berbeda secara budaya adalah bentuk dari pada pepatah berikut:
penghargaan sosial dalam membina
interaksi sosial yang harmonis. Kampuang bapaga jo pusako
Kedua, kearifan lokal dalam Nagari bapaga jo undang
konteks masyarakat heterogen semakin Di sinan buek nan balaku
dibutuhkan untuk dapat melindungi dan Barieh nan tahan tiliek
meneguhkan tradisi suku bangsa yang Balabeh nan tahan cubo
cenderung semakin memudar dari waktu (Amir, M.S., 1999: 88).
ke waktu akibat penetrasi gaya hidup
global yang cenderung bebas nilai. Ketiga, kearifan lokal penting
Dampak terbesar dari gaya hidup global ini untuk mengatasi krisis identitas kelompok,
adalah pemunculan tradisi yang tidak lagi akibat perilaku individu yang semakin
memperhatikan kepatutan, kelayakan dan mengarah kepada kepentingan pribadi dan
alur nilai luhur dari budaya suku bangsa. keluar dari aturan dan norma yang sudah
Kehadiran gaya hidup hedonis materialis disepakati dalam kelompok sosialnya.
yaitu penciptaan suasana kehidupan yang Prinsip dan aturan yang dibangun secara
sangat ekstrim yang mengkultuskan kolektif berfungsi sebagai pembeda
kenikmatan dan kesenangan hidup identitas diri terhadap kelompok lain. Pada
berdasarkan pemilikan atau pemanfaatan pengertian ini, kearifan lokal dipahami
benda-benda, semakin lama semakin sebagai sumber prinsip dan aturan yang
deras masuk ke kehidupan harian anggota sesuai dengan perilaku dan kebutuhan
masyarakat, tak peduli asal suku bangsa anggota kelompok. Salah satu bentuk
dan budaya mereka. Hedonisme yang kearifan lokal yang digunakan untuk
sudah menjadi pola pikir sebagian anggota identitas kelompok adalah solidaritas dan
masyarakat dewasa ini, sebenarnya rasa saling percaya di dalam mewujudkan
adalah suatu aliran pemikiran filsafat yang perilaku kelompok. Hal ini diungkapkan
menganggap penting kesenangan (the dalam prinsip:
pursuit of pleasure; sensual self-
indulgence) dalam kehidupan untuk “nan bana kato saiyo
menghilangkan penderitaan. Perilaku Nan rajo kato mufakat
hedonis berarti mencari kesenangan Elok kato dalam mufakat
dengan cara apapun baik benda maupun Buruak kato di luar mufakat
non benda. Hedonis materialis artinya Dicari rundiang nan saiyo\dicari kato nan
benda-benda yang dimiliki tidak utamanya sabuah
dianggap produk budaya, melainkan Baiyo-iyo jo nan ketek
sebagai teman kehidupan yang sangat Batido-tido jo nan tuo”
penting, dan bahkan tergantung
terhadapnya untuk mencapai kesenangan Pepatah ini dapat ditafsirkan bahwa
pribadi yang sering keluar dari kearifan solidaritas dan saling percaya dalam
lokal yang ada. Dalam pengertian ini, kelompok, baik pada satu generasi
penguatan tradisi suku bangsa mengalami maupun antar generasi, memberikan
tantangan dengan kehadiran gaya hidup kekuatan untuk mempertahankan identitas
hedonis. Untuk itu kearifan lokal menjadi kelompok. Identitas kelompok ini sangat
sangat penting dan strategis untuk penting untuk kekuatan kelompok saat
menangkal serangan gaya hidup hedonis berhadapan dengan kelompok lain yang
ini. Salah satu tradisi yang bersumber dari berbeda identitasnya. Dengan kata lain,
kearifan lokal yang dapat dipergunakan kearifan lokal mempertahankan diri, bukan
untuk menangkal hedonisme dalam melalui perjuangan individual yang ekstrim,

112 | P a g e
tetapi melalui pertahanan solidaritas 1. Ramah lingkungan. Karakter untuk
kelompok. menjaga lingkungan tetap lestari
masih dijalankan oleh sebagian besar
masyarakat, terutama masyarakat di
sekitar hutan dan pegunungan. Untuk
Pepatah Minangkabau menyatakan: memperkuat karakter tersebut
dipraktekkan tradisi pantangan
Nan barek samo dipikue “larangan”, seperti yang dikenal
Nan ringan samo dijinjiang dengan istilah ikan larangan, hutan
Ka bukik samo mandaki larangan ataupun kebun larangan.
Ka lurah samo manurun 2. Adab berkomunikasi. Ini adalah
Nan ado samo dimakan karakter yang memperhatikan tingkat
Nan indak samo dicari. generasi, usia, dan status sosial.
Dalam praktek, terutama yang
Dalam konteks masyarakat dilaksanakan di kalangan masyarakat
modern sekarang ini, individualisme desa/nagari, anggota masyarakat
dianggap strategi paling jitu untuk menggunakan sebutan dan panggilan
mempertahankan diri, sementara untuk membangun komunikasi yang
kepedulian kepada orang lain dalam satu beradab, bersopan santun dan saling
kelompok semakin memudar. Untuk menghormati.
menghadapi kompetisi masyarakat global, 3. Karakter Pemimpin. Karakter ini
prinsip kebersamaan sudah menjadi suatu terutama terungkap pada komunitas
kearifan lokal yang patut dijemput kembali adat yang sangat kental
untuk diterapkan dalam kehidupan sehari- memperhatikan posisi asal usul dalam
hari. garis genealogis kaum dan suku.
Pengormatan kepada pemimpin
D. Pembahasan: Kearifan lokal dan dipandang sebagai karakter asli yang
Karakter Masyarakat mengedepankan kearifan lokal untuk
mempertahankan struktur

K
earifan lokal dapat membantu kepemimpinan masyarakat. Dalam
mempertahankan karakter budaya budaya Minangkabau, seorang
yang telah dimiliki oleh suatu pemimpin disebut dengan
komunitas. Karakter dapat dipahami “didahulukan selangkah dan
sebagai kualitas sifat mental atau moral ditinggikan serantiang”.
yang membuat seorang individu atau 4. Penghormatan kepada Perempuan.
sekelompok individu berbeda dengan Karakter ini sangat kental dalam
individu atau kelompok individu lainnya. tradisi matrilineal. Perempuan bagi
Lokus memahami dan mendetekasi masyarakat dianggap sangat mulia
karakter adalah kepada relung psikologis. dan mendapatkan tempat terhormat di
Dengan demikian, proses membentuk dan dalam sistem kekerabatan mulai dari
mengembangkan karakter adalah pada tingkat keluarga inti, keluarga luas
perkembangan dan kondisi psikologis dari sampai kepada tingkat suku.
manusia. Pengalaman individu, kondisi Penghormatan kepada posisi dan
psikologis dan lingkungan sosial peran perempuan dalam masyarakat
merupakan rangkaian proses yang ternyata memberikan kekuatan
berkontribusi kepada pembentukan penyeimbang di dalam proses
karakter. pengambilan keputusan dalam suatu
Membicarakan karakter rapat adat. Keberadaan perempuan di
masyarakat Sumatera Barat berarti dalam proses politik, juga diakui
membicarakan karakter masyarakat yang sebagai suatu keistimewaan dalam
heterogen, meskipun karakter tersebut konteks politik modern. Di Indonesia,
dapat saja didominasi dari sumber kuota 30 % dalam parlemen yang diisi
kebudayaan Minangkabau yang dominan. oleh wanita, adalah suatu bukti
Beberapa karakter yang bersumber dari kearifan lokal sudah diterapkan dalam
kearifan lokal yang dapat dicermati dalam tata pemerintahan modern.
masyarakat adalah:

113 | P a g e
5. Keadilan sosial. Karakter keadilan “dalam awa akhie mambayang; dalam
sosial dalam kehidupan masyarakat baiak kanalah buruak; dalam galak
Sumatera Barat diibaratkan sebagai tangih kok tibo; hati gadang hutang
suatu keseimbangan alamiah antara kok tumbuah”
kelompok dalam suatu masyarakat. b. Sikap prediksi:
Tidak ada rumus pasti dan matematis “alun rabah lah kaujung; alun pail ah
di dalam membangun suatu keadilan babaliak; alun dibali lah bajua; alun
sosial. Hal ini seperti dinyatakan dimakan lah taraso”
dalam pepatah: mandapek samo c. Sikap cermat:
balabo; kahilangan samo “dihawai sahabih raso; dikaruak
marugi;maukua samo panjang; sahabih gaung”
mambilai samo laweh; baragieh samo d. Sikap prioritas:
banyak; manimbang samo barek. “mangaji dari alif; babilang dari aso”
6. Berbagi peran dan kedudukan. e. Sikap rasional/masuk akal dan dapat
Secara tradisional, masyarakat dipertanggungjawabkan:
Sumatera Barat telah diajarkan untuk “ Mancancang balandasan; malompek
menempatkan peran dan status basitumpu.
sesuai yang didapat dan diusahakan.
Dalam konteks dewasa ini, kontestasi E. Kesimpulan
sosial sering membuahkan korban

K
yakni hilangnya hak dan kewajiban arakter masyarakat Sumatera Barat
orang lain oleh karena kesalahan telah bergerak dinamis dari tipe
dalam mengambil peran dan posisi. masyarakat yang heterogen kepada
Untuk menghindari kesalahan status tipe masyarakat yang majemuk. Kehadiran
dan peran, kearifan lokal tentang berbagai anggota masyarakat yang
kesesuaian status dan peran berasal dari sejumlah suku bangsa lain
seseorang telah di nyatakan sebagai telah mewarnai mozaik sosial di provinsi
berikut: Manumbuak di lasing; ini. Kondisi sosial serupa ini menimbulkan
batanak di pariuak; jawi malanguah; perubahan sosial yang sangat jelas
kambiang mambebek. kentara. Akibat perubahan ini adalah
“Nan Buto pahambuih lasuang berupa krisis identitas sosial, melalui
Nan pakak palapeh badie penurunan kekuatan anggota masyarakat
Nan patah panghuni ayam di dalam mempertahankan norma dan nilai
Nan binguang ka disuruah-suruah budaya masing-masing. Selain karena
Nan buruak palawan karajo pengaruh interaksi sosial dari kelompok
Nan kuek paangkuik baban sosial yang berbeda suku bangsa,
Nan jangkuang jadi panjuluak penurunan kekuatan ini juga karena
Nan randah panyaruduak masuknya gaya hidup global. Tantangan
Nan pandai tampek batanyo terhadap krisis identitas sosial menjadi
Nan cadiak bakeh baiyo agenda sosial yang penting bagi semua
Nan kayo tampek batenggang pihak yang berkepentingan di provinsi ini
7. Alam terkembang dijadikan guru. Ini untuk kembali menguatkan karakter sosial
adalah prinsip hidup yang sangat yang telah ada yang bersumber dari norma
mendalam bagi masyarakat Sumatera dan nilai budaya dari suku-suku bangsa.
Barat, khususnya orang Wujud sumber norma dan nilai
Minangkabau. Prinsip ini mengajarkan budaya suku bangsa yang penting adalah
suatu kearifan lokal yang sangat jitu kearifan lokal. Wujud ini dapat dikatakan
untuk menghadapi setiap situasi dan sebagai prinsip atau pedoman yang
kondisi dalam kehidupan. Amir MS tersembunyi dan melekat pada cara
(1977:99) mengungkapkan beberapa berpikir anggota masyarakat suatu suku
sifat yang dihasilkan dari kearifan bangsa. Kearifan lokal agaknya menjadi
memperhatikan apa yang alternatif utama dari derasnya krisis
dipersembahkan oleh alam kepada indentitas dan karakter sosial masyarakat
manusia, yaitu: di provinsi Sumatera Barat ini. Untuk dapat
a. Sikap waspada: mengedepankan kearifan lokal dipakai
dalam membangun pola interaksi sosial

114 | P a g e
yang harmonis dari masyarakat heterogen bentuk kearifan lokal yang dimiliki oleh
di Sumatera Barat, maka upaya menggali suku bangsa Minangkabau adalah pepatah
dan menumbuhkembangkan berbagai dan petitih serta adagium sosial yang
jenis kearifan lokal dari masing-masing menjadi pedoman untuk bertingkah laku.
suku bangsa perlu dilakukan. Salah satu

Daftar Pustaka

Amir M.S. 1997. Adat Minangkabau: Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang. Jakarta: PT
Mutiara Sumber Widya
Effendi, Nursyirwan (editor). 2010. Bunga Rampai Budaya: Rumah Tradisional, Sistem
Pewarisan, Songket Palembang dan Adat Minangkabau. (Kumpulan penulis:
Maryetti, Refisrul, Rois Leonard Arios, Ernatip dan Ajisman). Padang: BPSNT
Padang Press
Kottak, Conrad Phillip. 2006. Anthropology: The Exploration of Human Diversity. Boston:
McGraw Hill Higher Education
Theodorson, George A., and Achilles G. Theodorson. 1969. A Modern Dictionary of
Sociology. New York: Barnes and Noble Books
Woodward, Kathryn. 1997. Identity and Difference: Culture, Media and Identities. London:
Sage Publication

115 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai