Anda di halaman 1dari 12

Komunikasi pada Kelompok Resiko Tinggi Gangguan Kehamilan

diajukan sebagai Mata Kuliah Komunikasi

dosen pembimbing: M. Jamil Fauzi, M.Kes


disusun oleh kelompok 13 tingkat 1A

Afdila (P00820722002)
Fitria Amanda (P00820722019)

PRODI KEPERAWATAN
KEMENTRIAN KESEHATAN ACEH UTARA
TA. 2022/2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Alhamdulillahirabbil ‘alamin, segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT,
yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis berhasil
menyusun makalah ini sesuai dengan kemampuan yang penulis miliki. Allah
SWT yang telah memberikan kemudahan dan menuangkan ide-ide pikiran yang
baik kepada penulis untuk menyelesaikan kewajiban dalam menghadapi dan
melengkapi syarat-syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah komunikasi dengan
judul “Komunikasi pada Kelompok Resiko Tinggi Gangguan Kehamilan”.
Shalawat bernada salam tidak lupa pula kepada baginda Nabi Besar
Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari cara berpola pikir yang tidak
mengetahui ilmu kearah yang lebih mengenal ilmu pengetahuan yang kita rasakan
sekarang.
Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Semoga penulisan ini bisa menjadi manfaat bagi kita semua.
Waasalamualaikum wr. wb

Lhokseumawe, 2 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................3


A. Pengertian kehamilan resiko tinggi......................................................3
B. Tujuan komunikasi pada keompok resiko tinggi gangguan
kehamilan..............................................................................................3
C. Pengobatan komunikasi pada keompok resiko tinggi gangguan
kehamilan..............................................................................................4
D. Pencegahan komunikasi pada keompok resiko tinggi gangguan
kehamilan..............................................................................................5

BAB III PENUTUP.........................................................................................8


2.1 Kesimpulan....................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................9

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kehamilan Risiko Tinggi adalah salah satu kehamilan yang di dalamnya


kehidupan atau kesehatan ibu atau janin dalam bahaya akibat gangguan kehamilan
yang kebetulan atau unik. Faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu, secara
garis besar dapat dikelompokan menjadi penyebab langsung dan penyebab tidak
langsung. Penyebab langsung kematian ibu adalah faktor yang berhubungan
dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas seperti perdarahan, pre
eklamsi/ eklamsi, infeksi, persalinan macet dan abortus. Penyebab tidak langsung
kematian ibu adalah faktor-faktor yang memperberat keadaan ibu hamil seperti
“Empat Terlalu” (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan dan terlalu
dekat jarak kelahiran). Menurut Neieburg selain penyebab tersebut diatas “Tiga
Terlambat” terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan,
terlambat mencapai fasilitas kesehatan, dan terlambat dalam penanganan
kegawatdaruratan, dapat juga memperburuk status kesehatan ibu dan mempersulit
proses penanganan kegawatdaruratan kehamilan, persalinan dan nifas
(Noerpramana, 2013).

Kematian ibu dapat terjadi sebagai akibat langsung dari komplikasi yang
berkembang pada kehamilan, persalinan atau faktor postpartum dan sebagai akibat
tidak langsung karena memburuknya pelayanan klinis yang ada (Kemenkes
RI,2013), mengapa perlu dilakukan penyuluhan tentang pencegahan dan
penanganan resiko tinggi pada kehamilan, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
dan dan pencegahan tentang resiko tinggi pada kehamilan. Rangkaian kegiatan
pengabdian masyarakat ini berupa penyuluhan tentang pencegahan resiko tinggi
pada kehamilan.

1
1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas yang telah dijabarkan maka rumusan


masalah yang dapat diambil adalah, Bagaimana Komunikasi pada Kelompok
Resiko Tinggi Gangguan Kehamilan ?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, adapun tujuan yang ingin didapat
yaitu, untuk mengetahui komunikasi pada Kelompok Resiko Tinggi Gangguan
Kehamilan ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kehamilan Resiko Tinggi


Kehamilan risiko tinggi adalah keadaan yang dapat mempengaruhi
keadaan ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi (Manuaba, 2012).
Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang dapat menyebabkan ibu hamil
dan bayi menjadi sakit atau meninggal sebelum kelahiran berlangsung (Indrawati,
2016). Karakteristik ibu hamil diketahui bahwa faktor penting penyebab resiko
tinggi pada kehamilan terjadi pada kelompok usia 35 tahun dikatakan usia tidak
aman karena saat bereproduksi pada usia 35 tahun dimana kondisi organ
reproduksi wanita sudah mengalami penurunan kemampuan untuk bereproduksi,
tinggi badan kurang dari 145 cm, berat badan kurang dari 45 kg, jarak anak
terakhir dengan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun, jumlah anak lebih dari 4.
Faktor penyebab resiko kehamilan apabila tidak segera ditangani pada ibu dapat
mengancam keselamatan bahkan dapat terjadi hal yang paling buruk yaitu
kematian ibu dan bayi.

B. Tujuan komunikasi pada kelompok resiko tinggi gangguan kehamilan

Adapun pelaksanaan komunikasi pada kelompok resiko tinggi gangguan


kehamilan yaitu mampu melaksanakan asuhan dan tindakan pemeriksaan,
pendidikan kesehatan segala bentuk pelayanan kebidanan ibu hamil.

Dengan adanyan komunikasi terapeutik diharapkan dapat meredam


permasalahan psikososial yang berdampak negative bagi kehamilan, dan
membantu ibu sejak pra konsepsi untuk mengorganisasikan perasaanny,
pikirannya untuk menerima dan memelihara kehamilannya. Serta agar tidak
terjadinya riwayat kehamilan yang buruk (pernah keguguran, pernah persalinan
premature, lahir mati, dan riwayat persalinan dengan tindakan seperti ekstraksi
vakum, ekstraksi forsep, dan operasi sesar), pre-eklamsia, eklamsia, gravida
serotinus, kehamilan dengan pendarahan antepartum, kehamilan dengan kelainan
letak, kehamilan dengan penyakit ibu yang mempengaruhi kehamilan.

3
C. Pengobatan komunikasi pada Kelompok Resiko Tinggi Gangguan
Kehamilan

Tidak dipungkiri bahwa selama kehamilan dan menyusui, seorang ibu


dapat mengalami berbagai keluhan atau gangguan kesehatan yang membutuhkan
obat. Pemahaman mengenai keamanan penggunaan obat pada ibu hamil dan
menyusui belum dimengerti dengan baik di masyarakat, dalam kalangan tenaga
kesehatan sendiri pun sih belum dapat memaksimalkan pemahaman penggunaan
obat bagi ibu hamil dan menyusui. Secara umum patokan pada penggunaan dan
penggolongan keamanan obat pada ibu hamil dan menyusui masih mengarah pada
panduan FDA (Food and Drug Administration) Amerika Serikat.
Banyak ibu hamil menggunakan obat dan suplemen pada periode
organogenesis sedang berlangsung sehingga resiko terjadi cacat janin lebih besar,
di sisi lain. Mengingat beberapa jenis obat dapat melintasi plasenta, maka
penggunaan obat pada wanita hamil perlu hati-hati. Selama trisemester pertama,
obat dapat menyebabkan cacat lahir (teratogenesis), dan resiko terbesar adalah
kehamilan 3-8 minggu. Selama trisemester kedua dan ketiga, obat dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan secara fungsional pada janin atau
dapat meracuni plasenta.
Selama kehamilan terjadi perubahan-perubahan fisiologi yang
mempengaruhi farmakokinetika obat. Perubahan fisiologi tersebut misalnya
perubahan volume cairan tubuh yang dapat menyebabkan penurunan kadar
puncak obat-obat di serum, terutama obat-obat yang terdistribusi di air dan obat
dengan volume distribusi yang rendah.

Peningkatan cairan tubuh juga menyebabkan pengenceran albumin serum


(hipoalbuminemia) yang menyebabkan penurunan ikatan obat-albumin sehing ga
obat bebas banyak terakumulasi dalam darah dan berpotensi meningkatkan efek
yang merugikan. Tetapi hal ini tidak bermakna secara klinis kara bertambahnya
kadar obat dalam bentuk bebas juga akan menyebabkan bertambahnya kecepatan
metabolisme obat.

4
D. Pencegahan komunikasi pada Kelompok Resiko Tinggi Gangguan
Kehamilan

Pencegahan terjadinya kehamilan risiko tinggi menurut Widatiningsih dan


Dewi (2017) dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Penyuluhan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) untuk kehamilan dan


persalinan aman tentang:

 Kehamilan Risiko Rendah (KRR), tempat persalinan dapat dilakukan di


rumah maupun di polindes, tetapi penolong persalinan harus bidan, dukun
membantu perawatan nifas bagi ibu dan bayinya.
 Kehamilan Risiko Tinggi (KRT), memberi penyuluhan agar pertolongan
persalinan oleh bidan atau dokter puskesmas, dipolindes atau puskesmas
(PKM), atau langsung dirujuk ke rumah sakit, misalnya pada letak lintang
dan ibu hamil pertama (primi) dengan tinggi badan rendah.
 Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST), diberi penyuluhan dirujuk untuk
melahirkan di rumah sakit dengan alat lengkap dan di bawah pengawasan
dokter spesialis.

b. Pengawasan Antenatal Memberikan manfaat dengan ditemukannya


berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara dini, sehiingga dapat
diperhitungkan dan dipersiapkan langkah – langkah dalam pertolongan
persalinannya, seperti:

 Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat


kehamilan, saat persalinan, dan kala nifas.
 Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai kehamilan, persalinan,
dan kala nifas.
 Memberikan nasihat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan,
persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga berencana.
 Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal

c. Pendidikan Kesehatan yang dapat diberikan kepada ibu, yaitu sebagai


berikut:

5
 Diet dan pengawasan berat badan. Kekurangan atau kelebihan nutrisi
dapat menyebabkan kelainan yang tidak diinginkan pada wanita hamil.
Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, partus rematur, abortus,
dan lain–lain, sedangkan kelebihan nutrisi dapat menyebabkan
preeklamsia, bayi terlalu besar, dan lain–lain.
 Manuaba dalam Widatiningsih dan Dewi (2017) pada saat hamil, bukan
merupakan halangan untuk melakukan hubungan seksual. Umumnya
hubungan seksual diperbolehkan pada masa kehamilan jika dilakukan
dengan hati – hati.
 Kebersihan dan pakaian. Kebersihan harus selalu dijaga pada masa hamil,
pakaian harus longgar, bersih, dan mudah dipakai, memakai sepatu dengan
tumit 24 yang tidak terlalu tinggi, memakai kutang yang menyokong
payudara, dan pakaian dalam selalu bersih.
 Perawatan gigi. Wanita hamil pada trimester I mengalami mual dan
muntah (morning sickness). Keadaan ini menyebabkan perawatan gigi
yang tidak diperhatikan dengan baik, sehingga timbul karies gigi,
ginggivitis, dan sebagainya.
 Perawatan payudara. Perawatan payudara ini bertujuan memelihara
hyigiene payudara, melenturkan/menguatkan putting susu, dan
mengeluarkan putting susu yang datar atau masuk ke dalam.
 Imunisasi Tetanus Toksoid (TT). Imunisasi untuk melindungi janinnyang
akan dilahirkan terhadap tetanus neonatorum.
 Wanita pekerja. Wanita hail boleh bekerja tetapi jangan terlampau berat.
Melakukan istirahat sebanyak mungkin. Menurut undang – undang
perburuhan, wanita hamil berhak mendapat cuti hamil satu setengah bulan
sebelum bersalin atau satu setengah bulan setelah bersalin.
 Merokok, minum alkohol dan kecanduan narkotik. Ketiga kebiasaan ini
secara langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
janin dan menimbulkan kelahiran dengan berat badan lebih rendah, atau
mudah mengalami abortus dan partus prematurus, dapat menimbulkan
cacat bawaan atau kelainan pertumbuhan dan perkembangan mental.

6
 Obat–obatan. Pengobatan penyakit saat hamil harus memperhatikan
apakah obat tersebut tidak berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin

BAB III
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Kehamilan risiko tinggi adalah keadaan yang dapat mempengaruhi
keadaan ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi. Faktor penyebab resiko

7
kehamilan apabila tidak segera ditangani pada ibu dapat mengancam keselamatan
bahkan dapat terjadi hal yang paling buruk yaitu kematian ibu dan bayi.

Kematian ibu dapat terjadi sebagai akibat langsung dari komplikasi yang
berkembang pada kehamilan, persalinan atau faktor postpartum dan sebagai akibat
tidak langsung karena memburuknya pelayanan klinis yang ada. Uraian situasi di
atas merupakan dasar mengapa perlu dilakukan penyuluhan tentang pencegahan
dan penanganan resiko tinggi pada kehamilan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan dan dan pencegahan tentang resiko tinggi pada kehamilan.
Rangkaian kegiatan pengabdian masyarakat ini berupa penyuluhan tentang
pencegahan resiko tinggi pada kehamilan.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Sri, dkk. 2017. KehamilanBuku Ajar Kebidanan-Antenatal Care; Erlangga,


Yogyakarta. Aryawati Wayan. 2016. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia.
Vol.05 hal.86

8
Nuraisyah W, 2018 Jurnal Kesehatan Andalas.Prodi D3 Kebidanan STIKES
Karya Husada Kediri

Anda mungkin juga menyukai