Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan
C. Ruang Lingkup
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit Meningitis


1. Pengertian Meningitis
2. Etiologi Meningitis
3. Patofisiologi Meningitis
4. Manifestasi Klinis
5. Pemeriksaan Penunjang
6. Penatalaksanaan Medis
7. Komplikasi

B. Asuhan Keperawatan Meningitis

C. Konsep Dasar Penyakit Ensefalitis


1. Pengertian Ensefalitis
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan
oleh bakteri, cacing, protozoa, jamur, rickettsia atau virus (Arif,
2010).
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai sistem saraf pusat
(SSP) yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang
nonpurulen. Penyebab tersering dari ensefalitis adalah virus
kemudian herpes simpleks, arbovirus, dan jarang disebabkan oleh
enterovarius, mumps, dan adenovirus. Ensefalitis bisa juga terjadi
pasca infeksi campak, influenza, varicella, dan pasca vaksinasi
pertusis.
Ensefalitis adalah infeksi jaringan parenkim otak oleh berbagai
macam mikroorganisme. Pada ensefalitis terjadi peradangan otak
yang dapat mengenai selaput pembungkus otak sampai medula
spinalis (Smeltzer, 2012). Ensefalitis juga diartika sebagai infeksi
yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau
mikroorganisme lain yang menyebabkan infiltrasi limfositik yang
kuat pada jaringan otak dan leptomeningen menyebabkan edema
serebral, degenerasi sel ganglion otak dan kehancuran sel saraf
difusi (Anania, 2012).
2. Etiologi Esefalitis
Berbagai macam mikroorganisme dapat menyebabkan
ensefalitis, misalnya bakteri protozoa, cacing, jamur, dan virus.
Penyebab terpenting dan paling sering adalah virus. Infeksi ini
terjadi karena virus langsung menyerang ke otak atau reaksi radang
akut karena infeksi sitemik atau vaksinasi terdahulu.
Penyebab ensefalitis biasanya bersifat infektif tetapi bisa juga
non-infektif seperti pada proses demielinasi pada acute
disseminated encephalitis. Ensefalitis bisa disebabkan oleh virus,
bakteria, parasit, fungus dan riketsia. Virus herpes manusia juga
dapat menjadi agen penyebab. CDC telah konfirmasi bahwa virus
West Nille dapat ditularkan melalui transplantasi organ dan melalui
transfusi darah. Vektor hewan penting termasuk nyamuk, kutu
(arbovirus), dan mamalia seperti rabies.
Selain itu ensefalitis juga dapat disebakan oleh virus terutama
herpes disusul varicella zoster virus (VZV), Cytomegalovirus
(CMV), Epstein Barr virus (EBV), Human herpes virus 6 (HHV6),
adenovirus dan lain-lain.
Sedangkan menurut Riyadi (2010) menyebutkan penyebab
terjadinya ensefalitis yaitu:
a. Berupa bakteri (LDH serum meningkat)
b. Virus
c. Jamur

3. Patofisiologi Ensefalitis
Patogenesis dari ensefalitis mirip dengan patogenesis
meningitis, yaitu virus mencapai Central Nervous System (CNS)
melalui darah atau hematogen dan melalui saraf (neuronal).
Penyebaran hematogen terjadi karena penyebaran ke otak secara
langsung melalui arteri intaserebral. Penyebaran hematogen juga
bisa secara tidak langsung, misalnya arteri meningeal yang terkena
radang terlebih dahulu. Dari arteri tersebut kuman dapat tiba di
likuor dan infasi ke dalam otak.
Selain penyebaran secara hematogen, dapat juga terjadi
penyebaran melalui neuron, misalnya pada ensefalitis karena herpes
simpleks dan rabies. Pada dua penyakit tersebut, virus dapat masuk
ke neuron sensoris yang menginnervasi port d’entry dan bergerak
mengikuti akson-akson menuju ke nukleus dari ganglion sensoris.
Akhirnya saraf-saraf tepi dapat diunakan sebagai jembatan bagi
kuman untuk tiba di susunan saraf pusat.
Dengan demikian partikel-partikel virus tersebar ekstraseluler.
Setelah proses inflasi, replikasi dan penyebaran virus berhasil,
timbullah gejala-gejala yang terdiri dari sakit kepala, demam, dan
lemas letih seluruh tubuh. Akibat lainnya yaitu terjadi kerusakkan
susunan saraf pusat berupa gangguan sensori an motorik (gangguan
pengelihatan, gangguan bicara, gangguan pendengaran dan
kelemahan anggota gerak), serta gangguan neurologis yakni
peningkatan TIK (tekanan intakranial) yang menyebabkan nyeri
kepala, mual dan muntah sengga terjadi penurunan berat badan.

4. Manifestasi Klinis Ensefalitis


a. Flu-like sindrom akut, dengan demam tinggi
b. Sakit kepala berat
c. Nausea, vomiting
d. Kejang
e. Penurunan kesadaran, (halusinasi, agitasi, perubahan
personaliti, kelainan tingkah laku, dan kondisi psikotik
f. Tanda neurologis fokal.

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan cairan serebrospinal (CSF)
1) Peningkatan konsentrasi protein
2) Glukosa normal
3) CSF pleositosis (> 5 sel/uL)
4) CSF PCR adalah tes diagnostik utama (CMV, EBV,
VZV, HHV6, dan enterovirus)
5) Pemeriksaan antibodi HSV CSF
b. Pemeriksaan neuroimaging
1) CT Scan kepala plus kontras
2) MRI kepala plus kontras (lebih sensitif)
c. Pemeriksaan EEG

6. Penatalaksanaan Medis
a. Oksigen via mask (NRBM)
b. Mencukupi kebutuhan cairan
c. Mencukupi kebutuhan nutrisi
d. Terapi simptomatif (anti nyeri, penurun panas, anti kejang dan
lain-lain)
e. Terapi komplikasi (manitol atau deksametason utuk
menurunkan TIK (Tekanan Intra Kranial)
f. Mencegah deep vein trombosis dan emboli pulmonal.

7. Komplikasi
Komplikasi dari penyakit ensefalitis dibagi menjadi 2, yaitu
komplikasi akut yang ditandai dengan peningkatan intrakranial dan
koma. Sedangkan komplikasi kronis dapat ditandai dengan
gangguan kejiwaan, kejang berulang, defisit neurologis fokal,
abnormalitas serebrovaskular, tuli sensori neural, dan gangguan
intelektualitas.
D. Asuhan Keperawatan Ensefalitis
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : perasaan tidak enak (malaise).
Keterbatasa yang timbulkan kondisinya.
Tanda : ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan
involunter.
Kelemahan secara umum, keterbatasan secara
rentang gerak.
b. Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis,
beberapa penyakit congenital

Anda mungkin juga menyukai