PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Ruang Lingkup
BAB II
TINJAUAN TEORI
3. Patofisiologi Ensefalitis
Patogenesis dari ensefalitis mirip dengan patogenesis
meningitis, yaitu virus mencapai Central Nervous System (CNS)
melalui darah atau hematogen dan melalui saraf (neuronal).
Penyebaran hematogen terjadi karena penyebaran ke otak secara
langsung melalui arteri intaserebral. Penyebaran hematogen juga
bisa secara tidak langsung, misalnya arteri meningeal yang terkena
radang terlebih dahulu. Dari arteri tersebut kuman dapat tiba di
likuor dan infasi ke dalam otak.
Selain penyebaran secara hematogen, dapat juga terjadi
penyebaran melalui neuron, misalnya pada ensefalitis karena herpes
simpleks dan rabies. Pada dua penyakit tersebut, virus dapat masuk
ke neuron sensoris yang menginnervasi port d’entry dan bergerak
mengikuti akson-akson menuju ke nukleus dari ganglion sensoris.
Akhirnya saraf-saraf tepi dapat diunakan sebagai jembatan bagi
kuman untuk tiba di susunan saraf pusat.
Dengan demikian partikel-partikel virus tersebar ekstraseluler.
Setelah proses inflasi, replikasi dan penyebaran virus berhasil,
timbullah gejala-gejala yang terdiri dari sakit kepala, demam, dan
lemas letih seluruh tubuh. Akibat lainnya yaitu terjadi kerusakkan
susunan saraf pusat berupa gangguan sensori an motorik (gangguan
pengelihatan, gangguan bicara, gangguan pendengaran dan
kelemahan anggota gerak), serta gangguan neurologis yakni
peningkatan TIK (tekanan intakranial) yang menyebabkan nyeri
kepala, mual dan muntah sengga terjadi penurunan berat badan.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan cairan serebrospinal (CSF)
1) Peningkatan konsentrasi protein
2) Glukosa normal
3) CSF pleositosis (> 5 sel/uL)
4) CSF PCR adalah tes diagnostik utama (CMV, EBV,
VZV, HHV6, dan enterovirus)
5) Pemeriksaan antibodi HSV CSF
b. Pemeriksaan neuroimaging
1) CT Scan kepala plus kontras
2) MRI kepala plus kontras (lebih sensitif)
c. Pemeriksaan EEG
6. Penatalaksanaan Medis
a. Oksigen via mask (NRBM)
b. Mencukupi kebutuhan cairan
c. Mencukupi kebutuhan nutrisi
d. Terapi simptomatif (anti nyeri, penurun panas, anti kejang dan
lain-lain)
e. Terapi komplikasi (manitol atau deksametason utuk
menurunkan TIK (Tekanan Intra Kranial)
f. Mencegah deep vein trombosis dan emboli pulmonal.
7. Komplikasi
Komplikasi dari penyakit ensefalitis dibagi menjadi 2, yaitu
komplikasi akut yang ditandai dengan peningkatan intrakranial dan
koma. Sedangkan komplikasi kronis dapat ditandai dengan
gangguan kejiwaan, kejang berulang, defisit neurologis fokal,
abnormalitas serebrovaskular, tuli sensori neural, dan gangguan
intelektualitas.
D. Asuhan Keperawatan Ensefalitis
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : perasaan tidak enak (malaise).
Keterbatasa yang timbulkan kondisinya.
Tanda : ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan
involunter.
Kelemahan secara umum, keterbatasan secara
rentang gerak.
b. Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis,
beberapa penyakit congenital