Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

PEMBAHASAN

Pengkajian dimulai dari identitas pada klien yang bernama Tn.S Laki laki
berusia 91 tahun tidak bekerja, suku Jawa dan beralamatkan di Surabaya.
Berdasarkan data yang diperoleh pada klien didapatkan keluhan utamanya adalah
Nyeri punggung bagian bawah (Low back pain) sebelah kanan dengan skala nyeri
4 sejak 2 bulan yang lalu dan nyeri dirasakan terus menerus. Berdasarkan Data
klien mampu mandiri dalam kehidupan sehari-hari dengan skor 21 dengan
interpretasi mandiri, Berdasarkan data MMSE mendapatkan nilai skor 28 dengan
interpretasi hasil tidak ada gangguan kognitif. Hasil tes keseimbangan (Time Up
Go Test) rata rata waktu TUG klien 15 detik dengan interpretasi resiko tinggi
jatuh, klien berjalan sedikit pelan dan menggunakan alat bantu walker. Status
nutrisi klien didapatkan skor 12 dengan interpretasi status gizi normal. Data PSQI
di dapatkan bahwa klien mendapatkan skor 16 dengan interpretasi kualitas tidur
klien buruk.
Berdasarkan pengkajian, masalah Nyeri keperawatan gangguan rasa
nyaman nyeri akut. Hal ini di dukung dengan Ds : klien mengeluh nyeri, sejak 2
bulan. P : Low Back Pain Q: Nyeri Tumpul R: Pinggang Kanan S: Skala 4 T:
Terus menerus, memberat setelah aktivitas. DO: Klien tampak tenang, tidak
meringis atau ekspresi menahan nyeri. TD: 140/71 mmhg N: 97x/menit.
Hasil Pengkajian terhadap Indra penglihatan dan pendengaran didapatkan
klien memiliki perubahan penglihatan, objek yang dilihat terlihat kurang jelas
(blur). Klien memiliki riwayat katarak dan galukoma. Klien memakai kacamata
baca saat sedang membaca, tetapi saat aktivitas sehari hari klien tidak
menggunakan kacamata. Klien juga mengalami penurunan pendengaran. Ketika
seseorang mengajak bicara harus dengan suara lantang dan mendekat ke klien.
Berdasarkan Data klien mampu mandiri dalam kehidupan sehari-hari dengan skor
21 dengan interpretasi mandiri, Berdasarkan data MMSE mendapatkan nilai skor
28 dengan interpretasi hasil tidak ada gangguan kognitif. Hasil tes keseimbangan
(Time Up Go Test) rata rata waktu TUG klien 15 detik dengan interpretasi resiko
tinggi jatuh, klien berjalan sedikit pelan dan menggunakan alat bantu walker.
Status nutrisi klien didapatkan skor 12 dengan interpretasi status gizi normal. Data
PSQI di dapatkan bahwa klien mendapatkan skor 16 dengan interpretasi kualitas
tidur klien buruk.
Berdasarkan pengkajian, masalah keperawatan gangguan sensori persepsi .
Hal ini di dukung dengan Ds : klien mengatakan pandangan kabur, klien
mengatakan mempunyai riwayat glaucoma dan katarak namun tidak dioperasi
karena usia sudah tua, klien memakai kacamata baca OD/OS +2.5/+2.5. DO:
Lensa mata keruh berwarna keputihan. Distorsi pendengaran, klien tampak
mendekatkan telingan saat mendengarkan orang lain berbicara.
Saat datang ke poli klien tampak berjalan pelan dengan hasil TUGT 15
detik yang dapat diinterpretasikan resiko jatuh. Klien berjalan menggunakan alat
bantu tongkat dan ditemani oleh anaknya. Saat dilakukan pengkajian klien tidak
menggunakan alat bantu kacamata meskipun klien mengeluh pandangan kabur.
Berdasarkan Data klien mampu mandiri dalam kehidupan sehari-hari dengan skor
21 dengan interpretasi mandiri, Berdasarkan data MMSE mendapatkan nilai skor
28 dengan interpretasi hasil tidak ada gangguan kognitif. Hasil tes keseimbangan
(Time Up Go Test) rata rata waktu TUG klien 15 detik dengan interpretasi resiko
tinggi jatuh, klien berjalan sedikit pelan dan menggunakan alat bantu walker.
Status nutrisi klien didapatkan skor 12 dengan interpretasi status gizi normal. Data
PSQI di dapatkan bahwa klien mendapatkan skor 16 dengan interpretasi kualitas
tidur klien buruk.
Berdasarkan pengkajian, didapatkan masalah keperawatan Resiko jatuh .
Hal ini di dukung dengan Ds : - DO: Usia 91 tahun (>65 tahun), skor TUGT 15
detik dengan bantuan tongkat, menggunakan alat bantu jalan (tongkat), kekuatan
otot menurun, gangguan pendengaran.
Rencana intervensi yang dapat dilakukan untuk diagnosis nyeri akut
diantaranya kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
dingin, ajarkan klien dan keluarga teknik non farmakologi relaksasi dan kompres
air hangat, anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat, ajarkan klien posisi yang
tepat saat membawa benda berat, anjurkan klien konsultasi ke dokter terkait nyeri
jika cara non farmakologi belum teratasi. Pada diagnosis keperawaatan gangguan
sensori persepsi dapat dilakukan rencana keperawatan antara lain anjurkan klien
atau keluarga untuk konsultasi ke dokter terkait perubahan fisik sensori persepsi
akibat proses penuaan, manajemen lingkungan dengan meletakkan alat bantu
beraktivitas di dekat klien (yang mudah dijangkau klien), atur pencahayaan yang
cukup bagi klien, jauhkan benda-benda yang dapat membahayakan klien, hindari
kondisi lantai licin pada akses yang dilampaui oleh klien.. Perubahan sensori
persepsi pada usia lanjut juga dapat mengakibatkan diagnosis resiko jatuh.
Sehingga rencana intervensi yang dilakukan dapat berkesinambungan.
Implementasi yang dapat dilakukan secara non farmakologi pada Tn.S
adalah kompres air hangat yang biasa digunakan untuk meredakan rasa sakit dan
nyeri (Kozier et al., 2010). Kompres air hangat juga biasa disebut dengan istilah
thermotherapy, yaitu pemberian aplikasi air hangat pada tubuh untuk mengurangi
gejala nyeri akut maupun kronis. Terapi ini juga efektif untuk mengurangi nyeri
yang berhubungan dengan ketegangan otot, sprain, dan strain (Arovah, 2010).
Kompres air hangat atau thermotherapy pada dasarnya adalah mengikat aktivitas
sel dengan menggunakan metode pengaliran energi yaitu konduksi (pengaliran
lewat suatu media padat) (Potter & Perry, 2009). Dalam penelitian yang dilakukan
oleh Faqih (2016) kompres air hangat dapat dilakukan dengan berbagai macam
media, salah satu media yang mudah digunakan dan bisa diaplikasikan di rumah
adalah dengan menggunakan kantong atau botol air air hangat (Arovah, 2010).
Suhu air yang digunakan harus memiliki nilai aman. Individu dewasa berkisar
40oC sampai 45oC (Kozier et al., 2010). Dengan lama pemakaian berkisar 15-20
menit (Kusyati, 2006). Kompres air hangat efektif meredakan nyeri Low Back
Pain melalui suatu mekanisme yaitu vasodilatasi pembuluh darah dan
mengeluarkan zat pereda nyeri yaitu endorphin dan enkafelin sehingga memblok
transmisi nyeri stimulus nyeri (Guyton & Arthur, 2007). Pelaksanaan
implementasi pendidikan kesehatan terkait manfaat dan tujuan dari pemberian
kompres air hangat agar Tn.S dapat menerapkan terapi di rumah secara mandiri
dan tingkat nyeri klien dapat hilang atau berkurang dengan teknik non
farmakologi. Sehingga kebutuhan rasa nyaman klien dapat terpenuhi.
Perubahan sensori persepsi pada Tn.S didapati hasil adanya gangguan
berupa penurunan sensitifitas terhadap rangsangan visual dan audio. Proses menua
mengakibatkan penurunan fungsional dari organ-organ pada lanjut usia
diantaranya penurunan penglihatan, kemunduran muskuloskeletal yang
mengakibatkan penurunan massa otot dan kemunduran sel saraf dengan
berkurangnya neurotransmiter sehingga menyebabkan gangguan pada susunan
saraf (Darmojo, 2004). Oleh karena itu kelompok implementasi berupa edukasi
kepada keluarga tentang manajemen lingkungan dengan mendekatkan barang-
barang yang dibutuhkan klien dan menganjurkan keluarga untuk komunikasi
secara efektif dengan memberikan sentuhan, kontak mata, berbicara dengan jelas
tanpa suara tinggi kepada klien, dan berbicara di depan klien agar dapat terlihat
artikulasi kata atau kalimat yang diungkapkan lawan bicara.
Kejadian jatuh pada usia lanjut harus dicegah agar jatuh tidak terjadi
berulang-ulang. Implementasi yang sudah dilakukan adalah pendidikan kesehatan
kepada keluarga dengan mengidentifikasi faktor resiko, di antaranya adalah
kondisi lingkungan fisik rumah yang berbahaya. Faktor-faktor lingkungan fisik
rumah yang berbahaya tersebut adalah lantai yang licin atau basah, penerangan
yang tidak baik (kurang atau menyilaukan), alat-alat rumah tangga yang sudah
tua, tidak stabil, atau tergeletak di bawah, karpet yang tidak dilem dengan baik,
keset yang tebal/menekuk pinggirnya dan benda-benda alas lantai yang licin atau
mudah tergeser (Darmojo, 2004). Menganjurkan keluarga untuk memfasilitasi alat
bantu pegangan di dinding jika berkehendak agar klien dapat mengakses jalan di
lingkungan rumah ketika kondisi yang tidak diinginkan (seperti mati listrik).
Pada tahap reinforcement keluarga mengaku mendapatkan ilmu baru
dalam merawat klien dengan lanjut usia. Keluarga akan mencoba terapi air hangat
pada klien agar klien tidak bergantung pada obat dan melatih klien untuk
meminimalkan resiko jatuh serta membiasakan berkomunikasi dengan klien
secara terapeutik.
Sumber :
Arovah, N. I. 2010. Dasar – dasar fisioterapi pada cedera olah raga. Yogyakarta:
FIK UNY.
Darmojo, R.,& martono, H (2004). Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta:
FKUI
Guyton & Arthur, C. 2007. .Buku Ajar Fisiologi Kedokteran/Arthur C. Guyton,
John E. Hall ; alih bahasa, Irawati[et al.] ; editor edisi bahasa
Indonesia, Luqman Yanuar Rachman [et al.].--Ed.11. Jakarta : EGC
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S.J. 2010. Buku ajar: Fundamental
keperawatan: Konsep, proses, & praktik. Jakarta: EGC.
Potter, P.A. & Perry, A.G. 2009. Fundamentals of nursing, fundamental
keperawatan. Edisi 7, Buku 1 dan 2. Jakarta: EGC.
Tamher. S.,& Noorkasiani. (2002). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan
Askep. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai