Anda di halaman 1dari 26

KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

PENGELOLAAN UNIT RAWAT INAP St. FRANSISKUS


RUMAH SAKIT UMUM SANTO ANTONIUS
PONTIANAK

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I

ADRIANA SUSI VIRAWATI 1490123210


AGATA SOSILOLIA 1490123196
AIYSONG 1490123231
ALFONSA SARI CAHYANTI 1490123229
FRANSISKA YULIANTI 1490123214
PETRUS WESLLY 1490123206

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN


INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2024

1
2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia–Nya,

yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk sehingga dapat menyelesaikan

makalah Praktik Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan yang berjudul

“Pengelolaan Unit Rawat Inap St. Fransiskus Rumah Sakit Umum Santo Antonius

Pontianak”. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk

menyelesaikan tugas praktik Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan.

Dengan terselesaikannya penyusunan makalah ini, perkenankan pula

penyusun untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ns. Herwinda Sinaga, S.Kep, M.Kep., Ibu Ns. Lidya Maryani, S.Kep,

M.Kep., Ibu Ns. Sari Sarce, S.Kep, M.Pd selaku Koordinator MA Praktik

Keperawatan Kepemimpinan dan Manajemen

2. Beserta Tim Clinical Instruktur dari Rumah Sakit Umum Santo Antonius

Pontianak

Penyusun menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak

kekurangan. Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

guna perbaikan dan kesempurnaan makalah ini. Besar harapan penyusun agar

makalah ini dapat berguna sebagai sumber informasi bagi para pembaca terutama

mahasiswa/i Institut Kesehatan Immanuel Bandung sebagai sumber pengetahuan.

Pontianak, Maret 2024

Penyusun

KELOMPOK 1

3
4
DAFTAR ISI

5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan kesehatan di
rumah sakit terdiri dari berbagai jenis pelayanan seperti pelayanan medik,
keperawatan dan penunjang medik yang diberikan kepada pasien dalam
bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif (Undang-undang RI
No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit).
Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada
ilmu dan kiat Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok,
atau masyarakat, baik sehat maupun sakit. Fokus Keperawatan yaitu respons
klien terhadap penyakit, pengobatan, dan lingkungan. Tanggung jawab
perawat yang sangat mendasar yaitu meningkatkan kesehatan, mencegah
penyakit, memulihkan dan mengurangi penderitaan. Tanggung jawab ini
bersifat universal (Kemenkes RI,2020).
Praktek keperawatan profesional yang diterapkan di rumah sakit
diharapkan dapat memperbaiki asuhan keperawatan yang diberikan untuk
pasien dimana lebih diutamakan pelayanan yang bersifat interaksi antar
individu. Pernyataan tersebut juga sesuai dengan ciri-ciri dari pelayanan
keperawatan profesional yaitu memiliki otonomi, bertanggung jawab dan
bertanggung gugat (accountability), menggunakan metode ilmiah, berdasarkan
standar praktik dan kode etik profesi, dan mempunyai aspek legal. MPKP
merupakan suatu praktek keperawatan yang sesuai dengan kaidah ilmu
menejemen modern dimana kaidah yang dianut dalam pengelolaan pelayanan
keperawatan di ruang MPKP adalah pendekatan yang dimulai dengan
perencanaan.
MPKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur,
yakni; Standar, Proses Keperawatan, Pendidikan Keperawatan dan sistem

6
MPKP. Perencanaan di ruang MPKP adalah kegiatan perencanaan yang
melibatkan seluruh personil (perawat) ruang MPKP mulai dari kepala ruang,
ketua tim dan anggota tim (perawat asosiet). Dalam menerapkan praktek
keperawatan profesional karena bisa memberikan asuhan keperawatan yang
terbaik kepada klien namun karena berbagai kendala terutama reward yang
belum didapatkan dan dirasakan oleh perawat MPKP maka menjadikan
motivasi dari perawat menurun dan tidak bersemangat dalam menerapkan
MPKP (Nursalam, 2015).
Pelayanan keperawatan yang diberikan di ruang MPKP memiliki pedoman
dan dasar yang dapat dipertanggungjawabkan bukan atas dasar kehendak
perawat sendiri dimana pelayanan yang diberikan disesuaikan dengan masalah
pasien sehingga asuhan keperawatan yang diberikan dapat efektif dan efisien
sesuai sasaran masalah yang terjadi pada pasien. Asuhan keperawatan yang
diberikan pada pasien yaitu meliputi pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual jadi
meliputi segala aspek kehidupan dari pasien tersebut baik dari kesehatan
fisik/jasmaninya, pikirannya, interaksi sosialnya maupun keagamaannya.
Tenaga keperawatan memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat sesuai
kewenangan dalam memberikan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan
kepada pasien dan keluarganya. Diperlukan tenaga keperawatan yang
kompeten, mampu berpikir kritis, selalu berkembang serta memiliki etika
profesi sehingga pelayanan keperawatan dan kebidanan dapat diberikan
dengan baik, berkualitas dan aman bagi pasien dan keluarganya (Permenkes
RI No 49 Tahun 2013 tentang Komite Keperawatan Rumah Sakit). Salah satu
unit pelayanan rawat inap yang ada di Rumah Sakit St. Antonius adalah unit
St. Fransiskus.
Stase kepemimpinan dan manajemen keperawatan dalam tahapan profesi
ners merupakan suatu kesempatan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan
teori-teori manajemen yang dipadukan secara komprehensif dengan
kemampuan intelektual, kemampuan teknik keperawatan dan kemampuan
interpersonal dalam lingkup tatanan pelayanan kesehatan yang nyata, yaitu
unit rawat inap. Dalam konteks belajar inilah mahasiswa diberikan satu unit
rawat untuk dikelola dengan pendekatan proses manajemen keperawatan,

7
dalam hal ini pelaksanaan praktek Stase kepemimpinan dan manajemen
keperawatan dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2024 - 13 April 2024 di Unit
rawat inap St. Fransiskus Rumah Sakit Umum St. Antonius Pontianak
dibawah arahan dan bimbingan intensif dari pembimbing akademik dan
pembimbing klinik. Unit St. Fransiskus merupakan unit rawat inap dewasa
kelas 3 pria dan wanita , bedah dan Non bedah umum.
Sistem penugasan di Unit Fransiskus sendiri menggunakan metode Tim.
Struktur organisasi terdiri dari: Kepala Unit, Ketua Tim 1, Ketua Tim 2 dan
Perawat Pelaksana/Perawat Asosiet, yang menjalankan peran dan fungsi
masing – masing berdasarkan tugas dan tangung jawab sebagaimana terlampir
dalam buku standar model praktik keperawatan profesional yang ditetapkan
oleh Komite Keperawatan Rumah Sakit.
Unit St. Fransiskus saat ini memiliki kapasitas tempat tidur 40 mencakup
16 tempat tidur untuk wanita dan 24 tempat tidur untuk pria. Terdiri dari 5
kamar perawatan dengan 8 tempat tidur. Jumlah perawat di Unit St.
Fransisikus berjumlah 29 orang , 4 orang dengan klasifikasi pendidikan S1
Ners, 25 orang dengan klasifikasi pendidikan Diploma (Wawancara dengan
Kepala Unit St. Fransisikus).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis
dapat merumuskan beberapa masalah, yaitu:
1. Bagaimana pengelolaan unit St. Fransiskus RSU St. Antonius Pontianak?
2. Faktor – faktor apakah yang menjadi pendukung dan penghambat
manajemen pelayanan di unit St. Fransiskus RSU St. Antonius Pontianak?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan Praktik Manajemen Keperawatan,
mahasiswa diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen
keperawatan dengan menggunakan Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP), secara bertanggung jawab dan menunjukkan sikap
kepemimpinan yang profesional serta langkah-langkah manajemen
keperawatan.

8
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan kegiatan praktek kepemimpinan dan
manajemen, peserta mampu:
a. Melaksanakan pengkajian di Unit St.Fransisikus RSU Santo Antonius
Pontianak
b. Melaksanakan analisis situasi dan identifikasi masalah manajemen
keperawatan
c. Melakukan kegiatan manajemen keperawatan dan mampu membuat
fungsi perencanaan model praktek keperawatan profesional di ruangan
d. Mampu membentuk rumusan filosofi, visi dan misi ruangan
e. Mampu membuat kebijakan kerja ruangan
f. Mampu mengembangkan sistem informasi manajemen keperawatan
diruangan dalam menerapkan model praktek keperawatan profesional
g. Mampu memperhitungkan BOR (Bed Occupation Rate), yaitu
pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu
D. Sistematika Penulisan
1. Kata Pengantar
2. Daftar Isi
3. BAB I Pendahuluan
4. BAB II Tinjauan Teoritis
5. BAB III Uraian Kegiatan
6. BAB IV Pembahasan Kegiatan
7. BAB V Kesimpulan dan Saran
8. Daftar Pustaka
9. Lampiran

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kepemimpinan
1. Defenisi kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan individu untuk mempengaruhi,
motivasi dan membuat orang lain mampu memberikan kontribusinya demi
efektivitas dan direncanakan Kartono (2012). Seorang pemimpin harus
menjadi role mode keberhasilan organisasi (Gary, 2019).
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk memberikan pengaruh
yang konstruktif kepada orang lain untuk melakukan satu usaha kooperatif
mencapai tujuan tyang sudah yang baik dalam cara kepemimpinan, dalam
pelaksanaan tugas maupun dalam membangun kerja sama dengan orang
lain termasuk dengan bawahannya Maryanto (2013). Kepemimpinan
merupakan salah relasi dan pengaruh antara pemimpin dengan yang
dipimpin. Kepimpinan tersebut mencul dan berkembang sebagai hasil dari
interaksi otomatis antara pemimpin dengan orang- orang yang dipimpinya
Kartono (2012).
2. Tipologi Kepemimpinan
Menurut Maryanto (2013), Gaya kepemimpinan berkembang
menjadi beberapa tipe kepemimpinan, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Tipe Militeristis
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari
seorang pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin
organisasi militer. Seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut:
Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering
dipergunakan; Dalam menggerakan bawahan senang bergantung
kepada pangkat dan jabatannya, senang pada formalitas yang belebih-
lebihan, menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan, sukar
menerima kritikan dari bawahannya, menggemari upacara- upacara
untuk berbagai keadaan.
b. Tipe Otokratis
Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memilik

10
kriteria atau ciri sebagai berikut: menganggap organisasi sebagai
pemilik pribadi, Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan
organisasi, menganggap bawahan sebagai alat semata-mata, tidak mau
menerima kritik, saran dan pendapat, terlalu tergantung kepada
kekuasan formalnya, dalam tindakan pergerakannya sering
mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan
bersifat menghukum.
c. Tipe Demokratis
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe
pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi
modern. Hal ini terjadi karena kepemimpinan ini memiliki
karakteristik sebagai berikut: dalam proses penggerakan bawahan
selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk
yang termulia di dunia, selalu berusaha mensinkronisasikan
kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan
pribadi dari pada bawahannya, selalu menerima saran, pendapat, dan
bahkan kritik dari bawahannya,selalu berusaha mengutamakan
kerjasama dan teamwork dalam mencapai tujuan, ikhlas memberikan
kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya itu tidak lagi
berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat
kesalahan yang lain,selalu berusaha menjadikan bawahannya lebih
sukses dari padanya,dan berusaha mengembangkan kapasitas diri
pribadinya sebagai pemimpin.
d. Tipe parentalistis
Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang
parentalistis ialah seorang yang memilik ciri sebagai berikut:
menanggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa, bersikap
terlalu melindungi (overly protective), jarang memberikan kesempatan
pada bawahannya untuk mengambil keputusan, jarangmemberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif, jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan
daya kreasi dan fantasinya, dan sering bersikap maha tahu.

11
B. Konsep Manajemen Keperawatan
1. Pengertian Manajemen
Manajemen merupakan suatu proses menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu
lingkungan yang berubah. Manajemen juga merupakan proses
pengumpulan dan pengorganisasian sumber-sumber dalam mencapai
tujuan melalui kerjaan orang lain yang mencerminkan dinamika suatu
organisasi (Nursalam 2011).
2. Fungsi-Fungsi Manajemen
Fungsi-fungsi manajemen adalah sebagai berikut menurut
(Nursalam,2011)
a. Perencanaan
Merupakan suatu kegiatan membuat tujuan organisasi dan diikuti
dengan membuat berbagai rencana untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan tersebut, terdiri dari: gambaran apa yang akan dicapai,
persiapan pencapaian tujuan, rumusan suatu persoalan untuk dicapai,
persiapan tindakan-tindakan. Rumusan tujuan tidak harus tertulis
dalam bentuk perencanaan. Proses perencanaan merupakan fase
terpenting dalam manajemen, karena melalui proses perencanaan dapat
diketahui peran dan fungsi dari sumber data sebuah organisasi.
b. Pengorganisasian
Merupakan suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya yang
dimiliki oleh suatu organisasi untuk menjalankan rencana yang telah
ditetapkan serta menggapai tujuan perusahaan. Kegiatan
pengorganisasian terdiri dari: pengaturan, setelah rencana, mengatur
dan menentukan apa tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit kerja,
keuangan dan fasilitas. Kegiatan yang meliputi penetapan struktur,
tugas dan kewajiban.
c. Penggerak
Menggerakan orang-orang agar mau atau suka bekerja. Ciptakan
suasana bekerja bukan hanya karena perintah, tetapi harus dengan
kesadaran diri, termotivasi.

12
d. Pengendalian/pengawasan
Merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat tercapai sesuai
dengan rencana, apakah orang-orangnya, cara dan waktunya tepat.
e. Penilaian
Merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil-hasil
pekerjaan yang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian merupakan fase
tertentu setelah selesaiAdapun unsur yang dikelolah sebagai sumber
manajemen adalah man, money, material, method, machine, minute,
dan market.
f. Proses manajemen
Menurut Griffin dan Ebert (2008), adapun proses manajemen
meliputi tahapan sebagai berikut:
1) Planning (Perencanaan)
Merumuskan apa yang dibutuhkan oleh organisasi dan bagaimana
untuk mencapai tujuan tersebut. Proses perencanaan ini meliputi 3
kegiatan utama yaitu, merumuskan tujuan yang akan dicapai oleh
perusahaan, dan merumuskan langkah perencanaan untuk
mengimplementasikan strategi perencanaan.
2) Organizing (Pengorganisasian)
Proses manajemen yang menetapkan cara terbaik dalam mengatur
sumber daya dan aktivitas suatu organisasi menjadi suatu struktur
yang logis.
3) Directing (Pengarahan)
Para manajer memiliki kekuatan untuk memberi perintah dan
mengharapkan hasil. Pengarahan mencakup berbagai aktivitas
yang rumit.salah satu bentuk directing adalah mendengarkan
keluhan karyawan,memberi respon dengan segera baik pada
karyawan maupun perusahaan.
4) Controling (Pengendalian)
Proses manajemen untuk memonitor kinerja organisasi untuk
menjamin proses berjalan sesuai tujuan.Kontrol yang digunakan
dalam proses manajemen keperawatan termasuk budget dari bagian

13
keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, prosedur yang
standardan akreditasi.
3. Komponen Sistem Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang saling
berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu :
a. Input
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa
informasi, personel, peralatan dan fasilitas.
b. Proses
Proses pada umumnya merupakan kelompok manajer dan tingkat
pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang
mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan
pelayanan keperawatan.
c. Output
Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output ataukeluaran yang
umumnya dilihat dan hasil atau kualitas pemberianasuhan keperawatan
dan pengembangan serta kegiatan penelitianuntuk menindaklanjuti
hasil atau keluaran.
d. Control
Control dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui
penyusunan anggaran yang proporsional,evaluasi penampilan kerja
perawat, pembuatan prosedur yang sesuaistandar dan akreditasi.
e. Umpan balik
Selain itu, mekanisme umpan balik diperlukan untuk menyelaraskan
hasil dan perbaikan kegiatan yang akan datang. Mekanisme umpan
balik dapat dilakukan melalui laporan keuangan,audit keperawatan,
dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.
4. Ruang Lingkup Manajemen Keperawatan
Keperawatan merupakan disiplin praktik klinis. Manajer
keperawatan yang efektif sebaiknya memahami dan memfasilitasi
pekerjaan perawat pelaksana. Menurut Suyanto (2008) Manajer

14
keperawatan mengelola kegiatan keperawatan meliputi:
a. Menetapkan penggunaan proses keperawatan.
b. Mengetahui intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan
diagnosa.
c. Menerima akontabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh
perawat.
d. Menerima akuntabilitas hasil kegiatan keperawatan.
Menurut Suyanto, 2008 keperawatan terdiri dari:
a. Manajemen Pelayanan Keperawatan
Pelayanan keperawatan di Rumah Sakit dikelola oleh bidang
perawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
1) Manajemen puncak (kepala bidang keperawatan)
2) Manajemen menengah (kepalaunit pelayanan /
supervisor)
3) Manajemen bawah (kepala ruang perawatan)
b. Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan dengan menggunakan
proses keperawatan pada prinsipnya menggunakan konsep-konsep
manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian atau evaluasi.

C. Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)


1. Definisi MPKP
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu
sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan
perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk
lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart dan
Woods, 1996). Sebagai suatu model berarti ruang rawat tersebut menjadi
contoh teladan dalam praktik keperawatan profesional.Pengembangan
MPKP merupakan upaya banyak negara untuk memberdayakan
keperawatan dalam layanan kesehatan, terutama padasaat meningkatnya

15
kebutuhan yang disertai biaya tinggi dalam layanan kesehatan (Sitorus dan
Yulia, 2006).
Model Praktik Keperawatan Profesional merupakan penataan
struktur dan proses sistem pemberian asuhan keperawatan pada tingkat
ruang rawat sehingga memungkinkan pemberian asuhan keperawatan
profesional (Ratna Sitorus dan Rumondang Panjaitan, 2011).
Menurut Hoffart dan Woods (1996) dalam Ratna Sitorus dan
Rumondang Panjaitan (2011) MPKP terdiri dari lima sub sistem, yaitu:
a. Nilai-nilai profesional meliputi ekonomi, kesinambungan asuhan, dan
belajar sepanjang hayat untuk menopang praktik ilmu yang bermutu.
b. Pendekatan manajemen menunjukkan bahwa pada MPKP, pembuat
keputusan untuk pasien ada pada manajer asuhan klinik atau Perawat
Primer. Kepala ruangan rawat berperan sebagai fasilitator atau mentor.
c. Pemebrian asuhan keperawatan pada umumnya menggunakan metode
keperawatan primer.
d. Hubungan profesional memungkinkan adanya hubungan kolaborasi,
konsultasi antar tim, dan koferens antar tim serta konferens
untukpenyelesaian konflik.
e. Sistem kompensasi dan penghargaan memungkinkan
perawatmendapatkan kompensasi dan penghargaan sesuai dengan sifat
layanannya yang profesional. Penghargaan dapat juga
berupakeberadaan perawat sebagai seorang ahli atau spesialis.
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat
unsur, yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan
sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang
diyakini dan akan menentukan kualitas produksi/jasa layanan
keperawatan.Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebutsebagai suatu
pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan
kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasientidak akan dapat
terwujud (Nursalam, 2011).
2. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model MPKP
Menurut Nursalam (2012), dasar pertimbangan pemilihan model

16
Metode Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai berikut:
a. Sesuai dengan visi dan misi institusi.
Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keeprawatan harus
didasarkan pada visi dan misi rumah sakit.
b. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan
asuhan keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan
keperawatan sangat ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan.
c. Efektif dan efisien dalam penggunaan biaya.
Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan
efektifitas dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimanapun baiknya
suatu model, tanpa ditunjang oleh biaya memadai, makatidak akan
didapat hasil yang sempurna.
d. Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga dan masyarakat.
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan
ataupasien terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh
karenaitu, model yang baik adalah model asuhan keperawatan yang
dapat menunjang kepuasan pelanggan.
e. Kepuasan dan kinerja perawat.
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh
motivasidan kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat
meningkatkankepuasan perawat, bukan justru menambah beban kerja
dan frustasidalam pelaksanaannya.
Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim
kesehatan lainnya. Komunikasi secara profesional sesuai dengan
lingkup tanggungjawab merupakan dasar pertimbangan penetuan
model. Model asuhan keperawatan diharapkan akan dapat
meninkatkan hubungan interpersonal yang baik antara perawat dan
tenaga kesehatan lainnya.
3. Pilar-Pilar dalam MPKP
Dalam model praktik keperawatan professional terdapat empat pilar yang
digunakan sebagai acuan, yaitu sebagai berikut.

17
a. Pilar I: Manajemen Approach (pendekatan manajemen)
Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan
manajemen sebagai pilar praktik perawatan professional yang pertama.
Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen terdiri dari:
1) Perencanaan
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran danpenentuan
secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasamendatang
dalam rangka pencapaian tujuan yang telahditetapkan (Siagian,
1990). Perencanaan dapat juga diartikansebagai suatu rencana
kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu
dilaksanakan, dimanakegiatan itu dilakukan. Dengan kegiatan
perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi (perumusan
visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek; harian,
bulanan, dan tahunan). Jenis-jenis perencanaan terdiri dari:
a) Rencana jangka pendek
Rencana Harian Kepala Ruangan. Rencana harian kepala
ruangan kegitannya meliputi: Operan, pre conference dan post
conference, mengecek SDM dan sarana prasarana, melakukan
interaksi dengan pasien baru atau pasien yang memerlukan
perhatian khusus,melakukan supervisi pada ketua tim/perawat
pelaksana, hubungan dengan bagian lain terkait rapat-rapat
terstruktur/insidentil, mengecek ulang keadaan pasien, perawat,
lingkungan yang belum teratasi, mempersiapkan dan
merencanakan kegiatan asuhan keperawatan untuk sore,
malam, dan besok sesuai tingkat ketergantungan pasien.
Rencana Harian Ketua Tim (Perawat primer). Rencana
harian ketua tim meliputi: operan, pre conference dan post
conference, penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien pada
tim yang menjadi tanggung jawabnya,melakukan supervisi
perawat pelaksana, kolaborasi dengan dokter atau tim
kesehatan lain, menulis dokumentasi, alokasi pasien sesuai
perawat yang dinas.

18
Rencana Harian Perawat Pelaksana (Perawat asosiete).
Rencana harian perawat pelaksana adalah Tindakan
keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat pada shift
dinasnya. Kegiatan tersebut meliputi: operan,pre conference
dan post conference, melaksanakan tindakan asuhan
keperawatan, mendokumentasikan asuhan keperawatan.
Penilaian rencana harian perawat,untuk menilai keberhasilan
dari perencanaan harian dilakukan melalui observasi
menggunakan instrument dan mengisinya setiap hari oleh
setiap ketua tim.
b) Rencana jangka menengah
Rencana Bulanan Kepala Ruangan. Rencana bulanan
kepala ruangan meliputi: membuat jadwal dan memimpin case
conference, membuat jadwal dan memimpin pendidikan
kesehatan kelompok keluarga, membuat jadwal dinas,
membuat jadwal dan memimpin rapat bulanan perawat,
membuat jadwal dan memimpin rapat tim kesehatan, membuat
jadwal supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan perawat
pelaksana, melakukan dokumentasi, membuat laporan bulanan.
Rencana Bulanan Ketua Tim. Mempresentasikan kasus
dalam case conference, memimpin pendidikan kesehatan
kelompok keluarga, melakukan supervisi perawat pelaksana.
c) Rencana jangka panjang
Setiap akhir tahun kepala ruangan melakukan evaluasi hasil
kegiatan dalam satu tahun yang dijadikan sebagai acuan
rencana tindak lanjut serta penyusunan rencana tahunan
berikutnya. Rencana kegiatan tahunan mencakup:
Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja
MPKP baik proses kegiatan (aktifitas yang sudah dilaksanakan
dari 4 pilar praktek professional) serta evaluasi mutu
pelayanan.
Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota

19
masing-masing tim. Penyegaran terkait materi MPKP khusus
kegiatan yang masih rendah pencapaiannya. Ini bertujuan
mempertahankan kinerja yang telah dicapai MPKP bahkan
meningkatkannya dimasa mendatang.
Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi
peningkatan jenjang karier perawat (pelaksana menjadi katim,
katim menjadi karu), rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan
formal, membuat jadwal untuk mengikuti pelatihan-pelatihan.
2) Pengorganisasian
Dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar
alokasi pasien. Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas
untuk mencapai tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga
keperawatan, menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas
yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang bertanggung
jawab untuk mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian
kegiatan dan tenaga perawat di ruang MPKP menggunakan
pendekatan sistem penugasan modifikasi Keperawatan Tim-
Primer. Secara vertikal ada Kepala Ruangan, Clinical Care
Manager (CCM), Ketua Tim, dan Perawat Pelaksana. Setiap tim
bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien.
3) Pengarahan
Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise,
menciptakan iklim motifasi, manajemen waktu, komunikasi efektif
yang mencangkup pre dan post conference, dan manajemen
konflik. Pengarahan yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk
tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya. Istilah lain yang digunakansebagai
padanan pengarahan adalah pengkoordinasian, pengaktifan.
Apapun istilah yang digunakan pada akhirnya yang bermuara pada
”melaksanakan” kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya
(Marquis & Houston, 1998). Dalam pengarahan, pekerjaan
diuraikan dalam tugas- tugas yang mampu kelola, jika perlu

20
dilakukan pendelegasian. Untuk memaksimalkan pelaksanaan
pekerjaan oleh staf, seorang manajer harus melakukan upaya-upaya
(Marquis & Houston, 1998). Di ruangan MPKP pengarahan diterapkan
dalam bentuk kegiatan- kegiatan sebagai berikut:
a) Menciptakan budaya motivasi
b) Manajemen waktu: Rencana Harian
c) Komunikasi efektif melalui kegiatan
d) Operan antar shift
e) Pre conference tim
f) Post conference tim
g) Manajemen konflik
h) Pendelegasian dan supervise
4) Pengendalian
Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau
pengontrolan. Fayol mendefinisikan kontrol sebagai ”Pemeriksaan
apakah segala sesuatunya terjadi sesuai dengan rencana yang telah
disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang
ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan
kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi”.
Pengontrolan penting dilakukan untuk mengetahui fakta yang ada,
sehingga jika muncul isue dapat segera direspon dengan cara
duduk bersama.Pengendalian adalah upaya mempertahankan
kualitas, mutu ataustandar. Output (hasil) dari suatu pekerjaan
dikendalikan agar memenuhi keinginan (standar) yang telah
ditetapkan. Pengendalian difokuskan pada proses yaitu
pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output (hasil) yaitu
kepuasan pelanggan (pasien), keluarga, perawat dan dokter.
Indikator mutu yang merupakan output adalah BOR, ALOS, TOI,
audit dokumen keperawatan. Survei masalah keperawatan
diperlukan untuk rencana yang akan datang.
b. Pilar II: Compensatory Reward (Sistem Penghargaan)
Manajemen sumber daya manusia (SDM) di ruang MPKP berfokus pada
proses rekruitmen, seleksi, kontrak kerja, orientasi, penilaian kinerja dan

21
pengembangan staf perawat. Sistem penghargaanmenjelaskan manajemen
keperawatan khususnya manajemen SDMkeperawatan agar produktif
sehingga misi dan tujuan organisasidapat tercapai. Metode dalam penyusunan
tenaga keperawatan harusteratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk
menentukanjumlah dan jenis tenaga keperawatan yang dibutuhkan agar
dapatmemberikan pelayanan yang sesuai kepada pasien.Compensatory
reward (kompensasi penghargaan) menjelaskanmanajemen keperawatan
khususnya manajemen sumber dayamanusia (SDM) keperawatan. Fokus
utama manajemen keperawatanadalah pengelolaan tenaga keperawatan agar
dapat produktifsehingga misi dan tujuan organisasi dapat tercapai.
Perawatmerupakan SDM kesehatan yang mempunyai kesempatan
palingbanyak melakukan praktik profesionalnya pada pasien yang dirawatdi
Rumah Sakit. Seorang perawat akan mampu memberikanpelayanan dan
asuhan keperawatan yang profesional apabila perawattersebut sejak awal
bekerja diberikan program pengembangan stafyang terstruktur. Metode
dalam menyusun tenaga keperawatanseharusnya teratur, sistematis, rasional,
yang digunakan untukmenentukan jumlah dan jenis tenaga keperawatan yang
dibutuhkanagar dapat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
sesuaiyang diharapkan.
c. Pilar III: Professional Relationship (Hubungan Profesional)
Hubungan profesional dalam pemberian pelayanan keperawatan
(timkesehatan) dan penerima pelayanan disebut dengan
hubunganprofesional secara eksternal. Sedangkan hubungan
professional secara internal yaitu pada pelaksanaannya terjadi antara
perawat dengan perawat, perawat dengan petugas kesehatan lainnya
dan perawat dengan dokter.
d. Pilar IV: Manajemen Asuhan Keperawatan
Salah satu pilah MPKP adalah pelayanan keperawatan dengan
menggunakan manajemen asuhan keperawatan di MPKP tertentu.
Manajemen asuhan keperawatan yang diterapkan adalah asuhan keperawatan
yang menerapkan proses keperawatan secara holistik dan dilakukan secara
mandiri oleh perawat

D. Konsep Kajian Situasi


1. Analisis SWOT

22
a. Pengertian analisis SWOT
Analisis SWOT adalah indentifikasi berbagai faktor secara
sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
(strength) dan peluang (oppurtunities), namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). SWOT
merupakan singkatan dari strength (kekuatan), weakness (kelemahan),
opportunity (peluang) dan threats (ancaman). Pendekatan ini mencoba
menyeimbangkan kekuatan dan kelemahan internal organisasi dengan
peluang dan ancaman lingkungan eksternal organisasi. Menurut
Marquis, L Bessie dan Carol J. Huston (2009), Analisis SWOT
(singkatan Bahasa Inggris dari strengths, weaknesses,
opportunities,dan threats) adalah metode perencanaan strategis yang
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis.
1) Kekuatan (strength) adalah suatu kondisi di mana
perusahaan mampu melakukan semua tugasnya secara
sangat baik (diatas rata-rata industri).
2) Kelemahan (weakness) adalah kondisi di mana perusahaan
kurang mampu melaksanakan tugasnya dengan baik di
karenakan sarana dan prasarananya kurang mencukupi.
3) Peluang (opportunity) adalah suatu potensi bisnis
menguntungkan yang dapat diraih oleh perusahaan yang
masih belum di kuasai oleh pihak pesaing dan masih belum
tersentuh oleh pihak manapun.
4) Ancaman (threats) adalah suatu keadaan di mana
perusahaan mengalami kesulitan yang disebabkan oleh
kinerja pihak pesaing, yang jika dibiarkan maka
perusahaan akan mengalami kesulitan dikemudiaan hari.
b. Tujuan Analisis SWOT
Analisis SWOT dapat pula digunakan untuk berbagai keperluan.
Analisis SWOT dapat digunakan untuk berbagai tujuan antara lain:
1) Apabila analisis tersebut dimaksudkan untuk menilai data dan

23
informasi guna keperluan penyusunan rencana strategi untuk
keseluruhan perusahaan (corporate level strategic planning) maka
data dan informasi yang dinilai adalah data dan informasi yang
mencakup keseluruhan perusahaan. Hasil analisis SWOT untuk
tujuan ini adalah memberikan gambaran posisi suatu perusahaan
yang menggambarkan strength dan weaknesess perusahaan secara
keseluruhan atau SWOT overall (analisis SWOT dengan tujuan
inilah yang dapat digunakan sebagai tools di dalam melakukan
audit pemasaran).
2) Sedangkan apabila analisis SWOT dimaksudkan untuk tujuan
menilai data dan informasi suatu strategi business unit (SBU)
(strengths dan weakneses SBU) maka analisis SWOT
dimaksudkan sebagai analisis dalam rangka penyusunan rencana
strategis suatu SBU.
3) Analisis SWOT dapat juga ditujukan untuk penyusunan rencana
operasional atau program kerja fungsional. Karenanya, analisis
untuk tujuan ini disebut pula dengan analisis SWOT fungsional.
Dalam analisis SWOT fungsional, data dan informasi intern yang
dianalisis adalah data dan informasi yang berasal dari suatu
bidang kegiatan tertentu atau bidang unit kerja tertentu.
Sedangkan data eksteren adalah data yang relevan dengan bidang
kerja yang bersangkutan. Bidang- bidang tersebut dapat berupa
bidang pemasaran, keuangan, logistik, dan lain sebagainya.
Tentunya hasil analisis SWOT ini dapat pula menghasilkan
rencana tujuan-tujuan, sasaran-sasaran serta strategi bidang kerja
yang bersangkutan. Merujuk kepada uraian dari Sukristono (1995)
di atas bahwa salah satu tujuan dilakukan analisis SWOT adalah
untuk penyusunan rencana operasional atau program kerja
fungsional maka landasan teori yang penulis upayakan untuk
dibangun di dalam mengimplementasikan audit pemasaran di
suatu perusahan yang merupakan rencana operasional atau
implementasi atau program kerja audit pemasaran maka akan

24
digunakan landasan teori analisis SWOT fungsional.
c. Matriks SWOT
Matriks SWOT memerlukan key success factor dari lingkungan eksternal dan
internal dengan jadgement yang baik. Ada 4 strategi SO, Strategi SO,
Strategi WO, Srtategi ST, dan Strategi WT dengan penjelasan sebagai
berikut:
1) Strategi SO (Strengths-Oppotunies) adalah menggunakan kekuatan
internal perusahaan untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar
perusahaan.
2) Strategi WO (Weaknesses-Opportunities) adalah strategi yang
bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal
perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal.
3) Strategi ST (Strength-Threats) adalah strategi perusahaan untuk
menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancama
eksternal.
4) Strategi WT (Weaknesses-Threats) adalah strategi untuk bertahan
dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghidari
ancaman.

Internal Streghts-S Weakness –W

Catatlah kekuatan-kekuatan Catatlah kelemahan-

internal perusahaan kelemahan internal perusahaan


Eksternal

Strategi SO Strategi WO
Opportunities-O
Daftar kekuatan untuk Daftar untuk memperkecil
Catatlah peluang-peluang meraih keuntungan dari kelemahan dengan
eksternal yang ada peluang yang ada memanfaatkan keuntungan
dari peluang yang ada

25
Threats-T Straregi ST Strategi WT

Catatlah ancaman- Daftar kekuatan untuk Daftar untuk memperkecil


ancaman ekternal yang menghindari ancaman kelemahan dan menghindari
ada. ancaman.

26

Anda mungkin juga menyukai