PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan yang didirikan dan
dikembangkan dengan kebutuhan masyarakat yang berfungsi untuk melakukan
upaya kesehatan dasar atau kesehatan rujukan atau kesehatan penunjang, didalam
menjalankan fungsinya diharapkan senantiasa memperhatikan fungsi sosial
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Salah satu fungsi
rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan yang
merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dengan tujuan memelihara
kesehatan masyarakat seoptimal mungkin. Pelayanan keperawatan memiliki
kontribusi sangat besar terhadap citra sebuah rumah sakit untuk melakukan
evaluasi atas pelayanan yang telah diberikan (Nursalam, 2011). Mutu pelayanan
keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan menjadi salah satu
faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan di mata masyarakat. Hal ini
terjadi karena keperawatan merupakan kelompok profesi dengan jumlah
terbanyak, paling depan dan dekat dengan pasien maupun keluarga pasien. Salah
satu indikator dari mutu pelayanan keperawatan itu adalah apakah pelayanan
keperawatan yang diberikan memuaskan pasien atau tidak. Kepuasan merupakan
perbandingan kualitas jasa pelayanan yang didapat dengan keinginan, kebutuhan
dan harapan (Nursalam, 2014).
Hasil beberapa survei menunjukan bahwa kepuasan pasien di Indonesia
banyak dipengaruhi secara langsung oleh mutu pelayanan yang diberiakn oleh
rumah sakit terutama yang berhubungan dengan fasilitas rumah sakit, proses
pelayanan dan sumber daya yang bekerja di rumah sakit. Sebagian besar keluhan
pasien dalam satu survei kepuasan menyangkut tentang keberadaan petugas yang
tidak profesional dalam memberikan pelayanan kesehatan diantaranya masih
terdengar keluhan akan petugas yang tidak ramah dan acuh terhadap keluhan
pasiennya. Selain itu juga masih sering terdengar tentang sulitnya meminta
informasi dari tenaga kesehatan terutama dokter dan tenaga perawat dan lain
sebagainya yang mencerminkan betapa lemahnya posisi pasien sebagai penerima
jasa pelayanan kesehatan (Suryawati, 2008).
Model metode asuhan keperawatan profesional (MAKP) adalah suatu
kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur, yakni: standar, proses
keperawatan, pendidikan keperawata dan sistem MAKP. Definisi tersebut
berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang di yakini dan akan menentukan kualitas
produksi atau jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai
tersebut sebagai pengambilan keputusan yang independent, maka tujuan
pelayanan kesehatan atau keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak
akan terwujud (Nursalam, 2014). Kelly & Heidental (2004) dalam Julianto
(2014) menyatakan bahwa manajemen keperawatan dapat didefinisikan sebagai
suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan
1
2
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran Stase Manajemen
Keperawatan di Bangsal Arafah RSU ‘Aisyiyah Ponorogo selama 21 hari
diharapkan mahasiswa mampu menerapkan konsep dan prinsip manajemen
3
D. Metodologi
1. Instrumen Pengumpulan Data
a. Lembar checklist
b. Instrumen evaluasi penerapan MAKP (Metode Asuhan Keperawatan
Profesional).
c. Instrumen evaluasi penerapan SAK (Instrumen ABC).
d. Kuesioner.
2. Metode Pengumpulan Data
Dalam melakukan pengumpulan data yang digunakan untuk mengidentifikasi
masalah dilakukan dengan metode:
a. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data seperti: kondisi fisik
ruang rawat inap, inventaris ruang rawat inap, proses pelayanan dan
asuhan keperawatan yang langsung dilakukan pada pasien.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruang rawat inap, perawat primer,
perawat pelaksana, pasien dan keluarga pasien untuk mengumpulkan data
tentang proses pelayanan pasien dan proses yang dilakukan oleh perawat.
4
c. Studi dokumentasi
Kegiatan dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai pasien,
ketenagaan, dokumentasi proses keperawatan, manajemen ruang rawat
inap, prosedur tetap tindakan, prosedur tetap ruang rawat inap dan
inventaris ruang rawat inap.
d. Kuesioner
Kuesioner digunakan untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap asuhan
keperawatan, penerapan standar asuhan keperawatan yang dilakukan
kepada pasien atau keluarga pasien.
3. Metode pelaksanaan
a. Sosialisasi
b. Role Play
c. Pendampingan
d. Evaluasi
4. Kriteria Penilaian
Baik : 76-100%
Cukup : 56-75%
Kurang : <55%
E. Manfaat
1. Bagi Institusi Bidang Perawatan Rumah Sakit
a. Mengetahui permasalahan yang ada pada ruang rawat inap Arafah RSU
‘Aisyiyah Ponorogo.
b. Mampu mendukung sistem MAKP tim.
2. Bagi profesi
a. Mampu memahami proses managemen MAKP.
b. Mampu memahami dan melaksanakan praktek MAKP Tim khususnya di
Ruang rawat inap bangsal Arafah RSU ‘Aisyiyah Ponorogo.
3. Bagi Keilmuan
Sebagai referensi untuk menambah wawasan yang berkaitan dengan mutu
pedoman manajemen keperawatan.
d. Motto
“Layananku Ibadahku”
e. Tujuan
5
6
KEPALA
RUANGAN
7
PA PA PA PA PA PA PA PA
C. Unsur Input
1. Raw Input
a. Pasien
1) Kajian teori
Pasien adalah sesorang yang datang ke instansi atau pelayanan
kesehatan yang membutuhkan pelayanan medis atau kesehatan
yang terganggu baik jasmani maupun rohani.
Karakteristik pasien yang dirawat di suatu ruang rawat inap
berpengaruh dalam pemberian pelayanan kesehatan. Semakin
banyak ragam kasus penyakit yang di rawat di ruang rawat inap
menuntut semakin banyak pula pengetahuan dan keterampilan
yang harus dimiliki oleh perawat. Demikian juga perangkat lunak
yang harus dimiliki ruang rawat inap seperti petunjuk teknis
standar asuhan keperawatan juga semakin banyak yang harus
disediakan.
2) Kajian data
Pasien yang di rawat di Ruang rawat inap Arafah, adalah
pasien dewasa dengan bermacam-macam kasus penyakit baik yang
berat maupun yang ringan. Persebaran kasus penyakit di ruang
rawat inap tergambar dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.1 Sepuluh Besar Kasus Penyakit di RSU ‘Aisyiyah Ponorogo pada
Tahun 2017 - Februari 2018
No Nama Jumlah %
1 CVA 598 15,24
2 GEA 587 14,96
3 DM 488 12,44
4 Anemia 380 9,68
5 DHF 377 9,61
6 FEBRIS (FUO) 335 8,54
7 BPH 324 8,26
8 BATU URETER 319 8,13
9 CHF 259 6,60
8
Tabel 2.2 Sepuluh Besar Kasus Penyakit di Ruang Rawat Inap Arafah RSU
‘Aisyiyah Ponorogo pada tahun 2017
No Nama Jumlah %
1. CVA 132 18,72
2. DM 97 13,75
3. ANEMIA 79 11,20
4. BPH 66 9,36
5. GE 63 8,93
6. DHF 62 8,79
7. BATU URETER 57 8,08
8. DYSPEPSIA 54 7,65
9. CHF 51 7,23
10. THYPOID 44 6,24
Sumber: Data rekam medik 2017 RSU ‘Aisyiyah Ponorogo
Interpretasi Data:
Berdasarkan tabel 2.2 dapat diketahui bahwa distribusi 10 penyakit
terbanyak diruang rawat inap Arafah selama tahun 2017 yang tertinggi
adalah CVA sebanyak 132 kasus dan yang terendah adalah Thypoid
sebanyak 44 kasus yang terdapat di ruang inap Arafah pada tahun 2017.
Tabel 2.3 Sepuluh Besar Kasus Penyakit di Ruang Rawat Inap Arafah RSU
‘Aisyiyah Ponorogo pada bulan Januari – Maret 2018.
No Nama Jumlah %
1. CVA 31 19,37
2. DHF 21 14
3. ANEMIA 19 12,67
4. DM 17 11,3
5. HIL 14 9,33
6. BPH 13 8,67
7. DYSPEPSIA 13 8,67
8. BATU GINJAL 11 7,33
9. CKD 11 7,33
10. GEA 10 6,67
Sumber: Data rekam medik Januari - Maret 2018 RSU ‘Aisyiyah Ponorogo.
Interpretasi Data:
9
b. Mahasiswa
1) Kajian Teori
Program profesi merupakan suatu proses sosialisasi peserta didik
dalam mendapatkan pengalaman nyata untuk mencapai kemampuan
keterampilan profesional yaitu intelektual, sikap, dan teknis dalam
melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien (Nursalam, 2007).
Perawat professional Ners mempunyai wewenang dan tanggung
jawab melaksanakan praktik keperawatan di rumah sakit dengan sikap
dan kemampuannya. Untuk itu, perlu dikembangkan pengertian praktik
keperawatan rumah sakit dan lingkup cakupannya sebagai bentuk
praktik keperawatan professional, seperti proses dan prosedur
registrasi, dan legislasi keperawatan (Nursalam, 2014).
2) Kajian Data
RSU ‘Aisyiyah Ponorogo merupakan rumah sakit swasta yang
juga digunakan untuk praktek klinik keperawatan dan kebidanan serta
mahasiswa bidang kesehatan lain. Di ruang rawat inap Arafah
digunakan untuk praktik keperawatan dewasa dan manajemen
keperawatan S1 keperawatan.
Data mahasiswa keperawatan yang praktik di ruang rawat inap
Arafah berdasarkan asal institusi pendidikan dapat dilihat pada tabel 2.3
berikut ini:
Tabel 2.4 Rekapitulasi Data Mahasiswa Praktek Di Ruang Rawat Inap Arofah
RSU ‘Aisyiyah Ponorogo Januari 2017 – November 2017
No. Nama Universitas Nama Praktek Tanggal Jumlah
1. Universitas Praktek Klinik 01 juni – 15 7 Mahasiswa
Muhammadiyah Keperawatan Agustus 2017
Ponorogo Dewasa II
2. Universitas Praktek 17 Juni 2017 6 Mahasiswa
Muhammadiyah Ketrampilan Dasar
Ponorogo Kebidanan
3. Universitas Praktek Klinik 08 Mei 2017 5 Mahasiswa
Muhammadiyah Keperawatan I
Ponorogo
4. Universitas Praktek Klinik 02 Desembar 5 Mahasiswa
Muhammadiyah Keperawatan 2017
10
Ponorogo Dasar
5. Universitas Praktek Klinik 30 Januari 9 Mahasiswa
Muhammadiyah Keperawatan 2017
Ponorogo Dewasa II
6. Universitas Aisyiyah Praktek 23 Oktober 4 Mahasiswa
Yogyakarta Keperawatan -02 Desember
Dewasa 2017
7. Universitas Aisyiyah Praktek Stase 06 - 25 8 Mahasiswa
Yogyakarta Manajemen Profesi Februari 2017
Ners
Sumber : Bagian Diklat tanggal 04 April 2018
Interpretasi Data:
Berdasarkan tabel 2.4 dapat diketahui bahwa mahasiswa terbanyak yang
pernah melakukan praktek di Ruang rawat inap Arafah RSU ‘Aisyiyah
Ponorogo pada periode januari – november 2017 adalah dari Universitas
Muhammadiyah Ponorogo periode praktek tanggal 30 januari 2017 yaitu
sebanyak 9 orang. Paling sedikit mahasiswa berasal dari Universitas
‘Aisyiyah Ponorogo tanggal 23 oktober – 2 desember yaitu sebanyak 4 orang
mahasiswa.
2. Instrumenal Input
1. Ketenagaan (Man)
1) Kuantitas
a) Kajian teori
Penerima jasa asuhan keperawatan adalah individu,
keluarga, kelompok, komunitas, atau sosial. Masing-masing
diperlakukan oleh perawat sebagai sistem adaptasi yang
holistis dan terbuka (Nursalam, 2007). Kebijakan yang telah
dirumuskan dalam suatu rencana mencakup struktur organisasi
yang diciptakan, pengadaan, penggunaan tenaga kerja, dan
system serta prosedur yang hendak digunakan, serta pelayanan
yang dibutuhkan untuk kelancaran suatu kegiatan.
Kesesuaian tenaga keperawatan yang mencakup jumlah,
jenis dan kualifikasi dengan kebutuhan pelayanan diperlukan
untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan yang efektif
dan efisien (Depkes, 2005 dalam Susilo, 2015). Untuk
menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan dapat
menggunakan beberapa rumus, antara lain:
6. Pembagian perawat/shift
Pagi : 47% x10 orang = 5 orang
Siang :35% x 10 orang = 3 orang
Malam : 17% x10 orang = 2 orang
Kesimpulan
Jumlah pasien pada tanggal 3 April 2018 adalah 18 orang yaitu perawatan
parsial 16 orang dan minimal 2 orang. Jumlah total perawat yang dibutuhkan
adalah 71,9 jam 9 menit. Kebutuhan perawat adalah 10 orang dengan
pembagian shift pagi 5 orang, shift siang 3 orang dan shift malam 2 orang.
6. Pembagian perawat/shift
Pagi : 47% x 8 orang = 4 orang
Siang :35% x 8 orang = 3 orang
Malam : 17% x 8 orang = 2 orang
Kesimpulan
Jumlah pasien pada tanggal 4 April 2018 adalah 16 orang yaitu perawatan
parsial 14 orang dan minimal 2 orang. Jumlah total perawat yang dibutuhkan
adalah 54 jam 25 menit. Kebutuhan perawat adalah 8 orang dengan
pembagian shift pagi 4 orag, shift siang 3 orang dan shift malam 2 orang.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 3-4 April 2018 didapatkan
hasil rata-rata jumlah perawat yang dibutuhkan adalah 9 orang/hari.
Tabel 2.6 Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Jabatan, Pelatihan yang diikuti dan Lama Kerja Di Ruang
Rawat Inap Arafah RSU ‘Aisyiyah Ponorogo Tahun 2018
4 Dista Ika karyawan DIII Kep Ponorogo, P 3 5 Agustus a. Pelatihan “ In house training PIC
Arista, Amd. tetap 15 2014 pengumpul data indicator rumah sakit”
Kep. terhitung September 2016
mulai 1 1992 b. Training “ in house training public
september relation dsn customer service untuk
2016 frontliner” 2017
golongan IIB c. Pelatihan pemakaian alat ECG 2017
5 Ida Mustiko kayawan DIII Kep Ponorogo, P 3 6 September a. Pelatihan BLS 2015
Wati, Amd. kontrak 5 juni 2014 b. Pelatihan APPAR , evakuasi bencana dan
Kep. (i oktober 1992 sosialisasi K3RS 2015
2014-30 c. Pelatihan konsep dasar PPI dan Hand
september Higiene 2015
2016) d. Pelatihan pemakaian alat ECG 2015
e. Pelatihan penanggulangan penderita
gawat darurat (PPGD)/basic trauma and
cardio vascular life support (BTCVLS)
2013
f. BLS 2013
g. Seminar curren management in children
with bronkopneumonia 2012
h. Seminar tehnik perawatan luka 2012
19
9 Eka Arnias karyawan DIII Kep Ponorogo, P 4 9 Juni 2013 a. Pelatihan BLS 2015
Purworini, kontrak 6 juni b. Pelatiahn APAR, evakuasi bencana dan
21
Interpretasi data:
Berdasarkan tabel 2.6 didapatkan, 13 perawat ruang rawat inap Arafah sudah pernah mengikuti pelatihan-pelatihan baik
didalam maupun diluar rumah sakit. Pelatihan perlu dilakukan untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan demi
meningkatkan mutu pelayanan. Dari data yang didapatkan seluruh perawat tercatat masih berpendidikan diploma III. Untuk kepala
ruang belum ada sertifikat pelatiahn kepala ruang sehingga perlu direkomendasikan untuk melakukan pelatihan sebagai kepala ruang.
24
LOS
c) TOI = Lama
(Turn Overhari perawatan
Internal) x 100%
Jumlah pasien keluar hidup atau mati
Tabel 2.8 Rerata Indikator Efisiensi Ruang Rawat Inap Rawat RSU
‘Aisyiyah Ponorogo pada Bulan Januari – Februari 2018
No Tahun BOR LOS TOI
1. 2018 85,37% 3,54 0,62
3) Analisa Data
1) BOR (Bed Occupancy Rate)
BOR diruang rawat inap Arafah bulan januari – februari 2018
dengan rata-rata 85,37% dengan demikian pemakaian tempat
tidur sudah efisien.
2) LOS (Lenght Of Stay)
Pasien di ruang rawat inap Arafah sebesar 3,54 hari, lama rata-
rata hari perawatan belum sesuai standar (7-10 hari).
3) TOI (Turn Over Internal)
Di ruang rawat inap Arafah rata-rata suatu tempat tidur kosong
sebesar 0,62 hari. Dengan demikian waktu rata-rata tempat
tidur kosong belum sesuai dengan standar nasional yaitu 1-3
hari.
Interpretasi Data:
Sumber dana dan pengaturan keuangan telah sesuai dengan prosedur
yang berlaku di Rumah Sakit. Di RSU ‘Aisyiyah Ponorogo, pengelolaan
keuangan diatur sepenuhnya secara sentral oleh bagian keuangan RSU
‘Aisyiyah Ponorogo.
3. Method (Metode)
1) Kebijakan
a) Kajian Teori
Menurut Stevens (1983), standar mempunyai dua
pengertian yaitu pertama sebagai kriteria keberhasilan dan
kedua sebagai dasar untuk mengukur peristiwa atau perilaku.
Menurut Gillies (1994) dalam Nursalam (2014), standar
sebagai pernyataan diskriptif tentang tingkat penampilan yang
dipakai untuk menilai kualitas struktur, proses, dan hasil.
Menurut Undang-Undang RI. No.23 Tahun 1992 tentang
kesehatan dalam penjelasan pasal 53 ayat 2 mendefinisikan
standar profesi sebagai “pedoman yang harus dipergunakan
sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi secara baik” atau
secara singkat dapat dikatakan standar adalah pedoman agar
pekerjaan dapat berhasil dan bermutu. Berdasarkan alasan
inilah maka adanya standar pelayanan dan asuhan keperawatan
yang identik dengan standar profesi keperawatan, berguna
sebagai kriteria untuk mengukur keberhasilan dan mutu
pelayanan dan asuhan keperawatan.
b) Kajian data
Kebijakan di Ruang rawat inap Arafah RSU ‘Aisyiyah
Ponorogo pada tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 2.12
berikut ini.
Tabel 2.10 Kebijakan di Ruang Rawat Inap Arafah RSU ‘Aisyiyah
Ponorogo Tahun 2018
No Kebijakan
1 Jam kerja perawat:
Shift pagi: jam 07.00 WIB-14.00WIB
Shift siang: jam 14.00WIB-21.00 WIB
Shift malam: 21.00WIB-07.00 WIB
2 Cuti dari kepegawaian tenaga shift 15 hari, tenaga non shift 12 hari
3 Keterlambatan akan mendapatkan teguran lisan
4 Ketentuan seragam:
Setiap bulan pada tanggal 1 dan minggu memakai batik RSUA
Senin-Selasa:Seragam abu-abu
Rabu-Kamis: Seragam Hijau
Jumat-Sabtu: Seragam Biru
27
Interpretasi Data:
Berdasarkan tabel 2.10 dapat diketahui bahwa kebijakan
semua ruang rawat inap termasuk kebijakan di ruang rawat inap
Arafah telah tercantum dalam SK Nomor: RSU.A.165.09.2008.
Ayat 1:
“Tenaga kesehatan memperoleh perlindungan dalam
melaksanakan tugas sesuai profesinya”.
Ayat 2:
“Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya
berkewajiban standar profesi dan pasien”.
Standar Keperawatan menurut Depkes RI meliputi:
(1) Standar Pelayanan Keperawatan (SPK)
(2) Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
Saatini telah dikembangkan persamaan penggunaan
bahasa standar dalam penentuan Kasus Keperawatan
berdasarkan NANDA (North American Nursing
DiagnosisAssociation), penetapan tujuan dengan NOC
(Nursing Outcome Classification) dan rencana intervensi
dengan NIC (Nursing Intervention Clasiffication).
Suatu ruang rawat inap perawatan di sebuah rumah sakit
idealnya mempunyai prosedur tetap (protap)
tindakanyangberlakusecararesmi yang dipahami dan diterapkan
oleh seluruh staf di ruang rawat inap tersebut. Ruang rawat
inap perawatan harus mempunyai prosedur tetap semua
tindakan perawatan dan Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
minimal 10 penyakit terbanyak yang sering muncul di ruang
rawat inap tersebut.
b) Kajian Data
Tabel 2.11 Standar Asuhan Keperawatan (SAK) di Ruang Rawat Inap Arafah
RSU ‘Aisyiyah Ponorogo
No Standar Asuhan Keperawatan Jumlah
1 ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM SALURAN CERNA
Asuhan Keperawatan Hiatal Cerna 1
Asuhan Keperawatan Gastritis 1
Asuhan Keperawatan Gastro Enteritis Dehidrasi 1
Asuhan Keperawatan Apendisitis Akut 1
Asuhan keperawatan Peritonotis 1
Asuhan Keperawatan Cholecystitis 1
Asuhan Keperawatan Hepatitis 1
Asuhan Keperawatan Chirosis Hepatis 1
Asuhan Keperawatan Pankreastitis 1
Asuhan Keperawatan Hemoroid 1
Asuhan Keperawatan Pre dan Post Laparotomy Atas Indikasi Illeus 1
Obsruktif
Asuhan Keperawatan Obstruktif 1
29
Interpretasi Data :
Ruang rawat inap Arafah menggunakan SAK yang telah ditetapkan oleh RSU
‘Aisyiyah Ponorogo sesuai Keputusan Direktur No. RSU.A.161.08.2007 yang terdiri
dari 56 jenis asuhan keperawatan. Tipe SAK di ruang rawat inap Arafah
menggunakan TIM kombinasi. Akan tetapi, ada beberapa jenis penyakit yang belum
memiliki SAK spesifik khususnya untuk 10 besar penyakit yang ada di ruang rawat
inap Arafah seperti CVA, dyspepsia, CKD, HIL.
Tabel 2.12 Standar Prosedur Operasional (SPO) di Ruang Rawat Inap Arafah
RSU ‘Aisyiyah Ponorogo
No Daftar Standar Operating Prosedur
31
Interpretasi Data :
Berdasarkann tabel 2.12 dapat diketahui bahwa dari hasil studi dokumentasi di
Ruang rawat inap Arafah menggunakan acuan Standar Prosedur Operasional (SPO)
Keperawatan yang berisi 70 SPO mengingat ruang rawat inap Arafah adalah ruang
rawat inap rawat inap yang menangani kasus semua penyakit kecuali penyakit anak-
anak, akan tetapi SPO yang digunakan masih secara umum dan penerapannya tidak
spesifik pada kasus-kasus yang ada.
Tabel 2. 13 Standar Peralatan Keperawatan Instalasi Rawat Inap Ruang Arafah RSU
‘Aisyiyah Ponorogo pada tahun 2018
30 TV 1 Panasonic - Baik
1 Sharp
31 Gunting Perban Kecil 2 - - Baik
32 Gunting Perban Besar 1 - - Baik
33 Bak Instrument Besar 5 - - Baik
34 Bak Instrunen Kecil 2 - - Baik
35 Verbandin set
a. Pinset Chirurgic 3 - - Baik
b. Pinset Anatomi 6 - - Baik
c. Klem 1 - - Baik
d. Gunting
6 - - Baik
e. Nal Foder
1 - - Baik
36 CPU 1 SIM-V - Baik
37 Monitor 1 LG - Baik
38 Mouse 1 Mice - Baik
39 Telepon 1 Panasonic - Baik
40 Senter 1 Honaga - Baik
41 Brancart 1 - - Baik
42 Kursi Roda 2 - - Baik
Sumber: Data primer 2018
Interpretasi:
Berdasarkan tabel 2.13 dapat diketahui bahwa di ruang rawat inap Arafah
sudah tersedia dan memenuhi standar dan dalam kondisi baik serta
pengelolaannyapun baik.
D. UNSUR PROSES
1. Proses Manajemen dan Asuhan Keperawatan
a. Penerapan Standar Asuhan Keperawatan
1) Kajian Teori
Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada
suatu tujuan. Proses akhir dari proses keperawatan bisa berupa sebuah
pembebasan dari gejala, risiko, pencegahan komplikasi, argumentasi
pengetahuan atau ketrampilan kesehatan dan kemudahan dari
kebebasan maksimal (Nursalam, 2012). Proses keperawatan
merupakan pemberian asuhan keperawatan yang logis, sistematis,
dinamis dan teratur. Langkah-langkah proses keperawatan dilakukan
secara berurutan meliputi:
a) Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses
keperawatan secara keseluruhan. Asuhan keperawatan
memerlukan data yang
lengkap dan dikumpulkan secara terus-menerus guna
menentukan kebutuhan dan masalah kesehatan atau keperawatan
yang dialami pasien. Tahap pengkajian data terdiri dari 3 kegiatan
yaitu:
36
P = Predikat K = Kriteria
KO = Kondisi
c) Tindakan
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan
yang telah ditentukan, dengan maksud agar kebutuhan pasien
terpenuhi secara optimal. Tindakan keperawatan dapat
dilaksanakan sebagian oleh pasien itu sendiri, oleh perawat secara
mandiri atau mungkin dilakukan secara bekerjasama dengan
anggota tim kesehatan lain.
d) Evaluasi
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta
pengkajian ulang rencana keperawatan. Tujuan evaluasi ini
adalah untuk menilai seberapa jauh staf mampu melaksanakan
perannya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan serta
mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat dan mendukung
dalam pelaksanaan (Nursalam, 2007).
Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi, Kriteria
evaluasi keperawatan meliputi:
(1) Evaluasi hasil menggunakan indikator perubahan fisiologis
dan tingkah laku pasien.
(2) Hasil evaluasi segera dicatat dan ditindaklanjuti.
(3) Evaluasi melibatkan keluarga, pasien dan tim kesehatan lain.
(4) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar (tujuan yang ingin
dicapai dan standar praktik keperawatan.
Ruang rawat inap lingkup standar praktik keperawatan
berdasarkan SK Dirjen Yan Med No.YM.00.03.2.6.7637 sebagai
berikut:
(1) Standar 1 : Falsafah Keperawatan
(2) Standar 2 : Tujuan asuhan keperawatan
(3) Standar 3 : Pengkajian
(4) Standar 4 : Perencanaan
(5) Standar 5 : Pelaksanaan
(6) Standar 6 : Evaluasi
Keberhasilan pencapaian standar ini akan dinilai dengan
instrumen yang baku yaitu instrumen A, B, C.
b. Penerapan Standar asuhan keperawatan dengan Instrumen A
1) Kajian Teori
Penerapan Standart asuhan keperawatan dinilai dari
pelaksanaan instrumen A, B dan C. Instrumen A merupakan evaluasi
terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan yang telah baku.
Evaluasi dilakukan terhadap dokumentasi asuhan pasien yang dirawat
minimal 3 hari. Sedangkan Instrumen B merupakan salah satu
38
Intepretasi Data:
Berdasarkan tabel 2.14 analisa pengkajian yang dilakukan sudah baik yaitu sebesar
100%.
Tabel 2.15 Analisa Kasus Keperawatan di Ruang Rawat Inap Arafah RSU
‘Aisyiyah Ponorogo (n: 21)
Ya Tidak Total
No Aspek yang dinilai
N % N % N %
1 Kasus keperawatan berdasarkan masalah
21 100% 0 0% 21 100%
yang telah dirumuskan
2 Kasus keperawatan mencerminkan PES 21 100% 0 0% 21 100%
39
Intepretasi Data:
Berdasarkan tabel 2.15 dapat diketahui bahwa pembuatan kasus keperawatan di ruang
rawat inap Arafah yaitu dalam kategori baik sebesar 100%.
Intepretasi Data:
Berdasarkan Berdasarkan tabel 2.16 perencanaan asuhan keperawatan di ruang rawat
inap Arafah masuk dalam kriteria baik dengan angka sebesar 100%.
Tabel 2.17 Implementasi Tindakan di Ruang Rawat Inap Arafah RSU ‘Aisyiyah
Ponorogo (n: 21)
keperawatan
3 Revisi tindakan berdasarkan hasil 19 90,5 2 9,5 21 100
evaluasi
4 Semua tindakan yang telah 0 0 21 100 21 100
dilaksanakan dicatat ringkas dan
jelas
Pencapaian rata-rata (%) 72,6 % 34,5% 100%
Sumber: Studi dokumentasi tanggal 02-04 April 2018
Intepretasi data:
Berdasarkan tabel 2.17, tindakan keperawatan yang dilakukan sudah baik yaitu
sebesar 89.9%. Presentase cukup dengan aspek yang dinilai yaitu semua tindakan
yang telah dilaksanakan dicatat ringkas dan jelas. Berdasakan hasil wawancara
dengan perawat dibangsal mengatakan bahwa untuk implementasi dilakukan di
bangsal tetapi tidak dokumentasikan. Perawat sudah melakukan intervensi
dokumentasi langsung pada evaluasi.
Tabel 2.18 Evaluasi Tindakan di Ruang rawat Inap Arafah RSU ‘Aisyiyah
Ponorogo (n: 21)
Ya Tidak Total
No Aspek yang dinilai
N % N % N %
1 Evaluasi mengacu 21 100% 0 0% 21 100%
pada tujuan
2 Hasil evaluasi dicatat 21 100% 0 0% 21 100%
Pencapaian rata-rata (%) 100%
Sumber: Studi dokumentasi tanggal 02-03 April 2018
Intepretasi Data:
Berdasarkan tabel 2.18 dapat diketahui bahwa evaluasi asuhan keperawatan di ruang
rawat inap Arafah sudah baik yaitu sebesar 100%.
a. Planning (perencanaan)
a) Kajian teori
Perencanaan merupakan fungsi dasar manajemen yaitu
suatu tugas prinsip dari semua manajer dalam divisi
keperawatan. Elemen pertama dari manajemen menurut Fayol
adalah perencanaan. Fayol mendefinisikan hal ini sebagai
membuat rencana tindakan untuk memberikan pandangan ke
depan (Swanburg, 2000 dalam Julianto 2014).
Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu
perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan dibuat untuk
menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua
pasien. Menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja,
memutuskan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat
pola struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas
staf serta menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional
untuk mencapai visi dan misi institusi yang telah ditetapkan.
Perencanaan yang disusun mengacu kepada kerangka utama
rencana strategi rumah sakit dengan mempertimbangkan
kekuatan, kelemahan, peluang yang nyata dan ancaman eksternal
yang harus diantisipasi.
Kerangka perencanaan terdiri dari:
(1) Misi, berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimana
langkah-langkah dari profesi keperawatan dalam
melaksanakan visi yang telah ditetapkan.
(2) Filosofi, sesuatu yang bisa menguatkan motivasi.
(3) Tujuan, berikan tujuan yang akan dicapai.
(4) Obyektif, berisi langkah-langkah rinci bagaimana mencapai
tujuan.
(5) Prosedur, berisi pelaksanaan perencanaan.
43
1) Perencanaan Bulanan
44
Tabel 2.20 Penilaian Rencana Bulanan di Ruang rawat Inap Arafah RSU
‘Aisyiyah Ponorogo
Intepretasi Data:
Kepala Ruang sudah membuat rencana bulanan, namun pada rencana bulanan belum
dikerjakan secara konsisten dan belum ada pendokumentasian
b. Organizing (pengorganisasian)
a) Kajian teori
Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen organisasi
yang kedua sesudah perencanaan. Pengorganisasian adalah
pengelompokan aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan
objektif, penugasan suatu kelompok manajer dengan autoritas
pengawasan setiap kelompok dan menentukan cara dari
pengkoordinasian aktivitas yang tepat dengan unit lainnya, baik
secara vertikal maupun horizontal yang bertanggung jawab untuk
mencapai objektif organisasi. Dalam pengorganisasian
menentukan tentang tenaga yang akan melaksanakan
perencanaan, pembagian tugas, wewenang, tanggung jawab dan
mekanisme pertanggung jawaban masing-masing kegiatan.
Menurut Nursalam (2007), fungsi pengorganisasian dari kepala
ruang rawat inap adalah sebagai berikut:
(1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
(2) Merumuskan tujuan metode penugasan.
(3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota secara jelas.
45
5) Menyelenggarakan konferensi
Tanggung jawab anggota tim:
1) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah
tanggung jawabnya
2) Bekerjasama dengan anggota tim dan antartim
3) Memberikan laporan.
Tanggung jawab kepala ruang rawat inap:
1) Perencanaan diantaranya: mengikuti serah terima pasien
pada shif sebelumnya, merencanakan strategi pelaksanaan
keperawatan, menjaga terwujudnya visi dan misi
keperawatan dan rumah sakit.
2) Pengorganisasian diantaranya: merumuskan metode
penugasan yang digunakan, mengatur dan mengendalikan
situasi tempat praktek, mendelegasikan tugas kepada yang
berkompeten.
3) Pengarahan antara lain: memberi pengarahan tentang
penugasan kepada ketua tim, menginformasikan hal-hal
yang dianggap penting dan berhubungan dengan askep
pasien
4) Pengawasan melalui komunikasi dan supervisi.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada kepala ruang rawat inap di ruang
rawat inap Arafah sudah baik dengan hasil 91,6% dan terdapat satu aaspek yang
tidak sesuai karena diruang arofah belum melakukan kegiatan supervisi.
50
Tabel 2.23 Pelaksanaan Tugas Ketua Shift di Ruang Rawat Inap Arafah RSU
‘Aisyiyah Ponorogo (n= 4)
Interpretasi Data:
Berdasarkan tabel 2.23 tentang pelaksanaan tugas ketua shift didapatkan hasil
sebanyak (92,74%) dalam kategori baik. Dan didapatkan hasil yang tidak sesuai
karena ka shift belum melakukan supervisi pada perawat pelaksana.
Tabel 2.24 Pelaksanaan Tugas Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Arafah
RSU ‘Aisyiyah Ponorogo (n=21)
No Variabel yang dinilai SL SR KD TP
1. Melaksanakan operan tugas setiap awal dan akhir jaga 21
dari dan kepada Perawat pelaksana yang ada dalam satu
group
2. Melakukan konfirmasi atau supervisi tentang kondisi 21
pasien segera setelah selesai operan setiap pasien
3. Melakukan do’a bersama setiap awal dan akhir tugas 21
yang dilakukan setelah selesai serah terima operan tugas
jaga
4. Mengikuti pre conference yang dilakukan ketua shift 21
setiap awal tugas
5. Melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang 21
menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam
keperawatan
6. Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti di 10 9 2
rekam keperawatan
7. Melakukan konsultasi tentang masalah pasien/keluarga 2 9 10
kepada ketua shift
8. Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan 10 6 5
kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan
ada bukti di rekam keperawatan
9. Menerima keluhan pasien/keluarga dan berusaha 10 9 2
mengatasinya
51
4) Actuating (Pengarahan)
a) Kajian teori
Pengarahan adalah tindakan manajemen keperawatan yang
bertujuan menyelesaikan sasaran keperawatan atau proses
penerapan rencana manajemen untuk menyelesaikan sasaran
keperawatan. Pengarahan meliputi proses pendelegasian,
pengawasan, koordinasi dan pengendalian, implementasi, rencana
organisasi (Swanburg dalam Nursalam 2012).
Actuating tidak lepas dari kemampuan manajer/pimpinan
untuk bisa mengarahkan stafnya ataupun bawahannya untuk
menjalankan fungsi masing-masing dengan baik. Tiga elemen
52
Tabel 2.25 Pelaksanaan Timbang Terima Tugas Jaga (Operan) di Ruang rawat
Inap Arafah RSU ‘Aisyiyah Ponorogo (n=13)
No VARIABEL YANG DINILAI SL SR KD TP
1 Menyiapkan tempat untuk jalannya serah terima
√
tugas jaga.
2 Serah terima tugas jaga diikuti kepala ruang
√
rawat inap, kepala shift, perawat pelaksana.
3 Didahului dengan do’a bersama. √
4 Operan dilaksanakan setiap pergantian shift. √
5 Prinsip operan, terutama pada semua pasien
baru masuk dan pasien yang dilakukan operan
khususnya pasien yang memiliki permasalahan √
yang belum / dapat teratasi serta yang
membutuhkan observasi lebih lanjut.
6 Menyebutkan identitas pasien, dx medis, dx
keperawatan, tindakan keperawatan yang telah √
dilakukan beserta waktu pelaksanaan.
7 Menginformasikan jenis dan waktu rencana
√
tindakan keperawatan yang belum dilakukan.
8 Menyebutkan perkembangan pasien yang ada
√
selama shift.
9 Kedua kelompok dinas sudah siap. (shift jaga). √
10 Kelompok yang akan bertugas menyiapkan
√
buku catatan/kertas
11 Kepala ruang rawat inap membuka acara
√
operan.
12 Menginformasikan kepada pasien / keluarga
√
nama perawat shift berikutnya pada akhir tugas.
13 Lama operan untuk tiap pasien tidak lebih dari
lima menit kecuali pada kondisi khusus dan √
memerlukan keterangan yang rumit.
14 Adanya catatan khusus untuk kemudian
diserahterimakan kapada petugas berikutnya
√
apabila ada pasien yang memerlukan tindakan
yang lebih intensif.
15 Memberi salam kepada pasien, keluarga, serta
mengobservasi dan menginspeksi keadaan
√
pasien, menanyakan keluhan keluhan pasien
(dalam rangka klarifikasi).
16 Ditutup oleh Kepala ruang rawat inap dan di
√
akhiri dengan doa.
Jumlah 9 4 1 2
Sub Total 36 12 2 2
Total (%) 52 (81%)
53
Interpretasi data:
Berdasarkan tabel 2.25 tentang pelaksanaan serah terima tugas operan jaga
didapatkan hasil sebesar 81% dalam kategori baik. Serta ada beberapa data
yang tidak sesuai karena setiap timbang terima perawat tidak pernah
menginformasikan pada pasaien atau keluarga nama perawat dan tidak
menjelaskan penanggung jawab shift berikutnya.
b) Pre Conference
Tujuan dari pre conference :
- Mengenali masalah pasien
- Membuat rencana asuhan keperawatan
- Membagi tugas ketua Tim
- Tugas Perawat Pelaksana pada pre conference
- Menyiapkan ruang rawat inap
- Menyiapkan rekam medis yang menjadi tanggung jawabnya
- Menjelaskan tujuan dilakukan pre conference
- Memandu pelaksanaan pre conference
- Menjelaskan dan mengidentifikasi masalah keperawatan
pasien, membuat rencana keperawatan
- Membagi tugas ketua tim sesuai kemampuan yang dimiliki
dengan memperhatikan keseimbangan beban kerja
- Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan
keperawatan
Interpretasi Data :
Berdasarkan tabel 2.26 mengenai pelaksanaan pre conference secara
observasi pada perawat yang berjaga di shift pagi dan siang didapatkan
beberapa tahap kegiatan pre conference yang dilaksanakan sesuai tahapan.
Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan proses timbang terima, hal ini
membuat beberapa perawat sulit membedakan proses timbang terima dengan
pelaksanaan pre conference sehingga pelaksanaan pre conference terasa
kurang maksimal.
Post Conference
Tujuan:
(1) Mengetahui perkembangan pasien
(2) Mengetahui pencapaian tujuan asuhan keperawatan
(3) Mengetahui kendala yang dihadapi selama pemberian asuhan
keperawatan
(4) Mengetahui kejadian-kejadian lain yang ditemukan
Tabel 2.27 Pelaksanaan Post Conference di Ruang Rawat Inap Arafah RSU
‘Aisyiyah Ponorogo
mengatasi masalah
6. Ada evaluasi masalah setelah 1 Evaluasi setelah tugas selesai seperti
selesai tugas dilaksanakan berdiskusi hasil dari pendelegasian
Jumlah 6
Persentaase 100%
Sumber : hasil observasi 02-04 April 2018
Intepretasi Data:
Berdasarkan tabel 2.28 tentang pelaksanaan pendelegasian di ruang rawat inap
Arafah sudah baik dengan persentasi 100%, hal ini perlu dipertahankan.
Tabel 2.30 Pelaksanaan Supervisi di Ruang Rawat Inap Arafah RSU’A Ponorogo
No. Aspek yang Dinilai SLL SR KD TP
1. Supervise disusun secara terjadwal √
2. Semua staf mengetahui jadwal supervise √
3. Materi supervise dipahami oleh supervisor √
maupun staff
4. Supervisor mengorientasikan materi supervise √
kepada staf yang disupervisikan
5. Supervisor mengkaji kinerja staf sesuai √
dengan materi supervise
6. Supervisor mengidentifikasi pencapaian staf √
dan memberikan reinforcement
7. Supervise mengidentifikasi aspek kinerja yang √
perlu ditingkatkan oleh staf
8. Supervisor memberikan solusi dan role model √
bagaimana meningkatkan kinerja perawat
9. Supervisor menjelaskan tindak lanjut √
supervise yang telah dilakukan
57
E. Unsur Output
1. Hasil Evaluasi Mutu Asuhan Keperawatan
Persentase dari masing-masing instrumen akan menentukan tingkat
mutu Asuhan Keperawatan yang dilakukan. Rentang nilai untuk instrumen
ABC adalah:
a. 76-100% adalah baik
b. 56-75% adalah cukup
c. 40<55 adalah kurang
1) Hasil evaluasi penerapan SAK dengan standart instrumen A
Instrumen A merupakan instrumen yang digunakan untuk menilai
pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan. studi dokumentasi 6
pasien di ruang rawat inap Arafah dengan kriteria pasien lama perawatan
minimal tiga hari, data yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 2.31 Nilai Rata-Rata Instrumen A di Ruang Rawat Inap Arafah RSU
‘Aisyiyah Ponorogo (n=21)
No Aspek yang Dinilai Hasil Keterangan
(%)
1 Pengkajian 100 Pengkajian sudah baik
2 Kasus 100 Penulisan kasus sudah baik
3 Perencanaan 98.7 Perencanaan sudah baik akan tetapi
Rumusan tujuan belum mengandung
komponen pasien/subyek,perubahan
perilaku, kondisi pasien, dan atau criteria
4 Implementasi 72,6 Penulisan implementasi Sudah baik akan
tetapi terdapat tindakan yang telah
dilaksanakan dicatat ringkas dan jelas
5 Evaluasi 100 Penulisan evaluasi sudah baik
6 Catatan asuhan 100 Penulisan catatan asuhan keperawatan sudah
keperwatan baik
Rata-rata (%) 95,2%
Sumber: Studi dokumentasi data tanggal 02-04 April 2018
58
Interpretasi Data
Berdasarkan hasil studi dokumentasi terhadap 21 dokumen asuhan keperawatan
pasien maka nilai mutu asuhan keperawatan dari instrumen sebanyak 95,2% yang
berarti dalam kategori baik.
2) Hasil Evaluasi Penerapan SAK dengan standart instrumen B
Instrumen B merupakan instrumen untuk menilai persepsi pasien
dan keluarga terhadap mutu asuhan keperawatan yang telah diberikan.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan kuisioner kepada
10 pasien atau keluarga pasien di ruang rawat inap Arafah yang telah
dirawat selama 3 hari dan pasien dalam persiapan pulang.
Interpretasi Data
Berdasarkan kuisioner di dapatkan hasil 71,3% yang berarti bahwa pasien merasa
puas dengan pelayanan yang telah diberikan di ruang rawat inap Arafah. Namun
28,7% pasien merasa belum puas dengan pelayanan yang ada di ruang rawat inap
Arafah.
Jenis
No. Aspek Yang Dinilai Observasi Ket.
Kegiatan
2 Memberikan Persiapan
obat melalui Mempersiapkan alat
suntikan 1. Bak injeksi √
Intravena 2. Spuit disposable dan needle sesuai √
kebutuhan
3. Kapas alkohol √
4. Kikir ampul dan cairan pelarut atau √
aquabides jika diperlukan
5. Safety Box √
6. Pengalas √
7. Obat yang akan diberikan √
8. APD(handscoon dan masker) sesuai √
kebutuhan
Pelaksanaan
1. Lakukan hand hygiene √
2. Gunakan APD (handscoon dan √
masker)
3. Ucapkan salam dan perkenalkan diri √
perawat
4. Lakukan identifikasi pasien √
5. Berikan penjelasan tentang prosedur √
dan tujuan tindakan
6. Pastikan persetujuan pasien √
7. Dekatkan alat ke pasien √
8. Atur posisi berbaring sesuai kondisi √
pasien
9. Jaga privasi pasien √
10. Baca basmalah √
11. Tentukan daerah yang akan disuntik √
4) Analisa Data
Hasil observasi tindakan di ruang rawat inap Arafah terhadap 2 tindakan
keperawatan yang dilakukan menunjukan nilai rata-rata 100%. Hal ini
menunjukan bahwa tindakan keperawatan yang dilakukan diruang rawat
inap Arafah dikategorikan sudah mengacu pada SOP yang sudah
ditetapkan.
5) Penilaian Mutu Asuhan Keperawatan Instrumen ABC
Pada penilaian mutu Asuhan Keperawatan, dapat diperoleh dengan
wawancara, observasi, kuisioner, dokumentasi asuhan keperawatan dan
tindakan pelayanan keperawatan yang dilakukan. Nilai mutu asuhan
keperawatan dari keseluruhan instrumen adalah:
Tabel 2.34 Hasil Evaluasi Total Instrumen ABC di Ruang Rawat Inap Arafah
RSU ‘Aisyiyah Ponorogo
Ruang rawat
Nilai Instrumen (%) Rata-rata (%)
inap
A B C
Arafah 98,1 71,3 100 89,8%
Sumber : rekapitulasi instrumen ABC di Ruang rawat inap Arafah tanggal 14-15
November 2017
Interpretasi Data:
Berdasarkan tabel 2.34 tentang hasil evaluasi total instrumen ABC didapatkan
hasil persentase 89,8 %. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan keperawatan yang
dilakukan di ruang rawat inap Arafah dikategorikan baik dan sudah mengacu pada
SOP yang sudah ditentukan oleh Rumah Sakit RSU ‘Aisyiyah Ponorogo.
b. Kajian Data
Standar pelayanan keperawatan RSU ‘Aisyiyah mrnggunakan Standar
Akreditasi KARS Indonesia versi 2012 meliputi 1 kelompok standar
pelayanan berfokus pada pasien ada 7 Bab, II kelompok standar
Manajemen Rumah sakit pada pasien 6 Bab, III sasaran keselametan
pasien rumah sakit, IV sasaran Melenium Development Goals. RSU
Aisyayah Ponorogo menggunakan akreditasi KARS Indonesia dengan
versi 2012 dan mengacu pada system akreditasi JCI agar mencapai target
menjadi sebuah Rumah Sakit tingkat Madya nantinya.
Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine Life Saving
Patient Safety Solutions dari World Health Organization (WHO) dalam
Sutanto (2014) Patient Safety (2007) yang digunakan juga oleh Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI (KKPRS, PERSI), dan dari Joint
Commission International (JCI). Maksud dari Sasaran Keselamatan
Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien.
Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan
kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti
dan keahlian atas permasalahan ini. Diakui bahwa desain sistem yang baik
secara intrinsik adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang aman
dan bermutu tinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum difokuskan
pada solusi-solusi yang menyeluruh.
Interpretasi Hasil:
Berdasarkan tabel 2.35 diatas didapatkan data jawaban Ya sebanyak 70,3% dan
tidak sebanyak 29,7%. Sampel yang diambil tidak semua mengetahui tentang
manfaat dan kerugian dari pemakaian gelang yang terpasang pada pasien.
Tabel 2.36 Pelaksanaan Komunikasi Efektif di Ruang Rawat Inap Arafah RSU
‘Aisyiyah Ponorogo (n=4)
No Komponen SL SR KD TP
1 Perawat datang tepat waktu 2 2 0 0
2 Serah terima tugas jaga diikuti oleh kepala ruang, 4 0 0 0
ketua shift, perawat pelaksana
3 Didahului dengan doa bersama 4 0 0 0
66
Interpretasi Hasil:
Berdasarkan tabel 2.38 tentang pelaksanaan komunikasi efektif didapatkan
persentase hasil 86,5% dalam kategori baik.
Tabel 2.37 Format Pengukuran Penggunaan Obat High Allert di Ruang Rawat
Inap Arafah RSU ‘Aisyiyah Ponorogo (n=4)
Ya Tidak
No Pertanyaan
N % N %
1 Perawat melakukan double crosscheck sebelum 4 100% 0 0%
pemberian obat high allert
2 Perawat menjelaskan tujuan pemberian tujuan 4 100% 0 0%
obat high allert kepada keluarga dan pasien
3 Perawat melakukan prosedur pemberian obat 4 100% 0 0%
high allert dengan prinsip 7B
4 Penyimpanan obat high allert sudah memenuhi 4 100% 0 0%
ketentuan
Jumlah 16 100% 0 0%
Sumber: hasil pengkajian tanggal 2-4 April 2018
Interpretasi Hasil:
Berdasarkan tabel 2.37 diatas tentang penggunaan Obat High allert didapatkan data
jawaban Ya sebanyak 100%.
67
Tabel 2.38 Format Ketepatan 7 Benar Obat di Ruang Rawat Inap Arafah RSU
‘Aisyiyah Ponorogo (n=4)
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Prinsip 7 benar pemberian obat penting diterapkan untuk 4 0
menghindari kesalahan pemberian obat
2 Mengecek identitas pasien (gelang identitas atau papan nama 4 0
pasien) akan menambah beban kerja perawat
3 Pendokumentasian dilakukan segera setelah obat diberikan 2 2
4 Sebelum memberikan obat, label obat dicek sebanyak 3 kali 0 4
5 Perawat memberikan informasi mengenai tujuan pemberian obat 2 2
(nama obat, manfaat obat, rute/cara pemberian, efek samping)
Jumlah 12 8
Persentase 60% 40%
Sumber: hasil pengkajian tanggal 2-4 April 2018
Interpretasi Hasil:
Berdasarkan tabel 2.38 tentang pengkuruan 7 benar obat didapatkan data
jawaban Ya sebanyak 60% dan tidak sebanyak 40% dalam kategori baik.
Interpretasi Hasil:
Berdasarkan tabel 2.39 diatas didapatkan data jawaban Ya sebanyak
84,6% dan tidak sebanyak 15,4%. Dari data tersebut maka dapat disimpulkan
pencegahan infeksi di ruang rawat inap Arafah baik. Selama observasi dari
3hari didapatkan data bahwa selang ifus dan abocat tidak pernah diganti
68
selama 3hari dikarenakan pasien tidak mau karena sakit, dari biaya juga
kurang efisien.
Tabel 2.40 Format Pengukuran Pencegahan Pasien Jatuh di Ruang Rawat Inap
Arafah RSU ‘Aisyiyah Ponorogo (n=4)
Ya Tidak
No Pertanyaan
N % N %
1 Perawat melakukan assesment risiko jatuh 4 100% 0 0%
2 Perawat melakukan upaya pencegahan risiko
jatuh :
a. Memasang gelang risiko jatuh pada pasien 4 0% 0 0%
b. Memasang papan risiko jatuh 0 0% 4 100%
c. Memasang pengaman tempat tidur 4 100% 0 0%
3 Perawat memberikan informasi dan edukasi 4 100% 0 0%
pencegahan risiko jatuh pada pasien dan
keluarga
Jumlah 16 80% 4 20%
Sumber: Observasi wawancara tanggal 2-4 April 2018
Interpretasi Hasil:
Berdasarkan tabel 2.40 diatas didapatkan data jawaban Ya sebanyak
80% dan tidak sebanyak 20%. Saat dilakukan observasi dan wawancara
tidak ada pasien yang memakai gelang risiko jatuh, tidak ada pemasang
papan risiko jatuh. Pemasangan gelang dan papa risiko jatuh hanya
dipasangkan pada pasien dengan risiko jatuh tinggi.
69
F. ANALISIS SWOT
Tabel 2.41 Analisa SWOT di Ruang rawat inap Arafah RSU ‘Aisyiyah Ponorogo
1 Man / - Berdasarkan wawancara dan hasil - Berdasarkan hasil - Adanya mahasiswa S1 - Adanya tuntutan
manusia observasi tanggal 03 April 2018 observasi dan keperawatan yang praktik dari masyarakat
didapatkan bahwa tenaga wawancara terhadap dibagian stase manajemen untuk mendapatkan
keperawatan dibangsal Arafah jalannya operan keperawatan pelayanan yang
merupakan tenaga kesehatan dalam didapatkan beberapa - Terbukanya peluang lebih professional
usia produktif dan sebagian perawat bagian yang perlu kesempatan untuk dan bermutu
mau memberikan bimbingan kepada diperbaiki yaitu melanjutkan pendidikan - Adanya Rumah
mahasiswa praktik, dari hasil keterlambatan perawat pada jenjang yang lebih Sakit lain sebagai
observasi tindakan keperawatan saat operan, tinggi . kompetitor dalam
yang dilakukan kepada pasien sikap berkeliling ke pasien memberikan
perawat ramah dan menggunakan setelah operan belum pelayanan yang
nilai spiritual dalam pemberian tertib serta tidak ada prima dan membuat
asuhan keperawatan sebagai contoh komunikasi saat konsumen memilih
perawat selalu membaca doa berkeliling dikamar pelayanan kesehatan
sebelum dan sesudah melakukan pasien. tersebut
operan shift, perawat selalu - Saat opera jaga
mengucapkan salam serta mengucap perawat tidak
basmallah saat pemberian obat dan menjelaskan kepada
tindakan pada pasien. pasien dan keluarga
- Tenaga perawat memiliki latar penanggung jawab
belakang pendidikan yang sama : pasien selanjutnya.
Perawat yang memiliki pendidikan
D3 keperawatan ada 13 namun ada
70
3 Method - Ruang Arafah sudah memiliki SOP - Berdasarkan hasil - Adanya mahasiswa Akreditasi
(SAK dan yang sudah dibuat oleh RSU observasi dan wawancara keperawatan yang sedang merupakan hal yang
SOP) ‘Aisyiyah Ponorogo terhadap jalannya operan menempuh stase penting untuk
- Terdapat format dokumentasi asuhan didapatkan beberapa menejemen keperawatan pengembangan mutu
keperawatan bagian yang perlu menjadi supervisi bagi Rumah Sakit
- RSU ‘Aisyiyah sudah terakreditasi diperbaiki yaitu tindakan diantaranya
Paripurna 2 keterlambatan perawat - Untuk penyegaran tentang mencakup fasilitas
- Perhatian terhadap patient safety dan saat operan, berkeliling ke materi yang ada yang harus terpenuhi
pencegahan infeksi sudah ada pasien setelah operan yaitu SAK dan SOP
sosialisasi belum tertib serta pasien disetiap ruangan.
hanya didiamkan tanpa Dalam hal tersebut
ditanya. pendokumentasian
- Di bangsal Arafah sudah yang lengkap dan
menerapkan SOP dan terinci adalah sangat
SAK tetapi saat pengisian penting
dokumentasi belum
lengkap khusunya
dibagian implementasi
seperti pada bagian
implementasi pengisian
tindakan evaluasi belum di
isi dengan lengkap.
4 Material - Tersedia sarana prasarana untuk - Kenyamanan dari nurse - RSU ‘Aisyiyah Ponorogo - Fasilitas yang ada
(fasilitas) melaksanakan proses keperawatan station kurang luas, menyediakan dana khusus dapat menentukan
dan yang sudah ada dalam SOP. penempatan file belum (RAP) untuk menambah mutu pelayanan
Machine - Tempat pembuangan sampah sudah tertata rapi, belum ada fasilitas dan peralatan kesehatan di
(pelayanan dipisahkan berdasarkan sampah papan struktur organisasi, dengan tekhnologi yang ruangan
dan asuhan) medis nonmedis dan sampah benda belum ada papan tata terbaru. - Tersedianya
tajam. - Tersedianya teknologi peralatan yang
72
- Alat keperawatan yang digunakan tertib untuk perawat, yang berbasis IT dapat lebih canggih dan
baik dan layak pakai sesuai standar - belum ada papan nama meningkatkan mutu lengkap di rumah
namun ada beberapa alat medis pasien, sudah ad arak pelayanan di RSU sakit pesaing.
yang belum dikalibrasi ulang. sepatu tetapi tidak ‘Aisyiyah Ponorogo.
- Alat yang sudah dipakai di dipergunakan dengan - Tersedianya peralatan
sterilisasi. sesuai. untuk memnuhi standar
- Sebagian besar di ruang Arafah - Untuk pembagian tempat yang dapat menambah
Ruang Arafah memiliki tempat pembuangan sampah ketepatan diagnosa dan
pembuangan sampah sudah antara plabot, alcohol menambah pasien Arafah
dipisahkan berdasarkan sampah swab bekas, spuit bekas, untuk menggunakan jasa
medis dan non medis handscoon bekas, masker pelayanan.
- Rumah sakit ini sudah memiliki bekas dan vial.
fasilitas ESWL dan CT-SCAN.
G. Analisis Data
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan di ruang Arafah didapatkan beberapa
masalah yang dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :
73
74
H. SKORING MASALAH
Prioritas Masalah
T R I Ʃ Priority
No Masalah Importensi
P S RI PC DU PE
1. Ronde 3 3 2 3 3 4 3 3 3 27 2
Keperawatan
2. MAKP 3 3 3 2 2 3 3 3 3 25 3
Pre dan post
conference
3. Operan jaga 2 3 2 2 2 3 3 3 2 22 5
4. SKP 1 dan 5 3 4 3 2 2 3 3 4 4 28 1
5. Supervisi 3 3 3 2 2 2 3 3 3 24 4
Keterangan :
Importancy (I) : pentingnya masalah
Prevalency (P) : masalah lebih banyak ditemukan
Severity (S) : akibat yang ditimbulkan lebih serius
Rate of Increase (RI) : kenaikan jumlah masalah lebih cepat
Publict concert (PC) : keprihatinan masyarakat
Degree of Ummeetneeds (DU) : tingkat keinginan yang tidak 3terpenuhi
untuk selesainya masalah
Political Elimate (PE) : iklim politik mendukung
Technology (T) : tekhnologi yang tersedia
Resource (R) : sumber daya (manusia, dana, alat)
Rentang penilaian mulai dari 1 sampai 5
1: Sangat tidak penting
2: Tidak penting
3: Penting
4: Sangat penting
5: Paling penting
75
H. PRIORITAS MASALAH
1. SKP 1 Dan SKP 5
2. Ronde Keperawatan
3. MAKP pre dan post conference
4. Supervisi
5. Operan Jaga
BAB III
PLANNING OF ACTION
Tabel 3.1 Planning Of Action (Poa) Praktik Manajemen Di Ruang Rawat Inap Arafah Rsu ‘Aisyiyah Ponorogo
76
77
consent dengan
keluarga
6. Mengkonsultasikan
denga preceptor,
karu, dan ka shift
7. Melakukan ronde
keperawatan
8. Evaluasi pelaksanaan
ronde keperawatan
3 MAKP Role Play 1. Mencari literature Ka shift, 100% 09-17 April Ka shift, Haidar
Belum Pre-post 2. Melakukan perawat 2018 perawat
Optimal conference koordinasi dengan pelaksana pelaksana,
kabid keperawatan, mahasiswa
karu dan katim
3. Diskusi dengan
pembimbing dan
kelompok
4. Melakukan sosialisasi
tentang pre dan post
conference
5. Pendampingan dan
pelaksaan pre dan
post conference
6. Mengevaluasi
pelaksaan pre dan
post conference
4 Supervisi Pembuatan 1. Mencari literature Perawat 100% 09-17 April Pembimbin Rizki dan
draft 2. Menyusun proposal 2018 g, Kabid, Rahma
78
79
80
I.
81