PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan
merupakan suatu fenomena yang direspons oleh perawat. Respons yang
muncul antara lain dengan banyak belajar mengenai konsep pengelolaan
keperawatan dan langkahlangkah konkret dalam pelaksanaannya secara
kondusif. Langkah-langkah konkret dapat berupa penataan sistem model
asuhan keperawatan profesional (MAKP), mulai dari ketenagaan/pasien,
penetapan sistem MAKP, sampai dengan perbaikan dokumentasi
keperawatan dengan menerapkan prinsip SME (sesuai standar, mudah
dilaksanakan, serta efisien dan efektif) ( Nursalam, 2014)
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif
dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup
kegiatan planning, organizing, actuating, controlling (POAC) terhadap staf,
sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant dan Massey,
1999). Manajemen juga diartikan sebagai suatu organisasi bisnis yang
difokuskan pada produksi dan banyak hal lain untuk menghasilkan suatu
keuntungan (Nursalam, 2011).
Manajemen keperawatan harus diaplikasikan dalam tatanan pelayanan
keperawatan nyata yaitu Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami
konsep dan aplikasinya. Konsep yang harus dikuasai adalah konsep
manajemen keperawatan, perencanaan yang berupa strategi melalui
pengumpulan data, analisa SWOT dan penyusunan langkah-langkah
perencanaan, pelaksanaan model keperawatan profesional dan melakukan
pengawasan serta pengendalian (Santosa, 2003).
Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan
kesehatan menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan
kesehatan di mata masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan
kelompok profesi dengan jumlah terbanyak, paling depan, dan terdekat
dengan penderitaan, kesakitan, serta kesengsaraan yang dialami pasien dan
1
keluarganya. Salah satu indikator dari mutu pelayanan keperawatan itu adalah
apakah pelayanan keperawatan yang diberikan itu memuaskan pasien atau
tidak. Kepuasan merupakan perbandingan antara kualitas jasa pelayanan yang
didapat dengan keinginan, kebutuhan, dan harapan (Tjiptono, 2001).
Pasien sebagai pengguna jasa pelayanan keperawatan menuntut
pelayanan keperawatan yang sesuai dengan haknya, yakni pelayanan
keperawatan yang bermutu dan paripurna. Pasien akan mengeluh bila
perilaku caring yang dirasakan tidak memberikan nilai kepuasan bagi dirinya
(Nursalam, 2011).
Berdasarkan uraian diatas, mahasiswa sebagai salah satu agent of
change, yang merupakan salah satu bagian dari pendidikan keperawatan yang
memiliki andil dalam peningkatan mutu layanan keperawatan memiliki tugas
untuk memiliki nilai-nilai manajerial yang baik. Mahasiswa program
pendidikan profesi ners kelompok 4 STIKES Harapan Bangsa Purwekerto
perlu melakukan pengkajian ulang terhadap manajemen keperawatan diruang
Nuri RSUD Dr. M. Ashari Pemalang, untuk mengetahui apakah menejerial
diruang Nuri RSUD Dr. M. Ashari Pemalang mampu mengimplementasikan
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP).
Strategi yang dapat di laksanakan oleh mahasiswa Program Profesi
Ners STIKES Harbang Purwokerto stase manajemen keperawatan yaitu
dengan mengaplikasikan secara langsung pengetahuan manajerial di Ruang
Nuri RSUD Dr. M. Ashari dengan arahan dari pembimbing lapangan maupun
dari pembimbing akademik yang intensif. Pelaksanaan praktik tersebut
memberikan masukan yang positif sehingga mahasiswa mampu menerapkan
ilmu yang didapat dan mengelola ruang perawatan dengan pendekatan proses
manajemen. Adanya praktik ini diharapkan mahasiswa mampu mengelola
suatu ruang perawatan dengan pendekatan proses manajemen.
Salah satu bentuk penataan sistem pemberian pelayanan keperawatan
adalah melalui pengembangan model praktik keperawatan yang ilmiah dan
biasa disebut Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP). Model ini
sangat menekankan pada kualitas kinerja tenaga keperawatan yang berfokus
pada profesionalisme keperawatan, antara lain melalui penetapan dan fungsi
2
setiap jenjang tenaga keperawatan, sistem pengambilan keputusan, sistem
penugasan, dan sistem penghargaan yang memadai.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan praktik manajemen keperawatan selama 3 minggu di
Ruang Nuri RSUD Dr. M. Ashari diharapkan mahasiswa mampu
melakukan pengorganisasian dalam mengelola asuhan keperawatan dan
memberikan bimbingan praktik klinik keperawatan di ruang rawat inap
dengan menggunakan keterampilan manajemen dan strategi
kepemimpinan sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan
profesional yang berkualitas.
1. Tujuan khusus
Setelah melaksanakan praktik manajemen keperawatan di Ruang
Nuri RSUD Dr. M. Ashari mahasiswa mampu:
a. Melaksanakan praktik manajemen keperawatan kenanga yang meliputi
pelayanan dan asuhan serta bimbingan praktik klinik keperawatan.
1) Mengidentifikasi, menganalisa, serta menetapkan masalah dan
prioritas masalah.
2) Merencanakan kegiatan berdasarkan prioritas masalah yang
telah dianalisa.
3) Mengorganisasikan kegiatan berdasarkan perencanaan yang
telah ditetapkan.
4) Melakukan pengarahan dalam upaya pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan.
5) Melakukan role play ronde dan kegiatan yang dapat
meningkatkan mutu pelayanan di ruang nuri (MPKP, kepuasan
pasien, dan patient safety)
6) Melakukan pengawasan, pengendalian, dan penilaian dalam
upaya pencapaian hasil yang optimal
7) Memberikan alternatif dan saran sebagai upaya tindak lanjut
untuk perbaikan ruang nuri.
3
b. Melaksanakan kepemimpinan keperawatan di ruang Nuri RSUD Dr. M.
Ashari untuk terselenggaranya pelayanan dan asuhan serta bimbingan
praktik klinik keperawatan profesional.
1) Ketua tim dapat melakukan peran dan tugasnya agar MPKP
yang diterapkan dalam ruangan dapat berjalan optimal.
2) Melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan MPKP, kepuasan
pasien, dan patient safety di ruang Nuri.
a) Melakukan identifikasi dan menganalisa pengetahuan
perawat tentang MPKP, kepuasan pasien, dan patient safety.
b) Melakukan pengkajian MPKP, kepuasan pasien, dan patient
safety di ruang Nuri RSUD Dr. M. Ashari.
c) Menjadi change agent dalam pelaksanaan MPKP dan
patient safety di ruang Nuri RSUD Dr. M. Ashari.
d) Melakukan evaluasi mengenai intervensi MPKP dan patient
safety yang diberikan.
3) Pendokumentasian asuhan keperawatan sesuai dengan SAK
yang berlaku di rumah sakit.
4
Wawancara dilakukan kepada kepala ruang, perawat primer, dan
perawat pelaksana untuk memperoleh gambaran secara umum proses
pelaksanaan operasional ruangan, serta wawancara kepada pasien dan
keluarga untuk mengumpulkan data tentang proses pelayanan
keperawatan.
3. Studi dokumentasi
Kegiatan ini dilakukan untuk pengumpulan data mengenai
karakteristik pasien, ketenagaan, dokumentasi proses keperawatan,
manajeman ruangan, prosedur tetap ruangan dan inventaris ruangan.
4. Angket
Digunakan untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap asuhan
keperawatan, penerapan standar asuhan keperawatan, pelaksanaan
Metode Asuhan Keperawatan Professional (MPKP) dan mengetahui
seberapa jauh perawat paham terhadap kinerja sebagai perawat, struktur
organisasi dan job description
5. Kuesioner
Menurut Suharsimi Arikunto, Kuesioner adalah daftar pertanyaan
yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon sesuai
dengan permintaan pengguna.
Menurut Nazir, kuesioner atau daftar pertanyaan adalah sebuat set
pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian, dan
tiap pertanyaan merupakan jawaban-jawaban yang mempunyai makna
dalam menguji hipotesis. Daftar pertanyaan tersebut dibuat cukup
terperinci dan lengkap.
Dengan demikian angket/kuesioner adalah daftar pertanyaan yang
disiapkan oleh peneliti dimana tiap pertanyaannya berkaitan dengan
masalah penelitian. Angket tersebut pada akhirnya diberikan kepada
responden untuk dimintakan jawaban.
5
E. Praktikan
Mahasiswa praktik stase manajemen di ruang Nuri RSUD Dr. M. Ashari
adalah mahasiswa profesi ners Harbang Purwokerto dari kelompok 4. Nama
anggota kelompok sebagai berikut:
1. Mahmudah, S. Kep
2. Margi Yuliasari, S. Kep
3. Nurbarkah, S. Kep
4. Nurhajijah, S. Kep
5. Puji Pratiwi, S. Kep
6. Retno, S. Kep
7. Safuroh, S. Kep
8. Sisilia Sri Rochmi, S. Kep
9. Tutur, S. Kep
10. Triana Sandawati, S. Kep
11. Tri Widayanti, S. Kep
6
BAB II
KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN RUANG NURI
7
b. Tujuan
1) Membuat semua pasien dan keluarga merasa nyaman.
2) Menjadi tempat pelatihan tenaga medis/paramedis,tempat
penelitian kedokteran dan kesehatan masyarakat
c. Motto
Kesembuhan dan kepuasan pasien adalah kebanggaan kami.
Ruang Nuri memiliki kapasitas 42 tempat tidur dengan 7 kamar
setiap kamar 6 tempat tidur.
Setiap kamar di Ruang Nuri hanya memiliki 1 pintu untuk akses
masuk dan keluar. Sirkulasi udara dan pencahayaan di setiap kamar
mencukupi. Pintu yang terdapat dalam kamar selalu terbuka sehingga
pengunjung dapat bebas keluar masuk kamar pasien tanpa sepengetahuan
perawat, bahkan anak usia dibawah usia 10 tahun pun sering masuk
kedalam ruang perawatan pasien.
Letak Ruang Nuri berbatasan dengan:
a. Sebelah utara : Ruang Garuda
b. Sebelah timur : Ruang Jalak
c. Sebelah selatan : Halaman
d. Sebelah barat : Persawahan
8
Km. Mandi Km. Mandi R. Prosedur A C E G
Km ganti
Dapur
Pantri
Nurse station
Gudang Gudang
R. Karu R. Obat
9
Ruang Nuri dipimpin oleh 1 orang kepala ruang dan 1 orang wakil
kepala ruang. Ruang Nuri memiliki 7 perawat pelaksana PNS, 6 perawtan
pelaksana BLUD, 4 Bidan pelaksana BLUD, 1 petugas administrasi dan 1
petugas kebersihan . Secara garis besar, struktur organisasi Ruang Nuri
RSUD Dr. M. Ashari dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Direktur
dr. H. Sholahudin
Kabid Pelayanan
dr. Zaenuri
Kasie Keperawatan
Kasie Yanmed Ka Irna
............................
Ka Ruang
Siti Saroh, S.Kep
Wakaru
Tri Kus Endang, S.Kep
Perawat pelaksanan
10
2. Input
a. Man
1) Kajian teori
a) Ketenagaan
Keberhasilan suatu organisasi rumah sakit sangat
tergantung pada kemampuan manajemen dalam menyerasikan
unsur-unsur karyawan atau tenaga perawat dengan sistem, struktur
organisasi, teknologi, tugas, budaya kerja, dan lingkunganya. Hal
ini telah disadari bahwa SDM sering kali menjadi penyebab
kegagalan suatu organisasi. Oleh karena itu penetapan SDM di
rumah sakit dalam hal ini tenaga perawat perlu diperhatikan.
Penetapan jumlah tenaga keperawatan adalah proses membuat
perencanaan untuk menentukan berapa banyak jumlah perawat
yang bekerja di setiap ruangan. Untuk keperluan itu beberapa ahli
telah mengembangkan beberapa formula untuk menilai dan
membandingkan kebutuhan perawat sesuai beban kerja dan
kebutuhan ruangan.
b) Perhitungan tenaga perawat
Efisiensi pelayananan meliputi 4 (empat) indikator mutu
pelayanan kesehatan yaitu BOR, LOS, TOI dan BTO.
(1) BOR (Bed Occupancy Rate) menunjukkan tinggi rendahnya
pemanfaatan tempat tidur yang tersedia di rumah sakit dalam
jangka waktu tertentu, bila nilai ini mendekati 100% berarti
ideal. Standar nasional untuk dalam tahun adalah: 75 -85 %.
(2) LOS (Length of Stay) menunjukkana rata –rata lamanya
perawatan setiapa pasien, lama waktu rawat yang baik
maksimun 12 hari, standar Nasional untuk rumah sakit dalam
satu tahun adalah 7 – 10 hari.
(3) TOI (Turn Over Interval) menunjukan waktu rata – rata suatu
tempat tidur kosong atau waktu antara satu tempat tidur
ditinggalkan oleh pasien sampai dengan diisi lagi. Standar 1 –
3 hari untuk rumah sakit dalam satu tahun.
11
(4) BTO (Bed Turn Over) menunjukan frekuensi pemakaian
tempat tidur rumah sakit dalam satu satuan waktu tertentu. Jadi
BTO memberikan gambaran tentang tingkat pemakaian tempat
tidur rumah sakit. Standar 4 – 5 kali untuk rumah sakit dalam
satu bulan, sedangkan yang baik lebih dari 4 kal (Djojodibroto,
1997).
Rumus perhitungan jumlah tenaga keperawatan:
a) Peraturan Men. Kes. RI No 262/Men.Kes/Per/VII/1979
Perbandingan jumlah tempat tidur: jumlah perawat
Rumah Sakit Tipe A – B = Jumlah perawat: Jumlah
Tempat Tidur = 3 – 4 = 2
Rumah Sakit Tipe C = Jumlah perawat: Jumlah tempat
Tidur = 1 : 1
b) Menurut Douglas
Secara teoritis jumlah tenaga keperawatan yang
dibutuhkan pada suatu ruangan perawatan didasarkan pada
beberapa konsep seperti rumus yang dikemukakan oleh
Douglas (cit. Illyas,2000), ada beberapa kriteria jumlah
perawat yang dibutuhkan per pasien untuk dinaspagi, sore
dan malam.
Tabel 2.1. Standar Jumlah Perawat Dalam Setiap Shift Jaga
Klasifikasi pasien
Jumlah pasien Minimal care Parsial care Total care
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
…….. 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
12
Tabel 2.2 Klasifikasi Pasien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan
No Klasifikasi dan Kriteria
1. PERAWATAN MINIMAL (1 – 2 JAM / 24 JAM)
a. Keberihan diri, mandi, ganti pakaian di lakukan sendiri
b. Makan dan minum di lakukan sendiri
c. Ambulasi dengan pengawasan
d. Observasi tanda – tanda vital di lakukan setiap pergantian
jaga
e. Pengobatan minimal, status psikologis stabil
f. Perawatan luka sederhana
2 PERAWATAN INTERMEDIET / PARTIAL (3 – 4 JAM / 24
JAM)
a. Kebersihan diri di Bantu, makan minum di Bantu
b. Observasi tanda - tanda vital setiap 4 jam
c. Ambulasi di Bantu
d. Pengobatan dengan injeksi
e. Pasien dengan katheter urine
f. Pasien dengan infus
g. Observasi balance cairan ketat
3 PERAWATAN MAKSIMAL / TOTAL (5 – 6 JAM / 24 JAM)
a. Semua kebutuhan pasien di Bantu
b. Perubahan posisi, obnservasi tanda – tanda vital setiap 2
jam
c. Makan melalui selang lambung
d. Pengobatan intra vena “perdrip”
e. Pemakean suction
f. Gelisah / disorientasi
g. Perawatan luka kompleks
13
2) Kajian Data
a) Ketenagaan
Berdasarkan hasil wawancara dan data dari ruang Nuri
didapatkan jumlah tenaga pelaksana di ruang Nuri saat ini
adalah 21 petugas dengan rincian 1 kepala ruang, 1 wakil
kepala ruang, 7 perawat pelaksana PNS, 6 perawtan
pelaksana BLUD, 4 Bidan pelaksana BLUD, 1 petugas
administrasi dan 1 petugas kebersihan. Perawat di ruang Nuri
dibagi menjadi 3 shift, yaitu shift pagi, siang, dan malam.
Pembagian shift yang dilakukan merata, saat shift pagi terdiri
dari 1 karu, 1 wakaru, 2 kapten Jaga, 2 PA; shift siang 1
perawat kapten jaga, 2 PA, begitu pun shift malam 1 perawat
kapten jaga, 2 PA.
Tabel 1.1 Kualifikasi pendidikan formal tenaga pegawai di ruang
Nuri RSUD Dr. M. Ashari Pemalang
No. Pendidikan Jumlah Persentase
1 Ners 2 9,5%
2 Sarjana Keperawatan 7 33,3 %
3 D3 Keperawatan 6 28,6%
4 D3 Kebidanan 4 19,0 %
5 SMA 2 9,5 %
21 100 %
Tabel 1.2 Masa kerja dan jenis pelatihan yang diikuti oleh tenaga
pegawai di ruang Nuri RSUD Dr. M. Ashari Pemalang
No Nama perawat Masa kerja Pelatihan
.
1 Siti Saroh, S.Kep 28 tahun Diklat HD, Diklat PMKP
2 Tri Kus Endang, S.Kep 12 tahun PPGD
3 Ikhda Hidayati, S.Kep 14 tahun BTCLS
4 Tunirah, S.Kep 15 tahun PPGD, EKG
5 Ike Novitasari, Amkep 7 tahun BTCLS
6 Turasih, S.Kep 16 tahun PPGD, BLS,CI
7 Tri Martanti, S.Kep 15 tahun BLS
8 Sukmawaty, Amk 13 tahun BLS
9 Suciati, Amk 7 tahun BLS
10 Nita Pratiwi., Amk 7 tahun BTCLS
11 Ageng P , Amk 2 tahun BTCLS
12 Akhlis Saidan, S.Kep,Ners 1 tahun BTCLS
14
13 Yudana Arguna, Amk 1 tahun -
14 Erni Purwanti, S.Kep.Ners 1 tahun BTCLS
15 Nuratin Anisa Amk 1 tahun -
16 Alip Taparihatul. Amd.Keb 4 tahun -
17 Mulyaningsih, Amd.Keb 4 tahun APN
18 Lina Puspita D, Amd.Keb 1 tahun -
19 Riski Windhiana, Amd.Keb 1 tahun -
20 Joni Setiawan 1 tahun -
21 Petugas CS Mobile 1 tahun -
15
Tabel 2.2 Rumus Perhitungan Tenaga Perawat tanggal 29-31
Agustus 2016 berdasarkan formula Douglass
Waktu Kebutuhan Perawat
Klasifikasi Pagi Sore Malam
Minimal 9 x 0,17 = 1,53 9 x 0,14 = 1,24 9 x 0,07 = 0,63
Kesimpulan:
Pagi : 6,66 (7 perawat)
Siang : 4,09 (4 perawat)
Malem : 2,53 (3 perawat)
Jumlah perawat yang dibutuhkan : 14 perawat
86 x 14
jumlah tenaga lepas dinas perhari= = 4,3 (di bulatkan 4
279
perawat)
KET: angka 86 merupakan jumlah hari libur atau lepas dinas
dalam 1 thun, sedangkan 297 adalah jumlah hari kerja efektif
dalam 1 tahun
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas perhari di
ruang nuri adalah 14 + 4 + 1 kepala ruang + 1 wakil = 20 orang.
3) Analisa
Berdasarkan perhitungan menurut standar Douglass tenaga
perawat yang dibutuhkan untuk merawat rata-rata 28 pasien per
hari adalah 20 perawat, sedangkan jumlah perawat yang ada di
Nuri ada 15 perawat dan 4 bidan, termasuk penanggungjawab
ruangan. Jadi, jumlah tenaga perawat yang ada di ruang Nuri
menurut Douglass adalah jumlah tidak sesuai dengan yang
dibutuhkan / kurang dari kebutuhan.
16
b. Materials
1) Kajian Teori
Dalam proses manajemen sangat diperlukan adanya pengelolaan
fasilitas dan peralatan sebagai faktor pendukung/penunjang terlaksananya
pelayanan kesehatan. Peralatan kesehatan untuk pelayanan keperawatan
merupakan semua bentuk alat kesehatan/peralatan lain yang dipergunakan
untuk memperlancar pelaksanaan asuhan keperawatan sehingga diperoleh
tujuan pelayanan yang efisien dan efektif.
Ketersediaan sarana dan prasarana mempengaruhi mutu dari
pelaksanaan pelayanan. Jumlah fasilitas dan alat-alat kesehatan dapat
dipenuhi dengan standar yang telah ditetapkan oleh masing-masing
institusi dengan memperhatikan jenis alat, bahan/warna, ukuran, jenis
kegiatan, jumlah yang dibutuhkan, juga didasarkan atas pergroup bahan-
bahan yang dipakai, disimpan maupun dicuci.
2) Kajian Data
Tabel 2.5 Daftar Inventaris Barang Medis Ruang Nuri per agustus 2016
No JENIS BARANG JML KONDISI
1 Ambulator bag 1 Baik
4 Bengkok 3 Baik
6 EKG 1 Baik
Gunting perban 1 Rusak
7 2
besar
8 Iluminator 1 Baik
9 Irigator 2 Baik
17
12 Lampu emergency 1 Baik
13 Manometer 40 Baik
14 Nebulizer 1 Baik
17 Pispot 20 Baik
19 Saturasi O2 1 Baik
20 Senter 2 Baik
21 Sketsel 2 Baik
28 Torniquet 1 Baik
33 Urinal 20 Baik
Sumber data: Data Inventaris ruang Nuri tahun 2016
Tabel 2.6 Daftar Inventaris Barang Non Medis Ruang Nuri per agustus
2016
No JENIS BARANG JML KONDISI
1 AC 4 Baik
18
4 Almari obat per Os 1 Baik
6 Cermin 1 Baik
7 Ember 8 Baik
10 Kasur 42 Baik
12 Kulkas 1 Baik
23 CPU 1 Baik
24 Printer 1 Baik
25 Remot AC 4 Baik
19
Pengumuman
Tabel 2.7 Daftar Inventaris Barang Linen Ruang Nuri per agustus 2016
No JENIS BARANG JML KONDISI
1 Seprei 84 Baik
2 Steek 84 Baik
4 Selimut 84 Baik
5 Baju OP 20 Baik
6 Perlak 84 Baik
20
Gambar 2.3 Bed pasien rusak pada pengaman dan handle
21
Gambar 2.6Tempat handrub tidak berada di kamar pasien
3) Analisa
Selain berdasarkan ketersediaan material, pengkajian manajemen
sarana dan prasarana sebagai berikut:
a) Peralatan Penunjang
Ketersediaan peralatan penunjang (wound care set, EKG, tensimeter,
nebulizer, suction, dan lain-lain) di ruangan beberapa ada namun
kurang perawatan dan penertiban terhadap peralatan penunjang.
Perawatan dan penertiban peralatan penunjang sangat penting untuk
meningkatkan pelayanan, memelihara kebersihan dan kerapihan
ruangan serta mencegah penularan penyakit, meskipun dalam
praktiknya akan menambah biaya pengadaan alat.
b) Kondisi Lingkungan
Berkaitan dengan hal ini perlu adanya kerjasama yang baik antara
pasien, keluarga, pengunjung pasien dan petugas keamanan (satpam)
RS. Sosialisasi dan penerapan sistem mengenai tata tertib pasien
menjadi kebutuhan untuk menjaga kondisi dan keamanan ruangan.
Termasuk di dalamnya adalah penertiban pengunjung yang memenuhi
kamar pasien sehingga mengganggu pasien dan mengganggu
pelayanan.
22
a) BOR pasien (Bed Occupancy Rate) menunjukkan tinggi rendahnya
pemanfaatan tempat tidur yang tersedia di rumah sakit dalam jangka
waktu tertentu, bila nilai ini mendekati 100% berarti ideal. Standar
nasional untuk dalam tahun adalah: 75 -85 %.
b) Mutu pelayanan keperawatan (angka kejadian dekubitus, kematian
pasien, kejadian jatuh, infeksi nosokomial)
Indikator INOS meliputi plebistis, tidak terjadi ILO, tidak terjadi ISK,
tidak terjadi Pneumonia. Indicator mutu meliputi tingkat kepuasan
pasien, keamanan pasien.
c) LOS (Length of Stay) menunjukkana rata –rata lamanya perawatan
setiapa pasien, lama waktu rawat yang baik maksimun 12 hari, standar
Nasional untuk rumah sakit dalam satu tahun adalah 7 – 10 hari.
2) Kajian Data
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang, yang
menyatakan bahwa setiap hari telah dilakukan promosi di tempat –
tempat umum seperti lampu merah namun untuk promosi untuk
ruangan tidak pernah dilakukan.
BOR pasien pada tanggal 29 sd 31 Agustus 2016 adalah :
tgl Jml TT isi kosong BOR
29/08/2016 42 28 14 28/42 x 100% = 66,6%
30/08/2016 42 28 14 28/42 x 100% = 66,6%
31/08/2016 42 28 14 28/42 x 100% = 66,6%
23
Berdasarkan hasil observasi kondisi machine di ruang nuri secara
umum baik, namun dengan tidak adanya market promosi untuk ruangan
sehingga informasi kepada pengguna layanan sangat minimal
d. Money
1) Kajian Teori
Salah satu fungsi rumah sakit memberikan pelayanan kesahatan, baik
medis maupun non medis, dalam kaitan tersebut agar rumah sakit dapat
berjalan seoptimal mungkin dan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat,
maka untuk itu rumah sakit perlu mempersiapkan peralatan atau bahan
medis, non medis, dan jasa pemborong. Sumber dana rumah sakit yaitu:
a) Daftar isian kegiatan proyek pemerintah pusat dari APBN.
b) Pendapatan fungsional dan non fungsional dari pendapatan pelayanan
rumah sakit yang digunakan dalam bentuk RKA (Rencana Kerja
Anggaran).
2) Kajian Data
Sumber dana yang digunakan berasal dari APBD kabupaten
Pemalang. Anggaran dana yang digunakan untuk anggaran rutin gaji
pegawai di bebankan dari APBN dan untuk pengadaan barang,
pemeliharaan alat yaitu diusulkan oleh kepala ruang dan di bebankan pada
anggaran APBD yang sebelumnya telah disetujui oleh bidang keuangan
RSUD Dr. M. Ashari Pemalang. Pendapatan terbesar ruang Nuri berasal
dari daftar penggunaan jaminan bulan Januari sd Maret 2016 seperti
terlihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 2.7 Data pasien rawat inap di ruang Nuri tahun 2016
No Bulan Jumlah
1. Januari 180
2. Februari 204
3. Maret 233
Total 617
24
Gizi Medis
Kelas III Rp 13.000,- Rp Rp Rp 7.000,- Rp 10.000,- 42 TT
Kamar 11.500,- 20.000,-
3) Analisa
Pendanaan di ruang Nuri sudah sesuai dengan prosedur yang
berlaku di RSUD Dr. M. Ashari Pemalang. Anggaran rutin gaji pegawai di
bebankan dari APBN, untuk pengadaan barang dan untuk pemeliharaan
alat diusulkan kepala ruang yang dibebankan pada anggaran APBD yang
sebelumnya telah disetujui oleh bidang perlegkapan RSUD Dr. M. Ashari
Pemalang (Sumber: bagian administrasi ruang Nuri).
e. Method
1) Kajian Teori
Terdapat beberapa metode asuhan keperawatan, yaitu metode kasus
(total), metode fungsional, metode tim dan metode keperawatan primer
(Gillies, 1989). Akhir-akhir ini terdapat metode pemberian asuhan
diferrentiated practice dan menejemen kasus (loverirdge and Cummings,
1996: Marquist and hutson, 2000).
a) Metode kasus
Merupakan metodepemberian asuhan yang pertama yang
digunakan. Pada metode ini satu perawat akan memberikan asuhan
keperawatan kepada seorang klien secara total pada satu periode dinas.
Jumlah klien yang dirawat oleh satu perawat tergantung pada
kemampuan perawat itu dan kompleksnya kebutuhan klien.
b) Metode fungsional
Pada meode fungsional, pemberian asuhan keperawatan di
tekankan pada penyelesaian tgas dan prosedur. Setiap perawat diberi
satu atau beberapa tugas untuk dilaksanakan kepada semua klien
disuatu ruangan.Seorang perawat dapat bertanggung jawab dalam
pemberian obat, mengganti balutan, memonitor infus, dan lain-
lain.Prioritas utama yang dikerjakan adalah kebutuhan fisik dan kurang
25
menekankan kepada pemenuhan kebutuhan secara holistik.Mutu asuhan
sering terabaikan karena pemberian asuhan terfragmentasi.Komuniaksi
antar perawat sangat terbatas sehingga tidak ada satu perawat yang
mengetahui satu klien secara komprehensif, kecuali mungkin kepala
ruang.
c) Metode tim
Metode tim merupakan metode pemberian asuhan
keperawatan, dimana seorang perawat profesional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada satu kelompokm klien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif (Douglas, 1984).
d) Metode keperawatan primer
Menurut Gillies (1986) perawat yang menggunakan metode
keperawatan primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut
perawat primer (primary nurse). Pada metode keperawatan primer
terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat
dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya mempunyai 4
– 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat
dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan
komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan
dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan. Jika
perawat primer sedang tidak bertugas, kelanjutan asuhan akan
didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse).
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung
jawab penuh sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik
kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan
dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan
kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan
untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi keperawatan selama
pasien dirawat.
e) Diferrentiated practice
26
Merupakan suatu pendekatan yang bertujuan menjamin suatu
mutu asuhan melalui pemanfaatna sumber – sumber keperawatan yang
tepat. Terdapat dua model yaitu model kompetensi (competency table)
dan model pendidikan (education model). Pada model kompetensi,
perawat terdaftar (Registered Nurse) diberi tanggung jawab dan struktur
peran yang sesuai dengan kemampuannya. Kemmapuan dapat diukur
dari ketrampilan, pengetahuan dan sikap.Pada model pendidikan,
penetapan tugas keperawatan didasarkan pada tingkat pendidikan
perawat. Perbedaan pendidikan atau kompetensi akan menetapkan apa
yang menjadi tanggung jawab setiap perawat dan bagaimana hubungan
antar tenaga tersebut diatur. Metode ini masih baru, masih diperlukan
hasil penelitian yang dapat menunjukkan manfaat metode ini sebelum
digunakan luas lagi (Barker dalam Marquis dan Huston, 2002).
f) Manajemen kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan
pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda
untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat
oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus
biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus
seperti isolasi, intensive care. Metode ini berdasarkan pendekatan
holistik dari filosofi keperawatan.Perawat bertanggung jawab terhadap
asuhan dan observasi pada pasien tertentu (Nursalam, 2002).
g) Modifkasi keperawatan primer
Model MPKP Tim dan Primer digunakan secara kombinasi dari
kedua sistem. Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) penetapan sistem
model MPKP ini didasarkan pada beberapa alasan :
a) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena
perawatan primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S-I
keperawatan atau setara.
b) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung
jawab asuhan keperawtan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
27
Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas
asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawtan terdapat pada
primer, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagai besar adalah
lulusan D-3, bimbingan tentang asuhan keperawatan diberikan oleh
perawat primer/ ketua tim. Disamping itu karena saat ini jenis
pendidikan perawat yang ada di RS, mayoritas lulusan SPK/D3, mereka
akan mendapatkan bimbingan asuhan keperawatan dari PP.
2) Kajian data
Dari wawancara pimpinan dan staf Ruang Nuri belum memiliki struktur
organisasi, berdasarkan wawancara dengan kepala ruang ruang nuri
menggunakan metode tim. Pada setiap sift akan dipimpin oleh 1 orang
kapten jaga.
Berdasarkan hasil wawancara dengan staff perawat , yang menyatakan
bahwa dengan model tim yang diterapkan di ruangan, perawat yang
diserahi sebagai kapten jaga merasa belum optimal dalam menjalankan
proses keperawatan, dan beban bertambah karena adanya tenaga yang
bukan perawat sehingga output yang diharapkan tidak sesuai. Selain itu,
pengetahuan perawat di ruangan belum cukup baik dibuktikan ketika
wawancara dengan beberapa staf perawat hampir semua tidak mengerti
tentang uraian tugas dan fungsinya.
3) Analisa
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa metode yang diterapkan belum
berjalan optimal. Karena kurang memahaminya pimpinan dan staf
mengenai metode yang gunakan.
3. Unsur Proses
a) Proses Asuhan Keperawatan
1) Kajian teori
28
Proses asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan dalam
pemecahan masalah, sehingga perawat dapat merencanakan dan
memberikan asuhan keperawatan. Tahapannya meliputi:
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan (termasuk
identifikasi hasil yang diperkirakan), implementasi, dan evaluasi
(Potter dan Perry 2010).
The Washington State Board of Nursing (Swansburg, 2000)
menyebutkan definisi legal praktek keperawatan meliputi observasi
pengkajian, diagnosis, asuhan atau konseling dan penyuluhan
kesehatan kepada individu yang sakit, cedera atau pemeliharaan
kesehatan atau pencegahan sakit yang dilaksanakan oleh perawat
berlisensi. Pelakanaannya diterima dan disepakati oleh profesi
keperawatan dan kedokteran.
Menurut Swansburg (2000) elemen primer manajemen
pelayanan keperawatan adalah adanya system untuk mengevaluasi
seluruh upaya, termasuk evaluasi proses manajemen, praktek
keperawatan da seluruh pelayanan keperawatan. Evaluasi
memerlukan standar yang dapat digunakan sebagai tolak uur
kualitas dan kantitas pelayanan. Standar juga dapat digunakan
sebagai alat bantu menentukan sasaran tiap divisi dalam
keperawatan.
2) Kajian Data
Data yang diperoleh dalam kegiatan penerapan Standar
Asuhan Keperawatan di Ruang Nuri RSUD Dr. M. Ashari
Kabupaten Pemalang dalam upaya peningkatan
pendokumentasian asuhan keperawatan maka didapatkan hasil:
29
Tabel 2.16
Aspek yang
No Keterangan
dinilai
Dilakukan saat pasien baru datang dari
1 Pengkajian
IGD ataupun rujukan dari Poliklinik
Penyusunan diagnosa berdasarkan
keluhan utama dan tanda gejala yang
2 Diagnosa
timbul berdasarkan hasil observasi secara
objektif dan subjektif
Perencanaan sesuai dengan standar
3 Perencanaan asuhan keperawatan yang sudah
ditetapkan di ruang nuri
Pelaksanaan tindakan dari perencanaan
yang sudah disusun dalam perencanaan
4 Tindakan
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan
pasien.
Penialaian akhir dari proses tindakan
asuhan keperawatan untuk mengetahui
5 Evaluasi
hasil dari tndakan keperawatan yang
sudah dilakukan
3) Analisa Data
Dari hasil analisa data menunjukan bahwa sebagian besar
proses dokumentasi keperawatan sudah sesuai dengan standar
asuhan keperawatan yang sudah ditentukan. Hanya saja tindakan
implementasi yang sudah dilakukan tidak menunjukan keterangan
waktu pelaksanaan dan tindakan sekecil yang dilakukan kepada
pasien harusnya dicatat dalam tabel implementasi, fungsinya
adalah sebagai pendokumentasian yang tepat sehingga
perkembangan pasien dapat termonitor melalui tindakan yang
sudah dilakukan.
30
b) Metode penugasan dalam keperawatan
1) Kajian teori
Dalam praktek keperawatan, akan selalu menggunakan
salah satu metode pendekatan sebagai berikut ini :
a) Metode fungsional
Metode ini dibagi menjadi beberapa bagian dan tenaga
ditugaskan pada bagian tersebut secara umum, sebagai berikut :
- Kepala ruang mempunyai tugas merencanakan pekerjaan,
menentukan kebutuhan perawatan pasien, membuat
penugasan, melakukan supervisi, menerima instruksi
dokter.
- Perawat staf bertugas melakukan asuhan keperawatan
langsung pada pasien dan membantu supervisi asuhan
keperawatan yang diberikan oleh pembantu tenaga
keperawatan.
- Perawat pelaksana bertugas untuk melaksanakan asuhan
keperawatan langsung pada pasien dengan askep sedang,
pasien dalam masa peulihan kesehatan dan pasien dengan
penyakit kronis dan membantu tindakan sederhana seperti
melakukan tindakan ADL
- Pembantu perawat bertugas membantu pasien dengan
melaksanakan perawatan mendiri untuk mandi, membenahi
tempat tidur dan membagikan alat tenun bersi.
- Tenaga adminstrasi ruangan bertugas menjawab telepon,
menyamaikan pesan, menerima informasi, mengerjakan
pekerjaan administrasi ruangan, memncatat pasien masuk
dan pulang, membuat duplikat rostertena ruangan, membuat
permintaan lab dan obat-obatan/persediaan yang diperlukan
atas instruksi kepala ruang.
31
b) Metode penugasan pasien/kasus
Dalam metode ini staf perawat ditugaskan oleh kepala ruangan
untuk memberi asuhan keperawatan langsung kepada pasien
yang ditugaskan.
c) Metode penugasan Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan askep terhadap sekelompok
pasien. Metode ini bertujuan adalah untuk memberikan asuhan
keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan tenaga yang
tersedia. Ketenagaan metode ini terdiri dari :
- Ketua Tim
- Pelaksana perawatan
- Pembantu perawat
d) Metode perawatan primer
Adalah pemberian asuhan keperawatan yang ditandai dengan
keterikatan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat
yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan
mengkoordinasikan askep selama pasien dirawat.
e) Metode modul
Adalah metode gabungan anatara metode penugasan tim
dengan metode perawatan primer. Metode ini meugaskan
sekelompk perawat merawat pasien dari datang sampai pulang.
2) Kajian data
Pengelolaan terhadap pasien diruang Nuri, asuhan
keperawatan diberikan dengan menggunakan metode tim.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan askep terhadap sekelompok
pasien. Metode ini bertujuan untuk memberikan asuhan
keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan tenaga yang
tersedia. Ketenagaan metode ini terdiri dari :
- Ketua Tim
- Pelaksana perawatan
32
- Pembantu perawat
. Alur pengorganisasiannya dapat dilihat dalam bagan
berikut ini :
KEPALA RUANG
PA
PA
KLIEN/PASIEN
KLIEN/PASIEN
33
masih kurangnya pengalaman kerja belum bisa dibagi merata
pada semua tim.disamping itu karena adanya peraturan bahwa
katim setidaknya sebagai PNS sebagai penanggung jawab.Dari
19 perawat dan bidan yg ada diruang nuri 10 diantaranya masih
berstatus BLUD.
d) Jika jumlah pasien melebihi standar yang ditetapkan maka
pasien dari tim 1 bisa dirawat dengan tim 2 dan seterusnya.
e) Jika jumlah pasien melebihi jumlah anggota tim maka ketua tim
dapat merangkap anggota tim yang bertanggungjawab langsung
terhadap pasien yang dikelolanya.
f) Jika ada tim keperawatan dalam situasi tertentu karena
keahliannya diperlukan, maka perawat yang ditunjuk diluar
anggota tim dapat mengajarkan tindakan keperawatan yang
diperlukan.
3) Analisis data
Berdasarkan kajian data yang diperoleh dari ruang Nuri,
penggunaan metode tim masih belum optimal karena pemahaman
penugasan asuhan masih rendah.
4. Output
a. Instrumen A
1) Kajian teori
Dokumentasi keperawatan adalah sistem pencatatan
kegiatan, sekaligus pelaporan semua kegiatam asuha keperawatan
sehingga terwujud data yang lengkap, nyata dan tercatat. Bukan
hanya tingkat kesakitan dari pasien, tetapi juga jenis, kualitas dan
kuantitas pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan
pasien. Dokumentasi keperawatan merupakan sesuatu yang
mutlak harus ada untuk perkembangan keperawatan, khususnya
proses profesionalisme keperawatan serta upaya untuk membina
dan mempertahankan akuntabilitas perawat dan keperawatan.
Dalam pendokumentasian perlu diperhatikan aspek-aspek
34
a) Keakuratan data
b) Breavity (ringkas)
c) Legibility
Komponen dokumentasi keperawatan terdiri dari:
a) Pengkajian
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang
lengkap dan dikumpulkan secara terus-menerus tentang
keadaan pasien, untuk menentukan kebutuhan asuhan
keperawatan. Data harus bermanfaat bagi semua anggota tim
kesehatan. Komponenpengkajian meliputi pengumpulan data
dan pengorganisasian data. Pengumpulan data didapat dari
hasil wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
b) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menggambarkanmasalah pasien
beik aktual maupun potensial berdasarkan hasil pengkajian
data. Diagnosa dirumuskan berdasarkan data status kesehatan
pasien, dianalisa dan dibandingkan dengan funrgsi normal
kehidupan pasien.
Kriteria diagnose dihubungkan dengan penyebab
kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien, dibuat sesuai
dengan wewenang perawat, dengan komponen yang terdiri atas
masalah, penyebab dan tanda gejala (PES) atau terdiri dari
masalah dan penyebab (PE) yang bersifat aktual apabila
masalah kesehatan sudah nyata terjadi dan bersifat potensial
kemungkina besar akan terjadi dan dapat ditangani oleh
perawat.
c) Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan
diagnose keperawatan. Komponen rencana keperawatan
meliputi penentuan prioritas, tujuan, kemungkinan pemecahan,
metode pendekatan masalah. Prioritas masalah ditentukan
35
dengan memberi prioritas utama masalah yang mengancam
kesehatan pasien.
d) Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan
yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien
terpenuhi yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan,
pemeliharaan, serta pemulihan kesehatan dengan
mengikutsertakan pasien dan keluarga, tindakan keperawatan
dan aktifitas keperawatan.
e) Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk memeriksa kembali hasil
pengkajian awal dan intervensi awal untuk mengidentifikasi
masalah dan rencana asuhan keperawatan pasien, termasuk
strategi keperawatan masalah pasien.
f) Catatan asuhan keperawatan
Pencatatan merupakan data tertulis tentang kesehatan
pasien dan perkembangan pasien selama dalam pemberian
asuhan keperawatan. Syarat penilaian observasi studi
dokumentasi menurut Depkes 1997 pada status pasien yang
dirawat minimal 3 hari atau dari status pasien yang sudah
pulang.
2) Kajian data
Penilaian dokumentasi pada tanggal 29 – 31 agustus
2016 dengan mengambil 10 rekam medik pasien yang dirawat
minimal 2 hari kemudian dilakukan check list menggunakan
instrumen seperti pada lampiran hasil observasi instrumen A.
Hasil evaluasi yang didapatkan sebagai berikut:
Tabel 2.8 Evaluasi instrumen A di Ruang Nuri RSUD Dr. M. Ashari
Pemalang
Aspek yang Hasil
No (%) Keterangan
dinilai
1. Pengkajian 25 1) Mencatat data yg dikaji sesuai
pedoman pengkajian
36
2) Data dikelompokkan
biopsikososiospiritual
3) Data dikaji sejak pasien datang
sampai pulang
4) Pengisian 11 pola gordon belum
sepenuhnya lengkap dan beberapa
belum sesuai teori
1) Diagnose keperawatan berdasarkan
masalah yang telah dirumuskan
Diagnosa 2) Diagnose keperawatan mencerminkan
2. 50
Keperawatan PE/PS
3) Sebagian kecil belum merumuskan
diagnosa keperawatan actual/potensial
1) Perencanaan berdasarkan diagnosa
keperawatan
2) Perencanaan disusun menurut urutan
prioritas
3) Rumusan tujuan mengandung
komponen pasien/subjek, perubahan
3. Perencanaan 40 perilaku, kondisi pasien dan atau
kriteria waktu
4) Rencana tindakan mengacu pada
tujuan dengan kalimat perintah, terinci
dan jelas
5) Rencana tindakan menggambarkan
keterlibatan pasien/keluarga
1) Tindakan dilaksanakan mengacu pada
rencana keperawatan
2) Perawat mengobservasi respon pasien
terhadap tindakan keperawatan
4. Tindakan 50
3) Revisi tindakan berdasarkan evaluasi
4) Semua tindakan yang telah
dilaksanakan dicatat dengan ringkas
dan jelas
1) Evaluasi yang dilakukan berdasarkan
5. Evaluasi 100 tujuan
2) Hasil evaluasi dicatat
6. Dokumentasi 80 1) Dokumentasi asuhan keperawatan
Asuhan ditulis pada format yang baku
Keperawatan 2) Pencatatan dilakukan sesuai dengan
tindakan yang dilaksanakan
3) Pencatatan ditulis dengan jelas,
ringkas, istilah yang baku dan
jelas/benar
4) Setiap melaksanakan tindakan/kegiatan
perawat mencantumkan paraf/nama
jelas, tanggal dan jam dilakukannya
tindakan
37
5) Dokumentasi tersimpan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
Rerata 57,5 kurang baik
3) Analisa
Berdasarkan tabel di atas, nilai rata-rata proses asuhan
keperawatan di ruang Nuri sebesar 57,5 % (kurang baik). Nilai
terendah pada kuesioner di atas ialah pada poin pengkajian,
yakni 25%. Poin yang menjadi sorotan ialah pengisian 11 pola
gordon belum sepenuhnya lengkap dan beberapa belum sesuai
teori. Pada poin diagnosa keperawatan dengan presentase 50%,
juga masih terdapat masalah, yakni masih terdapat sebagian
kecil perawat yang belum merumuskan diagnosa keperawatan
aktual/potensial, namun pada penilaian keseluruhan diagnosa
sudah dituliskan dengan baik. Penilaian diagnosa keperawatan
didasarkan atas pertimbangan bahwa redaksi diagnosa tidak
sesuai dengan acuan yang masih dipakai hingga sekarang, yakni
Nanda 2015-2017.
Penegakkan diagnosa yang baik di awal berdasarkan
masalah utama yang muncul akan menentukan keberlanjutan
dari NCP, yakni intervensi, implementasi hingga evaluasi
termasuk discharge planning untuk pasien pulang. Presentase
yang sangat baik di ruangan untuk proses keperawatan dapat
menjadi acuan untuk lebih ditingkatkan lagi pada dua poin yang
masih kurang di atas.
38
keprawatan yang telah ditetapkan oleh rumah sakit untuk
mengevaluasi persepsi klien terhadap mutu asuhan keperawatan.
2) Kajian data
Tabel 2.9 Hasil kuesioner kepuasan pasien ruang Nuri RSUD Dr.
M. Ashari Pemalang 29 – 30 agustus 2016
3) Analisa data
Instrumen B digunakan untuk menilai tingkat kepuasan
pasien terhadap pelayanan. Jumlah dan jenis pertanyaan
instrumen B dapat dilihat pada lampiran. Sebanyak 30 pasien di
ruang Kenanga diminta untuk mengisi kuisioner instrumen B.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa 71,48% pasien merasa
puas dengan pelayanan keperawatan yang diberikan di ruang
Nuri.
Kesimpulan dan analisis dari hasil kuesioner diatas bahwa:
a) Perawat belum sepenuhnya melakukan komunikasi
terapeutik dan memperkenalkan diri setiap berinteraksi
dengan pasien.
b) Pada saat keluarga pasien / pasien tidak mampu melakukan
kegiatan ADL secara mandiri, perawat belum sepenuhnya
membantu dan memfasilitasi pasien untuk memenuhi
kebutuhan ADL pasien atau keluarga pasien.
39
hasil tindakan mencapai 100 %. Sebagai dasar penilaian
tindakan keperawatan yang mengacu pada instrument evaluasi
penerapan standar asuhan keperawatan di rumah sakit yang telah
ditetapkan oleh tim departemen kesehatan RI.
2) Kajian Data
Berdasarkan hasil pengkajian awal, ditemukan beberapa 2
(dua) SPO tindakan yang biasa dilakukan di ruang Kenanga.
Penilaian pelaksanaan SPO dilakukan dengan melihat
pelaksanaan tindakan kemudian dilakukan check list pada
lembar SPO. Hasil observasi yang didapatkan adalah sebagai
berikut
3) Analisa data
Berdasarkan tabel 2.10 diatas, didapatkan bahwa
beberapa SPO masih kurang baik. Hasil penilaian pada kegiatan
40
cuci tangan higienis hanya 42,5% kepatuhan yang sesuai SPO.
Hasil penilaian pada kegiatan injeksi intravena per selang yaitu
sebanyak 68,15% prosedur sudah dilaksanakan sesuai dengan
SPO.
Berdasarkan wawancara dengan perawat, pelaksanaan
cuci tangan masih sering belum menerapkan 6 langkah cuci
tangan yang benar, hal ini dikarenakan sudah merasa yakin
dengan kebersihan tangan karena dicuci dengan sabun dan air
mengalir..
41
BAB III
IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH
A. Identifikasi masalah
1. Unsur input
a. Ketenagaan
1) Sebagian perawat belum memahami peran dan fungsinya.
2) Pembagian tugas masih belum jelas.
Penyebab: kurang pengetahuan tentang MAKP
b. Sarana dan prasarana
1) perencanaan perbaikan kerusakan tidak terprogram
Penyebab: komunikasi kurang efektif
2. Unsur proses
a. Penerapan MAKP.
MAKP belum di terapkan dengan optimal
Penyebab: kurang paparan pengetahuan tentang MAKP
b. Ronde keperawatan.
Ronde keperawatan belum dapat dilaksanakan secara optimal di
ruang nuri.
Penyebab: kurang pengetahuan
c. Timbang Terima.
Timbang terima tidak optimal
Penyebab: kurang pengetahuan staf tentang MAKP
3. Unsur output
a. Dokumentasi keperawatan.
Kepatuhan dokumentasi keperawatan masih kurang
Penyebab: tidak ada supervisi
b. Kepuasan pasien
Kepuasan pasien masih rendah
penyebab : tidak ada supervisi
c. Kepatuahan prosedur tindakan
1) kepatuhan pelaksanaan cuci tangan rendah
42
2) kepatuahan penerapan SPO penyuntikan masih rendah
Penyebab : kurang paham SPO
B. PrioritasMasalah
Prioritas masalah menurut Hanlon
7 Kepatuhan dokumentasi 4 2 2 8 VI
keperawatan masih
kurang
8 Kepuasan pasien masih 2 2 1 4 IX
rendah
9 kepatuhan pelaksanaan 4 2 3 26 I
43
cuci tangan rendah
10 kepatuahan penerapan 4 2 3 26 II
SPO penyuntikan masih
rendah
Keterangan :
P = Probability
F = Frekuensi
I = Impact /Akibat
44
FISH BONE
Kurang Pengetahuan
Man Metode
Kurang Dana
Ketersediaan alat kurang
Material
Money Marketing
45
C. Perencanaan POA
46
materi
Menyiapkan spo
Mengkoordinasi
pelaksanaan
sosialisasi SPO
Hand Hygiene ke
Komite PPI RS
Mendokumentasik
an Sosialisasi
2. kepatuhan a. Pokok kegiatan : Meningkatka 10 Tersosialisa e. Kasi Triana, e. Kasi
pelaksanaan Sosialisasi SPO n kepatuhan September sinya SPO keperawatan S.Kep keperawatan
prosedur b. Rencana kegiatan petugas 2016 Hand f. KaRu f. KaRu
menyuntik Membuat dalam Higiene g. Perawat g. Perawat
melalui undangan prosedur pelaksana pelaksana
selang infus Membuat daftar menyuntik h. Mahasiswa h. Mahasiswa
hadir melalui
Koordinasi dengan selang infus
kaRu untuk
mendapatkan
persetujuan
47
pelaksanaan
sosialisasi
Mencari literatur
dan menyusun
materi
Menyiapkan spo
Mengkoordinasi
pelaksanaan
sosialisasi SPO
Hand Hygiene ke
Komite PPI RS
Mendokumentasik
an Sosialisasi
3 Metode a. Pokok kegiatan Meningkatka 29 Agustus Penerapan Pasien Tutur, a. Karu
MAKP Melakukan Roly n sd 17 MAKP S.Kep b. Ketua tim
belum Play MAKP pelaksanaan September berjalan c. Perawat
optimal MAKP yang 2016 sesuai pelaksana
telah dipilih dengan d. Mahasiswa
b. Rencana kegiatan ruangan perencanaan e. Pasien
Mendiskusikan sesuai dengan yang telah
48
bentuk dan kaidah dibuat
penerapan model MAKP yang
MAKP yang standar
dilaksanakan
Mengajukan
proposal MAKP
dan melaksankan
diseminasi awal
Sosialisasi hasil
diseminasi
Merencanakan
kebutuhan tenaga
Melakukan
pembagian peran
perawatmenentuka
n diskripsitugas
dan tanggung
jawab perawat
Melakukan
49
pembagian jadwal
Menerapkan model
MAKP yang sudah
ditentukan
c. pengorganisasian
penanggung
jawab : ..................
...........
PP : .....................
PA : .......................
Waktu :
50
BAB IV
IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN
A. IMPLEMENTASI
1. Role Play MAKP
a. Waktu pelaksanaaan tangal ...... smpai dengan ...... september 2016
Role play dilaksanakan dengan metode pergantian peran setiap hari agar
semua mahasiswa bisa mempraktikan dan mengevaluasi kegiatan role play
b. Faktor Pendukung
1) Menejemen ruang memberi dukungan keleluasan untuk praktek di
rung nuri
2) Fasilitas gedung dan ruangan alat yang dibutuhkan tersedia
3) Ruang nuri dalam pembenahan persiapan akreditasi sehingga respon
staf ruang nuri positif.
c. Faktor Penghambat
1) Tidak semua mahasiswa datang tepat waktu sehingga roleplay tidak
maksimal dilaksanakan.
2) Antausiasme staf ruangan kurang
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari observasi dan pengkajian yang
dilakuakan selama 3 minggu (mulai tanggal 29 Agustus s.d 17 September 2016)
secara umum ruang Nuri sudah menerapkan proses manajemen keperawatan, akan
tetapi masih terdapat beberapa hal yang belum optimal, diantaranya ruang nuri
belum menerapkan model MPKP secara murni, model yang diterapkan masih
belum menggambarkan pembagian tugas yang jelas.
Untuk ketenagaan di Ruang nuri setelah kami hitung dengan teori
perhitungan Dougles berdasarkan tingkat ketergantungan pasien selama 3 hari
dibutuhkan 14 orang perawat + 4 orang perawta lepas dines + 1 orang karu + 1
wakaru. Jadi kebutuhan jumlah tenaga perawat selama 24 jam menurut Douglas
adalah 20 orang Perawat. Sedangkan jumlah kebutuhan tenaga menurut metode
rasio Depkes di Ruang nuri dengan 42 tempat tidur adalah 1 : 1 yaitu 42 perawat.
Dipandang dari segi material bangunan ruang nuri sudah stadar dan dalam
kondisi baik. Hanya ada beberapa hal yang perlu diperbaikan tentang ketersediaan
cairan hand rub yang mencukupi.
Untuk market, ruan nuri belum optimal dalam mempromosikan ruangan.
Dari angket yang kami sebar, sebagian besar klien mengatakan perawat sudah
memberikan pelayanan yang optimal namun masih kurang dalam komunikasi
terapeutiknya.
B. Saran
1. Diadakannya pelatihan model MPKP murni sehingga perawat dapat
mengetahui dan memahami model MPKP itu sendiri.
2. Adanya program pemberian beasiswa kepada perawat kepada perawat yang
berprestasi untuk meningkatkan kompetensi.
3. Diharapkan perawat ruang nuri melakuakan pre conference dan post
conference.
52
4. Pendokumentasian dilaksanakan sebaik mungkin sehingga data pengkajian
sampai evaluasi dapat tercakup.
53
DAFTAR PUSTAKA
Ashcroft, D.M.C. Morecroft, D. Parker and P.R, Noyce. (2005). Safety Culture
Assessment in Community Pharmacy: Development, Face Validity, and
Feasibility of the Manchester Patient Safety Assessment Framework. Quality
and Safety in Healthcare 14(6):417-21.
Badi’ah, A., Mendri, K, N. Ratna, W., Hendarsih, S., Sutrisno., Lena Angge, I.,
Rosyidah. 2008. Hubungan Motivasi Perawat dengan Kinerja Perawat di
Ruang Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati, Bantul. Poltekes. Depkes.
Yogyakarta.
Flin, R.( 2009). Developing a Safety in Healthcare. VMIA, Melbourne.
Departemen Kesehatan R.I (2006). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah
Sakit. Jakarta: Bhakti Husada
Depertemen Kesehatan R.I (2006). Upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.
(konsep dasar dan prinsip). Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat
Rumah Sakit Khusus dan Swasta.
Kelompok Tenaga Medis MM Unsoed. (2012). Budaya Kerja Rumah Sakit.
Universitas Jenderal Soedirman jurusan Magister Manajemen : power point.
International Nuclear Safety Advisory Group. (1991) Safety Culture, Safety Series
No. 75-INSAG-4. Vienna: IAEA.
Keputusan Menpan no 25 /Kep /M.Pan/4. (2002). Pedoman Pengembangan Budaya
Kerja Aparatur Negara. Jakarta : Kantor Menpan.
Koentjaraningrat (1974). Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan, Jakarta :
Gramedia.
Langeveld, M.J. (2001). Menuju Kepimikiran Filsafat, Jakarta: Putra Sarjana.
Lestari, T. (2006). Koteks Mikro dalam Implementasi Patient Safety: Delapan
Langkah Untuk Mengembangkan Budaya Patient Safety. Buletin IHQN Vol
II/Nomor.04/2006 Hal.1-3.
Mayasari, A. 2009. Analisis Pengaruh Persepsi Faktor Manajemen Keperawatan
Terhadap Tingkat Kepuasan Perawat Di Ruang Rawat Inap RSUD Kota.
54
Program Magister IKM. UNDIP. Semarang. Halaman : 112, Tabel: 36,
Gambar: 4, Lampiran: 3.
Nursalam. 2011. Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Edisi 3. Penerbit
Salemba Medika, Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/menkes/per/viii/2011.
(2011). Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta : Menteri Kesehatan
Republik Indonesia.
Rudana, N. (2009). Penerapan Budaya Kerja di Sektor Publik. Jakarta : Magister
Administrasi Publik, STIA LAN Jakarta.
Soerjanto Poespowardojo. (1993). Strategi Kebudayaan Suatu Pendekatan Filosofis,
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Triguno,drs, Dipl Ec, LLM (1997). Budaya Kerja, Menciptakan Lingkungan yang
Kondusif untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta : PT. Golden
Terayon Press
55
JADWAL PRAKTEK MAHASISWA DI RUANG NURI
RSUD Dr. M. ASHARI PEMALANG
PROGRAM PROFESI NERS STIKES HARBANG PURWOKERTO
Agustus September 2016
2016
2 3 31 1 2 3 5 6 7 8 1 1 1 1 1 1 1 17
9 0 0 1 2 3 4 5 6
1 Mahmudah, S. Kep
S S S S S S P P S S S S S S S S P
2 Margi Yuliasari, S. Kep
S S S S S S P P S S S S S S S S P
3 Nurbarkah, S. Kep
S S S S S S P P P S S S S S S S S
4 Nurhajijah, S. Kep
S S S S S S S S P P S S S S S S S
5 Puji Pratiwi, S. Kep
S S S S S S S S S P P S S S S S S
6 Retno, S. Kep
S S S S S S S S S S P P S S S S S
7 Safuroh, S. Kep
S S S S S S S S S S P P P S S S S
8 Sisilia Sri Rochmi, S. Kep
S S S S S S S S S S S P P P S S S
9 Tutur, S. Kep
S S S S S S S S S S S S P P P S S
10 Triana Sandawati, S. Kep
S S S S S S S S S S S S S P P P S
11 Tri Widayanti, S. Kep
S S S S S S S S S S S S S S P P P
Keterangan :
56
Ka. Ruang Perawat Pelaksana
Ka. Tim Pengkajian
57