Anda di halaman 1dari 49

Departemen Manajemen Keperawatan

LAPORAN HASIL PENGKAJIAN MANAJEMEN KEPERAWATAN DI


RUANG PERAWATAN BAJI DAKKA RSUD LABUANG BAJI
MAKASSAR

Disusun Oleh: Kelompok 1

Ummu Alfatimah, S.Kep. (70900119026)


Muhammad Awaluddin, S.Kep. (70900119027)
Reski Matte, S.Kep. (70900119028)
Devy Mazriani, S.Kep. (70900119029)

Preseptor Lahan, Preseptor Instirusi,

(Andi Nur Inayah, S.Kep.,Ns.,M.Kep) (Dr. Nur Hidayah, S.Kep.,Ns.,M.Kes)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelaksanaan asuhan keperawatan lebih banyak mengatur pelaksanaan
keperawatan, dimana pelaksanaan keperawatan itu memegang peranan penting
dalam menentukan keberhasilan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Karena
dengan pelaksanaan keperawatan yang dilaksanakan sesuai dengan
pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah dibuat, maka kemungkinan untuk
mencapai kepuasan pada pasien dapat terwujud.
Adanya tuntutan pengembangan pelayanan kesehatan oleh masyarakat
umum merupakan salah satu factor yang harus dicermati dan diperhatikan oleh
tenaga perawat. Dengan demikian, perawat harus mampu berkiprah secara
nyata dan diterima dalam memberikan sumbangsih bagi kemanusiaan sesuai
dengan ilmu dan kiat serta kewenangan yang dimiliki. Salah satu strategi untuk
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan keperawatan
adalah pembenahan dalam manajemen keperawatan dengan harapan adanya
faktor kelola yang optimal, sehingga mampu menjadi wahana peningkatan
keefektifan pembagian pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin
kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan (Nursalam, 2011).
Peran tenaga keperawatan dalam pelayanan kesehatan sangat besar
khususnya di institusi pelayanan kesehatan rumah sakit. Tenaga keperawatan di
rumah sakit merupakan sumber daya manusia yang sudah di akui dan
memenuhi persyaratan sebagai salah satu daya yang ada di rumah sakit
(Undang-undang Rumah Sakit No. 44, 2009). Selain itu, tenaga keperawatan
merupakan 60% dari total sumber daya manusia yang dimiliki rumah sakit.
(Asmadi, 2013).
Suatu pelayanan rumah sakit juga dapat terlaksana dengan baik apabila
pelaksanan menajemen keperawatannya dapat diterapkan dan dilaksanakan
sesuai dengan fungsi-fungsi manajemen yang efektif dan efisien. Marquis dan
Huston mengemukakan bahwa fungsi manajemen pertama kali dikemukakan
oleh Fayol yang meliputi lima fungsi, yaitu perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pemberian perintah (commanding),
pengoordinasian (coordinating) dan pengawasan (controlling). Masing- masing
fungsi manajemen tersebut saling keterkaitan satu sama lain. Metode asuhan
keperawatan professional (MAKP) perlu disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan pasien. Metode asuhan keperawatan profesional terdiri dari enam
metode yang meliputi fungsional, metode kasus, metode keperawtan tim,
metode modular, keperawatan primer dan manajemen kasus (Marquis dan
Huston, 2012; Blais, Hayes, dan Kozier, 2007; dan Tomey 2009). Masing-
masing metode asuhan keperawatan professional mempunyai keuntungan dan
kerugiannya. Untuk mewujudkan pelayanan keperawatan yang berkualitas
sesuai visi dan misi Rumah Sakit tidak terlepas dari proses manajemen.
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan organisasi (Marquis dan Huston, 2012).
Penerapan manajemen keperawatan dapat dilakukan diberbagai bidang
keperawatan, salah satunya adalah Ruang Inap Bajji Dakka Rs Labuang Bajji
Makassar, dimana bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan pada
individu dengan berbagai masalah dan gangguan fisiologis baik aktual maupun
potensial yang memerlukan asuhan keperawatan khusus seperti infeksi, trauma,
dan gangguan fisik lainnya. Praktek manajemen keperawatan sebagai salah
satu proses pembelajaran klinik diharapkan mampu membentuk calon-calon
praktisi keperawatan yang professional baik dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan  maupun manajerial keperawatan. Praktek pembelajaran ini kami
lakukan di Ruang Inap Bajji Dakka RSUD Labuang Baji Makassar.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk menerapkan model praktek keperawatan profesional di Ruang
Perawatan Baji Dakka RSUD Labuang Baji Makassar.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui model asuhan keperawatan professional
b. Untuk mengetahui penerapan fungsi-fungsimanajemen di Ruang rawat
inap bajji Dakka mencakup (perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan evaluasi) di RSUD Labuang Baji Makassar
c. Untuk mengetahui pelaksanaan supervise dan pendelegasian di ruangan
Bajji Dakka Rs Labuang Bajji Makassar
d. Untuk mengetahui pelaksanaan operan di ruangan Baji Dakka RSUD
Labuang Baji Makassar
e. Untuk mengetahui pelaksanaan ronde di ruangan Bajji Dakka RSUD
Labuang Baji Makassar
f. Untuk mengetahui pelaksanaan discharge planning di ruangan Baji
RSUD Labuang Baji Makassar
g. Untuk mengetahui pelaksanaan pendokumentasian dan audit
dokumentasi keperawatan di ruangan Baji Dakka RSUD Labuang Baji
Makassar
C. Manfaat Penulisan
1. Rumah Sakit
Mahasiswa dapat membantu atau memberikan masukan di RS Labuang
Bajji Makassar dalam memecahkan masalah yang bersifat tekhnis,
operasional dari satu aspek manajemen pelayanan keperawatan tertentu,
yang dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan secara umum yang
akhirnya akan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
2. Bagi Profesi Ners UIN Alauddin Makassar
Peningkatan kualitas proses pembelajaran yang melibatkan mahasiswa
secara aktif dalam kegiatan administrasi dan manajemen rumah sakit
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Metode Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)

1. Pengertian Metode Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)


Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat
profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan
tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli, 2006).
2. Karakteristik MPKP
a. Penetapan Jumlah Tenaga Keperawatan
Penetapan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai
dengan derajat ketergantungan klien.
b. Penetapan Jenis Tenaga Keperawatan
Pada suatu ruang rawat MPKP, terdapat beberapa jenis tenaga yang
memberikan asuhan keperawatan yaitu Clinical Care Manager (CCM),
Perawat Primer (PP), dan Perawat Asosiet (PA). Selain jenis tenaga
tersebut terdapat juga seorang kepala ruang rawat yang bertanggung
jawab terhadap manajemen pelayanan keperawatan di ruang rawat
tersebut. Peran dan fungsi masingmasing tenaga sesuai dengan
kemampuannya dan terdapat tanggungjawab yang jelas dalam sistem
pemberian asuhan keperawatan.
c. Penetapan Standar Rencana Asuhan Keperawatan
Standar rencana asuhan keperawatan perlu ditetapkan, karena
berdasarkan hasil observasi, penulisan rencana asuhan keperawatan
sangat menyita waktu karena fenomena keperawatan mencakup 14
kebutuhan dasar manusia (Potter & Perry, 1997). Pada MPKP digunakan
metode modifikasi keperawatan primer, sehingga terdapat satu orang
perawat profesional yang disebut perawat primer yang bertanggung
jawab dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang diberikan.
Disamping itu, terdapat Clinical Care Manager (CCM) yang
mengarahkan dan membimbing PP dalam memberikan asuhan
keperawatan. CCM diharapkan akan menjadi peran Ners spesialis pada
masa yang akan datang.
3. Langkah-langkah dalam MPKP
a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan penerapan MPKP ini ada beberapa hal yang harus
dilakukan, yaitu: (Sitorus, 2011).
1) Pembentukan Tim
Jika MPKP akan diimplementasikan di rumah sakit yang digunakan
sebagai tempat proses belajar bagi mahasiswa keperawatan, sebaiknya
kelompok kerja ini melibatkan staf dari institusi yang berkaitan
sehingga kegiatan ini merupakan kegiatan kolaborasi antara
pelayanan/rumah saklit dan institusi pendidikan. Tim ini bisa terdiri
dari seorang koordinator departemen, seorang penyelia, dan kepala
ruang rawat serta tenaga dari institusi pendidikan. (Sitorus, 2011).
2) Rancangan Penilaian Mutu
Penilaian mutu asuhan keperawatan meliputi kepuasan klien/keluarga
kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai dari dokumentasi
keperawatan, lama hari rawat dan angka infeksi noksomial (Sitorus,
2011).
3) Presentasi MPKP
Selanjutnya dilakukan presentasi tentang MPKP dan hasil penilaian
mutu asuhan kepada pimpinan rumah sakit, departemen, staf
keperawatan, dan staf lain yang terlibat. Pada presentasi ini juga,
sudah dapat ditetapkan ruang rawat tempat implementasi MPKP akan
dilaksanakan (Sitorus, 2011).
a) Penentuan Tempat Implementasi MPKP
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan tempat
implementasi MPKP, antara lain (Sitorus, 2011) :
i. Mayoritas tenaga perawat merupakan staf baru di ruang
tersebut. Hal ini diperlukan sehingga dari awal tenaga perawat
tersebut akan mendapat pembinaan tentang kerangka kerja
MPKP
ii. Bila terdapat ruang rawat, sebaiknya ruang rawat tersebut
terdiri dari 1 swasta dan 1 ruang rawat yang nantinya akan
dikembangkan sebagai pusat pelatihan bagi perawat dari ruang
rawat lain.
b) Penetapan Tenaga Keperawatan
Pada MPKP, jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat
ditetapkan dari klasifikasi klien berdasarkan derajat
ketergantungan. Untuk menetapkan jumlah tenaga keperawatan di
suatu ruang rawat didahului dengan menghitung jumlah klien
berdasarkan derajat ketergantungan dalam waktu tertentu,
minimal selama 7 hari berturut-turut. (Sitorus, 2011).
c) Penetapan Jenis Tenaga
Pada MPKP metode pemberian asuhan keperawatan yang
digunakan adalah metode modifikasi keperawatan primer.
Dengan demikian, dalam suatu ruang rawat terdapat beberapa
jenis tenaga, meliputi (Sitorus, 2011):
i. Kepala ruang rawat
ii. Clinical care manager
iii. Perawat primer
iv. Perawat asosiate
d) Pengembangan Standar Rencana Asuhan Keperawatan
Pengembangan standar rencana asuhan keperawatan bertujuan
untuk mengurangi waktu perawat menulis, sehingga waktu yang
tersedia lebih banyak dilakukan untuk melakukan tindakan sesuai
kebutuhan klien. Adanya standar rencana asuhan keperawatan
menunjukan asuhan keperawatan yang diberikan berdasarkan
konsep dan teori keperawatan yang kukuh, yang merupakan salah
satu karakteristik pelayanan profesional. Format standar rencana
asuhan keperawatan yang digunakan biasanya terdiri dari bagian-
bagian tindakan keperawatan: diagnosa keperawatan dan data
penunjang, tujuan, tindakan keperawatan dan kolom keterangan
(Sitorus, 2011).
e) Penetapan Format Dokumentasi Keperawatan
Selain standar rencana asuhan keperawatan, format dokumentasi
keperawatan lain yang diperlukan adalah (Sitorus, 2011) :
i. Format pengkajian awal keperawatan
ii. Format implementasi tindakan keperawatan
iii. Format kardex
iv. Format catatan perkembangan
v. Format daftar infuse termasuk instruksi atau pesanan dokter
vi. Format laporan pergantian shif
vii. Resume perawatan
b. Identifikasi Fasilitas
Fasilitas minimal yang dibutuhkan pada suatu ruang MPKP sama dengan
fasilitas yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat. Adapun fasilitas
tambahan yang di perlukan adalah (Sitorus, 2011) :
1) Badge atau kartu nama tim
Badge atau kartu nama tim merupakan kartu identitas tim yang berisi
nama PP dan PA dalam tim tersebut. Kartu ini digunakan pertama kali
saat melakukan kontrak dengan klien/keluarga.
2) Papan MPKP
Papan MPKP berisi daftar nama-nama klien, PP, PA, dan timnya serta
dokter yang merawat klien.
c. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan MPKP dilakukan langkah-langkah berikut ini
(Sitorus, 2011):
1) Pelatihan tentang MPKP
Pelatihan MPKP diberikan kepada semua perawat yang terlibat di
ruang yang sudah ditentukan.
2) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan
konferensi.
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.
Konferensi dilakukan setelah melakukan operan dinas, sore atau
malam sesuai dengan jadwal dinas PP. Konferensi sebaiknya
dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan
dari luar (Sitorus, 2011).
3) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan
ronde dengan porawat asosiate (PA).
Ronde keperawatan bersama dengan PA sebaiknya juga dilakukan
setiap hari. Ronde ini penting selain untuk supervisi kegiatan PA, juga
sarana bagi PP untuk memperoleh tambahan data tentang kondisi
klien (Sitorus, 2011).
4) Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar rencana
asuhan keperawatan
Standar rencana asuhan keperawatan merupakan acuan bagi tim dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Semua masalah dan tindakan yang
direncenakan mengacu pada standar tersebut (Sitorus, 2011).
5) Memberi bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak/orientasi
dengan klien/keluarga.
Kontrak antara perawat dan klien/keuarga merupakan kesepakatan
antara perawat dan klien/keluarganya dalam pemberian asuhan
keperawatan. Kontrak ini diperlukan agar hubungan saling percaya
antara perawat dan klien dapat terbina. Kontrak diawali dengan
pemberian orientasi bagi klien dan keluarganya (Sitorus, 2011).
6) Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan presentasi kasus
dalam tim.
PP secara teratur diharapkan dapat mempresentasikan kasus-kasus
klien yang dirawatnya. Melalui kasus ini PP dan PA dapat lebih
mempelajari kasus yang ditanganinya secara mendalam. (Sitorus,
2011).
7) Memberi bimbingan kepada Critical Care Manager (CCM) dalam
membimbing PP dan PA.
Bimbingan CCM terhadap PP dan PA dalam melakukan implementasi
MPKP dilakukan melalui supervisi secara berkala. Agar terdapat
kesinambungan bimbingan, diperlukan buku komunikasi CCM. Buku
ini menjadi sangat diperlukan karena CCM terdiri dari beberapa orang
yaitu anggota tim/panitia yang diatur gilirannya untuk memberikan
bimbingan kepada PP dan PA. Bila sudah ada CCM tertentu untuk
setiap ruangan, buku komunikasi CCM tidak diperlukan lagi (Sitorus,
2011).
8) Memberi bimbingan kepada tim tentang dokumentasi keperawatan.
Dokumentasi keperawatan menjadi bukti tanggung jawab perawat
kepada klien. Oleh karena itu, pengisisan dokumentasi secara tepat
menjadi penting.
d. Tahap Evaluasi
Evaluasi proses dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen
evaluasiMPKP oleh CCM. Evaluasi proses dilakukan oleh CCM dua kali
dalamseminggu. Evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara
dini masalahmasalahyang ditemukan dan dapat segera diberi umpan balik
atau bimbingan.Evaluasi hasil (outcome) dapat dilakukan dengan
(Sitorus, 2011) :
1) Memberikan instrumen evaluasi kepuasan klien/keluarga untuk setiap
klien pulang.
2) Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai
berdasarkan dokumentasi.
3) Penilaian infeksi nosokomial (biasanya ditetapkan per ruang rawat).
4) Penilaian rata-rata lama hari rawat.
e. Tahap Lanjut
MPKP merupakan penataan struktur dan proses (sistem) pemberian
asuhan keperawatan. Agar implementasi MPKP memberikan dampak
yang lebih optimal, perlu disertai dengan implementasi substansi
keilmuan keperawatan. Pada ruang MPKP diuji coba ilmu dan teknologi
keperawatan karena sudah ada sistem yang tepat untuk menerapkannya
(Sitorus, 2011).
1) MPKP pemula ditingkatkan menjadi MPKP tingkat I. Pada tingkat ini,
PP pemula diberi kesempatan meningkatkan pendidikan sehingga
mempunyai kemampuan sebagai SKep/Ners. Setelah mendapatkan
pendidikan tambahan tersebut berperan sebagai PP (bukan PP pemula)
Sitorus, 2011).
2) MPKP tingkat I ditingkatkan menjadi MPKP tingkat II. Pada MPKP
tingkat I, PP adalah SKep/Ners. Agar PP dapat memberikan asuhan
keperawatan berdasarkan ilmu dan teknologi mutakhir, diperlukan
kemampuan seorang Ners spesialis yang akan berperan sebagai CCM.
Oleh karena itu, kemampuan perawat SKep/Ners ditingkatkan menjadi
ners spesialis (Sitorus, 2011).
3) MPKP tingkat II ditingkatkan menjadi MPKP tingkat III. Pada tingkat
ini perawat dengan kemampuan sebagai ners spesialis ditingkatkan
menjadi doktor keperawatan. Perawat diharapkan lebih banyak
melakukan penelitian keperawatan eksperimen yang dapat
meningkatkan asuhan keperawatan sekaligus mengembangkan ilmu
keperawatan (Sitorus, 2011).

B. Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)

1. Pengertian Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)

Model asuhan keperawatan professional adalah sebagai suatu sistem (struktur,

proses dan nilai – nilai ) yang memungkinkan perawat professional mengatur

pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungn untuk menopang

pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods dalam Hidayah 2014).


2. Jenis-Jenis Metode Praktek Keperawatan Profesional

Ada lima metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah

ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren

pelayanan keperawatan yaitu:

a. Fungsional (bukan model MAKP)

Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan

asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia

kedua. Pada saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan

kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya melakukan satu

atau dua jenis intervensi keperawatan saja (misalnya, merawat luka)

kepada semua pasien di bangsal.

Kepala Ruang

Perawat : Perawat : Penyiapan Kebutuhn

Pengobatan Merawat Luka instrumen dasar

Pasien/Klien

Bagan 1,Struktur organisasi metode fungsional (Nursalam,2016).

Kelebihan:
1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas
yang jelas dan pengawasan yang baik
2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
3) perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial,
sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat junior
dan/atau belum berpengalaman.
Kelemahan:
1) tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
2) pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan
proses keperawatan
3) persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja.

b. MAKP Tim

Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-

beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok

pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2–3 tim/grup yang terdiri

atas tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok

kecil yang saling membantu. Metode ini biasa digunakan pada

pelayanan keperawatan di unit rawat inap, unit rawat jalan, dan unit

gawat darurat.

Konsep Metode Tim:


1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu
menggunakan berbagai teknik kepemimpinan
2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
4) Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan
berhasil bila didukung oleh kepala ruang.
Kelebihannya:
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
3) Memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah di
atasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan:
Komunikasi antaranggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk
dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk
Tanggung jawab anggota tim:
1) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung
jawabnya
2) Kerja sama dengan anggota tim dan antartim
3) Memberikan laporan.
Tanggung jawab ketua tim:
1) Membuat perencanaan
2) Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi
3) Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien
4) Mengembangkan kemampuan anggota
5) menyelenggarakan konferensi.
Tanggung jawab kepala ruang:
1) perencanaan:
a) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas diruangan
masing-masing
b) Mengikuti serah terima pasien pada sif sebelumnya
c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien: gawat,
transisi, dan persiapan pulang, bersama ketua tim
d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktivitas dan kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur
penugasan/penjadwalan
e) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
f) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan, program
pengobatan, dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
g) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk
kegiatan membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan,
membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai
asuhan keperawatan, mengadakan diskusi untuk pemecahan
masalah, serta memberikan informasi kepada pasien atau
keluarga yang baru masuk
h) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
i) Membantu membimbing peserta didik keperawatan
j) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah
sakit.
2) Pengorganisasian:
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
b) Merumuskan tujuan metode penugasan
c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
d) Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2 ketua
tim, dan ketua tim membawahi 2–3 perawat
e) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-
lain
f) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
g) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
h) Mendelegasikan tugas, saat kepala ruang tidak berada di tempat
kepada ketua tim
i) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien
j) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
k) Identifikasi masalah dan cara penanganannya
3) Pengarahan
a) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
b) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas
dengan baik
c) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap
d) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan asuhan keperawatan pada pasien
e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
f) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya
g) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
4) Pengawasan
a) Melalui komunikasi
b) Supervisi

Kepala Ruang

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Staff/Perawat Staff/Perawat Staff/Perawat

Pasien/klien Pasien/klien Pasien/klien

Bagan 2, Struktur organisasi Metode Tim

(Nursalam,2016).

c. MAKP Primer

Metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab

penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari

pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik

kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan

dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan

kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan


untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan

selama pasien dirawat.

Dokter Kepala Ruang Sarana RS

Perawat Primer

Pasien/klien

Kepala Ruang Kepala Ruang Kepala Ruang

Bagan 3,Struktur organisasi metode primer (Nursalam,2016).

Kelebihan:
1) abersifat kontinuitas dan komprehensif
2) perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap
hasil, dan memungkinkan pengembangan diri
3) keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan
rumah sakit.
Kelemahannya adalah hanya dapat dilakukan oleh perawat yang
memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan
kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan
yang tepat, menguasai keperawatan klinis, penuh pertimbangan,
serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.
d. MAKP Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien
saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk
setiap sif, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh
orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat/pribadi dalam memberikan asuhan
keperawatan khusus seperti kasus isolasi dan perawatan intensif
(intensive care).
Kelebihannya:
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus
2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.
Kekurangannya:
1) Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama.

Kepala Ruang

Staff/Perawat Staff/Perawat Staff/Perawat

Pasien/Klien Pasien/Klien Pasien/Klien

Bagan 4, Struktur organisasi metode kasus (Nursalam,2016).


e. Modifikasi MAKP Tim-Primer

KEPALA
RUANGAN

PP1 PP2 PP3 PP4

PA PA PA PA

PA PA PA PA

PA PA PA PA

7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien

Bagan 5, Struktur organisasi metode modifikasi tim-primer(Nursalam,2016).

Keterangan:

PP : Perawat Primer

PA : Perawat Associate

3. Struktur Organisasi Keperawatan

a. Kepala Ruangan

Menurut Zaidin (2014), peran kepala ruangan adalah sebagai berikut:

1) Pengkajian: mengidentifikasi masalah terkait fungsi manajemen


2) Perencanaan: fungsi perencanaan dan fungsi ketenagaan

a) Menunjuk ketua tim

b) Mengiuti serah terima klien

c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan

d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan

aktifitas dan kebutuhan klien

e) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan

f) Merencanakan logistik ruangan/ fasilitas ruangan

g) Melakukan pendokumentasian

3) Implementasi

a) Fungsi pengorganisasian

(1) Merumuskan sistem penugasan

(2) Menjelaskan rincian tugas ketua tim

(3) Menjelaskan rentang kendali di ruang rawat

(4) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan di ruang

rawat

(5) Mengatur dan mengendalikan logistik/ fasilitas ruangan

(6) Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktik

(7) Mendelegasikan tugas kepada ketua tim

b) Fungsi pengarahan

(1) Memberikan pengarahan kepada ketua tim

(2) Memberikan motivasi dalam meningkatkan pengetahuan,

keterampilan dan sikap anggota tim

(3) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan

tugas dengan baik.

(4) Membimbing bawahan.


(5) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim.

(6) Melakukan supervisi.

(7) Memberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan

dengan yankep di ruangan.

(8) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

4) Evaluasi

a) Fungsi pengendalian

b) Mengevaluasi kinerja katim

c) Memberikan umpan balik pada kinerja katim

d) Mengatasi masalah di ruang rawat dan menetapkan tindak lanjut.

e) Memperhatikan aspek legal dan etik keperawatan

f) Melakukan pelaporan dan pendokumentasia

b. Ketua Tim

Tanggung jawab ketua tim/katim :

1) Melakukan orientasi kepada pasien baru & keluarga

2) Mengkaji setiap klien, menganalisa, menetapkan rencana

keperawatan (renpra), menerapkan tindakan keperawatan dan

mengevaluasi renpra

3) Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis melalui

komunikasi yang konsisten

4) Membagi tugas anggota tim dan merencanakan kontinuitas asuhan

keperawatan melalui konfrens

5) Membimbing dan mengawasi pelaksanan asuhan keperawatan oleh

anggota tim

6) Bertanggung jawab terhadap kepala ruangan


c. Anggota Tim

Menurut Marquis (1998), tanggung jawab anggota tim adalah sebagai

berikut :

1) Melaksanakan perawatan sesuai renpra yang dibuat katim

2) Memberikan perawatan total/ komprehensif pada sejumlah pasien

3) Bertanggung jawab atas keputusan keperawatan selama katim tidak

ada di tempat

4) Berkontribusi terhadap perawatan

5) Observasi terus menerus

6) Ikut ronde keperawatan

7) Berinterkasi dgn pasien & keluarga berkontribusi dgn katim/karu

bila ada masalah

4. Proses Keperawatan Profesional

a. Penerimaan pasien baru

Tahap pra penerimaan pasien baru menurut (Nursalam, 2016) :

1) Menyiapakan kelengkapan administrasi

2) Menyiapkan kelengkapan kamar sesuai pesanan

3) Menyiapkan format penerimaan pasien baru

4) Menyiapkan buku status pasien dan format pengkajian keperawatan

5) Menyiapkan nursing kit

6) Menyiapkan lembar tata tertib pasien, keluarga, dan pengunjung

ruangan

7) Pasien datang di ruangan diterima oleh kepala ruangan/perawat

primer/perawat yang diberi delegasi

8) Perawat memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarganya


9) Perawat menunjukkan kamar atau tempat tidur pasien dan mengatur

ketempat yang telah ditetapkan

10) Perawat bersama karyawan lain memindahkan pasien ke tempat

tidur dan diberikan posisi yang nyaman

11) Perawat menanyakan kembali tentang tentang kejelasan tentang

informasi yang telah disampaiakan.

12) Perawat mulai melakukan pengkajian terhadap pasien sesuai

dengan format.

b. Timbang Terima (Handover)

Menurut Nurhidayah (2014) timbang terima adalah suatu cara

menyampaikan dan menerima (laporan) yang berkaitan dengan

keadaan klien, tujuannya:

1) Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien.

2) Menyampaikan hal penting yang perlu ditindak lanjuti oleh dinas

berikutnya

3) Tersusun secara kerja untuk dinas berikutnya

Adapun langkah-langkahnya adalah:

1) Kedua shif dalam keadaan siap

2) Shif yang akan menyerakhan perlu persiapan hal apa yang akan

disampaikan

3) Perawat primer menyampaikan kepada penanggung jawab shif yang

selanjutnya meliputi: kondisi,tindak lanjut dan rencana kerja.

4) Dilakukan dengan jelas dan tidak terburu-buru

5) Secara langsung melihat keadaan klien.


c. Pre dan Post Conference

Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.

Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas,

sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan.

Konferensi sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat

mengurangi gangguan dari luar (Nursalam, 2007).

1. Pre conference

a) Pengertian

Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana

setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut

yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika

yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre

conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap

perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari katim dan

PJ tim.

b) Tujuan

Tujuan pre conference yaitu untuk menidentifikasi masalah-

masalah pasien, merencanakan asuhan dan merencanakan

evaluasi hasil, mempersiapkan hal-hal yang akan ditemuai di

lapangan, dan mempersiapkan kesempatan untuk berdiskusi

tentang keadaan pasien.

c) Pelaksanaan

Waktu : setelah operan

Tempat : Meja masing – masing tim

Penanggung jawab : Ketua tim atau PJ tim


d) Kegiatan :

- Ketua tim atau PJ tim membuka acara

- Ketua tim atau PJ tim menanjakan rencana harian masing –

masing perawat pelaksana

- Ketua tim atau PJ tim memberikan masukan dan tindakan

lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu.

- Ketua tim atau PJ tim memberikan reinforcement

- Ketua tim atau PJ tim menutup acara

2. Post conference

a) Pengertian

Post conference merupakan kegiatan diskusi yang dilakukan

oleh ketua tim dan perawat pelaksana mengenai kegiatan

selama sif sebelum dilakukan operan sif berikutnya (Sugiharto,

Keliat, Sri, 2012).

b) Tujuan

Post conference dilakukan untuk mendiskusikan mengenai

masalah masalah yang terjadi pada

c) Pelaksanaan

Waktu :Sebelum operan ke dinas berikutnya.

Tempat : Meja masing – masing tim.

Penanggung jawab : ketua tim atau Pj tim

d) Kegiatan :

- Ketua tim atau Pj tim membuka acara.

- Ketua tim atau Pj tim menanyakan kendala dalam asuhan

yang telah diberikan.


- Ketua tim atau Pj tim yang menanyakan tindakan lanjut

asuhan klien yang harus dioperkan kepada perawat shift

berikutnya.

- Ketua tim atau Pj menutup acara

d. Ronde Keperawatan

Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan

klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien dilibatka

untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi

pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer atau konselor,

kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga melibatkan seluruh

anggota tim.

Adapun tujuannya yakni:

1. Menumbuhkan cara berpikir secara kritis

2. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang

berasal dari masalah klien

3. Meningkatkan validitas data klien

4. Menilai kemampuan justifikasi

5. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja

6. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan

(Hidayah,2014).

e. Pendelegasian

Delegasi (Delegation) secara singkat dapat dikatakan bahwadelegasi

adalah pemberian sebagian tanggung jawab dan kewibawaan kepada

orang lain. Ada beberapa metode dalam pendelegasian yaitu :

1) Cara bijaksana, yaitu sikap bertanggung jawab penuh dari

pemimpin dan bawahan.Pemimpin melaksanakan pendelegasian


serta memberi dukungan, sementara bawahan siap serta taat kepada

pemimpin dalam melaksanakan tugas/tanggung jawab yang

dipercayakan kepadanya.

2) Cara konsistensi, yaitu sikap pasti yang terus-menerus

dipertahankan oleh pemimpin dan bawahan.

3) Efektif dan efisien, yaitu memperhitungkan faktor kualitas dan

kuantitas kerja.

4) Pragmatis dan produktif, yaitu berorientasi kepada hasil atau

produksi tinggi, sesuai dengan perencanaan.

f. Supervisi

Supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala

oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk

kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau

bantuan yang bersifat langsung guna untuk mengatasinya.

g. Discharge planning

Discharge planning (perencanaan pulang) adalah

serangkaiankeputusan dan aktivitas-aktivitasnya yang terlibat dalam

pemberian asuhan keperawatan yang kontinu dan terkoordinasi ketika

pasien dipulangkan dari lembaga pelayanan kesehatan (Potter & Perry,

2005).

Program discharge planning (perencanaan pulang) pada dasarnya

merupakan program pemberian informasi atau pemberian pendidikan

kesehatan kepada pasien yang meliputi nutrisi, aktifitas/latihan, obat-

obatan dan instruksi khusus yaitu tanda dan gejala penyakit pasien.

Informasi diberikan kepada pasien agar mampu mengenali tanda

bahaya untuk dilaporkan kepada tenaga medis. Sebelum pemulangan,


pasien dan keluarganya harus mengetahui bagaimana cara manajemen

pemberian perawatan di rumah dan apa yang diharapkan di dalam

memperhatikan masalah fisik yang berkelanjutan karena kegagalan

untuk mengerti pembatasan atau implikasi masalah kesehatan (tidak

siap menghadapi pemulangan) dapat menyebabkan meningkatknya

komplikasi yang terjadi pada pasien (Potter & Perry, 2005).


BAB III
ANALISA SITUASI

A. Analisa situasi ruangan


1. Karakteristik Responden
a. Usia
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di Ruangan Baji Dakka Rsud
Labuang Baji Makassar
Usia Frekuensi (f) Presentase (%)
40 Tahun 2 20
32 Tahun 2 20
45 Tahun 2 20
37 Tahun 2 20
28 Tahun 1 10
39 Tahun 1 10
Total 10 100
Sumber : Data Primer, 2020.
Interpretasi: Data yang diperoleh menunjukkan bahwa usia tertinggi
perawat yang bertugas di ruangan tersebut yaitu 45 tahun sebanyak 2
responden (20%) dan usia terendah adalah 28 tahun sebanyak 1
responden (10%)
b. Jenis Kelamin
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruangan Baji
Dakka RSUD Labuang Baji Makassar
Jenis Kelamin Frekuensi (f) Presentase (%)
Perempuan 9 90
Laki-laki 1 10
Total 10 100
Sumber : Data Primer, 2020.
Interpretasi: Data yang diperoleh menunjukkan bahwa perawat yang
bertugas di ruangan tersebut didominasi oleh perawat perempuan dengan
jumlah responden 9 orang (90%).
c. Pendidikan Terakhir
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di Ruangan Baji
Dakka RSUD Labuang Baji Makassar
Pendidikan Terakhir Frekuensi (f) Presentase (%)
D3 3 30
Profesi Ners 4 40
S2 3 30
Total 10 100
Sumber : Data Primer, 2020.
Interpretasi: Data yang diperoleh menunjukkan bahwa kualifikasi
pendidikan perawat yang bertugas diruangan tersebut didominasi oleh
profesi ners dengan jumlah responden 4 orang (40%).
d. Lama Bekerja
Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja di Ruangan Baji
Dakka RSUD Labuang Baji Makassar
Usia Frekuensi (f) Presentase (%)
1-5 Tahun 2 20
6-10 Tahun 3 30
11-15 Tahun 1 10
16-20 Tahun 4 40
>20 Tahun 0 0
Total 10 100
Sumber : Data Primer, 2020.
Interpretasi: Data yang diperoleh menunjukkan perawat yang bertugas
diruangan tersebut didominasi oleh perawat yang sudah bekerja selama
16-20 tahun yaitu sebanyak 4 orang (40%), dan yang masih baru bekerja
dengan rentang waktu 1-5 tahun yaitu sebanyak 2 orang (20%).
e. Jabatan
Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan di Ruangan Baji Dakka
RSUD Labuang Baji Makassar
Jabatan Frekuensi (f) Presentase (%)
Perawat Pelaksana 8 80
Ketua Tim 1 10
Kepala Ruangan 1 10
Total 10 100
Sumber : Data Primer, 2020.
Interpretasi: Data yang diperoleh menunjukkan bahwa pada ruangan
tersebut sudah memiliki struktur organisasi dalam pelayanan asuhan
keperawatan yang dijalankan sesuai tupoksi masing-masing dan
didominasi oleh perawat pelaksana yaitu sebanyak 8 responden (80%).
2. Hasil Pengkajian
a. M1 (Ketenagaan/SDM)
Distribusi Frekuensi Tanggapan Perawat
Terkait Ketenagaan (SDM) di Ruangan Baji Dakka RSUD Labuang Baji
Makassar
Kriteria Frekuensi (f) Presentase (%)
Baik 7 70
Kurang 3 30
Total 10 100
Sumber : Data Primer, 2020.
Interpretasi: Data yang diperoleh menunjukkan bahwa tanggapan
perawat terkait ketenagaan (SDM) didominasi oleh tanggapan dalam
kategori baik dengan jumlah responden 7 (70%).

b. M2 (Material/ Sarana dan Prasarana)


Distribusi Frekuensi Tanggapan Perawat
Terkait Material (Sarana dan Prasarana) di Ruangan Baji Dakka RSUD
Labuang Baji Makassar
Kriteria Frekuensi (f) Presentase (%)
Baik 8 80
Kurang 2 20
Total 10 100
Sumber : Data Primer, 2020.
Interpretasi: Data yang diperoleh menunjukkan bahwa tanggapan
perawat terkait material (sarana dan prasarana) didominasi oleh
tanggapan dalam kategori baik dengan jumlah responden 8 (80%).
c. M3 (Metode Asuhan Keperawatan)
a. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Distribusi Frekuensi Tanggapan Perawat
Terkait Model Asuhan Keperawatan Profesional di Ruangan Baji
Dakka RSUD Labuang Baji Makassar
Kriteria Frekuensi (f) Presentase (%)
Baik 5 50
Kurang 5 50
Total 10 100
Sumber : Data Primer, 2020.
Interpretasi: Data yang diperoleh menunjukkan bahwa tanggapan
perawat terkait model asuhan keperawatan profesional didapatkan
data yang setara, dengan kategori baik 5 responden (50%) dan
kategori kurang 5 responden (50%).

b. Operan
Distribusi Frekuensi Tanggapan Perawat Terkait Operan
di Ruangan Baji Dakka RSUD Labuang Baji Makassar
Kriteria Frekuensi (f) Presentase (%)
Baik 7 70
Kurang 3 30
Total 10 100
Sumber : Data Primer, 2020.
Interpretasi: Data yang diperoleh menunjukkan bahwa tanggapan
perawat terkait operandidominasi oleh tanggapan dalam kategori baik
dengan jumlah responden 7 (70%).
c. Ronde Keperawatan
Distribusi Frekuensi Tanggapan Perawat Terkait Ronde Keperawatan
di Ruangan Baji Dakka RSUD Labuang Baji Makassar
Kriteria Frekuensi (f) Presentase (%)
Baik 4 40
Kurang 6 100
Total 10 100
Sumber : Data Primer, 2020.
Interpretasi: Data yang diperoleh menunjukkan bahwa tanggapan
perawat terkait ronde keperawatandidominasi oleh tanggapan dalam
kategori kurang dengan jumlah responden 6 (60%).
d. Sentralisasi Obat
Distribusi Frekuensi Tanggapan Perawat Terkait Sentralisasi Obat
di Ruangan Baji Dakka RSUD Labuang Baji Makassar
Kriteria Frekuensi (f) Presentase (%)
Baik 7 70
Kurang 3 30
Total 10 100
Sumber : Data Primer, 2020.
Interpretasi: Data yang diperoleh menunjukkan bahwa tanggapan
perawat terkait sentralisasi obatdidominasi oleh tanggapan dalam
kategori baik dengan jumlah responden 7 (70%).
e. Supervisi
Distribusi Frekuensi Tanggapan Perawat Terkait Supervisi
di Ruangan Baji Dakka RSUD Labuang Baji Makassar
Kriteria Frekuensi (f) Presentase (%)
Baik 3 30
Kurang 7 70
Total 10 100
Sumber : Data Primer, 2020.
Interpretasi: Data yang diperoleh menunjukkan bahwa tanggapan
perawat terkait supervisididominasi oleh tanggapan dalam kategori
kurang dengan jumlah responden 7 (70%).
f. Penerimaan Pasien Baru
Distribusi Frekuensi Tanggapan Perawat Terkait
Penerimaan Pasien Baru di Ruangan Baji Dakka RSUD Labuang Baji
Makassar
Kriteria Frekuensi (f) Presentase (%)
Baik 9 90
Kurang 1 10
Total 10 100
Sumber : Data Primer, 2020.
Interpretasi: Data yang diperoleh menunjukkan bahwa tanggapan
perawat terkait penerimaan pasien barudidominasi oleh tanggapan
dalam kategori Baik dengan jumlah responden 9 (90%).
g. Pendokumentasian
Distribusi Frekuensi Tanggapan Perawat Terkait Pendokumentasian
di Ruangan Baji Dakka RSUD Labuang Baji Makassar
Kriteria Frekuensi (f) Presentase (%)
Baik 10 100
Kurang 0 0
Total 100 100
Sumber : Data Primer, 2020.
Interpretasi: Data yang diperoleh menunjukkan bahwa tanggapan
perawat terkait pendokumentasiandidominasi oleh tanggapan dalam
kategori baik dengan jumlah responden 10 (100%).
d. M4 (Money) Keuangan
Distribusi Frekuensi Tanggapan Perawat Terkait Keuangan
di Ruangan Baji Dakka RSUD Labuang Baji Makassar
Kriteria Frekuensi (f) Presentase (%)
Baik 6 60
Kurang 4 40
Total 10 100
Sumber : Data Primer, 2020.
Interpretasi: Data yang diperoleh menunjukkan bahwa tanggapan
perawat terkait keuangandidominasi oleh tanggapan dalam kategori Baik
dengan jumlah responden 6 (60%).
e. M5 (Mutu Layanan)
Distribusi Frekuensi Tanggapan Perawat Terkait Mutu Layanan
di Ruangan Baji Dakka RSUD Labuang Baji Makassar
Kriteria Frekuensi (f) Presentase (%)
Baik 3 30
Kurang 7 70
Total 10 100
Sumber : Data Primer, 2020.
Interpretasi: Data yang diperoleh menunjukkan bahwa tanggapan
perawat terkait mutu layanandidominasi oleh tanggapan dalam kategori
kurang dengan jumlah responden 7 (70%).
B. Analisa SWOT
Strenghts Weakness Opportunities Threats
M1:

- Berdasarkan hasil survey Masih terdapat Adanya mahasiswa - Adanya tuntutan


online yang dilakukan tanggapan perawat yang melakukan tinggi dari
didapatkan tanggapan terkait survey dengan masyarakat untuk
ketenagakerjaan sistem online pelayanan yang
perawat terkait
dalam kategori lebih professional.
ketenagakerjaan di RS kurang yakni 30 % - Semakin tingginya
Labuang Baji Makassar kesadaran
dalam katergori baik yakni masyarakat akan
70 % pentingnya
- Data yang diperoleh kesehatan
menunjukkan bahwa usia
tertinggi perawat yang
bertugas di ruangan
tersebut yaitu 45 tahun
sebanyak 2 responden
(20%) dan usia terendah
adalah 28 tahun sebanyak
1 responden (10%)
- Data yang diperoleh
menunjukkan bahwa
kualifikasi pendidikan
perawat yang bertugas
diruangan tersebut
didominasi oleh profesi
ners dengan jumlah
responden 4 orang (40%).
- Data yang diperoleh
menunjukkan perawat
yang bertugas di ruangan
tersebut didominasi oleh
perawat yang sudah
bekerja selama 16-20
tahun yaitu sebanyak 4
orang (40%),
- Berdasarkan hasil
wawancara melalui via
chat wa, jumlah perawat
yang bertugas di ruangan
tersebut adalah 14 orang

M2:
- Data primer yang Masih terdapat Tersedianya sarana -Persaingan
didapatkan dengan tanggapan perawat dan prasarana pelayanan RS yang
menggunakan survey terkait sarana dan pendukung semakin kuat
online ditemukan prasarana dalam -Adanya tuntutan
tanggapan perawat terkait kategori kurang tinggi dari
sarana dan prasarana yakni 20 % masyarakat perihal
dalam kategori baik yakni kelengkapan sarana
80 % dan prasarana
M3:
1. MAKP
Data yang diperoleh dengan Sebagian perawat Adanya keinginan Adanya tuntutan
menggunakan survey online memiliki tanggapan bidang keperawatan tinggi dari
didapatkan tanggapan kurang terkait model dalam masyarakat perihal
perawat terkait model asuhan keperawatan pengembangan kualitas pelayanan
asuhan keperawatan profesional yakni standar asuhan keperawatan
profesional dalam kategori sebanyak 50 % keperawatan yang
baik yakni 50 %. lebih baik

2. Operan

Tanggapan perawat terkait Sebagian perawat Adanya keinginan Adanya tuntutan


operan didominasi oleh masih memiliki bidang keperawatan tinggi dari
tanggapan dalam kategori tanggapan kurang dalam masyarakat perihal
baik yakni 70 % yakni 30 %. pengembangan kualitas pelayanan
standar asuhan keperawatan
keperawatan yang
lebih baik
3. Ronde
Keperawatan
Data yang Adanya tuntutan
Sebagian perawat masih didapatkan Adanya keinginan tinggi dari
memiliki tanggapan kurang tanggapan perawat untuk mengetahui masyarakat perihal
yakni 40 %. terkait ronde manajemen kualitas pelayanan
keperawatan keperawatan keperawatan
didominasi dengan
kategori kurang
yakni sebesar 60 %.
4. Sentralisasi obat

Tanggapan perawat terkait Sebagian perawat Adanya keinginan Adanya tuntutan


sentralisasi obat didominasi masih memiliki bidang keperawatan tinggi dari
oleh tanggapan dalam tanggapan kurang dalam masyarakat perihal
kategori baik yaitu sebesar yakni 30 %. pengembangan kelengkapan sarana
70% standar asuhan dan prasarana
keperawatan yang ruangan.
lebih baik

5. Supervisi

Sebagian perawat masih Tanggapan perawat Adanya keinginan Adanya tuntutan


memiliki tanggapan baik terkait Supervisi bidang keperawatan tinggi dari
yakni sebesar 30 %. didominasi oleh dalam masyarakat perihal
tanggapan dalam pengembangan kualitas pelayanan
kategori kurang standar asuhan keperawatan
yaitu sebesar 70% keperawatan yang
lebih baik

6. Discharge Planning

Tanggapan perawat terkait Tanggapan perawat Adanya keinginan Adanya tuntutan


perencanaan pulang terkait perencanaan untuk mengetahui tinggi dari
didominasi oleh tanggapan pulang dalam manajemen masyarakat perihal
dalam kategori baik yaitu kategori kurang keperawatan kualitas pelayanan
sebesar 90 % yakni sebesar 10% keperawatan

7. Pendokumentasian

Tanggapan perawat terkait Tanggapan perawat Adanya keinginan Adanya tuntutan


pendokumentasian adalah terkait bidang keperawatan tinggi dari
100% baik pendokumentasian dalam masyarakat perihal
adalah 100% baik pengembangan kualitas pelayanan
standar asuhan keperawatan
keperawatan yang
lebih baik

M4:
Terdapat tanggapan perawat Sebagian perawat - Sebagian besar Adanya tuntutan
terkait keuangan yang masih memiliki kebutuhan ruangan tinggi dari
mengatakan baik sebesar tanggapan baik sudah terpenuhi. masyarakat perihal
60% yakni sebesar 40 %. - Adanya anggaran kelengkapan sarana
untuk memenuhi dan prasarana
kebutuhan ruangan ruangan.

M5:

Sebagian perawat masih Tanggapan perawat - Sebagian besar -Adanya tuntutan


memiliki tanggapan baik terkait mutu layanan kebutuhan ruangan tinggi dari
yakni sebesar 30 %. Terkait didominasi oleh sudah terpenuhi. masyarakat perihal
mutu layanan tanggapan dalam - Adanya anggaran kualitas pelayanan
kategori kurang untuk memenuhi keperawatan
yaitu sebesar 70% kebutuhan ruangan
-Adanya tuntutan
tinggi dari
masyarakat perihal
kelengkapan sarana
dan prasarana
ruangan.

C. Identifikasi Masalah
1. M1
Tidak ada masalah
2. M2
Tidak ada Masalah
3. M3
a. Sebagian perawat memiliki tanggapan kurang terkait model asuhan
keperawatan profesional yakni sebanyak 50 %
b. Data yang didapatkan tanggapan perawat terkait ronde keperawatan
didominasi dengan kategori kurang yakni sebesar 60 %.
c. Tanggapan perawat terkait Supervisi didominasi oleh tanggapan dalam
kategori kurang yaitu sebesar 70%
4. M4
Tidak ada masalah
5. M5
a. Tanggapan perawat terkait mutu layanan didominasi oleh tanggapan
dalam kategori kurang yaitu sebesar 70%
D. Perumusan masalah

Alternatif Penyelesaian
No Data Masalah
Masalah
Sebagian perawat memiliki Metode asuhan Pemaparan materi
tanggapan kurang terkait model keperawatan tentang penerapan Model
1 asuhan keperawatan profesional
yakni sebanyak 50 % professional Asuhan Keperawatan
belum optimal Profesional (MAKP)
2 Data yang didapatkan tanggapan Ronde Pemaparan materi
perawat terkait ronde keperawatan keperawatan tentang penerapan ronde
didominasi dengan kategori
kurang yakni sebesar 60 %. kurang optimal keperawatan
3 Tanggapan perawat terkait Supervisi kurang Pemaparan materi
Supervisi didominasi oleh optimal tentang penerapan
tanggapan dalam kategori kurang
yaitu sebesar 70% supervise keperawatan

4 Tanggapan perawat terkait mutu Mutu pelayanan Pemaparan materi


layanan didominasi oleh kurang optimal tentang pentingnya mutu
tanggapan dalam kategori kurang
yaitu sebesar 70% pelayanan
E. Prioritas Masalah Manjemen
Ruangan: Baji Dakka

No Masalah manajemen A B C D E F G H I J K L M N
1 Metode asuhan keperawatan professional 2 4 5 4 5 3 3 3 3 4 5 3 44 4
belum optimal
2 Ronde keperawatan kurang optimal 3 4 5 4 5 3 3 3 3 4 5 3 45 3
3 Supervisi kurang optimal 4 4 5 4 5 3 3 3 3 4 5 3 46 2
4 Mutu pelayanan kurang optimal 4 4 5 4 5 3 3 3 5 4 5 3 48 1

KETERANGAN:
Keterangan bobot:
A : Risiko terjadi H : Waktu
B : Risiko parah I : Dana 1. Sangat Rendah
C : Potensial untuk pelatihan J : Fasilitas kesehatan 2. Rendah
3. Cukup
D : Minat perawat K : sumber daya 4. Tinggi
E : Mungkin diatasi L : sesuai dengan peran perawat 5. Sangat Tinggi
F : Sesuai program M : Skor total
G : Tempat N : Urutan prioritas
F. POA (Planning Of Action)

NO Masalah Tujuan Program/Kegiatan Indikator / Target Penanggung Waktu


Keberhasilan jawab
1. Mutu pelayanan kurang optimal Mengetahui Memaparkan materi Peningkatan mutu Ummu Desember 2020
DO: pentingnya terkait pentingnya pelayanan kesehatan (tentative)
Tanggapan perawat terkait mutu pentingnya mutu pelayanan
layanan didominasi oleh tanggapan peningkatan mutu rumah sakit kepada
dalam kategori kurang yaitu pealyanan dalam perawat yang
sebesar 70% pemberian asuhan bertugas di ruangan
keperawatan baji dakka dengan
menggunakan media
ppt

2. Supervisi kurang optimal Mengetahui Memaparkan materi Peningkatan Awal Desember 2020
DO: pentingnya terkait penerapan, penerapan supervisi (tentative)
Tanggapan perawat terkait penerapan supervisi supervisi kepada
Supervisi didominasi oleh perawat yang
tanggapan dalam kategori kurang bertugas di ruangan
yaitu sebesar 70% baji dakka dengan
menggunakan media
ppt/video

3. Ronde keperawatan kurang optimal Mengetahui Memaparkan materi Peningkatan Reski Desember 2020
DO: pentingnya terkait penerapan penerapan ronde (tentative)
Data yang didapatkan tanggapan penerapan ronde ronde keperawatan keperawatan
perawat terkait ronde keperawatan keperawatan kepada perawat yang
didominasi dengan kategori kurang bertugas di ruangan
yakni sebesar 60 %. baji dakka dengan
menggunakan media
ppt/video

4. Metode asuhan keperawatan Mengetahui Memaparkan materi Peningkatan Devy Desember 2020
professional belum optimal pentingnya terkait metode asuhan penerapan metode (tentative)
DO: penerapan metode keperawatan asuhan keperawatan
Sebagian perawat memiliki asuhan keperawatan profesional kepada profesional
tanggapan kurang terkait model profesional perawat yang
asuhan keperawatan profesional bertugas di ruangan
yakni sebanyak 50 % baji dakka dengan
menggunakan media
ppt
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Analisis Kesenjangan teori dan penyelesaian
Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh mahasiswa Profesi Ners
UIN Alauddin Makassar dengan menggunakan survey online didapatkan
beberapa masalah. Setelah dianalisis dan mempertimbangkan kemampuan
kelompok, maka kelompok memutuskan untuk mengatasi beberapa
masalah diruang perawatan baji dakka RSUD Labuang Baji Makassar
yakni rende keperawatan masi belum optimal serta supervisi masih kurang
optimal dan mutu pelayanan kurang optimal.
Adapun gambaran masalah fungsi manajemen keperawatan profesional
yang diintervensi mahasiswa dan kinerja kelompok adalah:
1. M3
a. Ronde Keperawatan
Masalah yang ditemukan pada M2 adalah terkait ronde
keperawatan berdasarkan hasil survey online yang didapatkan
tanggapan perawat terkait ronde keperawatan didominasi oleh dalam
kategori kurang dengan jumlah responden 6 (60%).
Untuk mengatasi masalah tersebut alternatif penyelesaian masalah
yang akan dilakukan adalah pemaparan materi terkait ronde
keperawatan.
Dalam teori keperawatan ronde keperawatan merupakan suatu
kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien
yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien dilibatka untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada
kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer atau konselor,
kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga melibatkan
seluruh anggota tim.
b. Supervisi
Masalah yang ditemukan pada M2 adalah terkait supervisi
berdasarkan hasil survey online yang didapatkan tanggapan perawat
terkait supervisi didominasi oleh dalam kategori kurang dengan
jumlah responden 7 (70%).
Untuk mengatasi masalah tersebut alternatif penyelesaian masalah
yang akan dilakukan adalah Pemaparan materi terkait supervisi
Supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan
berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh
bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera
diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna untuk
mengatasinya.
2. M5
a. Mutu Layanan
Masalah yang ditemukan pada M5 adalah terkait mutu layanan
berdasarkan hasil survey online yang didapatkan tanggapan
perawat terkait mutu layanandidominasi oleh dalam kategori
kurang dengan jumlah responden 7 (70%).
Untuk mengatasi masalah tersebut alternatif penyelesaian
masalah yang akan dilakukan adalah Pemaparan materi tentang
pentingnya mutu pelayanan
Mutu asuhan keperawatan yang baik apabila semua tugas yang
dilimpahkan dapat dijalankan dengan baik. Tanggung jawab kepala
ruangan yang baik dilakukan dalam hal perencanaan,
pengorganisasia,pengarahan, dan pengawasan (Hidayah,2014).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Dilakukan pengkajian dengan menggunakan survey online di ruang
perawatan baji dakka RSUD Labuang Baji Makassar
2. Responden yang mengisi google form adalah sebanyak 10 responden.
3. Pengkajian dilakukan dengan menggunakan pertanyaan yang telah di
berikan oleh pihak institusi.
B. Saran
1. Bagi rumah sakit
Diharapkan hasil praktek proses ronde keperawatan, supervisi di ruang
perawatan baji kamase RSUD Labuang Baji Makassarmampu menjadi
masukan dalam penyusunan dan penerapan konsep manajemen serta
untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan laporan ini dapat menjadi acuan dan referensi bagi
mahasiswa-mahasiswa terkait dengan proses rende keperawatan,
supervise dan peningkatan mutu pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA

Aditama. 2015. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta: IV Press.


Asmadi. 2015. Konsep Dasar keperawatan. Jakarta: EGC.
Asmadi. 2013. Konsep Dasar keperawatan. Jakarta: EGC.
Asmuji. 2012. Manajemen Keperawatan: Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta : Ar-
ruzz Media
Hamid, A.Y. 2014. Buku Ajar Aspek Spiritual Dalam Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Hidayah, Nur.2014. Manajemen Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP) Tim Dalam Peningkatan Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit,
Volume VII No.2. Uin Alauddin Makassar
Listiono,R.A. 2015. Studi Deskriptif Tentang Kualitas Pelayanan di Rumah Sakit
Umum Dr. Wahidi Sudiro Husodo Kota Mojokerto Pasca Menjadi Rumah
Sakit Tipe B. Jurnal Kebijakan dan Manajemen public, 1(1), 2-7. Retrieved
Fromhttp/://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmp1ad01a2a56full.pdf
Marquis, B.L. dan Huston, C.J. 1998. Management Decision Making For Nurses
(3er ed) Philadelphia: Lippincot-Raven Publisher
Marquis, B.L. dan Huston, C.J. 2012. Kepemimpinan an Manajemen
Keperawatan : Teori dan aplikasi, (Ed.4). Jakarta : EGC
Mugiati,Sri. 2016. Manajemen Dan Kepemimpinan Dalam Praktek Keperawatan.
Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.
Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan dan Aplikasinya. Jakarta: Salemba
Medika
Nursalam. 2011. Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta :
Salemba Medika
Nursalam. 2016. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses,
danPraktik. Edisi 4 volume 1. Jakarta: EGC.
Sitorus Ratna, Yulia. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah
Sakit. Jakarta : EGC
Sitorus, R. & Panjaitan, R. (2011). Manajemen keperawatan: Manajemen
keperawatan di ruang rawat. Jakarta: Sagung Seto.
Samantho, Ahmad. 2017. Bimaristan Konsep Ideal Rumah Sakit Islam. Diakses
pada tanggal 8 Agustus 2020 pukul 14.00 WITA.
Sitorus R . & Yulia. 2005. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah
Sakit Panduan Implementasi. Jakarta: EGC
Suarli dan Bahtiar, Yanyan. 2013. Manajemen Keperawatan. Jakarta: Erlangga.
Sunardi. 2015. Revolusi Ilmuwan Muslim Bagi Dunia Kedokteran. Surakarta:
Hilal Ahmar Press.
Zaidin, H. 2014. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya Medika.
.

Anda mungkin juga menyukai