Anda di halaman 1dari 20

STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS

ANALISIS DAN APLIKASI JURNAL “EFEKTIVITAS TERAPI MUSIK KLASIK


TERHADAP PENURUNAN TANDA DAN GEJALA PADA PASIEN
HALUSINASI PENDENGARAN” DI DUSUN BUNGSING KELURAHAN
GUWOSARI KECAMATAN PAJANGAN BANTUL
YOGYAKARTA

Disusun oleh:
Tegar Wandarianto (203203072)
M. Zulfikar Ilmi (203203042)
Bobi Ardianto (203203015)
Dwi Noviyanto (203203024)
La Ode Rizky Harfiadin (203203037)
Septiana Putri Fadila (203203066)
Nurul Mukaromah (203203055)
Rahma Defi Safriani (203203057)
Diana Br.Sitepu (203203018)
Ika Indah Priyani (203203033)
Dita Indah Cahyati (203203020)
Gusti Nanda Wahyu Dwi Sari (203203028)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XV


UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2021
Jl. Ringroad Barat, Ambarketawang, Gamping, Sleman Yogyakarta
Telp (0274) 4342000
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS DAN APLIKASI JURNAL “EFEKTIVITAS TERAPI MUSIK


KLASIK TERHADAP PENURUNAN TANDA DAN GEJALA PADA
PASIEN
HALUSINASI PENDENGARAN” DI DUSUN BUNGSING KELURAHAN
GUWOSARI KECAMATAN PAJANGAN BANTUL
YOGYAKARTA

Disusun oleh:

KELOMPOK 7

Telah disetujui pada


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( ) ( )

Mahasiswa

( )
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien
mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaaan atau penghiduan. Klien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Damaiyanti, 2012).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar
suara padahal tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati & Hartono,
2012).
Di Rumah Sakit Jiwa di Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang dialami
oleh pasien gangguan jiwa adalah halusinasi pendengaran, 20% halusinasi
penglihatan, dan 10% adalah halusinasi penghidu, pengecapan dan
perabaan. Angka terjadinya halusinasi cukup tinggi (Muhith, 2015). DI
Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, dan Bali. Prevalensi Skizofrenia di
Jawa Tengah yaitu 0,23% dari jumlah penduduk melebihi angka nasional
0,17% (KEMENKES RI, 2013). Berdasarkan data dari Tim Pengarah
Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM) Provinsi Jawa Tengah
menyebutkan, bahwa penderita gangguan jiwa di daerah Jawa Tengah
tergolong tinggi, dimana totalnya adalah 107 ribu penderita atau 2,3% dari
jumlah penduduk (Widiyanto, 2015). Jumlah kunjungan gangguan jiwa di
Jawa Tengah dari tahun ke tahun terus meningkat secara signifikan, pada
tahun 2014 di sarana pelayanan kesehatan Provinsi Jawa Tengah
mendapati angka sebanyak 260.247 kunjungan, terdiri dari 128.983
kunjungan puskesmas, 126.755 kunjungan rumah sakit, dan 4.509
kunjungan pada sarana pelayanan kesehatan lainnya, yang mengalami
peningkatan dibanding tahun 2013 yang mencapai 121.962 kunjungan dan
semakin meningkat di tahun 2014 yaitu 317.504 penderita gangguan jiwa
dimana gangguan jiwa dengan skizofrenia yang paling mendominasi
(Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2014).
Gangguan orientasi realita adalah ketidakmampuan individu untuk menilai
dan berespon pada realita. Klien tidak dapat membedakan rangsangan
internal dan eksternal, tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan.
Klien juga tidak mampu untuk memberikan respon yang akurat, sehingga
tampak perilaku yang sulit dimengerti. Halusinasi adalah penyerapan
(persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat
meliputi semua panca indera dan terjadi disaat individu sadar penuh
(Depkes dalam Dermawan dan Rusdi, 2016).
Karena tidak menimbulkan efek samping seperti obat-obatan, karena terapi
nonfarmakologi menggunakan proses fisiologis. Salah satu terapi
nonfarmakologi yang efektif adalah mendengarkan musik. Musik memiliki
kekuatan untuk mengobati penyakit dan meningkatkan kemampuan
pikiran seseorang. Ketika musik diterapkan menjadi sebuah terapi, musik
dapat meningkatkan, memulihkan, dan memelihara kesehatan fisik,
mental, emosional, sosial dan spritual. Pada zaman modern, terapi musik
banyak digunakan oleh psikolog maupun psikiater untuk mengatasi
berbagai macam gangguan kejiwaan, gangguan mental atau gangguan
psikologis.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang Tersebut “Bagaimana Efektivitas
Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Tanda dan Gejala pada Pasien
Halusinas Pendengaran Di Dusun Bungsing Kelurahan Guwosari
Kecamatan Pajangan Bantul Yogyakarta.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui
bagaimana efektivitas terapi musik klasik terhadap penurunan tanda
dan gejala pada pasien halusinas pendengaran Di Dusun Bungsing
Kelurahan Guwosari Kecamatan Pajangan Bantul Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengaplikasikan intervensi pemberian music
klasik pada pasien dengan halusinasi pendengaran Di Dusun
Bungsing Kelurahan Guwosari Kecamatan Pajangan Bantul
Yogyakarta.
b. Diketahuinya kualitas penelitian Wuri Try Wijayanto dan Marisca
Agustina (2017) yang berjudul “Bagaimana Efektivitas Terapi
Musik Klasik Terhadap Penurunan Tanda dan Gejala pada Pasien
Halusinas Pendengaran”.
c. Diketahuinya kemungkinan aplikasi pemberian musik klasik pada
pasien halusinasi pendengaran Di Dusun Bungsing Kelurahan
Guwosari Kecamatan Pajangan Bantul Yogyakarta berdasarkan
artikel Wuri Try Wijayanto dan Marisca Agustina (2017) yang
berjudul “Bagaimana Efektivitas Terapi Musik Klasik Terhadap
Penurunan Tanda dan Gejala pada Pasien Halusinas Pendengaran”.
BAB II
RINGKASAN ARTIKEL PENELITIAN

A. Dasar Pencarian EBN


1. Population
Pasien dengan halusinasi pendengaran di Ruang Rawat Inap Elang RSJ
Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta.
2. Intervention
Pemberian terapi musik klasik pada pasien dengan haluasinasi
pendengaran.
3. Comparasion
-
4. Outcome
Menurunkan tanda dan gejala halusinasi pendengaran.
Pernyataan Klinis:
Bagaimana Efektivitas Pemberian Musik Klasik Terhadap Penurunan
Tanda dan Gejala pada Pasien Halusinas Pendengaran Di Dusun Bungsing
Kelurahan Guwosari Kecamatan Pajangan Bantul Yogyakarta.

B. Strategi Pencarian Artikel


1. Situs database jurnal
Situs database jurnal yang digunakan adalah google scholar
(https://scholar.google.com/) dengan menggunakan keyword awal
“jurnal keperawatan intervensi pada pasien dengan halusinasi
pendengaran”. Dari hasil pencarian tersebut didapatkan 507 jurnal.
Selanjutnya, menggunakan filter tahun pencarian “2016-2021” dan
jenis artikel “Quasy Experiment Design” sehingga didapatakan 91
hasil artikel. Penulis memilih salah satu artikel yang sesuai dengan
kriteria PICO, yaitu artikel dengan judul “Efektivitas Pemberian Musik
Klasik Terhadap Penurunan Tanda dan Gejala pada Pasien Halusinas
Pendengaran”.
2. Screenshot

C. Ringkasan Isi Artikel


1. Judul artikel
Efektivitas Pemberian Musik Klasik Terhadap Penurunan Tanda dan
Gejala pada Pasien Halusinas Pendengaran.
2. Author/Tahun/Negara
a. Author : Wuri Try Wijayanto dan Marisca Agustina
b. Tahun : 2017
c. Negara : Indonesia
3. Metode Penelitian
a. Desain
Quasy experiment dengan pre and post test without control.
b. Intervensi
Melakukan intervensi pada satu kelompok tanpa pembanding
dengan diberikan intervensi music klasik.
c. Subjek
Pasien jiwa dengan masalah keperawatan Gangguan Sensori
Presepsi: Halusinasi Pendengaran yang rawat di ruang rawat inap
di merak, perkutut dan elang RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan
Jakarta sejumlah 30 orang.
d. Instrumen
Lembar observasi terdiri dari: data demografi, cara melakukan
terapi musik, ceklist observasi yang berisikan pernyataan tentang
tanda dan gejala halusinasi
4. Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan 90% responden mengalami penurunan
tanda dan gejala halusinasi, sedangkan 10% responden tidak
mengalami penurunan tanda dan gejala halusinasi. Hasil analisa
statistik menggunakan uji paired t test menunjukkan p value sebesar
0,000 artinya terdapat efektivitas pemberian terapi musik klasik
terhadap penurunan tanda dan gejala halusinasi pendengaran.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Analisis Artikel Penelitian


1. Checklist Critical Appraisal

Komponen yang Ya/ Penjelasan


Dinilai Tidak
Judul artikel dan Ya Efektivitas Pemberian Musik Klasik
abstrak: Terhadap Penurunan Tanda dan
Apakah judul sesuai Gejala pada Pasien Halusinas
dengan isi? Pendengaran.

Apakah tujuan penelitian Ya Penelitian ini dilakukan untuk


disebutkan? Apa? melihat efektivitas music klasik
dalam penurunan tanda dan gejala
pada pasien dengan halusinasi
pendengaran.
Apakah abstrak Ya Abstrak memberikan informasi
memberikan informasi lengkap terkait dengan tujuan,
lengkap: latar belakang, desain penelitian, tempat penelitian,
tujuan, metode, hasil? metodologi, hasil dan kesimpulan.

Justifikasi, metodologi, Ya Alasan melakukan terapi musik


desain: klasik adalah karena music sangat
Apakah dijelaskan mudah diterima organ pendengaran
alasan melakukan dan kemudian melalui saraf
penelitian (di latar pendengaran disalurkan ke bagian
belakang dan tinjauan otak yang memproses emosi yaitu
pustaka)? sistem limbik. Pada sistem limbik di
Komponen yang Ya/ Penjelasan
Dinilai Tidak
dalam otak terdapat
neurotransmitter yang mengatur
mengenai stres, ansietas, dan
beberapa gangguan terkait ansietas.
Musik dapat mempengaruhi
imajinasi, intelegensi, dan memori,
serta dapat mempengaruhi hipofisis
di otak untuk melepaskan endorfin.
Apakah tinjauan Ya Peneliti tersebut menggunakan 23
pustakanya referensi 8 diantaranya >10 tahun
lengkap/cukup? terakhir sebelum hasil penelitian
dipublikasikan dan 1 referensi dari
tahun 2001.

Apakah menggunakan Tidak Pada penelitian ini referensi yang


referensi terbaru? digunakan > 10tahun, dan 1
(maksimal 5 tahun) referensi dari 16 tahun yang lalu
sebelum hasil penelitian ini
dipublikasikan.
Apakah hipotesisnya Tidak Dalam jurnal tidak disebutkan
disebutkan? hipotesisnya.

Jika eksperimen, apakah Ya Pada desain penelitian ini, peneliti


kelompok intervensi dan hanya melakukan intervensi pada
kontrol dijelaskan? satu kelompok tanpa pembanding.
Efektifitas perlakuan dinilai dengan
cara membandingkan nilai post test
dengan pre test.
Komponen yang Ya/ Penjelasan
Dinilai Tidak

Sampling:
Bagaimana populasi Ya Populasi dalam penelitian ini
dipilih? berjumlah 30 pasien dengan
halusinasi pendengaran yang rawat
di Ruang rawat inap Merak,
Perkutut dan elang RS Jiwa dr.
Soeharto Heerdjan Jakarta.
Apakah kriteria inklusi Tidak Dalam penelitian ini tidak dituliskan
dan eksklusi disebutkan? kriteria inklusi dan eksklusi karena
Apa? peneliti menggunakan tehnik
sampling yaitu total populasi
sampling.

Apakah ukuran sampel Tidak Dalam penelitian ini tidak


cukup? dijelaskan bahwa ukuran sample
cukup untuk dilakukan penelitian
namun dapat diasumsikan bahwa
minimal sampel dalam penelitian
quasi experiment adalah 30
responden.

Pengumpulan data: Ya Pengumpulan data dalam penelitian


ini dengan menggunakan lembar
Bagaimana cara
observasi.
pengumpulan datanya
Obrservasi merupakan salah satu
(kuesioner atau ada yang
teknik pengumpulan data yang tidak
lain)
hanya mengukur sikap dari
responden (wawancara dan angket)
Komponen yang Ya/ Penjelasan
Dinilai Tidak
namun juga dapat digunakan untuk
merekam berbagai fenomena yang
terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini
digunakan bila penelitian ditujukan
untuk mempelajari perilaku
manusia, proses kerja, gejala-gejala
alam dan dilakukan pada responden
yang tidak terlalu besar.

Siapa yang Ya Dilakukan oleh peneliti sendiri dan


mengumpulkan data? dengan menggunakan lembar
observasi.

Apakah instrumen Tidak Dalam penelitian ini tidak


pengumpulan data dijelaskan instrument pengumpulan
dijelaskan? data.

Apakah instrument diuji Tidak Dalam penelitian ini instrument


dulu? yang digunakan tidak perlu
dilakukan pengujian terlebih
dahulu.

Apakah confounding Tidak Tidak dijelaskan terkait adanya


factors diidentifikasi? confounding factors.

Apakah ada penjelasan Tidak Tidak dijelaskan, namun dalam


Komponen yang Ya/ Penjelasan
Dinilai Tidak
validitas dan reliabilitas penelitian quasi experiment tidak
instrument? dilakukan uji validitas dan
reabilitas.
Pertimbangan etik: Tidak Dalam penelitian tersebut tidak
menyebutkan tentang penelitian
Apakah penelitian
menggunakan ethical approval dan
menggunakan ethical komite etik.
approval dari komite
etik?

Apakah ada informed Tidak Dalam penelitian tidak


consent dalam menyebutkan informed consent
penelitian?

Analsis data dan hasil: Ya Hasil penelitian disampaikan


Apakah hasil dengan jelas dalam abstrak, sub-bab
disampaikan dengan hasil, kemudian dijelaskan dalam
jelas? sub-bab pembahasan.

Apakah p-value dan Ya Dalam penelitian ini didapatkan


confidence interval hasil p value sebesar 0,000 artinya
dilaporkan? terdapat efektivitas pemberian terapi
musik klasik terhadap penurunan
tanda dan gejala halusinasi
pendengaran.
Apakah hasilnya Ya Penelitian ini menunjukkan hasil
signifikan? signifikan (uji pired t test p value
0.000 artinya hasil dari uji statistic ≤
0.05 dianggap signifikan).
Apakah kesimpulan Ya Ada efektivitas antara pemberian
Komponen yang Ya/ Penjelasan
Dinilai Tidak
penelitian ini? terapi musik klasik terhadap
penurunan tanda dan gejala pada
pasien halusinasi pendengaran di
ruang rawat inap Elang, Merak dan
Perkutut RS Jiwa Dr. Soeharto
Heerdjan Jakarta.
Hasil dan keterbatasan Tidak Di dalam jurnal tidak dijelaskan
penelitian: apakah penelitian ini bisa
Apakah hasil bisa digeneralisasikan atau tidak.
digeneralisasikan?

Apakah keterbatasan Tidak Di dalam penelitian ini tidak


penelitian disebutkan? dituliskan keterbatasan peneliti
dalam melakukan penelitian.

Apakah ada saran untuk Ya Diharapkan untuk mengembangkan


penelitian selanjutnya? penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti dan melakukan penelitian
tentang terapi non farmakologik lain
seperti terapi musik dangdut atau
yang beritme cepat yang dapat
digunakan untuk menurunkan tanda
dan gejala halusinasi pendengaran.
Atau terapi non farmakologik lain
seperti terapi bermain atau
sejenisnya.
Komponen yang Ya/ Penjelasan
Dinilai Tidak
Apakah implikasi Tidak Di dalam jurnal tidak
penelitian tersebut? diimplikasikan
(yang disebutkan dalam terkait penelitian lanjutan.
jurnal)

2. Apakah hasil penelitian penting?


Hasil penelitian ini penting karena therapi music merupakan bentuk
dari tehnik relaksasi yang bertujuan untuk mengurangi perilaku
agresif, memberikan rasa tenang, mengendalikan emosi serta
halusianasi. Dalam penelitian dengan diberikan therapi musik klasik
dapat menurunkan frekuensi tanda dan gejala halusinasi pasien (90%)
responden. Terapi musik sangat mudah diterima organ pendengaran
dan kemudian melalui saraf pendengaran disalurkan ke bagian otak
yang memproses emosi yaitu sistem limbik. Pada sistem limbik di
dalam otak terdapat neurotransmitter yang mengatur mengenai stress,
ansietas, dan beberapa gangguan terkait ansietas. Musik dapat
mempengaruhi imajinasi, intelegensi, dan memori, serta dapat
mempengaruhi hipofisis di otak untuk melepaskan endorphin. Musik
klasik dianggap memiliki dampak psikofisik yang menimbulkan kesan
rileks, santai, cenderung membuat detak nadi bersifat konstan,
memberi dampak menenangkan, dan menurunkan stress.
3. Aplikasi Intervensi Musik Klasik Di Dusun Bungsing Kelurahan
Guwosari Kecamatan Pajangan Bantul Yogyakarta.
Hasil penelitian dari jurnal dapat diaplikasikan di lapangan dengan
memberikan intervensi berupa musik klasik selama 3 hari dengan
durasi waktu 15 menit pada pasien dengan halusinasi pendengaran
yaitu Tn. W. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pemberian
intervensi ini Tn. W dianjurkan untuk duduk pada posisi nyaman
dengan tubuh bersandar pada kursi, kedua mata dipejamkan, kemudian
diputarkan musik klasik dengan earphone dan diminta untuk focus
mendengarkan music kalsik mozart tersebut sampai dengan 15 menit.
Setelah 3 hari pemberian intervensi dan dilakukan evaluasi, Tn. W
mengatakan merasa nyaman dan tenang setelah mendengarkan music
klasik. Tn. W mengatakan frekensi datangnya halusinasi juga mulai
berkurang. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa, musik memiliki
kekuatan untuk mengobati penyakit dan meningkatkan kemampuan
pikiran seseorang. Ketika musik diterapkan menjadi sebuah terapi,
musik dapat meningkatkan, memulihkan, dan memelihara kesehatan
fisik, mental, emosional, sosial dan spritual. Pada zaman modern,
terapi musik banyak digunakan oleh psikolog maupun psikiater untuk
mengatasi berbagai macam gangguan kejiwaan, gangguan mental atau
gangguan psikologis (Aldigre, 2008).
Beberapa musik klasik dianggap memiliki dampak psikofisik yang
menimbulkan kesan rileks, santai, cenderung membuat detak nadi
bersifat konstan, memberi dampak menenangkan, dan menurunkan
stress. Setiadarma (2002) menyimpulkan, musik klasik Mozart
memiliki irama, melodi, dan frekuensi tinggi yang dapat merangsang
dan menguatkan wilayah kreatif dan motivasi di otak. Intervensi terapi
musik klasik membuat seseorang menjadi rileks, menimbulkan rasa
aman dan sejahtera, melepaskan rasa gembira dan sedih, melepaskan
rasa sakit dan menurunkan tingkat stres, sehingga dapat menyebabkan
penurunan kecemasan. Terapi musik sangat mudah diterima organ
pendengaran dan kemudian melalui saraf pendengaran disalurkan ke
bagian otak yang memproses emosi yaitu sistem limbik. Pada sistem
limbik di dalam otak terdapat neurotransmitter yang mengatur
mengenai stres, ansietas, dan beberapa gangguan terkait ansietas.
Musik dapat mempengaruhi imajinasi, intelegensi, dan memori, serta
dapat mempengaruhi hipofisis di otak untuk melepaskan endorphin
(Candra, 2013).
B. Kelebihan atau Kekurangan Artikel Penelitian
1. Kelebihan
a. Kelebihan dari penelitian ini adalah sudah didukung dengan
adanya teori sebelumnya yang meneliti tentang efektivitas music
klasik untuk menurunkan tanda dan gejala halusinasi.
b. Jumlah subjek dalam penelitian ini banyak dan waktu penelitian
yang dilaksanakan selama 14 hari. Subjek yang banyak dapat
dijadikan standarisasi dilaksanakannya pemberian musik klasik
untuk menurunkan tanda dan gejala pada pasien dengan halusinasi.
2. Kekurangan
a. Penelitian ini belum menggunakan referensi yang paling terbaru (<
5 tahun).
b. Dalam penelitian ini tidak terdapat kelompok kontrol sehingga
tidak dapat diregeneralisasi.
c. Lembar observasi dalam penelitian ini tidak dipaparkan dalam
jurnal.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Halusinasi pendengaran adalah halusinasi yang paling sering
dialami oleh penderita gangguan mental, misalnya mendengar
suara melengking, mendesir, bising, dan dalam bentuk kata-kata
atau kalimat. Terapi nonfarmakologi lebih aman digunakan karena
tidak menimbulkan efek samping seperti obat-obatan, karena terapi
nonfarmakologi menggunakan proses fisiologis. Salah satu terapi
nonfarmakologi yang efektif adalah mendengarkan musik. Musik
memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan meningkatkan
kemampuan pikiran seseorang. Terapi musik sangat mudah
diterima organ pendengaran dan kemudian melalui saraf
pendengaran disalurkan ke bagian otak yang memproses emosi
yaitu sistem limbik.
Dari analisis jurnal diatas, diketahui hasil penelitian menunjukkan
bahwa terjadi penurunan tanda dan gejala halusinasi setelah
dilakukan terapi musik yaitu 27 (90,0%) responden. Didapatkan 3
(10%) dari responden tidak mengalami penurunan tanda dan
gejala. Nilai mean perbedaan skor antara sebelum dan sesudah
adalah 6,200 dengan standar deviasi 2,882. Hasil uji statistik
didapatkan 0,000 (p < 0,05), maka dapat disimpulkan ada
perbedaan antara tanda dan gejala halusinasi pendengaran pada
pasien halusinasi pendengaran sebelum dan sesudah terapi musik
klasik atau ada efektivitas terapi musik klasik terhadap penurunan
tanda dan gejala halusinasi pendengaran pada pasien halusinasi
pendengaran.
B. Saran
Bagi keluarga pasien disarankan untuk dapat mengaplikasikan
pemberian music klasik pada pasien dengan halusinasi
pendengaran karena berdasarkan hasil penelitian didapatkan
penurunan tanda gejala pada pasien dengan halusinasi pendengaran
setelah diberikan intervensi musik klasik.
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, M. & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Rafika


Aditama.
Keliat, B.A, dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHM
(Basic Course). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
KEMENKES RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI.
Kusumawati, Farad, Hartono, Y. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi).
Yogyakarta: CV.Andi.
Widiyanto. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
DINKES, Jateng (2014). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012-
2013. Semarang: Dinkes Jateng.

Anda mungkin juga menyukai