Anda di halaman 1dari 12

STASE KEPERAWATAN JIWA

LAPORAN ANALISA JURNAL


” PENGARUH MUSIK PADA HALUSINASI PENDENGARAN DAN
KUALITAS HIDUP PADA PASIEN SKIZOFRENIA : PERCOBAAN
TERKONTROL SECARA ACAK”

Disusun Oleh:

SATRIA KUSTIAWAN 203203065


DWI NINGRUM P 203203023
LISA KARUNIA S 203203040

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XV


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN ANALISA JURNAL ” PENGARUH MUSIK PADA
HALUSINASI PENDENGARAN DAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN
SKIZOFRENIA”

Telah disetujui pada :

Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(……………………………….) (……………………………)
BAB I
LATAR BELAKANG DAN TUJUAN

A. Latar Belakang
Menurut Arisandy & Sunarmi (2018) data World Health Organization
(WHO) pada tahun 2012 ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami
gangguan kesehatan jiwa. Jumlah gangguan jiwa berat atau psikosis skizofrenia
tahun 2013 di Indonesia provinsi-provinsi yang memiliki gangguan jiwa
terbesar antara lain yang pertama adalah Daerah Istimewa Yogyakarta (0,27%),
kemudian urutan kedua Aceh (0,27%), urutan ketiga yaitu Sulawesi selatan
(0,26%), Bali menempati posisi keempat (0,23%), dan Jawa Tengah
menempati urutan kelima (0,23%) dari seluruh provinsi di Indonesia
(Riskesdas, 2013)
Dilihat dari penduduk yang mengalami gangguan jiwa, skizofrenia
mulai muncul sekitar usia 15 – 35 tahun. gejala-gejala yang serius dan pola
perjalanan penyakit yang kronis berakibat disabilitas pada penderita
skizofrenia. Gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi dua yaitu gejala negative
dan positif. Gejala negative yaitu menarik diri, tidak ada atau kehilangan
dorongan atau kehendak. Sedangkan gejala positif yaitu halusinasi, waham,
pikiran yang tidak terorganisir dan perilaku yang aneh (Videbeck, 2008). Dari
gejala tersebut, halusinasi merupakan gejala yang paling banyak ditemukan.
Lebih dari 90% pasien skizofrenia mengalami halusinasi.
Terapi musik bertujuan untuk membentuk perubahan dalam perilaku
dan suasana hati serta meningkatkan kulitas hidup, mengurangi stress, nyeri,
kecemasan dan isolasi ( Sukran Ertekin Pinar & Havva Tel,. 2019).
Terapi musik dianggap sebagai jenis rehabilitasi psikososial dan, bila
digunakan bersama dengan obat-obatan, secara positif dapat memperbaiki
gejala skizofrenia kronis. Itu juga dapat meningkatkan kualitas hidup,
meningkatkan fungsi kognitif, meningkatkan keterampilan, memperkuat pasien
' ego, dan memberikan ekspresi emosional pada pasien skizofrenia.

1
Hasil survey yang dilakukan pada tanggal 13 November 2020 di wisma
nakula dan sadewa putra RSJ Grhasia Yogyakarta yang sedang rawat inap
terdapat 22 pasien dengan masalah 10 pasien halusinasi, 3 harga diri rendah, 5
waham, dan 4 defisit perawatan diri. Hal ini masalah yang dominasi adalah
pasien dengan halusinasi, untuk itu terapi musik ini perlu diberikan kepada
pasien dengan halusinasi untuk merurunkan tanda dan gejala yang sulit
terkontrol.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui adanya pengaruh pengaruh musik pada halusinasi pendengaran da
kualitas hidup pada pasien skizofrenia”

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui efek positif music pada gejala yang muncul pada
pasien skizofrenia
b. Untuk mengetahui music berpengaruh positif terhadap kualitas hidup
pasien dengan skizofrenia

2
BAB II
ANALISIS JURNAL

A. JUDUL JURNAL KEPERAWATAN JIWA


Judul Jurnal Penelitian Yaitu Pengaruh Musik Pada Halusinasi Pendengaran
Dan Kualitas Hidup Pada Pasien Skizofrenia : Percobaan Terkontrol Secara
Acak

B. TUJUAN ANALISA JURNAL


untuk mengetahui signifikansi pengaruh music pada halusinasi pendengaran
dan kualitas hidup pada pasien skizofrenia : Percobaan Terkontrol Secara Acak

C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode quasi experiment Pengambilan sampel
menggunakan teknik simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak
28 orang.dimana 14 pasien pada kelompok eksperimen dan 14 lainya di
kelompok control yang telah memenuhi kriteria inklusi. Pengumpulan data
penelitian menggunakan formulir informasi pribadi biografi, skala penilaian
gejala psitif ( SAPS), karakteristik kuesioner halusinasi auditor, skala kualitas
hidup organisasi kesehatan dunia (WHOQOL-BREF). pengumpulan data
menggunakan Genre musik yang digunakan dalam penelitian ini dipilih
sebagai nada suara Rast, Setelah pasien di kedua kelompok yang setuju untuk
berpartisipasi dalam penelitian diberi tahu tentang halusinasi pendengaran,
mereka diberikan Formulir Informasi, SAPS (untuk menentukan halusinasi),
karakteristik kuesioner halusinasi pendengaran, dan WHOQOL-BREF.
Pada kelompok eksperimen mendengarkan musik rutin 15 menit melalui
headphone saat mereka mengalami halusinasi pendengaran selama mereka
tinggal di rumah sakit. Pasien dalam kelompok kontrol tidak mendengarkan
musik di rumah sakit. Mereka juga diberitahu untuk mendengarkan musik yang
sama setiap kali mereka mengalami halusinasi pendengaran setelah mereka
keluar dari rumah sakit. Para pasien di kedua kelompok diberikan SAPS dan

3
karakteristik kuesioner halusinasi pendengaran saat pulang dan tindak lanjut
bulan ketiga. Pada bulan keenam masa tindak lanjut, mereka diberikan
WHOQOL-BREF di samping SAPS dan karakteristik kuesioner halusinasi
pendengaran. Para pasien ' tindak lanjut dilakukan saat mereka datang ke klinik
rawat jalan psikiatri setelah dipulangkan.

D. HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian terdapat perbedaan yang signifikan antara karakteristik
skor halusinasi pendengaran pasien kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen (p <0,05). Sementara hasil statistic antara skor subskala halusinasi
dari SAPS pada pasien kelompok eksperimen dan kontrol terdapat perubahan
signifikan (p<0,05) diperoleh saat mereka dirawat, saat pulang dan pada tindak
lanjut bulan pertama, bulan ketiga, dan bulan keenam setelah pulang.
Skor pasien kelompok eksperimen yang diperoleh dari subskala fisik,
mental, social, lingkungan, dan lingkungan nasional dari kualitas hidup pada
tindak lanjut bulan keenam lebih tinggi dari pada dirawat rumah sakit (p<00,5).

4
BAB III
PEMBAHASAN

A. Kesahihan metode penelitian


1. Desain
Penelitian ini mengguanakan desain quasi experiment
Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling
2. Sampling
Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random
sampling. Pengambilan sampel secara acak pada kelompok
eksperimental dan kontrol sebanyak 28 orang yang telah memenuhi
kriteria inklusi yaitu Pasien yang berusia 18 tahun ke atas,
didiagnosis dengan skizofrenia (DSM-IV) dan halusinasi
pendengaran, Tinggal di tengah provinsi Sivas, Mampu
berkomunikasi dan menjawab pertanyaan setuju untuk berpartisipasi
dalam studi.
3. Alat Ukur
Alat ukur menggunakan formulir informasi pribadi mencakup
24 item pertanyaan pasien karakteristik sosio-demografis, penyakit,
dan halusinasi pendengaran.
Alat ukur gejala positif (SAPS) Skala Likert terdapat enam poin
terdiri dari 34 item dan 4 Subskala. Subskala berhubungan dengan
halusinasi, delusi, perilaku aneh, dan gangguan pikiran formal
positif. Skor total yang mungkin dari skala berkisar dari 0 hingga
170 poin dengan interprestasi Skor yang lebih tinggi menunjukkan
bahwa gejalanya tinggi
Alat ukur karakteristik kuesioner halusinasi auditori, dan Skala
Kualitas Hidup Organisasi Kesehatan Dunia (WHOQOL-BREF)
terdapat 26 pertanyaan dan lima jenis skala tipe likert terdiri dari

5
lingkungan fisik, mental, sosial, lingkungan, dan lingkungan
nasional.
4. Analisis
Analisis pada penelitian dianalisis menggunakan uji (SPSS)
versi 22.0. analysis data dengan uji paramterik asumsi (Kolmogrov-
Smirnov) terpenuhi, sampel berpasangan t-uji digunakan jika asumsi
uji parametric tidak terpenuhi, uji Friedman digunakan untuk
membandingkan nilai yang diukur pada waktu yang berbeda. Untuk
menentukan koefisien korelasi antar pengukuran digunakan analisis
korelasi Pearson. Tingkat signifikansi adalah 0,05 untuk semua tes
dan kami juga menghitung interval kepercayaan 95%.
B. Keshahihan Hasil Penelitian
signifikan antara karakteristik skor halusinasi pendengaran
pasien kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (p <0,05).
Sementara hasil statistic antara skor subskala halusinasi dari SAPS
pada pasien kelompok eksperimen dan kontrol terdapat perubahan
signifikan (p<0,05) diperoleh saat mereka dirawat, saat pulang dan
pada tindak lanjut bulan pertama, bulan ketiga, dan bulan keenam
setelah pulang.
Hal ini positif bahwa 50% dari pasien dalam kelompok
eksperimen menyatakan bahwa mereka menderita “ sesekali ”
halusinasi pendengaran selama bulan keenam setelah keluar dan
mereka semua terus mendengarkan musik di bulan pertama dan
keenam dan mayoritas dari mereka di bulan ketiga ketika mereka
mengalami halusinasi pendengaran. Jenis musik dalam rast tonality
memberi orang kegembiraan, kedamaian, vitalitas, kenyamanan, dan
kesegaran. Dalam literatur disebutkan bahwa mendengarkan musik
memiliki kelebihan antara lain menghilangkan stres, kecemasan, dan
ketegangan, memperkuat keterampilan koping, dan memudahkan
pengungkapan emosi dan pikiran terapi musik secara signifikan
mengurangi durasi dan keparahan halusinasi pada pasien skizofrenia.

6
Juga telah dilaporkan bahwa terapi musik membantu pasien
skizofrenia untuk mengatasi gejala penyakit dan setelah terapi
musik, gejalanya menurun.
Skor pasien dalam kedua kelompok yang diperoleh dari
kuesioner halusinasi pendengaran dan subskala halusinasi SAPS
tinggi saat mereka dirawat di rumah sakit tetapi rendah saat
dipulangkan dan pada tindak lanjut setelah keluar. Namun, 85,7%
pasien dalam kelompok kontrol yang tidak mendengarkan musik
bertekad untuk menggunakan obat non-antipsikotik generasi baru.
Tingkat keparahan gejala penyakit biasanya tinggi pada pasien
skizofrenia saat mereka dirawat di rumah sakit.
Bahwa skor pasien kelompok kontrol yang diperoleh dari
kuesioner halusinasi pendengaran dan subskala halusinasi dari SAPS
pada tindak lanjut lebih rendah pada sebagian besar pasien ini
menunjukkan bahwa obat antipsikotik generasi baru efektif. Skor
pasien kelompok eksperimen yang diperoleh dari domain fisik,
mental, lingkungan, dan lingkungan nasional dari kualitas hidup
pada tindak lanjut enam bulan lebih tinggi daripada yang diperoleh
saat pulang dari rumah sakit.
Dalam penelitian ini, diamati bahwa mendengarkan musik
dengan nada Rast memiliki efek positif pada gejala positif dan
kualitas hidup pasien yang mengalami halusinasi pendengaran
C. Kesesuaian Kondisi Klinik
Terapi musik bertujuan untuk menciptakan perubahan dalam
perilaku dan suasana hati serta untuk meningkatkan kualitas hidup
dengan mengurangi stres, nyeri, kecemasan, dan isolasi. efek musik
pada pasien skizofrenia mengungkapkan bahwa musik memiliki efek
rehabilitasi pada penderitanya, dan gejala halusinasi serta gejala
lainnya menurun secara signifikan di Ruang Nakula dan Sadewa RSJ
Grhasia Yogyakarta

7
Berdasarkan hasil evaluasi lapangan di RSJ Grhasia Yogyakarta
di wisma nakula dan sadewa terdapat 22 pasien yang terdiri pasien
halusinasi 10, pasien RPK 5, pasien RBD 3, pasien isolasi social 2,
pasien waham 2. Berdasarkan dari jumlah pasien sebanyak 22 pasien
10 pasien dengan diagnosis halusinasi pendengaran.

8
BAB IV
IMPLIKASI KEPERAWATAN
A. HASIL IMPLIKASI JURNAL
Berdasarkan hasil penelitian jurnal tersebut dapat disimpulkan
bahwa terapi musik genre Rast dapat menurunkan tanda dan gejala pada
halusinasi. Sehingga terapi tersebut dapat diaplikasikan pada pasien
dengan masalah halusinasi di klinik. Terapi musik genre Rast yang
dilakukan juga aman karena tidak memiliki efek samping yang berbahaya
bagi klien. Berdasarkan survey di wisma Nakula dan Sadewa di RSJ
Grhasia Yogyakarta, mayoritas pasien memiliki masalah dengan gangguan
stimulasi persepsi sensori halusinasi. Hal tersebut mendasari untuk
dilakukan terapi musik klasik di wisma Nakula dan Sadewa dengan tujuan
mengetahui pengaruh terapi musik genre Rast terhadap penurunan tanda
dan gejala pada pasien halusinasi pendengaran di RSJ Grhasia Yogyakarta
dan mengetahui apakah penelitian terapi musik dapat diterapkan pada
klien dengan halusinasi di Ruang Wisma Nakula dan Sadewa RSJ Grhasia
Yogyakarta
B. REKOMENDASI TINDAK LANJUT BAGI PRATISI
KEPERAWATAN
Direkomendasikan untuk melakukan penelitian tentang
penggunaan genre musik yang berbeda atau nada suara musik Turki
lainnya dan untuk mengevaluasi pengaruh musik dalam kelompok sampel
yang lebih luas dengan kelompok pasien skizofrenia dan gangguan
kejiwaan lainnya. Selain itu, di bagian psikiatri, peralatan yang diperlukan
(iPad, dll.), Harus disediakan untuk pasien yang mengalami halusinasi
pendengaran sehingga mereka dapat mendengarkan musik.

9
DAFTAR PUSTAKA

Dmayanti, R., Dkk. (2014). Efektifitas terapi music klasik terhadap penurunan
tingkat halusianasi pada pasien halusinasi dengar di Rsj Tampan provinsi
Riau.. Jurnal Kesehatan. 1(2). 1-9.

Arisandy & Sunarmi. (2018). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.


Jakarta : EGC.

Pinar ,.E. S, & Tel, H. (2019). The Effect of Music on Auditory Hallucination and
Quality of Life in Schizophrenic Patients : A Randomised Controlled Trial
(Pengaruh Musik pada Halusinasi Pendengaran dan Kualitas Hidup pada
Pasien Skizofrenia: Percobaan Terkontrol Secara Acak). Isues In Mental
Health Nursing. Vol. 40, No.1, 50-57.

Anda mungkin juga menyukai