Disusun oleh :
Kelompok 1
HADI JATMIKO
TRI HANDAYANI
RATNA TRISNAWATI
HERI SETYA K
MILA HERAWATI
SINTA PRAMUDYANINGRUM
IMAM NAJMUDIN
A. JUDUL JURNAL
Effects of music on depression and sleep quality in elderly people: A randomised
controlled
B. PENELITI
Chan, Moon Fai; Chan, Engle Angela; Mok, Esther
C. TEMPAT PENELITIAN
Hong Kong
D. TAHUN PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada tahun 2006
E. TAHUN PUBLIKASI
Jurnal ini dipublikasikan pada tahun 2007
F. LATAR BELAKANG
Penelitian sebelumnya telah melaporkan bahwa kurang tidur pada orang tua
dikaitkan dengan yang lebih besar berisiko hasil yang merugikan , termasuk kecelakaan ,
jatuh , status kesehatan yang buruk dan semua penyebab mortality
Gangguan tidur dan depresi adalah gangguan umum yang sering terjadi pada orang
tua terapi musik dapat membangkitkan respon psikofisiologis karena pengaruhnya pada
sistem limbik
Kondisi lain yang umum pada lansia,orang dewasa yang lebih tua lebih sering
terkena depresi dengan prosentase 3,8 – 15% dan depresi juga sangat berpengaruh
terhadap status kesehatan bagi orang tua.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TELAAH JURNAL MENGGUNAKAN MODEL PICO
( POPULATION-INTERVENTION-COMPARISON-OUTCOME)
A. Jurnal Pembanding
Effects of Superficial Heat, Deep Heat, and Active Exercise Warm-up on the
Extensibility of the Plantar Flexors.
B. Bahasan Konsep Teori
Jurnal buku / Teori Sumber
Range of motion adalah latihan Penelitian Havid Maimurahman
gerakan sendi yang memungkinkan dan Cemy Nur Fitria berjudul
terjadinya kontraksi dan pergerakan Keefeektifan range of motion
otot, di mana klien menggerakan (rom) terhadap kekuatan otot
masing-masing persendiannya ekstremitas pada pasien stroke.
sesuai gerakan normal baik secara (2012).
aktif ataupun pasif. (Potter dan
Perry (2006). Tujuan ROM adalah :
(1). Mempertahankan atau
memelihara kekuatan otot, (2).
Memelihara mobilitas persendian,
(3) Merangsang sirkulasi darah, (4).
Mencegah kelainan bentuk.
Prinsip Dasar Latihan ROM adalah:
(1). ROM harus diulang sekitar 8
kali dan dikerjakan minimal 2 kali
sehari, (2). ROM dilakukan
perlahan dan hati-hati agar tidak
melelahkan pasien, (3). Dalam
merencanakan program latihan
ROM, perhatikan umur pasien,
diagnosis, tanda vital, dan lamanya
tirah baring, (4). ROM sering
diprogramkan oleh dokter dan
dikerjakan oleh fisioterapi atau
perawat, (5). Bagian-bagian tubuh
yang dapat dilakukan ROM adalah
leher, jari, lengan, siku, bahu, tumit,
kaki, dan pergelangan kaki, (6).
ROM dapat dilakukan pada semua
persendian atau hanya pada bagian-
bagian yang dicurigai mengalami
proses penyakit, (7). Melakukan
ROM harus sesuai dengan
waktunya, misalnya setelah mandi
atau perawatan rutin telah
dilakukan.
C. Analisis PICO
INTERVENSI : INTERVENSI :
Pasien menerima (1) akupunktur Kelompok pertama
sekali per hari pada titik-titik (kelompok 1) adalah
kelompok kontrol dan tidak
akupunktur berhubungan dengan
melakukan protokol
stroke dan bahu disfungsi (2) terapi peregangan.
rehabilitasi fungsional seperti terapi Kelompok 2 dilakukan
protocol peregangan statis.
listrik stimulasi selama 20 menit
Kelompok 3 dilakukan gerak
sekali per hari, dan (3) panduan aktif tumit sebelum
terapi rehabilitasi berdasarkan pemanasan dan peregangan
otot.
pendekatan Bobath selama 20
Kelompok 4 menerima
menit sekali per hari oleh spesialis superficial panas , dan sedikit
fisioterapi. panas pada otot plantar
flexor otot dalam posisi
selama 15 menit sebelum
melakukan peregangan statis.
Kelompok 5 menerima
kelanjutan dari ultrasound
dengan frekuensi 1 MHz dan
dengan intensitas 1,5 W/cm2
dari 7 menit sebelum
peregangan yang statis.
COMPARATION COMPARATION
(PERBANDINGAN) : (PERBANDINGAN) :
Kelompok pembanding yaitu Kelompok pertama
akupunktur sekali per hari pada (kelompok 1) adalah
titik-titik akupunktur berhubungan
kelompok kontrol dan tidak
dengan stroke, terapi rehabilitasi
fungsional seperti terapi listrik melakukan protokol
stimulasi selama 20 menit sekali peregangan.
per hari, dan panduan terapi
4 kelompok eksperimental
rehabilitasi berdasarkan pendekatan
Bobath selama 20 menit sekali per (kelompok 2-5) dilakuakan
hari oleh spesialis fisioterapi. protokol pereganagan selama
Terapi ini dilakukan di semua
3 hari sekali dalam seminggu
peserta.
selama 6 minggu.
Kelompok 2 melakukan
protokol peregangan statis
saja; kelompok 3 dilakukan
tumit aktif sebelum
peregangan, kelompok 4
menerima 15 menit
superficial, sedikit hangat
pada otot fleksor plantar
sebelum peregangan, dan
kelompok 5 menerima
kelanjutan dari ultrasound
selama 7 menit sebelum
peregangan. Dorsofleksi
ROM pengukuran
diambil pada awalnya dan
setelah 2, 4, dan 6 minggu
OUTCOME OUTCOME
(HASIL YANG DI HARAPKAN) : (HASIL YANG
Tabel 1 DIHARAPKAN) :
Semua kelompok eksperimen
Vari Waktu Efek
ables Pe me ukur mengalami peningkatan
Mea ner lep an pada aktif dan pasif rentang
n± im ask stan gerak ( AROM dan PROM ) .
SD aan an dar Rerata AROM / PROM
Fleks 4.4 30. .
perbedaan pada 6 minggu
i 3± 00 0.92
10. ± adalah 1.11/1.39 derajat
83 37. untuk Kelompok 1 ,
05 4.10/6.11 derajat untuk
b kelompok 2 , 4.16/4.21
Ekst 2.3 16. 1.44 derajat untuk grotip 3 ,
ensi 8± 19 4.38/4.90 derajat untuk
5.6 ±
kelompok 4 , dan 6.20/7.35
2 12.
03 derajat untuk kelompok 5 .
b kelompok yang menerima
Rota 11. 46. 1.03 ultrasound sebelum
si 90 19 melakukan stretching
Ekst ± ± protocol ( kelompok 5 )
ernal 25. 38. menunjukkan peningkatan
22 95
terbesar dalam kedua rentang
b
Rota 1.6 9.5 0.63 gerak yaitu AROM ( 6.20 ° )
si 7± 7± dan PROM ( 7,35 ° )
Inter 4.2 16.
nal 8 76
a
Abd 1.0 12. 0.95
uksi 5 ± 71
2.7 ±
5 16.
82
b
Add 7.9 37. 1.15
uksi 0 ± 24
17. ±
33 30.
79
b
ap < 0.05; bp < 0.001 by 2-tailed
paired t-test.
Tabel 1 daftar perubahan ROM
bahu yang menerima dan
mempunyai efek perubahan, dan
menunjukkan bahwa semua nilai
ROM secara signifikan meningkat
setelah pengobatan.
Tabel 2
Waktu
Daya
Penerimaan melepaska
gerak
n
G0 5 (23.8%) 0
G1 11 (52.4%) 3 (14.3%)
G2 1 (4.8%) 6 (28.6%)
G3 2 (9.5%) 4 (19.0%)
G4 2 (9.5%) 8 (38.1%)
G5 0 0
Tabel 2 menunjukkan perubahan
dalam daya gerak, dan
menunjukkan bahwa ada juga
perubahan signifikan di dalamnya
antara yang menerima (17 sampel
di bawah kelas 2 (rendah) dan 4 di
atas kelas 3 (cukup) dan yang
menerima perubahan (9 bawah
kelas 2 dan 12 di atas kelas 3, chi-
square = 4,95, p <0.05).
BAB III
PEMBAHASAN
2. Weaknees (kelemahan)
Birokrasi atau peraturan (perda) yang mengatur perawatan akupuntur
belum ada
Sosialisasi perawatan akupuntur ke masyarakat awam non medis belum
mengena
Sarana dan prasaranya belum mendukung
Pada perawatan lanjutan tidak terdapat rantai yang tidak dapat di akses
dari rumah sakit rujukan pertama ke rumah sakit penunjang (host pice dan
home care)
3. Opportunity (kesempatan)
Resos Dewanata merupakan unit yang merawat khusus untuk gerontik
yang mengalami keterpurukan dalam masyarakat baik dengan kesenjangan
sosial ataupun dengan yang menderita penyakit dalam termasuk stroke.
4. Theart (ancaman)
Resos Dewanata segala kebijakan mengikuti aturan pemerintah dan
dibawah pengawasan pemerintah daerah.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pasien yang mendapatkan terapi gabungan konvensional antara terapi rehabilitasi
dan akupunktur pada rentang gerak aktif (ROM) bahu dan daya gerak pada pasien
stroke dengan hemiplegia bahu subluksasi. Terapi sangat signifikan perbaikan dalam
mobilitas sendi, seperti fleksi, ekstensi, rotasi internal, rotasi eksternal, abduksi, dan
adduksi, dan daya gerak.
Pasien yang menerima perawatan akupuntur dengan focus keperawatan pada
pergerakan dan perbaikan mobilitas sendi seperti fleksi, ekstensi, rotasi internal, rotasi
eksternal, abduksi, dan adduksi, dan daya gerak pasien dengan hemiplagi sublukasi
bahu.
Perawatan yang dilakukan merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang
manusiawi dengan tujuan menghilangkan/meringankan penderitaan dan meningkatan
kualitas hidup penderita dan keluarganya, yang pernah menjadi cirri khas pelayanan
dan perawatan medis. Perawatan Akupuntur dengan filosofi dan tujuannya, tampak
juga dari berbagai kebijakan dalam bidang kesehatan yang dibuat oleh berbagai pihak,
hampir selalu terlihat “preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif”. Hampir tidak
pernah tercamtum “optimalisasi”.Meskipun pada kenyataannya sering Perawatan
tersebut dibutuhkan dalam implementasi kebijakan tersebut.
B. SARAN
1. Pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan kesehatan dan non kesehatan.
2. Pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan/Continuing Professional
Development untuk perawatan akupuntur khususnya akupressure (SDM) untuk
jumlah, jenis dan kualitas pelayanan.
3. Menjalankan program keselamatan pasien/patient safety.
DAFTAR PUSTAKA
Ginanjar, G,. (2009). Stroke hanya menyerang orang tua?. Yogyakarta: Bentang Pustaka.
Knight,. C. A.,Carrie, R.R.,Michael, E.C.,Martha, A., & Susan, J. H,. (2001). Effect of
superficial heat, deep heat, and active exercisewarm-up on the extensibility of the
plantar flexors . Physical Therapy . vol 6 (81).
Maimurahman, H., & Cemy, N. F,. (2012). Keefeektifan range of motion (rom) terhadap
kekuatan otot ekstremitas pada pasien stroke. Skripsi tidak dipublikasikan. Akper PKU
Muhammadiyah Surakarta.
Potter & Perry. (2006). Fundamental keperawatan. Jakarta: EGC.
Shin,.B.C.,Hyun,.J.L., & Myeong,.S. L,. (2007). Effectiveness of combined acupuncture
therapy and conventional treatment on shoulder range of motion and motor power in
stroke patients with hemiplegic shoulder subluxation. Intern. J. Neuroscience,
117:519–523. DOI: 10.1080/00207450600773533.
Waluyo,S,.(2009). 100 question & answers stroke. Jakarta : PT Elek Media Komputindo.