Anda di halaman 1dari 9

Makalah Pengetahuan Bahan Hasil Pertanian

Salfiana, S.TP.,M.Si

KLIMATERIK DAN NON KLIMATERIK

Disusun Oleh:

Eka Pratiwi Safri


NIM. 0910580821001

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDENRENG RAPPANG

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “KLIMATERIK
DAN NON KLIMATERIK” dapat kami selesaikan dengan baik. Tim penulis berharap
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang
kenaikan atau perubahan laju respirasi pada buah. Begitu pula atas limpahan kesehatan
dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada kami sehingga makalah ini dapat kami
susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun melalui media
internet.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada
kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, dosen
pembimbing kami, Ibu Salfiana, S.TP.,M.Si dan juga kepada teman-teman seperjuangan
yang membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi dan materi yang
terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di
dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon
kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf.
Tim penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat
karya makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Rappang, September 2022

Eka Pratiwi Safri


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Komoditas holtikultura setelah pasca panen masih terus terjadi proses


metabolisme hingga kearah pembusukan (Arti M.I and Manurung A, 2018). Proses
tersebut dapat menyebabkan penurunan kualitas dan kehilangan produk. FAO (2011)
melaporkan kehilangan pasca panen pada produk holtikultura sangat besar sekitar 32%
bahkan pada kondisi terburuk bisa mencapai 70%. Buah merupakan produk holtikultura
yang memerlukan penanganan pasca panen agar kualitasnya tetap terjaga selama
penyimpanan. Penurunan kualitas sangat dihindari karena berdampak pada
keberterimaan konsumen, daya saing produk, kandungan mutu/gizi, dan juga kerugian.
Buah dikelompokkan sebagai buah klimaterik dan non klimaterik berdasarkan
pola respirasi dan produksi etilen pada awal proses pematangan. Buah yang akan
mengalami lonjakan produksi etilen dan laju respirasi setelah panen merupakan buah
klimaterik sedangkan buah nonklimaterik adalah buah yang tidak mengalami lonjakan
etilen dan laju respirasi (Fransiska A, 2013). Berbagai jenis buah yang termasuk buah
klimaterik diantaranya buah apel, jeruk, kiwi, pisang, mangga, pepaya, pir, srikaya dan
lain-lain (Phatak S, 2018).

Buah selama penyimpanan akan mengalami pematangan. Proses pematangan


melibatkan serangkaian perubahan fisiologis dan biokimia dibawah kendali genetik.
Proses pematangan bergantung pada ekspresi gen pematangan dan pengkodean enzim
dalam mengkatalisis berbagai perubahan biokimia (Li Shan, 2021). Etilen merupakan
hormon alami tanaman yang berkaitan erat pada proses pematangan khususnya pada
buah klimaterik. Etilen menginisiasi proses pematangan melalui jalur pensinyalan pada
reseptor etilen dan memberi pesan pada inti sel untuk melakukan transkripsi gen-gen
pematangan. Etilen dapat meningkatkan enzim katalase, peroksidase dan amilase
(Matto, 1969). Sehingga, kadar etilen yang tinggi dapat mempercepat proses
pematangan dan pembusukan buah (Sudjatha, W. dan Wisaniyasa, N.W, 2017). Proses
pembusukan pada buah dan sayuran ditandai dengan terjadinya pelunakan, penurunan
warna hijau (klorofil) dan peningkatan aktivitas enzimatis (Liguori G., 2004).
Tujuan Makalah ini adalah mengetahui lebih lanjut mengenai apa yang dimaksud
dengan buah klimaterik dan non klimaterik. Agar kita dapat lebih paham tentang proses
pematangan pada buah klimaterik dan non klimaterik.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dituliskan rumusan masalah dalam


penelitian ini:
1. Jelaskan yang dimaksud dengan buah klimaterik dan Contohnya
2. Jelaskan yang dimaksud dengan buah Non klimaterik dan Contohnya

1.3. Tujuan

Sesuai permasalahan yang diteliti, maka tujuan dari makalah ini:


1. Mengetahui lebih lanjut tentang apa yang dimaksud dengan buah Klimaterik beserta
contohnya .

2. Mengetahui lebih lanjut tentang apa yang dimaksud dengan buah Non Klimaterik
beserta contohnya .
BAB II
PEMBAHASAN
Konsumsi buah biasa dilakukan saat dagingnya sudah lunak dan matang. Saat
buah belum masak, biasanya rasanya akan pahit atau masam. Selain itu, dagingnya juga
keras. Proses pemasakan buah ini terjadi akibat senyawa pektin dan pati yang dipecah
sehingga menimbulkan kelembutan dan rasa manis pada daging buah. Kematangan
buah tersebut dipengaruhi oleh aktivitas anzim peknisane, amilase, dan gas etilen.
Berbagai jenis buah memiliki cara pematangan yang berbeda. Buah-buah tersebut
dikelompokkan menjadi buah klimaterik dan nonklimaterik.

1.4. Buah Klimaterik dan Contohnya

Buah klimaterik dapat mengalami pemasakan lanjut setelah dipetik dari


pohonnya. Laju respirasi buah ini akan terus meningkat setelah buah dipanen. Maka
dari itu, buah klimaterik biasanya dipanen saat belum matang. Buah-buah tersebut
biasanya akan dipisahkan dari pohonnya kemudian diperam untuk proses
pematangan. Pemeraman sendiri dilakukan dengan menggabungkan buah yang
sudah matang dengan buah mentah dalam suatu wadah. Gas etilen yang dihasilkan
oleh buah matang kemudian akan menyebar ke seluruh ruangan wadah sehingga
buah mentah akan ikut matang. Selain menggunakan buah matang, pemeraman juga
dapat dilakukan menggunakan karbit. Cara pemeramannya sama. Setelah terjadi
pemasakan, barulah buah klimaterik mengalami pembusukan secara perlahan
Pemanenan buah klimaterik memang tidak lazim dilakukan saat buah sudah
matang. Hal ini disebabkan oleh sifat buah itu sendiri yang akan terus mengalami
pematangan meskipun telah dipisahkan dari pohonnya. Jika dipanen dalam keadaan
sudah matang, maka buah akan cepat busuk. Pemanenak sebelum buah matang
akan meningkatkan daya simpan buah klimaterik.
- Contoh Buah Klimaterik

Gambar 1. Contoh buah klimaterik (Sumber: Klara Tri Meiyana)

Contoh buah klimaterik adalah sawo, mangga, pisang, pepaya, jambu, nangka,
durian, sirsak, melon, dan manggis. Meskipun buah-buahan tersebut perlu
dipanen sebelum matang, cara panennya juga tidak sembarangan. Tidak sembarang
buah muda yang dapat dipanen. Seperti buah mangga dipanen setelah bentuk
buahnya penuh dan warna kulitnya agak terang. Buah pepaya dipanen setelah ada
warna merah pada ujung buah yang membentuk bintang. Sementara itu buah
nangka dan sirsak dipanen setelah jarak durinya melebar.

1.5. Buah Non Klimaterik dan Contohnya

Buah nonklimaterik tidak dapat mengalami pemasakan lanjut setelah dipisahkan


dari pohonnya. Laju respirasi buah ini tidak meningkat setelah dipanen. Maka dari
itu, buah klimaterik harus dipanen dalam keadaan masak pohon. Jika buah non
klimaterik dipanen dalam keadaan masih mentah, maka buah tidak dapat
matang meskipun sudah diperam.
Sifat buah yang tidak dapat dimatangkan setelah pemanenan disebabkan oleh
kondisi genetiknya. Buah-buah non klimaterik tidak bereaksi terhadap gas etilen
yang berasal dari luar tubuh (gas etilen eksogen). Buah tersebut hanya dapat matang
jika dibiarkan menempel pada induknya untuk mendapatkan gas etilen dari
dalam (gas etilen endogen). Meskipun dilakukan pemeraman pada buah non
klimaterik, maka tidak akan mempengaruhi proses pemasakan buah. Hal yang
mungkin akan terjadi saat proses pemeraman buah non klimaterik
hanyalah degradasi klorofil. Lama-kelamaan buah non klimaterik yang diperam
akan mengalami pembusukan tanpa pernah matang.
- Contoh Buah Non Klimaterik

Gambar 2. Contoh buah klimaterik (Sumber: Klara Tri Meiyana)

Contoh buah non klimaterik adalah duku, belimbing, rambutan, nanas, salak,
stroberi, apel, dan jeruk. Perlu diketahui tanda-tanda buah matang agar
pemanenan dapat dilakukan pada waktu yang tepat. Salak yang matang warna
kulitnya berubah menjadi coklat, jarak matanya melebar, dan tidak ada duri di
permukaan kulit buah. Jeruk dipanen saat warna kulit berubah menjadi hijau
terang atau kuning dan teksturnya lunak. Nanas yang matang memiliki 3-4
mata berwarna kuning. Sementara itu, stroberi akan berwarna merah-oranye
saat sudah matang.
BAB III
PENUTUP
1.6. Kesimpulan
Buah klimaterik adalah buah yang memiliki kenaikan laju respirasi ke
tingkat yang paling tinggi sebelum pemasakan, sehingga buah cepat mengalami
kerusakan atau pembusukan. Buah non-klimaterik adalah buah
yang tidak mengalami kenaikan atau perubahan laju respirasi.

1.7. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan
makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.
Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan
makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik
yang bisa membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Berita Update, 2022 Pengertian Buah Klimaterik dan Non Klimaterik


https://kumparan.com/berita-update/pengertian-buah-
klimaterik-dan-non-klimaterik-beserta-contohnya-
1xW8Rad1nJO, diakses pada 16 September 2022 Pukul 20.09
Wita

Bazar M, 2016 Buah Klimaterik dan Non Klimaterik


https://www.academia.edu/36264033/
BUAH_KLIMATERIK_DAN_NON_KLIMATERIK, diakses
pada 16 September 2022 Pukul 19.16 Wita

D Mulyanti, 2011 Analisis pengendalian persediaan buah segar pada


Hipermarket Giant Poins Labak Bulus
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/365,
diakses pada 16 September 2022 Pukul 21.59 Wita

Anda mungkin juga menyukai